• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PRODUK MEJA DAN KURSI KOMPUTER DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PRODUK MEJA DAN KURSI KOMPUTER DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun oleh :

NYOTO PAWENANG

0832010082

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J ATIM

SURABAYA

(2)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN PRODUK DITINJAU DARI SEGI

PERANCANGAN ULANG MEJ A DAN KURSI KOMPUTER

DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

(Studi Kasus di Labor ator ium Teknik Industr i FTI UPN “Veter an”

J atim)

Oleh :

NYOTO PAWENANG

0832010082

Telah disetujui untuk mengikuti ujian lisan

Tahun Ajaran 2011 – 2012

Surabaya, 9 Februari 2012

Mengetahui

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Ir. Rus Indiyanto,MT

Ir.Didi Samanhudi,MMT

(3)

SKRIPSI

PENGEMBANGAN PRODUK DITINJAU DARI SEGI

PERANCANGAN ULANG MEJ A KOMPUTER

DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

(Studi Kasus di Lab. PSK & Er gonomi UPN “Veter an” J atim)

Oleh :

NYOTO PAWENANG

0832010082

Telah disetujui untuk mengikuti Seminar I

Tahun Ajaran 2011 – 2012

Surabaya, 14 Oktober 2011

Mengetahui

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Ir. Rusindiyanto,MT

Ir.Didi Samanhudi,MMT

(4)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas kasih karunia-Nya sehingga Tugas Akhir dengan judul “Pengembangan Produk Ditinjau Dari Segi Perancangan Ulang Meja dan Kursi Komputer Dengan Pendekatan Ergonomi“ dapat diselesaikan untuk memenuhi syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur. Atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof . Dr . Ir . Teguh Sudarto , MP selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur

2. Bapak Ir. Sutiyono , MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur

3. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur

4. Bapak Ir. Rus Indiyanto , MT, dan Bapak Ir.Didi Samanhudi, MMT selaku dosen pembimbing.

5. Bapak dan Ibu Penguji atas kesediaannya dalam membimbing dan memberikan ide gagasan dalam hal perbaikan tugas akhir ini.

6. Keluarga yang turut memberikan support dalam pembuatan tugas akhir ini.

(5)

ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun yang dapat membantu penulis di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, 3 Februari 2012

(6)

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... ... ABSTRAKSI ... .

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1.2 Perumusan Masalah ... 1.3 Batasan Masalah... 1.4 Asumsi ... 1.5 Tujuan ... 1.6 Manfaat ... 1.5 Sistematika Penulisan ...

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perancangan, Pengembangan dan Inovasi Produk ... 2.1.1 Perancangan Produk ... 2.1.2 Pengembangan Produk ... 2.1.3 Inovasi Produk... 2.2 Ergonomi ...

(7)

2.2.1 Sejarah dan Perkembangan Ergonomi ... 2.2.2 Definisi Ergonomi ... 2.2.3 Bidang Kajian Ergonomi ... 2.3 Beban Kerja ...

2.3.1 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 2.3.2 Penilaian Beban Kerja Fisik ... 2.3.3 Sikap Kerja ... 2.3.4 Keluhan Muskuloskeletal ... 2.3.5 Kelelahan ... 2.3.6 Postur dan Pergerakan Kerja ... 2.4 Anthropometri ... 2.4.1 Definisi Anthropometri ... 2.4.2 Data Anthropometri dan Cara Pengukurannya ... 2.4.3 Aplikasi Distribusi Normal dan Persentil Dalam Penetapan Data

Anthropometri ... 2.5 Meja Komputer ... 2.5.1 Definisi Meja Komputer ... 2.5.2 Komponen dan Bahan Meja Komputer ... 2.6 Kuisioner ... 2.6.1 Jenis Pertanyaan Pada Kuisioner ... 2.7 Pengujian Data ... 2.7.1 Uji Keseragaman Data ... 2.7.2 Uji Kecukupan Data ... 2.8 Penelitian Terdahulu ...

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 3.3 Metode Pengumpulan Data ...

3.3.1 Studi Lapangan ... 3.3.2 Studi Kepustakaan ... 3.4 Metode Pengolahan Data ... 3.5 Langkah – langkah Pemecahan Masalah ...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengumpulan Data ... 4.1.1 Data Dimensi Tubuh ... 4.2 Pengolahan Data ...

4.2.1 Desain Awal Meja dan Kursi Komputer ... 4.2.1.1 Gambar Awal Desain Meja dan Kursi Komputer ... 4.2.2 Desain Meja dan Kursi Komputer Usulan ... 4.2.2.1 Uji Keseragaman Data Dimensi Tinggi Bahu Dalam Posisi

Duduk (tbd) ... 4.2.2.2 Uji Keseragaman Data Dimensi Tinggi Siku Dalam Posisi

Duduk (tsd) ... 4.2.2.3 Uji Keseragaman Data Dimensi Tinggi Lutut (tl) ... 4.2.2.4 Uji Keseragaman Data Dimensi Panjang Jangkauan Tangan (pjt) ... 4.2.2.5 Uji Keseragaman Data Dimensi Lebar Pinggul (lp) ...

(9)

4.2.2.6 Uji Keseragaman Data Dimensi Panjang Popliteal (ppl) ... 4.2.3 Uji Kecukupan Data ...

4.2.3.1 Tinggi Bahu Duduk (tbd) ... 4.2.3.2 Tinggi Siku Dalam Posisi Duduk (tsd) ... 4.2.3.3 Tinggi Lutut (tl) ... 4.2.3.4 Panjang Jangkauan Tangan (pjt) ... 4.2.3.5 Lebar Pinggul (lp) ... 4.2.3.6 Panjang Popliteal (ppl) ... 4.2.4 Perhitungan Desain Produk Sesuai Presentil ...

4.2.4.1 Perhitungan Desain Produk ... 4.2.4.2 Perhitungan Desain Produk Sesuai Presentil ... 4.2.5 Perancangan dan Pengembangan Produk ... 4.2.6 Gambar Desain Produk ... 4.2.6.1 Meja dan Kursi Komputer ... 4.2.6.2 Gambar Dengan Komponen ... 4.3 Hasil dan Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(10)

Pengertian umum tentang Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis

untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan

keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup

dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan

melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah

manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan

lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah

pada faktor manusia

Anthropometri

adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh

manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang sistem

kerja yang ergonomis. Data

Anthropometri

selalu berbeda untuk setiap individu.

Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang sama dalam

segala hal.

Meja komputer merupakan salah satu alat penunjang penempatan PC yang bisa

kita jumpai sehari – harinya. Meja komputer juga belum mengalami modifikasi sesuai

dengan kebutuhan konsumen seperti dalam hal kenyamanan dan fungsionalnya.

