• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

7

A. Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) 1. Pengertian Model Pembelajaran SAVI

Model pembelajaran merupakan rancangan pembelajaran yang nantinya dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil 1980 (dalam Rusman, 2012:133) Model pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sekarang ini banyak model-model yang bermunculan, hal ini merupakan suatu upaya dalam memperbaiki proses pembelajaran supaya lebih baik. Salah satunya yaitu model pembelajaran SAVI.

Model pembelajaran SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier. Kepanjangan dari SAVI adalah Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune; pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengalaman; belajar dengan symbol (Sidjabat, 2008:34).

Model pembelajaran SAVI ini masih jarang digunakan dalam pembelajaran, terlebih di sekolah dasar. Karena dengan menerapkan model SAVI ini diperlukan guru yang mampu mengajar dengan hati dan penuh keceriaan serta keaktifan dan kekreatifan seorang guru dalam memadupadankan antara model, metode, media pembelajaran yang akan digunakan.

Sebagaimana diungkapkan Dave Meier bahwa Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) adalah model yang menyajikan sistem secara lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat, Auditori adalah belajar dengan berbicara dan mendengar, Visual artinya belajar mengamati dan

(2)

menggambar, Intelektual artinya belajar dengan memecahkan masalah dan menerangkan (Rusman, 2012:373).

Model pembelajaran SAVI berarti belajar dengan memaksimalkan penggunaan indera secara penuh, selain itu elemen dalam ranah kognitif, afektif, dan spikomotor tergabung menjadi satu dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model SAVI. Emosi dalam proses pembelajaran juga ditekankan, ini berarti siswa benar-benar terlibat secara langsung dan pusat perhatian mereka hanya tercurah ke dalam pembelajaran tersebut.

Selain itu, Dave Meier (2002: 33) menyatakan orang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi, dan sosial yang positif, yaitu lingkungan yang tenang sekaligus mengugah semangat ada rasa keutuhan, keamanan, minat dan kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas maka suasana belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan ada minat dari pembelajar sehingga dapat mengiptimalkan pembelajaran.

Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda.

Menurut Dave Meier (2002: 33-34) ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan model SAVI dalam kegiatan sehari-hari, yaitu:

 Dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat)

 Keterlibatan pembelajar sepenuhnya (aktif dan kreatif)

 Adanya kerja sama diantara pembelajar

 Menggunakan metode yang bervariasi tergantung dari poko bahasan yang dipeljari.

 Dapat menggunakan belajar kontekstual

 Dapat menggunakan alat peraga.

Dengan demikian, belajar bisa terjadi secara optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam proses pembelajaran, yaitu menggabungkan gerak fisik, berbicara, menyimak, mengamati dan menggambarkan kedalam sebuah pemikiran atau aktivitas intelektual dengan penggunaan semua indra yang dimilikinya.

(3)

2. Karakteristik Model Pembelajaran SAVI

Karakteristik model SAVI ini terdapat dalam kata “SAVI” sendiri yaitu dimana SAVI adalah somatis, auditori, visual, intelektual. Dapat dikatakan Keempat unsur karakteristik ini harus ada dalam satu peristiwa pembelajaran, sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan optimal.

a. Somatis

Somatis berasal dari bahasa Yunani yang berarti tubuh. Somatis artinya ketika dalam proses pembelajaraan siswa ikut bergerak dan bangkit dari tempat duduk dan bertindak aktif secara fisik selama proses belajar.

Dalam hal ini berarti siswa berdiri dan bergerak kesana kemari meningkatkan sirkulasi dalam tubuh dan oleh karena itu mendatangkan energi segar ke dalam otak. Belajar somatis ini bias terhadap tubuh dimana anak-anak yang bersifat somatis, yang tidak dapat duduk tenang dan harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat pikiran mereka tetap hidup.

Dave Meier (2002: 92) menyatakan bahwa “ Belajar somatik adalah belajar dengan indera peraba, praktis (melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakan tubuh sewaktu belajar”. Sedangkan menurut Bobbi de Porter dkk (2004: 168) bahwa para pelajar somatik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghapal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Jadi somatik mengutamakan belajar dengan berbuat dan bergerak.

