• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

5 A. Hipertensi Menurut Kedokteran Barat

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi yang abnormal di ukur paling tidak 3 kali kesempatan yang berbeda. Menurut joint National committee on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure yang ke 7 nilai tekanan darah yang di anggap hipertensif apabila sistolik lebih dari 140 mmhg dan diastolik lebih dari 90 mmhg (Corwin, 2009). Hipertensi adalah keadaan dimana terjadinya peningkatan tekanan darah lebih dari 140 mmhg dan diastol 90 mmhg atau lebih. Tekanan darah berfluktasi tergantung usia, posisi tubuh, dan tingkat stres (Asikin et al., 2016).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg yang terjadi pada seorang pada tiga kejadian terpisah. Menurut WHO tekanan darah dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah

≥160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi (Udjianti, 2013).

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah sedang di pompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

2. Etiologi Hipertensi

Dikutip dari Aspiani, 2014 ada dua jenis hipertensi yaitu a. Hipertensi Esensial (Primer)

Hipertensi primer merupakan hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Hipertensi primer diperkirakan disebabkan oleh faktor berikut:

(2)

1) Faktor keturunan atau genetik

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan

Ciri seseorang yang mempengaruhi timbulnya hipertensi yaitu umur, jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat.

Jenis kelamin pria lebih tinggi terkena hipertensi dibandingkan perempuan dan juga ras kulit hitam lebih banyak terkena hipertensi dari pada kulit putih.

3) Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menimbulkan hipertensi adalah konsumen gram yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih, stres, minum alkohol, dan minum obata obatan (efedin, prednison, epinefrin).

b. Hipertensi Sekunder atau hipertensi renal

Penyebab hipertensi sekunder yaitu feokromositoma, penyakit renovaskuler, sindrom cushing, diabetes milletus, disfungsi kelenjar tiroid, kelainan neurologik, hiperaldosteronisme (Aspiani, 2014).

Faktor-faktor resiko hipertensi ada dua yaitu faktor resiko yang tidak dapat terkontrol dan yang terkontrol.

1) Faktor yang tidak dapat dikontrol

Faktor yang dapat dikontrol adalah kegemukan (obesitas), asupan natrium, konsumsi alkohol, kurang olah raga, stres, dan kebiasaan merokok (Susanah et al., 2017).

a) Faktor Genetik

Faktor genetik mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertensi. Hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi beberapa gennya akan berinteraksi dengan lingkungan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Peran faktor

(3)

genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot/berbeda sel telur (Arifin, 2016).

b) Umur

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis. Pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut berkurang sensitivitasnya, peran ginjal juga berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun sehingga ginjal akan menahan garam dan air dalam tubuh (Alfa, 2014).

c) Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pada usia muda dibawah 60 tahun, pria lebih banyak yang menderita hipertensi dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita.

Namun setelah memasuki menepouse, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh hormon estrogen yang dapat melindungi wanita dari penyakit kardiovaskuler. Kadar hormon ini akan menurun setelah menepouse. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan (Arifin, 2016).

(4)

d) Ras

Tekanan darah tinggi lebih umum diderita warga kulit hitam dibandingkan ras lainnya, dan menimpa mereka yang lebih muda. Warga Amerika, Afrika jauh lebih peka terhadap natrium dari pada orang kulit putih, dan menu makanan merekapun cenderung tinggi natrium, sehingga resiko terkena hipertensi lebih tinggi (Kowalski, 2010).

2) Faktor-faktor yang dapat dikontrol a) Obesitas

Obesitas berkaitan dengan kegemaran mengkonsumsi makanan tinggi lemak serta meningkatkan risiko terjadinya hipertensi akibat faktor lain. Makin besar massa tubuh, akan meningkat volume darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh.

Akibatnya, dinding arteri akan mendapatkan tekanan yang lebih besar yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Selain itu, kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung (Arifin ,2016).

b) Nutrisi Garam

Sistem renin-angiotensin erat kaitannya dengan natrium atau garam yang dikonsumsi. Dalam darah renin mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin. Angiotensin ini dapat menyebabkan diameter pembuluh darah mengecil.

Sementara renin memicu produksi aldosteron, yang berfungsi untuk mengatur volume cairan ekstraseluler. Jika natrium meningkat maka aldosteron akan mengurangi pengeluaran natrium dengan cara meningkatkan reabsorbsi natrium di tubulusginjal. Hal ini menyebabkan natrium dalam darah meningkat, dimana natrium mempunyai sifat retensi air dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan

(5)

volume darah menjadi naik dan hal itu secara otomatis menyebabkan tekanan darah meningkat (Suoth, 2014).

c) Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Merokok dapat juga menyebabkan penyakit hipertensi. Zat nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan pelepasan epinefrin yang dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan dinding arteri. Zat lain dalam rokok adalah Karbon monoksida (Co) yang mengakibatkan jantung akan bekerja lebih berat untuk memberi cukup oksigen ke sel- sel tubuh. Rokok berperan membentuk arterosklerosis dengan cara meningkatkan pengumpalan sel-sel darah (Suoth, 2014).

d) Kebiasaan mengkonsumsi alkohol Orang yang gemar mengkonsumsi alkohol dengan kadar tinggi akan memiliki tekanan darah yang cepat berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman darah. Meminum alkohol secara berlebihan, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari merupakan faktor penyebab 7% kasus hipertensi.

Mengkonsumsi alkohol sedikitnya dua kali per hari, TDS meningkat 1,0 mmHg 40 (0,13 kPa) dan TDD 0,5 mmHg (0,07 kPa) per satu kali minum (Suoth, 2014).

e) Stres

Stres mempercepat produksi senyawa berbahaya, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan kebutuhan akan suplai darah, sehingga meningkatkan tekanan darah serta menimbulkan serangan jantung dan stroke (Kowalski, 2010).

