• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bahan Ajar Tematik Integratif Subtema 1 Tema 7 Berdasarkan Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Bahan Ajar Tematik Integratif Subtema 1 Tema 7 Berdasarkan Pendekatan Saintifik untuk Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori 2.1.1. Bahan Ajar

2.1.1.1. Pengertian Bahan Ajar

Kegiatan pembelajaran ibarat suatu aktivitas produksi suatu produk, karena sama-sama melibatkan banyak komponen. Bahan merupakan komponen yang akan diubah menjadi produk jadi. Itu berarti bahan harus ada setiap akan melaksanakan produksi barang tertentu. Dalam dunia pendidikan, bahan ajar memiliki peran yang sangat penting saat kegiatan belajar mengajar.

Menurut National Centre for Competency Based Training dalam Andi (2013:16) bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Segala bentuk bahan yang dapat membantu dalam kegiatan belajar mengajar dapat disebut sebagai bahan ajar.

Kemudian Pannen dalam Andi (2013:17) mengungkapkan bahwa bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari pendapat Pannen, bahan ajar yang berupa materi pelajaran harus tersusun secara sistematis dan digunakan dalam proses belajar mengajar baik oleh siswa maupun guru.

Ada pula menurut Andi (2013:17) bahwa materi ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Andi berpendapat bahwa bahan ajar sebagai segala bahan yang disusun secara sistematis dan digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi peserta didik.

(2)

7

tertulis) yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran guna mencapai kompetensi tertentu.

2.1.1.2Macam-Macam Bahan Ajar

Terdapat banyak jenis bahan ajar sebagai sarana pendukung dalam kegiatan belajar mengajar seperti buku, lembar kerja siswa, modul, rekaman, video, gambar, maket dan sebagainya. Berbagai jenis bahan ajar tersebut diklasifikasikan berdasarkan kriteria-kriteria tertentu oleh beberapa ahli berikut ini.

Menurut Andi Prastowo (2012:40) beberapa kriteria yang menjadi acuan dalam membuat klasifikasi bahan ajar adalah berdasarkan bentuknya, cara kerjanya, dan sifatnya, sebagaimana akan diuraikan dalam penjelasan berikut.

Menurut bentuknya, bahan ajar dibedakan menjadi empat macam, yaitu bahan cetak, bahan ajar dengar, bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif. Bahan cetak (printed), yakni sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contohnya, handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar, dan model atau maket. Bahan ajar dengar atau program audio, yakni semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contohnya, kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual), yakni segala sesuatu yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak secara sekuensial. Contohnya, video compact disk dan film. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah dan/atau perilaku alami dari suatu presentasi. Contohnya, compact disk interative.

(3)

8

memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan/atau dipelajari peserta didik. contohnya, slide,filmstrips, overhead transparancies, dan proyeksi komputer. Bahan ajar audio, yakni bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkam dalam suatu media rekam. Untuk menggunakannya, kita memerlukan alat pemain (player) media rekam tersebut, seperti tape compo, CD player, multimedia player, dan lain sebagainya. Contoh bahan ajar seperti ini adalah kaset, CD, flash disk, dan lain-lain. Bahan ajar video, yakni bahan ajar yang memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD player, DVD player, dan sebagainya. Karena bahan ajar ini hampir mirip dengan bahan ajar audio, maka bahan ajar ini juga memerlukan media rekam. Hanya saja, bahan ajar ini dilengkapi dengan gambar. Jadi, dalam tampilan, dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara secara bersamaan. Contohnya, video, film, dan lain sebagainya. Bahan ajar (media) komputer, yakni berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan komputer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contohnya, computer mediated instructions dan computer based multimedia atau hypermedia.

Berdasarkan sifatnya, bahan ajar dapat dibagi menjadi empat macam yakni bahan ajar cetak, bahan ajar berbasis teknologi, bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, dan bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia. Bahan ajar yang berbasiskan cetak, misalnya buku, pamflet, panduan belajar siswa, bahan tutorial, buku kerja siswa, peta, charts, foto bahan dari majalah serta koran, dan lain sebagainya. Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, misalnya audio cassette, siaran radio, slide, filmstrips, film, video cassettes, siaran televisi, video interaktif, computer based tutorial, dan multimedia. Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek, misalnya kit sains, lembar observasi, lembar wawancara, dan lain sebagainya. Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh), misalnya telepon, Ihand phone, video conferencing, dan lain sebagainya.

Andi membedakan bahan ajar berdasarkan beberapa kriteria yakni berdasarkan bentuk, cara kerja dan sifatnya. Kriteria-kriteria tersebut mewakili berbagai jenis bahan ajar yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar baik oleh siswa maupun oleh guru.

