• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIK"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI PUNGGUNG

BAWAH KRONIK

T E S I S M A G I S T E R

OLEH

IRINA KEMALA NASUTION NIM : 137041017

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK SPESIALIS ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN USU RSUP.H. ADAM MALIK

MEDAN

2014

(2)
(3)

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI PUNGGUNG

BAWAH KRONIK

T E S I S M A G I S T E R

Untuk Memperoleh Gelar Magister dalam program studi Ilmu Penyakit Saraf

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

Oleh

IRINA KEMALA NASUTION NIM : 137041017

PROGRAM STUDI ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN USU

RSUP H.ADAM MALIK MEDAN

2014

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis Magister : HUBUNGAN ANTARA

PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI PUNGGUNG BAWAH KRONIK

Nama : IRINA KEMALA NASUTION

NIM : 137041017

Program Studi : Ilmu Penyakit Saraf

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yuneldi Anwar, SpS(K) Dr. Rusli Dhanu, SpS(K) NIP. 19530601 198103 1 004 NIP. 19530916 198203 1 003

Mengetahui/ Mengesahkan

Ketua Departemen/SMF Ketua Program Studi/ SMF

Ilmu Penyakit Saraf Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP.HAM Medan FK-USU/ RSUP.HAM Medan

Dr. Rusli Dhanu,SpS (K) Dr. Yuneldi Anwar, SpS (K) NIP. 19530916 198203 1 003 NIP. 19530601 198103 1 004

Tanggal Lulus :

(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

1. Prof. DR. dr. Hasan Sjahrir, Sp.S (K) 2. Prof.dr. Darulkutni Nasution,SpS(K) 3. Dr. Rusli Dhanu, SpS(K)

4. Dr. Yuneldi Anwar,SpS(K)

5. Dr. Kiking Ritarwan, MKT, SpS(K) 6. Dr. Aldy S. Rambe,SpS(K)

(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI

PUNGGUNG BAWAH KRONIK

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Mei 2014

IRINA KEMALA NASUTION

(7)

ABSTRAK

Latar Belakang :

Di usia lanjut, beberapa orang menderita gangguan kognitif tetapi belum memenuhi criteria demensia. Keadaan ini disebut dengan Mild Cognitive Impairment. Pada studi prospektif ditemukan bahwa keadaan distress kronik berhubungan dengan penurunan kognitif dan resiko terjadinya Demensia Alzheimer pada orang usia lanjut yang tidak menderita demensia. Pada penelitian ini, kami membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa psychological distress berhubungan dengan peningkatan insiden MCI pada orang usia lanjut.

Metode:

Dari 30 pasien dengan nyeri punggung bawah kronik mengisi kuesioner Neuroticism Scale dari kuesioner NEO Five Factor Inventory, Mini Mental State Examination dan Clock Drawing Test. Analisa statistik menggunakan tes Spearman. Kriteria eksklusi meliputi pasien buta huruf, afasia, menderita penyakit yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti stroke, epilepsy, gangguan mental dan pasien yang tidak mampu berbahasa Indonesia.

Hasil :

Rata-rata nilai distress, MMSE dan CDT adalah 26.33, 24.00, dan 3.00. Nilai distress yang tinggu berhubungan dengan fungsi kognitif yang menurun.

Dijumpai hubungan yang signifikan antara nilai distress dengan MMSE dengan p < 0,001. Juga dijumpai hubungan yang signifikan antara nilai distress dengan CDT (p <0,001).

Kesimpulan:

Pada orang usia lanjut dengan nyeri punggung bawah kronik, peningkatan nilai psychological distress berhubungan dengan peningkatan insiden Mild Cognitive Impairment

Kata kunci : nyeri punggung bawah kronik, psychological distress, mild cognitive impairment

(8)

ABSTRACT

Background

In old age, some people exhibit cognitive impairment yet do not meet criteria for dementia. This state, most commonly referred to as mild cognitive impairment. In large prospective studies, higher level of chronic distress has been associated with cognitive decline and risk of AD in older person initially free of dementia. Here we test the hypothesis that psychological distress is associated with increased incidence of MCI in old age.

