• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembelajaran Berbasis VARK terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pembelajaran Berbasis VARK terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh:

RAHAYU UTAMI

1111017000027

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Mei 2016.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pembelajaran berbasis VARK terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Tangerang Selatan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain randomized posttest only control group design. Sampel yang digunakan sebanyak 72 siswa terdiri dari 36 siswa pada kelompok eksperimen dan 36 siswa pada kelompok kontrol yang ditentukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data setelah perlakuan dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan representasi matematis siswa.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis VARK berpengaruh terhadap kemampuan representasi matematis siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis yang menunjukkan bahwa nilai p-value

, artinya kemampuan representasi matematis siswa yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK lebih tinggi dari pada kemampuan representasi matematis siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional.

(7)

ii

Department of Mathematics Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta, May 2016. The purpose of this study was to analyze the effect of VARK based learning on the student’s mathematical representation ability. This study was conducted in one of the Junior High School in South Tangerang in the second semester of the 2015/2016 academic year. The method used in this study is a quasi-experimental design with randomized post-test only control group design. The samples used were 72 students consisting of 36 students in the experimental group and 36 students in the control group were determined by using cluster random sampling technique. The data collection after the treatment is done by using a mathematical representation of student proficiency tests.

The results of this study indicate that VARK based learning affect the ability of students' mathematical representation. It can be seen from the results of the hypothesis test that shows the p-value = 0.0035 < α (0.05), means the ability of a mathematical representation of students taught using learning models VARK higher than on the ability of students taught mathematical representation using conventional learning.

(8)

iii

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan yang harus penulis hadapi. Akan tetapi, berkat kerja keras, perjuangan, kesungguhan hati, doa, dan motivasi, serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekertaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak

Otong Suhyanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat selama proses penyusunan skripsi. Semoga Ibu dan Bapak selalu berada dalam kemulian-Nya.

5. Ibu Maifalinda Fatra, M.Pd selaku Dosen Penasihat Akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.

(9)

iv

8. Bapak Drs. H. Muslih, M.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak Nugroho Widi P, M.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Seluruh dewan guru SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, khususnya Ibu Siska Wullandari, S.Pd dan Bapak Agus Yulianto, S.Pd selaku guru matematika yang telah menerima dengan baik, membimbing dan memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian. Serta siswa dan siswi SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, khususnya kelas VII.8 dan VII.9 yang telah bersikap kooperatif selama penulis melakukan penelitian.

10. Teristimewa untuk keluarga tercinta Bapak Mahdi, Ibu Nasrikah, Upoh Resiah, dan Adik Dewi Wulandari yang selalu mendoakan, memberikan perhatian, kasih sayang dan semangat yang tak pernah henti kepada penulis. 11. Sahabat-sahabatku tersayang Lala, Nurhalimah, Fatikah, Resli, Nindy,

Ghaida, Restiara, Fitriyah, Safitri, Putu, Agung, dan Gondo yang selalu mendoaka, memberikan dukungan dan bantuan untuk menyelesaikan skripsi, serta menjadi tempat berkeluh kesah dan menghilangkan penat.

12. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2011 yang selalu saling memotivasi, bertukar informasi dan ilmu yang dimiliki. 13. Wisnu Noprianto yang selalu membantu menghilangkan stress dan menjadi

partner refreshing yang baik.

(10)

v

perbaikan penulis di masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan bagi pembaca umumnya.

Jakarta, Mei 2016

(11)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

II. KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 10

A. Deskripsi Teoritik ... 10

1. Kemampuan Representasi Matematis ... 10

a. Definisi Representasi Matematis ... 11

b. Jenis-Jenis Representasi Matematis ... 13

2. Pembelajaran Berbasis VARK ... 17

3. Pembelajaran Konvensional ... 23

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Penelitian ... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

(12)

vii

2. Sumber Data ... 32

E. Instrumen Penelitian ... 32

1. Uji Validitas ... 34

2. Uji Reliabilitas ... 36

3. Taraf Kesukaran ... 37

4. Daya Pembeda ... 38

F. Teknik Analisis Data ... 40

1. Uji Prasyarat Analisis ... 40

a. Uji Normalitas ... 40

b. Uji Homogenitas ... 41

2. Uji Hipotesis ... 42

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Deskripsi Data ... 46

1. Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen 46 2. Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Kontrol ... 48

3. Perbandingan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 50

4. Perbandingan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Per Indikator ... 51

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 54

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Homogenitas ... 56

C. Pengujian Hipotesis ... 57

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

1. Indikator Representasi Visual ... 59

2. Indikator Representasi Simbolik ... 61

(13)

viii

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(14)

ix

Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian ... 31

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 33

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis ... 34

Tabel 3.4 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas Instrumen ... 35

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 36

Tabel 3.6 Klasifikasi Taraf Kesukaran ... 37

Tabel 3.7 Hasil Rekapitulasi Uji Taraf Kesukaran Instrumen ... 38

Tabel 3.8 Klasifikasi Indeks Daya Pembeda ... 39

Tabel 3.9 Hasil Rekapitulasi Uji Daya Pembeda Instrumen ... 39

Tabel 3.10 Hasil Rekapitulasi Uji Coba Butir Soal Instrumen Tes... 40

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.2 Frekuensi Kemampuan Representasi Matematis Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Kontrol... 49

Tabel 4.4 Frekuensi Kemampuan Representasi Matematis Kelompok Kontrol ... 49

Tabel 4.5 Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 51

Tabel 4.6 Perbandingan Skor Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Skor Kemampuan Representasi Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Skor Kemampuan Representasi Matematis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

(15)

x

Gambar 2.2 Tipe Sistem Representasi ... 15

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian ... 29

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Representasi Matematis Kelompok Eksperimen ... 48

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Kemampuan Representasi Matematis Kelompok Kontrol ... 50

Gambar 4.3 Diagram Batang Persentase Skor Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 53

Gambar 4.4 Normal Q-Q Plots Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 56

Gambar 4.5 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Indikator Representasi Visual No 1c ... 59

Gambar 4.6 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Indikator Representasi Visual No 3a ... 61

Gambar 4.7 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Indikator Representasi Simbolik No 1a ... 62

Gambar 4.8 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Indikator Representasi Simbolik No 4a ... 63

Gambar 4.9 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Indikator Representasi Verbal No 1b ... 65

Gambar 4.10 Contoh Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Indikator Representasi Verbal No 2c ... 66

Gambar 4.11 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelompok Kontrol ... 68

Gambar 4.12 Contoh Hasil Pekerjaan LKK Eksperimen ... 69

Gambar 4.13 Suasana Kegiatan Belajar Mengajar Kelompok Eksperimen ... 70

(16)

xi

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol ... 110

Lampiran 3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) Eksperimen ... 134

Lampiran 4 Lembar Kerja Kelompok (LKK) Kontrol ... 166

Lampiran 5 Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 190

Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 191

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 195

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 196

Lampiran 9 Hasil Uji Taraf Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 197

Lampiran 10 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 198

Lampiran 11 Perhitungan Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis ... 199

Lampiran 12 Hasil Posttest Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Eksperimen Perindikator ... 201

Lampiran 13 Hasil Posttest Kemampuan Representasi Matematis Siswa Kelompok Kontrol Perindikator ... 202

Lampiran 14 Tabel r product moment ... 203

Lampiran 15 Lembar Uji Referensi ... 204

Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 210

(17)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kualitas pendidikan suatu negara menentukan kualitas masyarakat di dalam negara tersebut yang tentunya akan menentukan kemajuan suatu negara. Oleh karena itu, peningkatan kualitas mutu pendidikan di setiap negara harus selalu ditingkatkan baik dari segi kurikulum, guru, siswa, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, maupun materi yang diajarkan. Di Indonesia, salah satu materi yang diajarkan dan dipelajari disetiap jenjang mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi adalah matematika.