Belajar somatik memerlukan usaha yang dapat merangsang pembelajar untuk melibatkan tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menciptakan suasana belajar yang dapat membuat pembelajar bangkit aktif secara fisik. Namun tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas fisik, seperti yang di ungkapkan Dave Meier dalam bukunya yang berjudul The accelerated learning hand book (terjemahan: 2002: 95) “ Tidak semua pembelajaran memerlukan aktifitas belajar aktif dan pasif secara fisik, anda dapat membantu pembelajar setiap orang”.

Sehingga dapat dikatakan proses belajar mengajar bukan hanya anak beraktivitas didalam kelas namun dalam proses pembelajaran guru

(4)

memberikan treatment yang berbeda dan unik serta menarik, karena anak yang memiliki kecerdasan kinestetik akan sulit mengkuti proses pembelajaaran dengan baik. Oleh karena itu dengan adanya model somatis ini siswa yang cenderung aktif akan mengikuti proses pembelajaran dengan menyenangkan, selain itu peserta didik yang cenderung pasif atau hanya duduk saja akan merasa lebih bermakna lagi ketika mereka diikut sertakan dalam aktivitas fisik dalam pembelajaran, hal ini juga berarti memunculkan motivasi peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Seperti dengan mengajak siswa untuk belajar diluar kelas, lapangan, kebun dan lain sebagainya ataupun dengan menerapkan permainan-permainan dalam pembelajaran.

Belajar somatis diterapkan dalam pembelajaran IPA misalnya:

 Peserta didik memeragakan gerakan hewan yang diketahuinya serta dengan memberikan pemaparan mengenai hewan tersebut

 Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, alat peraga, dan lain-lain)

 Melakukan tinjauan lapangan mengenai tumbuhan, langit, baying-bayang dan lain-lain

b. Auditori

Belajar auditori adalah belajar yang mengutamakan berbicara dan menndengar. Belajar auditori ini berarti menekankan pada aspek keterampilan berbicara dan menyimak. Sehingga ketika dalam proses pembelajaranpun seorang guru harus memberikan ruang pada peserta didik untuk meluapkan pendapatnya yang tertampung dalam otak mereka.

Dalam hal inipun diperlukan rancangan pembelajaran yang menarik atau terjalin komunikasi yang erat antara guru dengan siswa supaya peserta didik mampu meluapkan pendapatnya secara baik, sehingga pembelajaran tersebut terasa hidup. Rancangan ini juga disesuaikan dengan metode, media, alat peraga dan lain sebagainya.

(5)

Menurut Meier (2004 : 95), belajar Auditori merupakan cara belajar standar bagi semua orang sejak awal sejarah. Seperti kita ketahui sebelum manusia mengenal baca tulis banyak informasi yang disampaikan dari generasi ke generasi secara lisan misalnya mitos, dongeng-dongeng, cerita-cerita rakyat. Bangsa yunani kuno juga mendorong orang untuk belajar dengan suara lantang melalui dialog. Filosofi mereka adalah “jika kita mau belajar lebih banyak tentang apa saja, bicaralah tanpa henti”.

Ketika dalam proses pembelajaran biasanya seorang guru menjelaskan materi secara terus menerus tanpa melihat respon yang diperlihatkan siswa, sehingga siswa pasif karena cenderung menyimak tanpa meluapkan pendapatnya mengenai materi tersebut. Dengan adanya model auditori ini guru dan siswa terjalin komunikasi dengan baik karena bukan hanya siswa belajar menyimak melainkan seorang anak harus mampu meluapkan pendapatnya, hal tersebut juga didorong dengan adanya kesempatan yang diberikan guru kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Berikut adalah beberapa saran yang dikemukaka oleh Dave Meier (2002: 96) untuk meningkatkan penggunaan saran auditori:

 Mintalah pembelajar brpasang-pasangan membicarakan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagimana mereka akan menerapkannya.

 Mintalah pembelajar mempraktikan suatu keterampilan atau memperagakan suatu konsep sambil mengucapkan secara terperinci apa yang sedang mereka kerjakan.

 Mintalah pembelajar berkelompok dan berbicara saat sedang menyusun pemecahan masalah.

c. Visual

Selanjutnya visual, belajar visual adalah belajar dengan cara mengamati dan menggambarkan. Belajar visual diantaranya yaitu dengan menggunakan media gambar contoh diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar, menggunakan benda-benda yang ada di dalam kelas ataupun media pembelajaran yang dibuat oleh guru atau siswa, melakukan kegiatan pengamatan lapangan misalnya meneliti tumbuhan, langit, dan lain sebagainya.

