JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
AGUSTINUS TOURNADO CRISTA
0734010168
J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
Syukur Puji Tuhan atas segala limpahan Kekuatan yang telah diberikan
kepada penyusun sehingga dengan keterbatasan waktu, tenaga, pikiran dan
keberuntungan yang dimiliki penyusun, akhirnya dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Aplikasi Metode AHP Dalam Penentuan Pener imaan
Beasiswa Mahasiswa J ur usan Teknik Informatika UPN “Veter an”J awa
Timur ” tepat waktu.
Skripsi dengan beban 4 SKS ini disusun guna diajukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada jurusan Teknik
Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN “Veteran” Jawa Timur.
Melalui Skripsi ini penyusun merasa mendapatkan kesempatan emas untuk
memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan,
terutama berkenaan tentang penerapan teknologi aplikasi. Namun, penyusun
menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk pengembangan
aplikasi lebih lanjut.
Selama penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan bantuan dari
keluarga, sahabat, dan rekan-rekan. Bantuan yang diberikan tidak hanya bantuan
materi, namun juga moril kepada penulis. Pada kesempatan ini, penulis ingin
Akhir ini dapat terselesaikan.
2. Bapak Ir. Sutiyono, M.T dan Bapak Moh. Irwan Afandi, ST. MSc sebagai
dosen pembimbing atas segala bantuan dan bimbingan sehingga Tugas
Akhir ini terselesaikan.
3. Teman – teman Aryo, Fajar Bayu, Rino, Ferdian, Gilang, Saiful dan teman
lainnya senantiasa memberikan dukungan dalam mengerjakan Tugas
Akhir ini.
4. Ariessa Purnamasari yang selalu memberikan dukungan, doa dan
membantu penulis dalam mengerjakan laporan Tugas Akhir ini.
5. Pegawai TU yang bertugas di UPN Veteran “Jatim” yang telah membantu
dalam hal administrasi.
6. Pegawai kermawa Ibu Rohani dan pegawai lainnya yang telah sabar
memberikan dan membantu banyak dalam memberikan informasi.
7. Bunda, Ibu Wiwik, Ibu Yuni dan seluruh karyawan di Koperasi yang
masih setia memberikan support.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
Tugas Akhir ini namun penulis berharap semoga Tugas akhir ini dapat berguna
dan ikut menunjang perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komputer.
Surabaya, 12 – 07 - 2012
ABSTRAK……… i
2.1 Algoritma Analitical Hierarchy Process……… 7
2.1.1 Decomposition (Dekomposisi Masalah)………… 9
2.1.2 Comparative Judgment (Penilaian atau Perbandingan elemen)……….. 10
2.1.3 Synthesis of Priority……….. 12
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan AHP……….. 14
2.1.5 Langkah – langkah Perhitungan AHP………….. 15
2.1.6 Contoh Perhitungan AHP……… 20
2.1.7 Perhitungan Konsistensi AHP………. 21
2.1.8 Perhitungan Multi Responden………. 23
2.2 Beasiswa……….. 24
2.2.1 Persyaratan Beasiswa……….. 25
2.2.2 Syarat Umum……….. 25
2.2.6 Prosedur Pemberian Beasiswa……… 29
2.3 Definisi Sistem………... 30
2.3.1 Konsep Dasar Data dan Informasi………. 31
2.4 Diagram Konteks……… 35
2.4.1 Data Flow Diagram……… 35
2.5 Delphi………. 38
2.6 Sistem Pendukung Keputusan……….. 39
2.7 Penentuan Kriteria………. 43
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN ... 45
3.1 Analisis Sistem ... 45
3.1.1 Perancangan Sistem……… 46
3.1.2 Gambaran Umum Data Masukan……… 46
3.1.3 Contoh Perhitungan AHP………... 46
3.1.4 Perhitungan Faktor Evaluasi Untuk Kriteria IPK. 48 3.1.5 Entity Relationship Diagram……… 54
3.1.6 Data Flow Diagram……….. 56
3.2 Flowchart Program menggunakan algoritma AHP……. 58
3.3 Desain Interface……….. 59
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM... 63
4.1 Penggunaan Perangkat……….. 63
4.2 Implementasi Hasil Perancangan……….. 64
4.2.1 Implementasi Program……….. 64
4.3 Form Utama Perangkat Lunak……….. 67
4.3.1 Implementasi Form………... 74
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 75
5.1 Hasil dan Pembahasan ……….... 75
6.2 Saran ………... 83
Tabel 2.1 Tabel perbandingan masing-masing kriteria... 11
Tabel 2.2 Tabel perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria... 11
Tabel 2.3 Tabel perbandingan bobot masing-masing kriteria dengan tiap pilihan………... 13
Tabel 2.4 Tabel variabel nilai data……... 13
Tabel 2.5 Penjumlahan Kolom... 16
Tabel 2.6 Penjumlahan Baris... 16
Tabel 2.7 Perkalian TPV dengan elemen matrik... 17
Tabel 2.8 Penjumlahan Baris Setelah Perkalian... 17
Tabel 2.9 Ketentuan Random Indek (RI)... 18
Tabel 2.10 Perhitungan vi... 19
Tabel 2.11 Perbandingan Kepentingan Level 2... 20
Tabel 2.12 Matriks yang dinormalkan... 21
Tabel 2.13 Jenis dan Syarat beasiswa... 26
Tabel 3.1 Matrik faktor Pembobotan Hirarki untuk semua kriteria... 47
Tabel 3.2 Matrik faktor Pembobotan Hirarki untuk semua kriteria yang dinormalkan... 47
Tabel 3.3 Matrik faktor Pembobotan Hirarki untuk semua kriteria IPK... 49
Tabel 3.6 Matrik faktor Pembobotan Hirarki untuk semua kriteria
PKM... 52
Tabel 3.7 Matrik faktor Pembobotan Hirarki untuk semua kriteria yang di bandingkan... 53
Tabel 4.1 Implementasi Form... 78
Tabel 5.1 Master Login ... 80
Tabel 5.2 Evaluasi uji coba login ... 80
Tabel 5.3 Uji coba menu utama ……….. 80
Tabel 5.4 Uji coba data mahasiswa ……… 81
Tabel 5.5 Uji coba kriteria nilai …..……… 81
Tabel 5.6 Uji coba data masukan ……….. 82
Halaman
Gambar 2.1 Dekomposisi AHP……... 10
Gambar 2.2 Gambar mencari nilai ƛ maks... 10
Gambar 2.3 Gambar Hasil Perhitungan……… 22
Gambar 2.4 Gambar Hasil Perkalian... 22
Gambar 2.5 Model Sistem Sederhana... 31
Gambar 2.6 Perubahan data menjadi informasi dalam sistem informasi………... 32
Gambar 2.7 Siklus Informasi………... 33
Gambar 2.8 Tahapan Pengambilan Keputusan Proses Pemilihan Alternatif……….. 40
Gambar 2.9 Tahapan Pemodelan Sistem……… 41
Gambar 3.1 ERD Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Beasiswa………...……… 55
Gambar 3.2 Contect Diagram……..………... 56
Gambar 3.3 DFD Level 1 Proses 1………... 56
Gambar 3.4 DFD level 1 Proses 2………... 57
Gambar 3.5 DFD Level 1 Proses 3………... 57
Gambar 3.6 Flowchart program menggunakan algoritma AHP... 58
Gambar 3.7 Rancang awal Login ... 59
Gambar 3.8 Tampilan Menu Utama... 60
Gambar 3.12 Perhitungan AHP... 62
Gambar 4.1 Tampilan Awal Delphi... 71
Gambar 4.2 Tampilan Username dan Password... 72
Gambar 4.3 Tampilan Menu Utama... 72
Gambar 4.4 Tampilan input data mahasiswa... 73
Gambar 4.5 Tampilan Masukan Kriteria... 74
Gambar 4.6 Tampilan Form Kriteria... 75
Gambar 4.7 Tampilan Perhitungan AHP... 76
Gambar 4.8 Tampilan Hasil Laporan... 77
Penyusun menyadari bawasannya dalam menyelesaikan Skripsi ini
tentunya tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dukungan dan doa dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan yang berharga ini, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Orang tua dan semua keluarga tercinta tanpa terkecuali yang tak
henti-hentinya dan memberikan nasihat motifasi dan doa hingga Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
2. Bapak Ir. Sutiyono, M.T dan Bapak Moh. Irwan Afandi, ST. MSc sebagai
dosen pembimbing atas segala bantuan dan bimbingan sehingga Tugas
Akhir ini terselesaikan.