(6)

f) Kurang olah raga

Olahraga isotonik, seperti bersepeda, jogging dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang tidak berolahraga biasanya mengalami kegemukan maka olahraga dapat mengurangi asupan garam dalam tubuh dan garam akan keluar bersama keringat saat berolahraga (Dalimartha, 2008).

3. Manifestasi Klinis Hipertensi

Tanda dan gejala yang sering di kaitkan dengan hipertensi yaitu pusing, mudah marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunanng dan mimisan (Triyanto, 2014).

Manifestasi klinis yang terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun tahun yaitu sakit kepala terkadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur, cara berjalan yang tidak mantab karena kerusakan susunan syaraf pusat, nokturia terjadi karena aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat, edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).

4. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut World health Organization (WHO) dan international society of hypertension working group (ISHWG) telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

(7)

Tabel 2.1 klasifikasi menurut WHO Kategori

Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistol

(mmHg)

Diastol (mmHg)

Optimal ˂ 120 ˂ 80

Normal ˂ 130 ˂ 85

Normal tinggi 130-139 85-89

Hipertensi ringan

140-159 90-99

Hipertensi sedang

160-179 100-109

Hipertensi berat

≥ 180 ≥ 110

5. Patofisiologi Hipertensi

Pada hipertensi karena adanya berbagai gangguan genetik dan juga lingkungan, maka terjadilah gangguan neurohormonal yaitu sistim syaraf pusat dan juga sisitim renin-angiostensin-aldosteron, serta terjadinya inflamasi dan resisitensi insulin. resisitensi insulin dan neurohormonal menyebabkan vasokontriksi sistemik dan peningkatan resisitensi perifer.

Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai gangguan sistem renin-angiostensin-aldosteron (RAA) yang menyebabkan retensi garam dan air ginjal, bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatkan tekanan darah karena tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dalam tubuh sehingga terjadi peningkatan volume darah dalam tubuh dan tekanan darah juga meningkat (Kamaludin, 2010).

Peningkatan resistensi perifer dan volume darah merupakan dua penyebab utama terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima impuls dapat mengenali keadaan tekanan darah terletak pada medula di batang otak.

Perubahan struktural dan fungsional pada sistim pembuluh darah perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada akhirnya akan menurunkan kemampuan distensi dan daya

(8)

regang pembuluh darah. Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar menjadi berkurang dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), sehingga mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi perifer (Asikin et al., 2016).

6. Penatalaksanaan

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu : a. Pengobatan non farmakologis

1) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan

Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33%

memiliki berat badan berlebih. Seseorang yang mempunyai kelebihan berat badan lebih dari 20% dan hiperkolesterol mempunyai resiko yang lebih besar terkena hipertensi. Menurut penelitian Clinical And Public Health Advisory From The National High Blood Pressure Education program amerika serikat menurunkan berat badan 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekann darah sampai 4.05 mmHg (Rahajeng, 2009).

2) Mengurangi asupan garam

Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium, garam dapur adalah sumber natrium. Pemberiad diet rendah garam bertujuan membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada hipertensi (Laidi, 2017).

3) Menghindari stress

Ciptakan suasana yang menenangkan bagi penderita hipertensi dengan memperkenalkan metode relaksasi seperti yoga,meditasi atau hipnoterapi yang dapat mengontrol sistim syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (Kowalski, 2010).

(9)

4) Melakukan olahraga

Olahraga isotonik (bersepeda, jogging,aerobic) selama 30- 45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu. dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Olahraga juga dapat mencegah obesitas dan juga mengurangi asupan garam ke tubuh lewat keringat yang di keluarkan lewat kulit (Herawati, 2011).

5) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Alkohol apabila dikonsumsi secara berlebihan dapat meningkatkan gula darah dan tekanan darah. Bagi pria maksimal mengkonsumsi alkohol 2 gelas perhari dan untuk wanita maksimal 1 gelas perhari. Sedangkan kebiasaan merokok dapat menyebabkan rusaknya lapisan endotel pembuluh darah arteri yang mengakibatkan proses arterosklerosis dan tekanan darah tinggi (Kamaludin, 2010).

b. Pengobatan farmakologi

Dikutip dari Wijaya, 2013 dan Triyono,2014 , obat obatan yang di digunakan untuk menurunkan tekanan darah yaitu :

1) Diuretik (Hidroklorotiazid, amilorid, dan klortalidon)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengkibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

2) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin, dan reserpin) Menghambat aktifitas saraf simpatik

3) Betabloker (metaprolol, propanolol dan atenolol)

Menurunkan daya pompa jantung, dan tidak disarankan untuk penderita asma dan diabetes militus karena dapat menutupi gejala hipoglikemia.

4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

(10)

5) ACE inhibitor (katropil, lisinopril, karvedilol dan ramipril) Menghambat pembentukan zat angiotensin II, efek sampingnya yaitu batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambta reseptor angiotensin II (Valsatran, losartan, Dan Verepamil)

Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan daya pompa jantung.

7) Antagonis kalsium (diltiazen,amlodipin dan Verepamil) Menghambat kontraksi jantung, edema dan konstipasi 7. Pathway Hipertensi

Gambar 2.2 Patofisiologi hipertensi (Asikin et al., 2016).