(6)

Menurut Meier (2004 : 97), setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lainnya. Jadi informasi lebih efektif ditangkap melalui visual, hanya dengan memperhatikan kita bisa mengamati banyak hal.

Ketajaman penglihatan setiap orang itu kuat. Karena objek yang dilihatnya nyata atau konkret, sehingga mudah untuk diingat, berbeda dengan hanya menggunakan kata-kata saja untuk menggambarkan objek yang sama sekali siswa belum mengetahuinya atau abstrakakan sulit untuk disimpan dalam memori otak mereka. Didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Dengan membuat yang visual paling tidak sejajar dengan yang verbal sehingga dapat membantu pebelajar untuk belajar lebih cepat dan baik.

Bentuk visual dalam pembelajaran yaitu berupa:

 Bahasa yang penuh dengan gambar (gambar-gambar, lukisan, peta dan lain-lain)

 Benda tiga dimensi (alat peraga, media, benda-benda yang ada didalam kelas)

 Pengamatan lapangan (halaman, kunjungan/karyawisata dan lain sebagainya)

d. Intelektual

Menurut Meier (2002 : 99), kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikirannya secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan mereka untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut meier mendefinisikan intelektual sebagai pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untk berfikir, menyatukan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan unuititif tubuh untuk membat makna baru bagian dirinya sendiri. Dave Meier, menambahkan satu lagi gaya belajar intelektual.

Gaya belajar intelektual bercirikan sebagai pemikir. Pembelajar menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. “ Intelektual” adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Itulah sarana yang

(7)

digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman menjadi kearifan.

Berdasarkan pendapat tersebut, belajar intelektual berfokus pada belajar memecahkan masalah dan berfikir. Aspek intelektual dalam belajar dapat terlatih jika pembelajar terlibat dalam aktifitas seperti ini:

 Memecahkan masalah

 Melahirkan gagasan yang kreatif

 Mengajarkan perencanaan yang strategis

 Mencari dan menyaring informasi

 Merumuskan pertanyaan

3. Prinsip-prinsip Model Pembelajaran SAVI

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan Accelerated Learning (AL), Meier (Sidjabat, 2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan menggunakan SAVI, yaitu sebagai berikut:

a. Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh b. Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

c. Kerjasama membantu proses pembelajaran

d. Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan e. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan

balik.

f. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

g. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Semua elemen yang ada dalam prinsip Model Pembelajaran SAVI tersebut harulah dapat di terapkan. Selain itu dalam menerapkan model pembelajaran SAVI ini kunci utama agar terlaksana dengan baik yaitu ada pada guru itu sendiri. Tak dipungkiri kreativitas guru dalam menggunakan metode, media, sumber dan lain sebagainya sangat mempengaruhi untuk tingkat ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Terlebih lagi untuk pembelajaran dengan menggunakan model SAVI ini, yang mana semua indera harus dapat dimaksimalkan secara penuh.

(8)

4. Langkah-langkah Model Pembelajaran SAVI

Menurut Dave Meier dalam Rusman (2012:373-374) Model pembelajaran SAVI ini dilaksanakan dalam siklus pembelajaran empat tahap yaitu persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penampilan hasil.

a. Tahap persiapan

Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pebelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

b. Tahap penyampaian

Tujuan tahap ini adalah membantu pebelajar menemukan materi pelajaran yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar.

c. Tahap pelatihan

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

d. Tahap penampilan hasil

Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

Adapun rincian kegiatan dalam setiap tahapan menurut Hendry (2009) yaitu sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

a) Memberikan sugesti positif

b) Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa

c) Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna d) Membangkitkan rasa ingin tahu

e) Menciptakan lingkungan emosional yang positif f) Menciptakan lingkungan social yang positif g) Menenangkan rasa takut

h) Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar

i) Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah j) Merangsang rasa ingin tahu siswa

k) Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal b. Tahap Penyampaian

a) Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan b) Pengamatan fenomena dunia nyata

c) Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh d) Presentasi interaktif

e) Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni

f) Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar

g) Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim

(9)

h) Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) i) Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual j) Pelatihan memecahkan masalah

c. Tahap Pelatihan

a) Aktivitas pemrosesan siswa

b) Usaha aktif atau umpan balik atau renungan c) Simulasi dunia-nyata

d) Permainan dalam belajar e) Pelatihan aksi pembelajaran f) Aktivitas pemecahan masalah g) Refleksi dan artikulasi individu

