• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Tentang Lingkungan Hidup a) Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup pada prinsipnya merupakan suatu sistem yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga pengertian lingkungan hidup hampir mencakup semua unsur ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa di bumi ini. Itulah sebab lingkungan hidup termasuk manusia dan perilakunya merupakan unsur lingkungan hidup yang sangat menentukan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan saat ini oleh sebagian kalangan dianggap tidak bernilai, karena lingkungan hidup hanya sebuah benda yang diperuntukkan bagi manusia. Dengan kata lain, manusia merupakan penguasa lingkungan hidup, sehingga lingkungan hidup hanya dipersepsikan sebagai obyek dan bukan sebagai subyek (Supriadi,2006:22). Lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia dan makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya (N.H.T Siahaan, 2004:4).

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1, yang dimaksud lingkungan hidup adalah :

“Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain”.

(2)

commit to user

Lingkungan hidup juga mempunyai posisi penting dalam kehidupan manusia. Kemudian lebih jauh definisi mengenai lingkungan atau disebut juga lingkungan hidup, tidak lain adalah “ruang” di mana baik makhluk hidup maupun tak hidup ada dalam satu kesatuan, dan saling berinteraksi baik secara fisik maupun nonfisik, sehingga mempengaruhi kelangsungan kehidupan makhluk hidup tersebut, khususnya manusia. Dalam kaitannya dengan konsep lingkungan ini, maka penjelasan tentang mutu lingkungan adalah relevan dan sangat penting karena mutu ligkungan merupakan pedoman untuk maencapai tujuan pengelolaan lingkungan (R.M. Gatot P. Soemartono, 1996: 17-18).

2. Tinjauan Umum tentang Pencemaran Lingkungan Hidup a) Pengertian Pencemaran Lingkungan Hidup

Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup memberikan definisi Pencemaran Lingkungan Hidup sebagai “masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan”. Sesuai dengan pengertian dalam Pasal 1 angka 14 Undang-Undang 32 Tahun 2009 tersebut, maka unsur-unsur atau syarat mutlak untuk disebut sebagai suatu lingkungan telah tercemar haruslah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1) Masuk atau dimasukkannya komponen-komponen (makhluk hidup, zat, energi, dan lain-lain);

2) Ke dalam lingkungan hidup;

3) Kegiatan manusia;

4) Timbul perubahan, atau melampaui baku mutu lingkungan hidup yang ditetapkan.

(3)

commit to user

Dari unsur-unsur pencemaran lingkungan tersebut di atas, nyata bahwa suatu perbuatan atau aksi yang menimbulkan keadaan sebagai pencemaran lingkungan hidup haruslah memenuhi berbagai unsur tersebut.

Pencemaran terjadi bila dalam lingkungan terdapat bahan yang menyebabkan timbulnya perubahan yang tidak diharapkan, baik yang bersifat fisik, kimiawi maupun biologis sehingga mengganggu kesehatan, eksistensi manusia dan aktivitas manusia serta organisme lainnya. Bahan penyebab pencemaran tersebut disebut bahan pencemar/polutan (Imam Supardi, 2003:25). Menurut Stephanus Munadjat Danusaputro merumuskan pencemaran lingkungan sebagai berikut:

“pencemaran adalah suatu keadaan,dalam mana suatu zat dan atau energi diintroduksikan ke dalam suatu ligkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sendiri dalam konsentrasi sedemikian rupa, hingga menyebabkan terjadinya perubahan dalam keadaan termaksud yang mengakibatkan lingkungan itu tidak berfungsi seperti semula dalam arti kesehatan, kesejahteraan, dan keselamatan hayati”.

Ditinjau dari segi ilmu kimia yang disebut pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya sehingga mengganggu kesejahteraan manusia. Pencemaran lingkungan ini perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak, karena pencemaran lingkungan dapat menimbulkan gangguan terhadap kesejahteraan kesehatan bahkan dapat berakibat terhadap jiwa

1) Jenis-jenis Pencemaran Lingkungan

Jenis-jenis pencemaran yang dapat digolongkan dalam degradasi lingkungan fisik (Prabang Setyono, 2008:36-37) adalah:

a) Pencemaran Air

(4)

commit to user

Sumber pencemaran air adalah pergelandangan kota (urban dwelles) yang membuang sampah dimana mereka berada, pembuangan kotoran dari pabrik dan industri, penghuni kota dengan sampah- sampahnya dan kotoran hasil cucian (detergen) dan sebagainya.