8. Komplikasi Hipertensi a. Stroke

Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak berkurang (Aapiani, 2014).

b. Infark miokard

Miokardiun yang tidak cukup mendapatkan oksigen dan apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati

Genetik, lingkungan, diet yang salah, obesitas

Resistensi insulin Gangguan sistim saraf pusat

dan sistim RAA inflamasi

Vasokontriksi RESISITENSI GARAM

DAN AIR

Peningkatan resisitensi perifer Peningkatan volume darah

Hipertensi

(11)

pembuluh darah. Pada penderita hipertensi, kebutuhan olsigen miolardium tidak tercukupi dan terjado iskemia jantung yang menyebabkan infark (Maciocia, 2008).

c. Gagal ginjal

Terjadi karena tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal, sehingga aliran darah ke nefron terganggu dan berlanjut menjadi hipoksis dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan edema karena protein keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang (Aspiani, 2014).

d. Ensefalopati (kerusakan otak)

Tekanan darah yang sangat tinggi menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial diseluruh susunan saraf pusat yang dapat menyebabkan saraf di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2009).

9. Saran dan Anjuran untuk hipertensi

a. Tidur yang cukup antara 6-8 jam perhari. Tidur dapat memulihkan energi tubuh, khususnya pada otak dan sistem saraf serta menyeimbangka fisiologis dan psikologis dalam tubuh.

Dalam hal fisiologis meliputi tubuh terasa segar, daya tahan tubuh meningkat, dan stabilnya tanda-tanda vital. Sedangkan dampak psikologis meliputi meningkatkan mood positif di pagi hari, mudah berkonsentrasi (Roshifanni, 2017).

b. Berhenti merokok dan mengurangi minuman beralkohol (Herawati, 2011)

c. Mengurangi asupan garam dalam tubuh, batasi sampai dengan kurang dari 5 gram (1 sendok teh) per hari pada saat memasak (Laidi, 2017).

d. Mengontrol diet, dengan menghindari makanan berlemak, pedas, gorengan, asin dan mengganti minuman dengan air putih. Karena

(12)

pola makan mempengaruhi peningkatan volume darah (Dalimartha, 2008).

e. Olahraga teratur seminggu 3 kali. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah perifer dan juga berkaitan dengan peran kegemukan pada hipertensi (Dalimartha, 2008).

f. Menghindari stres dengan menciptakan suasana yang menenangkan bagi pasien dengan memperkenalkan metode relaksasi seperti yoga, meditasi, atau hipnoterapi yang dapat mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (Kowalksi, 2010).

B. Hipertensi Menurut Akupunktur 1. Definisi Hipertensi

Dalam penyakit tiongkok kuno tidak ada istilah hipertensi karena dokter tiongkok kuno tidak memiliki tekhnologi untuk mengukur tekanan darah. Banyak kasus hipertensi secara keseluruhan tanpa adanya gejala.

ketika ada gejala hipertensi dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, jantung berdebar, susah tidur atau epitaksis. Secara umum disepakati dalam cina modern bahwa hipertensi berkaitan dengan sakit kepala dan juga pusing. Namun tidak boleh menekankan korelasi antara hipertensi dan peningkatan qi yang menyebabkan sakit kepala dan pusing (Maciocia, 2008).

Hipertensi dalam TCM (Tradisional chinese medicine) termasuk dalam kategori Xuan Yun (vertigo), Tou Tong (sakit kepala), ganyang (liver yang), ganfeng (Liver Wind), dan zhongfeng (stroke) hal ini terutama disebabkan oleh cidera mental, menyebabkan stagnasi Qi hati dan selanjutnya Yang hati membara dengan defisiensi Yin ginjal, dan oleh diet yang tidak semestinya hasilnya adalah defisiensi limpa dan akumulasi lembab di dalam tubuh (Yin and Liu, 2000) Hipertensi merupakan kondisi tidak seimbangnya unsur Yin Yang pada organ ginjal dan hati atau adanya flegma lembab yang berlebihan di dalam tubuh.

(13)

Semua sindrom angina yang di sertai manifestasi nyeri kepala dan pusing merupakan gangguan yang berasal dari hati (Zhang dan Zu, 2007).

2. Etiologi dan Patogenesis Hipertensi

Faktor risiko terjadinya hipertensi berhubungan dengan gangguan mental, faktor keturunan, gangguan emosi, aktivitas yang berlebihan, pola makan yang tidak benar, degenerative, dan gaya hidup yang tidak baik. Sedangkan mekanisme patologis yang dapat menyebabkan hipertensi berdasarkan TCM adalah angin, api, flegma, terjadinya defisiensi dan stagnasi (Zhang dan Zu, 2007: Ganglin dan Zhenghua, 2000). Faktor penyebab terjadinya hipertensi yaitu :

a. Naiknya angin dan Ekses Yang di dalam tubuh

Naiknya angin disebabkan oleh kegelisahan dan kekhawatiran berlebih, dan sikap mudah marah yang dapat menyebabkan stagnasi Qi hati. Stagnasi Qi akan berubah menjadi api yang mengkonsumsi Yin Hati dan mengakibatkan Yang Hati naik ke atas. Manifestasi yang ditimbulkan oleh naiknya angin dan ekses yang adalah pusing, nyeri kepala, gangguan mata, dll (Zhang, 2007).

b. Obstruksi flegma dan lembab

Konsumsi alkohol secara berlebihan dan diet yang tidak benar (makanan berminyak, berlemak, dan bersantan) dapat menyebabkan kegagalan limpa dan lambung dalam fungsi transportasi dan transformasi makanan, sehingga cairan dan makanan tidak dapat ditransportasi yang menimbulkan akumulasi flegma dan lembab pada jiao tengah. Akumulasi flegma dan lembab dapat juga menggagnggu naiknya dan turunya Qi sehingga manifestasi klinis yang ditimbulkan adalah pusing (Zhang, 2007)

c. Defisiensi Qi dan Darah

Sakit yang lama akan menyebabkan terkonsumsinya Qi dan darah.