(4)

9

wallchart, foto/gambar, non cetak (non printed), seperti model/maket. (2) bahan

ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. (3) bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, dan film. (4) bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (computer assisted instruction), CD (compact disk), multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Daryanto dan Dwicahyono mengklasifikasikan bahan ajar ke dalam empat macam yaitu bahan ajar pandang (visual), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar (audio visual), dan bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material).

2.1.1.3Prinsip-Prinsip Memilih Bahan Ajar

Masalah yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran salah satunya adalah memilih atau menentukan bahan ajar yang tepat dalam rangka mencapai kompetensi siswa. Arif dan Napitupulu dalam Andi (2012:374), menyatakan bahwa ada beberapa prinsip yang mesti kita pegang dalam memilih bahan ajar seperti dikutip dibawah ini.

Pertama, isi bahan ajar hendaklah sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kedua, bahan ajar hendaklah sesuai dengan kebutuhan peserta didik, baik dalam bentuk maupun tingkat kesulitannya. Ketiga, bahan ajar hendaklah betul-betul baik dalam penyajian faktualnya. Keempat, bahan ajar hendaklah benar-benar mengambarkan latar belakang dan suasana yang dihayati oleh peserta didik. Kelima, bahan ajar hendaklah mudah dan ekonomis penggunaannya. Keenam, bahan ajar hendaklah cocok dengan gaya belajar peserta didik. ketujuh, lingkungan di mana bahan ajar digunakan harus tepat sesuai dengan jenis media yang digunakan.

Menurut Arif dan Napitulu, bahan ajar yang dipilih harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, sesuai dengan kebutuhan peserta didik, penyajian bahan ajar sesuai dengan karakteristik siswa, mudah digunakan serta ekonomis, sesuai dengan gaya belajar siswa, dan dengan lingkungan siswa.

Menurut Andi (2012:379) beberapa pertimbangan untuk memilih bahan ajar adalah sebagai berikut:

(5)

10

tersusun secara lengkap, paling tidak mencakup antara lain judul, pernyataan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, petunjuk penggunaannya, informasi, langkah kerja, dan penilaian. (3) Materi memberikan penjelasan secara lengkap tentang definisi, klasifikasi, prosedur, perbandingan, rangkuman, dan sebagainya. (4) Padat pengetahuan. (5) Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan. (6) Kalimat yang disajikan singkat dan jelas. (7) Menuntun guru dan siswa, sehingga mudah digunakan. (8) Beberapa modul dapat di-download dari internet.

Andi mengungkapkan beberapa pertimbangan dalam memilih bahan ajar sebagaimana telah dipaparkan di atas. Materi yang pilih harus sesuai dengan kompetensi dasar, tersusun lengkap, memberikan penjelasan yang lengkap, padat pengetahuan, kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan, kalimat singkat dan jelas, mudah digunakan, dan mudah didapat.

2.1.2 Pendekatan Saintifik

2.1.2.1Pengertian Pendekatan Saintifik

Menurut Daryanto (2014:51), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.

Daryanto menyebutkan pendekatan saintifik sebagai proses pembelajaran yang tersusun secara sistematis berdasarkan tahapan-tahapan ilmiah. Menurutnya ada tujuh tahapan pendekatan saintifik, dimulai dari tahap mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan temuan.

Permendikbud dalam Fauziah (2013:166) menjelaskan tentang pengertian pendekatan saitifik sebagai berikut ini.

(6)

11

fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. (2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. (3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran. (4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. (5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. (6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan. (7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajianya.

Pengertian pendekatan saintifik berdasarkan permendikbud diatas menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan beberapa kriteria yang menjadi ciri khasnya yaitu: materi pembelajaran berbasis fakta, penjelasan guru maupun respon siswa memiliki alur yang logis, memotivasi dan menginspirasi siswa berpikir kritis, analitis dan tepat, mendorong dan menginspirasi siswa sehingga mampu memahami, menerapkan dan mengembangkan pola pikir rasional dan objektif, berbasis pada fakta yang dapat dipertanggungjawabkan, dan tujuan pembelajaran dirumukan sederhana, jelas dan menarik.

Hosnan (2014:34) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Berdasarkan pendapat Hosnan, pendekatan saintifik membantu siswa memahami berbagai materi dengan menggunakan pendekatan ilmiah, memberi pemahaman bahwa informasi terdapat dimana saja, dan kapan saja,

(7)

12

yang berpusat pada siswa yang dirancang secara sistematis berdasarkan pendekatan ilmiah sehingga menggasilkan siswa yang produktif, inovatif, kreatif dan aktif.