3. Teman – teman Aryo, Fajar Bayu, dan Rino senantiasa memberikan
dukungan dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semua kebaikan
kalian adalah harta bagi penulis.
5. Ariessa Purnamasari yang selalu memberikan dukungan, doa dan
membantu penulis dalam mengerjakan laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
Tugas Akhir ini namun penulis berharap semoga Tugas akhir ini dapat berguna
Dosen Pembimbing : Ir. Sutiyono, MT
Moh. Irwan Afandi, ST. MSc
Penyusun : Agustinus Tournado Crista, 0734010168
_________________________________________________________________
ABSTRAK
Beasiswa adalah pemberian berupa bantuan keuangan yang diberikan kepada perorangan yang bertujuan untuk digunakan demi keberlangsungan pendidikan yang ditempuh. Pemberian beasiswa kepada mahasiswa di Perguruan Tinggi merupakan wujud dari partisipasi masyarakat, instansi, pemerintah, pengusaha-pengusahaan swasta dalam ikut serta membangun bangsa khususnya dalam bidang pendidik. Oleh karena itu beasiswa harus diberikan kepada penerima yang layak dan pantas mendapatkannya.
Dalam tugas akhir kali ini penulis membangun sebuah sistem untuk melakukan perekomendasisan penerimaan beasiswa sehingga beasiswa dapat diberikan kepada penerima yang layak dan pantas mendapatkannya, dimana metode yang akan digunakan adalah metode analytical hierarchy process.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dalam tugas akhir ini ternyata metode
analytical hierarchy process dapat menyelesaikan permasalahan dalam
perekomendasian penerima beasiswa. sistem yang dapat membantu membuat keputusan calon penerima beasiswasecara otomatis. Sehingga dapat meringankan kerja bagian kemahasiswaan
Kata kunci : Beasiswa, Sistem Pendukung Keputusan, analytical hierarchy
1.1. Latar Belakang
UPN ‘Veteran’ Jawa Timur merupakan salah satu Universitas yang
berada dibawah naungan Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan
(YKPP). UPN Jawa Timur betujuan untuk menjadi Universitas terdepan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta sumberdaya
manusia yang dilandasi nilai dan semangat kejuangan. Dalam mencapai tujuan
tersebut, pihak UPN Jawa Timur membekali mahasiswa dengan keahlian
sesuai dengan program studi yang diambil dan memfasilitasi pengembangan
kemampuan mahasiswa tersebut. Salah satu program yang disediakan UPN
Jawa Timur dalam pengembangan kemampuan mahasiswa adalah dengan
memberikan beasiswa bagi setiap mahasiswa yang berprestasi. Beasiswa
yang diberikan memiliki kriteria tertentu yang di sesuaikan dengan tingkat
kelayakan prestasi. Dalam penentuan beasiswa yang menjadi kriteria adalah
IPK, kegiatan akademik misalnya menjadi seorang asisten, kegiatan non
akademik atau ekstrakulikuler dan prestasi kejuaran yang pernah diraih.
Bagian kemahasiswaan memberikan daftar mahasiswa yang berhak menerima
beasiswa kepada bagian keuangan, bagian keuangan memeriksa daftar
mahasiswa yang berhak menerima beasiswa, jika mahasiswa tersebut
dipotong sebesar tunggakannya. Mahasiswa yang dinyatakan berhak
mendapatkan beasiswa dapat mengambilnya langsung ke bagian keuangan
kemahasiswaan dengan membawa fotocopy KTM, fotocopy pernyataan
mengikuti ekstrakulikuler, fotocopy bukti kwitansi pembayaran kuliah. Proses
penentuan pemberian beasiswa untuk mahasiswa di UPN ‘Veteran’ Jawa Timur
biasanya di lakukan berdasarkan persetujuan dari Prodi yang kemudian akan
diseleksi oleh bagian kemahasiswaan berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan. Permasalahan yang sering muncul dalam pemberian beasiswa ini
adalah sulitnya menentukan mahasiswa yang benar-benar berhak menerima
beasiswa karena keterbatasan kuota yang di sediakan dan banyaknya jumlah
mahasiswa yang mengajukan beasiswa menjadi kesulitan tersendiri bagi pihak
UPN Veteran. Penentuan bobot dari suatu kriteria dalam penerapan sistem
pendukung keputusan ini menggunakan AHP (Analitical Hierarchy Process). Hal
ini didasarkan memiliki keunggulan dari segi pemecahan suatu situasi yang
komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang
hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara
relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna
mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Melihat dari berbagai di permasalahan yang telah dipaparkan di atas,
maka UPN Veteran Jawa Timur membangun suatu sistem keputusan penerimaan
beasiswa dengan metode yang sesuai dan dapat diaplikasikan di bagian
kemahasiswaan, berdasarkan latar belakang yang telah di kemukkan, maka di
bangunlah aplikasi sistem pendukung keputusan untuk penerimaan beasiswa
1.2 Per umu san Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang akan diangkat didalam Tugas Akhir ini, yang meliputi :
a. Bagaimana menerapkan metode AHP untuk menentukan calon
penerimaan beasiswa berdasarkan kriteria yang di tetapkan dalam UPN
“Veteran” Jawa Timur ?
b. Bagaimana membangun aplikasi yang menerapkan metode AHP untuk
membantu proses penerimaan beasiswa ?
1.3 Batasan Masalah
Dengan luasnya permasalahan yang ada pada aplikasi ini, maka penulis
memberikan batasan untuk lebih memperjelas ruang lingkup permasalahan yang
akan dibahas dalam penelitian tugas akhir ini. Adapun batasan-batasan masalah
sebagai berikut :
a. Data yang diolah berupa IPK, kegiatan akademik, kegiatan non
akademik atau ekstrakurikuler dan prestasi kejuaran yang pernah diraih.
b. Keluaran yang dihasilkan sistem yaitu daftar mahasiswa yang
layak mendapatkan beasiswa .
c. Hanya mencangkup masalah pemberian beasiswa kepada mahasiswa di
1.4 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada pengerjaan tugas akhir ini adalah:
a. M amp u menghasilkan daftar mahasiswa yang layak untuk
mendapatkan beasiswa.
b. Mampu mempercepat proses pemeriksaan berkas-berkas mahasiswa yang
mengajukan beasiswa.
c. Mampu menggunakan algoritma Analitical Hierarchy Process dalam
menentukan proses penerimaan beasiswa.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dan tujuan yang ingin diperoleh dari pengerjaan tugas
akhir ini adalah dapat membuat aplikasi untuk mempermudah pengguna dalam
menyelesaikan kasus menentukan seleksi penerimaan beasiswa sekaligus untuk
menguji tingkat efisiensi dan efektifitas dari algoritma Analitical Hierarchy
Process.
1.6 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam pengerjaan tugas
akhir ini adalah :
a. Studi Literatur
Mencari referensi dan bahan pustaka tentang teori-teori yang berhubungan
b. Perancangan aplikasi dan Pembuatan aplikasi
Merancang pada sistem secara keseluruhan perangkat lunak dan pembuatan
dari sistem yang telah dirancang dan disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Tes dan Analisa
Uji coba program guna untuk mengetahui hasil rancangan perangkat lunak
dan menganalisa hasil percobaan yang telah dilakukan.
