1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertambangan merupakan salah satu penopang pembangunan perekonomian bagi suatu negara, karena pertambangan memiliki peran sebagai penyedia daya energi yang diperlukan dalam negara. seperti halnya pertambangan sub-sektor batu bara, batu bara di Indonesia sangat melimpah dan mudah untuk didapatkan karena batu bara berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang bereaksi dengan proses kimiawi yang mengandung unsur-unsur hidrogen, karbon dan oksigen. Oleh karena itu perusahaan sub-sektor batu bara yang berada di Indonesia cukup banyak dengan total 25 perusahaan sub-sektor batu bara yang terdaftar pada Fact Book (BEI, 2019).
Perusahaan dibentuk untuk mencapai tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, memperoleh laba perusahaan merupakan salah satu tujuan jangka pendek dan menentukan nilai perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang sebuah perusahaan. Laba adalah penghasilan bersih perusahaan dari aktivitas perusahaan, mulai dari proses produksi hingga penjualan yang sudah dikurangi dengan biaya- biaya kegiatan operasional perusahaan, perusahaan biasanya menggunakan laba yang diperoleh untuk meningkatkan maupun mempertahankan keberlangsungan perusahaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2013) pada ED PSAK 46, laba akuntansi merupakan indikator kinerja perusahaan yang baik, laba akuntansi dapat digunakan untuk memprediksi arus kas masa depan. Para investor menggunakan nilai perusahaan untuk berinvestasi pada suatu perusahaan berdasarkan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Sama halnya pada perusahaan pertambangan sub- sektor batu bara di Indonesia yang terus meningkatkan kinerja keuangannya dengan berusaha melakukan peningkatan produksi dan pendapatan yang berujung pada peningkatan laba di tiap periodenya.
2
Gambar 1.1 Harga Batubara 2019-2020
Menurut data grafik dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Direktorat Jendral Mineral dan Batubara (2021), bahwasanya pada tahun 2019 hingga tahun 2020 harga acuan batu bara di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan dari nominal $92.41/Ton hingga di nominal terendah $49.42/Ton.
Menurut data Citradi (2020) dari CNBC Indonesia pada hari Rabu (12/8/2020) tercatat bahwa harga acuan batu bara ditutup anjlok sebesar 2,25% dengan harga
$49.42/Ton, hal ini merupakan harga terendah yang tercatat sejak pada tanggal 14 Mei 2016, salah satu penyebab dari turunnya harga acuan batu bara dikarenakan terjadinya penurunan permintaan batu bara yang disebabkan oleh pandemi covid- 19 sehingga harga pangsa pasar batu bara mengalami anjlok. Dengan adanya penurunan harga yang cukup signifikan membuat beberapa perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara memungkinkan untuk mengalami financial distress.
Dalam mengukur financial distress perusahaan terdapat beberapa metode, salah satunya yaitu Altman Z-Score dan Springate.
Altman Z-Score ditemukan oleh ALTMAN (1968) dengan menggunakan rasio earning before interest and tax terhadap total aset, sehingga dapat diketahui perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara memperoleh laba seberapa besar dari kegiatan utamanya. Altman memasukkan variabel yang telah diklasifikasi ke dalam 5 rasio standar seperti likuiditas, profitabilitas, leverage, solvabilitas, dan rasio aktivitas, hal tersebut dimasukkan berdasarkan 1) popularitas dalam literatur;
2) relevansi potensial untuk penelitian dan beberapa rasio baru, untuk menjadikan model Z-Score sebagai rasio yang baik dalam memprediksi financial distress
3
perusahaan, maka Altman melakukan beberapa prosedur seperti (1) Pengamatan signifikansi statistik berbagai fungsi alternatif termasuk penentuan kontribusi relatif dari masing-masing variabel bebas; (2) evaluasi keterkaitan antar variabel yang relevan; (3) pengamatan akurasi prediksi dari berbagai profil; (4) penilaian analis.
