BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan menjelaskan tinjauan pustaka yang digunakan. Tinjauan pustaka yang digunakan yaitu persepsi, sistem transportasi, sarana dan prasarana transportasi, terminal bus sebagai penunjang transportasi, dan pelayanan terminal.
2.1. Persepsi
Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Rahmat (1996) berpendapat bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Sugiharto (2007) persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia.
Setiap individu memiliki perbedaan sudut pandang berdasarkan penginderaan masing-masing. Proses persepsi akan tetap berlangsung selama manusia mengenal lingkungannya sehingga dalam melakukan interaksi dengan berbagai hal seperti dengan lingkungan akan memberikan respon atau reaksi yang berbeda-beda berdasarkan tingkah laku, pendapat, atau sikap berdasarkan masing-masing individu.
Persepsi dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yaitu pengetahuan, pengalaman, dan sudut pandang. Suharman (2005) berpendapat bahwa persepsi terdiri dari tiga aspek yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indra, pengenalan pola, dan perhatian. Dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap individu dapat berbeda-beda berdasarkan panca indra yang dirasakan setiap individu masing-masing dan merupakan proses bagaimana masing-masing individu menginterpretasikan masukan-masukan informasi dan pengalaman yang ada dan kemudian memberikan gambaran atau penilaian yang dirasakan.
2.2. Sistem Transportasi
Didalam buku Perencanaan, Pemodelan & Rekayasa Transportasi, Z Tamin (1997) berpendapat bahwa sistem adalah gabungan beberapa komponen atau objek yang saling berkaitan. Dalam setiap sistem, perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya termasuk pada sistem transportasi. Perubahan pada komponen kegiatan (aktivitas tata guna lahan) dan sistem transportasi (jaringan jalan) akan menyebabkan perubahan pada komponen sistem pergerakan. Sehingga dapat dikatakatan bahwa sistem pergerakan merupakan fungsi dari keberadaan sistem kegiatan dan sistem transportasi.
Sedangkan untuk pengertian transportasi adalah pemindahan penumpang dan barang dari satu tempat ke tempat lain (Hadihardaja, 1997). Transportasi memiliki dua unsur penting yaitu pergerakan (movement) dan secara fisik terjadi perpindahan tempat atas barang atau penumpang dengan atau tanpa alat angkut ke tempat lain. Menurut Setijowarno dan Frazila (2001), pergerakan orang dan barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya mengikuti tiga kondisi yaitu:
a. Perlengkapan, relatif menarik antara dua atau lebih tujuan.
b. Keinginan untuk mengatasi jarak, dimana sebagai perpindahan yang diukur dalam kerangka waktu dan ruang yang dibutuhkan untuk mengatasi jarak dan teknologi terbaik untuk mencapainya.
c. Kesempatan intervensi berkompetisi di antara beberapa lokasi untuk memenuhi kebutuhan dan penyediaan.
Suatu transportasi dikatakan dengan baik apabila waktu perjalanan cukup cepat dan tidak mengalami kecelakaan, frekuensi pelayanan cukup, serta aman (bebas dari kemungkinan kecelakaan) dan kondisi pelayanan yang nyaman (Miro, 1997).
Menurut (Tamin, 2000) transportasi diselenggarakan dengan tujuan:
1. Mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur.
2. Memadukan transportasi lainnya dalam suatu kesatuan sistem transportasi nasional. Menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan untuk menunjang pemerataan petumbuhan dan stabilitas serta sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan sosial.
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 49 Tahun 2005, sistem transportasi adalah tatanan transportasi yang terorganisasi secara kesisteman terdiri dari transportasi jalan, transportasi kereta api, transportasi udara, serta transportasi pipa, yang masing-masing terdiri dari sarana dan prasarana, kecuali pipa, yang saling berinteraksi dengan dukungan perangkat lunak dan perangkat pikir membentuk suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang efektif dan efisien, berfungsi melayani perpindahan orang dan atau barang, yang terus berkembang secara dinamis.
Sumber: Tamin, 2000
GAMBAR 2. 1.
SISTEM TRANSPORTASI MAKRO
Sistem transportasi dikelompokkan atas dua jenis, yaitu sistem transportasi makro dan sistem transportasi mikro. Sistem transportasi makro merupakan gabungan dari beberapa komponen yang lebih kecil (mikro), yaitu sistem kegiatan, sistem jaringan, sistem pergerakan, dan sistem kelembagaan. Perubahan pada sistem kegiatan jelas akan mempengaruhi sistem jaringan melalui suatu perubahan pada tingkat pelayanan sistem pergerakan. Begitu juga perubahan pada sistem jaringan akan dapat mempengaruhi sistem kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksesibilitas dari sistem pergerakan tersebut. Selain itu, sistem pergerakan memegang peranan penting dalam menampung pergerakan agar tercipta pergerakan yang lancar dan dapat memengaruhi kembali sistem kegiatan dan sistem jaringan yang ada dalam bentuk aksesibilitas dan mobilitas.
