* Corresponding author
E-mail address: [email protected]
Pengaruh Jenis Dan Kombinasi Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
THE EFFECT OF DIFFERENT FEED TYPES AND COMBINATIONS ON THE GROWTH AND SURVIVAL RATE LARVAE OF MANFISH (Pterophyllum scalare)
Harisman1*, Sukendi2, dan Nur Asiah2
1) Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau 2) Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
INFORMASIARTIKEL
Diterima: 19 Juli 2021 Distujui: 19 Agustus 2021
Keywords:
Manfish, growth,feed,survival rate., Larvae of manfis (Pterophyllum scalare)
ABSTRACT
This Study aims to determine the type of feed that support growth and high survival for manfish. The research was carried out for 42 days (6 Weeks), at fish breeding and breeding laboratory (PPI) Department of Aquaculture. The method used in this study is the experimental method that uses one-factor Completely Randomized Design (CRD) consisting of six treatments with three replications. The treatment applied in this study is AR6 (Artemia sp. 6 weeks), KA6 (Water fleas 6 weeks), T6 (Tubifex sp. 6 weeks), AR3T3 (Artemia sp. 3 weeks, Tubifex sp. 3 weeks), KA3T3 (Water fleas 3 weeks, Tubifex sp. 3 weeks), and AR2KA2T2 (Artemia sp. 2 weeks, Water fleas 2weeks, Tubifex sp. 2 weeks). The result showed that the best treatment of types and their different food combination was found in T6 treatment (Tubifex sp. 6 weeks) produces absolute weight growth of 2,67 grams, growth of absolute length of 3,74 cm, specific growth rate of 13,05%, while the best survival rate found in the AR3T3 treatment (Artemia sp. 3 minggu, Tubifex sp. 3 minggu) is 85,67%. Water quality during the study was temperature ranging from 25-27,50C, pH ranged from 5,0-6,1 and DO was 5,0-6,7.
1. PENDAHULUAN
Ikan manfish (Pterophyllum scalare) merupakan salah satu ikan hias yang digemari di Indonesia karena bentuk, penampilan dan gerakannya yang indah. Ikan hias ini dicirikan dengan warna yang bergaris hitam putih diselingi warna kuning pada bagian dada. Kementrian Kelautan dan Perikanan menyatakan bahwa, saat ini Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara pengekspor ikan hias setelah Singapura dan Malaysia. Suhendra (2010) dalam Wahyu (2012) menyebutkan nilai ekspor pada 2010 lebih dari 12 juta US Dollar dan menurut Erlangga (2012) dalam wahyu (2012), nilainya meningkat hingga 16 juta US Dollar pada 2011. Nilai ekspor tersebut diprediksi menembus angka 19,2 juta Dollar pada akhir 2012 (Wahyu,2012).
Salah satu ikan hias air tawar yang banyak diminati adalah ikan maanvis, ikan ini berasal dari perairan Amazon dan disebut juga angel fish (ikan bidadari) karna bentuk dan warnanya yang menarik serta
pergerakannya yang tenang. Ikan hias yang dieskpor dapat diperoleh dari benih yang berkualitas, baik jenis maupun ukurannya.
Salah satu problema yang sering terjadi pada budidaya ikan Maanvis adalah rendahnya pertumbuhan larva. Salah satu faktor penyebab rendahnya pertumbuhan larva ialah pakan yang diberikan kurang sesuai dengan kebutuhan larva. Larva harus membutuhkan nutrisi yang cukup untuk tumbuh dan berkembang. Ikan Maanvis merupakan ikan karnivora.
Ikan karnivora membutuhan protein 25 – 50% untuk tumbuh dan berkembang.Pakan alami Tubifex sp., Kutu Air., dan Artemia sp. memiliki kadar protein yang tinggi. Nutrisi yang terdapat pada pakan Tubifex sp. yaitu protein 57%,lemak 13,30% dan karbohidrat 2,04% (Madinawati et al., 2011), Artemia sp 50-55% protein, 7-26% lemak, 6-22% karbohidrat (Zonneveld, Huisman and Boo, (1991),Kutu air, Moina sp. memiliki kandungan protein sebesar 37,38%, kadar air 99,60%, lemak 13,29% dan abu 11,00% (Mudjiman, 2008). Dapnia sp. yaitu protein 42,65%, lemak 8%, serat kasar 2,58% dan kadar air 94,78% dan abu 4% (Darmanto et al, 2000).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis dan kombinasi pakan yang berbeda terhadap kelangsungan hidup ikan manfish (Pterophyllum scalare).
2. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Febuari 2020 di Laboratorium Pemijahan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Bahan dan Alat Larva Ikan Maanvis
ikan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah larva ikan maanvis (Pterophyllum scalare) yang berumur 10 hari. Pada penelitian ini diperlukan larva ikan maanvis sebanyak 540 ekor, yang diperoleh dari dari hasil pemijahan alami yang dilakukan di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Induk ikan digunakan sebanyak 2 pasang ekor induk yang di beli pada petani ikan hias yang berada dijalan delima.
Wadah Pemeliharaan dan Air
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan larva dalam penelitian ini adalah aquarium yang berukuran 30x30x30 cm sebanyak 18 unit yang diisi air dengan volume 15 liter/unit, dan dilengkapi dengan aerasi untuk mensuplai oksigen terlarut kedalam wadah. Sebelum air diisi kedalam wadah pemeliharaan dilakukan perendaman dengan menggunakan larutan PK selama 24 jam dengan dosis1- 2 mg/l.
Pakan
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan alami yaitu Artemia sp, Kutu air dan Tubifex sp. Artemia sp diperoleh dari hasil penetasan cyste Artemia sp yang dilakukan sendiri 2 gr di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Kutu air didapatkan dialam dengan cara menangguk kutu air yang ada diselokan yang digenangi air di jalan bangau sakti. Cacing sutra (Tubifex sp) diperoleh dari membeli/membeli secara langsung kepada pengepul cacing sutra (Tubifex sp) yang ada di jln sigunggung.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan 6 taraf perlakuan dan 3 kali ulangan, sehingga diperlukan 18 unit wadah. Perlakuannya adalah jenis pakan alami, Artemia sp., kutu air., Tubifex sp. Kombinasi Artemia sp., dan Tubifex sp. Kombinasi kutu air dan Tubifex sp. Serta kombinasi Artemia sp. Kutu air dan Tubifex sp.
Adapun per lakuan sebagai berikut : AR6 : (Artemia sp.6 minggu) KA6 : (Kutu Air 6 minggu) T6 : (Tubifex sp. 6 minggu
AR3T3 : (Artemia sp. 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu) KA3T3 : (Kutu Air 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu)
AR2KA2T2 :(Artemia sp.2 minggu + Kutu Air 2 minggu + Tubifex sp. 2 minggu) Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang dipersiapkan berupa akuarium yang berukuran 30x30x30 cm sebanyak 18 unit wadah, akuarium yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan atau dicuci dengan larutan kalium permanganat (PK) dengan dosis 2 mg/L dan dikeringkan selama satu hari , kemudian dimasukkan air 15 liter/akuarium. Akuarium yang terisi air kemudian diberi aerasi untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut didalam air. Sebelum akuarium disusun diatas rak penelitian, dilakukan pengacakan untuk menentukan sudut awal. Setelah ditentukan sudut awal dilakukan pengacakan untuk menentukan penomoran dan pengacakan perlakuan. Alternatif dalam penomoran yang biasa dilakukan dalam penelitian ada 16 alternatif. Wadah pemijahan induk dilakukan di aquarium ukuran 30x30x30 cm. masing-masing pasang induk dipelihara dalam aquarium dengan diberikan aerasi dan pipa paralon sebagai medis substrat menempelkan telur oleh induk betina ikan maanvis.
Pemijahan Alami Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare)
Pemijahan ikan maanvis dilakukan secara alami, jumlah induk yang digunakan sebanyak 4 pasang induk. Setiap pasang induk dipelihara secara terpisah dengan menggunakan aquarium ukuran 30x30cm. pada akuarium induk dikasih aerasi, yang dimana digunakan sebagai penyupai oksigen kedalam wadah pemeliharaan induk. Pakan yang diberikan untuk pematangan induk menggunakan pakan alami yaitu jentik nyamuk. Pemberian pakan yaitu 3x sehari. Pada wadah induk dikasih pipa paralon sebagai media substrat menempelkan telur. Setelah telur ditempelkan di pipa paralon maka dipindahkan ke wadah penetasan telur dengan menggunakan bak fiber, bak fiber dilengkapi aerasi dan heater. Heater digunakan sebagai mengatur suhu penetasan telur. Telur ikan manvis akan menetas dalam waktu dua hari. setelah larva ikan maanvis menetas, larva belum dikasih pakan dikarenakan masih mempunyai kuning telur. Setelah 7 hari baru dikasih pakan alami yakni artemia sebelum dikasih perlakuan pemberian pakan.