2.1.2.2. Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik

Menurut Susilana (2013:186), dalam pendekatan saintifik ada beberapa tahap/kegiatan, yaitu: Observing, Questioning, Associatting, Experimenting, Processing, Conclusing, Presenting. Observing adalah proses mengamati suatu

fakta. Queestioning adalah proses menanyakan atau membuat hipotesis segala sesuatu seputar fakta yang diamati. Associating adalah menalar atau melakukan asosiasi antara yang diketahui sebelumnya dengan dengan apa yang baru diketahui. Experimenting adalah menguji pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis yang muncul dalam questioning. Processing adalah kegiatan yang dilakukan untuk merumuskan pengetahuan yang diperoleh dari empat proses sebelumnya. Conclusing adalah merumuskan atau menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh.

Presenting adalah menyajikan pengetahuan yang diperoleh kepada orang lain.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum pada lampiran IV seperti dijelaskan dibawah ini.

Pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca, atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan... Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tuggal sampai sumber yang beragam.

(8)

13

banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

(9)

14

Menurut Hosnan (2014), langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang

dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik).

Langkah-langkah pendekatan saintifik meliputi: menggali informasi melalui observing/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, dilajutkan dengan menganalisis, associating/menalar, kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/networking.

Hosnan menyebutkan ada delapan langkah dalam pendekatan saintifik, yaitu menggali informasi, bertanya, percobaan, mengolah data, menganalisis data, menalar, menyimpulkan, menciptakan dan membentuk jaringan.

2.1.3 Tematik Integratif

2.1.3.1Pengertian Tematik Integratif

Menurut Kurniawan (2014:95) Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari beberapa mata pelajaran ke dalam sebuah tema. Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran akan tetapi juga keterkaitannya dengan konsep dari mata pelajaran lain. Pembelajaran tematik juga dapat diartikan sebagai pola pembelajaran mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, kemahiran, nilai dan sikap pembelajaran dengan menggunakan tema.

Menurut Muhammad Nuh, yang tercantum pada salinan Permendikbud materi guru mengenai implementasi kurikulum 2013 (2013:3), pembelajaran tematik integratif/terpadu merupakan pendekatan pembelajaaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema tertentu saja kompetensi yang harus dicapai siswa harus memnuhi, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(10)

15

akan terjadi apabila perintiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi tema maka siswa akan sekaligus belajar tentang proses dan isi beberapa mata pelajaran secara serempak.

Menurut Hadi Subroto dalam Sekar (2013:69), pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih dan dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi semakin bermakna. Nana Syaodih Sukmadinata dalam Sekar (2013:69) memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajar. Bahan ajar disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran.

Menurut Sukandi dkk dalam Sekar (2013:70), pembelajaran tematik pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema. Dengan demikan, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan dalam satu pertemuan.

Dari beberapa pengertian tentang pendekatan integratif diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema.

2.1.3.2Langkah-Langkah Pembelajaran Tematik Integratif

(11)

16

Langkah-langkah pembelajaran terdiri dari: (1) Kegiatan pendahuluan: merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan membangktkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik agar siap mengikuti proses pembelajaran. (2) Kegiatan inti: merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik utnuk berpartisifatif aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemudian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. kegiatan inti dilakukan melalui proses ekslorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Ketiga proses tersebut dirancang secara terpadu melalui kegiatan mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan membaca. (3) Kegiatan penutup: merefleksikan kegiatan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian, refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut berupa penugasan terstruktur dan atau kegiatan mandiri tidak terstruktur.

2.1.4 Efektivitas Pembelajaran

(12)

17

yang heterogen sebelum mengerjakan tugas individu dapat membantu siswa untuk mendapatkan inspirasi dari teman sekaligus membiasakan siswa memberikan pendapat dan menghargai pendapat orang lain.

Ketiga aspek keefektifan pembelajaran yang dipaparkan oleh Ornstein dan Levine di atas dapat dicapai melalui model pembelajaran yang efektif. Manajemen kelas, aktivitas pembelajaran siswa dan cara pengelompokkan siswa merupakan beberapa aspek yang terdapat di dalam komponen-komponen model pembelajaran.

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menjelaskan agar pembelajaran tertentu dapat mencapai hasil belajar yang maksimal, maka proses pembelajaran baik melalui model dan metode pembelajaran harus dilaksanakan dengan efektif. Keefektifan pembelajaran ditengarai dari proses dan hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Muara dari proses pembelajaran yang efektif tersebut adalah hasil pembelajaran yang ditandai oleh ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai minimal dari KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

Berdasarkan beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif bila aspek-aspek proses pembelajaran dan hasil pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik. Aspek dalam proses pembelajaran yang dimaksud adalah manajemen kelas, aktivitas-aktivitas pembelajaran yang diinstruksikan guru, dan pengelompokan siswa. dengan terpenuhinya aspek-aspek tersebut, maka hasil belajar siswa dapat tuntas atau mencapai KKM.