Methods

In all 30 patients with chronic low back pain completed the Neuroticism scale of the NEO Five-Factor Inventory, Mini Mental State Examination, and Clock Drawing Test. Statistical analysis was using spearman correlation test.

Exclusion criteria included patients with illiterate, aphasia, having disease that influence cognitive function such as stroke, epilepsy, mental disorders and unable to communicate in Indonesian language.

Results

Overall, mean of distress score, MMSE, and Clock Drawing Test are 26.33, 24.00 and 3.00. Higher distress score was associated with lower level of cognitive function. There was significant correlation between distress score and MMSE with p< 0,001. Also there was significant correlation between distress score and CDT ( p< 0,001).

Conclusions

Among older person with low back pain, higher level of chronic psychological distress is associated with increased incidence of mild cognitive impairment.

Keyword : chronic low back pain, psychological distress, mild cognitive impairment

(9)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis magister ini dibuat untuk memenuhi persyaratan di bidang Ilmu Penyakit Saraf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada :

Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialisasi.

Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialisasi.

Yang terhormat Prof. DR. dr. H. Hasan Sjahrir, Sp.S (K), (Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran USU saat penulis diterima sebagai PPDS), yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menjadi peserta didik serta memberi bimbingan selama mengikuti program pendidikan spesialis ini.

Yang terhormat Dr. Rusli Dhanu, Sp.S (K), Ketua Departemen Neurologi

(10)

masukan-masukan berharga, kesempatan, bimbingan, arahan serta dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Yang terhormat Dr. Yuneldi Anwar,SpS (K), Ketua Program Studi Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan masukan-masukan berharga, kesempatan, bimbingan, arahan serta dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada Dr. Yuneldi Anwar,SpS(K) dan Dr. Rusli Dhanu, SpS(K) selaku pembimbing penulis yang dengan sepenuh hati telah mendorong, membimbing, mengkoreksi dan mengarahkan penulis mulai dari perencanaan, pembuatan dan penyelesaian tesis ini.

Kepada guru-guru saya: Prof. DR. Dr. Hasan Sjahrir,SpS(K); Prof. Dr. H.

Darulkutni Nasution, Sp.S (K); Dr. H. Hasanuddin Rambe, Sp.S (K); Alm. Dr.

Syawaluddin Nasution, Sp.S (K); Alm. Dr. Ahmad Syukri, Sp.S (K); Dr. Rusli Dhanu, SpS (K); Dr. Yuneldi Anwar, SpS (K); Dr. LBM Sitorus, Sp.S; Dr. Darlan Djali Chan, Sp.S; Dr. Aldy S Rambe,SpS; Dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S; Dr.

Irsan NHN Lubis, Sp.S; Alm. Dr. Dadan Hamdani, Sp.S; Dr. Puji Pinta O.Sinurat, SpS; Dr. Khairul P. Surbakti, Sp.S; Dr. Cut Aria Arina, SpS; dan guru lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan masukan dan didikan selama mengikuti Program Pendidikan Magister.

Kepada Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing dan berdiskusi dengan penulis dalam pembuatan tesis ini.

(11)

Kepada Direktur Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.yang telah memberikan kesempatan, fasilitas dan suasana kerja yang baik sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan spesialisasi ini sampai selesai.

Ucapan terima kasih penulis kepada seluruh rekan-rekan sejawat di Departemen Neurologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik Medan, atas bantuan dan kerjasama yang terjalin baik serta dorongan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih penulis kepada Bapak Amran Sitorus, Sukirman Ariwibowo dan Syafrizal serta seluruh perawat dan pegawai yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tuaku, Drs. H. Zulkarnain Nasution dan Hj. Hartati Lubis, yang telah membesarkan saya dengan penuh kasih sayang, dan senantiasa memberi dukungan moril dan materi, bimbingan dan nasehat serta doa yang tulus agar penulis tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan ini sampai selesai.

Ucapan terima kasih kepada kedua Bapak / Ibu mertua saya, Drs. Ali Amran Lubis dan Hj. Mahyuni Nasution, yang selalu memberikan dorongan, semangat dan nasehat serta doa yang tulus agar tetap sabar dan tegar dalam mengikuti pendidikan sampai selesai.