Larva Uji
Larva yang digunakan dalam penelitian berumur 7 hari dan dilakukan adaptasi pakan selama 2 hari dari hasil pemijahan alami yang dilakukan dilaboratorium Pemijahan dan pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Sebelum dimasukkan ke dalam akuarium larva dipilih terlebeih dahulu dengan kriteria larva sehat dan tidak cacat. Larva ditimbang dan diukur panjang tubuhnya untuk mendapatkan bobot dan panjang awal larva.
Perhitungan Pakan Larva Uji
Pemberian Pakan Artemia yang diberikan sebanyak 100 ekor/individu untuk satu kali pemberian pakan ( Puspa dalam Slembrouck et al. 2005). Pertambahan pakan perhari yaitu 6%.Pemberian pakan Artemia sp diberikan sebanyak 23 mg, pemberian pakan Tubifex sp diberikan sebanyak 450 mg, sedangkan pemberian kutu air 1.840 mg. pemberian pakan dilakukan 3 kali sehari.
Pemeliharaan Larva Ikan Uji
Pemberian pakan Tubifex sp, Artemia sp, dan kutu air diberikan pakan sesuai perlakuan. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00WIB, 12.00 WIB, dan 17.00 WIB (Basuki Setiawan). . Pakan yang diberikan untuk larva dilakukan sesuai dengan perlakuan yang dicobakan.Pakan diberikan sedikit demi sedikit, setelah pakan yang diberikan habis diberikan lagi pakan tersebut sampai larva ikan maanvis tidak merespon pakan yang diberikan.
Pakan Tubifex sp. selama 7 hari pertama diberikan dengan cara mencincang Tubifex sp. tersebut, setelah itu baru diberikan Tubifex sp. secara utuhSelama masa pemeliharaan penyiponan setiap pagi hari sebelum pemberian pakan, bertujuan untuk membuang sisa-sisa pakan dan kotoran sebanyak 1/3 dari jumlah air yang terdapat didalam akuarium.
Parameter yang diukur
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Rumus yang digunakan untuk mengukur bobot mutlak menurut Effendie (1992) adalah:
Wm = Wt – Wo
Dimana : Wm = Pertambahan bobot mutlak rata-rata (g) Wt = Bobot rata-rata pada waktu ke t (g) Wo = bobot rata-rata pada waktu awal (g) Pertumbuhan Panjang Mutlak
Untuk pertumbuhan panjang mutlak larva digunakan rumus Effendie (1992) sebagai berikut : Lm = Lt – Lo
Dimana : Lm = Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata (mm) Lt = Panjang rata-rata pada waktu t (mm)
Lo = Panjang rata-rata pada awal pengamatan (mm) Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Pengukuran laju pertumbuhan bobot harian ikan dihitung dengan menggunakan rumus menurut Zonneveld et al (1991) yaitu :
SGR = Ln Wt – Ln Wo x 100 t
Dimana : SGR = Spesifik Growth Rate (laju pertumbuhan harian) (%hari) Wt = Bobot larva pada akhir penelitian
Wo = Bobot larva pada awal penelitian T = Lama penelitian (hari)
Kelulushidupan
Jumlah larva yang hidup pada awal dan akhir penelitian menurut Effendie (1992) dapat dihitung dengan rumus :
SR = Nt x 100%
No
Dimana : SR = Kelulushidupan (%)
Nt = Jumlah larva yang hidup pada akhir penelitian (ekor) No = Jumlah larva yang hidup pada awal penelitian (ekor) Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diukur selama kegiatan penelitian adalah parameter fisika (suhu), parameter kimia (pH, dan Oksigen terlarut). Kegiatan pengukuran dilakukan 3 kali yaitu pada awal, pertengahan dan akhir penelitian.
Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dihitung laju pertumbuhan harian, kelulushidupan (SR), Pertumbuhan mutlak, dan panjang mutlak. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter dianalisa dengan uji statistik dengan menggunakan analisis varian (ANAVA), tetapi sebelumnya diuji normalitas dan homogenitas. Apabila nilai probabilitas (P >0,05) maka ada pengaruh pemberian kombinasi pakan alami terhadap pertumbuhan benih larva ikan maanvis. Untuk mengetahui perbedaan antara tiap perlakuan, maka dilakukan uji lanjut yaitu Newman-Keuls. Sedangkan data kualitas air di analisis secara deskriptif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Jenis dan Kombinasi Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare) Hasil pengaruh pemberian pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan bobot mutlak (g), pertumbuhan panjang mutlak (cm), laju pertumbuhan bobot harian (% hari) dan kelulushidupan (%) larva ikan manfish (Pterophyllum scalare) yang dipelihara selama 42 hari (6 minggu)
Tabel 5. Rata-rata Pertumbuhan Bobot Mutlak (g), Panjang Mutlak (cm), Laju Pertumbuhan Harian (%hari), Tingkat Kelulushidupan (%) Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare) Selama Penelitian.
Tabel 5. Rata-rata Pertumbuhan Bobot Mutlak (g), Panjang Mutlak (cm), Laju Pertumbuhan Harian (%hari), Tingkat Kelulushidupan (%) Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare) Selama Penelitian
Perlakuan Bobot Mutlak
(g) ± std.dev LPS ± std.dev
Panjang mutlak (cm)
± std.dev
SR (%) ± std.dev AR6 0,32±0,06a 8,10±0,43a 2,402±0,49a 83,33±6,51 KA6 0,88±0,15ab 10,43±0,41b 2,693±0,25a 80,33±5,77 T6 2,67±0,50d 13,05±0,44d 3,747±0,25c 79,67±5,77 AR3T3 1,78±0,36c 12,09±0,43cd 3,469±0,17bc 85,67±2,31 KA3T3 1,65±0,23bc 11,92±0,32cd 3,458±0,15bc 76,67±12,34 AR2KA2T2 1,33±0,52bc 11,29±0,99bc 2,867±0,32ab 72,33±6,81
Cacatan : Nilai rataan pada kolom yang sama diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
Ket :
AR6 : Artemia sp. 6 minggu KA6 : Kutu Air 6 minggu T6 : Tubifex sp. 6 minggu
AR3T3 : Artemia sp. 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu KA3T3 : Kutu Air 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu
AR2KA2T2 : Artemia sp. 2 minggu + Kutu Air 2 minggu + Tubifex sp. 2 minggu
Berdasarkan hasil Analisis Variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa pengaruhpemberian pakan yang berbeda memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot, pertumbuhan panjang, laju pertumbuhan harian, dan kelulushidupan larva ikan manfish
Pertumbuhan Bobot Mutak Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Berdasarkan hasil penelitian partum buhan bobot mutlak larva ikan manfish disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 1.
Gambar 1. Histogram Pertumbuhan Bobot Mutlak Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Berdasarkan Gambar 1. dapat dilihat pertumbuhan bobot mutlak tertinggi ikan manfish selama 42 hari (6 minggu) penelitian diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan T6 (Tubifex sp. 6 minggu) yaitu sebesar 2,67 gram, dan diikuti perlakuan kombinasi AR3T3 (Artemia sp. 3 minggu + Tubifex sp.3 minggu) yaitu sebesar 1,78 gram.
Hasil penelitian ini lebih tinggi 2,67 gram dibandingkan penelitian Tito (2019) dan Dede (2016). Hal
0,32
0,88
2,67
1,78 1,65
1,33
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
AR6 KA6 T6 AR3T3 KA3T3 AR2KA2T2
Bobot Mutlak (g)
Perlakuan
ini diduga larva uji ikan maanvis telah mampu memanfaatkan Tubifex sp. sebagai pakan awal untuk pertumbuhan bobot larva. Kemampuan memanfaatkan Tubifex sp. dapat dilihat dari ikan uji. Habitat ikan uji cenderung beraktifitas didasar wadah sehingga lebih mudah mengejar pakan Tubifex sp. yang sifatnya melambai-lambai didasar wadah pemeliharaan.
Jamienso dalam Yusuf, (2016) menyatakan bahwa Tubifex sp. lebih baik dari pakan yang lainnya karena memiliki warna yang menarik yaitu kemerah-merahan dan bau yang khas sehingga larva tertarik dengan Tubifex sp. dan juga merupakan pakan hidup yang pergerakannya melambai didasar wadah sehingga larva lebih mudah untuk memangsanya. Sifat pakan alami yang bergerak tetapi tidak terlalu aktif akan mempermudah larva ikan untuk memangsa pakan tersebut (Nasution, 2012).