Definisi Qi darah juga disebabkan oleh lemahnya limpa dan lambung yang tidak memproduksi Qi dan darah. Defisiensi Qi menghalangi

(14)

Yang tubuh naik ke atas sedangkan defisisensi darah mengakibatkan otak tidak ternutrisi dengan baik (Ganglin, 2000).

d. Defisiensi Yin hati dan ginjal

Defisiensi ginjal disebabkan oleh defisiensi Qi ginjal kronis, kerusakan pada organ ginjal, faktor usia, aktivitas seksual berlebih yang menimbulkan penurunan fungsi tulang dan sumsum tulang.

Defisiensi Yin ginjal menyebabkan hati tidak ternutrisi dengan baik, sehingga Yang hati menjadi berlebih (Maciocia, 2008).

3. Pengkajian dalam Akupunktur a. 4 cara pemiriksaan

Di dalam pengobatan Tradisional Chinese Medicine (TCM) dikenal istilah Wang /penglihatan, Wen/ mendengarkan, Wun/

bertanya dan Cie/ perabaan yang di gunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit dengan mengobservasi berbagai kelainan yang terlihat pada pasien (Saputra, 2017).

1) Wang (observasi/ penglihatan)

Wang merupakan cara pemeriksaan akupunktur melalui shen (keadaan semangat), se (keadaan energi darah), sing tay (keadaan fisik) dan lidah. Kondisi pasien defisiensi manifestasinya yaitu yang pertama dilihat dari kondisi shen tidak semangat, mata sayu, bicara tidak jelas, rona wajah tidak bercahaya. Dari kondisi Se warna wajah kuning, putih pucat, dan hitam. Kuning menunjukkan adanya defisiensi limpa, warna putih menunjukkan adanya defisiensi yang dan xue, warna hitam menunjukkan adanya defisiensi ginjal. Dari kondisi Sing tay atau bentuk tubuh terlihat kurus dimana bentuk tubuh yang kurus merujuk adanya defisiensi xue dan yin yang menahun, kondisi tubuh yang lemah dan tidak bertenaga dalam akupunktur termasuk jenis tipe kayu. Dari warna otot lidah terlihat pucat, bentuk otot lidah tipis, ada tapak gigi, tremor dan pucat, tidak ada selaput pada lidah. Pada kondisi pasien ekses manifestasinya

(15)

yaitu yang pertama shen pasien datang dengan semangat, muka bercahaya, mata bersinar dan bicaranya jelas. Dari kondisi Se warna wajah merah yang menunjukkan adanya kelainan pada organ jantung. Dari kondisi Sing tay atau bentuk tubuh terlihat gemuk dalam akupunktur termasuk jenis tipe air. Warna otot lidah terlihat merah dan merah tua. Dimana warna merah menunjukkan adanya panas sedangkan warna merah tua meunjukkan adanya panas yang sudah lebih parah, bentuk ptpt lidah panjang dan retak, selaput lidah berwarna kuning dan lidah kering (Saputra dan Idayanti, 2005 ;Sim, 2012; Zhu, 2000).

2) Wen (pendengaran/ penciuman)

Wen merupakan cara pemeriksaan melalui pendengaran dan penciuman. pemeriksaan dengan mendengarkan meliputi tinggi rendahnya suara, keras tidaknya suara, batuk, erengan, suara nafas, suara muntah, hiccup, borborigmus sedangkan penciuman meliputi bau badan, bau nafas, bau tinja, urin, dahak, ingus dan juga keputihan (Idayanti dan Saputra, 2005). Dari kondisi pasien defisiensi manifestasinya adalah pasien memiliki suara bicara yang lemah dan suara yang berangsur hilang, suara nafas yang halus, suara batuk halus dan lemah. Pada penciuman, tidak terdapat bau yang menunjukkan adanya sindrom dingin atau defisiensi. Pada kondisi pasien eksesmanifestasinya adalah pasien memiliki suara bicara yang keras, dan pasien berbicara terus menerus, suara nafas keras, suara batuk keras. Pada penciuman setiap bau yang menyengat merupakan adanya sindrom ekses atau panas dalam tubuh, seperti bau nafas yang tidak sedap, tinja yang berbau, bau menyengat pada urin, keputihan yang berbau, dahak dan ingus yang berwarna kuning (Maciocia, 2008 dan Sim, 2012).

(16)

3) Wun (anamnesa)

Wun merupakan cara pemeriksaan melalui teknik bertanya kepada pasien tentang patologi penyakit yang terjadi. Anamnesa meliputi panas pada tubuh, keringat malam, nafsu makan dan makanan yang di makan banyak menunjukkan qi dari lambung/

wei baik, mudah haus dan ingin minum terus merupakan pertanda jin ye atau cairan tubuh kurang (Sim,2012; Zhu, 2000), kecenderungan rasa asin dapat mengakibatkan darah/xue menjadi pekat sehingga peredaran darah menjadi tidak lancar (Sim, 2012), buang air besar dan buang air kecil, nyeri yang dirasakan, pola tidur, dan juga haid untuk wanita (Xinghua, 1996). Pada kondisi pasien defisiensi buang air besar dengan feses cair dan diare, urin berwarna jernih dan banyak, buang air kecil yang menetes atau retensi urin. Dari kondisi pasien ekses manifestasinya yaitu, buang air besar terasa sulit dan feses kering, urin kuning dan keruh terkadang disertai nyeri pada saat buang air kecil (Sim, 2012).