Menurut Rodrigue (2006), sistem transportasi terdiri dari tiga elemen inti yaitu simpul, jaringan, dan permintaan. Simpul adalah lokasi di mana pergerakan berasal, berakhir, dan dipindahkan. Jaringan adalah seperangkat lintasan infrastruktur transportasi. Sedangkan permintaan berasal dari manusia dan barang dalam pemenuhan kebutuhan. Hubungan yang terjadi dari ketiga elemen ini adalah sebagai berikut.
a. Lokasi, yaitu hubungan antara simpul dan permintaan dalam melayani kebutuhan manusia.
b. Lalu lintas, yaitu hubungan permintaan terhadap kapasitas jalan dalam mendukung lalu lintas.
c. Terminal, yaitu hubungan antara simpul dan jaringan jalan dalam mengendalikan arus lalu lintas.
Setiap daerah memiliki jenis kebutuhan transportasi yang berbeda, hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi fisik lingkungan daerah tersebut. Jika suatu kondisi daerah tersebut tidak memiliki perairan maka angkutan laut tidak dapat disediakan begitu juga dengan kereta api karena tidak semua daerah dapat dilalui perlintasan kereta api. Maka dari itu, setiap daerah memiliki perencanaan transportasi yang sesuai dengan kebutuhan daerahnya.
2.3. Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana dan prasarana transportasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendistribusikan barang dan jasa termasuk mobilitas manusia. Sarana dan prasarana merupakan faktor yang saling menunjang dan menjadi kebutuhan utama dalam sistem transportasi.
2.3.1. Sarana Transportasi
Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mencapai makna dan tujuan (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008). Sarana transportasi merupakan alat yang digunakan untuk mendukung pergerakan masyarakat untuk sampai ke tujuan. sebagai contohnya yaitu moda transportasi seperti kereta api, mobil, pesawat, dan lain-lain. Dagun et. Al (2006:87) dalam (Muharany, 2018)
mengungkapkan bahwa transportasi yang baik bagi pelayanan publik harus memiliki tiga kriteria dasar, yaitu kenyamanan, keamanan, dan kecepatan.
Ketentuan pertama adalah kenyamanan, yaitu aspek kenyamanan harus dapat dirasakan oleh penumpang yang menggunakan sarana transportasi. Penumpang akan merasa nyaman di dalam sarana transportasi bila pada sarana tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi penumpangnya. Ketentuan kedua adalah keamanan, aspek rasa aman yang dirasakan oleh penumpang selama mendapatkan pelayanan transportasi. Beberapa indikator yang digunakan dalam mengukur rasa aman diantaranya adalah sistem tertutup dimana sarana transportasi tidak mudah diakses oleh pihak lain yang bukan penumpang. Ketentuan ketiga adalah kecepatan, yaitu ketentuan terpenuhinya waktu sampai ke tempat tujuan dengan cepat dan atau tepat. Ketentuan ini hanya dapat terpenuhi bila sarana transportasi didukung dengan prasarana yang khusus.
2.3.2. Prasarana Transportasi
Didalam buku Perencanaan, Pemodelan & Rekayasa Transportasi dijelaskan bahwa kebutuhan akan transportasi bersifat sangat kualitatif dan mempunyai ciri yang berbeda-beda sebagai fungsi dari waktu, tujuan perjalanan, frekuensi, jenis kargo yang diangkut, dan lain-lain. Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan biasanya dilakukan setiap hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga.
Dalam melakukan pergerakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terdapat dua pilihan, yaitu bergerak dengan moda transportasi atau tanpa moda transportasi (berjalan kaki). Pergerakan tanpa moda transportasi biasanya berjarak 1-2 km, sedangkan pergerakan dengan moda transportasi berjarak sedang atau jauh.
Jenis moda transportasi yang digunakan juga sangat beragam, seperti mobil pribadi, taksi, bus, kereta api, sepeda motor, pesawat terbang, dan kapal laut. Apapun moda transportasinya, moda tersebut tidak akan pernah dapat bergerak jika tidak mempersiapkan tempat transportasi tersebut bergerak seperti jalan raya, rel, bandar udara, terminal, dan pelabuhan laut yang biasa disebut sistem prasarana transportasi.
