TUGAS AKHIR
SANGGAR SENI LUKIS DIFABEL DI
SURABAYA
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
Diajukan Oleh :
MOCH. ROMEY PINTORO
0651010056
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ditujukan kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penyusunan Proposal Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik ( S-1 ) Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur di Surabaya. Setiap mahasiswa diwajibkan memenuhi persyaratan kurikulum , dimana salah satunya adalah Tugas Akhir. Mahasiswa yang akan mengambil Tugas Akhir diwajibkan untuk melakukan kegiatan - kegiatan penyusunan usulan judul sebelum menyusun proposal, konsep dan perancangannya sendiri .
Proposal Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memberi gambaran secara garis besar mengenai lingkup proyek yang akan dikerjakan baik keluasan maupun kedalamanya. Adapun judul yang dapat diusulkan oleh penyusun adalah :
”SANGGAR SENI LUKIS DIFABEL DI SURABAYA” yang kelak akan dipergunakan dalam proses perancangan tugas akhir. Pemilihan judul ini didasarkan pada kenyataan bahwa Sanggar-sanggar seni di Surabaya cukup banyak tapi sayangnya sanggar tersbut hanya untuk menfasilitasi anak normal sedangkan anak yang memiliki kebutuhan khusus (difabel) di Surabaya masih kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat/pemerintah,. Maka timbullah ide / gagasan untuk merancang sebuah Sanggar Seni Lukis Difabel yang memang dikhususkan untuk anak-anak difabel (khususnya disfunction tangan mereka) yang dapat meningkatkan kreatifitas dan jiwa seni mereka meski dalam kondisi terbatas,
HALAMAN PERSEMBAHAN
Î Syukur alhamdulilah atas semua Rahmat dan Hidayah yang diberikan Allah SWT
kepada umat-NYA yang tiada henti
Î Keluargaku ; Bapak, Ibu Kakak dan adik yang aku cintai, terima kasih atas kasih
sayang, didikan, support, doa dan materi yang telah diberikan dari memulai proses
pendidikan hingga saat ini..
Î Pembimbing, Ibu Dr.Ir. Pancawati Dewi, MT terima kasih atas dukungan serta saran
yang telah diberikan selama menempuh pendidikan sampai pada tugas akhir ini, dan
kesabaran ibu dalam membimbing selama proses penyelesaian tugas akhir yang
,membimbing tema hingga konsep yang saya ambil, ini...Juga Ibu Ami Arfianti, ST,
MT, yang mendukung dan memberikan solusi dari beberapa konsep yang saya buat,
serta saran – saran yang diberikan selama bimbingan, sehingga proses penyelesaian
tugas akhir ini bisa terwujud dengan baik...terima kasih atas bimbingan ibu mulai
dari Seminar hingga selesai...
Î SeluruhDosen dan staff teknik Arsitektur UPN, terima kasih atas didikan dan saran –
saran yang telah diberikan kepada kami sebagai mahasiswa.
Î Teman - teman seperguruan! Angkatan 2005-2006 Arsitektur UPN dan para
senior! Selalu semangat teman dalam menjalani hidup ini.
Î Teman-teman kost, yang memberikan bantuan mulai do’a dan materi dalam proses
penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih teman seperjuangan
Î Serta untuk kepada teman-teman pengajian yang selalu memberi wejangan yang
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Abstraksi ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... v
Daftar Tabel ... ix
Daftar Diagram... x
Daftar Gambar ... xi
Bab I. Pendahuluan ... 1
1. 1. Latar Belakang ... 1
1. 2. Tujuan dan Sasaran Perancangan ... 4
1. 3. Batasan dan Asumsi ... 5
1. 4. Metode Perancangan ... 6
1. 5. Sistematika Laporan ... 8
Bab II. Tinjauan Obyek Perancangan ... 9
2. 1. Tinjauan Umum Perancangan ... 9
2. 1. 1. Pengertian Judul ... 9
2. 1. 2. Studi Proyek Sejenis ... 10
2.1.2.1. Studi Literatur ... 10
2.1.2.2. Studi Kasus Obyek Sejenis ... 15
2. 2. Tinjauan Khusus Perancangan ... 23
2. 2. 1. Lingkup Pelayanan ... 23
2. 2. 2. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang ... 24
2. 2. 3. Perhitungan Luas Ruang ... 25
Bab III. Tinjauan Lokasi Perancangan ... 29
3. 1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 29
3. 2. Penetapan Lokasi ... 30
3. 3. Kondisi Fisik Lokasi ... 31
3. 3. 1. Eksisting Site ... 31
3. 3. 2. Aksesibilitas ... 32
3. 3. 3. Potensi Lingkungan ... 34
3. 3. 4. Infrastruktur Kota ... 35
Bab IV. Analisa Perancangan ... 36
4. 1. Analisa Ruang ... 36
4. 1. 1. Organisasi Ruang ... 36
4. 1. 2. Hubungan Ruang dan Sirkulasi ... 40
4. 1. 3. Diagram Abstrak ... 45
4. 2. Analisa site ... 46
4. 2. 1. Analisa Pencapaian ... 46
4. 2. 2. Analisa iklim ... 47
4. 2. 3. Analisa Lingkungan Sekitar ... 49
4. 2. 4. Analisa Zoning ... 50
4. 2. 5. Analisa Tampilan ... 51
Bab V. Konsep Perancangan ... 52
5. 1. Fakta ... 52
5. 1. 1. Fakta ... 52
5. 1. 2. Isu ... 52
5. 2. Tema ... 53
5. 3. Metoda Penelitian ... 54
5. 5. 1. Pendekatan Rancangan ... 56
5. 5. 2. Konsep Tapak ... 59
5. 5. 2. 1. Konsep Penzoningan ... 59
5. 5. 2. 2. Konsep Tatanan Massa ... 60
5. 5. 2. 3. Konsep Orientasi Massa ... 60
5. 5. 3. Konsep Ruang Luar ... 61
5. 5. 3. 1. Konsep Sirkulasi ... 61
5. 5. 3. 2. Konsep Enterance ... 63
5. 5. 4. Konsep Tampilan dan Bentuk ... 63
5. 5. 4. 1. Konsep Bentuk ... 63
5. 5. 4. 2. Konsep Tampilan ... 64
5. 5. 4. 2. Konsep Struktur ... 65
5. 5. 5. Konsep Ruang Dalam ... 67
Bab VI. Aplikasi Konsep Perancangan ... 68
6. 1. Aplikasi Tatanan Massa ... 68
6. 1. 1. Aplikasi Layout ... 68
6. 1. 2. Aplikasi Site Plan ... 69
6. 1. 3. Aplikasi Orientasi Massa ... 69
6. 1. 4. Aplikasi Enterance ... 70
6. 2. Aplikasi Tampilan dan Bentuk... 71
6. 2. 1. Aplikasi Bentuk ... 71
6. 2. 2. Aplikasi Tampilan ... 73
6. 3. Aplikasi Ruang Dalam ... 76
Penutup ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Jumlah Penyandang cacat tahun 2000-2004 ... 2
Tabel 1.2 Jumlah Penyandang Cacat (Tuna Daksa ) Kota Surabaya ... 3
Tabel 2.1 Sarana dan Prasana Aksebilitas ... 11
Tabel 2.2 Aktifitas Kebutuhan Ruang ... 24
Tabel 2.3 Perhitungan Luas Ruang ... 25
Tabel 2.4 Program Ruang ... 27
Tabel 4.1 Hubungan ruang fasilitas Kelas Grid I ... 40
Tabel 4.2 Hubungan ruang fasilitas Kelas Grid II ... 40
Tabel 4.3 Hubungan ruang fasilitas Kelas Grid III ... 40
Tabel 4.4 Hubungan ruang fasilitas Pengelola ... 41
Tabel 4.5 Hubungan ruang Fasilitas Pamer ... 41
Tabel 4.6 Hubungan ruang fasilitas penunjang ... 41
Tabel 4.7 Hubungan ruang fasilitas Exibiton ... 42
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1 Tahapan Perancangan... 7
Diagram 4.1 Organisasi Ruang siswa ... 36
Diagram 4.2 Organisasi Ruang pengelola ... 37
Diagram 4.3 Oragnisasi Pengunjung I ... 38
Diagram 4.4 Oragnisasi Pengunjung II ... 39
Diagram 4.5 Sirkulasi Pengguna ... 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Jarak bersih pengguna kruk ... 12
Gambar 2.2
.
Jarak bersih pengguna kursi roda ... 12Gambar 2.3. Sirkulasi kursi roda... 13
Gambar 2.4. Jarak pencapaian terhadap prabot ... 13
Gambar 2.5. Ramp ... 14
Gambar 2.6. Salah satu pendekatan aksesibel pada toilet: ... 14
Gambar 2.7. Ruang dalam Nyoman Sumerta Fine Art ... 15
Gambar 2.8. ( Studio Lukis) ... 16
Gambar 2.9. (Galeri) ... 16
Gambar 2.10
.
