BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
(Ningrum 2017) Dengan menggunakan metode anilisis data panel. Dengan hasil variabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan variabel Upah Minimum berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah penduduk miskin, sedangkan variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
(Mahsunah 2013) metode yang digunakan adalah analisis linier berganda.
Dengan variabel terikat kemiskinan sedangkan variabel bebasnya yaitu jumlah penduduk, pendidikan sebagai variabel bebas. Dengan hasil variabel jumlah penduduk dan pendidikan tidak berpengaruh terhadap kemiskinan sedangkan variabel pengangguran berpengaruh terhadap kemiskinan.
(Azizah, Sudarti, dan Kusuma 2018) melakukan penelitian dengan menggunankan metode analisis regresi data panel. Dengan hasil bahwa variabel pendidikan dan pendapatan perkapita berpengaruh negatif signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan variabel Jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Provinsi Jawa Timur.
(Ayu 2018) melakukan penelitian dengan menggunakan analisis regresi data panel. Dengan hasil variabel PDRB, TPT, IPM dan jumlah penduduk
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin. variabel upah minimum Kab/Kota berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Provinsi Jawa Timur.
(Sudirman dan Sakinah 2020) meneliti dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. Dengan hasil variabel jumlah penduduk dan indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
variabel angkatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Jambi.
B. Landasan Teori
1. Kemiskinan
Kemiskinan adaah suatu fenomena sosial dan bahkan juga dianggap sebagai suatu problem yang dihadapi oleh setiap masyarakat di seluruh dunia sepanjang masa dimana, kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf hidup kelompoknya, juga tidak mampu untuk memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut (Todaro, M. P dan Smith 2006). Kemiskinan dapat diartikan sebagai akibat dari ketiadaan demokrasi, yang mencerminkan hubungan kekuasaan yang menghilangkan kemampuan warga disuatu negara untuk memutuskan masalah yang menjadi perhatian. Mayoritas penduduk kurang memperoleh alat produksi seperti lahan, teknologi dan sumber daya pendidikan. Kemiskinan juga dapat disebabkan karena terbatasnya peluang atau kesempatan yang dimiliki oleh seseorang atau suatu kelompok dalam mengakses sumber daya (Basri 2002).
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan non-makanan.
Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan (BPS 2021).
Rendahnya pendapatan dan rendahnya standar hidup orang-orang miskin yang berakibat pada buruknya Kesehatan, nutrisi, dan Pendidikan dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka, sehingga secara langsung dan tidak langsung menimbulkan perekonomian yang tumbuh lambat. Oleh karena itu, strategi untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup orang-orang miskin tidak hanya akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan materi mereka tetapi juga terhadap produktivitas dan pendapatan perekonomian secara keseluruhan (Todaro, M. P dan Smith 2006).
- Penyebab kemiskinan
Kemiskinan dapat disebabkan oleh para pembuat kebijakan pembangunan yang berupaya agar alokasi sumber daya dapat dinikmati oleh Sebagian besar anggota masyarakat namun karena keadaan masyarakat yang beragam dan ditambah pula dengan tingkat kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan masih lemah maka kebijakan nasional umumnya diarahkan untuk memecahkan permasalahan jangka pendek. Sehingga kebijakan pemerintah belum berhasil
memecahkan persoalan kelompok ekonomi ditingkat bawah. Selain itu, kebijakan dalam negeri sering kali tidak terlepas dengan keadaan yang ada diluar negeri secara tidak langsung mempengaruhi kebijakan antara lain dari segi pendapatan pembangunan (Arsyad 2001).
- Ukuran kemiskinan menurut (Arsyad 2004) dalam mengukur kemiskinan ada dua macam yaitu kemiskinan absolute dan kemiskinan relatif:
a. Kemiskinan Absolut
Ukuran yang mengaitkan kemiskinan dengan tingkat pendapatan dan kebutuhan. Apabila pendapatan tidak mencapai kebutuhan minimum, maka seseorang tersebut dapat dikatakan miskin. Kesulitan utama dalam konsep pengukuran kemiskinan secara absolut adalah dengan menentukan menentukan komposisi dana tingkat kebutuhan minimum karena keduanya tidak hanya di pengaruhi oleh faktor adat istiadat saja melainkan juga akibat oleh faktor ekonomi lainnya.