Pengguna meja komputer pada umumnya yang kebanyakan kita lihat adalah

berbentuk kotak atau persegi yang alas mejanya tetap dan tidak bisa diputar.Dan juga

pada kaki meja komputer yang kurang efektif karena pada kaki meja komputer hanya

terdapat kaki penyangga yang biasa dan tidak terdapat roda.Hal ini sangat

mempersulit pengguna meja komputer jika ingin memindahkan meja komputer ke

suatu tempat lain yang diinginkan oleh pengguna.Dan juga kursi yang belum padu

dengan meja komputer , karena kursi yang digunakan adalah kursi kerja bukan kursi

khusus untuk pasangan meja komputer .

Untuk merancang produk meja dan kursi komputer yang ergonomis maka

ukuran dimensi anthropometri yang direkomendasikan adalah

Tinggi bahu duduk

(tbd) 60cm , Tinggi siku duduk (tsd) 15cm , Tinggi lutut (tl) 54cm , Panjang

jangkauan tangan (pjt) 61cm , Lebar pinggul (lp) 40cm , Panjang Popliteal (ppl)

41cm.

(11)

Common understanding of Ergonomics is a branch of science that

systematically to utilize information about the properties, capabilities and limitations

of humans to design a working system, so that humans can live and work on it with a

good system, which is to achieve the desired goal through the job effectively, safe,

and comfortable. The focus of ergonomics is human interaction with products,

equipment, facilities, procedures and environment and workers as well as everyday

life in which the emphasis is on human factors.

Anthropometric ergonomics is the branch that examines issues of human body

dimensions, Informansi human body dimensions necessary to design an ergonomic

work system. Anthropometric data was different for each individual. Difference is a

human nature that nothing similar in all respects.

Computer desk is one of the tools supporting the placement of a PC that can we

meet daily - basis. Computer desk also has not been modified in accordance with the

needs of consumers as in terms of comfort and functional. The user computer desks

are generally the most we see is a box-shaped or rectangular pedestal desk fixed and

can not be rotated. And also at the foot of a computer desk that is less effective

because the computer table leg leg brace that there is only normal and there is no

roda.Hal this greatly complicates the user if you want to move the computer desk

computer desk to another place desired by the user. And also a chair that has not been

coherent with computer table, because seats are used is not a special chair office chair

computer table for the pai

To design the products table and chairs ergonomic computer the size of the

anthropometric dimensions recommended are shoulder height sitting (TBD) 60cm,

Height sitting elbow (TSD) 15cm, Height knee (tl) 54cm, length of arm reach (IUGR)

61cm, hip width (lp) 40cm, length of the popliteal (ppl) 41cm.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Keergonomisan dalam sebuah aktifitas adalah sebuah kebutuhan mutlak yang sangat dicari dan di optimalkan oleh setiap creator maupun innovator dibidang

human comfortable. Berbagai macam bentuk model perlindungan maupun peralatan yang menunjang sebuah nilai ergonomis pada diri manusia, seperti halnya pakaian yang melindungi manusia dari kondisi alam di sekitar tubuh yang di balutnya, dan sudah tentu hal ini membutuhkan campur tangan seorang

desaigner sebagai pencipta sekaligus pemberi nilai lebih dibidang estetika dan daya persuasive.

(13)

Dari permasalahan di atas diketahui bahwa meja dan kursi komputer yang digunakan masih sangat sederhana dan kurang ergonomis yang terutama pada meja komputer yang penempatan monitornya dibawah meja yang belum ergonomis sehingga memaksa operator untuk membungkukkan badan.dan alas meja yang tidak bisa diputar jika ingin merubah pandangan dan juga kursi dari meja komputer yang belum padu dengan meja komputer yang digunakan , Sehingga penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengembangkan produk inovasi meja dan kursi komputer yang sudah ada saat ini menjadi lebih ergonomis dan inovatif sesuai dengan kebutuhan konsumen yang mempunyai daya kompetitif.

1.2Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang dihadapi, yaitu :

“ Bagaimana rancangan meja dan kursi komputer yang lebih ergonomis dan inovatif dari yang sudah ada saat ini ?”

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Penelitan menghitung dimensi Anthropometri yang bersesuaian.

2. Penelitian melakukan perbandingan kualitas produk namun tidak menyebutkan merk.

3. Tidak dilakukanya perhitungan ekonomis.

(14)

1.4Asumsi

1. Kondisi pengguna diukur dalam keadaan normal.

2. Setiap kebijakan diambil berhubungan dengan perhitungan dan pengolahan data.

3. Operator bergerak dalam bidang ergonomis atau sedang bekerja.

1.5Tujuan

Melakukan perancangan meja dan kursi komputer yang ergonomis dan inovatif sehingga mampu memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam penggunaannya.

1.6 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dengan melakukan penelitian ini adalah : a. Bagi Peneliti

Sebagai latihan untuk menerapkan teori yang diberikan dibangku kuliah dalam permasalahan nyata diperusahaan.

b. Bagi Pengguna (penguna meja dan kursi komputer)

- Hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi pegangan bagi perusahaan tentang faktor-faktor apa saja yang dapat digunakan untuk mengembangkan sebuah produk.

- Mengetahui pengaruh-pengaruh apa saja yang dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor dominan tersebut.

(15)

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memecahkan masalah sejenis dengan penulisan ini, khususnya tentang faktor-faktor yang dominan terhadap perancangan dan pengembangan produk sehingga masih dapat dikembangkan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.

1.7Sistematika Penulisan Laporan

Pada dasarnya sistematika penyusunan adalah suatu hal yang sangat diperlukan dalam pembuatan karya tulis karena sistematika penyusunan memuat seluruh isi karya tulis secara berurutan sehingga dapat terlihat dengan jelas mengenai masalah-masalah yang dibahas. Dalam hal ini makalah skripsi yang dibuat oleh penyusun adalah membahas mengenai hal-hal sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan secara umum mengenai latar belakang, tujuan ruang lingkup sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan teori-teori mengenai obyek produk yaitu, teori mengenai desain perancangan produk meja dan kursi komputer dengan pendekatan ergonomi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

(16)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Menjelaskan pengumpulan data dan perancangan meja dan kursi komputer yang ergonomis dan inovatif.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang kesimpulan terhadap permasalahan yang telah dibahas serta memberikan saran yang bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

(17)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Per ancangan, Pengembangan dan Inovasi Pr oduk. 2.1.1 Perancangan Produk.