4) Palpasi (Cie)

Cie merupakan cara pemeriksaan melalui palpasi atau perabaan pada nadi dan juga tubuh. Palpasi nadi dibagi menjadi 3 region yaitu cun, guan, chi. Cun berdekatan dengan processus styloideus kemudian diikuti dengan guan, chi. Untuk tangan kiri merupakan reflek organ jantung, hati dan ginjal sedangkan tangan kanan reflek organ paru, limpa dan perikardium (Saputra, 2017). Deferensiasi nadi yang digunakan yaitu kedalaman nadi, kecepatan nadi, kekuatan nadi dan bentuk nadi. Untuk palpitasi pada tubuh meliputi palpitasi epigastrum, palpasi abdomen dan juga titik akupunktur. Nadi mengambang menandakan sindrom eksterior dan nadi dalam menandakan sindrom interior sedangkan cepat menandakan sindrom panas dan nadi lemah menandakan sindrom defisiensi (Yin & Liu, 2000). Karakteristik

(17)

nyeri pada pasien defisiensi adalah nyeri dingin, nyeri tumpul dan nyeri dalam. Dimana nyeri dingin menandakan adanya defisiensi yang qi, nyeri tumpul menandakan adanya dingin defisiensi, dan nyeri dalam menandakan adanya defisiensi xue.

Karakteristik nyeri pada pasien kondisi ekses adalah nyeri dengan rasa terbakar, tidur gelisah, tidak nyenyak dan mudah terbangun (Sim, 2012).

b. Teori wuxing

Teori wuxing berasumsi bahwa sesuatu di alam semesta dibentuk dan berubah dari hasil pergerakan lima unsur yang bersifat kayu, api, tanah, logam dan air. Lima unsur tersebut terdapat hubungan menghidupi dan membatasi. Dari teori wuxing dapat diketahui bahwa segala sesuatu itu selalu dalam keadaan bergerak dan berubah (Bai,1996). Teori wuxing dapat digunakan dalam ilmu pengobatan dan dapat menerangkan hubungan intern antara organ dalam dan bagian bagian lain didalam tubuh, baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan sakit. Teori wuxing dengan demikian berguna untuk menganalisis, menegakkan diagnosis maupun dalam pengobatan penyakit (Sim, 2012).

Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat diartikan sebagai fenomena fisiologi maupun patologis dalam kedokteran modern. Energi dalam teori lima unsur yaitu kayu, api, tanah, logam, dan air yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, menindas dan menghina. Dalam siklus menghidupi pergerakan qi searah dengan jarum jam, seperti kayu menghidupi api, api menghidupi tanah, tanah menghidupi logam, logam menghidupi air dan air menghidupi kayu. Dalam teori lima unsur secara fisiologi terdapat fenomena saling membatasi, sehingga fungsinya tidak berlebih dan tetap dalam batas keseimbangan seperti kayu membatasi tanah, tanah membatasi air, air membatasi api, api membatasi logam dan logam membatasi kayu. Alur fisiologis tersebut dapat berubah menjadi

(18)

patologis bila kekuatan berlebih pada unsur yang mengendalikan dan fenomena ini disebut sebagai penindasan. Sedangkan fenomena menghina terjadi apabila salah satu unsur dalam keadaan terlalu kuat maka unsur tersebut aankan membatasi unsur yang membatasinya (Indriyani dan Saputra, 2005; Sim, 2012).

c. Status Organ

Dikutip dari Saputra, 2017; Bai, 1996; Thudyono, 2008 berikut penjelasan mengenai 5 organ zang dan 6 organ fu.

Organ Zang jantung kondisi umum manifestasinya tidak bersemangat, palpitasi, insomnia, tidur terganggu mimpi, kegelisahan mental, tubuh terasa panas, wajah merah, susah tidur.

Organ paru paru kondisi umum manifestasinya nafas pendek, batuk, berkeringat, demam, hidung tersumbat, nyeri kepala.

Pada organ hati kondisi umum manifestasinya adalah dizzines, tinitus, rasa panas di dada, telapak tangan dan kaki, nyeri kepala, wajah dan mata merah, mudah haus, mudah marah,mulut dan tenggorokan kering.

Organ limpa kondisi umum manifestasinya kehilangan nafsu makan, perut terasa penuh, tinja lembek, kelemahan pada anggota gerak, mual , muntah, malas bicara.

Organ ginjal kondisi umum manifestasinya nyeri pinggang, nyeri lutut, takut dingin, rambut kering, dan kusam, Ginjal tidak pernah ekses, tetapi ada pengecualian yaitu apabila ada lembab panas akut yang menyerang kandung kemih dan ginjal. Pada keadaan kronis bisa terjadi tipe defisiensi atau kombinasi tipe defisiensi dan ekses.

Organ kandung empedu kondisi umum manifestasinya adalah dizzines, pengelihatan kabur, penakut, ,mudah terkejut, kurang berani, sering menghela nafas, nyeri didaerah hipokondria, wajah kuning, haus tanpa keinginan untuk minum, rasa pahit dimulut.

(19)

Organ lambung kondisi umum manifestasinya nafsu makan hilang, rasa tidak nyaman di epigastrium, kelelahan, nyeri didaerah epigastrium, keinginan untuk minum dingin, mual, muntah.

Organ usus kecil kondisi umum manifestasinya nyeri abdomen, menyukai minuman panas, jika dilakukan penekanan terasa nyamanh, tidak menyukai tekanan pada abdomen.

Organ usus besar pada kondisi umum manifestasinya nafsu makan hilang, keinginan minum hangat, tubuh kurus, tungkai terasa dingin, abdomen dipijat terasa nyaman, konstipasi, tinja kering, mulut terasa panas, urin sedikit dan gelap.

Organ kandung kemih kondisi umum manifestasinya sering buang air kecil, urin banyak, nyeri punggung bawah, rasa ingin buang air kecil yang mendesak, ketidaklancaran pada saat buang air kecil, urin berwarna keruh.

Organ Sanjiao gangguan yang khusus tidak dikenal, tetapi kala terjadi gangguan pada semua organ yang dibungkus oleh pemanas yang bersangkutan, perlulah mencurigai adanya gangguan pada pemanas yang bersangkutan. Misalnya apabila paru dan jantung terganggu kemungkinan besar pemanas atas (jiao atas) yang terganggu.