Ciri utama sistem prasarana transportasi adalah melayani pengguna bukan berupa barang atau komoditas. Oleh karena itu, prasarana tersebut tidak mungkin dan digunakan hanya pada saat diperlukan. Sistem prasarana transportasi harus selalu dapat digunakan dimanapun dan kapan pun. Pada dasarnya sistem prasarana transportasi mempunyai dua peran utama, yaitu:
Sebagai alat bantu untuk mengarahkan pembangunan di daerah perkotaan (trade follows the ship).
Sebagai prasarana bagi pergerakan manusia atau barang yang timbul akibat adanya kegiatan di daerah perkotaan tersebut (ship follows the trade).
Peran pertama sering digunakan oleh para perencana pengembang wilayah untuk dapat mengembangkan wilayahnya sesuai dengan rencana. Dalam hal ini dapat dicontohkan seperti pada daerah permukiman baru yang akan dipasarkan, jika didaerah tersebut tidak disediakan sistem transportasi maka tidak akan pernah ada peminatnya. Tetapi jika sistem prasarana transportasinya telah tersedia, maka aksesibilitas permukiman tersebut menjadi mudah untuk diakses yang akhirnya dapat meningkatkan minat pembeli untuk tinggal di daerah tersebut. Setelah kawasan tersebut berkembang, maka kebutuhan akan pergerakan akan meningkat dan kebutuhan sistem prasarana transportasinya ditingkatkan sesuai dengan peramalan kebutuhan akan pergerakan pada masa mendatang. Sistem prasarana transportasi terbentuk dari:
Sistem prasarana (penunjang), misalnya sistem jaringan jalan raya atau jalan rel, dan terminal.
Sistem manajemen transportasi, misalnya undang-undang, peraturan, dan kebijakan.
Beberapa jenis moda transportasi dengan berbagai macam operatornya.
2.4. Terminal Bus sebagai Fasilitas Penunjang Transportasi
Transportasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan, maka dalam hal ini perencanaan dan pengembangan transportasi perlu ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk terlaksananya keterpaduaan intra dan antar moda secara lancar dan tertib maka perlu dibangun terminal di tempat-tempat tertentu sebagai fasilitas penunjang transportasi.
2.4.1. Pengertian dan Fungsi Terminal
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terminal adalah tempat pangkalan kendaraan bermotor umum yang digunakan untuk mengatur kedatangan dan keberangkatan, menaikkan dan menurunkan orang dan/atau barang, serta perpindahan moda angkutan.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.22 tahun 2009, tentang Lalu Lintas Angkatan Jalan, terminal merupakan:
a. Titik simpul dalam jaringan transportasi yang berfungsi untuk pelayanan secara umum.
b. Tempat pengawasan, pengendalian, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.
c. Prasarana angkutan merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barangmerupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang.
d. Unsur tata ruang yang berperanan penting bagi efisiensi kehidupan kota.
Fungsi pokok terminal menurut (Warpani, 1990) ada empat, yaitu: menyediakan akses ke kendaraan yang bergerak pada jalur khusus; menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan atau pergantian moda angkutan dari kendaraan yang bergerak pada jalur khusus ke moda angkutan lain; menyediakan sarana simpul lalu lintas, tempat konsolidasi lalu lintas; menyediakan tempat untuk menyimpan kendaraan.
Sebagai prasarana transportasi yang terhubung dalam sistem jaringan transportasi, terminal memiliki beberapa fungsi. Menurut (Edward, 1984) memiliki fungsi-fungsi yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Memuat penumpang atau barang ke atas kendaraan serta membongkar dan memindahkan dari satu kendaraan ke kendaraan lain.
2. Menampung penumpang atau barang dari waktu tiba sampai waktu berangkat kemungkinan untuk memproses barang, dan menyediakan kenyamanan penumpang (misalnya pelayanan makan, dan sebagainya).
3. Menyiapkan dokumentasi perjalanan, menimbang muatan, memilih rute, menjual tiket penumpang, memeriksa pesanan tempat.
4. Mengumpulkan penumpang dan barang di dalam grup-grup berukuran ekonomis untuk diangkut dan untuk menurunkan mereka setelah tiba di tempat tujuan.
Selanjutnya, Wright dan Ashford (1998) dalam Parapat et.al (2005) memiliki pendapat sendiri tentang fungsi terminal, yaitu:
1. Sebagai titik konsentrasi (traffic consentration) dimana penumpang berkumpul dari segala arah untuk melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.