2.1.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

(13)

18

kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari ligkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan pendapat Slameto yang telah diuraikan diatas, ada dua faktor yang mempengaruhi belajar siswa yakni faktor intern yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor extern yang berasal dari dalam diri siswa.

Mudzakir dan Sutrisno (1997: 155-168) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam diri manusia) meliputi: (1) Faktor fisiologi, yang meliputi karena sakit, karena kurang sehat, karena cacat tubuh. (2) Faktor psikologi, yang meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif, dan daya nalar peserta didik. Adapun faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang yang meliputi: (1) Lingkungan keluarga, (2) Lingkungan sekolah, (3) Lingkungan masyarakat.

Mudzakir dan Sutrisno juga mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi, sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Berdasarkan beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dikelompokkan menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa meliputi faktor-faktor yang bersifat fisiologis dan psikologis. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor-faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan paling luas yaitu masyarakat.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

(14)

19

layak, (2) Penilaian validator terhadap lembar aktivitas siswa, pada instrumen penilaian diperoleh nilai rata-rata persentase 86,11% yang berarti sangat layak, dan (3) proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan buku ajar dan lembar aktivitas siswa berada pada kategori baik dilihat dari nilai rata-rata persentase 86,36% dan terjadi ketuntasan hasil belajar serta peningkatan sebesar 24,14%.

Hasil penelitian pengembangan dari Farah Diba, Zulkardi, Trimurti Saleh

(2009) yang berjudul “Pengembangan Materi Pembelajaran Bilangan Berdasarkan

Pendidikan Matematika Realistik untuk Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Siswa memberikan sikap positif terhadap pembelajaran matematika yang dilihat dari komentar mereka, serta tes kemampuan mereka yang menunjukkan hasil baik dengan rata-rata 79,79 dimana 34 orang siswa (82,93%) memperoleh nilai ≥ 66. Oleh karena itu, prototipe ketiga buku siswa yang peneliti disain mempunyai potensial efek untuk siswa kelas V SD Negeri 117 Palembang dan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran bilangan.

Hasil penelitian pengembangan dari Retno Ningtyas, Tri Nova Hasti Yunianta dan Wahyudi (2014) yang berjudul “Handout Pembelajaran Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar Kelas III”. Pembelajaran dengan menggunakan produk ini menjadi lebih menyenangkan dan membuat siswa menjadi aktif. Selain berisi gambar-gambar yang sesuai dengan tema yang berkaitan dengan lingkungan rumah, produk ini juga menyajikan proses terbentuknya suatu rumus sehingga siswa dapat belajar secara runtut dengan rumus yang diperoleh.

(15)

20

keterampilan proses dan hasil belajar sains siswa yang menggunakan LKS sains berbasis kerja laboratorium lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan LKS sains berbasis kerja laboratorium lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menggunakan LKS sains dari sekolah dengan Sig. <0,05.

Hasil penelitian yang pernah dilakukan diatas dianalisis berdasarkan hasil penelitian seperti pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Hasil Penelitian yang Relevan

No. Nama Peneliti Judul Penelitian Kelas Hasil Penelitian 1 Kustiah Pengembangan Buku Ajar

dan Lembar Aktivitas

(16)

21

Gambar

Tabel 1 Hasil Penelitian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Dari bentuk visual dan mengacu pada hasil pengujian kadar karbon pada arang serbuk gergaji kayu glugu, maka partikel yang digunakan sebagai filler komposit adalah arang serbuk

Untuk itu pada penelitian kali ini akan mencoba membangun Portal sebagai wadah aplikasi Flash sehingga dapat menjadi Portal E-learning Interaktif.. Diharapkan dengan adanya

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan simpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan yaitu, penelitian ini menemukan bahwa indeks ASX200 dan SSE berpengaruh tidak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil Estimasi fungsi survival Kaplan Meier dan fungsi hazard kumulatif Nelson Aalen menunjukan bahwa semakin lama pasien

bergerak melewati medium, gelombang yang dihasilkan adalah penjumlahan masing-masing perpindahan dari tiap gelombang pada setiap titik.  Sebenarnya hanya berlaku

c. Manusia adalah he#an berakal budi d. Manusia tahu bah#a dia tidak tahu.. ristoteles menolak dualisme plato yang mempertentangkan &amp;i#a dan tubuh&gt; dan

Para mahasiswa akan dibimbing untuk memahami kaitan antara masalah penelitian dan penyusunan disain penelitian, serta metodologi untuk menyelesaikan masalah dalam penelitian dengan

Vibrator adalah alat perojok atau alat penggetar pada saat pengecoran, yang Vibrator adalah alat perojok atau alat penggetar pada saat pengecoran, yang berfungsi