4. Deferensiasi Sindrome

Dalam kasus hipertensi ada beberapa pembagian sindrom antara lain (Maciocia, 2008; Xinghua, 1996).

a. Hipertensi Karena Yang Hati Meningkat

Manifestasi klinisnya sakit kepala yang mungkin berada di pelipis, mata atau sisi lateral kepala, pusing, tinitus, tuli, tekanan darah sistolik tinggi, penglihatan kabur, mulut dan tenggorokan kering, insomnia, mudah marah, leher kaku, lidah normal atau sedikit merah di bagian samping lidah, nadi kurus dan kuat seperti kawat. Prinsip terapi yaitu melemahkan yang hati. Titik akupunktur yang digunakan Taichong ( LV 3) untuk melemahkan yang hati,

(20)

Waiguan (SJ 5) untuk melemahkan yang hati, Hegu (LI 4) mengatur naik turunya qi dan membantu melemahkan yang hati, Fengchi (GB 20) merupakan titik penting untuk melemahkan yang hati, Tianchong (GB 9) titik lokal untuk melemahkan yang hati Sanyinjiao SP 6, Ququan (LV 8) dan Zusanli ( ST 36) untuk memupuk darah hati dan juga yin hati (Mociacia, 2018).

b. Hipertensi karena api hati berkobar ke atas

Hipertensi karena api hati berkobar di sebabkan stagnasi qi hati yang sudah lama. Stagnasi qi hati disebabkan karena emosi marah yang sering di pendam. Manifestasinya yaitu tekanan darah sistolik tinggi, cenderung mudah marah, tinnitus, sakit kepala, leher kaku, tuli, pusing wajah merah, rasa pahit di mulut, insomnia, sembelit dengan tinja kering, urin berwarna kuning gelap, epitaksis. lidah merah dengan sisi lidah yang lebih merah, selaput lidah kuning kering nadi penuh, kawat dan cepat. Prinsip terapinya yaitu mengeluarkan api hati. Titik akupunktur Xingjian (LV 2) titik khusus yang digunakan untuk mengeluarkan api hati, Taichong (LV 3) untuk mengeluarkan api hati, Fengchi (GB 20) untuk mengeluarkan api hati, melemahkan qi hati yang naik dan menenangkan pikiran, Taiyang (EX HN 5) membersihkan api hati, Quchi (LI 11) mengusir panas, Sanyinjiao (SP 6) untuk memupuk yin dan membantu mengeluarkan api, Dadun (LV 1) membersihkan hati dan melemahkan yang hati dan api hati yang naik.

c. Hipertensi Karena Stagnasi Qi Hati

Manifestasi klinisnya Sakit kepala, tekanan darah sistolik tinggi, pusing, epistaksis, depresi, murung, nafsu makan buruk, distensi hipokondria lidah sedikit merah di samping lidah nadi kawat, cepat, kuat. Prinsip terapinya yaitu menenangkan hati dan melancarkan qi hati. Titik akupunkturnya Neiguan (PC 6) dan Yanglingquan (GB 34) menenangkan hati dan melancarkan stagnasi

(21)

hati, Taichong (LV3), Xuehai (SP 10), dan Hegu (LI 4) melancarkan stagnasi darah hati.

d. Defisiensi yin hati dan ginjal

Manifestasi klinisnya tekanan darah tinggi, penglihatan kabur, tinitus, tenggorokan kering, sakit punggung bagian bawah, mata kering, berkeringat malam, daya ingat buruk lidah merah tanpa selaput nadi mengambang atau kosong, cepat. Prinsip terapinya yaitu memupuk yin hati dan ginjal. Titik akupunkturnya Ququan (LV 8) memupuk yin hati, Guanyuan (Ren 4), Sanyinjiao ( SP 6) , Taixi (KI 3), Zhaohai (KI 6) memupuk yin hati dan ginjal, Quchi (LI 11) dan Taibai (SP 3) mengeluarkan panas.

e. Defisiensi yang limpa dan ginjal

Manifestasi klinisnya tekanan darah tinggi, sakit punggung bagian bawah, lutut dingin dan lemah, sensasi dingin di punggung, kali lemah, impotensi, kelelahan, buang air kecil malam hari, infertilitas pada wanita, depresi, nafsu makan yang buruk, diare lidah pucat dan basah nadi lemah, lambat. Prinsip terapinya yaitu menguatkan dan menghangatkan limpa dan ginjal. Titik akupunkturnya Shensu (BL 23) menguatkan yang ginjal dan limpa, Mingmen (DU 4) memperkuat api gerbang kehidupan, Guanyuan (Ren 4) menguatkan yang ginjal dan limpa, Qihai (Ren 6) menguatkan qi dan yang ginjal dan digunakan untuk mengatasi diare, Taixi (KI 3) menguatkan ginjal, Zhongwan (Ren 12), Zusanli (ST 36), Taibai (SP 3) menguatkan yang limpa, Tiansu (ST 25) mengatasi diare.

5. Modalitas terapi a. Elektrostimulator

Elektrostimulator merupakan peralatan elektrik yang di gunakan dalam terapi akupunktur untuk membantu ketepatan maupun kecepatan dalam terapi akupunktur dengan tujuan pengobatan.

Prinsip kerja elektristimuator yaitu merangsang titik titik akupunktur

(22)

dengan menggunakan gelombang arus listrik. Ketepatan dalam memilih gelombang sangat penting karena menentukan keamanan dan efektifitas dalam terapi (Saputra, 2017).

Rangsangan pada jarum akupunktur dapat dilakukan dengan manual dan listrik. Rangsangan manual dilakukan dengan menggerakkan jari-jari akupunktur terapis ke atas maupun ke bawah, memutar searah atau berlawanan gerak jarum, menggaruk badan jarum. Sedangkan rangsangan listrik menggunakan elektrostimulator (Wignyomartono, 2011).