2. Sebagai titik dispersi (classification and sorting) dimana penumpang menyebar sesuai dengan tujuannya.
3. Sebagai titik tempat berganti moda angkutan (traffic interchange) dimana terjadi perpindahan moda angkutan yang dilakukan oleh penumpang untuk melanjutkan perjalanan.
4. Sebagai titik pusat layanan (service avaibility) untuk bongkar muat (loading and unloading), penyimpanan jangka pendek (storage) dan tempat proses untuk pembelian tiket, menunggu, menyimpan bawaan penumpang dan prosedur lain.
2.4.2. Tipe dan Kelas Terminal
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan, terminal penumpang menurut peran pelayanannya dikelompokkan dalam tipe yang terdiri atas:
a. Terminal penumpang tipe A merupakan terminal yang peran utamanya melayani kendaraan umum untuk angkutan lintas batas negara dan/atau angkutan antar kota antar provinsi yang dipadukan dengan pelayanan angkutan antrakota dalam provinsi, angkutan perkotaan, dan/atau angkutan pedesaan.
b. Terminal penumpang tipe B merupakan terminal yang peran utamanya melayani kendaraan umum untuk angkutan antarkota dalam provinsi yang dipadukan dengan pelayanan angkutan perkotaan dan/atau angkutan perdesaan.
c. Terminal penumpang tipe C merupakan terminal yang peran utamanya melayani kendaraan umum untuk angkutan perkotaan atau pedesaan.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan Jalan, terminal penumpang tipe A dan tipe B diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3. Kelas terminal ini ditetapkan melalui kajian teknis terhadap intensitas kendaraan yang dilayani dengan mendasarkan kriteria tingkat permintaan angkutan, keterpaduan pelayanan angkutan, jumlah trayek, jenis pelayanan angkutan, fasilitas utama dan fasilitas penunjang terminal, dan simpul asal dan tujuan angkutan.
2.4.3. Lokasi Terminal Ditinjau dari Aspek Tata Ruang
Terminal merupakan salah satu elemen dalam sistem transportasi yang keberadaannya tidak lepas dari sistem pergerakan dan pola jaringan jalan dalam suatu kota. Kegiatan yang berlangsung di dalam terminal cukup kompleks dan menyangkut pergerakan kendaraan dan penumpang di dalam maupun luar terminal, maka lokasi terminal harus tepat sehingga tidak menimbulkan kemacetan atau gangguan lalu lintas. Ditinjau dari posisi terhadap elemen transportasi jalan, menurut Morlock (1978) lokasi terminal dapat dibedakan menjadi terminal off street (diluar jaringan jalan) dan on street (pada jaringan jalan) sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Sumber: (Morlock, 1978)
GAMBAR 2. 2.
TERMINAL DITINJAU TERHADAP TRANSPORTASI JALAN
Jika ditinjau dari sistem kota, lokasi terminal dapat ditentukan dengan dua model, yaitu nearside terminating dan model central terminating (Perhubungan, 1998). Model central terminating berlokasi di tengah kota, dan biasanya merupakan terminal terpadu. Konsep ini merupakan konsep lama namun memiliki beberapa keuntungan yaitu:
1. Letaknya relatif dekat dengan pusat aktivitas, sehingga berpotensi sebagai pembangkit dan penarik perjalanan.
2. Mengurangi transfer, karena distribusi perjalanan ke seluruh bagian kota dapat dilakukan langsung dari terminal tersebut.
3. Mudah dicapai penumpang.
Kelemahan pada model ini adalah tidak adanya pemisah antara arus lokal dengan regional sehingga dapat menyebabkan terjadinya permasalahan terhadap lalu lintas seperti kemacetan. Sedangkan untuk model nearside terminating, terminal dikembangkan di pinggir kota dan pergerakan di dalam kota dilayani oleh angkutan kota yang berasal dan berakhir di terminal-terminal yang ada. Konsep ini dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Model pengembangan terminal di daerah pinggiran kota tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Di pinggir kota masih tersedia lahan yang cukup luas.
2. Aktivitas di pinggiran kota tidak terlalu padat 3. Menghindari tumpang tindih perjalanan
Pada prinsipnya, pembangunan terminal dimaksudkan untuk menyediakan tempat aktivitas penumpang dan kendaraan sehingga lokasi terminal hendaknya dapat dicapai dengan mudah oleh penumpang maupun kendaraan umum.