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Matematika dapat dipandang sebagai bahasa karena dalam matematika terdapat banyak sekali lambang atau simbol yang digunakan baik berupa huruf maupun non huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk model matematika berupa persamaan, pertidaksamaan, bangun geometri tertentu, dan sebagainya.

(18)

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 1

Sedangkan dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SMP dan SMA atau sederajat memiliki beberapa tujuan pembelajaran yaitu: (1) Meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa; (2) Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik; (3) Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan; (4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi; (5) Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah; (6) Mengembangkan karakter siswa. 2

Demikian pula dengan National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) mempublikasikan dokumen Principles and Standards for School Mathematics yang mendeskripsikan keterkaitan pemahaman dan kompetensi yang harus dimiliki siswa tercangkup dalam lima standar proses, yaitu problem solving, reasoning and proof, communication, connection, andrepresentation.3

Pernyataan NCTM menjelaskan bahwa terdapat lima standar proses yang penting untuk dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika. Karena representasi merupakan salah satu dari standar proses NCTM, maka representasi juga penting untuk dipelajari dan dikuasai siswa. Oleh sebab itu, tujuan pembelajaran matematika di Indonesia baik dalam kurikulum KTSP 2006 maupun kurikulum 2013 menyisipkan representasi sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Seperti dikatakan oleh Jones and Knuth bahwa representasi adalah model

1

Sri Wardhani dan Rumiati, Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS, (Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2011), h. 12.

2

Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: GAVA MEDIA, 2014), h. 54.

3

(19)

atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi, maka tujuan pembelajaran matematika dimana siswa harus memiliki kemampuan untuk merancang model matematika yang diberikan, menyelesaikan model, menafsirkan solusi yang diperoleh untuk memecahkan masalah dan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lainnya untuk memperjelas masalah merupakan pengertian dari representasi.

Pada hasil studi internasional Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) 2011 yang dipublikasi pada bulan Desember tahun 2012 menunjukkan bahwa peringkat matematika siswa SMP kelas VIII di Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 45 negara yang ikut serta dengan skor rata-rata 386. Skor rata-rata tersebut termasuk kedalam kategori rendah, masih jauh dari kategori sedang yang memerlukan skor 500.4 Dalam TIMSS, kerangka penilaian kemampuan bidang matematika yang diuji menggunakan istilah dimensi dan domain. TIMSS untuk siswa SMP terbagi atas dua dimensi, yaitu dimensi konten dan dimensi kognitif. Dimensi konten terdiri atas empat domain, yaitu : bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang. Dimensi kognitif terdiri atas tiga domain, yaitu: pengetahuan, penerapan, dan penalaran. Salah satu kemampuan yang diuji adalah kemampuan dalam domain penerapan yaitu memilih, merepresentasi, memodelkan, menerapkan, memecahkan masalah rutin. 5 Skor rata-rata presentase jawaban benar siswa Indonesia untuk domain penerapan adalah 23% dari rata-rata presentase jawaban benar internasional adalah 39%.6 Kemampuan dalam domain penerapan tersebut tercakup dalam indikator kemampuan representasi dan berdasarkan rata-rata presentase jawaban benar Indonesia pada domain penerapan yang berada dibawah rata-rata presentase internasional menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematik siswa Indonesia masih rendah.

4

Ina V.S. Mullis, et al., TIMSS 2011 International Results in Mathematics, (Chestnut Hill: Lynch School of Education, Boston College, 2012), h.42-43.

5

Sri Wardhani dan Rumiati, op. cit., h. 20-22. 6

(20)

Selain itu, hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puji Syafitri Rahmawati di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Bekasi menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis siswa kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional memperoleh presentase 72,40% untuk indikator visual yang artinya sebagian besar siswa sudah mampu menggunakan gambar, grafik dan tabel untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan untuk indikator ekspresi matematis dan kata-kata/teks tulis secara berurutan memperoleh presentase 48,70% dan 32,24% yang artinya kemampuan sebagian besar siswa dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan persamaan atau ekspresi matematik dan kemampuan mengungkapkan masalah dengan kalimat atau teks tulis masih rendah.7

Menurut Mudzakkir dalam Yudhanegara, rendahnya kemampuan representasi disebabkan representasi terkadang diajarkan atau dipelajari hanya sebagai pelengkap dalam pemecahan masalah saja.8 Hal ini sejalan dengan pendapat Hudiono yang menyatakan bahwa menurut guru, representasi matematis berupa grafik, tabel, dan gambar hanya merupakan pelengkap pembelajaran saja dan guru jarang memperhatikan perkembangan kemampuan representasi matematis siswa.9 Selain itu, ketika melakukan Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Tangerang Selatan, peneliti melihat bahwa sebagian besar siswa sulit mengerjakan soal matematika yang diberikan dalam bentuk gambar maupun mengerjakan soal yang menuntut mereka untuk menggambarkan masalah yang diberikan. Hal itu terjadi karena selama ini guru cenderung menggunakan metode pembelajaran yang monoton dan memberikan soal latihan yang sejenis dengan contoh soal sehingga siswa hanya mengikuti langkah guru dalam menyelesaikan masalah yang berakibat siswa

7

Puji Syafitri Rahmawati, “Pengaruh Pendekatan Problem Solving terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2015, h. 53, tidak dipublikasikan.

8

Moh Ridwan Yudhanegara & Karunia Eka Lestari, Meningkatkan Kemampuan Representasi Beragam Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Terbuka, Jurnal Ilmiah Solusi, Vol. 1 No.3, 2014, 76.

9

(21)

menjadi pasif dan sulit merepresentasikan ide atau gagasan matematik mereka yang menjadikan kemampuan representasi matematis siswa tidak berkembang.