(Ruang Seni Modern) ... 17Gambar 2.11. (Ruang Seni Traditional ) ... 17
Gambar 2.12. (Ruang Souvenir) ... 17
Gambar 2.13. (Tampilan depan Nyoman Sumerta Fine Art) ... 18
Gambar 2.14. (Struktur Atap) ... 18
Gambar 2.15
.
(Peletakan lampu dekoratif) ... 19Gambar 2.16 (Musée du Louvre, Paris) ... 20
Gambar 2.17 (Denah) ... 20
Gambar 2.18 Hall/Galeri ... 21
Gambar 2.19
.
(Ruang information)... 21Gambar 2.20. (Denah) ... 22
Gambar 3.1. Kawasan Surabaya Pusat ... 30
Gambar 3.2. Batas-batas Lokasi Site ... 31
Gambar 3.3. Kondisi Lingkungan Sekitar Site ... 32
Gambar 3.5. Len Marc dan Kawsan Golf Bukit Darmo Golf ... 34
Gambar 3.6. Supermall Pakuwon dan Office Park ... 35
Gambar 4.1
.
Diagram Abstrak ... 45Gambar 4.2. Perletakan Main entrance, site entrance dan service entrance ... 47
Gambar 4.3. Pengaruh orientasi matahari terhadap bangunan ... 47
Gambar 4.4. Pengaruh bayangan terhadap bangunan ... 48
Gambar 4.5. Pengaruh orientasi matahari terhadap bangunan ... 48
Gambar 4.6. Analisa Lingkungan Sekitar ... 49
Gambar 4.7. Analisa Zoning ... 50
Gambar 4.8. Gubahan Massa ... 51
Gambar 5.1. Metafora abstrak ... 54
Gambar 5.2. Metafora konkrit ... 55
Gambar 5.3. Metafora kombinasi... 55
Gambar 5.4. Pendekatan rancangan I ... 56
Gambar 5.5. Pendekatan rancangan II ... 56
Gambar 5.6. Pendekatan rancangan Observation ... 57
Gambar 5.7. Pendekatan rancangan Memory ... 58
Gambar 5.8. Pendekatan rancangan Imagination ... 59
Gambar 5.9. Konsep Penzoningan ... 59
Gambar 5.10.Konsep Tatanan Massa... 60
Gambar 5.11.Konsep Orientasi ... 60
Gambar 5.12.Konsep sikulasi luar site ... 61
Gambar 5.13.Konsep sirkulasi dalam site ... 62
Gambar 5.14.Konsep Plaza ... 62
Gambar 5.15. Konsep Enterace ... 63
Gambar 5.16. Konsep bentuk ... 63
Gambar 5.18.Konsep Tampilan Kantor Pengelola ... 65
Gambar 5.19.Konsep struktur atap... 65
Gambar 5.20.Konsep Kontruksi bambu ... 66
Gambar 5.21.Konsep Ruang dalam ... 67
Gambar 6.1. Aplikasi Layout Plan ... 68
Gambar 6.2. Aplikasi Site Plan ... 69
Gambar 6.3. Aplikasi Orientasi Massa ... 69
Gambar 6.4. Aplikasi Main Site Enterance ... 70
Gambar 6.5. Aplikasi Bentuk Kelas ... 71
Gambar 6.6. Aplikasi Bentuk Kantor Pengelola dan Exibition ... 72
Gambar 6.7. Tampilan Kantor Pengelola ... 73
Gambar 6.8. Tampilan Exibition ... 73
Gambar 6.9. Tampilan Grid I ... 74
Gambar 6.10.Tampilan Grid II... 74
Gambar 6.1I.Tampilan Grid III ... 75
Gambar 6.12.Tampak Site depan dan samping ... 75
Gambar 6.13.Interior Ruang Exibition... 76
Gambar 6.14.Interior Ruang Kantor Pengelola... 76
SANGGAR SENI LUKIS DIFABEL DI SURABAYA
MOCH. ROMEY PINTORO
0651010056
ABSTRAKSI
Seni bersifat universal sebagaimana keindahan itu sendiri, karena sifatnya inilah seni bukan menjadi milik dan dominasi salah satu kelompok dalam masyarakat. Salah satu bidang seni yang menarik yaitu seni lukis, yang saat ini banyak di minati, tidak hanya orang normal tetapi juga bagi para penyandang cacat(difabel). hal tersebut maka timbul gagasan proyek Sanggar Seni lukis Difabel sebagai sanggar yang menaungi anak-anak difabel yang memiliki keterbatasan tubuh khususnya disfunction tangan mereka yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Sanggar seni lukis berdomisili di kota Surabaya dikarenakan warga Surabaya terhadap seni lukis cukup tinggi, tapi sayangnya tidak didukung dengan sarana prasarana belajar seni lukis yang memadai, dan umumnya hanya di peruntukan untuk anak-anak normal, sedangkan anak yang memiliki keterbatas fisik belum tersentuh oleh mereka. Dalam perancangan ini, Sanggar Seni lukis Difabel direncanakan berlokasi di Jl. Bukit Darmo Bouleverd, Surabaya. yang merupakan kawasan perumahan, pendidikan dan perdagangan yang cukup strategis untuk pengembangaan sanggar seni lukis ini.
Dari isu dan fakta yang ada, perancangan sanggar seni lukis mengambil tema out of the box (keluar dari kota) yang intinya berusaha keluar dari umumnya sebuah sanggar di kota Surabaya. Teori Konsep Methafora menjadi dasar dari perancangan ini yang memiliki tiga kategori yaitu Intangible Metaphor, Tangible
Metaphors, dan Combined Metaphorsdari ketiga kategori pendekatan yang dirasa
cukup dekat dengan tema out of the box yaitu Intangible Metaphor( Rancangan arsitektur yang mengacu kepada hal-hal yang bersifat abstrak dan tidak dapat dibendakan,).
Dan konsep perancangan ada tiga pendekatan yang digunakan yaitu dari sketsa anak umur 4 tahun yng menjadi ide dasar bentuk bangunan, pendekatan kedua mengambil metoda pembelajaran yang baik bagi anak-anak dengan cara pembagian zona makro yang disesuaikan dengan pengguna dan pendekatan ketiga membagi pengguna menjadi 3 level yang disesuaikan pada umur siswa dan menerapkan metoda pembelajaran di alam(disini alam buatan) yaitu : materi
observation (pengatan) materi memory (ingatan) dan materi imagination.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada dasarnya manusia dilahirkan untuk menciptakan segala sesuatu. Hasrat
manusia untuk selalu ingin mengetahui sesuatu dan menciptakan hal-hal baru
merupakan akar dari setiap kebudayaan di dunia ini. Manusia memiliki kreatifitas
yang tinggi dalam menciptakan segala sesuatu sesuai dengan alam pikirnya
dengan menciptakan sesuatu, dia telah mengaplikasikan gambaran dirinya secara
eksplisit kepada lingkungan sosialnya. Dengan kreatifitas yang dimilikinya, dia
dapat menciptakan dunia-dunia baru di alam imaginasinya. Kreatifitas ini dapat
dituangkan dalam banyak hal salah satunya seni.
Seni adalah hal yang sangat luas dan sangat sulit ditemukan definisinya,
Special Committee on the Study of Art berpendapat bahwa seni merupakan mata
pelajaran yang lebih sukar dipahami ketimbang matematika. Beberapa filsuf seni,
seniman, dan ahli estetika memiliki pendapat berbeda tentang definisi seni
diantaranya adalah aktifitas manusia yang terdiri atas ; satu orang secara sadar,
dengan perantara tanda-tanda lahiriah tertentu, menyampaikan kepada orang lain
perasaan yang telah dihayatinya, dan orang lain ditulari oleh
perasaan-perasaan ini dan juga mempunyai pengalaman yang sama (Leo Tolstoi, 196). Seni
adalah: suatu pengungkapan tentang perasaan manusia (John Hospers, 1967). ,
Menurut Hegel Seni merupakan presentasi indrawi dari suatu ide, seni merupakan
simbol dari suatu metafisika yang terbentuk oleh waktu dll, Seni adalah suatu
yang dapat menjadi media untuk berkreasi dan menuangkan perasaan para
seniman salah satunya, seni lukis saat ini banyak di minati, tidak hanya orang
normal tetapi juga bagi para penyandang cacat(difabel).
Semua manusia dilahirkan "sama" dan memiliki hak sama pula
menjalankan dan menikmati hidup. Dalam kehidupan nyata yang dinamis,
membutuhkan informasi dari dan tentang lingkungannya untuk melakukan
aktivitasnya dengan baik. (Kurniawan, 2005)
Selama ini, kebijakan-kebijakan yang menyangkut aksesibilitas para
penyandang cacat (Difabel) di tempat-tempat pelayanan umum di kota-kota besar
di Indonesia, tampaknya sebagian besar masih sebatas wacana. Padahal di dalam
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, pasal 1 (ayat 1) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 1998, khususnya pasal 1 (ayat 1) dengan tegas dinyatakan
bahwa, sebagaimana warga masyarakat lainnya, Penyandang Cacat “ berhak
mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban dalam berperan dan
berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam segala aspek
kehidupan dan peng -hidupannya” (Anonim, 2004:37).