2.5. Pelayanan Terminal
Istilah pelayanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Menurut Lukman dalam (Sinambela, 2006) adalah pelayanan merupakan suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau masih secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Pelayanan berkaitan erat dengan masyarakat sehingga pelayanan lebih dikenal dengan istilah pelayanan publik. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM 40 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Penyelenggaraan Terminal Penumpang Angkutan jalan, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Didalam pelayanan publik memiliki standar pelayanan yang menjadi tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan penilaian kualitas pelayanan kepada masyarakat. Standar pelayanan terminal penumpang merupakan pedoman bagi penyelenggara terminal angkutan jalan dalam memberikan pelayanan jasa kepada seluruh pengguna terminal. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM 40 Tahun 2015, standar pelayanan terminal penumpang angkutan jalan wajib memenuhi standar pelayanan minimal sebagai berikut.
a. Pelayanan keselamatan b. Pelayanan keamanan
c. Pelayanan kehandalan/keteraturan d. Pelayanan kenyamanan
e. Pelayanan kemudahan/keterjangkauan f. Pelayanan kesetaraan.
Menurut Sedayu et.al (2014), pelayanan terminal penumpang untuk angkutan bus terminal tipe A juga didasari oleh aksesibilitas yang dilihat dari jarak area masuk dan keluar terminal terhadap jalan dan kemudahan mencapai lokasi.
Keberadaan terminal dengan aksesibilitas yang baik sangat berpengaruh terhadap minat masyarakat menggunakan terminal
2.6. Tingkat Pelayanan dengan Pemanfaatan Terminal
Sesuai dengan fungsi terminal, masyarakat sebagai pengguna jasa terminal memanfaatkan terminal sebagai tempat untuk mendapatkan jasa pelayanan transportasi dari dan ke tempat tujuan, seperti tempat untuk naik dan turun dari kendaraan, tempat untuk istirahat sementara/menunggu kendaraan, tempat untuk mendapatkan informasi perjalanan dan sebagai tempat untuk mendapatkan pelayanan-pelayanan yang terkait dengan kegiatan transportasi. Ciri utama sistem
prasarana transportasi adalah melayani pengguna, bukan berupa barang atau komoditas (Tamin, 2000). Terminal sebagai ruang publik memiliki itensitas pemanfaatan yang sangat tinggi. Pelayanan di terminal merupakan faktor yang sangat berhubungan terhadap minat masyarakat dalam memanfaatkan terminal, dengan pelayanan yang baik membuat pemanfaatan di terminal dapat optimal.
Dalam penelitian (Fahlevi & Mukhsin, 2017), faktor-faktor yang menyebabkan tidak berfungsinya Terminal disebabkan oleh pelayanan yang terdiri dari
a. Pelayanan keselamatan, yang terdiri dari lajur pejalan kaki, jalur evakuasi, fasilitas dan petugas kesehatan, alat pemadam kebakaran.
b. Pelayanan keamanan, yang terdiri dari fasilitas keamanan, petugas keamanan, dan media pengaduan gangguan keamanan.
c. Pelayanan kehandalan/keteraturan, yang terdiri dari jadwal kedatangan dan keberangkatan kendaraan umum, loket penjualan tiket, dan kantor penyelenggara terminal.
d. Pelayanan kenyamanan, yang terdiri dari ruang tunggu, toilet, fasilitas peribadatan, ruang terbuka hijau, rumah makan/kantin, fasilitas dan petugas kebersihan, dan area merokok.
e. Pelayanan kemudahan/keterjangkauan, yang terdiri dari letak jalur pemberangkatan dan kedatangan, informasi pelayanan, tempat penitipan barang, tempat naik/turun penumpang, dan tempat parkir kendaraan umum dan pribadi.
f. Pelayanan kesetaraan, yang terdiri dari fasilitas penyandang cacat dan ruang ibu menyusui.
Sedangkan menurut Muzammil et.al (2019), faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan di Terminal sebagai berikut.
a. Ketersediaan jalur pejalan kaki yang tidak menimbulkan crossing dengan jalur kendaraan.
b. Pelayanan yang ramah serta selalu siap memberikan informasi kepada penumpang.
c. Petugas cepat tanggap dalam menanggapi keluhan yang disampaikan pelanggan.
d. Kelengkapan informasi jadwal keberangkatan bus pada ruang tunggu.
e. Tersedianya media layanan pengaduan.
f. Keamanan yang terjaga di terminal.
g. Kenyamanan pada ruang tunggu keberangkatan.
h. Ketersediaan fasilitas khusus dan toilet khusus penyandang difabel dan lansia.
i. Ketersediaan fasilitas khusus ruang ibu menyusui.
j. Kebersihan toilet.
k. Kebersihan tempat peribadatan di terminal.
l. Tersedianya informasi pelayanan yang lengkap.