Pentingnya kemampuan representasi dalam pembelajaran matematika di ungkap oleh Kartini yang menyatakan bahwa kemampuan representasi matematis dalam bentuk diagram, grafik, gambar, simbol aljabar maupun kata-kata/teks tulis berperan dalam membantu memahami konsep, mengkomunikasikan, dan memecahkan masalah.10 Oleh karena itu, pembelajaran matematika seharusnya dirancang menjadi pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk belajar aktif dan mampu mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa. Salah satu caranya adalah dengan memfungsikan secara optimal panca indera yang dimiliki siswa guna memaksimalkan empat kecenderungan belajar siswa baik melihat, mendengar, membaca/menulis, maupun melakukan. Karena hakikatnya secara normal, setiap individu memiliki panca indra yang sama dan diberikan ruang yang sama untuk memaksimalkan panca indra tersebut dalam belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran sebagian siswa lebih suka apabila guru mengajar dengan cara menuliskan segala materi di papan tulis, sebagian siswa lain lebih suka apabila guru mereka mengajar dengan cara menjelaskan secara lisan, sebagian siswa lainnya lebih suka diberi catatan, dan ada siswa yang lebih suka membentuk sebuah kelompok untuk berdiskusi. Oleh sebab itu, seorang guru harus bisa memaksimalkan berbagai kecenderungan cara belajar siswa baik dengan penglihatan, pendengaran, ataupun peraba dengan menggunakan variasi metode dalam kegiatan pembelajaran. Karena,walaupun kita cenderung pada satu jenis preferensi sensori, bukan berarti bahwa sistem lain tidak baik. Semua baik, tergantung mana yang kita rasa paling sesuai untuk diri kita dalam belajar. Semakin banyak modalitas belajar yang kita libatkan secara bersamaan, belajar akan semakin hidup, berarti, dan melekat. Salah satu pembelajaran aktif dan

10

(22)

menyenangkan yang di anggap dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran berbasis VARK.

Pembelajaran berbasis VARK adalah pembelajaran yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas siswa dengan menggunakan panca indera berupa penglihatan, pendengaran, dan peraba. VARK merupakan akronim dari empat kecenderungan utama,yaitu: Visual, Auditory, Read/Write, and Kinesthetic.11

Penerapan pembelajaran berbasis VARK dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. Hal ini didasari oleh pelaksanaan pembelajaran berbasis VARK itu sendiri yang memaksimalkan penggunaan panca indra untuk meningkatkan empat kecenderungan siswa dalam belajar seperti melihat, mendengar, membaca/menulis, dan melakukan. Memaksimalkan metode visual mampu meningkatkan kemampuan siswa yang bermodalitas visual, memaksimalkan metode aural/audio mampu meningkatkan kemampuan siswa yang bermodalitas auditori, memaksimalkan metode read/write mampu meningkatkan kemampuan siswa yang bermodalitas visual dan kinesthetic, sedangkan memaksimalkan metode kinesthetic mampu meningkatkan kemampuan siswa yang bermodalitas visual, auditori, maupun kinesthetic.

Semakin banyak aktivitas yang dilakukan dengan memadukan metode dan media dalam meningkatkan modalitas belajar siswa sesuai dengan empat kecenderungan siswa dalam belajar, maka akan semakin baik pemahaman siswa sebab mereka akan lebih mudah menyerap apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran serta menjadikan suasana belajar yang menyenangkan dan berarti sehingga siswa menjadi aktif dan mampu mengemukakan ide-ide atau gagasan-gagasan matematis yang mereka miliki baik secara visual, simbolik, maupun verbal. Dengan kata lain, aktivitas tersebut mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

11

(23)

Berdasarkan uraian, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis VARK terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka permasalahan penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Siswa sulit memecahkan masalah matematika yang diberikan dalam bentuk gambar maupun mengerjakan soal yang menuntut mereka untuk menggambarkan masalah yang diberikan

2. Siswa sulit menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan ekspresi matematis maupun kata-kata atau tulisan

3. Siswa hanya mengikuti langkah yang diberikan guru dalam menyelesaikan masalah sehingga sulit merepresentasikan ide atau gagasan matematik yang mereka miliki.

4. Rendahnya kemampuan representasi matematis siswa.

5. Representasi diajarkan atau dipelajari hanya sebagai pelengkap dalam pemecahan masalah saja.

6. Metode pembelajaran yang digunakan guru cenderung monoton, belum efektif dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan representasi matematis siswa

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka permasalahan ini dibatasi pada:

1. Penelitian terbatas pada pengaruh kemampuan representasi matematis siswa pada aspek kemampuan representasi eksternal matematis.

2. Salah satu pembelajaran matematika yang digunakan agar siswa berperan aktif dan dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis adalah pembelajaran berbasis VARK.

3. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII SMP.

(24)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi dan dibatasi, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK?

2. Apakah kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kemampuan representasi matematis siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasi VARK.

2. Menganalisis perbedaan kemampuan representasi matematis siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis VARK dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi guru maupun peserta didik, adapun manfaat yang diharapkan penulis sebagai berikut: 1. Bagi siswa

Membangkitkan keaktifan siswa dalam belajar matematika dengan pembelajaran berbasis VARK sehingga dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa yang berdampak meningkatnya hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

(25)

3. Bagi sekolah

Menjadi bahan referensi untuk menerapkan pembelajaran berbasis VARK dalam materi lain dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

4. Bagi peneliti selanjutnya

(26)

10 1. Kemampuan Representasi Matematis

NCTM menetapkan lima standar proses yang harus dimiliki siswa, yaitu pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, koneksi, dan representasi.1 Kelima standar proses tersebut tidak bisa dipisahkan dari pembelajaran matematika, karena kelimanya saling terkait dalam proses belajar dan mengajar matematika. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan representasi matematis merupakan salah satu standar kemampuan yang harus ada dalam pembelajaran matematika.

Jones menjelaskan bahwa terdapat tiga alasan mengapa representasi merupakan salah satu dari standar proses, yaitu:(1) Kelancaran dalam melakukan translasi diantara berbagai jenis representasi yang berbeda merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki untuk membangun konsep dan berpikir matematis. (2) Cara guru dalam menyajikan ide-ide melalui berbagai representasi akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam mempelajari matematika. (3) Siswa membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri sehingga memiliki kemampuan dan pemahaman konsep yang kuat dan fleksibel yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah.2

Standar representasi matematis yang ditetapkan NCTM menyebutkan bahwa program pembelajaran dari pra-TK sampai kelas 12 harus memungkinkan siswa untuk:3

1) Create and use representation to organize, record, and communicate mathematical ideas

2) Select, apply and translate among mathematical representations to solve problems

1

John A Van de Walle, Elementary and Middle School Mathematics: Teaching Developmentally Seventh Edition, (Boston: Pearson, 2010), p. 3

2

Muhamad Sabirin, Representasi Dalam Pembelajaran Matematika, JPM IAIN Antasari, Vol.01 No.2, 2014, h. 35

3

(27)

3) Use representations to model and interpret physical, social, and mathematical phenomena.

Menurut NCTM, standar kemampuan representasi matematis yang pertama adalah membuat dan menggunakan representasi untuk mengorganisir, mencatat dan mengkomunikasikan ide-ide matematika. Standar yang kedua adalah memilih, menerapkan dan menerjemahkan representasi matematik untuk memecahkan masalah. Dan standar yang ketiga adalah menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan kejadian fisik, sosial dan matematika.