Menurut publikasi (Country Study Report, 2005), salah satu penyebab
mengapa persoalan rehabilitasi sosial para Penyandang cacat dan aksesibilitasnya
di Indonesia penuh keterbatasan dan tidak maksimal adalah karena anggaran
pem-bangunan tahunan di bidang rehabilitasi sosial dan perlindungan terhadap
penyandang cacat ini sangat rendah bila diban dingkan dengan anggaran
departemen lain-nya, yakni hanya 0,5 persen dari total anggaran nasional .
Meskipun demi-kian, jumlah penyandang catat yang ditangani oleh Departemen
Sosial RI selama kurun waktu 5 tahun terakhir tampak terus meningkat.
Tabel 1.1 Jumlah Penyandang cacat tahun 2000-2004
Tahun
Jumlah Panyandang cacat
2000
1.170 orang
2001 1.287
orang
2002
1.416 orang
2003 1.557
orang
2004
1.713 orang
(
publikasi Country Study Report ,2005)
Kondisi ini menurut laporan Country Study Report, 2005 menyebabkan ter
batasnya ruang, biaya dan keamanan yang dapat disediakan bagi penyadang cacat
kota-kota besar, baik pemerintah maupun swasta, yang menyedia-kan prasarana
dan sarana aksesibilitas standar bagi para Penyandang cacat fisik ini -- apalagi di
kota-kota besar. Seperti Kota Surabaya yang merupakan kota metropolitan
terbesar kedua setelah Jakarta yang menurut BPS (Badan Pusat Stastistik)
Nasional Kota Surabaya memiliki Jumlah Penyandang cacat yang tiap tahun
meningkat dari tahun 2000-2005 terutama pada mereka yang memiliki
keterbatasan fisik salah satunya Tuna Daksa seperti pada tabel data dibawah ini;
Tabel 1.2 Jumlah Penyandang Cacat (Tuna Daksa ) Kota Surabaya
Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Jmlh
489
472
497
522
578
606
(Badan Pusat Stastistik Kota Surabaya, 2005)
Hal ini menunjukan perlu perhatian khusus dari semua pihak terutama pihak
pemerintah daerah atau pemerintah pusat untuk lebih memberikan perhatian
khusus bagi mereka karena hampir seluruh fasilitas umum seperti di
lembaga-lembaga pendidikan atau tempat-tempat publik seperti universitas, museum, galeri
,aksesibilitas bagi para penyadang cacat (difabel) fisik ini masih kurang
memperoleh perhatian dari pihak perencana dan pengelola. Di pihak lain,
sebagian besar para penyandang cacat , tampaknya belum atau kurang menyadari
akan hak mereka untuk memperoleh fasilitas pelayanan yang dapat mereka akses
di tempat -tempat umum, sehingga mereka mampu melaksanakan aktifitasnya
sebagaimana orang normal lainnya.
Selama ini para penyadang cacat fisik, tidak banyak menuntut, bahkan
pasrah dengan kondisi mereka, meski sudah ada wadah organisasi untuk
menampung aspirasi dan kepentingan mereka (Aksesibilitas Penyadang Cacat di
Jawa Timur, I.B. Wirawan). Antar lain Himpunan Pelaku Seni Deferensia
Indonesia (HIPSDI) yaitu para penyandang cacat yang berprofesi sebagai pelaku
dan pemerhati seni di Indonesia. Ketua Persatuan Penyandang Cacat Indonesia
(PPCI), Siswadi, mengatakan “pendirian himpunan ini antara lain dimaksudkan
menjadi pelaku seni yang handal dan bertanggung jawab” dan AMFPA
merupakan yayasan yang memberikan wadah bagi mereka yang memiliki
keterbatasan fisik yaitu tidak dapat menggunakan kedua tangan untuk berkarya.
Salah satu hasil nyata dari ketekunan seorang pelukis penyandang cacat
yang telah berprestasi hingga international adalah Agus. Agus merupakan
anggota dari Yayasan Pelukis Mulut dan Kaki Internasional yang berpusat di
Swiss. Setiap bulan, Agus harus mengirim tiga lukisan ke Swiss. Untuk tiga
lukisannya itu, Agus mendapat bayaran sebesar Rp6 juta. Setelah diseleksi, jika
dari lukisan-lukisan yang dikirimnya itu memenuhi syarat untuk dikomersilkan,
apakah itu untuk motif post card, diikutkan pameran, dan bahkan dijual, Agus
dibayar sebesar Rp6 juta per lukisan yang lolos seleksi. Selama tujuh tahun
berkiprah di yayasan itu, Agus menghitung telah 30 buah lukisannya yang telah
lolos seleksi. Dengan dana telah dikumpulkannya itu, Agus berharap bisa
mewujudkan cita-citanya untuk membuka sanggar seni lukis bagi para
penyandang cacat. (Sofwan, 2009)
Dari isu –isu tersebut perlu adanya fasilitas yang dapat menampung
kebutuhan mereka (para Penyandang cacat) dalam hal berkreatifitas dan berkarya
terutama di bidang seni lukis, dan juga menjadi tempat untuk mengelola dan
menyalurkan bakat-bakat seni lukis di Surabaya. Salah satunya dengan
mendirikan sebuah sanggar seni lukis yang dikhususkan untuk kaum difabel,
dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung kondisi mereka. Sehingga dengan
adanya wadah tersebut mereka akan dapat mengapresiasikan kreasi seni mereka
diatas kanvas dan dapat menjadi profesi bagi mereka.
1.2
Tujuan dan Sasaran Perancangan
Maksud dan tujuan hadirnya Sanggar Seni Lukis difabel di Surabaya ini lebih
ditekankan untuk memberi tempat bagi para difabel untuk berkarya dan
Beberapa maksud dan tujuan tersebut antara lain:
Tujuan yang dicapai:
•
Menyalurkan dan meningkatkan bakat seni masyrakat Surabaya terutama bagi
penyandang cacat.
•
Memberikan keterampilan seni melukis bagi para kaum difabel sehingga
mereka menjadi lebih produktif meski dalam keterbatasan fisik.
•
Mendukung program Pemerintah yaitu menciptakan kesetaraan hak bagi
penyandang cacat, sebagaimana diatur dalam UU Nomor 4 Tahun 1997
tentang Kesetaraan Hak Penyandang Cacat.
Sasaran yang dicapai
•
Mendapatkan bangunan publik yang aksesibel (nyaman diakses oleh
penderita keterbatasan fisik / para difable).
•
Mendapatkan bangunan yang berfungsi sebagai Sanggar Seni Lukis untuk
kaum difabel yang memadai dan dapat mewadai kegiatan-kegiatan
didalamnya dengan baik.
1.3
Batas dan Asumsi
Obyek rancangan ini dibatasi khusus bagi kaum Difabel .Aspek yang dilayani
dalam rancangan ini adalah bagi anak tuna daksa mulai dari umur 3tahun s/d
15tahun yang melukis dengan menggunakan kaki atau mulut. Dengan pendekatan
alam rancangan ini dihadirkan, yang juga sebagai materi pembelajaran bagi
mereka.
Jumlah Penderita anak Tuna Daksa dari hasil survei Dinas Sosial yang terdata
sekitar 652 anak pada tahun 2009, diasumsikan sekitar 40% dapat ditampung,
dikarenakan proyek ini hanya menampung anak yang memiliki disfunction
terhadap tangan mereka.
Kepemilikan proyek di asumsikan milik yayasan, sehingga perlu adanya
1.4
Metode Perancangan
Dalam menyelesaikan rancangan ini dengan baik maka perlu adanya
beberapa metoda atau tahapan yang perlu dilakukan. Adapun tahapan tesebut dala
menyelesaiakan gagasan tersebut yaitu :
A.
Pengumpulan Data
Merupakan langka awal untuk mendapatkan keterangan atau infromasi
yang penting baik yang bersifat fisik atau nonfisik dari rancangan Sanggara
Seni Lukis Difabel. Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa cara
yaitu, dari Studi literature, studi banding, studi lapangan, serta wawancara
dengan pihak terkait.
•
Studi Literatur :
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai pokok
permasalahan, perlu adanya Literature yang sesuai dengan permasalahan
yang diambil yaitu :
1.
Persyaratan teknis aksesibilitas pada bangunan umum dan
lingkungan. KEPMEN. No. 468/ KPTS/ 1998
2.
