Kaitannya dengan Profesionalisme
Mustiningsih Sunarni
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang Telp 085646430279, E-mail: jengnarni@yahoo.com
Abstract: This research objective is to ind out the FIP UM lecturers’ perceptions toward the certiication program for lecturers. Understanding the FIP UM lecturers’ perception toward professionalism requirements, and understanding that lecturers’ perception toward certiica -tion program are found correlated to professionalism in the Faculty of Educa-tion (FIP) in Malang State University (UM). This research utilized quantitative approach with descriptive correlative layout. The research indings are (1) the FIP lecturers’ perception toward the certi -ication program is uncertain (31/43.1%), the lecturers’ perception toward the professionalism requirement is uncertain (52/72.2%), and both were found to be signiicantly correlated.
Kata kunci: program sertiikasi dosen, profesionalisme dosen
Dosen merupakan salah satu dari sekian un- sur yang menentukan keberhasilan pendi-dikan. Tugas dosen selain mengajar juga mendidik mahasiswa agar menjadi manusia-manusia unggul dalam bidangnya sehingga kelak akan berguna bagi bangsa dan negara.
Dosen mempunyai tugas menstranfer
berba-gai ilmu pengetahuan teknologi dan seni, me-ngembangkan, dan menyebarluaskannya ke masyarakat (Tri Darma Perguruan Tinggi). Untuk menjalankan peran penting tersebut, seorang dosen perlu secara terus menerus
me-ningkatkan profesionalisme yang berupa kua- liikasi akademik dan unjuk kerja, kompetensi, dan kontribusi. Untuk mewujudkan profe- sionalisme, diperlukan sertiikasi dosen guna
meningkatkan mutu pendidikan dalam sistem pendidikan tinggi.
Keadaan dosen di Indonesia pada tahun 2006 dari 56.176 dosen pada 86 PTN, yang sudah memiliki kualitas akademik S-3 sejum-lah 13,6%, S-2 sejumsejum-lah 48,9%, S-1 sejumsejum-lah
37%, dan Diploma 0,37%. Yang menjabat Guru Besar 3,7%, Lektor Kepala 24,8%, Lek-tor 31%, dan Asisten Ahli 22,9% (DirekLek-torat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2007). Sedangkan data pada bulan Januari 2008, dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang FIP UM berjumlah 252 orang. Jumlah terbesar diduduki oleh Jurusan KSDP (34%) dan terke-cil Jurusan TEP (8%). Untuk tingkat pendi-dikan lulusan S-2 menduduki jumlah paling banyak 153, dan jabatan dosen paling banyak Lektor Kepala. Data mengenai jumlah, ting-kat pendidikan, dan jabatan dosen di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (FIP UM) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 menyatakan jika sertiikasi dosen
dilaksanakan, maka di FIP UM dosen yang
otomatis lolos sertiikasi sebanyak 9 orang, ka-
kurang lebih, karena ada dosen walaupun ja-batannya sudah melebihi Asisten Ahli, teta-pi pendidikan belum memenuhi syarat yaitu
S-2. Program sertiikasi juga akan mening -katkan kesejahteraan dosen selain tuntutan
profesionalisme. Sehingga diharapkan akan
menciptakan sistem pendidikan di FIP UM khususnya dan UM pada umumnya menjadi le- bih berkualitas.
Program sertiikasi dosen belum semua
dilaksanakan dan diperlukan persepsi dari seorang dosen untuk merespon mengorgani-sasi dan menerjemahkan objek atau peristiwa
(sertiikasi dosen sebagai program pemerin -tah) yang selanjutnya oleh dosen dapat mem-berikan arti dan maknanya. Persepsi sangat diperlukan oleh manusia dalam membentuk pengertian tentang suatu objek benda atau peristiwa.
Persepsi adalah aktivitas psikis yang me-rupakan hasil dari penginderaan kesadaran
dan penghayatan dalam proses berikir. Se -dangkan Wursanto (2005) menyatakan bahwa persepsi (perception) merupakan proses pem-berian arti oleh seseorang terhadap
lingkung-an. Hal ini sesuai dengan pendapat Mansoer (1989) menyatakan bahwa ”persepsi merupa-kan suatu proses pengorganisasian dan pen-erjemahan kesan-kesan sensori dari sese-orang dalam rangka memberi makna tentang lingkungannya”. Menurut Rahmat (1986) “persepsi adalah pengalaman terhadap ob-jek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menaf -sirkan pesan”. Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses psikis untuk merespon mengorganisasi dan mener-jemahkan objek atau peristiwa yang selanjutnya memberikan arti dan makna ter-hadap lingkungan.