Dari pemaparan NCTM dan Jones, representasi merupakan standar proses yang harus dipelajari dan dikuasai siswa mulai dari sebelum memasuki dunia sekolah sampai kelas 12, karena representasi merupakan kemampuan dasar yang akan membantu dalam meningkatkan pemahaman dan kemampuan matematis siswa. Selain itu, representasi juga membantu siswa agar dapat mengkomunikasikan suatu masalah hingga mampu memecahkan masalah tersebut.

a. Definisi Representasi Matematis

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, representasi memiliki arti: (1) perbuatan mewakili; (2) keadaan diwakili; (3) apa yang diwakili; perwakilan.4 Dari arti kata tersebut dapat disimpulkan bahwa representasi adalah sesuatu yang mewakili suatu keadaan.

Menurut Goldin, “A representation is a configuration that can represent something else in some manner “.5 Representasi adalah sebuah konfigurasi yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa cara. Misalnya, sebuah kata dapat mewakili objek kehidupan nyata, sebuah angka dapat mewakili ukuran berat

4

Tim Redaksi Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: PT GRAMEDIA,2008), h. 1167.

5

(28)

badan seseorang, atau angka yang sama dapat mewakili sebuah posisi pada garis bilangan.

Menurut Vergnaud, “Representation is a crucial element for a theory of mathematics teaching and learning, not only because the use of symbolic systems is so important in mathematics, the syntax and semanticof which are rich, varied, and universal, but also for two strong epistemological reasons: (1) Mathematics plays an essential part in conceptualizing the real world; (2) Mathematics makes a wide use of homomorphisms in which the reduction of structures to one another is essential”. 6

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa representasi merupakan elemen yang penting untuk sebuah teori belajar mengajar matematika, bukan hanya karena penggunaan sistem simbolik sangat penting dalam matematik, sintak dan semantik yang kaya, bervariasi dan universal, tetapi juga untuk dua alasan epistemologi yang kuat: (1) matematika memainkan bagian penting dalam konseptualisasi dunia nyata; (2) matematika membuat sebuah penggunaan homomorfisma yang luas dimana pengurangan struktur satu sama lain merupakan hal yang penting.

Godino dan Font menyampaikan pendapatnya tentang representasi “A representation is considered as a sign or configuration of signs, characters or

objects that can stand for something else (to symbolize, code, provide an image of,

or represent)".7 Representasi dianggap sebagai tanda atau konfigurasi tanda-tanda, karakter atau objek yang dapat digunakan untuk melambangkan, kode, memberikan gambar dan mewakili sesuatu.

Pape & Tchoshanov dalam Mustangin menjelaskan bahwa representasi dapat dideskripsikan setidaknya dalam empat gagasan pokok, yaitu: 1) representasi sebagai abstraksi internal dari ide-ide matematika atau skema kognitif yang dibangun oleh siswa melalui pengalaman; 2) representasi sebagai reproduksi mental dari keadaan mental yang sebelumnya; 3) representasi sebagai sajian

6

Ibid., p. 207. 7

(29)

ekivalensi struktur melalui gambar, simbol ataupun lambang; dan 4) representasi sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain.8

Sedangkan menurut Jones & Knuth representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi.9 Suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau simbol matematika.

Selanjutnya, Kartini menyatakan bahwa representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan dari ide-ide matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan lain-lain) yang digunakan untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara tertentu (cara konvensional atau tidak konvensional) sebagai hasil interpretasi dari pikirannya.10

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan representasi matematis adalah kemampuan dalam menyatakan kembali ide-ide atau masalah matematis dengan bentuk pengganti atau pemodelan ke dalam bentuk matematis berupa gambar, digram, grafik, kata-kata, ekspresi matematis ataupun simbol lainnya untuk memahami sebuah konsep, mengkomunikasikan hingga memecahkan masalah yang disajikan.

b. Jenis - Jenis Representasi Matematis

Secara umum, representasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu representasi internal dan representasi eksternal. Janvier, Girardon, dan Morand dalam Pape dan Tchoshanov mengutarakan pendapat mengenai representasi internal dan representasi eksternal. Representasi internal adalah poses abstraksi dari berbagai ide matematis atau suatu skema kognitif yang dikembangkan oleh siswa melalui pengalamannya. Sedangkan representasi berupa bilangan persamaan aljabar, grafik, tabel, dan diagram adalah manifestasi eksternal dari berbagai konsep

8

Mustangin, Representasi Konsep dan Peranannya Dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 1 No. 1, 2015, h.16.

9 Ibid.,

(30)

matematis yang menstimulus dan membantu memahami konsep-konsep tersebut.11

Selain itu, Albert mengatakan, “External representations are the representations we can easily communicate to other people; they are the marks on the paper, the drawings, the geometry sketches, and the equations. Internal representations are the images we create in our minds for mathematical objects and processes.”12

Penjelasan Albert dapat diartikan bahwa representasi eksternal adalah sebuah bentuk perwakilan yang memudahkan kita untuk berkomunikasi kepada orang lain berupa tanda diatas kertas, gambaran, sketsa geometri, maupun persamaan. Sedangkan representasi internal adalah gambaran yang kita ciptakan dalam pikiran kita tentang objek dan proses matematika.

Berdasarkan pendapat Janvier, Girardon, Morand, dan Albert diketahui bahwa representasi diawali dengan proses berpikir tentang ide-ide matematis dalam pikiran siswa yang selanjutnya disebut representasi internal. Kemudian pengungkapan ide-ide tersebut secara nyata baik berupa grafik, tabel, diagram maupun lainnya disebut representasi eksternal. Representasi internal dari seseorang sulit untuk diamati secara langsung karena merupakan aktivitas mental seseorang di dalam otaknya. Tetapi representasi internal seseorang dapat disimpulkan berdasarkan representasi eksternalnya dalam berbagai bentuk. Hal tersebut menegaskan adanya hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara representasi internal dan representasi eksternal.

Hubungan antara representasi internal dan ekternal tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.13

Gambar 2.1

Hubungan Timbal Balik Representasi Internal dan Representasi Eksternal

11

Stephen J. Pape & Mourat A. Tchoshanov, The Role of Representation(s) in Developing Mathematical Understanding, Theory into Practice, Vol. 40 No. 2, (London: Taylor & Francis, 2001), p 119

12

Albert A. Cuoco, The Roles of Representation in School Mathematics, (tt.p: NCTM, 2001), p.x.

13

Kartini Hutagaol, Pembelajaran Konstektual untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa Sekolah Menegah Pertama, Jurnal Ilmiah ,Vol.2 No.1, 2013,h. 92.

(31)

Selanjutnya Villages, Castro, dan Guiterrez di dalam jurnalnya membagi representasi eksternal menjadi tiga tipe, yaitu:

1. Verbal representation of the word problem: consisting fundamentally of the word problem as stated, whether in writing or spoken;

2. Pictorial representation: consisting of drawings, diagrams or graphs as well as any kind of related action;

3. Symbolic representation: being made up of numbers, operation and relation signs; algebraic symbols, and any kind of action referring to these;14

Gambar 2.2

Tipe sistem representasi

Penuturan tersebut menjelaskan bahwa representasi ekternal terdiri dari (1) representasi verbal, yaitu masalah yang dinyatakan baik berupa kata dalam tulisan ataupun ucapan; (2) representasi gambar meliputi gambar, diagram atau grafik dsb; (3) representasi simbolik meliputi angka, operasi dan tanda hubung, simbol aljabar dsb.

