• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. penalaran siswa secara aktif mengumpulkan informasi-informasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. penalaran siswa secara aktif mengumpulkan informasi-informasi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Kongnitif merupakan suatu aspek pengetahuan dan penalaran siswa secara aktif mengumpulkan informasi-informasi sehingga dapat memecahkan masalah sederhana hingga masalah yang rumit sesuai dengan tahap perkembangannya masing- masing. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Suprihatiningrum, (2013: 275) perkembangan kongnitif siswa terperinci menjadi empat yaitu perkembangan kongnitif, moral, empati dan emosional. Saat memasuki usia Sekolah Dasar peran sekolah sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri siswa dikarenakan pada masa ini mulai muncul model dan karakter yang berbeda dengan keunikan serta keistimewaan yang berbeda pula pada diri siswa. Masa usia Sekolah Dasar merupakan masa

(2)

anak-anak akhir yang berangsur dari usia 6 sampai 11 atau 12 tahun, pada masa sekolah dasar sering juga disebut dengan masa keserasian sekolah yaitu secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dibandingkan pada masa sebelumnya.

Masa keserasian sekolah dapat diperinci menjadi dua fase yaitu masa kelas rendah masa kelas tinggi. Masa kelas rendah Sekolah Dasar berangsung pada anak umur 6 atau 7 tahun sampai dengan 9 atau 10 tahun yang memiliki sifat khas anak pada masanya diantaranya 1) adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah 2) sikap tunduk kepada peraturan-peraturan 3) ada kecenderungan memuji diri sendiri 4) suka membandingkan dirinya dengan anak lain 5) jika tidak dapat menyelesaikan suatu masalah maka masalah tersebut dianggap tidak penting 6) pada usia 6-8 anak menhendaki nilai rapot yang baik tanpa melihat pantas atau tidak diberi nilai yang baik. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar berlangsung pada umur 9

(3)

atau 10 tahun sampai dengan umur 12 atau 13 tahun dengan sifat khas pada masa ini diantaranya 1) memiliki minat terhadap kehidupan sehari-hari yang kongkret 2) memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sangat realistis dan mau belajar 3) memiliki minat pada hal atau keahlian khusus 4) setelah kira-kira berusia 11 tahun, umumnya dalam menghadapi tugas-tugasnya dengan berusaha menyelesaikannya sendiri 5) nilai pada rapor sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolah 6) pada masa ini, anak gemar membentuk kelompok sebaya (Majid, 2014: 8). Dari kajian pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pada usia anak kelas V rata-rata usia 10-12 tahun berada pada tahap operasional konkret, ciri pokok perkembangan siswa pada tahap ini siswa sudah mulai mampu menggunakan dan menerapkan aturan-aturan yang jelas dan logis.

2. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan Menggunakan Metode STAD

(4)

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pendidikan nasional yang bertujuan untuk pengembangkan kemampuan peserta didik melalui aktivitas jasmani (Utama Bandi, 2011). Sehingga pendidikan jasmani harus diajarkan kepada setiap peserta didik pada semua jenjang pendidikan.Pembelajaran pendidikan jasmani dimulai pada tahap usia dini untuk merangsang pertumbuhan organik, motorik, intelektual dan perkembangan emosional (Solihin, Faisal, &

Dadang, 2013). Hal tersebut menandakan bahwa pada tahap usia dini, pendidikan jasmani mempunyai peran yang sangat penting membentuk karakter.

Tahap pendidikan usia dini merupakan tahap yang penting untuk mempersiapkan anak dalam menghadapi perkembangan di masa depan, sehingga pembelajaraan yang bermakna sangat penting dalam mewujudkan sumber daya yang berkualitas.

Pembelajaran yang bermakna dimaksudkan untuk memberikan

(5)

ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, hal tersebut menandakan bahwa pembelajaran tidak boleh hanya sekedar konsep dan teori. Proses sosialisasi dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam membentuk karakter anak, sehingga di masa depan anak akan memiliki rasa saling memiliki antar sesama.

Dalam konteks pembangunan nasional, hal tersebut sangat penting dalam membentuk peradaban bangsa yang unggul.

Realita yang terjadi di masyarakat menunjukan bahwa banyak orangtua yang belum mampu mengoptimalkan potensi anak (Choirun Nisak Aulina, 2013), kegiatan yang dilakukan orangtua hanya bersifat menjaga secara fisik serta memberikan asupan gizi yang dibutuhkan, akan tetapi kurang dalam memberikan stimulasi edukasi.