Pencemaran melalui air berbahaya karena di dalam air yang tercemar dikandung bakteri, virus, dan bahanbahan kimiawi yang berbahaya.

b) Pencemaran Suara

Suara yang dikategorikan sebagai pencemaran dan dapat merusak telinga adalah suara-suara yang melebihi 75 decibel.

Pencemaran suara dapat mengakibatkan terganggunya saraf dan konsentrasi kerja. Suara-suara yang sudah mencapai 145 decibel dan secara terus-menerus di dengar dapat menimbulkan rasa sakit.

c) Pencemaran Udara

Sumber-sumber pencemaran udara adalah kendaraan bermotor yang banyak memadati jalanan kota, emisi atau kotoran melaui asap pabrik, kepadatan penduduk dan pembakaran sampah, pembukaan daerah melalui tebang dan bakar yang mengakibatkan udara dipenuhi dengan carbonmonoxide, nitrogen oxide, nitrogen oxide, dan sulfat oxide.

Selain Pencemaran yang disebutkan diatas terdapat pencemaran dari limbah bahan berbahaya dan beracun. Limbah tersebut mengandung bahan berbahaya beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Bahan yang termasuk Limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan dan sisa proses,

(5)

commit to user

Limbah yang termasuk limbah B3 adalah limbah yang memenuhi salah satu atau lebih karakteristik, (R.M Gatot P. Soemartono, 1996:143- 144) yaitu:

a) Mudah meledak

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

b) Mudah terbakar

Limbah mudah terbakar adalah limbah yang apabila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakat dan apabila telah nyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

c) Bersifat reaktif

Limbah bersifat reaktif adalah limbah yang dapat menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen.

d) Beracun

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B-3 dapat menyebabkan kematian dan sakit yang serius, apabila masuk ke dalam tubuh melalui pencernaan, kulit, atau mulut

e) Menyebabkan infeksi

Limbah yang menyebabkan infeksi sangat berbahaya karena mengandung kuman penyakit seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah.

f) Bersifat korosif

(6)

commit to user

Limbah bersifat korosif dapat menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit atau mengkorosikan baja.

g) Jenis lainnya

Limbah lain yang apabila diuji dengan metode toksilogi dapat diketahui termasuk dalam jenis limbah B3, misalnya dengan metode LD-05 (lethal dose fifty) yaitu perhitungan dosis (gram pencemar per kilogram berat bahan) yang dapat menyebabkan kematian 50%

populasi makhluk hidup yang dijadikan percobaan.

3. Tinjauan tentang Hukum Lingkungan a. Pengertian Hukum Lingkungan

Istilah hukum lingkungan merupakan terjemahan dari beberapa istilah, yaitu “Environmental Law” dalam Bahasa Inggris, “Millieeurecht” dalam Bahasa Belanda, “L,environment” dalam Bahasa Prancis, “Umweltrecht” dalam Bahasa Jerman, “Hukum Alam Seputar” dalam Bahasa Malaysia, “Batas nan Kapalisgiran” dalam Bahasa Tagalog, “Sin-ved-lom Kwahm” dalam Bahasa Thailand, “Qomum al-Biah” dalam Bahasa Arab, St. Munadjat Danusaputro (Muhamad Erwin, 2008:8).

Hukum yang mendasari penyelenggaraan perlindungan dan tata pengelolaan serta peningkatan ketahanan lingkungan dibedakan antara Hukum Lingkungan modern yang beroriantasi kepada lingkungan atau “environment- oriented law” dan Hukum Lingkungan klasik yang berorientasi kepada penggunaan lingkungan atau “use-oriented law”(Danusaputro, 1980:35).

Hukum lingkungan merupakan sebuah cabang dalam ilmu hukum yang berkaitan denganpengaturan hukum terhadap perilaku atau kegiatan- kegiatan subyek hukum dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam dan lingkungan hidup serta perlindungan manusia dari dampak negatif yang timbul akibat

(7)

commit to user

pemanfaatan sumber daya alam. Dengan demikian, hukum lingkungan tidak senantiasa berkaitan dengan pengaturan perlindungan lingkungan hidup dalam arti pemanfaatan atau penggunaan sumber daya alam seperti air, tanah, hutan, dan bahan tambang. Hukum lingkungan juga merupakan bidang yang paling strategis karena mempunyai banyak segi yaitu segi hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Sehingga untuk mendalami hukum lingkungan itu sangat mustahil apabila dilakukan seorang diri, karena kaitannya yang sangat erat dengan segi hukum yang lain yang mencakup pula hukum lingkungan didalamnya.