Teristimewa kepada suamiku tercinta Sutan Tolang Lubis, SSTP, MSP serta adinda Raisa Nadhira Lubis dan Marsya Almira Lubis yang selalu dengan sabar dan penuh pengertian, mendampingi dengan penuh cinta dan kasih

(12)

sayang dalam suka dan duka, saya ucapkan terimakasih yang setulus- tulusnya.

Kepada adikku Indri Kemala Nasution,S.Psi, Psikolog beserta seluruh keluarga yang senantiasa membantu, memberi dorongan, pengertian, kasih sayang dan doa dalam menyelesaikan pendidikan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Kepada semua rekan dan sahabat yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu yang telah membantu saya sekecil apapun, saya haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasihnya kepada kita semua. Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Penulis

Irina Kemala Nasution

(13)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Dr. Irina Kemala Nasution Tempat / tanggal lahir : Medan, 03 September 1980

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nama Ayah : Drs. H. Zulkarnain Nasution Nama Ibu : Hj. Hartati Lubis

Nama Suami : Sutan Tolang Lubis, SSTP, MSP Nama Anak : Raisa Nadhira Lubis

Marsya Almira Lubis

Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SD. Harapan I Medan, Tamat tahun 1993

2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Medan tamat tahun 1996.

3. Sekolah Menengah Atas di SMA. Negeri 1 Medan tamat tahun 1999.

4. Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara tamat tahun 2005.

5. Program Pendidikan Spesialisasi di bidang Ilmu Penyakit Saraf tamat tahun 2011

(14)

DAFTAR ISI

Abstrak ……….. i

Abstract ………. ii

Kata pengantar ……… iii

Daftar Riwayat hidup ……….. vii

Daftar Isi ……… viii

Daftar Singkatan ……….. x

Daftar Tabel ……….. xi

Daftar Gambar ……….. xii

Daftar Lampiran ……… xiii BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang 1

I.2. Rumusan Masalah 4

I.3. Tujuan Penelitian 4

I.3.1. Tujuan Umum 4

I.3.2. Tujuan Khusus 4

I.4. Hipotesis 5

I.5. Manfaat Penelitian 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Nyeri Punggung Bawah 7

II.1.1 Definisi 7

II.1.2 Epidemiologi 7

II.1.3 Faktor resiko 8

II.1.4 Etiologi 9

II.1.5 Patofisiologi 10

II.2 Fungsi Kognitif 11

II.2.1 Definisi 11

II.3 Mild Cognitive Impairment 16

II.4 Psychological distress dan Mild Cognitive Impairment 19

II.5 Kerangka Teori 21

II.6 Kerangka Konsepsional 22

BAB III. METODE PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu 23

III.2. Subjek penelitian 23

III.2.1 Populasi sasaran 23

III.2.2 Populasi terjangkau 23

III.2.3 Besar sampel 23

III.2.4 Kriteria inklusi 24

III.2.5 Kriteria eksklusi 24

III.3 Batasan operasional 25

III.4 Rancangan penelitian 27

(15)

III.5.1 Instrumen 27 III.5.1.1 Kuesioner NEO Five-factor inventory

Neuroticism scale 27

III.5.1.2 Kuesioner Mini Mental State

Examination 27

III.5.1.3 Kuesioner Clock Drawing Test 28

III.5.2 Pengambilan sampel 28

III.5.3 Kerangka operasional 29

III.5.4 Variabel yang diamati 29

III.5.5 Analisa statistik 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil penelitian 31

IV.1.1 Karakteristik subjek penelitian 31 IV.1.2 Perbedaan nilai fungsi kognitif dan

psychological distress pada pasien nyeri

punggung bawah kronik 35

IV.1.3 Hubungan fungsi kognitif dan psychological distress pada pasien nyeri punggung bawah

kronik 36

IV.2 Pembahasan 37

IV.2.1 Karakteristik subjek penelitian 37 IV.2.2 Hubungan antara mild cognitive impairment

dengan skor distress pada pasien nyeri

punggung bawah kronik 38

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan 41

V.2 Saran 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN

(16)