Sedangkan, Mudzakkir mengelompokkan representasi matematika ke dalam tiga bentuk, yaitu representasi visual (gambar, diagram, grafik, atau tabel), representasi simbolik (persamaan atau ekspresi matematik) dan representasi verbal (kata-kata atau teks tertulis).15 Selanjutnya ketiga bentuk representasi tersebut diuraikan ke dalam bentuk-bentuk operasional sebagai berikut:

14

Jose L. Villages et al., Representations in problem solving: a case study in optimization problems, Electronic Journal of Research in Educational Psychology, Vol. 7(1), 2009, p. 287-288.

(32)

Tabel 2.1

Bentuk-Bentuk Operasional Representasi Matematis

No Representasi Bentuk-bentuk Operasional

1. Representasi visual:

a. Diagram, grafik atau tabel

[image:32.595.114.521.137.647.2]

 Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik atau tabel

 Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah

b. Gambar  Membuat gambar pola-pola geometri

 Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya

2. Representasi simbolik: Persamaan atau ekspresi matematis

 Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan

 Penyelesaian masalah yang melibatkan ekspresi matematis

3. Representasi verbal:

Kata-kata atau teks tertulis

 Membuat situasi masalah berdasarkan data-data atau representasi yang diberikan

 Menuliskan interpretasi dari suatu representasi  Menuliskan langkah-langkah penyelesaian

masalah matematis dengan kata-kata

 Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan

 Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis

Berdasarkan seluruh uraian, maka indikator representasi matematis yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian ini meliputi:

1) Representasi visual meliputi:

(33)

2) Representasi simbolik meliputi:

 Membuat model matematik dari masalah yang diberikan.

 Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematik. 3) Representasi verbal meliputi:

 Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tulis.

2. Pembelajaran berbasis VARK

Pembelajaran berbasis VARK erat kaitannya dengan modalitas dan gaya belajar siswa dalam menyerap informasi, karena salah satu kategorisasi yang paling banyak digunakan terkait dengan jenis-jenis gaya belajar seseorang adalah model VARK dari Neil Flemming. Empat kategori utama pembelajaran dalam berbasis VARK, yaitu:16

(1) Pembelajaran visual

Proses pembelajaran dilakukan dengan mengasosiasikan ide-ide, konsep-konsep, dan informasi lain dengan gambar-gambar dan teknik-teknik. Mereka yang memiliki pola belajar visual biasanya mampu memahami informasi dengan menggambarkannya secara nyata.

Modalitas visual mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini.17 Siswa dengan gaya belajar visual mampu menjelaskan konsep kepada orang lain dengan menggambar seorang tokoh atau gambar.

(2) Pembelajaran aural/auditori

Proses pembelajaran dilakukan seseorang melalui pendengaran. Pembelajar auditoris sangat bergantung pada pendengaran dan pembicaraan orang lain selama proses belajarnya. Pembelajar auditoris harus mendengar apa yang dikatakan agar bisa memahami dan sebaliknya mereka sering kali kesulitan menghadapi instruksi-instruksi tertulis.

16

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis Dan Paragdigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 180-181.

17

(34)

Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata diciptakan maupun diingat.18 Siswa dengan gaya belajar aural memiliki kosakata yang baik dan lancar dalam menuliskan atau menceritakan sesuatu.

(3) Pembelajaran read/write

Proses pembelajaran dilakukan dengan mencatat dan membaca apa saja yang didengarkan dan diperolehan dari lingkungan sekitar dalam bentuk tulisan. Mereka yang memiliki kemampuan membaca dan menulis biasanya harus membaca untuk mencari informasi dan menulis informasi tersebut untuk dibaca ulang sebagai penguatan.

(4) Pembelajaran Kinesthetic

Proses pembelajaran dilakukan dengan melaksanakan aktivitas fisik, gerakan dan praktik. Mereka yang memiliki kemampuan kinestetik biasanya belajar dari pengalaman dan praktikan.

Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi diciptakan maupun diingat.19 Siswa dengan gaya belajar kinesthetic menyukai belajar dengan bergerak dan aktif, mereka mampu mengingat dan berpikir dengan bantuan gerakan.

Modalitas belajar adalah cara termudah informasi masuk ke dalam otak melalui panca indra yang kita miliki. Seluruh panca indra tubuh merupakan sumber modalitas belajar, dimana setiap bagian tubuh mewakili:

(1) Indrawi telinga, lidah (mulut), modalitas belajar auditori melalui mendengar dan berbicara.

(2) Indrawi mata, modalitas belajar visual melalui melihat dan membaca.

(3) Indrawi kulit dan hidung, modalitas belajar taktil melalui memegang dan memanipulasi.

(4) Indrawi tangan, modalitas belajar kinestetik melalui aktivitas gerak seperti menulis.20

18

Ibid., h.85. 19

Ibid., 20

(35)

Pada saat informasi tersebut ditangkap oleh panca indra, maka bagaimana informasi tersebut diserap, diatur dan di proses di otak disebut gaya belajar. Alamsyah berpendapat bahwa modalitas belajar adalah cara termudah dalam menyerap informasi, sedangkan gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana menyerap, mengatur, dan mengolah informasi21

Menurut Bobbi DePorter, gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi.22 Keefe dan Languis dalam Miftahul Huda mendeskripsikan gaya belajar sebagai pola-pola perilaku dan performa yang konsisten yang dimiliki oleh setiap individu untuk mendekati pengalaman belajarnya.23

Karena siswa mempunyai empat karakteristik utama yang menunjang mereka saat belajar yaitu melihat, mendengar, membaca/menulis, dan melakukan, maka pengembangan selanjutnya adalah dibutuhkannya suatu rangkaian pembelajaran yang memfasilitasi keempat kararteristik tersebut dengan mengoptimalkan panca indra yang mereka miliki dalam proses pembelajaran. Sebuah pembelajaran yang memfasilitasi keempat karakteristik utama dengan mengoptimalkan panca indra dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran berbasis VARK.

VARK merupakan akronim dari empat kecenderungan utama, yaitu: Visual, Auditory, Read/Write, and Kinesthetic.24 Pembelajaran berbasis VARK adalah pebelajaran multi-sensorik yang melibatkan tiga unsur gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran, dan gerakan. Pembelajaran multi-sensorik ini merepresentasikan bahwa guru sebaiknya tidak hanya mendorong siswa untuk menggunakan satu modalitas saja dalam belajar, tetapi mengkombinasikan semua modalitas tersebut untuk memberi kemampuan yang lebih besar dan menutupi kekurangan yang dimiliki masing-masing siswa. Hasil studi Piping dalam Othman

21

Ibid., h.13 22

Bobbi DePorter & Mike Hernacki, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, (Bandung: Kaifa Learning, 2012), h. 110-112.