Kemiskinan timbul dari kombinasi pendapatan per kapita yang rendah dan tingginya ketimpangan distribusi dari pendapatan itu. Dalam distribusi pendapatan mana pun, semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita maka semakin rendah pula kemiskinan absolut. Akan tetapi, tingkat pendapatan per kapita yang lebih tinggi tidak menjamin bahwa tingkat kemiskinan juga lebih rendah (Todaro, M. P dan Smith 2006).
b. Kemiskinan Relatif
Kemiskinan relatif ini disebabkan oleh ketimpangan distribusi pendapatan. Menurut beberapa pakar berpendapat bahwa jika pendapatan seseorang sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum, namun ternyata pendapatan orang tersebut masih jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pendapatan lingkungan sekitarnya, maka orang tersebut masuk dalam kategori orang miskin.
2. Jumlah Penduduk
Penduduk memiliki peranan penting dalam perekonomian karena berfungsi ganda penduduk dapat berfungsi sebagai permintaan maupun dalam sisi penawaran. Pada sisi permintaan penduduk dikategorikan sebagai konsumen dan sumber permintaan barang dan jasa dan di sisi penawaran penduduk adalah sebagai produsen jika dia sebagai pengusaha atau pedagang jika tenaga kerja dia hanya bekerja dalam konteks pembangunan (Machmud 2016). Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam suatu Negara. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan yang menambah dan mengurangi jumlah penduduk. Secara terus- menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir (menambah jumlah penduduk), tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur. Sementara itu migrasi juga berperan imigran (pendatang) akan menambah dan emigran akan mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh 4 komponen, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), migrasi masuk dan migrasi keluar (Silastri, Iyan, dan Sari 2017).
Ada 3 ciri pokok yang menandai perkembangan dan permasalahan kependudukan yaitu laju pertumbuhan penduduk yang perlu diturunkan, penyebara penduduk antar daerah yang kurang seimbang serta kualitas kehidupan penduduk yang perlu ditingkatkan.
Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar, Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan (Didu dan Fauzi 2016). Penduduk memiliki peranan penting dalam perekonomian karena berfungsi ganda penduduk dapat berfungsi sebagai permintaan maupun dalam sisi penawaran. Pada sisi permintaan penduduk dikategorikan sebagai konsumen dan sumber permintaan barang dan jasa dan di sisi penawaran penduduk adalah sebagai produsen jika dia sebagai pengusaha atau pedagang jika tenaga kerja dia hanya bekerja dalam konteks pembangunan (Machmud 2016).
3. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks pembangunan manusia (IPM) diperkenalkan oleh united nations development progamme (UNDP) pada tahun 1990 dan di publikasikan secara
berkala dalam laporan tahunan. Indeks pembangunan manusia (IPM) dibentuk oleh tiga dimensi dasar, yaitu diantaranya umur panjang, pengetahuan dan standar hidup layak. Manfaat utama indeks pembangunan manusia untuk menunjukkan bahwa suatu negara sesungguhnya dapat berkinerja jauh lebih baik sekalipun tingkat pendapatannya rendah.
Sebaliknya, timgkat pendapatan yang tinggi tidak selamanya diikuti dengan capaian pembangunan manusia yang tinggi pula (Todaro, M. P dan Smith 2006).
Investasi dalam pembinaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kualitas modal manusia, pada akhirnya akan membawa dampak positif yang sama terhadap angka produksi, bahkan lebih besar mengingat terus bertambahnya manusia. Pendidikan formal, program Pendidikan pelatihan dalam kerja, magang, kursus-kursus dan Pendidikan informal lainnya perlu diefektifkan untuk mencetak tenaga kerja terdidik dan sumber daya manusia yang terampil (Todaro 2000).