h) Dialog berpasangan atau berkelompok i) Pengajaran dan tinjauan kolaboratif

j) Aktivitas praktis membangun keterampilan k) Mengajar balik

d. Tahap Penampilan Hasil

a) Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi b) Aktivitas penguatan penerapan

c) Pelatihan terus menerus

d) Umpan balik dan evaluasi kinerja e) Aktivitas dukungan kawan

f) Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

5. Kelebihan dan Kelemahan Model SAVI a. Kelebihan Model Pembelajaran SAVI

Kelebihan yang dimiliki model SAVI ini yaitu membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual, didesain agar suasana belajar menjadi menyenangkan, menarik, sehingga siswa tidak mudah lupa karena semua proses pembelajaran tersebut melekat pada diri mereka, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa, siswa akan termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih siswa untuk terbiasa mengemukakan pendapat, bertanya, maupun menjawab, dan kelebihan yang sangat kuat adalah merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar.

b. Kelemahan Model Pembelajaran SAVI

Model ini menuntut adanya guru, yang kreatif, inovatif, sehingga harus dapat memadukan keempat unsur secara utuh, memerlukan sarana

(10)

prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan terutama untuk media pembelajaran. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Terjadinya interaksi dalam sebuah pendidikan formal merupakan sebuah proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatu kondisi bagi terciptanya suatu kegiatan belajar yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar yang memadai (Rusmono, 2012:6). Berbicara mengenai pengalaman ini berarti berkaitan dengan hasil belajar siswa, dimana hasil belajar ini merupakan tolak ukur untuk mengetahui apakah siswa tersebut memahami pembelajaran tersebut atau tidak.

Hasil belajar menurut Bloom(dalam Rumono, 2012:8) merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif meliputi perubahan pemahaman intelektual siswa, ranah afektif meliputi perubahan dalam segi sikap siswa, minat, dan nilai-nilia yang terkandung dalam pembelajaran, ranah psikomor meliputi perubahan perilaku yang menunjukan siswa mampu melakukan keterampilan tertentu. Semua perubahan perilaku tersebut diperoleh setelah siswa menyelesaikan program pembelajaranya melaui interaksi dengan berbagai sumber belajar dan lingkungan belajar.

Dengan adanya hasil belajar ini siswa mampu termotivasi untuk belajar lebih giat lagi, apalagi apabila hasil belajar tersebut mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankanya atau bahkan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik dikemudian hari. Bagi siswa yang menyadari betapa besanya nilai sebuah hasil belajar akan meningkatkan hasil belajarnya supaya hasil belajarnya dapat mencapai hasil yang maksimal.

Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjuk kerja (performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Evelin Siregar dan Hartini Nara, 2010:144). Seorang guru menilai

(11)

bukan anpa alasan, penilaian tersebut dilakukan guna untuk mendiagnosa kekuatan dan kelemahan siswa, memonitor kemajuan siswa, dan menetapkan tingkat siswa.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Perubahan belajar yang terjadi merupakan akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi faktor dari dalam diri individu dan di luar individu. Untuk lebih rincinya maka akan di gambarkan dalam bagan berikut.

Alami lingkungan

Luar Sosial budaya

Kurikulum Instrumental

Program Sarana fasilitas Guru

Unsur

Kondisi Fisiologis fisiologis

Kondisi

pancaindra

Dalam

Minat Psikologis Kecerdasan Bakat Motivasi

Kemampuan kognitif Bagan 2.1. Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar

(Syaiful Bahri Djamarah, 2008:177)

(12)

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa (internal factor) dan faktor yang datang dari luar siswa (eksternal factor). Faktor dari dalam siswa menyangkut kemampuan yang dimiliki siswa hal ini berkaitan dengan fisiologis dan psikologis siswa. Faktor ini besar sekali pengaruhnya terhadap hasil yang akan dicapai. Kemudian faktor dari luar siswa yaitu faktor lingkungan dan instrumental, dalam hal ini berarti seseorang dapat mencapai hasil belajar dengan baik apabila kedua faktor ini mampu mendukung dengan baik. Faktok dari luar ini kunci sebenarnya ada pada lingkungan ataupun istrumental yang ada disekitarnya dapat mendorong dengan baik atau tidak, jadi faktor ini lahir bukan dari dalam diri seseorang, sehingga apabila faktor ini kurang mendukung maka hasil belajarpun akan menjadi lemah.