Menurut Setiawan et.al (2016), Untuk mengetahui pemanfaatan yang dilakukakan di dalam terminal dapat dilihat dari kenyamanan menunggu di terminal, pergantian satu moda kendaraan, fasilitas informasi dan fasilitas untuk kendaraan pribadi.
Sedangkan menurut Sedayu et.al (2014), yang dapat mempengaruhi pemanfaatan terminal dapat dilihat dari aksesibilitas dan fasilitas-fasilitas terminal tipe A sesuai dengan standar yang ada.
2.7. Preseden Terminal Tipe A
Terminal merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam sistem transportasi. Terminal sebagai prasarana yang berperan dalam mendukung mobilitas dan pergerakan masyarakat serta sebagai simpul jaringan transportasi.
Berikut adalah preseden dari Terminal Tipe A yang ada di Indonesia:
2.7.1. Terminal Bus Tipe A Tirtonadi di Kota Surakarta
Terminal Tirtonadi Surakarta terletak di Jalan Jend. Ahmad Yani No.262, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Terminal Bus Tipe A Tirtonadi Solo berkembang pesat dalam pelayanan kedatangan dan pemberangkatan bus antar kota dan antar provinsi di Pulau Jawa dan mempunyai jumlah kapasitas tampungan yang banyak dan luas area yang cukup luas. Terminal ini juga menyediakan fasilitas peristirahatan yang dapat menampung 70 bus.
Sumber: Program Desain Terminal Tirtonadi, 2016
(a) (b) GAMBAR 2. 3.
LAYOUT TERMINAL TIRTONADI DI KOTA SURAKARTA
Dalam melayani penumpang, Terminal Tirtonadi terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona kedatangan tengah, zona kedatangan timur, dan zona keberangkatan barat.
Peletakan zona kedatangan dan keberangkatan sudah dipisahkan pada terminal ini.
Terminal Tirtonadi memiliki fasilitas utama dan penunjang yang nyaman dan terawat sehingga dapat membuat pengguna terminal merasa nyaman. Berikut merupakan beberapa fasilitas-fasilitas yang ada di Terminal Tirtonadi, yaitu:
Terminal Tirtonadi memiliki fasilitas pusat informasi dan papan pengumuman yang jelas
Sumber: beritatrans.com, 2016
(a) (b) GAMBAR 2. 4.
FASILITAS INFORMASI DAN PAPAN PENGUMUMAN
Terminal Tirtonadi memiliki jalur blind track sehingga memudahkan tunanetra dalam menggunakan prasarana transportasi ini.
Sumber: Solo.tribunnews.com, 2016
(a) (b) GAMBAR 2. 5.
JALUR BLIND TRACK TERMINAL TIRTONADI
Terminal Tirtonadi telah menerapkan sistem pembelian tiket berbasis elektronik. Dengan sistem ini dapat memberikan kemudahan kepada penumpang. Penumpang bus dapat memilih PO bus, tujuan, hingga waktu keberangkatan yang diinginkan.
Sumber: katadata.co.id, 2016
GAMBAR 2. 6.
TIKET BERBASIS ELEKTRONIK DAN JADWAL BUS
Memiliki fasilitas keamanan metal detector sehingga memiliki sistem keamanan yang baik.
Sumber: Jateng.tribunnews.com, 2017
GAMBAR 2. 7.
FASILITAS KEAMANAN
2.8. Sintesa Penelitian
Dalam sintesa penelitian ini akan dijabarkan mengenai tingkat pelayanan dan hubungan tingkat pelayanan dengan pemanfaatan serta akan dipilih menjadi variabel dalam penelitian. Variabel ini didapat dari hasil kajian teori dan literatur yang telah dilakukan, banyak variabel–variabel yang dikemukakan para peneliti sebelumnya dan terdapat perbedaan pandangan.
2.8.1. Identifikasi Variabel Pelayanan Terminal dan Hubungan Tingkat Pelayanan dengan Pemanfaatan Terminal
Pada tahap identifikasi variabel akan diuraikan beberapa referensi dari kajian teori dan literatur yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Berikut merupakan variabel tingkat pelayanan dan hubungan tingkat pelayanan dengan pemanfaatan yang dapat meningkatkan minat masyarakat dalam memanfaatkan terminal.
TABEL II. 1.