23

Miftahul Huda, op. cit., h. 53 24

(36)

mengatakan bahwa pembelajaran berbasis VARK dapat meningkatkan pemahaman siswa, motivasi belajar dan minat siswa.25

VARK merupakan pengembangan dari VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) yang dilakukan Flemming dengan menyisipkan huruf R setelah huruf A (auditory) yang berarti tipe belajar yang menggemari baca tulis (reading/writing-preference learning), sehingga ada empat tipe belajar.26 Hal ini didasari dari hasil penelitian Flemming (dalam http://www.vark-learn.com) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata ketika siswa yang gaya belajarnya visual menggunakan tes tulis dan diagram atau peta. Dua kecenderungan gaya belajar ini tidak selalu ditemukan pada orang yang sama. Oleh karena itu, Flemming kemudian mengembangkan gaya belajar VAK dengan menambah satu gaya belajar lagi, yaitu read/write (R) sehingga namanya berubah menjadi VARK (Visual, Aural, Read/Write, Kinesthetic).

Menurut Flemming dalam Othman, “Siswa dengan modalitas aural mudah menerima informasi dengan diskusi dan mendengarkan. Siswa dengan modalitas membaca memiliki kemampuan untuk menerima dan menginterpretasi informasi yang dicetak. Untuk modalitas visual, siswa mudah menerima informasi dengan grafik, angka grafis dan gambar. Sedangkan, modalitas kinestetik mudah menerima informasi dengan sentuhan, perasaan, melihat dan mendengarkan.”27

Didasari modalitas yang dimiliki oleh setiap orang dan berdasarkan pernyataan Flemming tersebut, maka Othman dan Amirudin membuat prinsip dasar tentang metode dan media pembelajaran yang cocok untuk setiap modalitas siswa selama proses pembelajaran, seperti terlihat pada tabel berikut.

25Norasmah Othman & Mohd Hasril Amiruddin, “Different Perspectives of Learning Style from VARK Model”, Procedia Social and Behavioral Sciences disampaikan dalam International Conferences on Learner Diversity,Faculty of Education UKM, Malaysia, 2010, p.655.

26 Ibid., 27

(37)
[image:37.595.110.516.122.543.2]

Tabel 2.2

Prinsip Dasar Proses Pembelajaran Berbasis VARK (dimodifikasi dari Norasmah Othman dan Mohd Hasril Amiruddin) 28

Modalitas Prinsip Dasar dalam Proses Pembelajaran

Visual Metode/media : gambar, peta konsep, video pembelajaraan, spidol warna-warni.

Teknik : Mengganti kata-kata dengan simbol atau gambar, penggunaan spidol warna-warni dalam penulisan maupun membuat gambar, memperlihatkan gambar-gambar materi terkait.

Aural Metode/media : ceramah, tanya jawab, diskusi, video pembelajaran Teknik : Melibatkan siswa aktif dalam tanya jawab dan diskusi, mendiskusikan ide secara verbal, serta membaca materi dengan suara keras.

Read/Write Metode/media : buku bacaan, handout, catatan

Teknik : Menuliskan kata-kata secara berulang, menulis kembali ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda, menerjemahkan semua gambar kedalam kata-kata serta membaca catatan.

Kinesthetic Metode/media : demonstrasi, diskusi, alat peraga, video pembelajaran. Teknik : Menggunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide, memasukan berbagai macam contoh mengenai materi yang sedang dipelajari untuk memudahkan dalam mengingat konsep, memperbolehkan siswa berjalan-jalan untuk berdiskusi.

Tahapan pembelajaran berbasis VARK (Visual Aural Read/Write Kinesthetic) yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah:

1) Persiapan

Tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran berupa minat siswa untuk belajar maupun pembagian kelompok. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen yaitu dalam satu kelompok terdiri dari siswa dengan gaya belajar dan kemampuan matematis

28

(38)

yang berbeda yang didapat berdasarkan hasil tes sebelum pembelajaran dimulai.

2) Penyampaian

Tahap ini berkaitan dengan penggunaan variasi metode dan media dalam proses pembelajaran yang memberikan pemaksimalan penggunaan panca indra siswa yang mewakili modalitas mereka baik berupa visual, aural, read/write, maupun kinesthetic sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Metode dan media yang digunakan diantaranya:

Visual : gambar, peta konsep, video pembelajaraan, spidol warna-warni. Tekniknya dengan mengganti kata-kata dengan simbol atau gambar, penggunaan spidol warna-warni dalam penulisan maupun membuat gambar, memperlihatkan gambar-gambar materi terkait.

Aural : ceramah, tanya jawab, diskusi, video pembelajaran. Tekniknya dengan melibatkan siswa aktif dalam tanya jawab dan diskusi, mendiskusikan ide secara verbal, serta membaca materi dengan suara keras.

Read/write : buku bacaan, handout, catatan. Tekniknya dengan menuliskan kata-kata secara berulang, menulis kembali ide atau informasi dengan kalimat yang berbeda, menerjemahkan semua gambar kedalam kata-kata.

Kinesthetic : demonstrasi, diskusi, alat peraga, video pembelajaran. Tekniknya dengan menggunakan benda-benda untuk mengilustrasikan ide, memasukan berbagai macam contoh mengenai materi yang sedang dipelajari untuk memudahkan dalam mengingat konsep, memperbolehkan siswa berjalan-jalan untuk berdiskusi.

3) Pelatihan

(39)

4) Penampilan hasil

Tahap ini berkaitan pengungkapan hasil pemikiran siswa terhadap materi yang dipelajari. Pengungkapan hasil dilakukan dengan presentasi yang dilakukan siswa yang kemudian dikonfirmasi oleh guru.

5) Kesimpulan

Tahap ini berkaitan dengan pengutan materi yang telah dipelajari. kesimpulan hasil pembelajaran ditampilkan berupa rangkuman yang dibuat siswa sesuai gaya belajarnya.

3. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam mengajar. Pembelajaran konvensional yang digunakan pada penelitian ini adalah strategi pembelajaran ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.29 Strategi ekspositori merupakan gabungan dari metode ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode ekspositori dapat dirinci sebagai berikut:30

a. Persiapan (Preparation), adalah langkah berkaitan dengan mempersiapkan siswa menerima pelajaran.

b. Penyajian (Presentation), adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Pada tahap ini, kemampuan represtasi matematis siswa dikembangkan.

c. Menghubungkan (Correlation), adalah langkah menghubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitannya dalam struktur pengetahuan yang telah dimilikinya.

29

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP, 2011), h. 189.

