17
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL BERBANTUAN MEDIA IT TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 101777 SAENTIS
FIRA ASTIKA WANHAR STKIP AMAL BAKTI MEDAN
ABSTRACT
This research aims to find out the results of IPS study before and after using Reciprocal Teaching Model in grade IV elementary school students, whether there is an influence on the use of Reciprocal Teaching Model on ips learning results in grade IV elementary school students. The results showed the use of Reciprocal Teaching Model had a positive influence in improving students' IPS learning outcomes. Thus it can be concluded that the use of Reciprocal Teaching Model has a positive influence in improving the math learning results of grade IV students of State elementary school 101777 Saentis District Percut Sei Tuan Deli Serdang District.
Keywords : Reciprocal Learning Model, IT Media, IPS Learning Results PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Proses pendidikan sudah dimulai sejak manusia itu dilahirkan dalam lingkungan keluarga, dilanjutkan dengan pendidikan formal, terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah, di sekolah terjadi interaksi secara langsung antara siswa dan guru dalam proses pembelajaran, sehingga terjadi perubahan sifat dan perilaku siswa ke arah yang lebih baik. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran baik itu sebagai perencana maupun sebagai pelaksana dalam mengajar dan mengikutsertakan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan pendidikan kepada siswa adalah salah satu cara dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dasar bagi pembentukan kepribadian yang utuh. Oleh karena itu dalam pemberian pendidikan ini terdapat aspek – aspek yang harus di kembangkan dan di tanamkan dalam diri siswa, diantaranya aspek kognitif, afektif, psikomotorik termasuk didalamnya bahasa, nilai agama, moral dan sosial. Pendidikan yang diberikan diantaranya harus menyentuh pada aspek sosial mencakup tenggang rasa, kepedulian, saling menghargai, saling menghormati, mampu bekerjasama, empati dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan dan proses belajar mengajar, siswa tidak boleh diperlakukan seperti busa (spon) di dalam kelas yang menyerap ilmu dari guru, tanpa diberi kesempatan untuk bertanya, melakukan penilaian atau investigasi, namun alangkah baiknya jika seseorang guru memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkan siswa secara aktif dan efektif dalam proses pembelajaran, agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berfikir kreatifnya, sehingga dapat memecahkan suatu persoalan melalui berbagai jalan yang mula-mula tidak jelas akhirnya menjadi jelas, dimengerti dan dipahami (Awaliyah dan Idris, 2015).
Pembelajaran juga harus disesuaikan dengan ciri mata pelajaran itu sendiri sehingga tercapai hasil belajar yang optimal.
Hasil belajar yang diperoleh siswa merupakan buah dari proses yang dialami siswa itu sendiri dalam pembelajaran. Dimyati dan Moedjiono (2006:46) “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau tindak belajar”. Pada dasarnya, hasil belajar adalah perubahan dalam kurun waktu tertentu suatu perilaku setelah seseorang mendapat sebuah pembelajaran. Perubahan tersebut diharapkan berupa perbaikan perilaku dari siswa itu sendiri, pada bidang kognitif, afektif, maupun psikomotor. Untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal maka guru sebagai salah satu bagian dari proses pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan mutu pendidikan dengan cara mengubah proses pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Pembelajaran yang dilakukan harus memprioritaskan pembentukan perilaku intelektual peserta didik ke arah pengembangan daya nalar, sehingga peserta didik dapat menghargai dan mampu berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
18
Menurut pandangan konstruktivisme, belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapat pengetahuan, sikap dan keterampilan dari bahan yang telah dipelajarinya dan nantinya diharapkan seseorang itu mampu memecahkan masalah-masalah atau tuntutan hidupnya. Seseorang dikatakan belajar bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu terjadi suatu proses yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Seperti halnya menurut Slameto (2010:2) menyatakan bahawa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam intereaksi dalam lingkungannya”.