Selain itu, Tubifex sp. juga mudah dicerna (Afrianto dan Liviawaty,2005), Mubarat et al., (2011) menyatakan pakan Tubifex sp. sebagai pakan alami megandung enzim yang dapat membantu proses pencernaan sehingga dapat mencerna pakan dengan baik.
Menurut Yurisman dan Heltonika, (2010) kualitas pakan tidak hanya ditentukan oleh tingginya kandungan gizi, namun juga ditentukan oleh kebiasaan makan ikan, kebiasan makan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan, jika jenis ikan pakan yang diberikan sesuai dengan kebiasaan makan ikan, maka pakan yang diberikan dapat di makan oleh ikan tersebut. Ikan dapat memilih jenis makanan yang sesuai dengan kebiasan makan dan pergerakan pakan yang diberikan.
Pertumbuhan bobot terendah terdapat pada pemberian pakan Artemia 6 minggu (AR6) sebesar 0,32 gram. Hal ini disebabkan Artemia sp. bergerak aktif dan cenderung berada di permukaan wadah pemeliharaan.sehingga bagaimana larva yang masih pasif tidak memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan Artemia sp. dipermukaan. Selain itu Tubifex sp. dalam usus tercerna lebih cepat hanya 1,5-2 jam , sedangkan Artemia sp. memerlukan wakru cerna 24 jam (Bardach et al, 1972 dalam Kardini, 2005).
Pertumbuhan Panjang Mutlak Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Berdasarkan hasil penelitian panjang mutlak larva ikan manfish (Pterophyllum scalare) disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 2.
Gambar 2. Histogram Panjang Mutlak Larva Ikan Manfish
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh jenis dan kombinasi pakan yang berbeda terhadap pertumbuhan panjang mutlak dapat di lihat pada Gambar 2. Pemberian jenis dan kombinasi pakan yang berbeda yang terbaik diperoleh pada perlakuan T6 (Tubifex sp. 6 minggu) yaitu sebesar 3,74 cm, diikuti perlakuan kombinasi AR3T3 (Artemia sp. 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu) diperoleh panjang mutlak 3,46 cm, kemudian perlakuan kombinasi pakan KA3T3 (Kutu Air 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu) diperoleh panjang mutlak sebesar 3,45 cm.
2,40 2,69 3,75 3,47 3,46 2,87
0,000 2,000 4,000
Panjang Mutlak (cm)
Perlakuan
Tingginya pertumbuhan panjang mutlak pada perlakuan T6 ( Tubifex sp. 6 minggu) dikarenakan cacing Tubifex sp. merupakan pakan yang memiliki aroma khas, warna yang menarik dan mudah dicerna.
Selain itu Tubifex sp. memiliki enzim pencernaan (Protase, Lipase dan Amylase) yang dapat membantu proses pencernaan sehingga larva ikan Manfish (Pterophyllum scalare) lebih mudah menyerap nutrisi dari pakan yang diberikan. Selain itu Tubifex sp. yang cenderung beradah didasar wadah penelitian, bergerak melambai-lambai, memiliki warna yang menarik yaitu kemerah-merahan, sehingga larva pada saat diberikan pakan tersebut, larva tertarik untuk memangsa pakan yang diberikan.
Hasil penelitian yang dilakukan Suprapto dalam Pandiangan et al., (2019) menyatakan bahwa cacing Tubifex sp. mudah dicerna karena kelas Oligochaeta (Tubifex sp). tidak mempunyai kerangka skeleton sehingga lebih mudah dan cepat dicerna dalam usus larva. Selain itu, Tubifex sp. juga mengandung nutrisi yang lengkap berupa protein 57%, lemak 15,95%, kadar air 85,38%, kadar abu 5,32% dan serat kasar 1,94% (Priyadi et al., 2007).
Tingginya pertumbuhan bobot dan panjang total pada perlakuan pemberian Tubifex sp. diduga karena Tubifex sp. diberikan dalam kondisi hidup sehingga enzim yang terdapat dalam pakan tersebut bisa bekerja secara optimal dan ikan dapat memanfaatkan nutrisi yang terdapat pada pakan. Kandungan nutrisi yang terdapat pada pakan Tubifex sp. lebih tinggi, sehingga menyebabkan pakan Tubifex sp.
lebih baik daripada pakan cacing darah dan Daphnia sp. Hal ini sesuai dengan pendapat Bunasir et al.