Terlihat bahwa salah satu faktor yang menpengaruhi hasil belajar dari luar adalah ada pada guru. Guru merupakan ujung tombak terlaksananya pembelajaran. Guru yang profesional mampu membawa jati dirinya sebagai guru dengan baik bukan hanya dilihat dari gelar guru saja melainkan seorang guru harus memiliki keterampilan dalam mengolah pembelajaran, mendesain pembelajaran (model, metode, strategi, media pembelajaran dan lain sebagainya) supaya pembelajaran tersebut dapat terlaksana dengan baik dan hasil belajar yang di dapat dapat mencapai hasil yang maksimal atau sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Sementara itu Caroll dalam Angkoro dan Kosasih (2007: 51) berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh 5 faktor, yakni:

a. Faktor bakat belajar

b. Faktor waktu yang tersedia untuk belajar c. Faktor kemampuan individu

d. Faktor kualitas pengajaran e. Faktor lingkungan

Sementara itu, M.Syah (2004: 144) membedakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menjadi 3 macam, yakni:

(13)

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa yang meliputi: aspek fisiologis seperti keadaan mata dan telinga, dan aspek psikologis seperti intelegensi;

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa yang meliputi: lingkungan sosial, lingkungan nonsosial (rumah, gedung sekolah dan sebagainya); dan

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Namun tentunya semua faktor tersebut berkaitan erat dengan diri siswa itu sendiri sehingga semuanya itu harus dapat berjalan berdampinagn supaya hasil belajar yang dituju dapat mencapai hasil yang sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Hasil belajar yang dialami siswa akan teridentifikasi dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya. Perubahan ketiga itulah yang menjadi landasan keberhasilan siswa. Tentunya keberhasilan tersebut dilihat dari tes-tes yang diberikan guru. Untuk mengetahui lebih dalam apakah peserta didik mampu memahami materi dalam pembelajaran tersebut tentunya seorang guru menggunakan alat atau instrument untuk menilainya, yaitu dengan memberikan tes diawal pembelajaran maupun setelah pembelajaran (pree test dan post tes). Dengan menggunakan dua tes tersebut maka akan terlihat pengaruhnya ketika sebelum diajarkan dengan yang belum diajarkan.

Selain itu penggunaan model pembelajaran turut ikut serta dalam keberhasilan peserta didik mencapai pemahaman apa yang telah dipelajarinya, tentunya hal tersebut dibarengi dengan pemilihan, media, metode, maupun alat peraga yang akan digunakan.

C. Pembelajaran IPA

1. Pengertian Pembelajaran IPA di SD/MI

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai mata pelajaran di SD/MI merupakan materi yang diajarkan dari kelas 1 sampai kelas VI dalam KTSP . IPA tidak hanya berbicara mengenai alam, sifat, struktur, perubahan, dan energi yang terjadi, tetapi IPA harus mampu membangun karakter dan sikap

(14)

yang telah dicontohkan oleh para saintis. Mengapa IPA harus diajarkan sejak dini, karena tak dapat dipungkiri kehidupan manusia sehari-hari semuanya berkaitan dengan IPA, misalnya belajar mengenai anggota tubuh, kesehatan, benda langit, dan lain sebagainya itu semua merupakan hal-hal yang nyata yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun terlepas dari itu tatap yang menjadi rujukan kita yang utama adalah al-qur’an dan Hadits.

Tujuan mata pelajaran pendidikan IPA adalah membangun masyarakat melek sains. Melek sains ini dimaksudkan sadar terhadap perkembangan dunia informasi, teknologi, dan peradaban manusia secara menyeluruh sesuai dengan kemajuan dunia. Namun yang paling mendasar tujuan yang utama diterapkanya IPA di sekolah merupakan bekal bagi mereka untuk dapat merawat, memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan sekitarnya baik biotik maupun abiotik supaya semuanya ini dapat terjaga dengan baik.

Tentunya disini kepiawaian seorang guru dalam mendesain pembelajaran supaya pembelajaran tersebut dapat menarik, menyenangkan, dan mampu melibatkan secara menyeluruh siswa dalam pembelajaran seperti dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat (metode, media, strategi, dan lain sebagainya) sangat diandalakan. Karena untuk siswa SD/MI proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik yaitu karena adanya daya kreativitas yang tinggi yang dimiliki seorang guru untuk membangkitkan semangat dan motivasi mereka dalam belajar supaya hasil belajar yang diperoleh dapat mencapai hasil yang optimal.