Ernest Neuferts Standar. Jilid 1 dan 2, versi Bahasa Indonesia
•
Studi lapangan:
Bertujuan untuk memperoleh gambaran obyektif tentang arah
perencanaan yang berhubungan dengan proyek yang direncanakan,yaitu
dengan melakukan pengamatan langsung terhadap studi kasus
•
Wawancara:
Wawancara merupakan metoda yang dipakai untuk mengetahui data-data
atau informasi yang penting dari pihak-pihak yang telah berpengalaman
yang berkaitan dengan judul tersebut. Sehingga bisa menjadi bahan
perbandingan dari data teori dan praktek.
B.
Identifikasi Obyek Rancangan
Langka kedua yang dilakukan yaitu dengan melakukan analisa terhadap
data-data yang diperoleh dari studi dan wawancara pada tahap pengumpulan
data, sehingga dapat ditarik kesimpulan masalah-masalah yang ada dari
untuk merencanakan sebuah rancangan. Identifikasi Obyek rancangan
meliputi :
•
Mengidentifikasi dari studi kasus yang sesuai atau berkaitan dengan
judul proyek
•
Memperhatikan kebutuhan pengguna sesuai kegiatan didalam rancangan
•
Analisa obyek rancangan terhadap pengguna dan lingkungan sekitar
C.
Konsep rancangan
Setelah melalui proses identifikasi obyek dapat diketahui kebutuhan dan
solusi dari rancangan tersebut, sehingga pada tahap ini pedekatanya
mengarah kepada design awal dan ide bentuk.
-
Uraian
Diagram 1.1 Tahapan Perancangan sumber : MK Azas Metode Perancangan
Pendekatan
R Interpretasi
Studi obyek
Analisa dan Kompilasi
Standart
Pengumpulan Data
Refrensi
Azas dan Metode Perancangan
Penyusunan dan Tema Gagasan Ide
Pengembangan Ide
1.5
Sistematika Laporan
Dalam penyusunan Sanggar Seni Lukis Difabel in menggunakan sistematika
yang dibagi beberapa bab dan sub pokok, antara lain:
BAB I. Pendahuluan
Bab ini mencakup latar belakang dari proyek atau judul yang diambil
disertai, maksud dan tujuan, lingkup perencanaan, dan metode perancangan,
BAB II. Tinjauan Obyek Preancangan
Bab ini mencakup tinjauan Sanggar Seni Lukis secara umum dan secara
khusus disertai dengan studi literature dan studi kasus obyek yang sesuai, tinjauan
Sanggar seni di Surabaya, studi kasus tentang Sanggar seni lukis yang aksesibel
atau dapat mewadai kebutuhan dan kegiatan kaum difabel.
BAB III.Tinjauan Lokasi Perancangan
Bab ini menijau dari kondisi existing site, mulai dari aksesiblitas, potensi
lingkungan, infrastruktur kota untuk merancang Sanggar Snei Luki dfabel ini.
BAB IV.Analisa Perancangan
Bab ini mencakup tentang analisa aktifitas / kegiatan, analisa perilaku para
BAB II
TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2.1.
Tinjauan Umum
Sanggar Seni Lukis Difabel adalah tempat yang digunakan untuk
mewadahi kegiatan kreatifitas, daya cipta, perasaan dari seniman (para
penyandang cacat (difabel)) melalui media lukisan yang bertujuan untuk
memberikan keterampilan dan menciptakan dunia baru bagi mereka sehingga
mereka tidak lagi dipandang seppbelah mata. Sumber, Risnawati Utami, SH,
MS/IHPM
2.1.1
Pengertian judul
Pengertian Sanggar Seni Lukis Difabel yaitu sebaga berikut:
Pengerttian Sanggar Seni Lukis,
Suatu tempat atau sarana yang digunakan oleh suatu komunitas atau
sekumpulan orang untuk melakukan suatu kegiatan melukis tujuan untuk belajar
dan mengembangkan sei kreatifitas mereka Sumber : (www.Wikipedia.com,
2009)
Pengertian
Difabel
(differently abled people),
Sebab orang yang mempunyai perbedaan fisik dan/atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan
kegiatan secara selayaknya, yang terdiri dari:
A. Penyandang cacat fisik;
B. Penyandang cacat mental;
C. Penyandang cacat fisik dan mental.
Sumber: (Persyaratan teknis aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan.
Kepmen. No. 468/ KPTS/ 1998
)
Pengertian
Surabaya,
sebuah kota di Indonesia yang terletak di 7º 12’-7º21’ LS dan 112º36’
112º52 BT merupakan dataran rendah 3 – 6 meter di atas permukaan laut yang
luasnya 326,36 km², nama dari ibu kota propinsi Jawa Timur. Daerah ini
Surabaya merupakan nama kota di propinsi Jawa Timur, pusat wilayah
pembangunan utama C, pusat perwilayahan regional Gerbang kertosusila
(Surabaya kota, 1995)
Pengertian judul Sanggara Seni Lukis Difabel Di Surabaya secara
keselururhan yaitu tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar kesenian dalam
bidang seni lukis yang dikhususkan untuk para penyandang cacat (difabel) Di
Surabaya
2.1.2
Studi Literatur
•
Studi Pembelajaran Seni rupa /seni lukis (Sanggar)
Sanggar seni adalah tempat dimana di dalamnya terjadi kegiatan yang
menyangkut tentang seni, dan saat ini sanggar seni adalah salah satu sarana belajar
tentang seni yang banyak diminati masyarakat. Maka tak heran bila saat ini
banyak sekali berdiri sanggar-sanggar seni terutama di kota-kota besar.
Sanggar-sanggar seni lukis ini menawarkan pelatihan seni lukis untuk kaum difabel.
Sanggar seni lukis ini bisa dibilang salah satu lembaga pendidikan yang masuk
dalam kategori sekolah nonformal atau pendidikan luar sekolah. Menurut
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur,
yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
Sistem pembelajaran tentang seni rupa Jalur pendidikan luar sekolah
merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan
belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Satuan
pendidikan luar sekolah tersebut meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, seperti Paket A, Paket B dan Paket C, serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, sanggar, lembaga
Sanggar Seni Lukis ini lebih mengarah kepada Lembaga Pengembangan
bagi peserta didiknya agar peserta didik lebih memahami lebih dalam tentang seni
lukis.
Persyaratan
Umum
Sanggar:
(Neufert, Ernst, 1995, Data Arsitek, edisi kedua, penerbit Erlangga, Jakarta)
1.
Ruang Pamer harus aman dari pencuri, bahaya kebakaran, sinar terik
matahari, debu asap, polusi kendaraan atau industri serta bebas dari
kebisingan dan getaran.
2.
Ruang sanggar harus terpisah dari ruang pamer atau di dalam bangunan
tersendiri
3.
Sanggar harus memiliki ruang penunjang lain seperti kantor pengelola,
r.perpustakaan, r. baca, dan semua itu sebaiknya dalam satu bangunan
dan terpisah dari r.pamer karena sanggar lebih bersifat privat.
•
Studi ruang bagi Difabel
Bagi difabel dalam melakukan aktifitas membutuhkan ruang khusus yang
dapat menunjang kebutuhan mereka, yaitu
Persyaratan Teknis aksesibilitas pada bangunan umum dan lingkungan
meliputi: (Keputusan menteri pekerjaan umum Nomor: 468 /kpts/1998)
Tabel 2.1 Sarana dan Prasana Aksebilitas
Sarana dan Prasana Aksebilitas
1.
Ukuran dasar ruang
9.
Kamar kecil
2.
Jalur pedestrian
10.
Pancuran
3.
Jalur pemandu
11.
Wastafel
4.
Area parkir
12.
Telepon
5.
Pintu
13.
Perlengkapan
6.
Ramp
14.
Perabot
7.
Tangga
15.
Rambu
Dalam Sanggar Seni Lukis Difabel lebih diutamakan dalam kenyamanan
untuk melakukan aktifitas melukis yaitu : Ukuran ruang, ramp., Toilet dan
prabot untuk memberi kemudahan dalam melakukan aktifitas bagi difabel.
Ukuran dasar ruang dan prabot
Gambar 2.1 Jarak bersih pengguna kruk
(sumber, Dimensi Manusia & Ruang Interior, Julius Panero, 2003.)
Gambar 2.2 Jarak bersih pengguna kursi roda
Gambar 2.3 Sirkulasi kursi roda
(sumber, Keputusan menteri pekerjaan umum Nomor:468 /kpts/1998)
\
Gambar 2.4 Jarak pencapaian terhadap prabot
Ramp
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga. Persyratan
kemiringan tidak boleh lebih dari 7
0(max 7
0)
Gambar 2.5 Ramp
(sumber, Keputusan menteri pekerjaan umum Nomor:468 /kpts/1998)
Toilet
Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang
cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.