(2002) bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi kemampuan ikan (merespon dan memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan) dan kuantitas pakan yang diberikan.
Saparinto (2009) menyatakan bahwa jika pertumbuhan bobot lebih tinggi daripada pertumbuhan panjang, maka akan membentuk tubuh menjadi gemuk, ikan yang gemuk disebabkan oleh asupan nutrisi yang cukup dan lingkungan yang baik. Kandungan protein dalam pakan bisa mempengaruhi pertumbuhan (Sutarmat et al. 2010).
Laju Pertumbuhan Bobot Harian Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Berdasarkan hasil selama penelitian diperoleh laju partum buhan bobot harian larva ikan manfish disetiap perlakuan disajikan pada Gambar 3.
Gambar 4. Histogram Pertum buhan Bobot Harian Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Berdasarkan hasil analisis variansi (ANAVA) menunjukkan bahwa pemberian jenis dan kombinasi pakan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak (P <0,05), pertumbuhan panjang mutlak (P<0,05), dan laju pertumbuhan harian larva ikan manfish (P<0,05). Hasil uji lanjut Student Newman-Keuls menunjukkan bahwa T6 (Tubifex sp. 6 minggu) berbeda nyata AR6, KA2,
AR2KA2T2, KA3T3, dan tidak berbeda nyata dengan AR3T3, .
Menurut Agung et al (2017) pemberian pakan dengan Tubifex sp. pada ikan maanvish menghasilkan pertumbuhan harian sebesar 2,48%. Kebiasaan makan sangat mempengaruhi pertumbuhan larva, jika
8,097 10,434 13,051 12,084 11,919 11,290
0,000 5,000 10,000 15,000
Laju pertumbuhan spesifik (%)
jenis pakan sesuai maka pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh larva tersebut. Effendie, (1997) menyatakan bahwa peningkatan laju pertumbuhan harian dapat disebabkan karena adanya peningkatan pada nutrisi pakan, umur dan ukuran ikan.
Kelulushidupan Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh jenis dan kombinasi pakan alami berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan maavis selama 42 hari/6 minggu diperoleh kelulushidupan ikan manfish yang disajikan pada gambar 4.
Gambar 5. Histogram Rata-rata Kelulushidupan Larva Ikan Manfish (Pterophyllum scalare)
Ket :
AR6 : Artemia sp. 6 minggu KA6 : Kutu Air 6 minggu T6 : Tubifex sp. 6 minggu
AR3T3 : Artemia sp. 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu KA3T3 : Kutu Air 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu
AR2KA2T2 : Artemia sp. 2 minggu + Kutu Air 2 minggu + Tubifex sp. 2 minggu
Berdasarkan Gambar 4. Kelulushidupan larva ikan manfish tertinggi terdapat pada perlakuan AR3T3
(Artemia sp. 3 minggu + Tubifex sp. 3 minggu) sebesar 86 %. Tingginya kelulushidupan pada perlakuan P4 dikarenakan pada 3 minggu pertama larva ikan maanvis diberikan pakan yang berukuran sangat kecil seperti Artemia sp. yang berukuran 20-30 mikron. Selain itu Artemia sp. juga disukai dan dapat memberikan gizi yang menunjang kelulushidupan larva menjadi sehat.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Yurisman dan Sukendi (2004) bahwa Artemia sp. merupakan salah satu makanan alami yang digemari oleh larva ikan air tawar. Berdasarkan Murdinah et al . (1999) dalam Priyadi et al. (2010), pemberian pakan yang bermutu dan disenangi oleh ikan, selain dapat mempertinggi derajat efisiensi pakan, penggunaan pakan juga dapat memacu pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Kemudian pada 3 minggu akhir dengan pemberian pakan Tubifex sp. yang sudah mengalami pertumbuhan bobot maupun panjang dan bukaan mulut larva juga ikut melebar sehingga sesuai dengan pakan Tubifex sp. selain itu sifat Tubifex sp yang juga dapat bertahan lama dalam wadah pemeliharaaan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh larva ikan maanvis (Pterophyllum scalare).
Pemberian pakan AR3T3 mengunakan Artemia sp dan Tubifex sp., menghasilkan kelangsungan hidup yang tertiggi. Hal ini diduga karena pakan yang diberikan sesuai dengan bukaan mulut benih ikan Maanvis sehingga dapat dimaanfaatkan oleh ikan tersebut untuk tumbuh dan hidup.