1.7 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi beberapa bab,
masing-masing bab membahas tentang :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,
maksud dan tujuan yang ingin dicapai, batasan masalah,
metodologi penelitian yang diterapkan dalam memperoleh dan
mengumpulkan data, waktu dan tempat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang
berkaitan dengan algoritma Analitical Hierarchy Process serta
beberapa informasi tambahan berdasarkan hasil analisa kebutuhan
berdasarkan hasil survey, yang dapat disimpulkan secara garis
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini membahas mengenai tahapan-tahapan yang dilalui
dalam pembuatan tugas akhir ini, mulai dari hubungan keterkaitan
antara beberapa hubungan relasi modul, deskripsi umum, sistem
kebutuhan sistem, pemodelan sistem, dan perancangan proses latar.
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJ IAN
Pada bab ini membahas mengenai pengimplementasian aplikasi
yang telah dibuat ke perangkat yang akan digunakan serta
melakukan pengujian terhadap aplikasi yang telah di
implementasikan dalam algoritma Analitical Hierarchy Process
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini dibahas mengenai uraian kesimpulan pada sistem dan
saran yang sudah diperoleh dari hasil penulisan tugas akhir.
2.1. Algor itma Analitical Hier ar chy Pr ocess
Algoritma Analitical Hierarchy Process yang dikembangkan oleh Thomas
L. Saaty pada tahun 1970-an, merupakan sistem pembuat keputusan dengan
menggunakan model matematis. AHP membantu dalam menentukan prioritas dari
beberapa kriteria dengan melakukan analisa perbandingan berpasangan dari
masing-masing kriteria. AHP dikembangkan pada musim semi 1970 dalam
menghadapi masalah perencanaan militer Amerika Serikat untuk menghadapi
berbagai pilihan (contingencyplaning). Kemudian diaplikasikan dalam
pengembangan rencana transportasi di Sudan. Kemudian penggunaan AHP
semakin meluas ke pemerintah dan perusahaan di berbagai Negara di dunia.
Pada hakekatnya Algoritma Analitical Hierarchy Process merupakan
suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif dengan
memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Dalam model
pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan kestruktur
suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian
menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen
Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambilan keputusan
yang komprehensif dengan memperhitungkan hal-hal yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya
berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumya. AHP juga
memungkinkan kestruktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling
berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur
dampak dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001).
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan
input utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model
AHP dengan model lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4
aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP :
a. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat
memuat perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensinya
tersebut harus memenuhi syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai
daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai daripada A dengan skala
1/x.
b. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam
skala terbatas atau dengan kata lain elemen-elemennya dapat dibandingkan
satu sama lainnya. Kalau aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen-elemen
yang dibandingkan tersebut tidak homogeny dan harus dibentuk cluster
(kelompok elemen) yang baru.
c. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan
melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola
ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya perbandingan
antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen-elemen pada tingkat diatasnya.
d. Expectation artinya untuk tujuan pengambilan keputusan. Struktur hirarki
diasumsikan lengkap, apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambilan
keputusan tidak memakai seluruh kriteria atau objektif yang tersedia atau
diperlukan sehingga keputusan yang diambil dianggap tidak lengkap.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, sertamenata
dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variable diberikan nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variable tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variable lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variable yang memiliki prioritas
tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut
(Marimin,2004). Dalam menyelesaikan permasalahan dengan AHP ada beberapa
prinsip yang harus dipahami diantaranya adalah sebaga berikut :
a. Decomposition (Dekomposisi Masalah)
b. Comparative Judgement (Penilaian atau pembandingan elemen)
c. Synthesis of Priority (Sintesis dan Prioritas)
2.1.1 Decomposition (Dekomposisi Masalah)
Sistem yang kompleks bias dipahami dengan memecahnya menjadi
menggabungkannya atau mensistesisnya. Dalam menyusun suatu prioritas,
masalah didekomposisi menjadi tujuan (goal), penentuan kriteria (criteria) untuk
menentukan pilihan, dan identifikasi pilihan-pilihan (options). Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Dekomposisi AHP
2.1.2 Comparative Judgement (Penilaian atau pembandingan elemen)
Setelah masalah terdekomposisi tahap kedua adalah membandingkan antar
elemen, yaitu membandingkan antar kriteria dan membandingkan antar pilihan
untuk setiap kriteria. Perbandingan antar kriteria dimaksudkan untuk
mendapatkan bobot masing-masing kriteria, sedangkan perbandingan antar pilihan
untuk setiap kriteria dimaksudkan untuk melihat bobot suatu pilihan untuk suatu
Tabel 2.1 Tabel perbandingan masing-masing kriteria
Keterangan :
CRn : Kriteria
Cij : Hasil penilaian/perbandingan kriteria ke – i dan kriteria ke – j
C : Penjumlahan semua nilai Ci
Bcn : Bobot kriteria ke-n yang diperoleh dengan cara membagi nilai ci dengan c
Tabel 2.2 Tabel perbandingan antar pilihan untuk setiap kriteria
Kr iter ia CR1 CR2 CR3 CR4 J umlah Bobot
CR1 - CR12 CR13 CR14 CR1 Bc1=c1/c
CR2 CR21 - CR23 CR24 CR2 Bc2=c2/c
CR3 CR31 CR32 - CR34 CR3 Bc3=c3/c
CR4 CR41 CR42 CR43 - CR4 Bc4=c4/c
J umlah C
C1 AP1 AP2 AP3 AP4 J umlah Bobot
AP1 1 A12 A13 A14 A1 ba11=A1/A
AP2 A21 1 A23 A24 A2 Ba21=A1/A
AP3 A31 A32 1 A34 A3 Ba31=A1/A
AP4 A41 A42 A43 1 A4 Ba41=A1/A
Keterangan :
Ci : Kriteria ke-i
APn : Pilihan ke-n
Aij : Hasil penilaian/perbandingan pilihan ke-I dan pilihan ke-j
Ai : Penjumlahan nilai yang dimiliki pilihan ke-i
baij : bobot untuk pilihan ke-I, kriteria ke-j
2.1.3 Synthesis of Priority (Sintesis da Pr ior itas)
Sintesis hasil pilihan adalah tahap terakhir dari AHP. Untuk setiap kriteria
dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise
Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif kriteria bias
disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot
dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan memanipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan matematika.
Tahap ini adalah tahap menjumlahkan bobot yang diperoleh setiap pilihan
pada masing-masing kriteria setelah diberi bobot dari kriteria tersebut secara
umum nilai suatu pilihan adalah
n
Bap
i=
∑
ba
ij* bc
jj=1
(2.1)
Tabel 2.3 Tabel perbandingan bobot masing-masing kriteria dengan tiap pilihan
Dalam penelitian ini terdapat 5 ekspresi yang akan digunakan sebagai
variabel, yaitu sama penting, sedikit lebih penting, lebih penting, dan paling
penting, Tabel 2.4 merupakan rangkuman himpunan untuk variabel yang telah
ditetapkan diatas sesuai penjelasannya.
Tabel 2.4 Tabel variabel nilai data
Intensitas 3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari pada
Pengalaman dan penilaian
sedikit menyokong satu elemen 5 Elemen yang satu sedikit
lebih cukup dari pada elemen
yang lainnya
Pengalaman dan penilaian
sangat kuat menyokong satu
elemen dibandingkan atas 7 Satu elemen jelas lebih
penting dari pada elemen
Satu elemen yang kuat disokong
9 Satu elemen mutlak penting
dari pada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen
yang satu terhadap elemen lain
memiliki tingkat penegasan
2.1.4 Kelebihan dan Kek urangan AHP
Layaknya sebuah metode analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan analisis menurut
Suryadi dan Ramdhani (2002,h.131), diantaranya sebagai berikut :
a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih,
sampai pada subkriteria yang paling dalam. Kriteria menjadi level kedua
setelah sasaran (goal), yakni pemilihan mahasiswa berprestasi. Penentuan
kriteria dilakukan berdasarkan kebijakan lembaga atau institusi yang
menyelenggarakan, yakni Departemen Pendidikan Nasional.
b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
Konsistensi setiap level diperiksa, baik level kriteria (kriteria pemilihan)
maupun level alternatif (calon-calon mahasiswa berprestasi).
c. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas
pengambilan keputusan.