Dosen yang profesional sangat dibutuh -kan untuk mewujud-kan cita-cita
pendidik-an. Kata profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau ke-cakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidik-an profesi. Sedpendidik-angkpendidik-an profesionalisme ada -lah ”mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang Tabel 1. Jumlah, Tingkat Pendidikan, dan Jabatan Dosen FIP UM
No Jurusan Σ %
Pendidikan Jabatan
S1 S2 S3 T. Pengajar Asisten ahli
merupakan ciri suatu profesi/orang yang profesional” (Kamus Besar Bahasa Indoene-sia, 2002). Jadi profesionalisme adalah mutu,
kualitas, dan tindak tanduk yang telah
meme-nuhi standar/norma dari suatu pekerjaan atau
kegiatan dan menjadi sumber penghasil-an seseorang. Menurut Dikti (2007)
menyata-kan terdapat indikator profesionalisme dosen
antara lain: kompetensi pedagogik,
kepriba-dian, sosial, dan profesional. Kompetensi
pedagogik terdiri dari: kemampuan me-rancang pembelajaran, kemampuan melak-sanakan proses pembelajaran, kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran, dan
kemampuan memanfaatkan hasil penelitian
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kompetensi kepribadian: empathy,
berpan-dangan positif terhadap orang lain, berpan
-dangan positif terhadap diri sendiri, genuine
(authenticity), dan berorientasi pada tujuan. Kompetensi sosial: kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi
lingkung-an, menyampaikan pendapat dengan runtut
eisien dan jelas, kemampuan menghargai
pendapat orang lain, kemampuan membina suasana kelas. Kemampuan membina suasa-na kerja, kemampuan mendorong peran serta
masyarakat. Sedangkan kompetensi profe -sional terdiri: penguasaan materi pelajaran se-cara luas dan mendalam, kemampuan meran- cang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian, kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi, dan kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai peng-abdian kepada masyarakat.
Sertiikasi menurut Undang-Undang
RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 Ayat 11 menyebutkan
bahwa ”sertiikasi adalah proses pemberian sertiikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertiikasi dimaksudkan untuk meningkat -kan mutu pendidi-kan melalui peningkatan mutu pengajarnya. Harapannya program ini
tidak hanya dianggap sebagai formalitas, me
-P
Prrooggrraamm PPeennggeemmbbaannggaann P
Prrooffeessiioonnaall
Proses Sertifikasi
Tridharma, Keberhasilan Diklat
Profesi, Karya Unggulan, Rekomendasi PT (jika diperlukan)
Lulus
Tidak Lulus D
DOOSSEENN
D
Doosseenn BBeerrsseerrttiiffiikkaatt Self deve lop ment
Gambar 1 Proses Sertiikasi
Sumber: Tim Pokja Sertikasi Dosen Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan
lainkan satu jalan untuk meningkatkan
pro-fesionalisme. Sertiikasi akan meningkatkan
mutu pengajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk melaksanakan suatu
pro-gram yang bertaraf nasional diperlukan lan
-dasan agar dalam melangkah/pelaksanaan
tidak salah jalan.