Sharma et al. (2012) menyatakan bahwa kemampuan ikan menerima pakan tergantung pada jenis pakan dan ukuran pakan. Rahardjo et al. (2011) menyatakan bahwa pakan yang mampu dicerna oleh ikan akan diubah menjadi energi untuk maintenance, mengganti sel-sel rusak pada jaringan tubuh ikan,
83 80 80 86 77 72
6070 8090
SR (%)
Perlakuan
dan pertumbuhan. Tinggi rendahnya pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih dipengaruhi oleh kualitas telur, kemampuan sperma dalam membuahi sel telur, dan peralihan pakan. Saluran pencernaan benih ikan Maanvis bisa menerima pakan alami Tubifex sp., Daphnia sp., dan cacing darah sehingga bisa dicerna dengan baik.
Nilai kelulushidupan larva selama penelitian 42 hari tergolong baik, mengacu kepada pernyataan Nursani (2012) kelulushidupan larva lebih dari 50% tergolong baik, 30-50% tergolong sedang, kurang dari 30% tidak baik Hal ini juga disebabkan karena pakan yang digunakan merupakan pakan yang biasa digunakan untuk pemeliharaan ikan manfish dan sesuai dengan bukaan mulut ikan.
Mulyani et al. (2014) dalam Silaban (2018) menyatakan bahwa kelangsungan hidup ikan sangat bergantung pada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup mendukung pertumbuhan ikan. Dari hasil Analisis Variansi (ANAVA) menujukkan bahwa pengaruh jenis dan kombinasi pakan yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kelulushidupan larva ikan manfish (P<0,05).
Kualitas Air
Parameter yang diukur Kualitas Air
Awal Pertengahan Akhir
Suhu (oC) 27 26-27 25-27,2OC
pH 6,1 5,0 - 6,0 5,7 - 6,7
DO (mg/L) 5,0 6,0-6,3 6,0-6,7
berdasarkan data Tabel 6 dapat dilihat bahwa suhu selama penelitian berkisar 25,3-27,5oC, Ph kisaran 5,0-6,7 dan DO berkisar antara 5,0-6,7 mg/L. Data ini mendukung pemeliharaan larva maanvis secara optimal sesuai dengan kriteria. Hal ini sesuai menurut Susanto (2000) ikan maanvis yang dipelihara dalam akuarium hidup pada air bersuhu 20-26 oC, Sedangkan kisaran pH yang mendukung pertumbuhan adalah 6,7-7,0. Oksigen terlarut yang diperlukan bagi ikan maanvis bias berkembang biak dengan baik adalah 4-6 ppm (Adminrad 2008). Menurut Sukmawardi (2011) Perbedaan suhu disebabkan oleh keadaaan cuaca seperti hujan dan panas dari sinar matahari. Dahlia (2012) menyatakan bahwa perbedaan suhu yang tidak melebihi 10oC masih tergolong dan kisaran suhu yang baik untuk daerah tropic adalah 25-32oC
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengaruh jenis dan kombinasi pakan alami berbeda berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan larva ikan manfish yang di pelihara selama 6 minggu (42 hari) 2. Jenis pakan T6 merupakan perlakuan yang terbaik yakni dengan pertumbuhan bobot mutlak 2,67 g,
pertumbuhan panjang mutlak 3,74 cm, laju pertumbuhan harian 13,05% dan kelulushidupan sekitar 80%.
3. Jenis kombinasi terbaik yakni pada perlakuan AR3T3 yakni dengan pertumbuhan bobok mutlak 1,78 g, pertumbuhan panjang mutlak 3,46 cm, laju pertumbuhan harian 12,09% dan kelulushidupan 85%.
Berdasarkan penelitian ini penulis menyarankan kepada pembudidaya agar Pemberian Tubifex sp selama 6 minggu pemeliharaan larva ikan maanvis diberikan setelah larva berumur 10 hari. Perlu penelitian lanjutan tentang pengaruh pergantian Tubifex sp. dengan pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kululushidupan larva ikan manfish (Pterophyllum scalare).
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penilisan artike ini, serta kepada jurusan budidaya perairan fakultas perikanan dan kelautan universitas riau yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana perikanan
6. DAFTAR PUSTAKA
Agung et al., 2017. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Maanvis (Pterophyllum scalare). Jurnal Mina Sains. 9 hlm.