Sedangkan kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut :
2,4,6,8 Nilai – nilai antara dua nilai
perbandingan yang
Nilai ini diberikan bila ada dua
kompromi diantara dua pilihan. Kebalikan Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila
a. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa
persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang
ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut
memberikan penilaian yang keliru.
b. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistic sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.
2.1.5 Langkah-langkah Per hitungan AH P
Untuk mendukung sistem pengambilan keputusan yang akan dibangun
ini, maka digunakan model perhitungan bobot dengan metode AHP. Adapun
tahap – tahap dalam proses perhitungan bobot antara lain :
a. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum.
Dilanjutkan dengan kriteria – kriteria pada tingkat yang paling bawah.
b. Perhitungan bobot kriteria dengan cara :
• Membuat matriks perbandingan berpasangan yang bersumber pada
tabel 2.2 yang menggambarkan kontibusi relatif atau pengaruh
setiap elemen terhadap masing – masing kriteria dengan kriteria
lainnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan diskusi dan
pendapat dari narasumber yang bergerak dibidang yang
berhubungan bagian peminjaman dengan menilai tingkat
kepentingan suatu kriteria dibandingkan kriteria lainnya.
• Menghitung Total Prioritas Value untuk mendapatkan bobot
berikut :
Tabel 2.6 Penjumlahan Bar is
K1 K2 … Kn TPV
Nilai TPV yang didapat merupakan nilai bobot untuk setiap kriteria.
c. Memeriksa konsistensi matriks perbandingan suatu kriteria. Adapun
langkah – langkah dalam memeriksa konsistensi adalah sebagai berikut :
• Pertama bobot yang didapat dari nilai TPV dikalikan dengan nilai
– nilai elemen matriks perbandingan yang telah diubah menjadi
bentuk desimal, dan dilanjutkan dengan menjumlahkan entri – entri
Tabel 2.7 Per kalian TPV dengan elemen matr iks
K TPV K1 TPV K2 TP
K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 … Nilai perbandingan K1n * TPV Kn
K2 … … …
K3 … … …
: : : :
Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn … Nilai perbandingan Knn * TPV Knn
• Kemudian jumlah setiap barisnya, dapat dilihat pada tabel 2.8
berikut
Tabel 2.8 Penjumlahan Baris Setelah Per kalian
K TPV K1 TPV K2 … TPV Kn Σ baris
K1 Nilai perbandingan K11 * TPV K1 +… … +… Σ barisk1
K2 … +… … +… …
K3 … +… … +… …
: : : : : :
Kn Nilai perbandingan Kn1 * TPV Kn +… … +… Σ bariskn
• Kemudian mencari λ maks, pertama – tama mencari nilai rata –
rata setiap kriteria atau subkriteria yaitu jumlah hasil pada
langkah no.2 diatas yaitu Σ baris dibagi dengan TPV dari setiap
kriteria.
Σ baris K1TPV K1λ maks K1
… ÷ … = …
Σ baris KnTPV Knλ maks Kn
• Kemudian akan diperoleh λ maks dengan cara sebagai berikut
λ maks = λ maks K1 + … + … + λ maks Kn ÷ n
Keterangan :
λ maks = nilai rata – rata dari keseluruhan kriteria
n = jumlah matriks perbandingan suatu kriteria
• Setelah mendapatkan λ maks, kemudian mencari Consistency
Index ( CI ), yaitu dengan persamaan :
d. Kemudian mencari Consistency Ratio ( CR ) dengan mengacu pada
Nilai Indeks Random atau Random Index ( RI ) yang dapat di
ambil dengan ketentuan sesuai dengan jumlah kriteria yang di
ambil,dapat di lihat pada tabel 2.9, yaitu dengan persamaan :
Tabel 2.9 Ketentuan Random Index (RI)
Orde Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9
RI 0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45
Orde Matriks 10 11 12 13 14 15
RI 1.49 1.51 1.48 1.56 1.57 1.59
(2.3)
e. Matriks perbandingan dapat diterima jika Nilai Rasio Konsistensi ≤
0.1, jika nilai CR > 0.1 maka pertimbangan yang dibuat perlu
diperbaiki.
f. Perhitungan nilai alternatif subkriteria
Melakukan perhitungan nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu
subkriteria, yaitu dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy
Process (AHP), seperti pada tabel 2.7 perhitungan Vi, yang mengacu
pada persamaan di bawah ini:
V
i= ∑ w
j* x
ij (2.5)Dimana :
Vi = Nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria.
Wj = TPV (bobot prioritas) subkriteria yang di dapat dengan
menggunakan metode (AHP).
Xij = Nilai alternatif pilihan sukriteria.
i = Alternatif pilihan
j = Subkriteria.
Tabel 2.10 per hitungan Vi
No Subkriteria wj Alternatif Pilihan xij Wj * xij
1 J1 Wj1 I1 Xij1 Wj1 * xij1
... .... .... .... ... ...
N Jn Wjn in xijn Wjn * xijn
2.1.6 Contoh Per hitungan AHP
Contoh permasalahan perhitungan pemilihan beasiswa yang dilakukan
oleh Prof.T.L Saaty untuk membantu penyeleksian beasiswa pada salah satu
Universitas terkemuka. Universitas menemui kesukaran dalam memilih
banyaknya pendaftaran untuk calon penerima beasiswa selama 1 tahun ini,
diamana pihak pemberi beasiswa hanya memberikan kuota yang tidak banyak
untuk Universitas tersebut. Setelah penyusunan hirarki selesai maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pembobotan antara tiap-tiap calon penerima
beasiswa dengan memperhatikan bobot-bobot yang telah diberikan dan menjadi
salah satu persyaratan untuk menerima beasiswa tersebut. Matriks pembobotan
dari dari tiap mahasiswa dapat dilihat pada tabel 2.11
Tabel 2.11 Per bandingan Kepentingan Level 2
PBM LP KS PK KUA KM
PBM 1 4 3 1 3 4
LP 1 / 4 1 7 3 1 / 5 1
KS 1 / 3 1 / 7 1 1 / 5 1 / 5 1 / 6
PK 1 1 / 3 5 1 1 1 / 3
KUA 1 / 3 5 5 1 1 3
KM 1 / 4 1 6 3 1 / 3 1
Nilai pada tabel 2.11 dapat disintesiskan dengan jalan menjumlahkan
angka-angka yang terdapat pada setiap kolom, setelah itu angka dalam setiap sel
dibagi dengan jumlah pada kolom yang bersangkutan. Proses ini akan
Tabel 2.12 Matr iks yang dinor malka n
PBM LP KS PK KUA KM Rata – rata
PBM 6 / 19 23 / 66 1 / 9 5 / 46 45 / 86 8 / 19 0.30
LP 3 / 38 2 / 23 7 / 27 15 / 46 3 / 86 2 / 19 0.15
KS 2 / 19 1 / 80 1 / 27 1 / 46 3 / 86 1 / 57 0.04
PK 6 / 19 2 / 69 5 / 27 5 / 46 15 / 86 2 / 57 0.14
KUA 2 / 19 17 / 39 5 / 27 5 / 46 15 / 86 6 / 19 0.22
KM 3 / 38 2 / 23 2 / 9 15 / 46 5 / 86 2 / 19 0.15
Nilai rata – rata dari setiap baris menunjukkan bahwa tingkat
kepentingan factor untuk masing – masing criteria adalah : 30%, 15%,
4%, 14%, 22%, dan
15%. Setelah matriks level 2 selesai diisi dan dihitung bobot
prioritasnya, langkah selanjutnya adalah membuat matriks
perbandingan antar elemen level 3 dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan level 2. Proses ini memiliki langkah yang sama
seperti proses yang telah dijelaskan sebelumnya.