Kesejahteraan dan kualitas hidup manusia yang telah mencapai tingkat yang tinggi saat ini, sebagian besar adalah akibat diciptakan, dibuat dan dimanfaatkannya berbagai produk dan jasa yang tak terhitung macam dan jumlahnya oleh para insinyur dan ahli-ahli teknik lainnya. Kontribusi para ahli teknik dalam meningkatkan kesejahteraan manusia tersebut adalah dalam kegiatan mencipta, merancang dan membuat produk dan jasa yang berguna bagi manusia karena meringankan beban hidupnya dan membuat hidup lebih nyaman. Produk dan jasa tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan modern seperti tidak merusak lingkungan, hemat energi dan lain sebagainya.

Perancangan dan pembuatan produk merupakan bagian yang sangat besar dari kegiatan teknik yang ada. Kegiatan perancangan dimulai dengan didapatkannya persepsi tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh perancangan konsep produk, disusul kemudian dengan perancangan, pengembangan dan penyempurnaan produk.

(18)

apakah industri dalam negeri dapat berpartisipasi atau tidak dalam suatu pembangunan proyek.

Dalam bentuk yang paling sederhana, hasil rancangan dapat berupa sebuah sketsa atau gambar sederhana dari produk yang akan dibuat. Dalam hal si pembuat produk adalah si perancang sendiri, maka sketsa atau gambar yang dibuat cukup sederhana saja asalkan dapat dimengertinya sendiri.

Menurut Pressman (2010), perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Perancangan itu adalah proses penerapan berbagai teknik dan prinsip yang bertujuan untuk mendefinisikan sebuah peralatan, satu proses atau satu sistem secara detail yang membolehkan dilakukan realisasi fisik (Taylor dalam Pressman,2001).

1. Langkah - langkah Perancangan Produk a. Fase Informasi.

Fase yang bertujuan untuk memahami seluruh aspek yang berkaitan dengan produk yang hendak dikembangkan dengan cara mengumpulkan seluruh informasi yang dibutuhkan secara akurat diantaranya (Imam Djati 2001) :

- Gambar produk awal dan spesifikasi.

- Kriteria keinginan konsumen terhadap produk. - Kriteria keinginan relatif konsumen.

- Kriteria manufaktur yang mencakup diagram mekanisme pembuatan struktur dan fungsi.

(19)

Dasar Kemampuan pembelian produk dengan pertimbangan kualitas,maupun performance produk.

- Kriteria finance produk awal. b. Fase kreatif.

Fase yang bertujuan untuk menampilkan alternatif yang dapat memenuhi fungsi yang dibutuhkan diantaranya :

- Penentuan kriteria atribut yang menggunakan diagram pohon. - Penentuan prioritas perancangan.

- Pembuatan alternatif model produk. c. Fase analisa.

Fase yang bertujuan untuk menganalisa alternatif yang dihasilkan pada fase kreatif dan memberikan rekomendasi terhadap alternatif terbaik dan analisa yang dilakukan antara lain :

- Analisa kriteria atribut yang akan dikembangkan. - Penilaian kriteria atribut antar model.

- Pembobotan kriteria atribut produk. - Value analysis.

d. Fase pengembangan.

Fase yang bertujuan memilih salah satu alternatif tunggal dari beberapa alternatif yang ada yang merupakan alternatif terbaik dan merupakan output dari fase analisa. Data data tentang alternatif yang terpilih atau yang digunakan adalah :

- Alternatif terpilih.

(20)

e. Fase rekomendasi.

Fase yang bertujuan untuk mengkomunikasikan secara baik dan menarik terhadap hasil pengembangan produk.

2. Model Perancangan Produk.

Dalam model perancangan produk terdefinisikan menjadi dua jenis model yang sangat dominan dalam awal perancangan produk yaitu model deskriptif dan model perspektif (Ginting R, 2009).

a. Model deskriptif.

Dalam model ini pentingnya menghasilkan suatu konsep solusi sejak dini dalam proses perancangan dan berfokus pada solusi heuristic (pengalaman sebelumnya bersifat umum).

b. Model perspektif.

Model yang bersifat sistematik dan penekanan berada pada semakin meningkatnya kebutuhan yang lebih analitik sebelum aktifitas pembangkitan alternatif alternatif solusi.

2.1.2 Pengembangan Produk.

(21)

pemisahan yang jelas antara biaya pengembangan produk dengan biaya volume penjualan.

Tujuan perusahaan dalam mengembangkan produk adalah agar dapat memenangkan persaingan terhadap barang sejenis, sehingga volume penjualan dan laba perusahaan dapat meningkat serta perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dapat memperluas usahanya. Pengembangan produk dapat pula dilakukan dengan cara memperbaiki produk yang sudah ada (modifikasi produk), perbaikan produk yang sudah ada dilakukan dengan cara: perbaikan mutu/kualitas, perbaikan segi/feature baru, dan perbaikan corak/motif. Disamping menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan juga menciptakan suatu strategi pengembangan produk.

Usaha strategi pengembangan produk diharapkan dapat mengikuti perubahan teknologi yang dipakai dalam perusahaan. Hal ini bagi perusahaan sangat penting karena suatu saat akan mengalami peralihan teknologi. Pada peralihan teknologi perusahaan akan menggunakan teknologi lebih maju guna menjaga kedinamisan perusahaan. Oleh karena itu diperlukan strategi bagi perusahaan agar dapat menciptakan suatu produk baru.

Menurut Urlich (2001), pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan, dan pengiriman produk.

(22)

1. Tahap - Tahap Dalam Pengembangan Produk.

Menurut Swastha (1997:184-186), ada beberapa tahap dalam pengembangan produk, yaitu :

a. Tahap Penyaringan.

Tahap Penyaringan dilakukan setelah berbagai macam ide tentang produk telah tersedia, Dalam tahap ini merupakan pemilihan sejumlah ide dari berbagai macam sumber. Adapun informasi atau ide berasal dari manager perusahaan, pesaing, para ahli termasuk konsultan, para penyalur, langganan, atau lembaga lain.

b. Tahap Analisa Bisnis.

Pada tahap ini msing-masing ide dianalisa dari segi bisnis untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan ide tersebut dapat menghasilkan laba.

c. Tahap Pengembangan.

Pada tahap ini, ide-ide yang telah dianalisa perlu dikembangkan karena ide-ide tersebut lebih menguntungkan. Pengembangan ini tentunya harus sesuai dengan kemampuan perusahaan.

d. Tahap Pengujian.

Tahap pengujian merupakan kelanjutan dari tahap pengembangan, meliputi :

- Pengujian tentang konsep produk. - Pengujian terhadap kesukaan konsumen. - Penelitian laboratorium.

(23)

- Operasi pabrik percontohan. - Tahap Komersialisasi.