Tim Pokja Sertiikasi Dosen Dirjen Dik
-ti (2007) menyatakan landasan ilosoisnya antara lain: profesionalisme, scholarship of teaching, dan accountability (demand on quality
and transparancy). Sedangkan landasan hu-kum antara lain: (1) Kepmenko Wasbangpan Nomor 38 Tahun 1999 tentang Jabatan Fung-sional Dosen dan Nilai Angka Kredit; (2) Un-dang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; (4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen; (5) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Nasional Pen-didik; dan (6) Peraturan Pemerintah Nomor 42
Tahun 2007 tentang Sertiikasi Dosen (Direk -torat Ketenagaan Dirjen Dikti, 2007). Ada tiga pilar pengembangan pendidikan tinggi adalah: pemerataan, relevansi dan kualitas,
kesehatan organisasi serta dapat meningkat-kan daya saing bangsa. Strategi alat
evalu-asi dalam program sertiikevalu-asi menggunakan portofolio. Alat ini mengumpulkan: bukti pe- laksanaan tugas yang diunggulkan, sertiikat
partisipasi dalam berbagai kegiatan
pendi-dikan dan pelatihan profesional, karya ung
-gulan/karya monumental, rekomendasi dari Perguruan Tinggi (Tim Pokja Sertiikasi
Do-sen Dirjen Dikti, 2007). Sedangkan proses
ser-tiikasi dapat dilihat pada gambar 1.
Dari alur di atas bahwa dosen
memerlu-kan pengembangan profesional,
pengemba-ngan ini salah satunya melalui program
ser-tiikasi. Alat evaluasi dengan menggunakan portofolio (melaksanakan tridarma, keber -hasilan diklat, karya unggulan, rekomendasi Perguruan Tinggi). Jika tidak lulus, maka ha-rus melaksanakan program pengembangan
profesional lagi. Jika lulus dosen akan men- dapatkan sertiikat. Walaupun sudah menda
-patkan sertiikat jika perlu pengembangan
diri, sebagai cerminan belajar sepanjang
ha-yat. Ada dua kategori sebagai peserta
sertii-kasi yaitu dosen pemula dan dosen senior. Masing-masing mempunyai syarat tertentu yang perlu dipenuhi, sehingga akan
menda-Tabel 2. Kategori, Syarat Umum, dan Perolehan Sertiikasi Dosen
Kategori Syarat Umum Perolehan Sertiikat
Dosen Pemula
Dosen Senior
Telah 2 tahun menjadi PNS/dosen tetap •
PTS
Memiliki jabatan akademik minimal
•
Asisten Ahli.
Memiliki kualiikasi minimal S2 dalam •
bidang studi yang sesuai.
Memiliki jabatan akademik Lektor Kepala (untuk menjadi Guru Besar)
Sertiikat Dosen Pemula
Sertiikat Dosen Senior
Sumber: Tim Pokja Sertiikasi Dosen Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan
patkan sertiikat. Tabel 2 di bawah ini menya -takan kategori, syarat umum, dan perolehan
sertiikat.
Ada pandangan yang berbeda mengenai
program sertiikasi dosen, ada yang setuju,
ada yang kurang setuju, dan ada juga yang setuju dengan syarat. Rektor Institut Tekno-logi Bandung (ITB) Djoko Santoso
mengata-kan, usulan sertiikasi dosen oleh pemerintah itu justru bertentangan dengan sifat otonom
dan kemandirian perguruan tinggi yang bela-kangan mulai dirintis. Menurutnya, perguru-an tinggi berhak sepenuhnya secara otonom me-rekrut dosen dengan keahlian tertentu, sesuai kebutuhan pengembangan keilmuan di perguruan tinggi terkait. Karena itu, kom-peten atau tidaknya seorang dosen seharus-nya ditentukan oleh perguruan tinggi, bukan oleh LPTK tertentu sebagaimana tercantum dalam RUU. Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Fasli Jalal menyatakan sebanyak 3000
profesor dan 9000 dosen akan disertiikasi pada 2008 mendatang. Untuk profesor, serti
-ikasi akan diberikan secara otomatis. Profesor
merupakan tingkatan tertinggi dari pendidik. Untuk dosen tidak berlaku mekanisme oto-matis. Karena masih banyak yang belum me-nempuh pendidikan tingkat master atau S-2.
Kuota sertiikasi untuk dosen akan dihitung
berdasarkan data angka kredit akademik, keterlibatan dalam jurusan dan departemen, dan prestasi. Yang belum S2, akan
ditingkat-kan lebih dulu kualiikasi akademiknya. Yang
sudah S2 akan diangkat berdasarkan
pertim-bangan (Tempo Interaktif, 3 Desember 2007).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, yang perlu diperhatikan
adalah kualitas akademik, sertiikat pendidik,
dan menguasai kompetensi. Pontianak Post (2007) mengemukakan yang perlu
diperhati-kan dalam kelulusan sertiikasi: (1) menyang -kut memiliki kualitas akademik. Dosen S-1 atau diploma harus diajar oleh dosen lulusan S-2, program pascasarjana (S-2) harus diajar oleh doktor, sedangkan (S-3) pengajarnya
harus profesor; (2) dosen harus bersertiikat
pendidik; dan (3) keharusan menguasai em-pat kompetensi yaitu pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi budi pekerti, dan
kom-petensi profesional.