Gambar 2.6 Salah satu pendekatan aksesibel pada toilet:
2.1.3
Studi Kasus I (Sanggar)
Nyoman Sumerta Fine Art (Bali)
Gambar 2.7 Ruang dalam Nyoman Sumerta Fine Art
(sumber : Studi Literatur )
Data Obyek
Arsitek
: I Nyoman Sumertha dan Putu Gede Suarsana
Pemilik
: I Nyoman Sumertha
Luas Lahan
: 1000m
2Sejarah berdirinya obyek
Adanya perkembangan kesenian yang pesat di Ubud, Bali telah ada karena
kesenian dipakai sebagai penunjang untuk kegiatan agama atau ritual. Tapi saat
ini peneghmbangan kegiatan berseni tidk lagi lebih kepada kegitan keagamaan
tapi sebagai pemacu untuk meningkatkan kegitana kepariwisataan, Bali
merupakan tujuan wisata yang banyak di minati tidka hanya bagi wisatawan
domestik tapi juga wisatawan asing.
Dan untuk meperkenalkan kesenian bali pada dunia maka Nyoman
Sumertha mempernalkan Bali kepada dunia dengan mendirikan Galeri yang
•
Fasilitas yang tersedia
Fasilitas ada hadir pada galeri ini umumnya berkhaskan arsitekur bali, mulai
dari prabot hingga material bata merah. Bangunan ini terdiri atas 1 lantai yang
meisng-masing ruang sebagai berikut :
1.
Studio Lukis seniman
Di Studio ini kita dapat melihat 10 seniman mengapreisasikan karyanya.
Ruang in juga merupakan ruang pertama yang di masuki tamu yang
dating ke gaelri ini. Sehingga menjadi suatu pedemonstrasian proses
karya mereka di buat.
Gambar 2.8 ( Studio Lukis)
(Sumber : Studi Literatur)
2.
Ruang Utama/Galeri
Disini merupakan tempat untukmnyimpan dan memajang karya-karya
Nyoman Sumertha,
Gambar 2.9 (Galeri)
3.
Ruang Seni Modern dan Traditonal
Pada ruang ini karya-karya beraliran kontemporer dari beberapa pelukis
yang terseleksi di pamerkan disini,dengan penatan yang sederhana.
Gambar 2.10 (Ruang Seni Modern)
(Sumber : Studi Literatur)
Sedangkan untuk seni traditional , berada di ruang yang lain yang umunya
sangat kental dengan seni lukis bali dan penatan ruang dan karya cukup
sederhana
Gambar 2.11 (Ruang Seni Traditional )
(Sumber : Studi Literatur)
4.
Ruang Souvenir
Disini merupakan toko yang disediakan untuk menjual pernak-pernik
dan kerajian tangan kahs Nyoman Sumertha Art Gallery.
Gambar 2.12 (Ruang Souvenir)
•
Gubahan Massa
Nyoman Sumertha Art merupakan bangunan yang mengambil konsep penuh
terhadap bangunan adat bali, dengan bangunan tidak bertingkat dan masa
bangunan dibuat berkelompok-kelompok sesuai tatana masa rumah adat bali
yang dihubungkan dengan taman dan pedestrian .
•
Tampilan bangunan
Konsep tampilan bangunan identik menunjukan tampilan rumah adat bali
yang traditional, seperti pemakaian atap tajug, dan kolom-kolom yang
terbuat dari kayu, menambahkan ukiran-ukiran dinding yang rumit pada
[image:30.595.146.443.323.534.2]fasad bangunan dan dihiasi dengan oranmen-oernamen khas bali.
Gambar 2.13 (Tampilan depan Nyoman Sumerta Fine Art)
(Sumber : Studi Literatur)
•
Pola Struktur dan Utilitas
Struktur atap,
Penyelesaian struktur bangunan menggunakan kayu dan beton bertulang
yaitu untuk atap gording menggunakan beton bertulang, sedangkan usuk
lebih mengexpos kayu sebagai materialnya.
Gambar 2.14 (Struktur Atap)
Struktur pengkaku dan penutup
Kolom utama yang digunakan adalah kolom beton bertulang sedangkan
penahan atap selasar, atap sosoran menggunakna kolom kayu , dan balok
utama juga menggunakan beton bertulang. Pada penutup menggunakan
dinding bata sebagai pembatas tegas antara satu ruang dengan ruang yang
lain.
Utilitas (system pencahayaan )
Pada system pencahayaan menggunakan jenis lampu inderict lighting, spot
light, down light dan lampu dekoratif. Untuk ruang pamer umunya
menggunkan spot light yang cahanya lansung di arahkan ke lukisan dan
sebagai perindah ruang umuny amenggunkan lampu dekorati yang di
[image:31.595.148.507.291.552.2]imbangi dengan down light.
Gambar 2.15 (Peletakan lampu dekoratif)
(Sumber : Studi Literatur)
Utilitas (system Penghawaan )
Sesuai dengan konsep awal yaitu rumah adat bali, maka system penghawaan
lebih banyak menggunkan jendela atau kisi-kisi bukaan sebagai sirkualsi
udara . dan untuk menciptakan mengahwaan merata pada bagian tengan
terdapat kolam untuk menciptakan cross ventilasi.
2.1.4
Studi Kasus II (Galeri Aksesibel)
Musée du Louvre, Paris
Sejarah berdirinya
Musée du Louvre berlokasi di pusat kota paris, museum ini mulai terisi
dengan benda-benda seni sejak tahun 1793, dan memperluas bangunan pada tahun
1983 hingga 2000. Museum ini berisi benda-benda seni rupa, antara lain lukisan,
patung, dan terdapat auditorium tempat memutar film tentang sejarah kesenian.
Museum ini terkenal karena menyimpan lukisan-lukisan jaman Renaissance [salah
[image:32.595.113.509.293.714.2]satunya lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci].
Gambar 2.16 (Musée du Louvre, Paris)
(Sumber : Studi Literatur)
Gambar 2.17 (Denah)
Museum kesenian ini memiliki komitmen “open to everyone”, museum ini
sangat menghargai semua pengunjung termasuk para difabel, hingga pada tahun
2002 museum ini mendapat penghargaan "Tourisme et Handicap".
1.
Galeri
Penempatan galeri utama berada di area depan yaitu piramida (Sous la
pyramide)
Gambar 2.18(Hall/Galeri)
(Sumber : Studi Literatur)
2.
Selasar
Sepanjang area menuju ruang utama dari hall/galeri terdapat selasar
sebagai area penghubung .
3.
R. Information
Merupan runag cukup penting terutam bagi difabel untuk mengetahui area
man ayang khusus untuk difabel, sehingga mereka bisa menikmati fasilitas
tersebbut.
Gambar 2.19(Ruang information)
[image:33.595.127.479.212.566.2]4.
Mezaine
Mezaine merupakan ruang yang digunakan untuk difabel dengan elevasi
yang tidak terlalu tinggi mereka dapat menaksesnya denga tangga
[image:34.595.148.502.215.542.2]/elevator khusus yang ada pada ruang ujung mezaine.
Gambar 2.20 (Denah)
(Sumber : Studi Literatur)
Elevator Khusus
bagi Difabel
5.
Perpustakaan
Merupakan fasilitas yang dihadirkan pada Museum ini, yang terletak tidak
jauh dari R. Lobby/R. Informasi
6.
Auditorium
Berada dekat dengan r.Informasi yang selantai dengan Perustakaan
sehingga mereka(difabel) dapat menaksesnya.
7.
Café
Berada cukup dekat dengan area msuk dari selasar danjuga satu lantai
2.2
Tinjauan Khusus
Tinajuan khusus pada objek perancangan melingkupi tentang bahasan yang
akan diuraikan meliputi lingkup pelayanan, studi literature dan studi kasus yang
disesuaikan dengan proyek sejenis.
2.2.1
Lingkup pelayanan
Dalam lingkup pelayanan proyek yang direncanakan sasarana utama bagi
peracancangan Sanggar Seni Lukis yaitu bagi anak-anak yang memiliki
keterbatasan fisik (Difabel) untuk berkarya dan mengembangkan kreatifitas
mereka dan meningkatkan jiwa seni mereka.
•
Bagi anak-anak :
Adanya sanggar ini dapat menjadi wadah bagi anak-anak difabel untuk
belajar seni dan juga untuk mengembangkan kreatifitas dan menigkatkan
jiwa seni mereka untuk dapat menunjukan karya-karya mereka kepada
masyrakat luas, .
•
Bagi masyarakat luas
Adanya sanggar ini dapat menjadi sarana untuk . karya seni lukis mereka
dan menjadi salah satu bentuk motivator bagi difabel dan orang lain baik
dari seniman atau bukan seniman.
•
Bagi pemerintah
Mendukung program pemerintah yaitu dibidang pekerja umum, dan
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, pasal 1(ayat 1) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998, sebagaimana warga masyarakat
lainnya, penyandang cacat “ berhak
mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban dalam berperan
dan berintegrasi secaratotal sesuai dengan kemampuannya dalam
segala aspek kehidupan dan peng -hidupannya”(Anonim, 2004:37)
secara umum , ada 2 gelombang dalam satu minggu . setiap anak masuk
sesuai dengan sechual yang ditentukan, tiga kali pertemuan dalam satu minggu.
A.
Senin – Rabu – Jum’ at
B.
