• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendahuluan

Metode yang dilakukan pada penelitian ini yaitu metode survey lapangan dan pengujian di laboratorium yang meliputi pengambilan sampel sedimen dan pengukuran sungai, kemudian sampel diuji di laboratorium dan pengolahan data.

Penelitian ini dipengaruhi oleh adanya penambangan batu di DAS Way Lunik, sehingga dilakukan pengambilan sampel di penambangan batu tersebut.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sungai Way Lunik, Kelurahan Way Lunik Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung. Sungai Way Lunik merupakan daerah aliran sungai (DAS) pada Mesuji Sekampung. Pada Gambar 3.1 merupakan peta morfologi Kota Bandar Lampung yang berasal dari Bappeda Provinsi Lampung dan peta DAS Way Lunik terdapat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.1. Peta Morfologi Kota Bandar Lampung

Sumber: Eka Kurniawan, 2013 Lokasi Penelitian

(2)

38

Gambar 3.2. Peta DAS Way Lunik

Sumber: Eka Kurniawan, 2013

Gambar 3.2. Lokasi Penelitian

Sumber: Eka Kurniawan, 2013

Lokasi Penelitian

(3)

39 3.2.1. Lokasi Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini sungai dibagi atas 9 lokasi (cross section) dimulai dari hulu hingga ke hilir dan lokasi tambang batu. 9 titil lokasi digunakan sebagai pembagian lokasi pengambilan sampel, pengukuran penampang dan kecepatan aliran. Cross Section Sungai Way Lunik (CSSWL) merupakan titik Lokasi pengambilan sampel ditunjukan pada Gambar 3.2 yang ditandai dengan garis coklat merupakan aliran sungai sebagai lokasi penelitian, segitiga abu sebagai lokasi pengambilan sampel di tambang, titik merah yaitu pengambilan sampel saat kondisi setelah hujan sedangkan titik kuning merupakan lokasi pengambilan sampel saat kondisi normal.

Gambar 3.3. Lokasi Pengambilan Sampe

Gambar 3.4. Lokasi Tambang Batu

(4)

40

Gambar 3.5. Cross Section Sungai Way Lunik I

Gambar 3.6. Cross Section Sungai Way Lunik II

Gambar 3.7. Cross Section Sungai Way Lunik III

(5)

41

Gambar 3.8. Cross Section Sungai Way Lunik IV

Gambar 3.9. Cross Section Sungai Way Lunik V

Gambar 3.10. Cross Section Sungai Way Lunik VI

(6)

42

Gambar 3.11. Cross Section Sungai Way Lunik VII

Gambar 3.12. Cross Section Sungai Way Lunik VIII

Gambar 3.13. Cross Section Sungai Way Lunik IX

(7)

43 3.2.2. Penampang Pengukuran Sedimen

Pengambilan sampel serta pengukuran penampang sungai dilakukan di 9 titik lokasi. Pengambilan sampel harus dilakukan tanpa adanya ganguan terlebih pada sampel sedimen suspensi. Adapun urutan dari pengukuran dan pengambilan sampel sebagai berikut:

1. Pengukuran muatan sedimen suspensi

Sediemen suspesi dapat diukur dengan cara mengukur debit aliran sungai dan pengambilan sedimen suspensi secara bersamaan, yaitu setelah selesai mengukur kecepatan aliran segera melakukan pengambilan sedimen suspensi.

Sedimen suspensi yang diukur bersamaan dengan pengukuran debit berguna untuk menentukan konsentrasi sedimen suspensi saat pengukuran pada debit tertentu, dan debit atau volume sedimen suspensi per satuan waktu yang terangku saat pengukuran. Pengukuran sedimen suspensi diambil 3 sampel yaitu pada kiri tengah dan kanan penampang sungai. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada tepi kanan, tepi kiri dan tengah penampang sungai, dengan V1, V2 dan V3.

2. Pengambilan sedimen dasar

Pengambilan sampel sedimen dasar digunakan untuk menentukan distribusi ukuran partikel sedimen yang dilakukan di laboratorium. Pengambilan sempel sedimen dasar dilakukan di setiap cross section sehingga mendapatkan 9 sampel sedimen dasar.