Hal ini tentunya disesuaikan dengan kurikulum yang ada, oleh karena itu SK dan KD mata pelajaran IPA di kelas II semester 1 dalam KTSP yaitu:

SK kelas II semester 1:

1. Mengenal bagian-bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan, pertumbuhan hewan dan tumbuhan, serta berbagai tempat hidup makhluk hidup.

2. Mengenal berbagai bentuk benda dan kegunaanya serta perubahan wujud benda yang dapat dialaminya.

(15)

KD kelas II semester 1

1.1 Mengenal bagian utama tubuh hewan dan tumbuhan disekitar rumah dan sekolah melalui pengamatan

1.2 Mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada pertumbuhan hewan (dalam ukuran) dan tumbuhan(dari biji menjadi tanaman) 1.3 Mengidentifikasi berbagai tempat hidup makhluk hidup (air,

tanah, dan tempat lainya)

1.4 Mengidentifikasi tempat makhluk hidup yang menguntungkan dan yang membahayakan

2.1 Mengidentifikasi cirri-ciri benda padat dan benda cair yang ada dilingkungan sekitar

2.2 Menunjukan perubahan bentuk dan wujud benda ((plastisin, tanah liat,adonan tepung) akibat dari kondisi tertentu

2.3 Mengidentifikasi benda-benda yang dikenali dan kegunaanya melalui pengamatan.

2. Materi Pembelajaran IPA di SD/MI

Materi yang diambil di kelas II semester 1 yaitu materi BAB 1 mengenal hewan dan tumbuhan.

Gambar 2.1 ayam (sumber : http://3.bp.blogspot.com)

Gambar hewan apakah pada gambar di atas?

gambar tersebut adalah gambar ayam. Jumlah induknya ada dua ekor. Ada berapakah anaknya?

Bagian tubuh ayam manakah yang digunakan untuk makan?

Jika kamu ingin mengetahuinya pelajarilah uraian materinya. Ayo kita belajar!

a) Bagian Utama Tubuh Hewan

(16)

Gambar 2.2 Kucing (sumber : http://3.bp.blogspot.com)

Mata kucing berjumlah dua buah Hidungnya ada satu buah

Hidung kucing memiliki lubang sebanyak dua buah Berapakah jumlah telinga kucing?

Ada berapa lubang telinga kucing?

Ada berapa jumlah kaki kucing?

kucing memiliki empat buah kaki, pada setiap kakinya terdapat empat buah jari, setiap jari memiliki kuku yang tajam.

b) Bagian Tumbuhan

Gambar 2.3 tumbuhan (sumber : http://3.bp.blogspot.com)

Ada tumbuhan yang akarnya untuk menyimpan cadangan makanan, contoh tumbuhan tersebut adalah singkong. Sebutkan tumbuhan lain yang cadangan makanannya dalam akar?

Bentuk daun tumbuhan bermacam-macam. Ada yang berdaun lebar berbentuk jarum memanjang dan berdaun tebal berdasarkan bentuk batangnya, ada tumbuhan yang batangnya berongga beruas dan berbatang keras.

c) Setiap hewan memiliki perbedaan :

Ada hewan berkaki 4. hewan berkaki 2 hewan berbulu

(17)

Gambar 2.4 Sapi, Ayam, Burung

(sumber :http://materiipasd.wordpress.com.) hewan tidak berkaki. Ada pula hewan bersisik.

Gambar 2.5 Ular, Ikan

(sumber :http://materiipasd.wordpress.com.) d) Tempat hidup hewan dan tumbuhan

Ada hewan yang hidup di air yaitu ikan, udang, lumba-lumba dan lain-lain, tumbuhan yang hidup di air ada terumbu karang, lumut, dan lain- lain. Ada hewan yang hidup di tanah yaitu sapi, kuda, kerbau. Tumbuhan yang ada di tanah ada pohon mangga, nangka, bunga. Ada hewan yang dapat terbang diudara yaitu burung, kelelawar. Ada juga tumbuhan yang hidup pada tumbuhan lainya yaitu anggrek, benalu, tumbuhan paku dan lain-lain.