Hukum lingkungan menurut Soedjono adalah hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad-jasad hidup lainnya (Soedjono, 1983:29).

Sedangkan menurut Drupsteen, Hukum Lingkungan adalah hukum yang berhubungan dengan lingkungan alam seluas-luasnya. Ruang lingkupnya berkaitan dengan dan ditentukan oleh ruang lingkup pengelolaan lingkungan.

Dengan demikian hukum lingkungan merupakan instrumentarium yuridis bagi pengelolaan lingkungan Mengingat pengelolaan lingkungan dilakukan teutama oleh pemerintah, maka hukum lingkungan sebagian besar terdiri atas hukum pemerintahan (R.M.Gatot P.Soemartono, 1996:49-50).

Dalam pengertian sederhana, hukum lingkungan diartikan sebagai hukum yang mengatur tatanan lingkungan (lingkungan hidup), dimana lingkungan mencakup semua benda dan kondisi, termasuk di dalamnya manusia dan tingkah perbuatannya yang terdapat dalam ruang dimana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia serta jasad-jasad

(8)

commit to user

hidup lainnya. Dalam pengertian secara modern, hukum lingkungan lebih berorientasi pada lingkungan atau Enviroment-Oriented Law, sedangkan hukum lingkungan yang secara klasik lebih menekankan pada orientasi penggunaan lingkungan atau Use-Oriented Law.

Hukum lingkungan telah berkembang dengan pesat, bukan saja hubungannya dengan fungsi hukum sebagai perlindungan, pengendalian dan kepastian bagi masyarakat (social control) dengan peran agent of stability, tetapi terlebih menonjol lagi sebagai sarana pembangunan (a tool of social engineering) denga peran sebagai agent of development atau agent of change (Siti Sundari Rangkuti, 2005: 2).

Pengelolaan lingkungan hidup berhadapan dengan hukum sebagai sarana pemenuhan kepentingan. Menurut A.V. van den Berg dikutip oleh Siti Sundari Rangkuti (2005:3) berdasarkan kepentingan-kepentingan lingkungan yang bermacam-macam dapat dibedakan bagian-bagian Hukum Lingkungan yakni hukum bencana, hukum kesehatan lingkungan, hukum tentang sumber daya alam, hukum tentang pembagian pemakaian ruang dan hukum perlindungan lingkungan.

Hukum lingkungan mencakup berbagai bidang hukum. Diantara bidang- bidang tersebut, materi hukum lingkungan sebagian besar memang termasuk dalam lingkup hukum administrasi. Hal ini disebabkan, bidang yang diatur yakni lingkungan hidup menyangkut kepentingan umum. Di Indonesia, urusan mengenai kepentingan umum menyangkut tentang hubungan antara negara dengan warga negara (helmi,2005:5).

Sesuai dengan tujuan yang tidak hanya sebagai alat ketertiban, hukum lingkungan mengandung pula tujuan pembaharuan masyarakat (social engineering). Hukum sebagai alat rekayasa sosial sangat penting dalam hukum lingkungan. Hukum lingkungan demikian, dalam interaksinya dengan lingkungan

(9)

commit to user

dapat diarahkan untuk menerima dan merespon prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (NH.T. Siahaan,2009:44 ).

Hukum lingkungan yang memandang lingkungan hidup sebagai subyek hukum merupakan hukum lingkungan modern. Ciri pokok hukum lingkungan modern, memiliki sifat utuh menyeluruh (integrality and comprehensive), selalu berada dalam dinamika yang luwes mengikuti sifat, watak dan kemampuan lingkungan lebih dominan berdasarkan prinsip-prinsip ekologi (N.H.T. Siahaan, 2009:69 ). Hukum lingkungan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi terbukti telah menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup itu sendiri.