2.1.3 Inovasi Pr oduk.

Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai

penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau

invensi. Diskoveri mempunyai makna penemuan sesuatu yang sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui orang; contohnya penemuan benua Amerika. Sebenarnya, benua Amerika sudah ada sejak dahulu, tetapi baru ditemukan pada tahun 1492 oleh orang Eropa yang bernama Columbus. Invensi

adalah penemuan yang benar-benar baru sebagai hasil kreasi manusia; contohnya teori belajar, mode busana, dan sebagainya. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Rogers dan Shoemaker mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktik-praktik baru, atau objek-objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu atau masyarakat sasaran. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga

baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

(24)

secara umum, inovasi berarti suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan/diterapkan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat demi terwujudnya perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga masyarakat yang bersangkutan.

Fullan mengemukakan bahwa tahun 1960-an adalah era banyak inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia, fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara tim (team teaching), termasuk sistem belajar mandiri.

2.2 Er gonomi.

2.2.1Sejarah dan Per kembangan Ergonomi.

Di dalam buku Eko Nurmianto, Istilah "ergonomi" mulai dicetuskan pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengannya telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting diilustrasikan sebagai berikut:

1. C.T. Thackrah, England, 1831.

(25)

Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi, meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan gerakan kerja yang berulang-ulang (repetitive work).

2. F. W. Taylor, U.S.A., 1898.

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan metoda ilmiah untuk menentukan cara yang terbaik dalam melakukan suatu pekerjaan. Beberapa metodanya merupakan konsep ergonomi dan manajemen modern.

3. F .B. Gilberth, U.S.A., 1911.

Gilbreth juga mengamati dan mengoptimasi metoda kerja, dalam hal ini lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan Taylor. Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan mendesain suatu sistem meja yang dapat diatur naik-turun (adjustable).

4. Badan Penelitian untuk Kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research Board), England, 1918.

(26)

untuk sistem kerja berulang (repetitive work systems) dan menyarankan adanya variasi dan rotasi pekerjaan.

5. E. Mayo dan teman-temannya, U.S.A., 1933.

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di suatu Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company,

Hawthorne,Chicago. Tujuan studinya adalah untuk mengkuantifikasi pengaruh dari variabel fisik seperti misalnya pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

6. Perang Dunia Kedua, England dan U.S.A.

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang secara cepat (seperti misalnya pesawat terbang) harus melibatkan sejumlah kelompok interdisiplin ilmu secara bersama-sama sehingga mempercepat perkembangan ergonomi pesawat terbang. Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan identifikasi untuk pengendali pesawat terbang, efektifitas alat peraga (display), handel pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator. 7. Pembentukan Kelompok Ergonomi.

(27)

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Faktors Society di Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu patut diketahui pula bahwa Konperensi Ergonomi Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New Zealand (The Ergonomics Society of Australia and New Zealand).

2.2.2Definisi Er gonomi.

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman. Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.

Menurut Pulat (1992) ergonomi merupakan studi tentang interaksi antara manusia dengan objek yang mereka gunakan, dan lingkungan di mana mereka bekerja. Beberapa hal yang penting dalam pengertian tersebut adalah komponen manusia, obyek, lingkungan, serta interaksi antar komponen-komponen tersebut.

Sedangkan menurut Sritomo Wignjosoebroto adalah Ergonomi atau ergonomics (bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu Ergo

(28)

rancang bangun (design) ataupun rancang ulang (re-design). Hal ini dapat meliputi perangkat keras misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches, platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (display), jalan/lorong (acces ways), pintu (doors), jendela (windows), dan lain-lain. Masih dalam kaitan dengan hal yang ada di atas adalah bahasan tentang rancang bangun lingkungan kerja (working environment), karena jika sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.

Tujuan ergonomi adalah menambah efektifitas penggunaan objek fisik dan fasilitas yang digunakan oleh manusia dan merawat atau menambah nilai tertentu, misalnya kesehatan, kenyamanan dan kepuasan pada proses penggunaan tersebut.

(29)

Prinsip penting yang harus selalu diterapkan pada setiap perancangan adalah

fitting the job to the man rather than the man to the job, dalam hal ini pekerjaan harus disesuaikan agar selalu berada dalam jangkauan kemampuan serta keterbatasan manusia. Dengan demikian, setiap perancangan kerja harus disesuaikan dengan faktor manusianya dimana dimensi fisik dan fungsi harus mengikuti karakteristik dari manusia yang akan menggunakan sistem kerja terseebut.

2.2.3Bidang Kajian Er gonomi.

Pada berbagai sumber literatur, bidang kajian Ergonomi tidak berbeda secara signifikan, perbedaan hanya menyangkut pengelompokan bidang kajian. Pengelompokan bidang kajian yang lengkap dan mencakup seluruh prilaku manusia dalam bekerja adalah kajian Ergonomi yang dikelompokkan oleh Dr. Ir. Iftikar Z. Sutalaksana sebagai berikut :

1. Anthropometri.

Anthropometri adalah cabang ergonomi yang mengkaji masalah dimensi tubuh manusia, Informansi dimensi tubuh manusia diperlukan untuk merancang sistem kerja yang ergonomis. Data Anthropometri selalu berbeda untuk setiap individu. Perbedaan itu merupakan suatu kodrat bahwa tidak ada manusia yang sama dalam segala hal.

2. Faal Kerja.

(30)

3. Biomekanika Kerja.

Biomekanika kerja mengkaji perilaku manusia dalam aspek-aspek mekanika gerakan. Objek penelitian sehubungan dengan masalah biomekanika ini adalah kekuatan kerja otot, kecepatan dan ketelitian gerak anggota badan, serta daya tahan jaringan-jaringan tubuh terhadap beban.

4. Penginderaan.

Manusia pada dasarnya memiliki lima indera utama, yaitu indera penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera perasa (kulit), serta indera perasa (lidah). Dalam ergonomi, penglihatan dan pendengaran dikaji untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan indera tersebut dalam merespon informasi dari sitem kerja.

5. Psikologi Kerja.

(31)

2.3 Beban Ker ja.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai dan seimbang baik tehadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut.

2.3.1Faktor Yang Mempengar uhi Beban Kerja.

Rodahl (1998), Adiputra (1998), dan Manuaba (2000) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut ini merupakan faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi beban kerja.

1. Beban Kerja Karena Faktor Eksternal.

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Jenis beban kerja, yaitu:

a. Tugas (task).

Tugas yang dilakukan baik itu yang berupa aktivitas fisik (stasiun kerja, tata letak ruangan, peralatan dan perlengkapan kerja, sikap kerja, cara angkat dan angkut beban, alat bantu kerja, sarana informasi termasuk

(32)

b. Organisasi kerja.

Organisasi kerja meliputi waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, sistem kerja, struktur organisasi, dan lain-lain.

c. Lingkungan kerja.

Lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada pekerja adalah lingkungan kerja fisik seperti mikroklimat (suhu dan kelembaban udara), intensitas penerangan, dan kebisingan; lingkungan kimiawi (debu, uap logam, fume dalam udara, dan lain-lain); lingkungan biologis (bakteri, virus, jamur, dan lain-lain); lingkungan psikologis (pemilihan dan penempatan tenaga kerja, pekerja dengan atasan, pekerja dengan keluarga, dan pekerja dengan lingkungan sosial yang berdampak kepada performansi kerja di tempat kerja.

2. Beban Kerja Karena Faktor Internal.

(33)

a. Faktor somatik (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi).

b. Faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan, keingian, kepuasan, dan lain lain).

2.3.2Penilaian Beban Kerja Fisik.

Rodahl (1989) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa penilaian beban kerja fisik dapat dilakukan dengan dua metode secara objektif, yaitu metode penilaian secara langsung dan tidak langsung. Metode pengukuran langsung yaitu melalui pengukuran energi ekspenditur (energi yang dikeluarkan) melalui asupan oksigen selama bekerja, semakin berat beban kerja semakin banyak energi yang dikonsumsi. Metode pengukuran secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan denyut jantung ataupun denyut nadi selama bekerja.

1. Penilaian beban kerja fisik dengan menggunakan denyut jantung.

Konz (1996) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa denyut jantung adalah suatu alat estimasi laju metabolisme yang baik, kecuali dalam keadaan emosi dan vasodilatasi. Kategori berat ringannya beban kerja berdasarkan pada denyut jantung dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kategori beban ker ja berdasarkan denyut jantung

(34)

Kilbon (1992) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa pengukuran denyut jantung selama kerja merupakan suatu metode untuk menilai

cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut jantung adalah dengan menggunakan tensimeter digital, apabila peralatan tersebut tidak tersedia maka dapat dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut. Dalam penelitian ini, denyut yang diukur adalah denyut nadi karena untuk kemudahan pengukuran. Metode 10 denyut dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan nadi untuk berdetak selama 10 detik, kemudian dikonversi dengan menggunakan formula, sebagai berikut:

Denyut nadi (denyut/menit) = 60

10 10

x Denyut waktuper

Denyut

... Persamaan 2.1.

(35)

nadi mempunyai hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu bekerja. Denyut nadi dapat ditentukan pada arteri radialis pada pergelangan tangan.

Grandjean (1993) dalam (Tarwaka dkk., 2004) menyatakan bahwa denyut nadi untuk mengestimasi indeks beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a. Denyut nadi istirahat, adalah rata-rata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai.

b. Denyut nadi kerja, merupakan rata-rata denyut nadi selama bekerja. c. Nadi kerja, selisih antara denyut nadi isirahat dengan denyut nadi kerja. 2. Pengukuran Konsumsi Energi.

Denyut jantung ataupun denyut nadi merupakan peubah yang penting dalam penelitian lapangan maupun penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung ataupun denyut nadi. Indeks ini merupakan perbedaan antara denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung pada waktu istirahat. Untuk merumuskan hubungan antara konsumsi energi dengan kecepatan denyut jantung, dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara konsumsi energi dengan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung adalah regresi kuadratis dengan persamaan, sebagai berikut:

(36)

Dimana ;

Y = Energi (kilokalori per menit).

X = Kecepatan denyut jantung (denyut per menit).

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi, maka konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu dapat dituliskan dalam bentuk matematis, sebagai berikut :

KE = Et - Ej...Persamaan 2.3. Dimana ;

KE = Konsumsi energi untuk satu kegiatan kerja tertentu (kilokalori per menit).

Et = Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (kilokalori per menit). Ej = Penegeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori per menit).

Dengan demikian, konsumsi energi pada waktu kerja tertentu merupakan selisih antara pengeluaran energi pada waktu kerja dengan pengeluaran energy pada waktu istirahat. Kategori berat ringannya suatu aktivitas kerja berdasarkan pada konsumsi energi dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kategor i beban ker ja ber dasarkan konsumsi ener gi

(37)

2.3.3Sikap Ker ja.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu :

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian.

2. Semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. 3. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani

melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot – otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan juga untuk mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas (Tarwaka, 2004).

Sikap tubuh dalam bekerja terdiri dari : 1. Sikap Kerja Duduk.

(38)

duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan 1 tersebut mencapai 140% dan cara duduk yang dilakukan dengan membungkuk ke depan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190% (Nurmianto, 2004). Sikap duduk paling baik yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap badan dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lardosa pada pinggang dan sedikit mungkin kifosa pada punggung (Suma’mur, 1989). Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi. Selain itu, duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Wasisto, 2005).

Gambar 2.1 Sikap ker ja pada Visual Display Terminal (VDT) yang dir ekomendasikan oleh Cakir et al. (1980) (kir i) dan Gr andjean et al. (1982, 1984) (kanan)

(39)

Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut : a. Kurangnya kelelahan pada kaki.

b. Terhindarnya sikap – sikap yang tidak alamiah. c. Berkurangnya pemakaian energi dalam bekerja. d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

Namun, kegiatan bekerja sambil duduk juga dapat menimbulkan kerugian/ masalah bila dilakukan secara tidak ergonomis. Kerugian tersebut antara lain :

a. Melembeknya otot – otot perut. b. Melengkungnya punggung.

c. Tidak baik bagi organ dalam tubuh, khususnya pada organ pada sistem pencernaan jika posisi dilakukan secara membungkuk.

2. Sikap Kerja Berdiri.

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak ditemukan di perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007).

2.3.4Keluhan Muskuloskeletal.

(40)

Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka, 2004), yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible).

Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent).

Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang.

Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan.

(41)

aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeleletal.

2. Aktivitas Berulang.

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus - menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat – angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus – menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah.

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

2.3.5Kelelahan.

(42)

dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan sebagainya (Schuler, 1999). Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan /ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2000).

Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban (1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :

1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :

a. Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) ialah disebabkan munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan beban.

(43)

2. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :

a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan.

3. Berdasarkan penyebabnya :

a. Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di tempat kerja.

b. Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang berkepanjangan.

c. Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

2.3.6Postur dan Per gerakan Kerja.

Postur kerja adalah merupakan pengaturan sikap pada saat tubuh sedang melakukan pekerjaan. Sikap kerja pada saat bekerja sebaiknya dilakukan secara normal sehingga dapat mencegah timbulnya musculoskeletal. Rasa nyaman dapat dirasakan apabila pekerja melakukan postur kerja yang baik.

1. Korset Bahu.

(44)

Abduction Adduction Elevation Depressio

Gambar 2.2 J angkauan ger akan kor set bahu Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011

Keterangan :

a. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi sumbu tengah tubuh (the median plane).

b. Adduction adalah pergerakan ke arah sumbu tengah tubuh (the median plane).

c. Elevation adalah pergerakan kearah atas (bahu diangkat keatas).

e. Depression adalah pergerakan kearah bawah (bahu diturunkan kebawah). 2. Persendian Bahu.