Hal ini sejalan dengan Uno (2014:15) yang mengemukakan bahwa: “Belajar merupakan suatu proses atau interaksi yang dilakukan seseorang dalam memperoleh sesuatu yang baru dalam bentuk perubahan tingkah lakusebagai hasil dari pengalamn itu sendiri (belajar)”. Perubahan prilaku tersebut tampak dalam penguasaan siswa pada pola-pola tanggapan (respon) baru terhhadap lingkungannya yang berupa keterampilan (skill), kebiasaan (habit), sikap atau pendirian 9 attitude), kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), emosi (emosional), apresiasi (appreciation), jasmani dan etika atau budi pekerti, serta hubungan sosial. Pengajaran IPS di Sekolah Dasar ditujukan bagi pembinaan siswa agar memahami potensi dan peran dirinya dalam berbagai tata kehidupannya, menghayati keharusan dan pentingnya bermasyarakat dengan penuh rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta mahir berperan di lingkungannya sebagai insan sosial dan warga Negara yang baik. Untuk itulah dalam pengajaran IPS harus dapat membawa anak didik kepada kenyataan hidup yang sebenarnya yang dapat dihayati mereka. Kondisi ideal yang diharapkan dari hasil pembelajaran IPS di sekolah di anggap belum sesuai dengan harapan, karena aktivitas siswa dalam belajar IPS sangat diperlukan sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku dengan cara melakukan kegiatan. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar baik aktivitas guru maupun siswa dan juga adanya sumber belajar yang menunjang terlaksananya aktivitas guru maupun siswa. Namun, kenyataannya aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung sangat rendah sehingga berakibat pada rendahnya hasil belajar IPS.
Guru harus memperhatikan pendekatan yang perlu di lakukan dalam mengajar seperti pemilihan dan penggunaan metode maupun strategi mengajar yang tepat dan dapat mengaktifkan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran dengan metode konvensional masih belum cukup memberikan kesan yang mendalam pada siswa, karena peran guru dalam menyampaikan materi lebih dominan di bandingkan keaktifan siswa sendiri (teacher centered). Agar upaya tersebut berhasil maka harus di pilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan langkah dari kreatifitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan memperjelas konsep – konsep yang diberikan kepada siswa supaya antusias berpikir dan berperan aktif. Model pembelajaran Reciprocal merupakan suatu model pembelajaran yang mengacu pada kemandirian siswa serta memberikan siswa empat strategi membaca spesifik yang secara aktif dan sadar digunakan sebagai teks yaitu meringkas, menghasilkan pertanyaan, memprediksi, dan menjelaskan. Model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman sementara dan pada saat yang sama, memberi siswa kesempatan untuk memeriksa pemahaman mereka. Reciprocal dikembangkan untuk membantu guru untuk menggunakan dialog belajar yang bersifat kerjasama untuk mengajarkan pemahaman bacaan siswa secara mandiri dikelas. Model pembelajaran Reciprocal dimulai dengan Question Generating, yakni kegiatan siswa membuat pertanyaan dari materi yang telah dibacanya untuk kemudian didiskusikan bersama kelompok lain didepan kelas. Dilanjutkan dengan Clarifying, selama diskusi antar kelompok berlangsung guru menambahkan dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan untuk menguji pemahaman bacaan siswa dari materi pelajaran serta memberi penjelasan mengenai konsep materi pelajaran. Selanjutnya Predicting, siswa diajak untuk melakukan hipotesis dengan pengerjaan latihan soal-soal dan terakhir yakni Summarizing, yaitu kegiatan menyimpulkan materi pelajaran yang telah dibahas. Pembelajaran reciprocal lahir dari bidang kajian bahasa, yang berguna untuk meningkatkan kualitas kemampuan membaca siswa. Menurut Robith (2010:35) Pendekatan reciprocal (Pembelajaran terbalik) adalah pendekatan kontruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan. Dengan pengajaran terbalik guru mengajarkansiswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan dan suatu sistem scaffolding. Scaffolding adalah pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembangannya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya.
19
Menurut Widiya (2011:2) reciprocal adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi-strategi kognitif serta untuk membantu siswa memahami bacaan dengan baik.