Beberapa keuntungan yang akan didapat
dosen bila bersertiikasi. Antara lain, dosen akan mendapat hak tunjangan profesi, fung -sional, penelitian dan tunjangan kemaslahat-an (asurkemaslahat-ansi dkemaslahat-an biaya pendidikkemaslahat-an). Salah
sa-tunya, tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, dan dua kali gaji untuk profesor. Selain itu,
dosen akan memiliki hak untuk mendapat perlindungan secara hukum dalam melaku-kan tugasnya. Dosen juga diberi keleluasaan memilih kebebasan dalam mimbar akademik. Misalnya, menggunakan data-data yang dila-rang undang-undang untuk pengembangan ilmu akademik. Dosen yang mengembangkan ilmu langka juga akan mendapatkan peng-hargaan dari pemerintah. Contohnya, dosen yang mengembangkan ilmu kepurbakalaan dan bahasa Jawa (Pontianak Post, 2007).
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan rancangan deskriptif ko
-relasional. Analisis deskriptif untuk mem -peroleh deskripsi persepsi dosen terhadap
pelaksanaan program sertiikasi dan persep-si dosen terhadap profepersep-sionalisme dosen FIP
UM. Sedangkan korelasional karena untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi dosen terhadap pelaksanaan
pro-gram sertiikasi dengan profesionalisme.
Po-pulasi dalam penelitian ini seluruh dosen FIP UM berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang berjumlah 252 orang. Untuk menentu-kan jumlah sampel menggunamenentu-kan teknik For-mula Slovin dengan toleransi sebesar 10%, sehingga diperoleh sebanyak 72 orang dosen sebagai responden yang terdistribusikan ber-dasarkan proporsi jumlah populasi. Teknik pengambilan sampel dengan simple random
data menggunakan angket (kuesioner) de-ngan skala likert. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
Product Moment dari Pearson dan diolah de-ngan menggunakan program SPSS for Win -dows.
HASIL
Dari hasil análisis data dari 72 responden jawaban dosen terhadap persepsi dosen
ter-hadap program sertiikasi (X) adalah: dosen
yang menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 0 (0%), Tidak Setuju (TS) sebanyak 0 (0%), Ragu-ragu (RG) sebanyak 31 (43,1%), dosen yang menjawab Setuju (S) sebanyak 23 (31,9%), dan yang menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 18 (25%). Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen cenderung menjawab RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 31 (43,1%) dalam menyikapi program
sertiikasi dosen. Hal ini berarti banyak dosen
di FIP UM masih mempunyai persepsi yang
ragu-ragu terhadap program sertiikasi dosen
yang menjadi program pemerintah.
Hasil uji deskriptif untuk variabel persep
-si dosen terhadap profe-sionalisme (Y) adalah:
dosen yang menjawab Sangat Tidak Setuju (STS) sebanyak 1 (1,4%), Tidak Setuju (TS) sebanyak 3 (4,2%), Ragu-ragu (RG) seban-yak 52 (72,2%), dosen yang menjawab Setuju (S) sebanyak 15 (20,8%), dan yang menjawab Sangat Setuju (SS) sebanyak 1 (1,4%). Dari ha-sil tersebut dapat disimpulkan bahwa dosen cenderung juga menjawab RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 52 (72,2%). Hal ini dapat disim-pulkan bahwa dosen cenderung menjawab RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 51 (72,2%)
dalam menyikapi profesionalisme dosen. Hal
ini berarti masih banyak dosen FIP UM masih mempunyai persepsi yang ragu-ragu juga
ter-hadap program sertiikasi dosen untuk me- ningkatkan profesionalisme.