30

(40)

d. Menyimpulkan (Generalization), adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Tekniknya dengan mengulang kembali inti materi atau memberikan beberapa pertanyaan yang relevan dengan materi yang telah disajikan.

e. Penerapan (Aplication), adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Tekniknya dengan membuat tugas yang relevan dan memberikan tes yang sesuai dengan materi yang telah disajikan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

I Gusti Ayu Agung Riesa M, Dessy Seri Wahyuni, dan I Gede Mahendra Darmawiguna dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VARK (Visual, Aural, Read/Write, Kinesthetic) berbantu LKS untuk meningkatkan hasil belajar TIK kelas XI di SMA Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2013/2014” mengatakan bahwa hasil belajar siswa terhadap model pembelajaran VARK sangat tinggi, dimana kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran VARK berbantu LKS mendapat nilai rata-rata hasil belajar sebesar 84,62%. Mereka juga mengatakan bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran VARK. Fakta tersebut didapat dari hasil analisis angket respon siswa, dimana 43,21% merespon sangat positif, 57,69% merespon positif, dan 0% untuk respon rendah ataupun sangat rendah.31

Mika Agus Fianti (2012) dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa Dengan Accelerated Learning Strategi VAK Di SMA PGRI 56 Ciputat” menjelaskan bahwa aktivitas di siklus I belum memuaskan dimana masih ada siswa yang belum serius dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak serius saat berdiskusi dan siswa laki-laki tidak

31

I Gusti Ayu Agung Riesa M, Dessy Seri Wahyuni, dan I Gede Mahendra Darmawiguna,

(41)

membuat rangkuman. Hasil aktivitas belajar matematis yang belum memuaskan di siklus I dapat diketahui dari hasil persentase ketuntasan siswa yang masih rendah yaitu 42,31%. Perbaikan tahap siklus I yang dilakukan di siklus II berupa pemberian jeda dengan mendengarkan musik, diskusi tidak hanya dengan kelompok sendiri tapi boleh bertukar pikiran dengan kelompok lain, pemberian reward dan pemberian kisi-kisi tes siklus serta pemberian LKS. Dan hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 18,85% menjadi 78,97% dan keaktifan siswa pun meningkat dari 61,54% menjadi 84,62% pada siklus II. Selain itu, persentase ketuntasan siswa pun naik menjadi 73,08%.32

Berdasarkan hasil penelitian dari kedua peneliti diatas, dapat dikatakan bahwa model VARK dimana proses pembelajaran dibuat sesuai karakteristik panca indra yang menjadikan proses pembelajaran yang menyenangkan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa baik dalam bidang studi matematika maupun non matematika. Selanjutnya, karena terlalu luasnya cakupan hasil belajar, maka penelitian kali ini hanya akan terfokus pada kemampuan representasi siswa. Karena salah satu faktor untuk meningkatkan hasil belajar matematis adalah memiliki kemampuan dalam merepresentasi materi sehingga siswa mampu memahami konsep, berkomunikasi dengan baik dan memecahkan masalah matematis sehingga meningkatlah hasil belajar matematika siswa.

Anita Ervina Astin, Drs. M. Coesamin M.Pd, dan Dra. Arnelis Djalil M.Pd (2014/2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Ditinjau Dari Kemampuan Representasi Matematis” mengatakan bahwa model pembelajaran Think Talk Write tidak efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis. Berdasarkan data nilai posttest hanya 18 dari 33 siswa yang mendapat nilai diatas KKM, dimana kemampuan representasi matematis siswa memperoleh presentase 84,66% untuk indikator visual, 59,28% untuk indikator simbolik, dan 60,99% untuk indikator verbal padahal batas kriteria ideal minimumnya adalah 75%. Hal tersebut

32

(42)

disebabkan kurangnya ketersediaan alat, waktu dan pengelolaan kelas yang belum baik sehingga masih banyak siswa yang perhatian dan inatnya belum terfokus dalam proses pembelajaran.33 Untuk itu, pada penelitian kali ini peneliti akan mencoba memperbaiki kekurangan-kerurangan tersebut dengan objek keberhasilan kemampuan representasi tetap terfokus pada indikator representasi visual, representasi simbolik, dan representasi verbal.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan representasi matematis sangat penting untuk dimiliki siswa karena kemampuan ini erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Namun pada kenyataannya kemampuan representasi matematis siswa masih saja rendah. Siswa masih sulit memecahkan masalah dalam bentuk gambar maupun menggambarkan suatu masalah, menggunakan ekspresi matematis serta kata-kata/teks tulis dalam menyelesaikan masalah. Rendahnya kemampuan representasi siswa disebabkan masih banyak guru yang menganggap bahwa kemampuan representasi hanya sebagai pelengkap, dan representasi hanya dipelajari atau diajarkan sebagai pelengkap dalam pemecahan masalah saja. Hal tersebut dapat dilihat dari model pembelajaran yang biasa digunakan guru masih monoton dan belum efektif dalam meningkatkan keaktifan dan kemampuan representasi matematis siswa. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana pembelajaran masih terpusat pada guru. Siswa cenderung pasif dan hanya mengikuti langkah pengerjaan yang diberikan guru dalam menyelesaikan masalah dengan kata lain siswa hanya menghafal pola pengajaran guru sehingga siswa tidak terlatih dan sulit untuk merepresentasikan ide atau gagasan matematik yang mereka miliki baik dalam hal memahami konsep matematis atau memecahkan masalah. Hal ini mengakibatkan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa.

33

(43)

Apabila diamati salah satu penyebab rendahnya kemampuan representasi matematis siswa terletak pada model pembelajaran atau penggunaan metode mengajar yang belum tepat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu pembelajaran aktif yang mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa.

Salah satu pembelajaran aktif dan menyenangkan yang di anggap dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah pembelajaran berbasis VARK. Pembelajaran berbasis VARK adalah pembelajaran yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas siswa dengan menggunakan panca indera berupa penglihatan, pendengaran, dan peraba. Pembelajaran ini dirancang untuk meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa dalam belajar sehingga akan meningkatkan antusias siswa dalam belajar.

Pembelajaran berbasis VARK mempunyai beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Tahap pertama adalah persiapan dimana guru mempersiapkan siswa dengan motivasi yang membangun siswa untuk belajar ataupun membagikan kelompok secara heterogen berdasarkan hasil tes gaya belajar VARK dan kemampuan matematis siswa, dimana dalam satu kelompok terdiri dari siswa dengan kemampuan representasi matematis dan gaya belajar yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar dalam satu kelompok dapat terjadi proses saling melengkapi antar siswa yang memiliki gaya belajar dan kemampuan matematis yang berbeda.

Pada tahap berikutnya adalah penyampaian. Pada tahap ini proses pembelajaran dilakukan dengan beberapa media dan metode yang memfasilitasi dan mengoptimalkan panca indra berdasarkan karakteristik VARK. Pembelajaran visual menggunakan media in focus untuk menunjukkan gambar-gambar, peta konsep dan video pembelajaraan serta penggunakaan spidol warna-warni; aural dengan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, serta penggunaan media in focus dan

(44)

Selanjutnya adalah tahap pelatihan, dimana siswa mendalami materi yang telah dipelajari di tahap sebelumnya. Kemudian adalah tahap penampilan hasil, dimana hasil pemikiran siswa terhadap materi yang disajikan atau dipresentasikan di depan kelas. Dan terakhir adalah tahap kesimpulan, di tahap ini siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dengan membuat jurnal dimana teknik penulisan ditulis sesuai dengan gaya belajar masing-masing siswa. Hal ini dilakukan untuk memberikan kebebasan siswa dalam mengingat materi dengan caranya masing-masing.