Metode pembelajaran kooperatif STAD menjadikan siswa lebih berpartisipasi dalam pembelajaran, aktivitasnya meningkat,

(6)

berani menyampaikan pendapat, mampu menjelaskan persoalan pelajaran lewat diskusi dan kerja kelompok, nilai afeksi dan psikomotornya juga meningkat. Farihah (2005) mengungkapkan bahwa, penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada proses pembelajaran membuat siswa lebih mudah memahami materi pelajaran karena adanya saling membantu antarsiswa dalam kelompok sehingga siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.

3. Materi Permainan Bola Besar a. Sepak bola

Sepak bola meurpakan suatu permainan yang dilakukan dengan cara menyepak bola, yang mempunyai tujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan dan mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan bola dari regu lawan dengan aturan-aturan tertentu (bola, lapangan, pemain, kostum, peraturan permainan, waktu). Dalam memainkan

(7)

bola pemain diperbolehkan menggunakan seluruh anggota badan kecuali tangan dan lengan. Hanya penjaga gawang diperbolehkan memainkan bola dengan kaki dan tangan.

b. Kilas singkat sejarah permainan sepak bola

Dari peninggalan sejarah, kita mengenal beberapa sebutan sepak bola. Pada jaman Cina kuno (dinasti Han), sepakbola dikenal dengan “tanchu”. Di Italia zaman Romawi dikenal dengan “haspartun”, di Perancis yang selanjutnya menyebar ke Normandia dan Britania (Inggris), dikenal dengan “choule”. Di Yunani kuno dikenal “epishyros” dan di Jepang dikenal dengan istilah “kemari”. Pada tanggal 26 Oktober 1863 didirikan sebuah badan yang disebut “ English Football Assosiation”. Kemudian tanggal 26 Desember 1863 lahirlah peraturan permainan sepakbola modern yang disusun oleh badan tersebut yang dalam perkembangannya mengalami perubahan. Atas inisiatif Guerin (Perancis) pada

(8)

tanggal 21 Mei 1904 berdirilah federasi sepakbola internasional dengan nama “ Federation International de Football Association” (FIFA). Atas inisiatif Julies Rimet tahun 1930 diselenggarakan kejuaraan dunia sepakbola pertama di Montevidio, Uruguay. Karena jasanya, maka mulai 1946 piala dunia tersebut bernama “Julies Rimet Cup”.

Kejuaraan tersebut diadakan 4 tahun sekali dan mulai tahun 1970 piala tersebut menjadi milik Brasil, sebab negara ini telah memenangkan piala ini sebanyak 3 kali berturut-turut.

Di Indonesia, tanggal 19 April 1930 dibentuk Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) di Yogyakarta dengan dukungan bond-bond / perkumpulan sepakbola diberbagai daerah di tanah air. Pengurus PSSI pertama kali diketuai Ir. Suratin Sosrosugondo. Untuk mengenang jasa-jasanya dalam membina dan mempertahankan berdirinya PSSI, maka mulai tahun 1966

(9)

diadakan kejuaraan sepakbola tingkat taruna remaja dengan nama ‘ Piala Suratin / Suratin Cup”

c. Teknik-teknik dasar sepak bola

Teknik ini bermacam-macam. Keahlian ini sangat diperlukan dalam pertandingan yang berkualitas. Teknik sepak bola dapat dibedakan sebagai berikut ;

1. Teknik tanpa bola / teknik badan

Yaitu cara pemain menguasai gerak tubuhnya dalam permainan yang menyangkut cara berlari, cara melompat, dan cara gerak tipu badan.

a. Teknik dengan bola

1) Teknik menendang bola 2) Teknik menahan bola

Misal : bola menyusur tanah / ground ball, bola memantul / bouncing ball dan bola tinggi dengan

(10)

berbagai teknik dan variasinya menggunakan anggota badan selain tangan dan lengan.

b. Menggiring bola / dribbling

Umumnya hal ini dilakukan dengan 3 cara : menggiring bola dengan kaki bagian dalam, kaki bagian luar, dan dengan menggunakan punggung kaki.

c. Teknik gerak tipu dengan bola

Yaitu gerak tipu badan (gerak tipu tanpa bola) namun menggunakan bola. Gerak tipu ini bertujuan untuk “menipu” sehingga dapat melampaui lawan.