Sedangkan menurut Efendi (2013:86); pembelajaran reciprocal digunakan untuk membantu siswa memusatkan perhatian apa yang sedang dibaca dan membuat siswa memahami bacaannya. Menurut Trianto (2014:191) Reciprocal merupakan suatu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi belajar. Reciprocal dikembangkan untuk membantu guru untuk menggunakan dialog belajar yang bersifat kerja sama untuk mengajarkan pemahaman bacaan secara mandiri di kelas. Penggunaan pendekatan ini dipilih karena beberapa sebab, anatara lain: (1) merupakan kegiatan yang secara rutin digunakan pembaca; (2) meningkatkan pemahaman maupun memberi pembacaan peluang untuk memantau sendiri; dan (3) sangat mendukung dialog besifat kerja sama (diskusi). Dapat disimpulkan bahwa untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, pemanfaatan media pembelajaran, yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan dirancang secara sistematis sehingga akan dapat meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Adapun metode kuantitatif yang digunakan adalah metode eksperimen kuasi atau eksperimen semu yang digunakan untuk mencari pengaruh model pembelajaran reciprocal terhadap hasil belajar IPS. Penelitian ini juga menggunakan statisik deskriptif. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi. Penelitian eksperimen kuasi dipandang relevan digunakan, karena memiliki ciri-ciri: a) pemecahan masalah yang aktual, b) data yang dikumpulkan akan disusun, kemudian dijelaskan, dan data tersebut dianalisis. Penelitian menggunakan angka-angka statistik perbandingan antara variabel kontrol dan variabel eksperiman (Sukmadinata, 2013 : 53). Selanjutnya angka-angka tersebut dideskripsikan menggunakan kata-kata, selain itu juga hasil juga dideskripsikan dari karya yang dibuat oleh siswa. hasil statistiknya dideskripsikan juga dari hasil karya siswa tersebut. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 101777 Saentis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPS siswa kelas V dari nilai kognitif untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) adalah 79,58 dengan varian sebesar 14,01 dan standar deviasi 3,74. Sedangkan nilai rata-rata kognitif dan nilai afektif siswa untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional adalah 74,40 dengan varian sebesar 16,80 dan standar deviasi 4,09. Berdasarkan data tersebut maka kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) memiliki nilai rata-rata hasil belajar yang lebih dari kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varian. Uji normalitas data dilakukan pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dan kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Dalam uji normalitas digunakan analisis Chi-Kuadrat (X2 ) dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Berdasarkan nilai 2 tabel pada taraf signifikan 5% (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh 2 tabel = 2 (0,95,5) = 11,07, sedangkan dari tabel kerja diperoleh 2 hitung = 3,61. Karena 2 tabel > 2 hitung maka Ho diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data kelompok kesperimen berdistribusi normal.
Berdasarkan nilai 2 tabel pada taraf signifikan 5% (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 5 diperoleh 2 tabel = 2 (0,95,5) = 11,07, sedangkan dari tabel kerja diperoleh 2 hitung = 5,67. Karena 2 tabel > 2 hitung maka Ho diterima (gagal ditolak). Ini berarti sebaran data kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varian dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPS yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dan kelompok kontrol yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 50 orang siswa dan jumlah kelompok kontrol adalah 51 orang siswa. Uji homogenitas varian untuk kedua kelompok digunakan uji F. Kriteria pengujian jika jika Fhitung Ftabel maka sampel homogen. Pengujian dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (51-1) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (50-1). Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db (50,49) adalah 1,61 sedangkan hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 1,19.
20
Berdasarkan uji-t diperoleh thitung > ttabel berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 0,05 diterima. Hal ini disebabkan karena modell reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) berbantuan multimedia memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali materi yang akan didiskusikan di kelas, memberikan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Menurut Ibrahim (2007) pembelajaran terbalik adalah strategi belajar melalui kegiatan mengajarkan teman. Pada strategi ini siswa berperan sebagai guru menggantikan peran guru untuk mengajarkan teman-temannya. Sementara itu guru lebih berperan sebagai model yang menjadi contoh, fasilitator yang memberi kemudahan, dan pembimbing yang melakukan scaffolding sebagai pemberi bimbingan yang diberikan oleh orang yang lebih tahu kepada orang yang kurang atau belum tahu. Selain itu pembelajaran ini memberikan kontribusi positif pada siswa dalam hal memperoleh pemahaman, memonitor belajar, meningkatkan interaksi dan partisipasi serta mengembangkan hubungan baru antara siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Melalui model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) pada mata pelajaran IPS, pengetahuan yang didapat siswa dalam pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan pembelajaran. Reciprocal teaching memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari materi terlebih dahulu, kemudian siswa menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada siswa yang lain. Dalam hal ini siswa berperan sebagai”guru” menggantikan peran guru untuk membelajarkan teman-temannya, sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator dan pembimbing dalam pembelajaran, yaitu meluruskan atau memberi penjelasan mengenai materi yang tidak dapat dipecahkan secara mandiri oleh siswa. Kehadiran multimedia dalam pembelajaran dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, pembelajaran lebih menarik perhatian siswa yang dapat menumbuhkan motivasi belajar, serta materi pembelajaran lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Multimedia merupakan pemanfaatan komputer untuk menggabungkan teks, grafik, dan gambar bergerak (video dan animasi) menjadi satu kesatuan tayangan. Dalam membelajarkan siswa materi peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia guru dapat menyajikan materi berbantuan mulitemdia pembelajaran yang berisikan animasi, gambar-gambar tokoh kemerdekan dan video Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Pengaplikasian Model reciprocal teaching dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam penyampaian materi dan juga membantu siswa dalam memahami materi yang dipelajari sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dengan pemanfaatan media yang baik, seorang guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Guru banyak memiliki waktu untuk memberi perhatian kepada siswa seperti membantu kesulitan belajar dan memotivasi belajar siswa, sehingga proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa (student centre). Berbeda dengan pembelajaran IPS yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama pembelajaran siswa terlihat kurang aktif. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre) yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini dapat mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal. Siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD.