Dengan rumus korelasi Product Moment sederhana pada variabel Persepsi Dosen terha-
dap Program Sertiikasi (X) dengan Persepsi Dosen terhadap Profesionalisme (Y) diperoleh koeisien korelasi (r hitung) sebesar 0,383**.
Sedangkan r tabel dengan N=72 sebesar 0,2318 (N: 70=0,235 dan N: 75 = 0,227). Kemudian r hitung dikonsultasikan dengan r tabel, r tabel
= 0,2318 < r hitung 0,383**, maka Ho ditolak atau H1 diterima. Taraf signiikansi 95 % den -gan N=72 dari hasil analisis mendapat = 0,001. Hal ini berarti sig two tailed hasil 0,001< 0,05 yang berarti Ho ditolak atau H1 diterima. Hal
ini berarti ada hubungan yang signiikan
an-tara Persepsi Dosen terhadap Program
Serti-ikasi (X) dengan Persepsi Dosen terhadap Profesionalisme (Y).
PEMBAHASAN
Dari hasil analisis data disimpulkan bah-wa dosen cenderung menjabah-wab RG atau ra-gu-ragu yaitu sebesar 31 (43,1%) dalam
me-nyikapi program sertiikasi dosen, begitu juga
bahwa dosen cenderung menjawab RG atau ragu-ragu yaitu sebesar 51 (72,2%) dalam
me-nyikapi profesionalisme dosen. Jadi persepsi dosen terhadap Program Sertiikasi dan Pro
-fesionalisme kedua-duanya sama-sama men -jawab ragu-ragu.
Persepsi merupakan proses psikis untuk merespon mengorganisasi dan menerjemah-kan objek atau peristiwa yang selanjutnya memberikan arti dan makna terhadap ling-kungan. Dari 72 dosen di FIP UM menyatakan cenderung menjawab ragu-ragu sebanyak
31 (43,1%). Ada faktor-faktor yang
mempe-ngaruhi terjadinya persepsi dosen. Menu-rut Siagian (2004) dan Robbin (2003) secara
umum ada tiga faktor yang mempengaruhi
persepsi seseorang antara lain: (1) dari orang yang membentuk persepsi itu sendiri. Apa-bila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, orang tersebut dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut
minat, pengalaman dan harapannya; (2)
sasa-ran persepsi di samping faktor sasasasa-ran meru
-pakan tujuan dari program sertiikasi.
Sasar-an persepsi bisa berupa orSasar-ang, benda atau
peristiwa. Sifat-sifat sasaran (gerakan, suara,
ukuran, tindak-tanduk dan ciri-ciri lain) dari sasaran persepsi turut menentukan cara pan-dang orang yang melihatnya. Program
serti-ikasi merupakan program yang baru untuk
meningkatkan mutu pendidik. Dalam pro-gram tersebut pemerintah atau dalam hal ini lembaga FIP atau UM seyogyanya mensosia-lisasikan program tersebut sedetail mung-kin kepada para dosen. Namun di lapangan belum banyak dilakukan. Ini yang membuat dosen FIP belum sepenuhnya mengenal dan
memahami sasaran program sertiikasi; (3) faktor situasi. Persepsi harus dilihat secara
kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu mendapatkan
per-hatian. Situasi merupakan faktor yang turut
berperan dalam penumbuhan persepsi seseo-rang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dari pribadi seseo-rang, sasaran, dan situasi.
Sekarang ini, baru program sertiikasi
untuk guru yang banyak mendapat
perha-tian pemerintah, sedangkan sertiikasi untuk
dosen belum begitu mendapat perhatian.
Da-lam kenyataannya memang sertiikasi dosen
belum begitu meluas dan belum banyak diso-sialisasikan untuk semua dosen khususnya di
FIP UM. Di UM Sertiikasi dosen baru untuk
guru besar yang diberikan secara otomatis, karena merupakan tingkatan tertinggi da-ri pendidik (Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi). Setelah sertiikasi terhadap guru be
-sar, selanjutnya sertiikasi berlaku bagi dosen
yang bergelar doktor, sedangkan dosen pe-mula belum tersentuh sama sekali. Dengan situasi tersebut, sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang untuk memandang
terha-dap sesuatu hal (sikap, motif, kepentingan,
minat, pengalaman dan harapannya). Dosen FIP secara umum masih memandang bahwa
sertiikasi dosen belum menjanjikan atau be
-lum dirasakan membawa kesejahteraan yang
signiikan.