Gambar 3.15. Penampang Pengukuran Sedimen

V1 V2 V3

(8)

44

Gambar 3.16. Pengukuran Penampang Sungai

Gambar 3.17. Pengukuran Kedalam Sungai

Gambar 3.18. Pengukuran Kecepatan Aliran

(9)

45 3.3. Diagram Alir (Flow Chart)

Diagram alir (flowchart) penelitian merupakan gambaran dari langkah- langkah penelitian dari mulainya proses penelitian hingga proses pengambilan kesimpulan dan saran. Berikut adalah digaram alir pada penelitian ini ditunjukkan pada gambar 3.4 dan 3.3.

Gambar 3.19. Diagram Alir (Flowchart) Mulai

Persiapan Penyiapan Data Tinjauan Pustaka

Data Primer Data Sekunder

Peta Lokasi

Sedimen Dasar Sampel Sedimen

Kecepatan Aliran dan Penampang Sungai

Uji Laboratorium:

Berat Jenis Sedimen Diameter Sedimen Karakteristik Sungai

Debit Sungai

A

B

C

Sedimen Suspensi Data Hujan

A

(10)

46

Gambar 3.10. Lanjutan

3.4. Tahapan Penelitian

Pada penelitian terdapat beberapa tahapan antara lain:

1. Tahap awal memulai penelitian ini yaitu pengamatan secara langsung (survey) dengan melakukan pengecekkan langsung terhadap lokasi.

2. Studi literatur yaitu untuk mempelajari dan mengetahui semua hal yang berhubungan dengan permasalahn, baik berupa buku atau hasil penelitian sebelumnya dan literature-literatur dari berbagai sumber yang dapat menunjang penelitian.

3. Pengumpulan data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder.

Data primer adalah data yang didapat langsung dari lokasi penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi data sampel berupa sedimen melayang dan sedimen dasar yang kemudian diuji di laboratorium untuk mengetahui karakteristik sedimen. Kecepatan aliran, penampang sungai berupa lebar dan kedalaman sungai digunakan untuk mendapatkan debit aliran sungai. Data

Karakteristik Sedimen Laju Sedimentasi

Rumus Duboys dan Meyer-peter-

Muler

Sedimen suspensi (qs) Sedimen Dasar (qb)

Total Sedimen (Qs)

A C

Selesai

Konsentrasi sedimen (Cs) B

(11)

47

sekunder diperoleh berdasarkan acuan dan literatur yang berhubungan dengan materi, karya tulis ilmiah yang berhubungan dengan penelitian atau dengan mendatangi instansi terkait untuk pengambilan data-data yang diperlukan.

Data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait yaitu peta DAS Way Lunik.

4. Pengujian secara spesifik dilakukan di laboratorium uji tanah dan melakukan mengolahan data sesuai dengan tahap pengujian.

5. Dari hasil pengujian dan pengolahan data didapatkan kesimpulan dan kemudian dapat mengetahui alternatif pengendalian bajir di Sungai Way Lunik.

3.5. Alat dan Bahan Pengukuran Penampang Sungai dan Pengambilan Sampel Sedimen

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Alat Pengukuran Penampang Sungai

Peralatan yang digunakan sebagai pengukuran sungai adalah sebagai berikut:

1. Meteran digunakan untuk mengukur lebar penampang basah sungai

Gambar 3.21. Meteran

(12)

48

2. Kayu ukur, digunakan sebagai alat ukur kedalaman sungai.

Gambar 3.22. Kayu Ukur

3. Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu aliran/arus air sungai

Gambar 3.23. Stopwatch

4. Bola Pingpong digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran sesaat.

Gambar 3.24. Bola Pingpong

(13)

49

5. Tali digunakan sebagai alat bantu pengukuran lebar penampang sungai.

Gambar 3.25. Tali

3.5.2. Alat Pengambilan Sampel Sedimen

Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel sedimen adalah sebagai berikut:

1. Suspended Sediment Sampler digunakan untuk pengambilan sampel sedimen melayang di saluran sungai;

2. Alat pengambilan sedimen dasar

3. Karung dan botol digunakan sebagai wadah/tempat hasil pengambilan sedimen.

3.5.3. Bahan (Sample)

Bahan yang digunakan pada pengujian di laboratorium yaitu sampel dari sedimen berupa sedimen dasar dan sedimen melayang.