Afrianto, E. dan E.Liviawati. 2005. Pakan Ikan. Kansius. Yogyakarta. 148 hal.
Bunasir, Fahmi MN, Fauzan GTM. 2002. Pembesaran Ikan Papuyu (Anabas testudineus Bloch) yang Dipelihara dalam Kolam Sebagai Salah Satu Alternatif Usaha. (Laporan Perekayasaan).
Lokakarya Budidaya Air Tawar Kalimantan Selatan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya.
Departemen Kelautan dan Perikanan. Banjarbaru
Darmanto, D. Satyani, A. Putra, Chumiadi dan M. Rochjat D. 2000. Budidaya Pakan Alami untuk Budidaya Ikan Air Tawar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Instalasi dan Pengkajian, Teknologi Pertanian, Jakarta. 21 hal.
Effendi I, Widanarni, Augustine D. 2003. Perkembangan Enzim Pencernaan Larva Ikan Patin, Pangasius hypothalmus IPB. Bogor. Jurnal Akuakultur Indonesia. (1): 13-20.
Kadarini , T. 2005. Pengaruh pemberian cacing rambut, Chironomus, dan campurannya terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih balashark (Balantiocheilus melanopterus Bleeker).
Penelitian. Perikanan. Indonesia,III :169-174.
Mudjiman, A. 2008. Makanan Ikan. Penerbit : swadaya. Jakarta. Hal 191
Nasution, Z. 2012. Kelembagaan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan "Lelang Lebak Lebung" Dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan (Studi Kasus Di Kabupaten Ogan Komeling Ilir-Sumatera Selatan) Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. 182 hlm.
Nursani A. 2012. Pengaruh suhu dan lama kejutan panas terhadap ikan lele sangkuriang (Clarias gariepenus). IJAS. 2(1):9-26
Nusihran, T. S. E. (2009). Pengaruh Jenis Bahan Pakan Pasta Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok hypopthalmus). Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.Pekanbaru.
Pandingan, T.F., Sukendi, dan Nuraini. 2019. Pengaruh Jenis dan Kombinasi Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Lele Mutiara (Clarias gariepinus Burchell, 1822). JOM Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, 6(1) : 1-9.
Priyadi, A., Kusrini, E., dan Megawati., T. 2007. Pertumbuhan dan Sintasan Larva Ikan Upside Down Catfish. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 749-754.
Priyadi, A. E. K. T. M. (2010). Perlakuan Berbagai jenis Pakan Alami untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Sintasan larva Ikan Upside Down Catfish (Synodontis nigriventris).
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 749–754.
Rahardjo MF, Sjafei DS, Affandi R, Hutabarat J, Sulistiono. 2011. Ikhtiology. Bandung: Lubuk Agung.
Saparinto C. 2009. Panduan Lengkap Belut. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sharma D, Das J, Dutta A. 2012. Effect of Cetain Feeds on Growth and Survival of Ompok pabo (Hamilton-Buchanan Hatchlings in Captive Condition). Journal International of Scientific and Research Publications (2):1-5.
Silaban, A. K. (2018). Pengaruh Pemberian Pakan Alami (Tubifex sp., Daphnia sp., Infusoria) Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
[Skripsi]. Program studi manajemen sumberdaya perairan Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara
Sutarmat T, Himawan TY Nyoman AG. 2010. Pengembangan dan Aplikasi Pakan Buatan Untuk Budidaya Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus Di Keramba Jaring Apung. Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Wahyu. (2012). Peningkatan Produksi Ikan Maanvis Pterophyllum scalare Dalam Budidaya System Resirkulasi Melalui Peningkatan Padat Tebar. [Skripsi]. Departemen budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Yurisman dan B.Heltonika. 2010. Pengaruh Kombinasi Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Selais (Ompok Hypophthalmus)
Yurisman dan Sukendi. 2004. Biologi dan Kultur Pakan Alami. Unri Press Pekanbaru. 140 hal.
Yusuf, M. 2016. Pemberian Pakan Alami Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Iggir-inggir (Mystus nigriceps). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Pekanbaru. 103 hlm. (Tidak diterbitkan)
Zonneveld, N. Huisman, E, A. Boon. J. H. Boon 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Penerbit PT.
Gramedia. Jakarta. 313 hal.