Karena belum adanya sosialisasi yang gen- car bagi dosen muda khususnya, masih
terja-di ketidaktahuan apa itu sertiikasi dos-n, apa
syarat-syaratnya, bagaimana alat evalua-sin-ya, dan lain sebagainya. Sedangkan Tim Pokja
Sertiikasi Dosen Dirjen Dikti (2007) menyata -kan strategi alat evaluasi dalam program
serti-ikasi menggunakan portofolio. Alat ini men -gumpulkan: bukti pelaksanaan tugas yang
diunggulkan, sertiikat partisipasi dalam ber-
bagai kegiatan pendidikan dan pelatihan pro-
fesional, karya unggulan/karya monumental,
rekomendasi dari Perguruan Tinggi. Ada pandangan yang berbeda mengenai
program sertiikasi dosen, ada yang setuju,
ada yang kurang setuju, dan ada juga yang setuju dengan syarat. Rektor Institut Teknolo-gi Bandung (ITB) Djoko Santoso mengatakan,
usulan sertiikasi dosen oleh pemerintah itu justru bertentangan dengan sifat otonom dan
kemandirian perguruan tinggi yang bela-kangan mulai dirintis. Menurutnya, perguru-an tinggi berhak sepenuhnya secara otonom merekrut dosen dengan keahlian tertentu, sesuai kebutuhan pengembangan keilmuan di perguruan tinggi terkait. Karena itu, kom-peten atau tidaknya seorang dosen seharus-nya ditentukan oleh perguruan tinggi, bukan oleh LPTK tertentu sebagaimana tercantum dalam RUU. Tiga pilar pengembangan pen-didikan tinggi yang perlu diperhatikan oleh semua tenaga pendidik di perguruan tinggi, yaitu: pemerataan, relevansi dan kualitas, ke-sehatan organisasi serta dapat meningkatkan daya saing bangsa.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas,
dan tindak tanduk yang telah memenuhi
standar/norma dari suatu pekerjaan atau
ke-giatan dan menjadi sumber penghasilan
Kaitan Persepsi Dosen terhadap Program Sertiikasi dengan Profesionalisme
Dosen merupakan salah satu dari sekian unsur yang menentukan keberhasilan pen-didikan. Tugas dosen selain mengajar juga mendidik mahasiswa agar menjadi manusia-manusia unggul dalam bidangnya sehingga kelak akan berguna bagi bangsa dan negara.
Dosen mempunyai tugas menstranfer ber -bagai ilmu pengetahuan teknologi dan seni, mengembangkan, dan menyebarluaskannya ke masyarakat (Tri Darma Perguruan Ting-gi).
Dari hasil analisis dosen FIP UM menyata-kan walaupun persepsi dosen terhadap serti-
ikasi dan profesionalisme sama-sama
ha-silnya ragu-ragu, tetapi dosen menjawab adanya kaitan antara keduanya. Karena dos-en mdos-enyadari bahwa perlu adanya kewajiban yang menuntut dosen untuk selalu mengem-
bangkan profesionalisme baik pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Untuk
menjalankan peran penting tersebut, seorang dosen perlu secara terus menerus
meningkat-kan profesionalisme yang berupa kualiikasi
akademik dan unjuk kerja, kompetensi, dan
kontribusi. Untuk mewujudkan profesional
-isme, diperlukan sertiikasi dosen guna men -ingkatkan mutu pendidikan dalam sistem pendidikan tinggi.