2.1.7 Per hitungan Konsistensi AH P
Langkah pertama untuk menghitung konsistensi adalah dengan
melakukan perkalian matriks antara matriks perbandingan pada tabel 2.11 dan
vector prioritas yang didapat pada tabel 2.13 Hasil perhitungan ini adalah sebagai
1 4 3 1 3 4 0.30 2.40
1/4 1 7 3 1/5 0.15 1.11
1/3 1/7 1 1/5 1/5 x 0.04 = 0.26
1 1/3 5 1 1 0.14 0.96
1/3 5 5 1 1 0.22 1.84
1/4 1 6 3 1/3 0.15 1.10
(2.6)
Selanjutnya nilai masing – masing sel pada vector hasil perkalian tersebut
dibagi dengan nilai masing – masing sel pada vector prioritas sehingga diperoleh
hasil sebagai berikut :
2.40 0.30 7.88
1.11 0.15 7.45
0.26 + 0.04 = 6.75
0.96 0.14 6.67
1.84 0.22 8.31
1.10 0.15 7.50
Nilai λ max dapat dicari dengan perhitungan sebagai berikut :
λ max = 7.88 + 7.45 + 6.75 + 6.76 +8.31 + 7.50 6
Nilai Consistency Index ( CI ) didapat dengan perhitungan :
CI = λ max – n = 7.44 – 6 = 0.29 n – 1 6 – 1
Berdasarkan tabel 2.2 nilai Random Index ( RI ) untuk jumlah elemen 6
adalah 1,24 maka nilai Consistency Ratio ( CR) adalah :
CR = CI = 0.29 = 0.23 RI 1.24
Nilai 0.23 ini menyatakan bahwa rasio konsistensi dari hasil penelitian
perbandingan diatas mempunyai rasio sebesar 23%. Nilai ini menyebabkan
penilaian tersebut tidak dapat diterima dan harus diulangi kembali karena lebih
besar dari 10% seprti yang telah dikemukakan oleh Saaty.
2.1.8 Per hitungan Multi Responden
Penilaian yang dilakukan oleh banyak responden akan menghasilkan
pendapat yang berbeda satu sama lain. AHP hanya membutuhkan satu jawaban
untuk satu matriks perbandingan. Jadi semua jawaban dari responden harus dirata
– ratakan. Untuk itu Saaty memberikan metode perataan dengan Geometric
Mean. Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n responden
numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapat suatu nilai tertentu dari semua
nilai tersebut, masing – masing nilai harus dikalikan satu sama lain kemudian
hasil perkalian dipangkatkan dengan 1/n. Secara matematis dapat dituliskan
dalam persamaan berikut :
Aij = ( z1, z2, …, zn )1/n
…………. (2.8)Keterangan :
aij adalah nilai rata – rata perbandingan antar criteria Ai da
Aj untuk n responden. Zi adalah nilai perbandingan antara
kriteria Ai denagn Aj untuk responden ke – i dengan i = 1, 2,
…, n dan n adalah jumlah responden.
2.2 Beasiswa
Beasiswa dapat dikatakan sebagai pembiayaan yang tidak bersumber
dari pendanaan sendiri atau orang tua, akan tetapi diberikan oleh pemerintah,
perusahaan swasta, kedutaan, Universitas, serta lembaga pendidik atau peneliti,
atau juga dari kantor tempat bekerja yang karena prestasi seorang karyawan
dapat diberikan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
manusianya melalui pendidikan. Biaya tersebut diberikan kepada yang berhak
menerima, terutama berdasarkan klasifikasi, kualitas, dan kompetensi si
penerima beasiswa. (Gafur, Abdul, 2008).
Demikian halnya dengan UPN Veteran Jatim yang telah memiliki
program pemberian beasiswa terhadap mahasiswa. Oleh karena itu beasiswa
harus diberikan kepada penerima yang layak dan pantas untuk mendapatkannya.
mengalami kesulitan karena banyaknya pelamar beasiswa dan banyaknya
kriteria yang digunakan untuk menentukan keputusan penerima beasiswa yang
sesuai dengan yang diharapkan.
Pemberian beasiswa kepada mahasiswa di Perguruan Tinggi
merupakan wujud dari partisipasi masyarakan, instansi, pemerintah,
perusahaan-perusahaaan swasta dalam ikut serta membangun bangsa khususnya dalam
bidang pendidikan.
2.2.1 Per sya ratan Beasiswa
Untuk dapat memperoleh beasiswa mahasiswa harus memenuhi syarat
sebagai berikut :
2.2.2 Syarat Umum
Adapaun syarat-syarat umum untuk mendapatkan beasiswa adalah:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim
2. Tidak menerima beasiswa/tunjangan pendidikan lain
3. Belum bekerja dan belum berkeluarga
4. Aktif dalam kegiatan kemahasiswaan (ekstrakurikuler)
2.2.3 Syarat Khusus
Persyaratan khusus Penerima Beasiswa pada Universitas UPN
Veteran Jawa Timur disesuaikan dengan jenis beasiswa yang
ditawarkan. Adapun jenis dan syarat beasiswa adalah sebagai
Tabel 2.13 J enis dan Syarat Beasiswa
No. J enis Beasiswa Per syar atan Khusus
1. Beasiswa Bantuan
Belajar Mahasiswa
(BBM)
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Diploma
dan S1
2. Minimal telah duduk di semester II (dua)
3. Indeks Prestasi Kumultaif (IPK) minimal 2.50.
2. Beasiswa
Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA)
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Progam S1
(Mahasiswa baru dan lama)
2. Indeks Prestasi/Indeks Prestasi Kumulatif
(IP/IPK) minimal 3.00 untuk mahasiswa lama.
3. Nilai rata-rata STTB minimal 6,50 untuk
mahasiswa baru
3. Beasiswa Yayasan
Supersemar
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Program S1
2. Minimal telah duduk di semester III (tiga)
3. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,50
4. Mengisi formulir beasiswa Yayasan Supersemar
serta ditandatangani oleh Pudek III Fakultas dan
Pimpinan Pergurua Tinggi bidang Kemahasiswaan.
4. Beasiswa
Technological and Professional Skills Development Sector Project (TPSDP)
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Program S1
a. Fakultas Teknik (Program studi Kimia, Sipil, Elektro dan Mesin)
b. Fakultas MIPA (Program stud i Biologi,
Kimia, Matematika, Fisika dan
Infomatika / Ilmu Komputer.
c. Fakultas Pertanian (Program studi
Teknik Pertanian, Pemuliaan Tanaman.
Hortikultura, Teknologi Pengelolaan
Hasil Pertanian, Tekno logi Pengelolaan
2.2.4 Pr osedur Pengajuan Beasiswa
Prosedur pengajuan beasiswa dilakukan oleh siswa yang akan
mengajukan permohonan beasiswa, prosedur yang berjalan yaitu:
1. Bagian kemahasiswaan memberikan formulir beasiswa yang kosong
kepada mahasiswa yang mengajukan beasiswa.
2. Setelah mahasiswa mendapatkan formulir beasiswa, mahasiswa
mengisi formulir dengan lengkap serta melampirkan fotocopy IPK,
fotocopy sertifikat kurikuler, fotocopy sertifikat ekstrakulikuler dan
fotocopy sertifikat prestasi. Kemudian diserahkan ke bagian
kemahasiswaan.