Pada umumnya gerak tipu dilakukan dengan gerakan kaki, ayunan badan atau berhenti dengan tiba-tiba.

d. Teknik menyundul bola

(11)

Perkenaan bola pada dahi bukan ubun-ubun yaitu diatas mata.

e. Teknik merampas bola (tackling)

Ada tiga macam : berhadapan (tanpa menjatuhkan diri), meluncur (sliding tackle) dengan kaki bagian dalam, dan meluncur (sliding tackle) dengan kaki bagian luar.

f. Teknik melempar bola (trhow-in)

Dilakukan bila bola keluar melalui garis samping lapangan permainan. Tidak boleh membuat gol dari lemparan dalam. Saat lemparan ke dalam tidak ada offside. Cara lemparan ke dalam :

1) Bola dipegang dengan seluruh jari dan telapak tangan pada kedua sisi atau belakang bola.

2) Lemparan dilakukan dari luar garis tepi lapangan permainan

(12)

3) Saat melempar, kedua kaki harus tetap berpijak di tanah

4) Bola harus dilempar kearah lapangan permainan dengan kedua tangan, melalui atas belakang kepala dan lemparan sesuai dengan arah pandangan.

g. Teknik penjaga gawang

Teknik yang harus dikuasai antara lain :

menangkap bola yang bergulir ke tanah, menangkap bola setinggi perut, menangkap bola setinggi dada, dan men-tip (menepis bola melayang di udara) bola tinggi melalui atas gawang.

h. Hubungan Pengaruh Belajar Kelompok terhadap hasil belajar

Di saat kondisi pandemi yang belom berakhir kita semua di tuntut untuk menjaga kesehatan dan

(13)

mematuhi anjuran yang di berikan pemerinta. Sekarang proses belajar mengajar masih belom di buka seperti kondisi sebelum ada pandemi hal ini yang membuat siswa tidak bisa mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan kurang efektif, siswa belajar di rumah masing- masing menggunakan semartfhone ini merupakan hal baru bagi siswa maupun siswi karena kondisi covid 19 yang makin menyebar luas dan siswa di harapkan menuntut ilmu meskipun kondisinya seperti ini, saya mempunyai trobosan agar supaya pembelajaran sekolah bisa berlangsung dan tetap efektif yaitu dengan Belajar Kelompok ini merupakan metode atau cara dengan membagi siswa dalam satu kelas untuk membuat kelompok kecil misal di kelas ada 20 orang di kelasitu di bagi menjadi empat kelompok masing masing kelompok ada ketuanya dan ada tempat untuk

(14)

belajar, sesuai aturan dari pemerintah kita harus menghindari kerumunan agar virus covid 19 tidak menyebar luas sehingga saya membagi lima orang supaya tidak berkerumun dan tetap jaga jarak pada saat proses pembelajaran, peran guru mendatangi rumah rumah yang sudah di bagi kelompok dan menjelaskan materi yang akan diajarkan. Cara ini agar siswa tetap bisa bertemu denganteman ataupu gurunya sehingga ada timbal balik pada saat proses pembelajaran berlangsung dan menjadi efektif , tetapi membutuhkan waktu yang lumayan lama pada proses pembelajarn berlangsung.

Rohma (2015) menyatakan bahwa hasil belajar di pengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam atau internal dan faktor yang berasal dariluar adalah external, faktor dari dalam terdiri dari fisiologi dan

(15)

psikologi, sedangkan faktor dari luar terdiri dari instrumental dan lingkungan. Faktor fisiologi di bagi menjadi kondisi panca indera dan kondisi tubuh. Faktor psikologi terdiri dari kecerdasan, potensi, rasa, ketertarikan terhadap sesuatu, kemampuan kognitif dan motivasi. Faktor lingkungan terdiri dari sosial dan alam sedangkan faktor instrumental adalah kurikulum sarana prasarana.

Hasil belajar merupakan sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa dari kemampuan menguasai materi pembelajaran dengan melibatkan aspek kongnitif melalui tes belajar yang dinyatakan memalui bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang telah dicapai oleh setiap siswa pada periode tertentu. Sejalan dengan pendapat yang diungkapkan Suprihatiningrum (2013:37) bahwa hasil belajar erat

(16)

kaitannya dengan belajar yang dibedakan menjadi 2 yaitu pengetahuan dan keterampilan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya motivasi prestasi yang dapat dilihat dari tinggi rendahnya hasil yang dicapai siswa dengan memberikan skor terhadap kemampuan siswa.

Selain itu Hasil belajar merupakan suatu pencapaian seseorang untuk mencapai serta menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan ditunjukkan melalui tes tertulis maupun tidak tertulis yang diberikan oleh guru (Majid, 2014:24). Sehingga dapat diketahui hasil belajar merupakan sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai oleh siswa dalam pengalaman mengikuti proses pembelajaran yang dapat diukur menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan, tes prestasi belajar bertujuan untuk

(17)

mengetahui keberhasilan siswa dalam belajar melalui menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan penilaian, tes harus disusun terencana serta menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dari beberapa kajian ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang berhasil dicapai oleh siswa dalam suatu proses transfer informasi dan pengetahuan yang dapat diukur dengan tes hasil belajar.