VARIABEL PELAYANAN DAN HUBUNGAN TINGKAT PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN TERMINAL
No Sumber Faktor Variabel
1
(Sedayu, Sulistio, Soehardjono, &
Wicaksono, 2014)
Aksesibilitas
Jarak masuk dan keluar terhadap jalan
Kemudahan mencapai lokasi
Fasilitas
Informasi yang jelas Loket agen penjualan
Ruang tunggu Tempat ibadah
Toilet Tempat parkir Fasilitas kemudahan naik dan
turun penumpang
Fasilitas penyandang cacat, wanita hamil, manula, dan balita
Fasilitas kesehatan Fasilitas keamanan dan
keselamatan
Fasilitas istirahat dan penginapan bagi penumpang
Fasilitas kios, kantin, retail, dan restoran
Fasilitas persampahan Penerangan dan Pencahayaan
2 (Fahlevi &
Mukhsin, 2017)
Pelayanan keselamatan
Lajur pejalan kaki Jalur evakuasi
Fasilitas dan petugas kesehatan
Pelayanan keamanan
Fasilitas keamanan Petugas keamanan Media pengaduan gangguan
keamanan
Pelayanan kehandalan/keteraturan
Jadwal kedatangan dan keberangkatan Loket penjualan tiket Kantor penyelenggara terminal Pelayanan kenyamanan
Ruang tunggu Toilet
No Sumber Faktor Variabel Fasilitas peribadatan
Ruang terbuka hijau Rumah makan/kantin Fasilitas dan petugas kebersihan
Area merokok
Pelayanan
kemudahan/keterjangkauan
Letak jalur pemberangkatan dan kedatangan
Informasi pelayanan Tempat penitipan barang Tempat naik/turun penumpang Tempat parkir kendaraan umum
dan pribadi.
Pelayanan kesetaraan
Fasilitas penyandang cacat Ruang ibu menyusui.
3
(Muzammil, Koesoemawati,
& Kriswardhana, 2019)
Pelayanan
Ketersediaan jalur pejalan kaki yang tidak menimbulkan crossing
dengan jalur kendaraan Pelayanan yang ramah serta selalu siap memberikan informasi kepada
penumpang
Petugas cepat tanggap dalam menanggapi keluhan yang
disampaikan pelanggan Kelengkapan informasi jadwal keberangkatan bus pada ruang
tunggu
Tersedianya media layanan pengaduan
Keamanan yang terjaga di terminal Kenyamanan pada ruang tunggu
keberangkatan
Ketersediaan fasilitas khusus dan toilet khusus penyandang difabel
dan lansia
Ketersediaan fasilitas khusus ruang ibu menyusui
Kebersihan toilet Kebersihan tempat peribadatan di
terminal Sumber: Penulis, 2020
Berdasarkan variabel pelayanan dan pemanfaatan terminal terdapat beberapa kesamaan antar variabel yang digunakan dalam penelitian sebelumnya. Selanjutnya akan dilakukan verifikasi variabel yang dipilih berdasarkan kondisi eksisting Terminal Rajabasa.
TABEL II. 2.
VERIFIKASI VARIABEL
Sasaran Faktor Variabel Verifikasi Justifikasi
Tingkat Pelayanan dan
Hubungan Tingkat Pelayanan
dengan Pemanfaatan
Terminal
Aksesibilitas
Ketersedian Moda
Transportasi Dipilih Aksesibilitas adalah ukuran yang menentukan kenyamanan dan kemudahan dalam mencapai suatu lokasi
melalui jaringan transportasi (Black, 1981) dalam (Tamin,
2000) Kemudahan
mencapai lokasi Dipilih
Jarak terminal ke
jalan utama Dipilih
Keamanan
Ketersediaan
petugas keamanan Dipilih
Keamanan adalah tingkat aman dalam
melakukan suatu perjalanan (Fitriana,
Yudana, & Astuti, Kinerja Fungsi Terminal
Giri Adipura Dalam Sistem Transportasi di
Kabupaten Wonogiri, 2017) Tingkat keamanan
di dalam terminal Dipilih
Keteraturan
Ketersediaan informasi jadwal keberangkatan dan
kedatangan
Dipilih Keteraturan berkaitan dengan penggunaan
waktu yang efektif dengan diberlakukannya
jadwal dan beroperasi sesuai dengan waktu yang tertulis (Fitriana,
Yudana, & Astuti, Kinerja Fungsi Terminal
Giri Adipura Dalam Sistem Transportasi Di
Kabupaten Wonogiri, 2017) Kedatangan dan
kedatangan bus tepat waktu
Dipilih
Pelayanan petugas terminal yang ramah dan cepat
tanggap
Dipilih
Ketersediaan loket penjualan tiket yang teratur dan
tetap