Selasa – Kamis – Sabtu
Dengan pembagian 2 ( dua) shift dalam satu hari :
A.
Senin – Rabu – Jum’ at ( pukul 08.00 – 11.30 WIB)
Senin – Rabu – Jum’ at ( pukul 12.30 – 16.00 WIB)
B.
Selasa – Kamis – Sabtu ( pukul 08.00 – 11.30 WIB)
Selasa – Kamis – Sabtu ( pukul 12.30 – 16.00 WIB)
Meliputi semua anak difabel (khusus untuk anak disfunction terhadap
tangan mereka) dari golongan menengah dan menengah keatas dengan skala
pelayanan pada wilayah Jawa Timur umunya dan kota Surabaya Khususnya.
Proyek ini merupakan sarana untuk anak –anak difabel dapat mengembangkan
kreatifitasnya secara bebas di media lukis, dan membentuk karakter padadiri
mereka.
2.2.2
Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
Berikut ini terdapat pembagian ruang berdasarkan aktivitas yang terjadi
[image:36.595.104.520.368.749.2]dalam pelaksanaan program pelayana proyek :
Tabel 2.2 Aktifitas dan Kebutuhan ruang aktifitas
Fasilitas Umum
Calon Pemakai Aktifitas Fasilitas yang dibutuhkan
Anak tuna daksa Mendapatkan pengajaran dan praktek dalam melukis
Ruang Belajar Out door dan indoor
Masyarkat Mendapatkan inforamasi
tentang AMFPA dan mereka yang ingin belajar melukis
Ruang pertemuan /Hall/Aula
Ruang Galeri Ruang Informasi
Fasilitas Pengelola
Direktur Mengepalai semua bentuk
kegiatan yayasan
Ruang direktur
Staff Mengurus administrasi ,
membantu Dirketur
Kepala Sekolah Mengepalai kegiatan sekolah
Ruang Kepala Sekolah Staff, Kepala Sekolah Mengurus Administrasi,
membantu kepala sekolah
Ruang Tata usaha Ruang Rapat Lobby
Guru Menunggu waktu pelajaran,
mengurus akademik anak
Ruang Guru
Fasilitas Penunjang
Pengguna Membeli makan ringan Snack shop Cleaning service Merawat bangunan Gudang alat,
Teknisi Menjaga teknologi dalam
bangunan
Ruang Trafo Ruang Genset Semua penghuni Ganti pakaian, untuk buang
air, mandi, ibadah
Toilet Kamar mandi Pengiriman barang Untuk kebutuhan Loading dock
Fasilitas terapi
Psikologi Memberikan bimbingan
khusus
Ruang Konsultasi Dokter/perawat Memberikan perawatan UKS
Fasilitas Sanggar
Guru Seni lukis Mengajar seni lukis Ruang kelas Ruang alat
[image:37.595.107.522.107.767.2]2.2.3.
Perhitungan Kebutuhan Ruang
Tabel 2.3 Perhitungan Kebutuhan Ruang
Fasilitas Sanggar
Nama Ruang Jumlah
Pengguna Pendekatan Perhitungan
Luas (m2)
kelas anak 12anak
@kelas
NAD @2,2m2/org Sirkulasi 60%
2,2 x 72= 168,4 60% x 168,4 = 67,36
235,76
Ruang Alat NAD 6m2/unit
Sirkulasi 40%
6 x 5 = 30
40% x 30 =12 42
Toliet 4 orang NAD 3m2/bilik
sikrulasi 30%
3 x 4 =12
30% x 12 =36 48
Total dengan Sirkulasi 520.
Fasilitas Pengelola
Nama Ruang Jumlah
Pengguna Pendekatan Perhitungan
Luas (m2)
Ruang Administrasi 7 orang NAD 5 m2/org Sirkluasi 30%
5 x 7 = 35
30% x 35 = 10,5 45,5
Ruang guru 12 orang 2,5 m2/org sirkulasi 40%
2,5x12 org =30
40% x 30 =12 42
Ruang Rapat 20 orang 2,5 m2/org
sirkulasi 30%
2,5 x20org=50
30% x 50 = 15 65
Toilet 4 orang DPU 3m2/bilik
sikrulasi 30%
3x4 =12
30% x 12 =36 48
Lobby 32,5
Ruang tata usaha 3 orang
NAD 4,5 m2/org
Sirkulasi 30%
4,5 x 5=22,5
30% x 22,5 =6,75 29,35
Total dengan Sirkulasi 322
Fasilitas Penunjang
Nama Ruang Jumlah
Pengguna Pendekatan Perhitungan
Luas (m2)
Ruang Tunggu 10 orang - - 592,73
0
Snack Shop 10 orang
DI 5,76m2/meja (4org)
NAD 1,5m2/org Sirkulasi 100%
5,76 x 40 =230,4 1,5 x 25 =37,5 100% x 267,9
535,8
Gudang 10
Ruang Genset 3 unit NAD 25m2/unit Sirkulasi 30%
25 x 3 = 75
30% x 75 =22,5 97,5
Loading Dock 30
Ruang Trafo 1 unit NAD 25 m2/org Sirkulasi
25 x 1 =25
30% x 25 =7,5 32,5
Ruang Kesehatan 1 Dokter 2 orang/pasie n TSS 4,05m2/org Sirkulasi %
4,05 x 3 =12,15 40% x 12,15= 6,48
22,68
Ruang Konsultasi 1 piskologi 2,5m2/org sirkulasi 40%
2.5x3org =7,5
30% x 7,5 =2,25 12,75 Tmpt pnympan obat 1 dokter TSS 4,86m2/org
Sirkulasi 40%
4,86 x 1 = 4,86
40% x 4,86 =1,94 6,80
Toilet 3 orang 1 orang (difabel) NAD 1,8m2/bilik DPU 3m2/bilik sikrulasi 40%
1,8 x 3 =5,4
3 x 1 = 3 30% x 8,4 =2,56
10,96
Pos Jaga 3 unit Asm 2,2 m2/org
sikrulasi 30%
2,2 x 3 = 6,6
30 % x 6,6 =1,98 8,58
Total 593,887
Fasilitas parkir
Nama Ruang Jumlah
Pengguna Pendekatan Perhitungan
Luas (m2)
Parkir Mobil 16 NAD17 m2/unit
Sirkulasi 100%
17 x 16 = 272
100% x 272 = 544
Parkir Service 1
NAD 60 m2/unit
Sirkulasi 100%
60 x 1= 60
Parkir Spd motor
PPTB 2 x jmlh mobil sirkulasi 100%
2 x 8 = 41
100%x 41=41 82
Total dengan Sirkulasi 746
Fasilitas Umum
Nama Ruang Jumlah
Pengguna Pendekatan Perhitungan
Luas (m2)
Ruang Galeri 100 orang NAD 1,5m2/org Sirkulasi 100%
1,5 x 100 = 150
100% x 150=300 300 Tempat Penyimpanan
karya
NAD 36m2/unit Sirkulasi 50%
1 x 36 =36
50% x 36 = 18 54
Toilet 12
2
NAD 1,8m2/bilik DPU 3m2/bilik Sirkulasi 40%
12 x 1,8 = 21,6 3 x 2 = 6
40% x 27,6 =11,04
38,64
Total Sirkulasi 456
Total Luas (2.639 m2) Pembulatan Luas Total ( 2.640 m2)
Luas total BC + Area hijau dan sirkulasi
(1.700 + (746)) x area hijau dan belajar (4.556)
Jadi total luas area
: 7.000m2
Luas bangunan
: 2.640 m2
Luas area luar
: 7.000 – 2.640: 4. 360 m2
[image:39.595.108.527.108.760.2]2.2.4
Program Ruang
Tabel 2.4 Perhitungan Kebutuhan Ruang
No. Kebutuhan Ruang
Fasilitas Ruang
1. Fasiltas
Sanggar/Kelas
Kelas
Toilet
2. Fasiltias
Pengelola
Hall
Gudang
3. Fasilitas
Pamer
Hall
Lobby
Resepsionis
R.Pamer
Toilet
4.
Fasilitas Penunjang
Parkir Umum
•
Mobil & Motor
Parkir Service
5.
Fasilitas Teknik
Gudang alat
R.Genset
BAB III
TINJAUAN LOKASI
PERANCANGAN
3.1.
Latar belakang Pemilihan lokasi
Lokasi meemberi peranan penting bagi keberadaan Sanggar Seni lukis
Difabel ini karena lokasi memenetukan keberasilan dan efektifitas obyek tersebut.
Dipilihnya Surabaya sebagai lokasi perancangan karena Surabaya merupakan
ibukota jawa timur dan pusat perekonomian utama yang cukup padat aktifitas
kegiatan perekonimiannya dan kota terbesar kedua dipulau jawa.