Persendian bahu memiliki jangkauan gerakan normal yaitu : flexion, extension, abduction, adduction, rotation.

(45)

Outward Medial Rotation Intward Medial Rotation Circumduction

Gambar 2.3 J angkauan per sendian bahu Sumber: www.brianmac.co.uk, 2011

Keterangan :

a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

b. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

c. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

d. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh. e. Rotation adalah gerakan perputaran bagian atas lengan.

f. Circumduction adalah gerakan perputaran lengan menyamping secara keseluruhan.

3. Persendian Siku.

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu : supination, pronation, flexion, extension.

(46)

Flexion Extension

Gambar 2.4 J angkauan gerakan per sendian siku Sumber: www.brianmac.co.uk, 2010

Keterangan :

a. Supination adalah perputaran kearah samping dari anggota tubuh. b. Pronation adalah perputaran bagian tengah dari anggota tubuh.

c. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

d. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

4. Persendian Pergelangan Tangan.

Persendian siku memiliki gerakan normal yaitu: flexion, ekstension, adduction, abduction, dan circumduction.

Flexion Extension Adduction Abduction Circumduction

(47)

Keterangan :

a. Flexion adalah gerakan dimana sudut antara dua tulang terjadi pengurangan.

b. Extension adalah gerakan merentangkan dimana terjadi peningkatan sudut antara dua tulang.

c. Abduction adalah pergerakan menyamping menjauhi dari sumbu tengah tubuh.

d. Adduction adalah pergerakan kearah sumbu tengah tubuh.

e. Circumduction adalah pergerakan pergelangan tangan secara memutar.

2.4 Anthr opometri.

2.4.1Definisi Anthropometr i.

Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya istilah antropometri berasal dari "anthro" yang berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif antropometri dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukurandimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar dsb.) berat dan lain-lain. Yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luasakan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam proses perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan memerlukan interaksimanusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luasantara lain dalam hal :

1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll ).

(48)

3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/meja komputer dll.

4. Perancangan lingkungan kerja fisik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan produk yangdirancang dan manusia yang akan mengoperasikan / menggunakan produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang - kurangnya 90 % - 95 % dari populasi yang menjadi target dalam kelompok pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.

2.4.2Data Anthropometri dan Car a Pengukurannya.

Manusia pada umumnya akan berbeda – beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia , yaitu (Stevenson, 1989; Nurmianto, 2003) :

1. Umur.

(49)

Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan (Wignjosoebroto, 1995).

2. Jenis kelamin (sex).

dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan sebagainya.

3. Suku bangsa (etnic).

Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnic akan memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimensi tubuh suku bangsa Negara Barat pada umumnya mempunyai ukuran yang lebih besar daripada dimensi tubuh suku bangsa negara Timur.

4. Keacakan / Random.

Hal ini menjelaskan bahwa walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas sama jenis kelamin, suku atau bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat.

5. Jenis Pekerjaan.

(50)

6. Pakaian.

Tebal tipisnya pakaian yang dikenakan, dimana faktor iklim yang berbeda akan memberikan varisi berbeda-beda pula dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lainnya.

7. Faktor Kehamilan.

Kondisi semacam ini akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh khususnya bagi perempuan. Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusus terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmen seperti ini.

8. Tubuh Cacat.

Hal ini jelas menyebabkan perbedaan antara yang cacat dengan yang tidak terhadap ukuran dimensi tubuh manusia.

9. Posisi tubuh (posture).

Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.

Berkaitan dengan posisi tubuh manusia dikenal dua cara pengukuran, yaitu: a. Antropometri Statis (Structural Body Dimensions).

(51)

b. Antropometri Dinamis (Functional Body Dimensions).

Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan (Wignjosoebroto, 1995) .

Selanjutnya untuk memperjelas mengenai data antropometri yang tepat diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas kerja, diperlukan pengambilan ukuran dimensi anggota tubuh. Penjelasan mengenai pengukuran dimensi antropometri tubuh yang diperlukan dalam perancangan dijelaskan pada gambar 2.6.

Gambar 2.6. Antropometr i untuk Perancangan Pr oduk Sumber: Wignjosoebroto, 2003

(52)

Keterangan gambar 2.6. di atas, yaitu:

1 : Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai sampai dengan ujung kepala).

2 : Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak. 3 : Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.

4 : Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).

5 : Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).

6 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk (di ukur dari alas tempat duduk pantat sampai dengan kepala).

7 : Tinggi mata dalam posisi duduk. 8 : Tinggi bahu dalam posisi duduk.

9 : Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus). 10 : Tebal atau lebar paha.

11 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan. ujung lutut.

12 : Panjang paha yang di ukur dari pantat sampai dengan bagian belakang dari lutut betis.

13 : Tinggi lutut yang bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk. 14 : Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang di ukur dari lantai sampai dengan

paha.

15 : Lebar dari bahu (bisa di ukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk). 16 : Lebar pinggul ataupun pantat.

(53)

18 : Lebar perut.

19 : Panjang siku yang di ukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam posisi siku tegak lurus.

20 : Lebar kepala.

21 : Panjang tangan di ukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari. 22 : Lebar telapak tangan.

23 : Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar kesamping kiri kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).

24 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak. 25 : Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak.

26 : Jarak jangkauan tangan yang terjulur kedepan di ukur dari bahu sampai dengan ujung jari tangan.

2.4.3Aplikasi Distr ibusi Normal dan Per sentil Dalam Penetapan Data Anthr opometri.

(54)

bawah nilai tersebut) bisa ditetapkan sesuai tabel probabilitas distribusi normal. Bilamana diharapkan ukuran yang mampu mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka diambil rentang 2,5th dan 97,5th percentile sebagai batas-batasnya (Wignjosoebroto, 1995).

Gambar 2.8. Distribusi nor mal yang mengakomodasi 95% dar i populasi. Sumber: Wignjosoebroto, 2003

Menurut Panero dan Zelnik (2003) disamping berbagai variasi, pola umum dari suatu distribusi data anthopometrik, seperti juga data-data lain, biasanya dapat diduga dan diperkirakan seperti pada distribusi Gaussian. Distribusi semacam itu, bila disajikan melalui grafik dengan membandingkan kejadian yang muncul terhadap besaran, biasanya berbentuk kurva simetris atau berbentuk lonceng. Ciri umum kurva berbentuk lonceng tersebut adalah besarnya prosentase pada bagian tengah dengan sediki saja perbedaan yang mencolok pada bagian ujung dari skala grafik tersebut.