Pokja Dirjen Dikti (2007) menyatakan
terdapat indikator profesionalisme dosen
antara lain: kompetensi pedagogik,
kepriba-dian, sosial, dan profesional. Kompetensi
pedagogik terdiri dari: kemampuan meran- cang pembelajaran, kemampuan melaksa-nakan proses pembelajaran, kemampuan menilai proses dan hasil pembelajaran, dan
kemampuan memanfaatkan hasil penelitian
untuk mening-katkan kualitas pembelajaran. Kompetensi kepribadian: empathy,
berpan-dangan positif terhadap orang lain, berpan
-dangan positif terhadap diri sendiri, genuine
(authenticity), dan berorientasi pada tujuan. Kompetensi sosial: kemampuan menghargai keragaman sosial dan konservasi
lingkun-gan, menyampaikan pendapat dengan
run-tut eisien dan jelas, kemampuan menghargai
pendapat orang lain, kemampuan membina suasana kelas. Kemampuan membina sua-sana kerja, kemampuan mendorong peran serta masyarakat. Sedangkan kompetensi
profesional terdiri: penguasaan materi pela -jaran secara luas dan mendalam, kemampuan merancang, melaksanakan, dan menyusun laporan penelitian, kemampuan mengem-bangkan dan menyebarluaskan inovasi, dan kemampuan merancang, melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat.
Beberapa keuntungan yang akan didapat
dosen bila bersertiikasi. Antara lain, dosen akan mendapat hak tunjangan profesi, fung -sional, penelitian dan tunjangan kemaslaha-tan (asuransi dan biaya pendidikan). Salah
satunya, tunjangan profesi sebesar satu kali gaji. Dan dua kali gaji untuk profesor. Selain
itu, dosen akan memiliki hak untuk menda-pat perlindungan secara hukum dalam me-lakukan tugasnya. Dosen juga diberi kelelu-asaan memilih kebebasan dalam mimbar akademik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, dapat disim-pulkan sebagai berikut: 1) persepsi dosen
FIP UM terhadap program sertiikasi adalah ragu-ragu (31/43,1%); 2) persepsi dosen FIP terhadap tuntutan profesionalisme adalah ragu-ragu (52/72,2%); dan 3) ada hubungan yang signiikan antara Persepsi Dosen terha-dap Program Sertiikasi (X) dengan Persepsi Dosen terhadap Profesionalisme (Y).
Saran
Dari hasil analisis data, dapat direkomen-dasikan bahwa: 1) hasil persepsi terhadap
hadap profesionalisme adalah ragu-ragu.
Diharapkan dosen lebih memahami program
sertiikasi dan menghilangkan
keragu-ragu-an, sehingga dosen dapat mengantisipasi
da-lam menghadapi tes sertiikasi dan hasilnya
memuaskan. Dengan lulus program ini, di-harapkan dosen dalam menjalankan
tugas-nya lebih profesional; 2) organisasi FIP UM, diharapkan fakultas maupun pihak universi -tas memberikan sosialisasi tentang program
sertiikasi secara intensif dan memberikan
trik-trik yang jitu dalam menghadapi tes
ser-tiikasi dosen. Selain itu itu dari pihak dosen sendiri diharapkan aktif mencari berbagai in
-formasi tentang program sertiikasi dari ber -bagai sumber, sehingga diharapkan semua dosen mendapatkan hasil yang maksimal. Dan 3) Peneliti lain, dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian yang sejenis
ten-tang program sertiikasi dosen yang dikait
-kan dengan variabel profesionalisme dosen,
yang ditambah dengan variabel-variabel yang lainnya, sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Direktorat Ketenagaan Dirjen Dikti. 2007.
Draf Naskah Akademik Program Sertiikasi Dosen 2007. Jakarta: Dirjen Dikti.
Kantor TU FIP UM. Data Dosen FIP UM. Ma-lang, TU FIP UM
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ed 3). 2002. Ja-karta: Balai Pustaka Depdiknas.
Mansoer, H. 1989. Pengantar Manajemen. Jakar-ta: Depdikbud Dirjen Dikti P2LPTK. Pontianak Post. 2007. Menyongsong Pengesa
-han RPP tentang Sertiikasi Dosen. (On -line), (htp://www.pontianakpost.com),
diakses 20 Januari 2008.
Rahmat, J. 1986. Psikologi Komunikasi. Band-ung: Remaja Karya.
Tempo Interaktif. 3 Desember 2007. Sertiika -si Dosen sebentar Lagi. (Online), (htp: // www.tempointeraktif.com), diakses 20
Januari 2008.
Tim Pokja Sertiikasi Dosen Direktorat Ketena -gaan Dirjen Dikti. 2007. Sertiikasi
Do-sen. Jakarta: Dirjen Dikti.
Wursanto, I. G. 2005. Dasar-Dasar Ilmu