Melalui pengumpulan data, studi banding dan analisa maka karakteristik site
kriteria yang dipakai sebaagi dasara pemilihan alternative site di Surabaya adalah
sebagai berikut:
•
Aspek Pencapaian
Pada kawasan ini, tepatnya berada di jalan Bukit Darmo Bouleverd
memiliki beberapa faslitas yang dapat mendukung keberadaan Sanggar
Seni Lukis Difabel ini seperti pencapaian lokasi yang cukup mudah oleh
kendaraan pribadi atau kendarana umum dikarenakan letak lokasi di Jalan
Besar,
•
Aspek Tata Kota
Rencanan Detail Tata Ruang Kota (RDTK) merupakan salah satu bagian
yang penting dalam pembangunan proyek agar tercapainnya sasaran dan
tujuan pengembangan kota yang terencana dan merata, dalam hal ini
diperuntukan untuk menentukan fasilitas yang mendukung Sanggar Seni
Lukis di Surabaya.
•
Aspek Aktifitas Penunjang
Adanya aspek yang mendukung aktifitas dari Sanggar Seni Lukis antara
lain tempat perbelanjaan, perkantoran, perumahan elit, jalan, sarana dan
prasarana yang baik.
Kawasan unit lingkungan jalan Bukit Darmo Bouleverd pada hakekatnya
merupakan daerah perdagangan, fasilitas sosial, pendidikan dan perumahaan.
berlokasi di Surabaya Barat hal ini karena difabel terutama anak tuna daksa di
seluruh Surabaya jumlahnya merata dari beberapa kecamatan, sehingga untuk
pencapaian lokasi akan mempermuda jika lokasi site berada di Surabaya Barat
karena merupakan kawasan pengembangan yang saat ini telah ramai dengan
segala fasilitas yang mendukung kehidupan masyarakat.
3.2.
Penetapan Lokasi
Berdasarakan analisa kebutuhan lokasi untuk Sanggar Seni Lukis Difabel di
Surabaya, pemilihan lokasi ditetapkan di daerah Surabaya Barat, yang merupakan
Kawasan pengembang dari program RDTK yang saat ini telah meningkat, lokasi
Jl. Bukit Darmo Bouleverd,
Lokasi terpilih berdasarkan fakto-faktor pendukung yang ada:
•
Lokasi berada diradius cukup dekat dengan beberapa fasiltias sosial,
umum dan permukiman
•
Lokasi berada dikawasan yang cukup strategis dekat kawasan
perbelanjan dan pendidikan yang akan dapat mempermuda perkenalan
dari fasilias ini.
•
Site berada di Jl. Bukit Darmo Bouleverd, yang memudahkan
pengunjung untuk mencapainya, karena site berada dekat dengan jalan
besar
•
Lokasi site berada di kawasan Surabaya Barat yang merupakan
kawasan komersial.yang diharapkan Sanggar ini menjadi bagian yang
Gambar 3.1 Kawasan Surabaya Pusat Komplek Perumahan
Bukit Darmo Golf
Komplek Perumahan Graha Family Komplek Perumahan
Pakuwon Indah Komplek Perumahan Pakuwon Indah
Komplek Perumahan Komplek Perumahan Villa Bukit Mas
Komplek Perumahan Darmo Hill Perumahan
Komplek Perumahan Puncak Permai Utara
Komplek Perumahan Puncak Permai
Komplek Perumahan Darmo Permai
Komplek Perumahan Prada Permai
Komplek Perumahan Darmo Satelit
Komplek Perumahan Simo Mulyo
Komplek Perumahan Chris Kencana Komplek Perumahan
Bintang Diponggo
(Sumber : Peta Pemeritah Kota Surabaya)
3.3.
Kondisi Fisik Lokasi
3.3.1.
Eksisting Site
Kemiringan tanah 0 – 2
0sehingg dapat dikatakan kondisi tanah pada
lokasi site yaitu datar tidak berkontur dan lokasi site merupakan lahan kosong
yang sebagian besar berupa sawah yang luasnya
±10.086m2 dan didukung
dengan fasiltas sarana jalan yang baik.Kondisi iklim menunjukan suhu rata-rata
Batas –batas bangunan :
(Sumber ; Dokum n pribadi, 2009)
ouleverd
hari
: ±7.000 m2
•
angunan pada lokasi sesuai dengan rujukan RDTRK
a
um, sosial dan komersial
4.
SB untuk bangunan komersial : ± 6 – 8 m
Komplek Perumahan Bukit Darmo Golf Komplek Perumahan
[image:44.595.138.451.170.578.2]Pakuwon Indah
Gambar 3.2 Batas-batas Lokasi Site
e
1.
Batas utara
: Ged. Sekolah Petra SD
2.
Batas Barat : Jalan Bukit Darmo Golf B
3.
Batas Selatan : Lahan perumahan Golf
4.
Batas Timur : Ged. Resident Mata
•
Luas loksi bangunan
Peraturan bangunan
Kota Surabaya Barat merupakan kawasan pengembangan yang
difungsikan sebagai kawasan perumahan, perdagangan, Pendidikan, dan
komersial. Peraturan b
Kota Surabaya yaitu :
1.
Digun kan untuk
: Fasilitas um
2.
KDB
: 40% - 60%
3.
KLB
:
1.50
(max)
G
Kel. Sono Kwijenan
Pradah Kali Kendal Kel.
Kel. Tubanan
Putat Gede
Komplek Perumahan Puncak Permai Utara
Puncak Permai
Komplek Perumahan Darmo Permai
Komplek Perumahan Prada Permai
JL. Raya M
ayjen Hr. Mo hammad
JL. Bu kit
Darm o U
tara
JL. Buk it D arm o U tara JL. Buk
it D arm o Golf JL. Ray a Darm o Perm
ai I I
Komplek Perumahan Bukit Darmo Golf Ko
Paku mplek Perumahan
won Indah
Kel. Sono Kwijenan
Pradah Kali Kendal Kel.
Kel. Tubanan
Putat Gede
Komplek Perumahan Puncak Permai Utara
Puncak Permai
Komplek Perumahan Darmo Permai
Komplek Perumahan Prada Permai
JL. Raya M
ayjen Hr. Mo hammad
JL. Bu kit
Darmo U tara
JL. Bukit D
arm o U
tara
JL. Buk
it D arm
o Go lf
JL. Ray
a Da rmo
Perm ai I
I
ah Indah
dan
gan adanya
gorong-gan realtif tinggi terutama pada jam –jam kerja atau pulang
kerja.
Gam Site
(Sumber ; Dokum n pribadi, 2010)
3
al pengunjung, dimana tanda
ian .
1.
kan jalan dari arah Tandes )
•
Kondisi Site
1.
Topografi : berasarkan ketinggian tempat, kawasan perencanaan site
memiliki lahan datar, dibedakan dua bagian yaitu bagian utara
bagian selatan.ketinggian rata-rata 12 -25 m dari permukaan laut.
2.
Hidrologi : kondisi drainase cukup baik den
gorong bagian samping jalan yang cukup lebar.
3.
Kebisingan : kondisi lingkungan cukup sibuk, dan ramai. Dan
kebisin
JL. Raya Prad
bar 3.3 Kondisi Lingkungan Sekitar
e
.3.2.
Aksesibilitas
Pencapaian ke lokasi dibagi menurut as
tempat berkumpul dari beberapa arah pencapa
Arah pencapaian dari beberapa Arah yaitu :
(Utara) Dari Jalan Darmo Permai III (merupa
Dari Jalan Diponogoro - Jalan Raya Darmo – Lokasi.
2.
(Selatan) Jalan Menganti – Jalan Bukit Darmo Golf Bouleverd – Lokasi.
3.
n Gunung Sari – Jalan Raya Wonokromo – Jalan Raya Darmo –
rteri /utama )– kecil (gang) - Jl. Bukit
rtigaan Jembatan
Ngagel – Lurus – Pertigaan Lampu lalu lintas – Lokasi.
3.3.3.
P
ki potensi-potensi yang dapat mendukung
an area yang potensial adan menarik bagi kegiatan
enjadikan
rlayanai secara baik dari segi
frastruktur da
Gambar 3.4 o Golf
(Sumber : Dokumen pribadi, 2009)
(Barat) Jalan Lidah Kulon – Jalan Bukit Darmo Golf Bouleverd –Lokasi.
Dari Jala
Lokasi.
4.
(Timur) Jalan Tol (Malang – Surabaya) - Jalan HR. Muhammad
Muhammad (merupakan jalur a
Darmo Golf Bouleverd - Lokasi
Dari Jalan Ngagel Jaya Selatan – Jalan Darmo Kali - Pe
otensi Lingkungan
Umumnya bangunan yang berada disekitar site kondisinya cukup baik
dan) pada lingkungan site memili
adanya Sangar Seni Lukis ini yaitu:
1.
Kawasanya merupak
penanaman modal.
2.
Lokasi berada didaerah yang sosial ekonominya berkembang cukup pesat,
dengan penataan permukiman dan fasiltas umum yang rapi m
Surabaya Pusat menjadi kawasan komersial yang cukup maju.
3.