Pada terapi akupunktur, elektrostimulator digunakan untuk menciptakan keseimbangan energi (Qi) dalam tubuh dan memperbaiki fungsi organ. Pemakaian frekuensi rendah yaitu 1Hz- 10Hz bertujuan untuk meningkatkan energi (tonifikasi) selama 5 - 10 menit, sedangkan frekuensi tinggi yaitu 80 Hz-120 Hz bertujuan untuk melemahkan (sedasi) selama 10 – 25 menit (Suhariningsih, 2004).

b. Cupping

Cupping adalah sebuah terapi yang digunakan dalam penanganan penyakit yang melibatkan penarikan Qi (energi) dan Xue (darah) ke permukaan kulit menggunakan ruang hampa udara (vakum) yang tercipta di dalam mangkuk seperti gelas atau bambu.

Tabung atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit tersebut di vakum sehingga menimbulkan bendungan lokal.

Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan negatif dalam tabung agar terjadi pengumpulan darah lokal, kemudian darah yang telah terkumpul dikeluarkan dari kulit dengan dihisap (Susanah, 2017).

1) Jenis cupping

Terapi cupping memiliki beberapa jenis cara dalam melakukan tindakan cupping (Kasmui, 2010).

a) Cupping kering atau dry cupping

(23)

Yaitu menghisap permukaan kulit tanpa mengeluarkan darah kotor.

b) Cupping seluncur

Merupakan cupping dengan cara meng kop bagian tubuh tertentu dan meluncurkan ke arah bagian tubuh yang lain.

Fungsi cupping ini untuk melancarkan peredaran darah dan pelemasan otot.

c) Cupping basah atau wet cupping

Yaitu cupping dengan cara melakukan bekam kering terlebih dahulu kemudian melukai bagian kulit dengan jarum (lancet) kemudian di hisab menggunakan cupping untuk mengeluarkan darah kotornya. Cupping basar bermanfaat untuk penyakit yang berat seperti darah tinggi, asam urat dan kolesterol.

6. Titik akupunktur dan cupping yang digunakan

Titik akupunktur yang digunakan untuk kasus hipertensi yaitu (Bai 1996; Maciocia, 2008, Saputra, 2017).

a. Titik utama akupunktur 1) Titik Fengchi (GB 20)

Lokasi : pada lekuk antara origo muskulus sterno kleidomastoideus dan muskulus trapesius dan setinggi fengfu (GV 16) 1 cun kranial dari batas dorsal rambut.

Kegunaan: sakit kepala, nyeri dan kaku leher, kemerahan pada mata, hipertensi.

2) Titik Jianjing (GB 21)

Lokasi : pada pertengahan garis penghubung antara akromion klavikula dan tepi kaudal prosesu spinosus cervikalis VII (dazhui).

Kegunaan : hipertensi, nyeri leher, sakit kepala, nyeri bahu dan punggung.

3) Titik Baihui (GV 20)

(24)

Lokasi : 7 cun dari batas rambut posterior , titik pertemuan antara garis sagitalis medialis yangl menghubungkan kedua ujung kranial daun telinga.

Kegunaan: sakit kepala, tinitus, aphasia, vertigo dan penenang.

4) Titik Taiyang (EX HN 5)

Lokasi : bagian temporal dari kepala, antara lateral ujung mata dan canthus externus, dengan jarak 1 jari tangan.

Kegunaan : sakit kepala, mata merah.

5) Hegu (LI 4)

Lokasi : antar os metakarpal I dan II pertengahan tepi radial os metakarpal II.

Kegunaan:titik yuan meridian yang ming tangan usus besar untuk menghilangkan panas dan menurunkan tekanan darah tinggi serta mengurangi sakit kepala (Yin and Liu 2000).

6) Zusanli (ST 36)

Lokasi : Pada garis penghubung antara Dubi dan (ST 35) dan Jiexi (ST 41). Satu jari fibular dari krista tibialis.

Kegunaan: menurukan tekanan darah dan meningkatkan aktivitas NO/NOS yang berperan pada relaksasi otot polos pembuluh darah (Hasnah, 2016).

b. Titik deferensiasi akupunktur 1) Titik Xingjian (LV 2)

Lokasi : setengah cun prokimal dari batas finger web antara ibu jari kaki dan jari kaki II.

Kegunaan : Kemerahan, nyeri mata, nyeri kepala, insomnia, mrnghilangkan api hati

2) Titik Taichong (LV 3)

Lokasi: pada lekuk distal dari pertemuan basis metatarsal I dan II.

Kegunaan : Sakit kepala, hipertensi, insomnia, pening, vertigo.

3) Titik Quchi (LI 11)

(25)

Lokasi : siku fleksi, pada lekuk di ujung radial lipat melintang kulit siku.

Kegunaan : penyakit panas, hipertensi, sakit kepala, sakit tenggorokan.

c. Titik lainnya

1) Yintang (EX HN 3 )

Lokasi: pertengahan antara kedua alis Kegunaan: kepala pusing dan insomnia d. Titik yang digunakan untuk terapi cupping

Di area punggung pada penurunan tekanan darah menunjukkan bahwa cupping merupakan terapi dengan tujuan mengeluarkan darah kotor dan toksin sehingga terjadi pembentukan histamin yang nantinya akan diteruskan dan tibuh memproduksi hormon endhorpin yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah (Ridho, 2015).

Menurut modern medicine menjelaskan bahwa dalam kedokteran tradisional, di bawah kulit, otot maupun fascia terdapat satu point atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara titik satu dan titik lainnya saling berhubungan membujur dan melintang, membentuk jaring jaring yang disamakan dengan meridian . dengan adanya meridian ini terdapat hubungan erat antara bagian dalam dan luar , antara bagian kiri dan kanan tubuh. Antara organ organ tubuh dengan jaringan dibawah kulit, antara organ yang satu dengan yang lainnya, sehingga membentuk kesatuan tak terpisahkan dan dapat bereaksi secara serentak (Indriyani, 2017). Kelainan yang terjadi pada satu titik dapat ditularkan dan mempengaruhi titik lainnya begitupun sebaliknya pengobatan pada satu titik akan menyembuhkan titik lainnya. Pada dasarnya titik titik bekam juga merupakan perpaduan titik meridian akupunktur. Titik titik bekam ini bermanfaat untuk pencegahn dan penyembuhan penyakit (Umar, 2008).

1) Puncak kepala (Baihui)

(26)

Pada daerah ini terdapat jalur yang langsung masuk ke dalam otak yang paling dalam yang banyak diselimuti pembuluh darah.

Akan ada banyak manfaat apabila aliran darahdalam otak lancar.

Titik ini bermanfaat untuk migrain, sakit kepala, vertigo, hipertensi dan stroke (Ibnu, 2016).

2) Pada batas rambut belakang (Fengchi)

Bermanfaat mengatasi hipertensi dan stroke. Pada titik tersebut terdapat hubungan aliran darah langsung dari tangan kanan dan kiri, jantung, paru paru, mata, telinga, gigi, leher dan pundak (Ridho, 2015).

3) Titik pada kedua pundak (Jianjing)

Dapat mengobati penyakit di pundak atau bahu, hipertensi , stroke dan penyakit liver (Ibnu, 2016).

4) Diujung atas tulang belakang (Dazhui)

Merupakan titik yang dijadikan sebagai sumber penyembuhan penyakit termasuk hipertensi. Titik ini merupakan titik pertemuan semua darah yang mengalir diseluruh tubuh.

Sehingga dengan pembekaman ini dapat memberikan efek peningkatan aliran darah, peningkatan oksigenasi organ, penurunan elemen darah, penurunan hematokrit, memurunkan tekanan darah (Rudon, 2014). Ilmuan jerman menyimpulkan bahwa bagian ini merupakan tempat mengalirnya kelenjar lender. Terdapat 72 hormon dari kelenjar lender yang disalurkan ke kelenjar tubuh lainnya. Ketidakseimbangan hormon apapun menyebabkan timbulnya penyakit (indriyani, 2017).

7. Mekanisme Anatomi dan fisiologi hipertensi a. Mekanisme akupunktur

Akupunktur dapat menghambat peningkatan tekanan darah dengan cara mengurangi aktivasi sistem saraf simpatis melalui aktivasi sistem kolinergik dan reseptor opioid di nukleus RVLM

(27)

(rostral ventrolateral medula) dari medula oblongata. RVLM mempunyai peranan penting dalam regulasi tekanan darah, akupunktur menghambat peningkatan tekanan darah serta pelepasan saraf simpatis di RVLM, daerah ini merupakan bagian dari batang otak yang memproses masukan penting somatik selama rangsangan akupunktur (Rodiah dkk,2013). Efek akupunktur pada sistem kardiovaskuler merupakan hasil dari eksitasi input aferen somatik dan aktivasi sistem inhibisi simpatis di otak yang terkait dengan opioid endogen, nociceptin, gamma-aminobutyric, dan serotonin.

Akibat dari suatu hal tekanan arteri meningkat diatas normal, setelah mendapatkan informasi akibat peningkatan, pusat kontrol kardiovaskuler berespon, akupunktur memiliki efek hipotensi yang melibatkan modulasi molekul-molekul tertentu seperti endotelin, plasma renin, angiotensin II, aldosteron serta nitrat oksida (NO).

Akupunktur juga bekerja pada tingkat plasma serotonin, norepinefrin, dopamin, enkefalin, beta endorfin (Hasna, 2016).

Akupunktur dapat mengurangi aktivasi sistem saraf simpatis melalui aktivasi sistem kolinergik dan reseptor opioid di RVLM (rostral ventrolateral medula) dari medula oblongata. Sinyal-sinyal eferen kemudian menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, hingga akhirnya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah menjadi turun (Kamaluddin, 2010).

b. Mekanisme cupping

Mekanisme kerja Bekam dalam meningkatkan kesehatan, khususnya dalam menurunkan tekanan darah. Akibat kerusakan Mast Cell ini akan dilepaskan beberapa zat seperti Serotoni, Histamin, Bradikinin, Slow Reacting Substance (SRS). Zat-zat ini menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat

(28)

terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman, ini menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.

Akibatnya timbul efek relaksasi (Pelemasan) otot–otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil (Lestari, 2017). Selain itu yang terpenting adalah dilepaskannya Kortikotropin Releasing Factor (CRF) serta releasing faktor lainnya oleh adeno hipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, kortikotropin, dan kortikosteroid. Kortikosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel. Sedangkan golongan histamin yang ditimbulkannya memberi manfaat dalam proses reparasi (perbaikan) sel dan jaringan yang rusak,serta memacu pembentukan Reticulo Endothelial Cell, yang akan meninggikan daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh. pembekaman dikulit akan menstimulasi kuat syaraf permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui syaraf A-delta dan C, serta traktus spino thalamicus kearah thalamus yang akan menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsangan lainnya akan diteruskan melalui serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron dan menimbulkan reflek intubasi nyeri. Efek lainnya adalah dilatasi pembuluh darah kulit, dan peningkatan kerja jantung (Umar, 2008 dan Fatonah, 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Indikator kinerja kegiatan untuk pencapaian cakupan pelayanan penyakit diare Tabel berikut merupakan penjabaran indikator kinerja untuk penyelesaian masalah di Puskesmas Tunjung

Pada kondisi tertentu media ini dapat dimodifikasi dengan cara mengambil sebagian (membelah) misal mesin, contoh (spacimen) dan pameran (exhibit) misalnya

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 44 Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Barito Utara sebagaimana