Altman (1968) menerapkan multiple discrimant analysis untuk pertama kalinya.
Analisis diskriminatif tersebut digunakan oleh altman dengan mengidentifikasi rasio-rasio keuangan yang menghasilkan suatu model yang dapat memprediksi perusahaan yang memiliki kemungkinan tinggi untuk bangkrut atau tidak bangkrut.
Model altman z-score mengalami beberapa revisi hingga menjadi persamaan baru yang telah disesuaikan agar prediksi dapat dilakukan terhadap perusahaan swasta dan tidak hanya sebatas perusahaan manufaktur yang telah go public (Fatmawati, 2012). Altman menggunakan metode step-wise multivariate discriminant anlysis (MDA) dalam penelitiannya. Seperti regresi logistik, teknik statistika ini juga biasa digunakan untuk membuat model di mana variabel dependennya merupakan variabel kualitatif. Output dari teknik MDA adalah persamaan linear yang bisa membedakan antara dua keadaan variabel dependen (Burhanuddin, 2015).
Springate (1978) menggunakan metode yang sama dengan Altman (1966) yaitu Multiple Discriminant Analysis (MDA). Springate dapat dikatakan sebagai pembaharuan dari metode altman z-score dalam menentukan tingkat prediksi financial distress perusahaan. Springate (1978) mengumpulkan rasio-rasio keuangan populer yang bisa dipakai untuk memprediksi financial distress. Dengan jumlah rasio awalnya 19 rasio, akan tetapi setelah melalui uji penelitian yang sama dengan yang dilakukan altman (1968). Springate memiliki 4 rasio yang dipercaya dapat menghitung financial distress pada perusahaan dan mampu membedakan antara perusahaan yang mengalami distress maupun tidak distress. Model ini memiliki akurasi 92,5% dalam tes yang dilakukan Springate. Beberapa orang lain juga telah menguji model ini dan menemukan tingkat akurasi yang berbeda-beda.
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan sampel perusahaan yang berbeda- beda nilai asetnya (Burhanuddin, 2015).
Prediksi financial distress dirasa penting bagi banyak pihak, seperti pihak internal, eksternal (investor dan kreditur) dan peneliti sebelumnya. Peneliti melakukan penelitian dan diskusi terkait dengan praktik dan pengungkapan fiancial
4
distress perusahaan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ben, dkk (2015);
Fauzan dan Sutiono (2017); Mudzakar (2017); Nurcahyanti (2015); Purba (2021);
Shafitranata, dkk (2020) yang meneliti mengenai berbagai macam faktor yang mempengaruhi financial distress, hasil yang ditujukan dari penelitian tersebut pun beragam.
Dalam penelitian Ben, dkk (2015) diketahui bahwa metode springate berhasil memprediksi finansial distress pada perusahaan property dan Real Estate dengan hasil 8 perusahaan mengalami safe zone selama 3 tahun, 9 perusahaan mengalami distress selama 3 tahun, terdapat 5 perusahaan yang mengalami perubahan prediksi dari distress menjadi safe zone dan terdapat 5 perusahaan perusahaan yang mengalami perubahan prediksi dari safe zone menjadi distress. Dalam penelitian Fauzan dan Sutiono (2017) menggunakan metode Altman Z-Score, Zmijewski, Springate, dan Grover dalam memperbandingkan teori pengungkapan financial distress, dan menurut penelitian metode Springate memiliki tingkat keakuratan sebesar 0%. Dalam penelitian Mudzakar (2017) peneliti menggunakan eksplanatori deskriptif verifikatif dalam metode investigasi serta peneliti menggunakan satu variabel independent dalam memprediksi financial distress. Dalam penelitian Nurcahyanti (2015) menggunakan analisis uji beda Independent Sample Test pada penelitiannya serta menggunakan metode Zmijewski, Altman Z-Score dan Springate dalam perbandingannya. Dalam penelitian Purba (2021) peneliti menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan data literatur yang diterapkan pada salah satu perusahaan. Dalam penelitian Shafitranata, dkk (2020) menggunakan satu metode (Altman Z-Score) untuk memprediksi financial distress perusahaan dan peneliti tidak hanya menilai kondisi keuangan perusahaannya saja, tetapi juga mempertimbangkan aspek kualitatif perusahaan seperti faktor ekonomi, sosial, teknologi, dan perubahan lingkungan bisnis.