(55)

Oleh karena itu sebaiknya dilakukan perancangan dengan tujuan dan data yang berasal dari segmen populasi dibagian tengah grafik. Jadi merupakan hal logis untuk mengesampingkan perbedaan yang ekstrim pada bagian ujung grafik dan hanya menggunakan segmen terbesar yaitu 90% dari kelompok populasi tersebut.

Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil (Nurmianto, 2008).

Persentil ke-50 memberi gambaran yang mendekati nilai rata-rata dari suatu kelompok tertentu, namun demikian pengertian ini jangan disalah artikan sama dengan mengatakan bahwa rata-rata orang pada kelompok tersebut memiliki ukuran tubuh yang dimaksudkan tadi. Ada dua hal penting yang harus selalu diingat bila menggunakan persentil. Pertama, persentil anthropometrik dari tiap invidu hanya berlaku untuk satu data dimensi tubuh saja. Kedua, tidak dapat dikatakan seseorang memilki persentil yang sama, ke-95 atau ke-90 atau ke-5, untuk keseluruhan dimensi tubuhnya (Panero dan Zelnik, 2003).

(56)

Tabel 2.3. Macam per sentil dan cara per hitungan dalam distr ibusi nor mal.

Sumber: Wignjosoebroto, 1995

Keterangan tabel 2.1. di atas, yaitu:

x = mean data

σ= standar deviasi dari data x

Pada pengolahan data anthropometri yang digunakan adalah data

anthropometri hasil pengukuran dimensi tubuh manusia yang berkaitan dengan dimensi dari perancangan fasilitas kerja.

Sedangkan pada penentuan dimensi rancangan fasilitas kerja perakitan dibutuhkan beberapa persamaan berdasarkan pendekatan anthropometri. Ini berkaitan dengan penentuan penggunaan persentil 5 dan 95 (Panero dan Zelnik, 2003).

(57)

P5 = x - 1,645 σ x ... Persamaan 2.4. P50 = x ... Persamaan 2.5. P95 = x + 1,645 σ x ... Persamaan 2.6.

2.5 Meja Komputer .

2.5.1 Definisi Meja Komputer .

(58)

Gambar 2.9. Meja Komputer . Sumber: www.sunjayashop.idonetwork.co.id

2.5.2 Komponen dan Bahan Meja Komputer .

Komponen utama pembuatan meja komputer umumnya adalah :

1. Papan triplek tebal 18mm – 28mm yang terbuat dari kayu yang dilapisi oleh

HPL atau Dechosid yaitu pealapis seperti texture kayu yang halus dan mengkilap.

2. Pin silinder yaitu berupa kayu kecil berbentuk silender yang digunakan untuk penyambung antar komponen papan triplek.

3. Sekrup yaitu digunakan sebagai penyambung tambahan dari pin silinder supaya meja komputer lebih kuat.

4. Siku yaitu suatu besi panjang berbentuk siku yang nantinya digunakan untuk rel pada keyboard kompute

2.6 Kuisioner.

(59)

Dengan menggunakan kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemukan dalam wawancara, selain itu juga untuk menentukan seberapa luas atau terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.Penggunaan kuesioner tepat bila :

1. Responden (orang yang merenpons atau menjawab pertanyaan) saling berjauhan.

2. Melibatkan sejumlah orang di dalam proyek sistem, dan berguna bila mengetahui berapa proporsi suatu kelompok tertentu yang menyetujui atau tidak menyetujui suatu fitur khusu dari sistem yang diajukan.

3. Melakukan studi untuk mengetahui sesuatu dan ingin mencari seluruh pendapat sebelum proyek sistem diberi petunjuk-petunjuk tertentu.

4. Ingin yakin bahwa masalah-masalah dalam sistem yang ada bisa diidentifikasi dan dibicarakan dalam wawancara tindak lanjut.

2.6.1 J enis Pertanyaan Pada Kuisioner

(60)

pertanyaan direncanakan secara mendetail.Jenis-jenis pertanyaan dalam kuesioner adalah :

1. Pertanyaan Terbuka : pertanyaan-pertanyaan yang memberi pilihan-pilihan respons terbuka kepada responden. Pada pertanyaan terbuka antisipasilah jenis respons yang muncul. Respons yang diterima harus tetap bisa diterjemahkan dengan benar.

2. Pertanyaan Tertutup : pertanyaan-pertanyaan yang membatasi atau menutup pilihan-pilihan respons yang tersedia bagi responden.

Petunjuk-petunjuk yang harus diikuti saat memilih bahasa untuk kuesioner adalah sebagai berikut :

1. Gunakan bahasa responden kapanpun bila mungkin. Usahakan agar kata-katanya tetap sederhana.

2. Bekerja dengan lebih spesifik lebih baik daripada ketidak-jelasan dalam pilihan kata-kata. Hindari menggunakan pertanyaan-pertanyaan spesifik. 3. Pertanyaan harus singkat.

4. Jangan memihak responden dengan berbicara kapada mereka dengan pilihan bahasa tingkat bawah.

5. Hindari bias dalam pilihan kata-katanya. Hindari juga bias dalam pertanyaan –pertanyaan yang menyulitkan.

6. Berikan pertanyaan kepada responden yang tepat (maksudnya orang-orang yang mampu merespons). Jangan berasumsi mereka tahu banyak.

7. Pastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan tersebut secara teknis cukup akurat sebelum menggunakannya.

(61)

2.7 Pengujian Data.

2.7.1Uji Keser agaman Data.

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana mudah dan cepat. Di sini kita hanya sekedar melihat data yang terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang telalu “ekstrim”. Yang dimaksudkan dengan data ekstrim disini ialah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sewajarnya kita buang jauh-jauh dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya. Langkah pertama dalam uji keseragaman data yaitu menghitung besarnya rata-rata dari setiap hasil pengamatan, dengan persamaan berikut :

x =

n xi

... Persamaan 2.7.

Dimana:

x = Rata-rata data hasil pengamatan. x = Data hasil pengukuran.

Langkah kedua adalah menghitung deviasi standar dengan persamaan 2.8 berikut:

1 )

( 2

− −

=

n x xi

σ ... Persamaan 2.8.

Dimana:

(62)

Langkah ketiga adalah menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) yang digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim dengan menggunakan persamaan 2.9 dan 2.10 berikut :

BKA = X + kσ ... Persamaan 2.9. BKB = X - kσ ... Persamaan 2.10. Dimana:

X = Rata-rata data hasil pengamatan.

σ = Standar deviasi dari populasi.

k = Koefisien indeks tingkat kepercayaan, yaitu: Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1. Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2. Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

2.7.2Uji Kecukupan Data.