e) Pertumbuhan hewan dan tumbuhan 1. Pertumbuhan Hewan

Ayam betina dapat beranak

Anak ayam menyusu pada induknya Tubuh anak ayam mula mula kecil Tubuhnya semakin lama semakin besar Bulunya yang tipis bertambah tebal Anak ayam tumbuh menjadi ayam dewasa 2. Pertumbuhan Tumbuhan

Aku sudah tahu pertumbuhan hewan Aku ingin tahu cara pertumbuhan tanaman Ada tumbuhan yang berasal dari biji Contohnya jambu dan mangga Juga manggis dan rambutan

(18)

Biji ada di dalam buah

Biji yang ditanam dapat tumbuh

Tanaman dapat tumbuh karena cahaya matahari, air dan mineral.

D. Kerangka Pemikiran

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap situasi yang ada di sekitar individu. Belajar merupakan proses merubah diri untuk menjadi manusia yang hakiki karena dengan belajar disitulah manusia akan banyak mendapatkan pengalaman dan pengalaman adalah guru terbaik yang ada di dalam diri kita. Guru di sekolah merupakan elemen penting dalam proses pembelajaran, dan dengan keprofesionalanya seorang guru mampu membawa peserta didik mengikuti pembelajaran yang membuat mereka betah untuk belajar. Seorang guru harus mampu mengelola kelas sebaik mungkin sehingga kelas menjadi rumah kedua bagi mereka yang dimana belajar tidak harulah serius melainkan dengan permainan logika dan seni mereka berjalan berdampingan. Bukan hanya itu seorang guru harus mampu menguasai model-model pembelajaran yang melibatkan secara utuh sehingga anak bukan hanya menjadi peserta didik yang hanya bisa mendengarkan saja tetapi harus ikut secara menyeluruh dalam proses pembelajaran tersebut.

Selain itu kreativitas guru dalam membangkitkan motivasi peserta didik ikut mempengaruhi keoptimalan pembelajaran tersebut supaya dapat berjalan dengan baik. Pembelajaran IPA merupakan salah satu pelajaran yang harus semestinya mengaitkan materi dengan kehidupan mereka secara langsung, karena tak dapat dipungkiri bahwa IPA merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya. Dengan demikian dalam pembelajaran proses pemilihan model pembelajaran harus diseimbangkan antara materi dengan kehidupan yang nyata supaya tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai secara optimal.

Oleh karena itu penerapan model pembelajaran yang mampu dilakukan secara fleksibel dengan merujuk masalah yang telah dibahas sebelumnya adalah dengan penerapan model pembelajaran SAVI, karena

(19)

model ini mampu melibatkan emosi dan semua indra yang ada dalam diri kita sehingga peserta didik memusatkan perhatianya secara penuh terhadap pembelajaran tersebut, selain itu juga mampu melibatkan materi dengan kehidupan nyata kita sehingga hasil belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.

Berikut penulis akan menjelaskan alur dan arah pengaruh penerapan model pembelajaran SAVI terhadap hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi gerak benda yang sistematis kerangka penulis paparkan sebagai berikut:

Bagan 2.2 Kerangka Berfikir (A.Gintings, 2012:102)

Dalam bagan diatas tergambar kerangka berfikir yang menunjukan dua variabel yaitu model pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI sebagai variabel X dan hasil belajar sebagai variabel Y.

Dalam proses pembelajaran tersebut ketika menggunakan model pembelajaran SAVI maka siswa akan mampu mengintegrasikan dan mampu menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat (Rusman, 2012:374)

Selain itu dengan menerapkan model SAVI ini, pusat perhatian siswa sepenuhnya tercurah karena emosi dan semua alat indera mereka tertuju pada pembelajaran tersebut sehingga hasil belajar yang dicapai peserta didik dapat mencapai hasil yang optimal, dan menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian anak ini terbukti akan meningkatkan hasil belajar (Asmani, 2011:61).

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis asumsikan bahwa pendekatan SAVI berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Proses Pembelajaran

Menggunakan Model Pembelajaran SAVI

Hasil Belajar Siswa

(20)

E. Penelitian Terdahulu

Dalam menghindari dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan terdahulu yang ada kaitanya dengan masalah peneliti yang akan dilakukan, maka peneliti mencoba menelusuri beberapa penelitian yang sudah dilaksanakan oleh mahasiswa di Perguruan Tinggi. Dari hasil penelusuran tersebut ditemukan satu hasul kemiripan dengan masalah penelitian yang akan diteliti.