4. Tinjauan tentang Pengawasan dan Pengendalian Pencemaran Lingkungan a. Pengawasan Pencemaran Lingkungan

Dalam kamus bahasa Indonesia istilah “Pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi. Pengawasan merupakan instrumen penting untuk menjaga kelestarian lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Christine Echookit Akello dalam Environment and Development Journal Volume 20, No 4

Environmental monitoring as a tool of environmental management is intended to ensure that development activities and exploitation of natural resources for different purposes are harmonized with the need to conserve the environment

Pengawasan lingkungan sebagai alat pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk memastikan bahwa kegiatan pembangunan dan eksploitasi sumber daya alam untuk tujuan yang berbeda diselaraskan dengan kebutuhan untuk melestarikan lingkungan hidup

(10)

commit to user

Dikaitkan dengan otonomi daerah, pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) yang berwenang melakukan pengawasan penaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan Hidup. Pengawasan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut pengawasan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan/atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah untuk mengetahui, memastikan, dan menetapkan tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam izin lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengawasan lingkungan hidup merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh Pegawai Negeri yang mendapat surat tugas untuk melakukan pengawasan lingkungan hidup atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup (PPLH) di pusat atau daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriksa dan mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab kegiatan dan/atau usaha terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup termasuk di dalamnya pengawasan terhadap ketaatan yang diatur dalam perizinan maupun dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan

(11)

commit to user

Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) (Hamrat Hamid, 2007 :21-22).

b. Pengendalian Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang nomor 32 tahun 2009 disebutkan Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang dimaksud ialah:

1) pencemaran air, udara, dan laut; dan

2) kerusakan ekosistem dan kerusakan akibat perubahan iklim.

Mekanisme dari Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup meliputi:

1) pencegahan;

2) penanggulangan; dan 3) pemulihan

(12)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran Pencemaran

Lingkungan

Badan Lingkungan Hidup Yogyakarta Undang-Undang No 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

Pengawasan pencemaran lingkungan

Pengendalian pencemaran lingkungan

Hambatan –hambatan pelaksanaan pengawasan

dan pengendaliaan pencemaran lingkungan

Solusi

Pengelolaan lingkungan hidup

yang baik

(13)

commit to user Keterangan :

Apapun kenyataannya pencemaran tidak bisa dicegah, tidak bisa dihilangkan dan akan terus terjadi, sebab manusia tidak dapat menghindar untuk tidak mencemari lingkungannya terlebih alampun sulit untuk diprediksi. Untuk mencegah timbulnya pencemaran lingkungan, limbah bahan berbahaya dan beracun harus dikelola secara khusus agar dapat dihilangkan atau dikurangi sifat bahayanya.

Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah mendelegasikan pengaturan pelestarian lingkungan hidup kepada pemerintah daerah. Sehingga setiap daerah diberi kewajiban untuk melestarikan lingkungan hidup sesuai Pasal 22 Undang- Undang No 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. Sedangkan undang-undang yang digunakan untuk mengatur mengenai permasalahan lingkungan adalah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut Pasal 71 ayat 2 dan 3 Undang- undang 32 tahun 2009 tentang PPLH dalam melakukan pengawasan Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam melakukan pengawasan kepada pejabat/instansi teknis dan menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.

Maka dibentuklah Badan lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta yang bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Badan lingkungan hidup melakuan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian pencemaran lingkungan, badan lingkungan hidup menemui beberapa

(14)

commit to user

kendala. Kemudian dari beberapa kendala tersebut terdapat penyelesaian yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah Istimewa Yogyakarta sehingga pengelolaan lingkungan hidup yang baik dapat terselenggara.

Gambar

Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran Pencemaran Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Yogyakarta Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan  Lingkungan Hidup Undang-Undang  No  32 Tahun  2004  Tentang Otonomi Daerah Pengawasan  pencemar

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Standard Operating Procedures (SOP) yang akan dihasilkan dari penelitian tugas akhir ini adalah dokumen SOP yang dibuat berdasarkan metode analisis

dalam permainan judi sabung ayam tersebut disita dari terdakwa satu I. Nyoman Sunada Als Kampil untuk dijadikan

[r]

Variabel pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan daerah tempat tinggal pada karakteristik

Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional dalam suatu perusahaan maka tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi

Ukuran kinerja dari Bundaran Adipura Nganjuk dapat diperkirakan untuk beberapa kondisi yang terkait dengan geometri, lingkungan dan lalu lintas dan juga beberapa

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sektor-sektor ekonomi apa saja yang paling strategis dan potensial

Besarnya peluang atau kecenderungan perubahan kualitas hidup, perilaku dan pengetahuan bahwa intervensi edukasi palliative care memberikan pengaruh (affect)