Terdapat aspek hasil belajar menurut Suprihatiningrum, (2013:38) berpendapat bahwa sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, aspek kongnitif merupakan kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, lingkup kongnitif membahas tujuan

(18)

pembelajaran berkenaan dengan proses yang bermula dari tingkat rendah hingga tingkat yang lebih tinggi. B. KAJIAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

No Nama

peneliti

Tahun Judul Hasil

1. Yahya Eko Nurpiyanto

2020 Penerapan belajar kelompok untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada pembelajaran penjas siswa sekolah dasar

Dari hasil penerapan belajar kelompok siswa menjadi termotivasi pada pembelajaran penjas sekolah dasar

2. Edi Ahmad Susanto

2012 Pengelolaan kelompok belajar tentang sepak bola

Pengelolaan kelompok menjadikan siswa lebih efektif lagi dalam

melaksanakan pembelajaran tentang sepak bola 3. Anang

setiyawan

2012 Pengaruh pembelajaran permaianan bola terhadap tingkat kesegaran jasmani

Penerapan pembelajaran permaianan bola besar menjadikan siswa lebih mengerti

(19)

peraturan dan dasar dasar bermaian bola besar .

1. Penelitian yang dilakukan oleh Yahya Eko Nupiyanto 2020 dalam jurnal dengan judul “Penerapan Belajar Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Pembelajaran Penjas Siswa Sekolah Dasar” menyimpulkan bahwa penerapan belajar kelompok berhasil meningkatkan motivasi dan hasil belajar dapat di lihat dari hasil nilai pre test nya lalu dilakukan post test hasilnya terjadi peningkatan. Adapun persamaannya terletak pada sama- sama menggunakan belajar kelompok dan melihat hasil belaja, sedangkan perbedaan nya terletak pada materi yang di ajarkan dan sampel penelitiannya.

2. Penelitian yang di lakukan oleh Edi Ahmad Sutanto dengan judul “Pengelolaan Kelompok Belajar Tentang Sepak Bola” menyimpulkan bahwa pengelolaan kelompok belajar

(20)

mengenai sepak bola agar bisa menjadikan siswa nya lebih giat lagi saat melakukan aktivitas dalam permaianan sepak bola, Adapun persamaan terletak pada proses pembelajaran nya berkelompok berkelompok, sedangkan perbedaan nya terletak pada materi yang di ajarkan oleh penelitih.

3. Penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Permaianan Bola Terhadap Tingkat Kesegaran Jasmani”

mengetahui perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran jasmani pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif penelitian ini menggunakan data yang objektif, permasalahan yang dijadikan penelitian ini adalah permaianan bola besar adalah permaian yang mempunyai aturan baku dan mempunyai induk organisasi, setelah di ketahui dan di fahami latar belakang masalah maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana pengaruh permaianan bola besar terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa kelas V (lima).

(21)

HIPOTESIS PENELITIAN

Sebelum melakukan penelitian dan pengumpulan data, perlu dirumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan atau jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti sehingga hipotesis penelitian sebagai berikut:

H: Tidak ada pengaruh penerapan Belajar Kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas V di SDN Sumbersari 2 Malang H: Ada pengaruh penerapan Belajar Kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas V di SDN Sumbersari 2 Malang.

(22)

C. KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Pengaruh Belajar

Kelompok ( edukasi keliling ) Terhadap Hasil Belajar pada siswa kelas V di SDN

Sumbersari 2 Malang

KONDISI IDEAL 1.Belajar Kelompok siswa dapat berfikir kreatif membaut soaldari materi yang dipelajari 2.dapat menciptakan suasana

belajar yang bermakna danmenyenangkan dalam

proses pembelajaran pembelajarn

Pembelajaran penjaskes materi permaianan bola besar

Perlakuan

Kelas experimen

Belajar Kelompok konvensional Kelas kontrol HASIL :

Tidak ada pengaruh Belajar Kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas V di SDN Sumbersari 2 Malang.

Ada pengaruh penerapan Belajar Kelompok terhadap hasil belajar siswa kelas V di SDN Sumbersari 2 Malang..

Gambar

Tabel 2.1 Kajian Penelitian yang Relevan
Gambar 2.1 Kerangka PikirPengaruh Belajar

Referensi

Dokumen terkait