Hasil penelitian ini didukung dengan hasil penelitian Sardiyanti (2010) yang menyatakan bahwa penerapan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model reciprocal teaching (pembelajaran terbalik) berbantuan multimedia dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 101777 Saentis.
21 DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. 2007. Reciprocal Teaching. tersedia pada http://ramdhanimiftah.wordpress.com/2009/07/08/reciprocal-teaching (diakses 9 agustus 2020).
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Surabaya:Kencana.
Abdu Dudung. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Hasil Belajar Siswa. 2 ISSN 1412-565x. 267-276.
Ardana, K. Kristiantari, G, M dan Udayana, K, B, I (2014). “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Reciprocal Teaching Berbasis Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Ips Siswa Kelas V Sd Gugus Letkol Wisnu Kecamatan Denpasar Utara”: Jurnal MIMBAR PGSD.Vol (2) No (1).
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta. Rieneka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Carteledge, G and Hilburn. 1992. Teaching Social Skill to Childern Innovative Approach. New York: Pergamon Press.
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.
Elizabeth B. Hurlock, 1990. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Elizabeth B, Hurlock. 1978. Perkembangan Anak (jilid 1, terjemahan). Inggris: McGraw-Hill.Inc.
Eliza, & Dina Meta. 2008. Program Bimbingan Pribadi-Sosial dalam Mengembangkan Keterampilan Sosial Siswa Terisolir.
Skripsi. IPB Bandung.
Gimpel, G.A. & Merrell, K.W. 1998. Social Skill of Childern and Adolescents, Conceptualization, Assessment, Treatment.
New Jersey: lawrence Erlbaum Associates Publisher. http://www.question.com/PM.qst?a=o&d.27773.641.
Gunarti,W,dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku Anak dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Gregoriadis, A. & Grammatikopoulos, V. Zachopoulou, E. 2013. Evaluating Preschoolers’ Social Skill : the Impact of a Physical Education Program from the Parents’ Perspective. International Journal of Humanities and Social Science, (online), Vol 3 No. 10, (http://www.ijhssnet.com/journals /Vol_3_No_10_Special_Issues_May_2013/4.pdf), diakses 12 Pebruari 2016.
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Kurniawati. 2014. Efektifitas Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Dalam Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Ekonomi : Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Vol(3) No(1).
Lynch, Sharon A and Chynthia G. Simpson. 2010. Social Skill : Laying the Foundation for Success. Journal : Dimension of Early Childhood, volume 38, Number 2.
22
Matondang, Zulkifli. 2013. Statistika Pendidikan. Medan. UNIMED Press.
Muzaiyin, Pujiani. 2013. Keperwatan anak. (http://pijianimuaiyin.blogspot.co.id/ 2013/06/keterampilan-sosial-anak.html), diakses 12 Juli 2016.
Patrick, Nancy J. 2008. Social Skill for Teenagers and Adults with Asperger Syndrome. London. Jessica kingsley Publishers.
Robith, H. 2010. “Penerapan Pendekatan Reciprocal Teaching Berbasis Media Pembelajaran Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Materi Pokok Cahaya Siswa Kelas VIII – A MTs Negeri Jeketro Tahun Ajaran 2009/2010.Skirpsi Pendidikan.Semarang: Institut Agama Negeri Walisongo.
Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta. Kencana.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzza Media.
Steedly, Kathlyn M. 2008. Social Skill and Academic Achievement. Journal Evidence for Education, vol III, isssue II.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung. Wacana Prima.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta. Kencana.
Uno, Hamzah B., Abdul Karim Rauf, dan Najamuddin Petta Solong. 2008. Pengantar Teori Belajar dan Pembelajaran. (Cet.
II). Gorontalo: Nurul Jannah.
Widiya, P, K.2011 “Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Segitiga Siswa Kelas Vii-C Smp Negeri 2 Kepanjen”. Disertasi. Malang: Universitas Negeri Malang.