3. Bagian kemahasiswaan mengecek kelengkapan data mahasiswa yang 2. Penghasilan perbulan orangtua <Rp.2.000.000
(dua juta rupiah)
3. Mengisi formulir pengajuan beasiswa
5. Beasiswa
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Program Diploma
(D3) dan S1
2. Minimal telah duduk di semester III (tiga)
3. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,75
4. Telah menyelesaikan 25% dari jumlah kridit
yang disyaratkan untuk program S1 atau D3
yang diambil
5. Berusia maksimal 25 tahun
mengajukan beasiswa
4. Jika lengkap maka formulir pengajuan beasiswa yang memenuhi
kelengkapan beserta fotocopy KHS, fotocopy ekstrakurikuler, fotocopy
kurikuler dan fotocopy prestasi akan di serahkan kepada prodi untuk
meminta persetujuan.
5. Jika tidak lengkap maka akan dibuatkan surat pemberitahuan ketidak
lengkapan kepada mahasiswa.
6. Jika disetujui oleh prodi maka formulir pengajuan beasiswa akan
diserahkan kembali ke bagian kemahasiswaan untuk diseleksi selanjutnya.
7. Jika tidak disetujui oleh prodi maka dikembalikan kebagian
kemahasiswaan untuk diarsipkan.
2.2.5 Pr osedur Penyelek si Beasiswa
Prosedur penyeleksian penerimaan beasiswa berdasarkan ketentuan UPN
“Jawa Timur” yaitu sebagai berikut:
1. Formulir yang sudah disetujui dan fotocopy KHS akan diseleksi
2. Jika IPK sama dengan 3,00, maka akan di seleksi dan formulir
yang disetujui dan fotocopy KHS akan disimpan untuk diarsipkan
3. Jika IPK tidak sama dengan 3,00, maka akan dibuatkan daftar
nama mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria dan disimpan
untuk diarsipkan.
diserahkan kepada Wadir 3 untuk disahkan.
5. Daftar penerimaan beasiswa yang sudah disahkan oleh Wadir 3
akan diserahkan kembali ke bagian kemahasiswaan.
6. Daftar penerimaan beasiswa yang sudah disahkan akan
diarsipkan 1 rangkap untuk bagian kemahasiswaan dan dan 1
rangkap untuk bagian keuangan.
2.2.6 Pr osedur Pember ian Beasiswa
Prosedur pemberian beasiswa ini melibatkan bagian keuangan
dengan mahasiswa.
1. Berdasarkan daftar penerimaan beasiswa yang sudah disahkan
dari bagian kemahasiswaan maka dilakukan pengecekkan.
2. Bagian keuangan mengecek tunggakan pembayaran biaya
kuliah mahasiswa yang namanya tercantum dalam daftar
penerimaan beasiswa yang diberikan oleh bagian kemahasiswaan.
3. Jika terdapat tunggakan biaya kuliah maka bagian keuangan
akan membuat laporan tunggakan mahasiswa dan dipotong
sebesar tunggakannya dan laporan tunggakan mahasiswa di
arsipkan.
4. Jika tidak terdapat tunggakan biaya kuliah bagian keuangan
membuat laporan besar beasiswa yang diterima.
5. Mahasiswa membawa bukti pembayaran uang kuliah dan
6. Bagian keuangan memeriksan bukti pembayaran kuliah dan
KTM dari mahasiswa.
7. Jika sesuai makan bagian keuangan membuatkan kuintansi besar
biaya yang diterima oleh mahasiswa dan bukti pembayaran kuliah
dan KTM disimpan untuk diarsipkan.
8. Jika tidak sesuai maka bagian keuangan akan menyerahkan
kembali bukti pembayaran kuliah dan KTM ke mahasiswa.
9. Bagian keuangan menyerahkan kuintansi beasiswa yang diterima
kepada mahasiswa untuk ditandatangani.
10.Bukti kuintansi penerimaan beasiswa yang sudah ditandatangani
oleh mahasiswa akan dkembalikan kebagian keuangan.
11.Rangkap satu disimpan oleh mahasiswa untuk diarsipkan dan
rangkap kedua diserahkan ke bagian keuangan untuk diarsipkan.
2.3 Definisi Sistem
Mempelajari suatu sistem akan lebih memahami apabila mengetahui
terlebih dahulu apakah sistem itu. Dimana definisi sistem mempunyai peranan
penting di dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem. Pendekatan sistem
yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau
subsistem-subsistem merupakan definisi yang luas karena suatu sistem dapat
terdiri dari beberapa sub sistem. Berikut ini akan diperlihatkan gambar mengenai
Gambar 2.4 Model Sistem Sederhana
2.3.1 Konsep Dasar Data dan Infor masi
Data adalah bahan yang akan diolah atau diproses, dapat berupa
huruf-huruf, angka-angka, simbol-simbol yang menunjukkan suatu fungsi berdiri
sendiri, data disusun untuk diolah dalam bentuk database misalnya untuk
mendukung sistem informasi terutama dalam penyediaan dan pengolahan data.
Betapapun kecilnya suatu sistem selalu mengandung sub sistem-sub
sistem. Setiap sub sistem mempunyai proses sistem secara keseluruhan. Antar
aktivasi di dalam sistem memerlukan hubungan kerja yang biasa diwakili dengan
munculnya informasi dari sistem, sehingga manajemen dapat melakukan
pengawasan terhadap aktivitas yang ada. Sebuah sistem mewakili suatu kehidupan
tertentu pada suatu lingkungan, dimana didalamnya terdapat sejumlah aktivitas
kerja. Biasanya aktivitas yang tampak adalah aktivitas yang sebagian besar
dilakukan oleh manusia dan juga aktivitas lain yang dibantu oleh teknologi
komputer.
Interaksi antar elemen-elemen sistem maupun subsistem membentuk
sebuah informasi yang berguna bagi penerimanya. Informasi sangat penting
artinya bagi sebuah organisaisi dapat mengetahui dan mengatur kehidupannya
serta dapat mengembangkan diri. Dari suatu pendapat dikatakan bahwa
“Informasi adalah data yang diolah menjadi suatu bentuk tertentu yang lebih
berguna dan lebih berarti bagi penerimanya”. Berikut akan diperlihatkan gambar
mengenai hubungan antara data dengan informasi :
Gambar 2.6 Perubahan Data Menjadi Informasi Dalam Sistem Informasi
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan
masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa berujut suatu keadaan,
gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya
yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian
ataupun suatu konsep
kenyataan-kenyataan yang menggambarkan kejadian atau fakta
kehidupan. Untuk menghasilkan informasi, data harus diolah melalui suatu
proses. Setelah itu informasi akan diterima oleh yang membutuhkan untuk
bahan pengambilan keputusan dan melakukan tindakan. Dari tindakan akan
muncul sejumlah kejadian baru dan ditangkap kembali sebagai data.
Kemudian data baru ini akan diproses ulang melalui proses tertentu dan
seterusnya membentuk suatu siklus seperti dipelihatkan pada gambar dibawah ini
Penyimpanan
Data
Masukkan
(Data)
Keluaran
Gambar 2.7 Siklus Informasi
Kualitas sebuah informasi (quality of information) ditentukan
oleh beberapa faktor, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada
waktunya (timelines) dan relevan (relevance).
1. Akurat
Artinya informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak
bias atau menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus
jelas mencerminkan maksudnya. Informasi harus akurat karena
dari sumber informasi sampai ke penerima informasi kemungkinan
banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau merusak
informasi.
2. Tepat Pada Waktunya
Artinya informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
lagi, karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan
keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat, maka dapat
berakibat fatal untuk organisasi.
3. Relevan
Artinya informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
Relevansi informasi untuk setiap orang akan berbeda.
Nilai suatu informasi (value of information) ditentukan oleh dua hal,
yaitu manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai
bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan biaya mendapatkannya. Namun
demikian sangat sukar untuk menaksir nilai keuntungan sebagai informasi
dengan satuan mata uang. Penilaian hanya dapat dilakukan dari nilai
efektifitasnya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan nilai
efektifitasnya (Cost Efectifiness) atau nilai keuntungan (cost Benefit).
Informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen didalam
pengambilan keputusan. Informasi dapat diperoleh dari sistem informasi
(information system) atau disebut juga dengan processing system atau
information processing system atau Information Generating System.
Secara umum sistem informasi dapat dikatakan sebagai sistem manusia
mesin terintegrasi, yang menyediakan informasi serta mendukung pelaksanaan
operasional manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi.
Secara teori, komputer tidak harus digunakan didalam suatu sistem
informasi, tetapi pada kenyataannya tidaklah mungkin suatu sistem informasi
juga elemen non-komponen yaitu manusia itu sendiri.
2.4 Diagram Kontek s
Diagram konteks merupakan diagram yang mengandung satu proses
yang menggambarkan hubungan keterkaitan antara sistem dengan pihak-pihak
diluar lingkungan sistem dan posisi sistem didalam lingkungan tersebut.
Pihak-pihak tersebut merupakan pihak-pihak yang membutuhkan informasi
dan data dari sistem ataupun pihak-pihak yang menjadi sumber informasi dan
data bagi sistem. Hubungan keterkaitannya digambarkan sebagai aliran
informasi dan data yang masuk ke dalam sistem dan keluar dari sistem.
2.4.1 Data Flow Diagr a m (DFD)
DFD adalah sebuah teknik grafik yang menggambarkan aliran data
dan transformasi yang digunakan sebagai perjalanan data dari masukan
menuju ke keluaran. DFD dapat diartikan juga sebagai model jaringan dari
sebuah sistem. DFD dapat menggambarkan proses-proses yang terjadi dan aliran
data diantaranya.
DFD sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah
ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa
mempertimbangkan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau
lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan. Secara umum DFD dapat
diartikan sebagai salah satu tools untuk analisis sistem yang dapat
bermanfaat untuk menggambarkan proses, aliran data, entity yang terlibat
serta data store yang digunakan dalam sistem yang dipelajari. Dengan
sistem yang sedang dipelajari dengan mudah dan baik.
Dibawah ini terdapat simbol-simbol untuk DFD yang diusulkan oleh
Yourdon :
1. Proses suatu proses adalah kegiatan atau kerja yang dilakukan
oleh orang, prosedur atau alat yang digunakan untuk
mentransformasikan data.
2. Data Flow (Arus Data), data yang mengalir dengan arah tertentu
dari asal ke tujuan. Data yang mengalir dapat berupa dokumen,
surat atau bentuk lainnya.
3. Data Store (Penyimpanan Data), digunakan untuk menyimpan dan
mengambil data oleh proses. Data yang disimpan dapat berupa data
yang terkomputerisasi maupun tidak terkomputerisasi.
4. Source atau destination atau dikenal juga dengan external
entity, berupa orang, organisasi atau sistem lain yang berada
diluar batas sistem yang berinteraksi dengan sistem yang sedang
dikembangkan.
5. Dalam DFD terdapat beberapa aturan dasar penyusunan DFD
yang dapat membantu untuk mempermudah penggambaran diagram
arus data, diantaranya :
6. Setiap data yang dihasilkan atau keluar dari proses harus didasarkan
pada data yang masuk ke proses tersebut.
7. Semua aliran data yang dihasilkan harus diberi nama, nama yang
diberikan harus mencerminkan aliran data antara proses, data store
8. Hanya data yang diperlukan untuk melakukan suatu proses saja
yang harus digunakan sebagai input suatu proses.
9. Suatu proses harus tergantung pada input dan output yang masuk
ke dalam proses itu saja, tidak perlu memperhatikan apa yang
terjadi pada proses lainnya.
10.Setiap proses yang ada harus merupakan proses yang berjalan
terus menerus, setiap proses harus diasumsikan siap menangani
fungsi atau kerja setiap proses.
Agar representasi sistem dalam DFD mudah dipahami, maka DFD
disusun dalam bentuk bertingkat (leveled) yang merupakan rincian lanjut dari
proses pada level yang sebelumnya. Dimulai dari tingkat yang tertinggi
dilakukan identifikasi proses apa saja yang ada dan data apa saja yang mengalir
antar proses yang ada. Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap setiap proses
yang ada pada level tersebut, apakah sudah merupakan proses yang
melakukan satu fungsi saja atau masih melakukan beberapa fungsi yang
berbeda. Jika proses yang dianalisis masih melakukan lebih dari satu fungsi
yang berbeda, maka perlu dilakukan pemecahan terhadap proses tersebut
menjadi level lebih tinggi. Demikian seterusnya sampai didapat semua proses
yang ada pada level paling tinggi dilakukan satu fungsi saja.
Jika DFD untuk suatu sistem yang dianalisis telah dibuat,
sebelum melanjutkan kegiatan lainnya selalu dilakukan evaluasi atau
pemeriksaan terhadap DFD tersebut. Pemeriksaan dilakukan terhadap
munculnya kesalahan yang dapat diakibatkan oleh salah gambar, tidak
2.5 Delphi 2010
Delphi 2010 merupakan IDE (Integrated Development Environtmen)
untuk bahasa Object Pascal. Delphi 2010 ini merupakan produk dari Embarcadero
Technologies, Inc. Produk ini merupakan versi terbaru dari keluarga Delphi.
Delphi juga mengadopsi teknologi COM+/MTS (Conponent Object Model/
Microsoft Transaction Server), yaitu teknologi Microsoft yang memungkinkan
sekumpulan komponen yang dikembangkan dengan bahasa-bahasa pemrograman
yangberbeda digunakan oleh suatu aplikasi dengan syarat bahasa-bahasa
pemrograman itu menggunakan platform COM. Salah satu kelebihan Delphi
adalah aplikasinya bisa dikembangkan diatas berbagai macam sistem operasi,
misalnya UNIX, LINUX dan sebagainya. Kelebihan lainnya adalah pada
umumnya aplikasi yang dikembangkan dengan Delphi akan berjalan lebih
cepat, selain itu tipe data yang dimiliki oleh Delphi lebih lengkap. Delphi
merupakan perangkat pengembangan aplikasi yang sangat terkenal dilingkungan
Window. Dengan menggunkan perangkat lunak ini kita dapat membangun
berbagai aplikasi Windows dengan cepat dan mudah. Dengan pendekatan
visual, kita dapat menciptakan aplikasi yang canggih tanpa banyak menuliskan
kode.
Delphi menggunakan bahasa Objek Pascal sebagai dasar. Jika kita telah
menguasai Pascal, kita dapat lebih mudah memahami program Delphi. Untuk
mempermudah pemograman dalam membuat program aplikasi, Delphi
menyediakan fasilitas pemograman yang sangatlengkap. Khusus untuk
pemograman database, Delphi menyediakan objek yang sangat kuat, canggih
dan menyelesaikan aplikasi database yang diinginkan. Selain itu Delphi juga
dapat menangani data dalam berbagai format database, misalnya MS.Accses,
SyBase, Oracle, FoxPro, Informix, InterBase, SQL Server dll. Format
database yang dianggap asli dari Delphi adalah Paradox dan dBase.
2.6 Sistem Pendukung Keputusan (SPK)
Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah sistem yang dibangun untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang bersifat manajerial atau organisasi
perusahaan yang dirancang untuk mengembangkan efektivitas dan produktivitas
para manajer untuk menyelesaikan masalah dengan bantuan teknologi komputer.