Banyaknya penelitian mengenai prediksi financial distress perusahaan akan tetapi masih sedikitnya yang meneliti secara langsung keadaan perusahaan sub- sektor pertambangan batu bara serta dengan adanya keterbatasan dan perbedaan hasil maupun pendapat dari peneliti sebelumnya, maka penelitian ini sangat menarik untuk diteliti kembali dengan objek perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara dengan mengetahui keadaan kondisi tingkat financial distress perusahaan
5
yang dianalisis dengan menggunakan metode Altman Z-score dan Springate, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Altman Z-Score Dan Springate Dalam Memprediksi Tingkat Financial Distress Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Sub-Sektor Pertambangan Batu Bara Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2019-2020)”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan motivasi yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti ingin menguji hubungan antara Altman Z-score dan Spingate terhadap pengukuran tingkat prediksi financial distress pada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara. Sehingga, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara akan mengalami financial distress berdasarkan metode Altman Z-Score periode 2019-2020?
2. Apakah perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara akan mengalami financial distress berdasarkan metode Springate periode 2019-2020?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menguji pengaruh Altman Z-Score dalam mengukur tingkat prediksi financial distress pada perusahaan Sub-sektor pertambangan batu bara
2. Menguji pengaruh Springate dalam mengukur tingkat financial distress pada perusahaan Sub-sektor pertambangan batu bara
1.4. Manfaat Penelitian
Adanya early warning system atau prediksi financial distress sebelum perusahaan dapat dikatakan bangkrut, hal ini sangat membantu perusahaan yang mengalami kondisi financial distress agar manajemen perusahaan dapat memperbaiki kinerja perusahaan pada saat faktor eksternal seperti harga acuan jual batu bara yang mengalami penurunan cukup signifikan sebelum perusahaan mengalami financial distress.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :
6 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi verifikasi Signalling Theory dalam studi mengenai altman z-score dan springate yang telah diterapkan oleh sebagian instansi maupun individual serta pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap pengukuran tingkat financial distress. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu memperkuat hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, serta dapat digunakan menjadi acuan dalam penelitian sejenis dan hasil penelitian dapat menjadi bahan kajian teoritis dan referensi untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis 1) Bagi Penulis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk mengetahui dan memahami antara teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan perkembangan akuntansi di dunia bisnis atau yang lebih luas.
2) Bagi Universitas
Menambah referensi di Perpustakaan UISI dan wawasan informasi bagi pembaca khususnya mahasiswa program studi akuntansi untuk penelitian yang sejenis.
3) Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur mengenai pengaruh Altman Z-Score dan Springate terhadap pengukuran tingkat prediksi financial distress pada perusahaan sub-sektor pertambangan batu bara.
4) Bagi Pengguna Eksternal
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ekonomi secara internal baik untuk kepentingan, analis keuangan investor, kreditor, maupun pemerintah.
1.5. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : BAB I PENDAHULUAN
Bab I berisi tentang latar belakang masalah, usulan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sifat sistematis penulisan penelitian.
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II berisi tentang landasan teori penelitian yang mendukung adanya penelitian, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab III berisi tentang jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, uraian variabel dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV berisi tentang uraian jawaban atas perumusan masalah dan pengujian hipotesis yang ada beserta interpretasi atas hasil yang diperoleh.
BAB V PENUTUP
Pada bab V berisi kesimpulan penelitian yang diperoleh berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, keterbatasan penelitian, dan saran yang sebaiknya dilakukan sebagai penyempurnaan atas keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini.