• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TAHAP PRE NURSERY PADA MEDIA TANAM CAMPURAN EFFLUENT LAND APPLICATION PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN TANAH GAMBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TAHAP PRE NURSERY PADA MEDIA TANAM CAMPURAN EFFLUENT LAND APPLICATION PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN TANAH GAMBUT"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TAHAP PRE NURSERY PADA

MEDIA TANAM CAMPURAN EFFLUENT LAND APPLICATION PABRIK KELAPA SAWIT

DENGAN TANAH GAMBUT

Oleh :

RICKI IKHWANA 11780215223

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(2)

SKRIPSI

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TAHAP PRE-NURSERY PADA

MEDIA TANAM CAMPURAN EFFLUENT LAND APPLICATION PABRIK KELAPA SAWIT

DENGAN TANAH GAMBUT

Oleh :

RICKI IKHWANA 11780215223

Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar sarjana pertanian

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

2022

(3)
(4)
(5)
(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Subbahanahu Wata’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam untuk junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam.

Skripsi yang berjudul “Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tahap Pre Nursery pada Media Tanam Campuran Effluent Land Application Pabrik Kelapa Sawit dengan Tanah Gambut”. Merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Ramli dan Ibunda Rosmayanti, terimakasih atas segala yang telah dilakukan untuk penulis, atas setiap cinta yang terpancar serta do’a dan restu yang selalu mengiringi langkah penulis.

Semoga Allah Subbahanahu Wa’taala selalu melindungi, serta membalas dan meridhoi segala ketulusan dan pengorbanan yang telah diberi kepada penulis.

2. Adik saudara kandung Vivi Sabila, yang senantiasa memberikan motivasi, mendoakan, dukungan dan bantuan spiritual yang sangat luar biasa kepada penulis.

3. Bapak Dr. Arsyadi Ali, S.Pt., M.Agr.Sc. Selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

4. Bapak Dr. Irwan Taslapratama., M.Sc. Selaku Wakil Dekan 1, Ibu Dr.

Elfawati, M.Si. Selaku Wakil Dekan II dan Bapak Dr. Syukria Ikhsan Zam, selaku Wakil Dekan III Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

5. Ibu Dr. Rosmaina, S.P., M.Si sebagai Ketua Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

(7)

6. Bapak Bakhendri Solfan, S.P., M.Sc. sebagai pembimbing dan Ibu Penti Suryani, S.P., M.Si. sebagai pembimbing II sekaligus Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, masukan dan saran, bantuan moril yang sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih juga atas semua kebaikan bapak dan ibu, atas nasihat dan motivasi yang selalu diberikan.

8. Ibu Tiara Septirosya, S . P . , M.Si. sebagai penguji I serta Ibu Riska Dian Oktari, S.P., M.Sc. Sebagai penguji II yang telah memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada penulis dengan tujuan terselesaikannya skripsi ini dengan baik.

9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Agroteknologi dan seluruh staff Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang telah mengajarkan banyak ilmu dan pengalaman yang berguna selama penulis kuliah.

10.Sahabat setia penulis Rio Susanto Fadilah, S.P, Sokib Bawani Panika Putra Pratama S.P, M. Hayatul Ihsan S.P, Taufik Arrahman dan M.Fadhli S.P, yang telah banyak membantu peneliti dilapangan, serta saran-saran dan masukan yang diberikan agar peneliti dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan skripsi ini.

11.Seluruh anggota mahasiwa kelas B angkatan 2017 yang telah berpartisipasi dalam memberikan saran dan dukungan penelitian kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap dan mendoakan semoga semua yang telah kita lakukan dengan ikhlas dihitung amal ibadah oleh Allah Subbahanahu Wa’taala, Aamiin yaa robbal’alamiin

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

(8)

RIWAYAT HIDUP

Ricki Ikhwana dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1999 di Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Lahir dari pasangan ayahanda Ramli dan Ibunda Rosmayanti, dan merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Mengawali pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SD 021 Tempuling, dan lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan jenjang menengah pertama di SMPN 03 Enok dan lulus pada tahun 2014. Kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 02 Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi dan lulus pada tahun 2017.

Pada tahun 2017 diterima melalui ujian tulis mandiri pada Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Peternakan, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2020 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata dari Rumah (KKN-DR) di desa Danau Pulai Indah, Kecamatan Kempas Jaya, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Bulan Juli sampai Agustus 2019 penulis menjalani Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Pelatihan dan pengembangan Masyarakat (BPPM) Perawang Kabupaten Siak.

Penulis melaksanakan penelitian pada bulan Januari hingga bulan April 2022 di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Sultan Syarif Kasim Riau, Provinsi Riau dengan judul “Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tahap Pre Nursery Pada Media Tanam Campuran Effluent Land Application Pabrik Kelapa Sawit dengan Tanah Gambut”. dibawah bimbingan Bapak Bakhendri Solfan, S.P., M.Sc dan Ibu Penti Suryani, S.P., M.Si.

Pada Tanggal .. Bulan Tahun Dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Pertanian melalui sidang tertutup Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau

(9)

i KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah hirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Tahap Pre Nursery pada Media Tanam Campuran Effluent Land Application Pabrik Kelapa Sawit dengan Tanah Gambut” . Skripsi ini dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bakhendri Solfan, S.P., M.Sc. sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Penti Suryani, S.P., M.Si. sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi sampai selesainya skripsi ini. Kepada seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis di dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terima kasih dan semoga mendapatkan balasan dari Allah SWT untuk kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Pekanbaru, Desember 2022

Penulis

(10)

ii RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis

Jacq.) TAHAP PRE-NURSERY PADA MEDIA TANAM CAMPURAN EFFLUENT LAND APPLICATION PABRIK KELAPA SAWIT

DENGAN TANAH GAMBUT

oleh Ricki Ikhwana (11780215223)

dibawah bimbingan Bakhendri Solfan dan Penti Suryani

INTISARI

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan bagi daerah provinsi Riau. Luas areal perkebunan dan produksi kelapa sawit yang terus bertambah menyebabkan limbah dari pabrik pengolahan kelapa sawit akan semakin meningkat dan bila tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan. Effluent Land Application adalah limbah dari pengolahan pabrik kelapa sawit yang belum maksimal dimanfaatkan dan memiliki kandungan unsur hara yang masih bisa digunakan kembali untuk media tanam. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pertumbuhan tanaman kelapa sawit dengan media Effluent Land Application dan tanah gambut. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian dan Peternakan (Fapertapet) Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini berupa rancangan acak lengkap yaitu disusun dengan 100% tanah gambut (kontrol), 15% effluent : 85% tanah gambut, 30% effluent : 70% tanah gambut, 45% effluent : 55% tanah gambut, 60%

effluent : 40% tanah gambut, 75% effluent : 25% tanah gambut. Parameter yang diamati tinggi tanaman, panjang plumula, diameter batang, jumlah daun, panjang daun, dan lebar daun. Hasil peneltian menunjukkan komposisi media tanam Effluent Land Application dan tanah gambut berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman, panjang daun dan lebar daun. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa komposisi 60% effluent : 40% tanah gambut merupakan komposisi terbaik dalam pertumbuhan bibit kelapa sawit tahap pre nursery.

Kata kunci : Effluent Land Application, kelapa sawit, pre nursery, tanah gambut.

(11)

iii GROWTH RESPONSES OF PRE-NURSERY SEEDS OF PALM OIL (Elaeis guineensis Jacq.) IN EFFLUENT LAND APPLICATION MIXED CLANTING

MEDIA PALM OIL FACTORIES WITH PEAT SOIL

by Ricki Ikhwana (11780215223)

under the guidance of Bakhendri Solfan and Penti Suryani

ABSTRACT

Oil palm is one of the leading commodities for the Riau. The growing area of plantations and palm oil production means that the waste from palm oil processing factories will increase and if it is not managed properly it will pollute the environment. Effluent Land Application is waste from the processing of palm oil mills that has not been optimally utilized and contains nutrients that can still be reused for planting media. This research aims to monitoring the growth of oil palm trees with Effluent land Application and peat soil as the media. This research has been conducted in the research field of Fapertapet State Islamic University Sultan Syarif Kasim Riau. This research contains the form of a complete random design that is prepared with 100% peat soil (controlled), 15%

effluent : 85% peat soil, 30% effluent : 70% peat soil, 45% effluent : 55% peat soil, 60% effluent : 40% peat soil, 75% effluent : 25% peat soil. Parameters that being observed are the trees' height, the length of the plumula, diameter of stem, number of leaves, leaf's length, and leaf's width. The results showed that the composition of the Effluent Land Application planting medium and peat soil had a significant effect on increasing plant height, leaf length and leaf width. From the results of the research it was concluded that the composition of 60% effluent:

40% peat soil is the best composition in the growth of oil palm seedlings at the pre nursery stage.

Keywords: Effluent land application, oil palm, pre-nursery, peat soil.

(12)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

INTISARI ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 3

1.3. Manfaat ... 3

1.4. Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) .. 4

2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit ... 5

2.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ... 6

2.4. Pembibitan Awal (Pre Nursery) ... 7

2.6. Effluent Land Application ... 8

2.6. Tanah Gambut ... 9

III. METODE PELAKSANAAN ... 11

3.1. Tempat dan Waktu ... 11

3.2. Bahan dan Alat ... 11

3.3. Metodologi ... 11

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 11

3.5. Parameter Pengamatan ... 13

3.6. Analisis Data ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Tinggi Tanaman ... 16

4.2 Diameter Batang ... 18

4.3 Jumlah Daun ... 20

4.4 Panjang Daun ... 21

4.5 Lebar Daun ... 24

V. PENUTUP ... 26

5.1 Kesimpulan ... 26

5.2 Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27

LAMPIRAN ... 31

(13)

v DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Analisis Sidik Ragam RAL ... 15 4.1 Rerata Tinggi Tanaman Kelapa Sawit Pada Perbandingan Media

Tanam Effluent Land Application dan Tanah Gambut ...

4.2 Rerata Diameter Batang Kelapa Sawit Pada Perbandingan Media Tanam Effluent Land Application dan Tanah Gambut...

4.3 Rerata Jumlah Daun Kelapa Sawit Pada Perbandingan Media Tanam Effluent Land Application dan Tanah Gambut………..

4.4 Rerata Panjang Daun Kelapa Sawit Pada Perbandingan Media Tanam Effluent Land Application dan Tanah Gambut………..

4.5 Rerata Lebar Daun Kelapa Sawit Pada Perbandingan Media Tanam Effluent Land Application dan Tanah Gambut………..

16

18 20 22 24

(14)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tanama Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ...

2.2 Persiapan Pembibitan Awal……….

4.1 Pertumbuhan Tinggi Tanaman Kelapa Sawit……….

4.2 Pertumbuhan Diameter batang Kelapa Sawit……….

4.3 Pertumbuhan Jumlah Daun Kelapa Sawit………...

4.4 Pertumbuhan Panjang Daun Kelapa Sawit………...

4.5 Pertumbuhan Lebar Daun Kelapa Sawit………...

4 8 16 18 20 21 23

(15)

vii DAFTAR SINGKATAN

CPO Crude Palm Oil

IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah

KTK Kapasitas Tukar Kation

MST Minggu Setelah Tanam

OPT Organisme Pengganggu Tanaman

pH Power of Hydorogen

PKO Palm Kernel Oil

PMK Podsolik Merah Kuning

RAL Rancangan Acak Lengkap

TBS Tandan Buah Segar

(16)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas DxP SAIN-3……….

2. Layout Penelitian RAL……….

3. Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit……….

4. Dokumentasi Penelitian……….

5. Hasil Analisis Data dan Uji Lanjut………

29 30 31 32 34

(17)

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu tanaman industri yang menjadi sumber devisa perekonomian Indonesia dikarenakan nilai ekonomi yang tinggi dan merupakan tanaman penghasil minyak nabati terbanyak diantara tanaman lainnya (Ulfah dkk, 2018). Menurut data Badan Pusat Statistik Riau luas perkebunan sawit di Provinsi Riau terus meningkat, luas perkebunan kelapa sawit di Riau Tahun 2018 yaitu 2.489.957 Ha dengan jumlah produksi 7.683.535 ton dan Tahun 2019 areal perkebunan kelapa sawit sebesar 2.537.375 Ha dengan jumlah produksi 7.466.260 ton, Luas areal perkebunan kelapa sawit Tahun 2020 meningkat menjadi 2.850.003 Ha dan jumlah produksi 9.984.300 ton. Perluasan perkebunan kelapa sawit yang terus meningkat memerlukan kecukupan bibit yang berkualitas.

Ketersediaan bibit sawit yang berkualitas baik merupakan faktor yang penting bagi pelaku usaha industri kelapa sawit karena berkaitan dengan produktivitas kelapa sawit ditentukan oleh proses pembibitan yang dilakukan (Sanjaya dkk., 2018). Pertumbuhan bibit kelapa sawit selama pertumbuhan bergantung dengan media tanam yang baik dan subur untuk menunjang pertumbuhan bibit.

Keterbatasan lahan subur di Riau mengakibatkan harus dilakukannya pemanfaatan lahan-lahan marjinal untuk dikembangkan sebagai media pembibitan salah satunya gambut. Tanah gambut merupakan tanah yang potensial dan dapat dijadikan sebagai media pembibitan kelapa sawit, namun ada beberapa masalah seperti tingkat keasaman yang tinggi, rendahnya kandungan unsur hara makro dan mikro serta kandungan asam-asam organik yang bisa meracuni tanaman (Handayani, 2014).

Penggunaan tanah gambut yang lebih banyak tersedia dan mudah untuk didapatkan akan menjadikannya sebagai alternatif lain yang dapat menggantikan peran top soil sebagai media tanam pembibitan, seperti. Struktur tanah gambut yang kaya organik merupakan salah satu potensi produksi yang tinggi untuk tanaman kelapa sawit tidak kalah dengan tanah mineral (Sepindjung, 2016).

Gambut merupakan tanah yang cukup potensial untuk dikembangkan sebagai

(18)

2 media pembibitan kelapa sawit, namun memiliki beberapa masalah seperti kemasaman tanah yang tinggi, sangat rendahnya kandungan unsur hara makro dan mikro serta mengandung asam-asam organik yang bersifat racun bagi tanaman (Handayani, 2014). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah penggunaan media tanam yang telah dicampur atau ditambahkan dengan kompos atau pupuk organik (Andoko, 2005).

Inovasi teknologi yang tepat dalam pengelolaan pembibitan kelapa sawit salah satunya adalah dengan mengkombinasikan media gambut dengan bahan lain yang potensial seperti pemanfaatan kembali limbah perkebunan kelapa sawit.

Limbah kelapa sawit yang masih memiliki nilai guna yang tinggi Salah satunya effluent yang merupakan sumber bahan organik yang mempunyai potensi besar untuk dijadikan pupuk organik adalah endapan Effluent land application (Ideriah et al., 2007) . Effluent merupakan limbah cair pabrik kelapa sawit yang masih memiliki nilai guna karena kandungan unsur hara mikro dan makro serta pH > 5 sehingga sangat baik menjadi campuran pada tanah gambut. Berdasarkan penelitian Sutarta et al. (2003) aplikasi Effluent dapat memperbaiki sifat kimia tanah, seperti meningkatkan pH, C-organik, N-total, P-tersedia, dan K-total.

Berdasarkan hasil penelitian Basuki, dkk (2015) Pemberian endapan effluent land application pada media tanam PMK meningkatkan pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan Panjang daun, pertambahan diameter bonggol dan luas daun pada bibit kelapa sawit D X P jenis marihat umur 6 bulan yang dibandingkan dengan tanpa pemberian endapan effluent land application.

Hasil penelitian yang dilakukan Handayani, dkk (2014) menyatakan bahwa kemampuan Effluent dalam meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit di tahap main nursery sudah terlihat pada perlakuan 15% Effluent tetapi perlakuan 45% Effluent cenderung lebih baik terhadap parameter pertambahan tinggi, pertambahan jumlah daun, pertambahan diameter bonggol, volume akar dan berat kering bibit kelapa sawit, sedangkan rasio tajuk akar bibit kelapa sawit yang cenderung terbaik ditunjukkan pada perlakuan 60% Effluent.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis

(19)

3 guineensis Jacq.) Tahap Pre Nursery pada Media Tanam Campuran Effluent Land Application Pabrik Kelapa Sawit dengan Tanah Gambut”

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media tanam effluent land application dan tanah gambut terbaik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di tahap pre nursery.

1.3. Manfaat

Manfaat penelitian ini adalah mendapatkan media tanam yang mudah di dapat serta sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bibit kelapa sawit di tahap pre nursery.

1.4. Hipotesis

Terdapat komposisi media tanam effluent land application dan tanah gambut terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit.

(20)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang membuktikan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan Afrika. Namun, pada kenyataannya, tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan, mampu memberikan hasil produksi perhektar yang lebih tinggi (Fauzi et al,. 2012). Tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Sumber, Dokumentasi Pribadi, 2021

Gambar 2.1 memperlihatkan bentuk morfologi tanaman kelapa sawit yang mana kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi:.Embryophita,.Siphonagama,.Kelas:.Angiospermae,Ordo:.Monocotyledone ,Famili: Arecaceae, Subfamily: Cocoideae, Genus: Elaeis, Species: 1) E.guineensis Jacq, 2) E. oleifera, 3) E. odora.(Pahan, 2008)

Tanaman kelapa sawit yang telah dibudidayakan saat ini adalah E.

guineensis dan E. oleifera. Antara dua jenis tersebut mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Keunggulan dari E. guineensis memiliki tingkat produksi yang sangat tinggi sedangkan E. oleifera itu sendiri memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan gampang dipanen. Jenis E.oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik yang ada.

(21)

5 Tanaman kelapa sawit berkembang biak dengan biji dan akan berkecambah untuk selanjutnya tumbuh menjadi tanaman. Susunan buah kelapa sawit dari lapisan luar sebagai berikut : 1) Kulit buah yang licin dan keras (epicarp). 2) Daging buah (mesocarp) terdiri atas susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak. 3) Kulit biji (cangkang/tempurung), berwarna hitam dan keras (endocarp). 4) Daging biji (mesoperm), berwarna putih dan mengandung minyak. 5) Lembaga (embrio). Lembaga yang keluar dari kulit biji akan berkembang ke dua arah : 1) Arah tegak lurus ke atas (fototrophy), disebut plumula yang selanjutnya akan menjadi batang dan daun kelapa sawit. 2) Arah tegak lurus ke bawah (geotrophy), disebut radikula yang selanjutnya akan menjadi akar (Sunarko, 2009).

2.2. Morfologi Bibit Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah) (Sunarko, 2007).

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya akar primer akan membentuk akar skunder, tersier, dan kuartener. Perakaran kelapa sawit yang telah membentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Agus, 2011).

Pada batang kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah fase muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh

(22)

6 pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit (Sunarko, 2007).

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman.

Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar mantahari. Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter. Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40- 50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

2.3. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Pengembangan tanaman kelapa sawit yang sesuai sekitar 15 °LU-15 °LS.

Untuk ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik berkisar antara 0-500 m dpl.

Tanaman kelapa sawit menghendaki curah hujan sekitar 2.000-2.500 mm/tahun.

Suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa sawit sekitar 29-30 °C. Intensitas penyinaran matahari yang baik tanaman kelapa sawit sekitar 5-7 jam/hari.

Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80-90 % untuk pertumbuhan tanaman.

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada jenis tanah Podzolik, Latosol, Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol. Kelapa sawit menghendaki tanah yang gembur, subur, datar, berdrainase baik dan memiliki lapisan solum yang dalam tanpa lapisan padas. Untuk nilai pH yang optimum di dalam tanah adalah 5,0–5,5. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).

(23)

7 Kelapa sawit dapat hidup di tanah mineral, gambut, dan pasang surut.

Tanah sedikit mengandung unsur hara tetapi memiliki kadar air yang cukup tinggi. Sehingga cocok untuk melakukan kebun kelapa sawit, karena kelapa sawit memiliki kemampuan tumbuh yang baik dan memiliki daya adaptif yang cepat terhadap lingkungan. Kondisi topografi pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari sekitar 15°. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman (Lubis dan Agus, 2011).

2.4. Pembibitan Awal (Pre Nursery)

Pembibitan awal merupakan kegiatan lapangan yang bertujuan untuk mempersiapkan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah disiapkan sekitar satu tahun sebelum tanam. Persiapan pembibitan utama membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga persiapannya harus dimulai bersamaan dengan persiapan persemaian. Tahapan pekerjaan yang harus dilakukan dalam persiapan areal pembibitan yaitu memilih lokasi pembibitan, pembukaan lahan, persiapan persemaian, perawatan persemaian, dan penanaman (Lubis dan Agus, 2011).

Pembibitan awal bibit kelapa sawit dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.2 Persiapan Pembibitan Awal Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2014)

Gambar diatas memperlihatkan bibit kelapa sawit di pembibitan awal dilakukan selama kurang lebih 3 bulan, pada pembibitan awal kecambah ditanam pada polybag berukuran 14 x 22 cm dengan tebal 0,10 mm, polybag dilubangi untuk perembesan kelebihan air pada waktu penyiraman bibit. Tanah untuk mengisi polybag harus digemburkan terlebih dahulu, setelah polybag diisi lalu

(24)

8 disusun di bedengan dengan ukuran 160 cm dan panjang disesuaikan dengan keadaan tanah. Jarak antar bedengan 80 cm berfungsi untuk pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman atau waktu hujan. Pada tahap pembibitan awal, naungan atas pelindung bias berupa pohon hidup atau naungan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Naungan ini dipertahankan sampai kecambah berdaun 2-3 helai (Setyamidjaja, 2006).

2.5. Effluent Land Aplication

Endapan effluent land application merupakan pemanfaatan dari limbah cair pabrik kelapa sawit yang telah melalui pengolahan dalam IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah) untuk menurunkan kadar polutan sebelum diaplikasikan ke lahan perkebunan kelapa sawit (land application) serta memiliki potensi yang besar untuk dijadikan pupuk organik dalam pengembangan bibit tanaman perkebunan, khususnya tanaman kelapa sawit (Pandapotan dan marbun, 2017).

Menurut Fauzi et al (2007) endapan effluent land application adalah limbah yang dihasilkan dari pengolahan kelapa sawit. Proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi Cruide Palm Oil ( CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada suatu PKS dihasilkan limbah cair dan padat.

Limbah cair setiap hari dihasilkan dalam jumlah besar, setiap 1 ton CPO dari TBS menghasilkan limbah cair sebanyak 5 ton (Silalahi, 2016). Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagai hasil samping mempunyai potensi cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembenah tanah pada lahan kelapa sawit. Limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi, serta mengandung unsur hara makro seperti N, P dan K yang dibutuhkan oleh tanaman.

Menurut Budianta (2005), limbah cair pabrik kelapa sawit sebanyak 1 m3 setara dengan 1,5 kg Urea, 0,3 kg SP-36, dan 1,2 kg Kiserit. Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit dengan metode land application dapat meningkatkan sifat kimia, biologi dan fisika tanah. Salah satunya adalah perubahan terhadap sifat fisik tanah seperti kemantapan agregat tanah, total ruang pori tanah dan permeabilitas, yang dapat mempengaruhi struktur tanah, aerasi tanah, gerak air tanah dan daya serap tanah (Silalahi, 2017).

(25)

9 Hasil penelitian Sutarta, dkk. (2003) menunjukkan bahwa aplikasi endapan effluent land application dapat memperbaiki beberapa sifat kimia tanah, yaitu peningkatan pH, C-organik, N-total, P-tersedia dan K-total. Kemudian berdasarkan penelitian Dina (2008) menyatakan bahwa limbah cair kelapa sawit mengandung lumpur yang akan mengendap di lahan land application. Lumpur tersebut banyak mengandung unsur hara N (0,39%), P (2,60%), K (0,4%) dan memiliki pH > 5 serta banyak mengandung serat dan dapat digunakan sebagai campuran media tanam pada tanah gambut. Limbah cair pabrik kelapa sawit yang telah mengendap menjadi effluent land application dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut.

Gambar 2.2 Persiapan Pembibitan Awal Sumber : Tampubolon (2019)

Gambar diatas memperlihatkan endapan effluent land application pada lahan kelapa sawit yang dialirkan melalui parit parit, aplikasi effluent land application ini menyebabkan berubahnya unsur fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga kesuburan tanah menjadi meningkat. Banuwa dan Pulung, (2008) menyatakan bahwa pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit sebanyak 750 L/pohon selama 4 bulan secara signifikan dapat meningkatkan pH tanah dari 4,28 menjadi 5,22 dan dapat meningkatkan P-tersedia dari 25,07 menjadi 75,43 mg/kg.

2.6. Tanah Gambut

Tanah gambut adalah tanah jenuh air, terbentuk dari endapan yang berasal dari penumpukkan sisa-sisa (residu) tumbuhan yang telah melapuk, dengan ketebalan lebih dari 50 cm (Rancangan Standar Nasional Indonesia-R-SNI, Badan Sertifikasi Nasional, 2013). Kandungan C organik yang tinggi (≥ 18%) dan dominan berada dalam kondisi tergenang (anaerob) menyebabkan karakteristik

(26)

10 lahan gambut berbeda dengan lahan mineral, baik sifat fisik maupun kimianya.

Kandungan karbon yang relatif tinggi berarti lahan gambut dapat berperan sebagai penyimpan karbon. Namun demikian, cadangan karbon dalam tanah gambut bersifat labil, jika kondisi alami lahan gambut mengalami perubahan atau terusik maka gambut sangat mudah rusak. Oleh karena itu, diperlukan penanganan atau tindakan yang bersifat spesifik dalam memanfaatkan lahan gambut untuk kegiatan usahatani. Selain mempunyai karakteristik yang berbeda dibanding lahan mineral, lahan gambut khususnya gambut tropika mempunyai karakteristik yang sangat beragam, baik secara spasial maupun vertikal (Subiksa et al., 2011).

Karakteristik gambut ditentukan oleh ketebalan gambut, substratum (lapisan tanah mineral di bawah gambut), kematangan, dan tingkat pengayaan, baik dari luapan sungai di sekitarnya maupun pengaruh dari laut khususnya untuk gambut pantai (keberadaan endapan marin). Lahan gambut tropika umumnya tergolong sesuai marginal untuk pengembangan pertanian, dengan faktor pembatas utama kondisi media tanam yang tidak kondusif untuk perkembangan akar, terutama kondisi lahan yang jenuh air, bereaksi masam, dan mengandung asam-asam organik pada level yang bisa meracuni tanaman, sehingga diperlukan beberapa tindakan reklamasi agar kondisi lahan gambut menjadi lebih sesuai untuk perkembangan tanaman.

(27)

11 III. MATERI DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jln. HR.

Soebrantas KM 15,5 Pekanbaru dan penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari Bulan Januari 2022 sampai dengan Bulan April 2022.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit kelapa sawit varietas DP SAIN-3, tanah gambut, pupuk NPK, dan Effluent Land Aplication yang di peroleh dari pabrik kelapa sawit. Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa polybag ukuran 25x25cm (volume 1 Kg), cangkul, parang, paranet, gembor, jangka sorong, meteran, timbangan, kayu, tali, alat tulis, dan kamera.

3.3. Metode Penelitian

Metode penelitian ini berbentuk eksperimen yang mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial, dengan perlakuan komposisi media tanam effluent land application dan tanah gambut yang terdiri dari 6 taraf perlakuan, yaitu : E0 = 100% tanah gambut (kontrol), E1 = 15% effluent : 85% tanah gambut, E2 = 30% effluent : 70% tanah gambut, E3 = 45% effluent : 55% tanah gambut, E4 = 60% effluent : 40% tanah gambut, E5 = 75% effluent : 25% tanah gambut.

Setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali sehingga didapatkan 30 unit percobaan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian 3.4.1. Persiapan lahan

Lahan tempat pembibitan terlebih dahulu dibersihkan dari sampah dan gulma, setelah itu tanah didatarkan agar posisi polybag tidak miring. Tempat pembibitan berada di areal terbuka dan dekat dengan sumber air. Naungan dibuat dengan tinggi meter menggunakan paranet 75% yang terlebih dahulu dipasang tiang disetiap sudut lahan lalu dibentuk kerangka dan pemasangan paranet yang diikat menggunakan tali.

(28)

12 3.4.2. Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah gambut yang kemudian dicampur dengan effluen tland application sesuai dengan yang diteliti, selanjutnya dimasukan kedalam polybag sampai terisi 2 cm dari tepi polybag

3.4.3. Penyeleksian Kecambah Kelapa Sawit

Sebelum melakukan penanaman, perlu dilakukan seleksi kecambah kelapa sawit yang baik (tidak rusak), yaitu dengan melihat radikula dan plumula yang sudah muncul, panjang plumula yang diseleksi yaitu 1,8 cm. Setelah mendapatkan kecambah kelapa sawit yang bagus kemudian kecambah diletakkan didalam wadah plastik dan diberi air hingga terendam merata dengan waktu 5 menit, setelah itu air ditiriskan dari wadah dan kecambah kelapa sawit sudah dapat ditanam.

3.4.4. Penanaman

Bibit ditanam didalam polybag dengan memperhatikan letak bakal akar (radikula) menghadap kebawah, kedalaman bibit 2-3 cm kemudian menutup dan meratakan tanah di sekitar bibit.

3.4.5. Pemeliharaan

Proses pemeliharaan meliputi : a. Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, apabila terjadi hujan dan tanah masih lembab maka tidak dilakukan penyiraman.

b. Pemupukan

Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk Urea dan NPK. Pemupukan Urea diberikan dengan dosis 2 gram/liter air untuk 100 bibit tanaman dengan interval waktu seminggu satu kali. Untuk pemupukan NPK diberikan dengan dosis 2,5 gram/polybag.

c. Pengendalian OPT

Gulma dikendalikan secara manual dengan melakukan pencabutan gulma yang tumbuh di dalam dan sekitaran polybag.

(29)

13 3.5. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah : 1. Tinggi bibit (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan ketika tanaman berumur 4 minggu setelah tanam sampai dengan umur 12 minggu setelah tanam. Pengamatan dilakukan sebanyak 8 kali. Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai unjung daun yang tertinggi. Data pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dan di sajikan dalam bentuk tabel, data pengamatan sebelumnya disajikan dalam bentuk histogram untuk melihat laju pertumbuhan.

2. Diameter batang (cm)

Diameter batang diukur menggunakan jangka sorong saling tegak lurus dengan ketinggian 2 cm dari permukaan tanah. Pengamatan dilakukan pada saat 4 minggu setelah tanam sampai dengan 12 minggu setelah tanam dan dilakukan sebanyak 8 kali pengamatan. Data pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dan di sajikan dalam bentuk tabel, data pengamatan sebelumnya disajikan dalam bentuk histogram untuk melihat laju pertumbuhan.

3. Jumlah daun (helai)

Daun yang diamati adalah daun yang telah membuka sempurna.

Pengamatan jumlah daun dilakukan sebanyak 8 kali dan dilakukan setiap minggu yang dimulai pada saat tanaman telah berumur 4 minggu setelah tanam sampai 12 minggu setelah tanam. Data pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dan di sajikan dalam bentuk tabel, data pengamatan sebelumnya disajikan dalam bentuk histogram untuk melihat laju pertumbuhan.

4. Panjang daun (cm)

Daun yang akan dijadikan sampel adalah daun bagian tengah pelepah yang kemudian diberi tanda agar selama pengamatan sampel tidak tertukar. Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal sampai ujung daun, pengamatan dilakukan setiap minggunya saat 4 minggu setelah tanam sampai 12 minggu setelah tanam.pengamatan dilakukan sebanyak 8 kali dan dilakukan setiap minggu. Data pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dan di sajikan dalam bentuk tabel, data pengamatan sebelumnya disajikan dalam bentuk histogram untuk melihat laju pertumbuhan.

(30)

14 5. Lebar daun (cm)

Pengamatan lebar daun dilakukan sebanyak 8 kali yang dilakukan setiap minggu pada daun sampel yang diberi tanda pada bagian tengah pelepah, pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 4 minggu setelah tanam sampai 12 minggu setelah tanam yang dilakukan seminggu sekali. Data pengamatan terakhir dianalisis secara statistik dan di sajikan dalam bentuk tabel, data pengamatan sebelumnya disajikan dalam bentuk histogram untuk melihat laju pertumbuhan.

3.6. Analisis data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan software SAS (Statistical Analysis System) 9.1, model matematik yang digunakan sebagai berikut menurut Sastrosupadi (2000) :

Yuj = μ + Tu + εuj ; i = 1,2, .... t j = 1,2, .... r

Dimana :

Yuj = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah umum

Tu = Pengaruh perlakuan ke-i

εuj = pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Data analisis akan disajikan dalam bentuk tabel kemudian hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan sidik ragam ANOVA (Analisis Of Variance).

Tabel 3.1 Sidik Ragam Sumber

keragaman

Derajat bebas (DB)

Jumlah Kuadran JK

Kuadran Tengah KT

F Hitung

Perlakuan t-1 JKP KTP KTP/KTG

Galat (tr-1) – (t-1) JKG KTG

Total (tr-1) JKT

(31)

15 Selanjutnya bila hasil sidik ragam menunjukan pengaruh nyata atau sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf α = 5 %. Rumus uji lanjut DMRT adalah sebagai berikut :

Rp= rα, p, v √KTG / r Keterangan :

KTG : Kuadran tengah galat r : Banyaknya ulangan

rα, p, v : Nilai wilayah nyata duncan α : Taraf nyata

p : Jarak (2,3,..t) v : Derajat bebas

(32)

26 V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pemberian effluent land application dengan perbandingan 60% effluent : 40% tanah gambut merupakan komposisi yang terbaik dan mampu membantu meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit tahap pre-nursery.

5.2. Saran

Sebaiknya penggunaan effluent land application dan tanah gambut sebagai media tanam yaitu dengan perbandingan 60% effluent : 40% tanah gambut sudah mampu membantu meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit tahap pre nursery.

(33)

27 DAFTAR PUSTAKA

Agus, F., dan I. G. Made. 2008. Lahan gambut potensi untuk pertanian dan aspek lingkungan. Bogor. Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre (ICRAF).

Andoko, A. 2005. Budidaya Tanaman Dengan Pupuk Hayati. Penebar Swadaya.

Jakarta. 96 hal.

Arsyad, A. R., H. Junedi., dan Y. Farni. 2012. Pemupukan kelapa sawit berdasarkan potensi produksi untuk meningkatkan hasil tandan buah segar (TBS) pada lahan marginal Kumpeh. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains, 14(1): 29-36.

Banuwa, I. S., and M. A. Pulung. 2008. Pengaruh Land Application Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit terhadap Ketersedian Unsur Hara dalam Tanah dan Kandungannya pada Tanaman Kelapa Sawit. Jurnal Tanah Tropika, 13(1): 35–40.

Basuki, B., S. I. Saputra., dan I. Idwar. 2015. Pemberian Endapan Effluent Land Application Pabrik Kelapa Sawit Pada Media PMK di Pembibitan Utama Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) (Doctoral Dissertation, Riau University)

Budianta, D. 2005. Potensi Limbah Cair Pabrik kelapa Sawit Sebagai Sumber Hara Untuk Tanaman Perkebunan (Potential of Palm Oil Mill Effluent for Organic Fertilizer on Plantation Plant). Dinamika Pertanian, 20(1): 273- 282.

Dina, F.M. 2008. Pemanfaatan limbah lumpur kering kelapa sawit sebagaisumber bahan organik untuk campuran media tanam sawi. Skripsi. Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Ermadani dan A. R. Arsyad. 2007. Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Tanah Mineral Asam dengan Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit.

Jurnal Penelitian Universitas Jambi. Seri, Sains. 09 (2): 99-105.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti., I. Satyawibawa., dan R. H. Paeru. 2012. Kelapa sawit. Penebar Swadaya Grup. 230 hal.

Handayani, S., dan M. A. Khoiri. 2014. Pertumbuhan Tanaman Kelapa Sawit (Elais Guineensis Jacq.) Pada Media Campuran Gambut Dengan Effluent Di Pembibitan Utama (Doctoral dissertation Riau University).

Hanibal. 2007. Pengaruh kombinasi tanah gambut dan tanah mineral sebagai media pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq .) di pembibitan utama. Jurnal Agronomi, 11(2):81–84.

(34)

28 Ideriah, T. J. K.P.U. H. O. Adiukwu., Stainley and A. O. Briggs. 2007. Impact of palm oil (Elaeis guinesnsis Jacq) mill effluent on water quality ofreceving.

Res. J. Agric. Sci, 2: 842-844.

Istina, I. N., H. Widiastuti., dan H. Widianto. 2020. Potensi Bakteri Pelarut Fosfat dan Diazostrof dari Rhizofer Kelapa Sawit Tanah Gambut Saprik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit. Jurnal Agroteknologi, 10(2):

76-84.

Jolihin. 2002. Pemanfaatan sluge kelapa sawit terhadap pertumbuhan stek nilam.

Skripsi. Penelitian Fakultas Pertanian UNRI, Pekanbaru.

Lakitan, B. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 222 hal.

Lingga, 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 149 hal.

Lubis, R. E., dan S. P. A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit.

AgroMedia, 296 hal.

Marbun. 2004. Pengaruh pemberian limbah cair sawit dan efektive microorganism M (EM-4) terhadap perubahan sifat fisik ultisol dan pertumbuhan tanaman jagung. J Kultura. 39 (1): 46-54.

Masganti, I.G.M. Subiksa, Nurhayati dan S. Winda. 2014. Respon tanaman tumpang sari (kelapa sawit dan nenas) terhadap amelioran dan pemupukan di lahan gambut terdegradasi. Balai Penelitian Tanah. Bogor. 117-132.

Ningsih, E.P. 2013. Optimasi pemupukan kalsium dan magnesium pada bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pembibitan utama tesis.

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Notohadiprawiro, T., 2006. Pola Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lahan Basah, Rawa dan Pantai. Seminar Ilmiah. Ilmu Tanah Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Pahan, I. 2008. Panduan lengkap kelapa sawit. Jakarta. Penebar Swadaya, 411 hal.

Pandapotan, C. D., dan P. Marbun. 2017. Pemanfaatan limbah lumpur padat (sludge) pabrik pengolahan kelapa sawit sebagai alternatif penyediaan unsur hara di tanah ultisol:Jurnal Online Agroekoteknologi, 5(2): 271-276.

Pramana, N. D., dan A. Ardian. 2016. Pengaruh Sludge Limbah Kelapa Sawit dan Pupuk Npk mg (15: 15: 6: 4) Dalam Media Tanam Ultisol Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) Di Main Nursery .Doctoral dissertation, Riau University.

(35)

29 Putra, E. A. (2017). Kajian Potensi Pemanfaatan Limbah Sludge Kolam Anaerob Dan Aerob Pengolahan Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Agroteknose (Jurnal Teknologi dan Enjiniring Pertanian), 4(2): 39-45.

Sanjaya, E., S. M. Rohmiyati., dan T. Setyorini. 2018. Pengaruh Macam Dan Dosis Limbah Pabrik Kelapa Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery. Jurnal Agromast, 3(1): 1-11

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Buku Kanisius. Malang. 267 hal.

Sepindjung, B., R. Hanan., dan F. Andrian. 2016. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Berbagai Perbandingan Media Tanam di Pre Nursery. Jurnal TriAgro, 1(1): 1-6

Sastrosayono, S. 2003. Budidaya kelapa sawit. Jakarta. Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit, Teknik Budidaya, Panen dan Pengolahan. Kanisius: Yogyakarta. 89 hal

Silalahi, F. A., dan N. Nelvia. 2017. Sifat Fisik Tanah Pada Berbagai Jarak Dari Saluran Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit. Dinamika Pertanian, 33(1): 85-94.

Simanihuruk, B. W., H. Gusmara., dan S. R. P. Silitonga. 2022. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre-nursery Terhadap Komposisi Media tanam. Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian (Journal of Agricultural Science). 20(1): 66-73.

Solichin, S., S. M. Rohmiyati., dan E. Firmansyah. 2018. Pengaruh Dosis Lumpur Kering Kolam Lcpks Dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre nursery. Jurnal Agromast, 3(2):

788-799.

Subiksa, I G.M., W. Hartatik, dan F. Agus. 2011. Pengelolaan lahan gambut secaraberkelanjutan. Hal.73-88.

Suherman, C. 2007. Pengaruh Campuran Tanah Lapisan Bawah (subsoil) dan Kompos sebagai Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kultivar Sungai Pancur 2 (SP 2) di Pembibitan Awal. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Peragi, 15-17 November 2007.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

(36)

30 Surya, E., H. Hanum., C. Hanum., dan F. S. Harahap. 2019. Pengaruh Pemberian Kompos Bunker Diperkaya Dengan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Pada Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Bibitan Utama. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 6(2): 1281-1289.

Suryati, D., dan E. Anom. 2014. Uji Beberapa Konsentrasi Pupuk Cair Azolla (Azolla pinnata) pada Pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pembibitan Utama. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Pertanian, 1(2): 1-13.

Sutarta, ES. Winarna, P.L. Tobing, S. fianto. 2003. Aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit pada perkebunan kelapa sawit. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan.

Tampubolon, K., M. Vika., dan D. Debora. 2019. Dinamika P-tersedia pada limbah cair kelapa sawit dengan beberapa land application. Kultivasi, 18(2): 869-874.

Ulfah, K. U., L. A. H. Al Hakim., M. D. I. Dimas Ilham., M. M. Muliyanto., N. S.

J. Sri Julianti., N. A. Arianti., dan R. S. Suryani. 2018. Nilai Ekonomi Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis jacq) Untuk Rakyat Indonesia.

Waruwu, F., B. W. Simanihuruk., P. Prasetyo., dan H. Hermansyah. 2018.

Pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre-nursery dengan komposisi media tanam dan konsentrasi pupuk cair azolla pinnata berbeda. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 20(1): 7-12.

Yudhi, A.N. 2010. Kajian status hara tanah dan jaringan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun kelapa sawit Balai Pengkajian dan Pengembangan Pertanian Terpadu (BP3T) Kecamatan Tambang Ulang Pelaihari Kabupaten Tanah Laut. Jurnal Agroscientiae. 17(1): 3 – 14.

(37)

31 Lampiran 1. Deskripsi Kelapa Sawit Varietas DP SAIN-3

Asal : Dura Deli keturunan

Chemara/Siklus ll (SlP : 074) x Pisifera keturunan Ghana/Siklus ll (SlP : 033)

Sifat Morfologi & Fisiologi

Tinggi tanaman (umur 6 tahun) : 343 cm Kecepatan pertumbuhan meninggi : 67 cm/tahun Panjang pelepah (umur 6 tahun) : 555 cm

Warna tangkai pelepah : Hijau kecokelatan Warna tangkai anak daun : Hijau kekuningan

Bentuk tandan : Bulat

Bentuk buah (berondolan) : Lonjong

Warna buah (berondolan) : Muda : hitam, Matang : merah Potensi Hasil

Umur mulai berbunga/berbuah : 18 bulan

Umur mulai dipanen : 26 bulan

Rerata jumlah tandan (umur 4-7 tahun) : 24,4 tandan/pohon/tahun Rerata bobot tandan (umur 4-7 tahun) : 8,8 kg/tandan

Rerata produksi TBS (umur 4-7 tahun) : 210,1 kg/pohon/tahun Rerata produksi TBS (umur 4-7 tahun) : 28,4 ton/ha/tahun Potensi produksi TBS (umur 6 tahun) : 33,1 ton/ha/tahun

Berat buah : 9,8 g

lnti per buah : 5,6%

Mesokarp per buah : 75,3%

Minyak per mesokarp segar : 60,5%

Rendemen pabrik CpO (OER) : 26,6%

Rendemen minyak inti sawit : 1,6%

Rerata produksi CPO (umur 4 -7 tahun) : 7,6 ton/ha/tahun Potensi produksi CPO (umur 6 tahun) : 8,7 ton/ha/tahun Rerata produksi PKO (umur 4 -7 tahun) : 0,46 ton/ha/tahun Potensi produksi PKO (umur 6 tahun) : 0,52 ton/ha/tahun

(38)

32

Mutu Minyak :

Asam lemak jenuh :

Asam miristat : 0,6%

Asam palmilat : 46,8%

Asam stearat : 3,7%

Asam lemak tak-jenuh :

Asam oleat : 38,0%

Asam linoleat : 10,4%

Asam linolenat : 0,3%

lodine value (ly) : 48,8

Ketahanan terhadap organisme : Selama pengujian tidak pernah

pengganggu dan mengalami outbreak serangan

cekaman lingkungan maupun penyakit

Kerapatan tanaman : 143 pohon/ha

Tim peneliti :Tatang Kusnadi, Sugih

Wanasuria,salib Bagiyarja, Achmad Fathoni, Heri Soepatmo, Ruzides Rusyad

Sumber : Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 4003/Kpts/SR.120/9/2011

(39)

33 Lampiran 2. Layout percobaan menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Keterangan :

- Jarak Antar Polybag : 35 x 35 cm - E0 = 100% tanah gambut (kontrol) - E1 = 15% effluent : 85% tanah gambut - E2 = 30% effluent : 70% tanah gambut - E3 = 45% effluent : 55% tanah gambut - E4 = 60% effluent : 40% tanah gambut - E5 = 75% effluent : 25% tanah gambut - U1 : Ulangan 1

- U2 : Ulangan 2 - U3 : Ulangan 3 - U4 : Ulangan 4 - U5 : Ulangan 5

E3U5 E0U1 E2U3 E3U1

E5U3 E5U2 E2U4 E0U3

E1U1 E4U4 E1U4 E5U4

E0U4 E4U3 E0U5 E1U3

E3U4 E5U5 E4U2 E1U2

35 cm

35 cm

E3U3

E3U2

E1U5

E2U2

E0U2

E2U1 E4U5 E2U5 E5U1 E4U1

(40)

34 Lampiran 3. Standar Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit

Umur (Bulan) Jumlah Daun Tinggi Bibit (cm) Diameter Batang (cm)

1 1,5 10 0,9

2 2,5 15 1,1

3 3,5 20 1,2

4 4,5 25 1,4

5 5,5 32 1,7

6 8,5 35,9 1,8

7 10,5 52,2 2,7

8 11,5 64,3 3,6

9 13,5 88,3 4,5

10 15,5 101,9 5,5

11 16,5 114,1 5,8

12 18,5 126,0 6,0

Sumber : Lubis (2008)

(41)

35 Lampiran 4. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian

Tanah gambut Penimbangan Media tanam

Penimbangan Media tanam Kecambah Kelapa Sawit

Lahan Penelitian Lahan Penelitian

(42)

36 Pengamatan Diameter Batang Pengamatan Tinggi tanaman

Penimbangan Pupuk NPK Effluent Land Application pabrik Kelapa Sawit

(43)

37 Lampiran 5. Hasil Analisis Data dan Uji Lanjut

1. Tinggi Bibit

The SAS System The ANOVA Procedure Dependent Variable: TT

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 40.88966667 8.17793333 6.28 0.0007 Error 24 31.24000000 1.30166667

Corrected Total 29 72.12966667

R-Square Coeff Var Root MSE TT Mean 0.566891 5.548255 1.140906 20.56333

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 5 40.88966667 8.17793333 6.28 0.0007 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for TT

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 1.301667

Number of Means 2 3 4 5 6 Critical Range 1.489 1.564 1.612 1.646 1.672

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 22.6200 5 e4 B 21.0400 5 e3 B

B 20.4400 5 e2 B

B 20.4000 5 e5 B

B 20.2000 5 e1 C 18.6800 5 e0

(44)

38 2. Diameter Batang

The SAS System The ANOVA Procedure Dependent Variable: DB

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 0.01200000 0.00240000 0.42 0.8277 Error 24 0.13600000 0.00566667

Corrected Total 29 0.14800000

R-Square Coeff Var Root MSE DB Mean 0.081081 10.45518 0.075277 0.720000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 5 0.01200000 0.00240000 0.42 0.8277

3. Jumlah Daun

The SAS System The ANOVA Procedure Dependent Variable: JD

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 4.30000000 0.86000000 1.98 0.1174 Error 24 10.40000000 0.43333333

Corrected Total 29 14.70000000

R-Square Coeff Var Root MSE JD Mean 0.292517 13.43430 0.658281 4.900000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 5 4.30000000 0.86000000 1.98 0.1174

4. Panjang Daun

The SAS System The ANOVA Procedure Dependent Variable: PD

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F

(45)

39

Model 5 34.70566667 6.94113333 9.07 <.0001 Error 24 18.36400000 0.76516667

Corrected Total 29 53.06966667

R-Square Coeff Var Root MSE PD Mean 0.653964 5.026267 0.874738 17.40333

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 5 34.70566667 6.94113333 9.07 <.0001 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for PD

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 0.765167

Number of Means 2 3 4 5 6 Critical Range 1.142 1.199 1.236 1.262 1.282

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 18.5200 5 e3 A

A 18.4800 5 e4 A

B A 17.8000 5 e5 B A

B A 17.4200 5 e2 B

B 16.8000 5 e1 C 15.4000 5 e0

6. Lebar Daun

The ANOVA Procedure Dependent Variable: LD

Sum of

Source DF Squares Mean Square F Value Pr > F Model 5 2.50300000 0.50060000 3.96 0.0092 Error 24 3.03200000 0.12633333

Corrected Total 29 5.53500000

R-Square Coeff Var Root MSE LD Mean

(46)

40

0.452213 7.482821 0.355434 4.750000

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F Perlakuan 5 2.50300000 0.50060000 3.96 0.0092 The SAS System

The ANOVA Procedure

Duncan's Multiple Range Test for LD

NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.

Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 24 Error Mean Square 0.126333

Number of Means 2 3 4 5 6 Critical Range .4640 .4873 .5023 .5129 .5208

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 5.1200 5 e4 A

A 5.0800 5 e5 A

B A 4.8200 5 e3 B A

B A 4.6800 5 e1 B

B 4.4000 5 e2 B

B 4.4000 5 e0

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hal ini berarti 56,3 persen dari variansi manajemen laba perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013 dijelaskan oleh variansi

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -

Dari hasil penelitian dalam bentuk hasil kuisioner diperoleh persepsi responden tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Dinas Pendapatan,

Isolat BCMV asal Bogor-Cangkurawok, Subang, Solo dan Sleman memiliki homologi dan kekerabatan yang dekat dengan BCMV-BlC dari Taiwan berdasarkan runutan basa nukleotida dan

Peta zona penyangga yang berpotongan dengan tutupan lahan pesisir Kabupaten Asahan

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini dirancang sebuah sistem informasi yang diberi nama GLoSha ( Grouping Location Sharing ) yang dapat membantu

Desain Sistem Prototype Akuarium yang dibuat pada penelitian ini dirancang dengan menggunakan sensor pH untuk mengetahui kualitas air serta sensor hcsr yang mengukur

Antara yang jelas dapat diperhatikan adalah amalan-amalan berikut yang kini mula menjadi norma dalam kalangan masyarakat Islam di Malaysia iaitu, amalan menyalakan api