Indeks pembangunan manusia merupakan ukuran untuk melihat dampak kinerja pembangunan wilayah karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal harapan hidup, intelektaulitas dan standar hidup layak. Komponen indeks pembangunan manusia ada 3 (tiga) indikator yaitu, kesehatan, tingkat pendidikan dan ekonomi. Ukuran indeks pembangunan manusia ada 3 (tiga) dimensi lamanya hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Saat perencanaan pembangunan, indeks pembangunan manusia juga berfungsi memberikan tuntunan menentukan prioritas dalam merumuskan kebijakan dan menentukan program. Pembangunan manusia merupakan tujuan pembangunan itu sendiri (Todaro, M. P dan Smith 2006).
Pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk
mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Jumlah Penduduk dengan Kemiskinan
Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti hubungan jumlah penduduk terhadap kemiskinan yaitu (Mahsunah 2013) menggunakan metode analisis regresi linier berganda menyatakan bahwa varibel jumlah penduduk tidak berpengaruh terhadap kemiskinan sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Ayu 2018) dengan menggunakan metode regresi data panel menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.
Penelitian yang dilakukan (Azizah, Sudarti, dan Kusuma 2018) menggunakan metode regresi data panel menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh signifikan positif atau searah dengan kemiskinan.
Bahwa jika jumlah penduduk semakin banyak akan menambah kemiskinan jika tidak di barengi dengan banyaknya lapangan kerja, Pendidikan yang cukup serta memiliki keterampilan agar dapat pekerjaan yang layak.
2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan Kemiskinan
Kualitas sumber daya manusia juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan, kualitas sumber daya manusia dapat dilihat dengan kuliatas hidup atau indeks pembangunan manusia. Peningkatan kualitas pada sektor pedidikan, kesehatan dan pendapatan perkapita akan memberikan
kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga hal tersebut akan meningkatkan kualitas manusia pada suatu daerah dan akan mengurangi jumlah penduduk miskin. IPM tahunan berpengaruh secara negatif terhadap tingkat Kemiskinan pada Kab/Kota di Provinsi Jawa Tengah. IPM berkaitan dengan produktivitas. IPM yang baik akan meningkatkan daya kerja sehingga akan meningkatkan output (Andhykha, Handayani, dan Woyanti 2018).
D. Kerangka Fikir
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu yang sudah dijelaskan di atas maka pemikiran dalam penelitian ini adalah:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir
Kajian Teoritis Kemiskinan (Todaro, M. P dan
Smith 2006) Ukuran kemiskinan (Arsyad
2004)
Jumlah Penduduk (Machmud 2016).
Investasi sumber daya manusia (Todaro 2000).
Kajian Empiris
“Analisis Pengaruh PDRB, TPT, IPM, Jumlah Penduduk Dan Upah Minimum Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010- 2015”(Ayu 2018)
“Analisis Pengaruh TPT, IPM Dan Upah Minimum Terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia tahun 2011-2015” (Ningrum 2017) Pengaruh Jumlah Penduduk, IPM Dan Angkatan Kerja Terhadap Kemiskinan Di Provinsi Jambi (Sudirman dan Sakinah 2020)
Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut. Apakah Jumlah Penduduk dan Indeks Pembangunan Manusiaa Berpengaruh Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Timur?
Hipotesis
1. Di duga penduduk berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
2. Di duga ipm berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan
Uji Hipotesis Hasil
E. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori dan kajian empiris. Berdasarkan kajian empiris penelitian terdahulu dan teori yang telah dijelaskan sebulumnya, maka dibuat Hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
- Diduga Jumlah Penduduk (X1) berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Kab/Kota di Provinsi Jawa Timur
- Diduga Indeks Pembangunan Manusia (X2) berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan di Kab/ Kota di Provinsi Jawa Timur.