Kawasan sebagaian besar telah te
in
n jaringan utilitasnya.
4.
Area terbangun umumya fasilitas – fasiliatas umum dengan perkantoran ,
Fasilitas sosial, fasilitas umum sehingga dapat menjadi salah satu poin
penting untuk memperkenalkan Sanggar Seni Lukis secara luas.
5.
Potensi Fasiltias Penunjang
Gambar 3.5 Len Marc dan Kawsan Golf Bukit Darmo Golf
(Sumber : Dokumen pribadi, 2009)
Gambar 3.6 Supermall Pakuwon dan Office Park
3.3.4.
Infrastruktur Kota
Untuk mendukung keberadaan berdirinya suatu bangunan pada site,
terutuma pada obyek perancangan ini, dibutuhkan adanya suatu infrastruktur kota,
yaitu mulai dari penyediaan air bersih sampai dengan faktor-faktor yang
mendukung berdirinya bangunan Sanggar Seni Lukis Difabel.Seperti berikut :
•
Air Bersih
Penyediaan air bersih pada site perencaan berasal dari air PDAM unit darmo
kali dengan menggunakan sistem perpipaan ±6” yang disalurkan ke lokasi
site.
•
Listrik
Jaringan kelistrikan sebagai kebutuhan utama di kawasan tersebut
diakomodasi dari 2 jalur
1.
Dari Jalur PLN yang berupa gardu listrik
2.
Dari genset untuk mengatasi kebutuhan listrik apabila listrik padam.
•
Drainase Air
Untuk pembuangan air limbah yang berupa air kotor seperti air buangan
manusia dan air hujan terdapat tempat pembuangan akhir yang disediakan
pada area site berupa gorong-gorong, yang kemudian dialirkan kearah sungai
yang berada didepan site.
•
Jaringan Telepon
Jaringan komunikasi dari pihak Telkom juga telah memenuhi dikawasan
tersebut, dengan jaringan yang mengikuti jalur jalan
•
InfraStruktur Jalan
Kondisi Jalan didaerah tersebut relative cukup baik, dari jalan yang diaspal
dan adanya pelengkap jalan mulai dari rambu-rambu jalan, prabot jalan, dan
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1 Analisa Ruang
4.1.1 Organisasi Ruang
Pemakai dibedakan menjadi tiga yaitu siswa, pengelola dan pengunjung dimana ketiganya memiliki aktifitas yang berbeda, berikut ulasan tentang aktifitas yang dilakukan oleh pemakai:
• Siswa
Siswa dikelompokan menjadi dua grup ( satu grup untuk melukis dengan kaki, sedangkan grup kedua melukis dengan mulut) dan tiap grup memiliki tiga kelas yang disesuaikan dengan usia masing-masing siswa. Perlu diperhatikan juga factor kenyamanan dalam segi pencapaian ruang kelas dan juga saat siswa belajar.
Dari table sub bab sebelumnya ( bab II ), maka aktifitas yang terjadi dapat digambarkan melalui suatu diagram struktur organisasi ruang yang digunakan oleh siswa, yaitu :
Diagram 4.1 organisasi ruang siswa Pintu masuk/keluar
Hall/R.Pamer
R.Kelas Grid I, II, Snackshop
Selasar
Plaza R.Kelas
Grid I, II,
• Pengelola
Dari segi pengelola perlu diperhatikan beberapa hal mulai dari kedekatan, kenyaman dan sirkulasi sehingga memudahkan mereka berkatifitas sesuai kegiatan mereka masing-masing. Ruang pengelola terbagi dari beberapa aktifitas antara lain : ruang guru, ruang admin, ruang kepala sanggar, ruang rapat, ruang UKS, ruang konsul, dan ruang loby. Dari table sub bab sebelumnya ( bab II ), maka aktifitas yang terjadi dapat digambarkan melalui suatu diagram struktur organisasi ruang yang digunakan oleh pengelola, yaitu :
Diagram 4.2 organisasi ruang pengelola Lobby
R.Guru R.Informasi
R.Loby Selasar
Pintu masuk\keluar
R.Kepala Sanggar
R.Rapat R.UKS/
Konsul
R.Admin Galeri
Artshop
Selasar
• Pengunjung
Khusus untuk pengunjung, disini terbagi dua pengunjung yang disesuaikan dengan keperluan mereka yaitu :
Pengunjung I, keperluan pengunjung untuk mengantar dan menemani siswa saat jam waktu belajar disanggar,
Pengunjung I antar lain : Orang tua
Pengasuh
Diagram 4.3 organisasi pengunjung I Lobby
R.tunggu Siswa (A)
R.Informasi
Selasar Pintu masuk/keluar
Galeri
Artshop
Plaza R.tunggu
Pengunjung II, keperluan pengunjung untuk melihat exhibition dari siswa-siswa sanggar pada waktu tertentu.
Pengunjung II antar lain : Orang tua
Orang umum
Diagram 4.4 organisasi pengunjung II
Ket :
Kantor Pengelola Exibition
Lobby
R.Informasi
Selasar Pintu masuk/keluar
Galeri
Artshop
Plaza
R.Exibition R.Informasi
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Serv ice
R.Kelas I ndoor
Toilet
Fasilit as Kelas R. Out door
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Ser vice
R.Kelas I ndoor
Toilet
Fasilit as Kelas R. Out door
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Ser v ice
R.Kelas I ndoor
Toilet Fasilit as Kelas
4.1.2 Hubungan Ruang dan Sirkulasi
Selama proses kegiatan belajar siswa datang, melakukan proses belajar hingga selesai, waktu siswa pulang membutuhkan ruang sendiri, dan untuk pengelola dan pengunjung juga membutuhkan ruang sesuai aktifitas mereka. Dari kesimpulan diagram 4.1 sampai 4.3 dapat disimpulkan aktiftas mereka :
Dari keterangan diatas, maka diperoleh sebuah pola hubungan ruang dan mekanisme sirkulasi menurut pemakai, yaitu :
Tabel 4.1 Hubungan ruang fasilitas Kelas Grid I
Tabel 4.2 Hubungan ruang fasilitas Kelas Grid II
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Ser v ice
Hall
Resepsionis
R.Admin
R.Kepala bagian
R.Rapat
R.Guru
Snack Shop
Toilet
Gudang
Fasilit as Pengelola
Tabel 4.4 Hubungan ruang fasilitas Pengelola
Tabel 4.5 Hubungan ruang Fasilitas Pamer
Tabel 4.6 Hubungan ruang fasilitas penunjang
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Serv ice
Hall
Lobby
Resepsionis
R.Pamer
Toilet
Fasilit as Pam er
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Ser vice
Parkir Mobil
Parkir Motor
Parkir Service
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr iv at Serv ice
Gudang alat
R.Exibition
R.Resepsionist
Toilet
Fasilit as Ex ibit ion
Tabel 4.7 Hubungan ruang fasilitas Exibiton
Tabel 4.8 Hubungan ruang fasilitas Teknik
Keterangan :
= dekat
= sedang
= jauh
4.1.3 Sirkulasi Antar Ruang
Sirkulasi ruang yaitu perencanaan alur sirkulasi pengguna terhadap ruang-ruang di dalam suatu rancangan, yang memudahkan aksesibilitas dalam suatu rancangan. Pada rancangan ruang ini sirkulasi ruang terbagi menjadi 4 sirkulasi yaitu sirkualsi pengunjung, sirkualsi siswa, sirkulasi pengelola, dan sirkulasi service. Berikut ini diagram srikulasi tersebut :
Fasilit as Ruang Nam a r uang Sifat r uang
Publik Pr ivat Ser vice
Gudang alat
R.Genset
R.pompa
1. Sirkulasi Siswa
Sirkulasi siswa Grid 1, Grid 2, dan Grid 3
Diagram 4.5 Sirkulasi Pengguna
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Keterangan : Sirkulasi Service Sirkulasi siswa
Hall/R.Pamer
Plaza Pintu masuk/keluar
R.Kelas Grid II
Toilet
R.Kelas Grid I
R.Kelas Grid III
Toilet
Selasar
R.Kelas Grid II
Toilet
R.Kelas Grid I
R.Kelas Grid III
2. Sirkulasi Pengelola
Diagram 4.6 Sirkulasi Pengelola
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Keterangan
Sirkulasi Pengelola Sirkulasi Service
Lobby
R.Guru R.Informasi
R.Loby Selasar
Pintu masuk/keluar
R.Kepala Sanggar
R.Rapat
R.Admin Galeri
Artshop
Selasar
Toilet R.UKS/
Konsul
JL
. R
A
Y
A
H
R
. M
U
H
A
M
M
A
D
J
.B
U
K
IT
D
A
R
M
O
G
O
LF
2.1.4 Diagram Abstrak
Untuk perencanaan massa bangunan dari sanggar seni lukis ini terdiri dari beberapa masa dengan bentukan lingkar sebagai bentuk utama. Dan konsep pola sirkulasi yang digunakan untuk melayani a