Dipilih
Kenyamanan
Ketersediaan
ruang tunggu Dipilih Ketersediaan dan
kebersihan toilet Dipilih
Sasaran Faktor Variabel Verifikasi Justifikasi Ketersediaan
musholla di dalam terminal
Dipilih
Sesuatu yang bersih dapat menambah daya
tarik lokasi yaitu terminal dan menambah
rasa nyaman pada pengguna (Zabdi, 2016) Ketersediaan
ruang terbuka hijau/ Pepohonan
di kawasan terminal
Dipilih
Ketersediaan fasilitas kantin/Rumah
makan
Dipilih
Ketersediaan tempat sampah dan petugas kebersihan
Dipilih Ketersediaan area
bebas rokok Dipilih Ketersediaan
lampu penerangan di dalam dan luar
terminal
Dipilih
Kemudahan
Kondisi jalur kedatangan dan
keberangkatan
Dipilih
Sesuatu yang dapat mempermudah dan memperlancar (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Ketersediaan
informasi pelayanan yang
jelas
Dipilih
Ketersediaan tempat parkir kendaraan umum
dan pribadi
Dipilih
Keselamatan
Ketersediaan jalur
untuk pejalan kaki Dipilih Terbebas dari bahaya, bencana, kerusakan, dan
sebagainya (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) Ketersediaan jalur
evakuasi Dipilih Ketersediaan
fasilitas kesehatan Dipilih
Kesetaraan
Ketersediaan fasilitas penyandang cacat
(difabel)
Dipilih
Kesetaraan hal yang penting karena pada dasarnya masyarakat
harus menikmati fasilitas yang dibangun
oleh pemerintah (Fitriana, Yudana, &
Astuti, Kinerja Fungsi Terminal Giri Adipura
Dalam Sistem Transportasi di Kabupaten Wonogiri,
2017) Ketersediaan
ruang ibu menyusui
Dipilih
Sumber: Penulis, 2020
Setelah melakukan tahapan verifikasi variabel dalam penelitian ini, maka akan diketahui hasil sintesa variabel yang sesuai dan berhubungan dengan tingkat pelayanan dan pemanfaatan di Terminal Rajabasa. Variabel dan sub variabel yang dipilih disesuaikan dengan kondisi Terminal Rajabasa. Berikut merupakan variabel dan sub variabel yang dipilih dalam penelitian ini.
TABEL II. 3.
FAKTOR DAN VARIABEL DALAM PENELITIAN
Sasaran Faktor Variabel
Tingkat Pelayanan dan Hubungan Tingkat Pelayanan
dengan Pemanfaatan
Terminal
Aksesibilitas
Ketersedian Moda Transportasi Kemudahan mencapai lokasi Jarak terminal ke jalan utama
Keamanan
Ketersediaan petugas keamanan Tingkat keamanan di dalam terminal
Keteraturan
Ketersediaan informasi jadwal keberangkatan dan kedatangan
Kedatangan dan kedatangan bus tepat waktu Pelayanan petugas terminal yang ramah dan cepat
tanggap
Ketersediaan loket penjualan tiket yang teratur dan tetap
Kenyamanan
Ketersediaan Ruang tunggu Ketersediaan dan kebersihan toilet Ketersediaan dan kebersihan musholla di dalam
terminal
Ketersediaan Ruang terbuka hijau / Pepohonan di kawasan terminal
Ketersediaan fasilitas kantin / rumah makan Ketersediaan tempat sampah dan petugas
kebersihan
Ketersediaan area bebas rokok
Ketersediaan lampu penerangan di dalam dan luar terminal
Kemudahan
Kondisi jalur kedatangan dan keberangkatan Ketersediaan informasi pelayanan yang jelas Ketersediaan tempat parkir kendaraan umum dan
pribadi
Keselamatan Ketersediaan jalur untuk pejalan kaki Ketersediaan jalur evakuasi
Sasaran Faktor Variabel
Ketersediaan fasilitas kesehatan
Kesetaraan Ketersediaan fasilitas penyandang cacat (difabel) Ketersediaan ruang Ibu menyusui Sumber: Penulis, 2020
Tabel diatas menunjukkan variabel-variabel yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat pelayanan dan hubungan tingkat pelayanan dengan pemanfaatan. Variabel diatas didapatkan dari berbagai sumber dan literatur yang dapat menjadi acuan untuk mengidentifikasi tingkat pelayanan dan hubungan tingkat pelayanan dengan pemanfaatan Terminal Rajabasa berdasarkan persepsi masyarakat di Kota Bandarlampung.