Analisis kecukupan data dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah data yang diambil sudah mencukupi denganmengetahui besarnya nilai N’. Apabila N’ < N maka data pengukuran dianggap cukup sehingga tidak perlu dilakukan pengambilan data lagi. Sedangkan jika N’ > N maka data dianggap masih kurang sehingga diperlukan pengambilan data kembali. Adapun tahapan dalam uji kecukupan data adalah sebagai berikut :

1. Menentukan Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan.

(63)

diperoleh memenuhi syarat tadi. Ini pun dinyatakan dalam persen. Jadi tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa pengukuran membolehkan rata-rata hasil pengukuranya menyimpang sejauh 5% dari rata-rata sebenarnya dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Atau dengan kata lain berate bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari sesuatu yang diukur akan memiliki peyimpangan tidak lebih dari 5%.

2. Pengujian Kecukupan Data.

…..……… Persamaan 2.11.

Dimana:

N’ = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan. x = Data hasil pengukuran.

s = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (dinyatakan dalam desimal). k = Harga indeks tingkat kepercayaan, yaitu:

Tingkat kepercayaan 0 % - 68 % harga k adalah 1. Tingkat kepercayaan 69 % - 95 % harga k adalah 2. Tingkat kepercayaan 96 % - 100 % harga k adalah 3.

(64)

2.8 Penelitian Ter dahulu.

Yang dijadikan landasan pada penelitian ini adalah :

1. ”Evaluasi Ergonomis Dalam Perancangan Produk” oleh : Sritomo Wignjosoebroto, Institut Teknologi Sepuluh November. Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa evaluasi ergonomis dalam hal ini merupakan salah satu langkah pengujian agar sebuah rancangan produk pada saat dioperasikan tidak saja mampu memberikan fungsi-fungsi yang telah direncanakan, akan tetapi juga mampu memberikan keselamatan, kesehatan dan juga kenyamanan pada saat dioperasikan. Akhirnya, rancangan produk yang ergonomis itu jelas akan mampu pula meningkatkan nilai komersial dan daya saing produk.

2. “Perancangan Alat Bantu Jalan (Kruk) Yang Prakktis dan Ergonomis Dengan Menggunakan Software CATIA” oleh : Taufiq Fitriadi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2008. Pada penelitian tersebut diketahui hasil produk kruk dengan desain yang menarik dan kuat untuk pemakaiannya serta praktis untuk digunakan, serta dapat diringkas dengan panjang minimal 100 cm. Alat kruk dapat diatur panjang dan pendek sesuai dengan keinginan. Untuk analisis pengujian kekuatan rangka dengan software CATIA diperoleh beban maksimal untuk kekuatan produk kruk yaitu sebesar 1000 Newton.

(65)

antara lain : Pada sandaran dapat disesuaikan maju mundur sesuai dengan keinginan, pada putaran bawah terdapat tambahan bearing, dan pada bagian kursi dapat disesuaikan ketinggiannya. Dengan menggunakan desain 3D max, diharapkan alat rancangan yang baru dapat mengurangi beban kerja yang dirasakan oleh para pekerja.

(66)

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada konsumen yang dominan sebagai pengguna meja dan kursi komputer pada Lab Teknik Industri UPN “Veteran” Jawa Timur yang dimulai pada bulan oktober 2011 sampai data yang diperlukan terpenuhi.

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Var iabel

Variabel dapat diartikan sebagai faktor yang mempunyai besaran dan variasi dalam penelitian. Jenis variabel dalam penelitian ada dua yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas adalah variabel yang perubahannya tidak tergantung pada variabel yang lain, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Adapun variabel bebas yang berpengaruh dalam penelitian ini adalah :

Dimensi tubuh yang bersesuaian.

Merupakan data primer yang didapatkan secara langsung melalui pengukuran dimensi tubuh manusia (operator). Adapun pengukuran dimensi tubuh yang bersesuaian adalah sebagai berikut :

a. Tinggi bahu dalam posisi duduk. (Presentil 5% , 50% , 95%)

(67)

Yang merupakan persentil kecil dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar dapat menggunakan meja ini dengan nyaman

c. Tinggi popliteal. (Presentil 95%)

Yang merupakan persentil besar dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman.

d. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak. (Presentil 5% , 50% , 95%)

Yang merupakan persentil rata-rata dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud yang pendek bisa menyesuaikan yang tinggi agar dapat menjangkau meja ini dengan nyaman.

e. Lebar pinggul atau pantat. (Presentil 5% , 50% , 95%)

Yang merupakan persentil besar dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman.

f. Panjang popliteal. (Presentil 5% , 50% , 95%)

Yang merupakan persentil rata-rata dari populasi orang dewasa yang diukur dengan maksud yang pendek bisa menyesuaikan yang tinggi agar dapat menggunakan kursi ini dengan nyaman.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(68)

Teknik sampling yang digunakan adalah judgment sampling. Judgment sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya (Cooper dan Emory, 2005).

3.3.1Studi Lapangan

Pada tahap ini pengamatan langsung dilakukan terhadap objek yang dijadikan penelitian untuk mengetahui kondisi kerjanya. Pada penelitian ini digunakan metode :

1. Wawancara

Mengajukan pertanyaan – pertanyaan secara langsung terhadap objek (pengguna atau operator) yang diteliti mengenai informasi – informasi yang dibutuhkan untuk penelitian.

2. Observasi

Mengamati secara langsung obj

Gambar

Tabel 2.2 Kategori beban kerja berdasarkan konsumsi energi
Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang
Gambar 2.3 Jangkauan persendian bahu
Gambar 2.4 Jangkauan gerakan persendian siku
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana, sehingga

Tahap kedua penelitian ini menggunakan metode eksperimen desain dengan mengacu pada hasil penelitian tahap ke-1 ( pada tahun pertama telah dibuat model meja dan kursi pada

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan dengan cheklist penelitian pada Lampiran 2, dari kedua sekolah ini untuk semua jenis meja dan kursi yang digunakan siswa

Perbaikan meja komputer hidesk dengan menggunakan pendekatan anthropometri di atas didapatkan rancangan yang ergonomis yang aman dan nyaman bagi penggunanya. Meja komputer

Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini akan diperoleh prothotype desain meja dan kursi siswa SD di Indonesia yang ideal disesuaikan dengan tujuan pembelajaran di

Tahap Perancangan dan Pengembangan sebelum kita membuat produk kita harus mempertimbangkan dahulu bagaimana rancangan meja kursi lipat untuk ruang tamu dan tempat tidur anak

Postur tubuh siswa akan bekerja secara alami jika menggunakan meja dan kursi yang ergonomis dan sebaliknya dapat menimbulkan ketidaknyamanan yang berakibat munculnya

Dari permasalahan di atas dimana tempat tidur balita yang digunakan di masyarakat penggunanya masih sangat kurang ergonomis dan terlalu sederhana, sehingga