Gambar 3.26. Sampel Sedimen Dasar

(14)

50

Gambar 3.27. Sampel Sedimen Suspensi

3.6. Pengujian di Laboratorium

Setelah didapatkan data primer yaitu sampel sedimen maka dilakukan pengujian di laboratorium . Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik sedimen dan laju angkutan sedimen pada Sungai Way Lunik. Terdapat 2 pengujian di laboratorium uji tanah yaitu:

3.6.1. Pengujian Berat Jenis Sedimen (Gs)

Berat jenis tanah adalah angka perbandingan antara berat isi butir tanah dan berat isi air suling pada temperatur dan volume yang sama. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis tanah menggunakan alat piknometer. Dalam pengujian berat jenis dilakukan berdasarkan SNI 1964:2008. Alat yang digunakan dalam pengujian berat jenis sedimen adalah sebagai berikut

1. Saringan Nomor 4 (4,75 mm)

(15)

51

Gambar 3.28. Saringan Nomor 4 2. Piknometer

Gambar 3.29. Piknometer 3. Oven

Gambar 3.30. Oven

(16)

52 4. Timbangan

Gambar 3.31. Timbangan 5. Hot Plate

Gambar 3.32. Hot Plate 6. Termometer

Gambar 3.33. Termometer

(17)

53

Adapun langkah-langkah pengujian berat jenis sedimen yaitu : 1. Siapkan 3 buah piknometer kapasitas 500 ml;

Gambar 3.34. Menyiapkan 3 Buah Piknometer

2. Isi piknometer dengan air suling sampai penuh, kemudian timbang massa piknometer + air suling;

Gambar 3.35. Menimbang Piknometer + Air

3. Masukkan termometer kedalam piknometer + air dan catat temperatur dari air tersebut (T1o

C);

(18)

54

Gambar 3.36. Mengukur Temperatur Air pada Piknometer

4. Siapkan sampel tanah kering udara (SSD) yang lolos saringan no. 4 sebanyak 50 gram;

Gambar 3.37. Siapkan Sampel Lolos Saringan Nomor 4

5. Pindahkan s a m p e l tanah kedalam piknometer. Tambahkan air kedalam piknometer sehingga mengisi 2/3 dari isi piknometer;

Gambar 3.38. Menambah 2/3 Air ke dalam Piknometer

(19)

55

6. Keluarkan udara dari pori-pori tanah yang terperangkap dalam sampel dengan cara memanaskan piknometer tersebut diatas hot plate selama 15 – 20 menit.

Gambar 3.39. Memanaskan Piknometer diatas Hot Plate

7. Dinginkan temperatur dari campuran tanah + air + piknometer, sehingga suhu mendekati suhu T1o

C

Gambar 3.40. Mendinginkan Piknometer

8. Kemudian tambahkan air sampai batas penuh, timbang berat air + piknometer + tanah;

(20)

56

Gambar 3.41. Menambahkan Air hingga Penuh dan Timbang 9. Perhatikan suhu untuk piknometer + air + tanah adalah sebesar T1o

C ± 1oC 10. Keluarkan tanah dari piknometer, bersihkan piknometer dari tanah tanah,

sampel tanah yang digunakan tadi dimasukka kedalam oven untuk dihitung berat kering dari sampel yang diuji.

Gambar 3.42. Menimbang Sampel kering oven

3.6.2. Pengujian Analisa Saringan

Analisa saringan merupakan analisis yang dilakukan untuk menentukan gradasi butir (distribusi ukuran butir), yaitu dengan cara menggetarkan contoh tanah kering melalui satu set ayakan sesuai dengan ukuran ayakan dimana lubang- lubang ayakan tersebut makin kebawah makin kecil secara berurutan (Wesley, 2012).

(21)

57

Alat yang digunakan dalam pengujian diameter sedimen adalah sebagai berikut:

1. 1 set saringan

Gambar 3.43. 1 Set Saringan 2. Seive shaker

Gambar 3.44. Seive Shaker 3. Timbangan

Gambar 3.45. Timbangan

(22)

58

Adapun tahapan-tahapan dalam pengujian analisa butiran tanah adalah sebagai:

1. Siapkan 1 set saringan nomor 4, 10, 20, 30, 40,50, 80,100, 200 dan pan.

Tumpukkan dari saringan nomor 4 berada paling atas hingga pan secara berurutan;

Gambar 3.46. Menyiapkan 1 Set Saringan

2. Siapkan sampel uji dan masukkan kedalam oven selama ± 24 jam, kemudian setelah 24 jam dikeluarkan dari dalam oven lalu dinginkan;

Gambar 3.47. Menyiapkan Sampel

3. Masukkan sampel tanah kedalam saringan kemudian diayak menggunakan mesin seive shaker selama 10 - 15 menit;

(23)

59

Gambar 3.48. Mengayak Sampel menggunakan Seive Shaker

4. Ayak kembali secara manual, agar tidak ada sampel yg tertahan disetiap saringan;

Gambar 3.49. Mengayak Sampel secara Manual 5. Timbang massa tanah yang tertahan di masing-masing saringan.