Tahapan-tahapan tersebut memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan representasi matematis sehingga siswa dapat mengungkapkan berbagai ide matematis dengan cara mereka sendiri. Melalui pembelajaran berbasis VARK, siswa berulang kali dilatih untuk mengembangkan kemampuan representasi matematisnya melalui pemaksimalan penggunaan panca indra dan modalitas yang mereka miliki dengan berbagai variasi media dan metode pembelajaran yang di fasilitasi guru, sehingga tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan aktif yang membuat siswa mampu mengembangkan dan megutarakan ide-ide matematisnya.

(45)

Berikut skema kerangka berpikir pengaruh pembelajaran berbasis VARK terhadap kemampuan representasi matematis siswa.

MASALAH Siswa sulit memecahkan masalah

matematika yang diberikan dalam bentuk gambar maupun mengerjakan

soal yang menuntut mereka untuk menggambarkan masalah yang

diberikan Siswa sulit menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan ekspresi matematis maupun kata-kata atau tulisan

Siswa hanya mengikuti langkah yang diberikan guru

dalam menyelesaikan masalah sehingga sulit merepresentasikan ide atau

gagasan matematik yang mereka miliki Metode pembelajaran yang

digunakan guru cenderung monoton, belum efektif dalam meningkatkan

keaktifan dan kemampuan representasi matematis siswa

Rendahnya kemampuan representasi matematis

siswa

Representasi diajarkan atau dipelajari hanya sebagai

pelengkap dalam pemecahan masalah saja

SOLUSI

Pembelajaran berbasis VARK

VARK Kemampuan Representasi

KESIMPULAN

[image:45.595.115.510.149.560.2]

Kemampuan Representasi Matematis Siswa Meningkat

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir Penelitian D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir yang telah di uraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Kemampuan representasi matematis siswa yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis VARK lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa diajar menggunakan pembelajaran konvensional.”

(46)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang beralamat di Graha Raya Bintaro Jl. AMD no. 15/16 Pondok Kacang Barat, Pondok Aren, Tangerang Selatan pada siswa kelas VII. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap di bulan Maret – April tahun ajaran 2015/2016.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Experimental). Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok pengamatan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran berbasis VARK, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang proses pembelajarannya menggunakan pembelajaran konvensional.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Randomized post test only control-group design, artinya pengkontrolan secara acak dengan tes hanya di akhir perlakuan. Pemilihan desain ini karena peneliti hanya ingin mengetahui perbedaan kemampuan representasi matematis antara dua kelompok tersebut.

1

(47)
[image:47.595.110.509.143.533.2]

Desain penelitiannya menggunakan pola sebagai berikut:2 Tabel 3.1

Rancangan Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

Acak KE XE O

Acak KK XK O

Keterangan.

KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol

XE : Perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis VARK XK : Perlakuan dengan menggunakan pembelajarann konvensional O : Posttest kemampuan representasi matematis

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi dalam penelitian ini adalah populasi target dan terjangkau.

Populasi target adalah seluruh siswa SMP Negeri 14 Tangerang Selatan, sedangkan populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 14 Tangerang Selatan yang terdaftar pada semester genap tahun ajaran 2015/2016.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.4 Sampel diambil dari populasi terjangkau dengan teknik Cluster Random Sampling. Teknik ini mengambil dua kelas dari sembilan kelas yang ada. Kemudian dari dua kelas tersebut di undi kelas mana yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelas mana yang akan dijadikan kelompok kontrol,

2

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), cet. VII, h. 206.

3

Sugiyono, op. cit., h. 80. 4

(48)

maka terpilih kelas VII.9 sebagai kelompok eksperimen dan VII.8 sebagai kelompok kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data diperoleh dari hasil tes kemampuan representasi matematis siswa pada kedua kelompok sampel. Tes kemampuan representasi matematis yang diberikan pada akhir pokok bahasan materi segiempat di kelompok eksperimen yang diajar menggunakan pembelajaran berbasis VARK dan di kelompok kontrol yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional memiliki bentuk soal yang sama. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut sebagai berikut:

1. Variabel yang diteliti

Variabel bebas : Pembelajaran berbasis VARK

Variabel terikat : Kemampuan representasi matematis siswa 2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa yang menjadi sampel penelitian dan guru mata pelajaran matematika.

E. Intrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan representasi matematis. Soal tes disusun dalam bentuk uraian (essay) untuk mengukur tingkat kemampuan representasi matematis siswa dalam bentuk posttest. Instrument tes ini diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dimana tes yang diberikan kepada kedua kelas tersebut adalah sama.

(49)
[image:49.595.114.541.201.574.2]

Tabel 3.2

Kisi – kisi Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis

Standar Kompetensi : Memahami konsep segi empat dan segitiga serta menentukan ukurannya

No Indikator Soal

Kemampuan Representasi

Matematis Jumlah

Butir Soal Visual Simbolik Verbal

1. Menentukan besar sudut dengan menggunakan sifat sudut-sudut saling berhadapan dan berdekatan pada bangun datar jajargenjang

1c 1a 1b 3

2. Menyelesaikan masalah dengan menghitung luas bangun datar persegi dan persegi panjang.

2a 2b 2c 3

3. Menghitung keliling bangun datar trapesium jika diketahui perbandingan sisinya.

3a 3c 3b 3

4. Menyelesaikan masalah dengan menghitung keliling bangun datar belah ketupat dan layang-layang

4c 4a 4b 3

Jumlah Butir Soal 4 4 4 12

(50)

Tabel 3.3

Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematis materi Segi Empat

Skor Visual Simbolik Verbal

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan ketidakpahaman tentang konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa 1 Membuat gambar

akan tetapi tidak lengkap

Membuat model matematika namun masih terdapa

Gambar

grafik atau tabel
Tabel 2.2 Prinsip Dasar Proses Pembelajaran Berbasis VARK (dimodifikasi dari
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Penelitian
Tabel 3.1 Rancangan Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengetahui rata-rata kemampuan menyimak bahasa Jepang mahasiswa. tingkat II Departemen Pendidikan Bahasa Jepang UPI tahun ajaran

Motivasi merupakan proses internal yang memberikan perilaku yang berenergi dan terarah. Proses internal meliputi tujuan individu, keyakinan, persepsi, dan

Bahwa yayasan yang menyelenggarakan pendidikan dan badan hukum lainnya yang berhimpun dalam Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI),

yang terkandung dalam debu vulkanik dan lahar dingin Gunung Sinabung. dengan menggunakan metode Analisis Aktivasi

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula

Agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka yang terjadi dalam ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi mengkaji tentang Penggunaan sidik

Kota Medan Tahun 2014 ”. Penelitian tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/i sebagai. responden, kerahsiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan

Untuk Hipotesa 2, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistic dari 10 variabel yang diteliti, terdapat 2 (dua) variable yakni ROE ( X1 ) dan BOPO ( X5 ) yang