Penelitian pertama, Sri Ningsih (2004) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan

“SAVI” Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa (Studi Penelitian di kelas 1 SMA N 1 Dukupuntang) Kabupaten Cirebon. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara serius karena dilaksanakan di SMA sehingga mengikuti karakteristik siswa SMA, selain itu dari hasil perhitungan diperoleh bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yang signifikan yaitu terlihat dari X2hitung = 8,04 dan ttabel = 13.3 yang berarti terdapat peningkatan yang signifikan. Kemudian untuk pengaruhnya sendiri juga mengalami pengaruh yang signifikan dimana antara Pendekatan SAVI Prestasi belajar siswa di ditunjukan dengan harga thitung = 7,9>ttabel = 0,101, maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, ini berarti pembelajaran SAVI mempengaruhi prestasi belajar.

Penelitian kedua, Danenti (2012) melakukan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visualization, Intelektualy (SAVI) dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi (PTK di Kelas VIII MTs Kapetakan Kabupaten Cirebon. Menunjukan bahwa motivasi belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket sebesar 68,3 %. Dari lembar observasi siswa pada siklus 1-3, hasil belajar siklus 1=54%, II=70,2%, III=85%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model SAVI dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Pada peneilitian pertama, diketahui variabel X nya sama yaitu Model Pembelajaran SAVI, akan tetapi variabel Y nya berbeda, yang telah dilakukan

(21)

adalah prestasi belajar Matematika di SMA sedangkan yang akan dilakukan peneliti yaitu hasil belajar IPA di MI.

Pada penelitian yang kedua yaitu diketahui variable X nya sama (model SAVI) namun variabel Y nya berbeda (Motivasi Belajar), sedangkan peneliti variabel Y nya hasil belajar.

Terkait dengan kemiripan pada variabel X tentang model pembelajaran SAVI yang telah dilakukan sebelumnya, namun tetap berbeda dengan yang akan dilakukan peneliti karena dalam proses pembelajaran SAVI di MI dengan di SMA/Mts sangat berbeda terlebih lagi peneliti melakukanya dikelas bawah. Kebanyakan model SAVI ini hanya digunakan dalam pembelajaran di SMP atau pun SMA sederajat, namun peneliti tertarik untuk mencoba melakukan di MI dikelas 2 (kelas bawah). Selain itu peneliti memfokuskan pada hasil belajar yang dicapai peserta didik tersebut dalam pembelajaran IPA, yang mana dalam pembelajaran IPA mengharuskan anak untuk terlibat secara penuh dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, peneliti dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di MI PGM Kota Cirebon” layak dilakukan karena masalah yang akan diteliti bukan duplikasi dari penelitian- penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan peneliti adalah penerapan model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA pokok bahasan BAB 1 mengenal hewan dan tumbuhan di kelas 2 MI PGM Kota Cirebon.

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa agresi pada anak dapat terbentuk karena setiap hari anak sering melihat dan menyaksikan kekerasan dalam rumah tangga baik secara langsung atau

Alfabeta, Bandung, 2013, h.. modern yang rendah. Untuk kriteria etos kerja manusia modern yang tinggi memiliki ciri-ciri: Pertama, mempunyai penilaian yang sangat

Dengan tanya jawab guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan fungsi obyektif dan sistem pertidaksamaan linear dari permasalahan program linear.. Memberikan penguatan

2. Peraturan Menteri  Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata Laksana 

Dari hasil pengujian dapat diperoleh nilai kalor bahan bakar atas (HHV) meningkat hingga mencapai nilai 11,87 %, untuk nilai kalor bahan bakar bawah (LHV) meningkat hingga 17,18 %,

Target dan realisasi kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis BPKP sampai dengan Triwulan II tahun 2017 sebagai berikut:.. Tanret Per T r lwulan

Skenario pola aliran daya menghasilkan kondisi aliran daya yang dapat menyebabkan penurunan nilai rugi-rugi daya yang terjadi pada seluruh penyulang. Masuknya PLTS

Salah satu Nagari di Sumatera Barat yang masih mempertahankan tumbuh-tumbuhan aur sebagai batas Nagarinya adalah Nagari Bungo Tanjung di kabupaten Tanah Datar.. Nagari ini