Gambar 3.50. Menimbang setiap Sampel Tertahan

(24)

60 3.6.3. Pengujian Analisis Hidrometer

Pengujian analisis hidrometer dilakukan untuk mengetahui gradasi butiran tanah halus atau tanah yang lolos saringan nomor 200 serta mengetahui koefisien gradasi (Cc) dan koefisien keseragaman (Cu) dengan pengendapan tanah.

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengujian analisi hidrometer adalah sebagai berikut:

1. Alat Hidrometer;

Gambar 3.51. Alat Hidrometer 2. Saringan No.200

Gambar 3.52. Saringan Nomor 200

(25)

61 3. Gelas Ukur 1000 ml

Gambar 3.53. Gelas Ukur 1000 ml 4. Stopwatch

Gambar 3.54. Stopwatch 5. Termometer

Gambar 3.55. Termometer

(26)

62 6. Timbangan

Gambar 3.56. Timbangan 7. Mixer

Gambar 3.57. Mixer 8. Constant Waterbath

Gambar 3.58. Constant Waterbath

(27)

63 9. Pengaduk

Gambar 3.59. Pengaduk 10. Sodium hexametaphospate

Gambar 3.60. Sodium hexametaphospate

Adapun langkah-langkah pengujian analisis hidrometer sebagai berikut:

1. Keringkan sampel didalam oven dengan suhu 110 ± 5 ⁰ C;

Gambar 3.61. Keringkan Sampel dalam Oven

(28)

64

2. Ambil sampel kering oven yang lolos saringan no. 200 sebanyak 50 g;

Gambar 3.62. Sampel Lolos Saringan Nomor 200

3. Siapkan deflocculating agent dengan kadar 4 % sodium hexametaphospate di dalam larutannya. Dibuat dengan mencampurkan 40 g sodium hexametaphospate dengan 1000 cm3 air suling;

Gambar 3.63. 40 gram Sodium Hexametaphospate

4. Ambil sebanyak 125 cm3 larutan pada tahapan 3 dan tambahakan dengan 50 g sampel pada tahapan 2, campurkan. Setelah campuran rata, didiamkan selama 8-12 jam.

(29)

65

Gambar 3.64. Mencampurkan sampel dengan Larutan

5. Ambil gelas ukur 1000 cm3 dan buat larutan dari campuran 125 cm3 larutan pada tahapan 3 dan 875 cm3 air suling.

Gambar 3.65. Menyiapkan Larutan Pembanding

6. Letakkan larutan pada tahapan 5 di dalam constant waterbath, catat suhunya.

Gambar 3.66. Meletakkan Larutan pada Constant Waterbath

(30)

66

7. Letakkan alat hidrometer pada gelas ukur tersebut (tahapan f), catat pembacaan hidrometer (catatan : batas atas dari meniscus harus dibaca). Ini adalah zero correction Fz dapat berupa nilai positif atau negatif. Amati juga meniscus correction Fm;

Gambar 3.67. Pembacaan Hidrometer

8. Gunakan spatula untuk mencampurkan tanah yang disiapkan pada tahapan 4;

Gambar 3.68. Mencampurkan Tanah dengan Larutan

9. Masukkan campuran tanah pada tahapan 8 kedalam mixer. Pastikan semua sampel tanah masuk kedalam mixer.

(31)

67

Gambar 3.69. Masukkan Sampel kedalam Mixer

10. Tambahkan air suling sampai 2/3 penuh dari wadah mixer. Campurkan selama 2 menit;

Gambar 3.70. Campurkan Sampel dengan Mixer

11. Kemudian, masukkan campuran tadi kedalam gelas ukur 1000 cm3 kosong. Pastikan bahwa semua tanah didalam mixer tidak ada yang tertinggal. Tambahkan air suling sampai campuran menjadi 1000 cm3;

(32)

68

Gambar 3.71. Masukkan Sampel kedalam Gelas Ukur

12. Aduk campuran tanah pada tahapan 11 dengan pengaduk sampai seluruh tanah tercampur dengan air secara menyeluruh;

Gambar 3.72. Mengaduk Campuran

13. Letakkan gelas ukur pada tahapan l kedalam constant temperature bath.

Catat waktu (t = 0) dan masukkan hidrometer kedalam gelas ukur pada tahapan l. Catat bacaan awal (t =0); Kemudian ambil bacaan hidrometer pada waktu t=0.25; 0.5; 1, dan 2 menit selalu baca batas atas meniscus;

(33)

69

Gambar 3.73. Masukkan Hidrometer kedalam Larutan

14. Keluarkan hidrometer setiap 2 menit dan masukkan kedalam gelas ukur di sebelahnya (yang disiapkan pada tahapan f);

Gambar 3.74. Mengeluarkan Hidrometer setiap 2 Menit

15. Hidrometer dibaca pada waktu t = 4; 8; 15; 30 menit; 1; 2; 4; 8; 24; dan 48 jam. Untuk setiap pembacaan, masukkan hidrometer ke dalam campuran tanah 30 detik sebelum dilakukan pembacaan pada waktu yang telah ditentukan. Setelah pembacaan berakhir, angkat hidrometer dan letakkan pada gelas ukur yang berisi campuran air + sodium hexametaphospate (pada tahapan f). Hal ini dilakukan pada setiap kali pembacaan.

(34)

70

Gambar 3.75. Pembacaan hidrometer

3.7. Analisa Laju Angkutan Sedimen dan Total Sedimen 3.7.1. Analisa Laju Angkutan

Menghitung laju angkutan sedimen dapat dihitung dengan mengumpulkan data seperti data penampang sungai dan data kecepatan aliran serta data hasil pengujian laboratorium sehingga dapat diketahui debit sungai. Debit sungai tersebut di hitung menggunakan rumus yang sudah ditentukan, setelah dihitung kemudian menganalisis laju angkutan sedimen sungai menggunakan metode Duboys dan Meyer-Peter-Muller sehingga mendapatkan debit sedimen dasar sungai.

Pengukuran Sedimen melayang dapat diukur dengan cara mengukur debit aliran sungai dan pengambilan sampel sedimen secara bersamaan yaitu begitu selesai mengukur debit segera mengambil sampel sedimen melayang. Sampel sedimen melayang yang diukur dari suatu lokasi pos duga air bersamaan dengan saat pengukuran debit di suatu DAS yang berguna untuk menentukan konsentrasi sedimen melayang serta didapatkan angkutan sedimen melayang.

3.7.2. Total Angkutan Sedimen

Total angkutan sedimen didaptakan dari hasil perhitungan laju angkutan sedimen dasar dan sedimen melayang, yaitu penjumlahan dari laju angkutan sedimen dasar dan melayang disetiap cross section.

Gambar

Gambar 3.1. Peta Morfologi Kota Bandar Lampung
Gambar 3.2. Lokasi Penelitian
Gambar 3.5. Cross Section Sungai Way Lunik I
Diagram  alir  (flowchart)  penelitian  merupakan  gambaran  dari  langkah-  langkah  penelitian dari mulainya proses penelitian hingga proses pengambilan kesimpulan  dan  saran
+7

Referensi

Dokumen terkait

No. Melalui laporan ini, dapat memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target sasaran dari masing-masing indikator kinerja sasaran yang ditetapkan dalam

materisebelum mengikuti praktikum laboratorium anatomi.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang kegiatan

“Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

Nilai derajat polimerisasi hasil hidrolisis xilanase isolat P pada substrat tongkol jagung mengalami penurunan sejalan dengan meningkatnya gula pereduksi yang

Tujuannya adalah mendeskripsikan pembelajaran dengan komputer yang dapat memberikan dampak yang positif terutama mendorong siswa lebih aktif dalam belajar

4.1.1.1. Etika dakwah; pesanten Darusy Syahadah menerapkan 3 etika dakwah sebagaimana telah disebutkan dalam Al-Quran yaitu: 1) Bil ḥ ikmah; pembagian porsi materi

Pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa pelayanan tingkat desa di Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan yang menyatakan “Baik” apabila diklasifikasikan berdasarkan jenis

Perlu kami jelaskan bahwa dalam melakukan penertiban dan pengawasan penambangan pasir di Kecamatan Rengat Barat kami selalu berupaya keras agar kegiatan penambangan