Istilah SPK mengacu pada suatu sistem yang memanfaatkan dukungan komputer
dalam proses pengambilan keputusan. Untuk memberikan pengertian yang lebih
mendalam, akan diuraikan beberapa difinisi mengenai SPK yang dikembangkan
oleh beberapa ahli diantaranya oleh Man dan Watson yang memberikan definisi
sebagai berikut, SPK merupakan suatu sistem yang interaktif dapat membantu
pengambil keputusan melalui penggunaan data dan model-model keputusan untuk
memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur maupun yang tidak
terstruktur. Hal lainnya yang perlu dipahami adalah bahwa SPK bukan untuk
menggantikan tugas manajer akan tetapi hanya sebagai bahan pertimbangan bagi
manajer untuk menentukan keputusan akhir. Oleh karena itu secara spesifik
penulis akan membahas salah satu permasalahan pada seleksi penerimaan
beasiswa dengan langkah demi langkah dengan menggunakan metode SPK untuk
Dalam era revolusi komunikai dan informasi saat ini, banyak sekali
insan di dunia mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin melalui
media yang dia miliki namun belum tentu mampu mengolahnya dengan baik
agar informasi tersebut dapat diamamfaatkan dalam waktu yang tepat.
Keputusan dapat diambil dengan tepat (waktu dan sasaran) serta dapat
dipertanggungjawabkan jika didukung oleh suatu sistem dengan tanpa
melakukan aspek individu pengambil keputusan itu sendiri serta konteks
permasalahan yang dihadapi. Secara garis besar seorang pengambil keputusan
melewati beberapa alur/proses seperti pada gambar berikut ini untuk
mengambil keputusan terbaiknya.
Ga mba r 2.8 Tahapa n Pen gambilan Keputu san Pr oses Pemiliha n
Alter na tive
Tindakan/keputusan biasanya terdiri dari langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Tahap Intelligent
b. Tahap Design
c. Tahap choice
2.6.1 Komponen Utama SPK
SPK terdiri dari empat komponen sebagai berikut:
a. Data Management
c. Knowledge Management
d. User Interface
Seperti telah dijelaskan diatas system didefinisikan sebagai kumpulan
objek yang memiliki keterkaitan fungsi dan prosedur untuk mencapai tujuan
tertentu bersama – sama. Sistem pengambilan keputusan berkaitan dengan
elemen – elemen keputusan seperti pengambilan keputusan, tool pengambilan
keputusan, aturan dan ide atau prinsip dengan tujuan mencari solusi atas
permasalahan keputusan yang dihadapi. Model keputusan relevan dengan model
secara umum. Model didefinisikan sebagai representasi sederhana dari suatu
keadaan nyata. pemodelan pada dasarnya merupakan proses membangun atau
membentuk sebuah model, dalam bahasa formal tertentu, dari suatu system
nyata berdasarkan sudut pandang tertentu menurut. Sistem nyata akan dilihat
dan dibaca oleh pemodelan dan membentuk citra atau gambaran tertentu di dalam
pikirannya.
Tahapan ini mengisyaratkan pemodelan untuk memasukkan komponen
pada suatu system nyata yang benar – benar menentukan perilaku system untuk
suatu persoalan yang sedang diamati dan mengisyaratkan bahwa pengguna model
harus tetap mempertahankan validitasnya dan asumsinya.
2.6.2 Pengambilan Keputusan Kr iter ia Majemuk
Pengambilan keputusan kriteria majemuk pada prinsipnya menurut
Ramdhani adalah sebagai berikut :
“Model pengambilan keputusan untuk penentuan pr ior itas
alter natife dengan menggunakan dua atau lebih kr iter ia atau
atr ibut, yang satu sama lain ter k ada ng memiliki konflik dan
kr iter ia yang tidak sepadan untuk beber apa kepentingan
kelompok”.
Lebih lanjut lagi, menurut Ramdhani menyatakan penggunaan model
untuk pengambilan keputusan kriteria majemuk untuk suatu keputusan tertentu
tergantung pada saat pemilihan kriteria yang digunakan sebagai kriteria satuan
analisis. Pada saat pembuatan kriteria, pengambilanmkeputusan harus mencoba
untuk menggambarkan dalam bentuk kuantifikasi jika hal ini memungkinkan,
karena akan selalu adsa factor yang tidak dapat dikuantifikasikan yang juga
tidak dapat diabaikan. Bila diabaikan maka hal ini dapat mengakibatkan
semakin sulitnya membuat perbandingan kenyataan bahwa kriteria yang baik
tidak bisa dikuantifikasikan itu sukar untuk diperkirakan dan diperbandingkan
hendaknya tidak dapat menyebabkan pengambilan keputusan untuk tidak
masalah utama di dalam setiap analisis. Beberapa kriteria yang kemungkinan
sangat penting, tetapi sulit dikuantifikasikan adalah seperti faktor – faktor
social (seperti gangguan lingkungan), estetika, keadilan, faktor – faktor politis,
serta kelayakan pelaksanaan, akan tetapi jika suatu kriteria dapat
dikuantifikasikan tanpa merubah pengertiannya, maka hal ini dapat dilakukan.
2.7 Penentua n Kr iter ia
Sifat – sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap
persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut menurut Ramdhani:
1. Lengkap
Kriteria yang dipilih harus dapat mencakup seluruh aspek
penting dalam persoalan tersebut. Suatu set kriteria disebut
lengkap apabila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh
seluruh tujuan dapat dicapai.
2. Operasional
Kriteria yang baik harus dapat digunakan dalam analisis. Sifat
operasional ini mencakup beberapa pengertian, antara lain
bahwa set kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambilan
keputusan, sehingga ia dapat benar – benar menghayati
implikasinya terhadap alternatif yang ada. Selain itu, jika tujuan
pengambilan keputusan ini harus dapat digunakan sebagai sarana
untuk meyakinkan pihak lain, maka set kriteria ini harus dapat
digunakan sebagai sarana untuk memberikan penjelasan atau untuk
tujuannya adalah untuk memperolah distribusi kemungkinan dari
tingkat pancapaian kriteria yang mungkin diperoleh (untuk
keputusan dalamketidakpastian) dan mengungkapkan perferensi
pengambilan keputusan atas pencapaian kriteria.
3. Tidak Berlebihan
Kriteria yang dipilih tidak berlebihan untuk menghindari
perhitungan yang berulang. Proses menentukan set kriteria
diusahakan menghindari kriteria yang mengandung pengertian
yang sama.
4. Minimum
Jumlah kriteria harus minimum dengan tujuan agar lebih
mengkonprehensifkan persoalan. Semakin banyak criteria yang
dilibatkan maka semakin sukar pula untuk dapat menghayati
permasalahan dengan baik, lebih jauh lagi, jumlah perhitungan
yang diperlukan dalam analisis akan semakin banyak. Adakalanya
meskipun kita telah berusaha menjabarkan tujuan menjadi
lebih spesifik, kita tetap dapat menemukan kriteria untuk sejumlah
3.1. Analisis Sistem
Proses pengambilan keputusan penerimaan beasiswa masih dilakukan
secara manual yaitu dengan cara mengisi daftar penerimaan beasiswa kepada
bagian kemahasiswaan yang bersangkutan. Hal ini menyulitkan bagian
kemahasiswaan untuk menentukan penerimaan beasiswa yang sesuai dengan
calon penerima beasiswa mahasiswa.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut akan dibangun sebuah sistem
pendukung keputusan yang memiliki tujuan untuk memberikan suatu
pertimbangan alternatif terbaik dari berbagai pilihan/opsi alternatif yang ada,
kemudian dapat diambil sebagai suatu keputusan. Penentuan suatu alternatif
terbaik diperoleh dari suatu proses perhitungan sistematis di dalam metode AHP
yang meliputi proses pembobotan pada setiap nilai, perhitungan priority weight
sebagai pemberi nilai prioritas local, perhitungan consistency ratio (CR) sebagai
indicator apakah proses pembobotan dapat diterima atau ditolak sehingga proses
perhitungan harus diulangi. Sistem ini merupakan perangkat lunak yang
membantu melakukan analisis untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi
penyebab gagalnya mahasiswa untuk menerima beasiswa yang seharusnya
didapat, sehingga nantinya hasil analisis yang dihasilkan oleh perangkat lunak ini
dapat menjadi sebuah pendukung keputusan yang dapat menjadi sebuah acuan
untuk melakukan perbaikan bagi kemahasiswaan pada waktu kedepan. Maka