DAFTAR SINGKATAN

AD : Alzheimer Disease

Aan : American Academy of Neurology CDT : Clock Drawing Test

CT scan : Computed Tomography scanning HNP : Hernia Nucleus Pulposus

MCI : Mild Cognitive Impairment MMSE : Mini Mental State Examination RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SD : Sekolah Dasar

SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SPSS : Stastical Product and Science Service

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah 9 Tabel 2 Etiologi Nyeri Punggung Bawah 10 Tabel 3. Karakteristik demografi pasien nyeri punggung 32

Bawah kronik

Tabel 4. Nilai tes fungsi kognitif dan psychological distress 35 Tabel 5. Hubungan antara MMSE dengan psychological distress 36 Tabel 6. Hubungan antara CDT dengan psychological distress 37

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Karakteristik jenis kelamin pasien nyeri punggung 33 bawah kronik

Gambar 2. Karakteristik suku bangsa pasien nyeri punggung 33 bawah kronik

Gambar 3. Karakteristik pendidikan pasien nyeri punggung 34 bawah kronik

Gambar 4. Karakteristik pekerjaan pasien nyeri punggung 34 bawah kronik

Gambar 5. Karakteristik diagnosa pada pasien nyeri 35 punggung bawah kronik

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian 2. Lembar persetujuan setelah penjelasan

3. Lembar pengumpulan data penelitian

4. Lembar persetujuan komite etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan

5. Data dasar penelitian

(20)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Pada orang tua, beberapa orang menderita gangguan kognitif tetapi belum memenuhi kriteria dementia, keadaan ini disebut mild cognitive impairment (MCI) (Bennet D.A dkk, 2002; Wilson R.S dkk, 2007). Mild Cognitive Impairment adalah masa transisi dari keadaan kognitf normal ke arah early dementia. Petersen R.C et al (1999), melakukan penelitian selama 11 tahun, mendapatkan hasil bahwa seorang individu dengan MCI mempunyai resiko untuk Alzheimer Disease (AD) dengan kecepatan setiap tahunnya 10-12%

(Sjahrir H, 1999). Sementara berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kryscio RJ et al (2006) menunjukkan bahwa individu yang dikemudian hari menderita demensia terjadi penurunan kognitif pada awalnya jika dibandingkan dengan individu yang tidak menderita demensia. (Kryscio R.J dkk, 2006)

Mild Cognitive Impairment sering ditemukan tetapi karena penegakkan diagnosanya sulit dilakukan sehingga prevalensinya sulit ditentukan, bukti terbaru menunjukkan sekitar 15 % atau lebih, orang tua mungkin menderita MCI (Wilson R.S dkk, 2007). Berdasarkan studi di Itali prevalensinya sekitar 10,7%, Kanada 16,8%, Jerman 23,5% dan di Finlandia 26,6% (Unverzagt F.W dkk,2001)

Di Indonesia, kategori usia lanjut masih berkisar 55-60 tahun (Soemarjanto MM, 1999). Sementara Gerontologist membagi kategori umur

(21)

bagi orang tua yakni : young old (65-75 tahun), old-old (75-85 tahun) dan oldest old (>85 tahun). (Sjahrir H, 1999)

Menderita stress dalam jangka waktu yang lama berhubungan dengan perubahan struktural pada hipokampus dan dengan kerusakan hipokampus menyebabkan gangguan belajar dan memori pada percobaan hewan dan manusia.(Evan D.A dkk, 2003)

Walter (1961) menemukan fakta bahwa beberapa pasien dengan keluhan nyeri memiliki beberapa tanda organik tetapi yang paling menonjol adalah depresi dan anxietas. (Tyrer S dkk,1992)

Penelitian Fisbain et al, 1986 menunjukkan bahwa gangguan psikiatri sering ditemukan pada populasi penderita nyeri. Angka depresi dijumpai tinggi yakni sebesar 56% dan 87% berdasarkan penelitian Lindsay &

Wyckoff,1981. (Elton NH et al,1994)

Pada orang tua tanpa manifestasi gangguan kognitif, peningkatan level chronic psychological distress berhubungan dengan peningkatan insiden MCI. ( Wilson R.S dkk, 2007)

Chronic psychological distress merupakan faktor resiko terjadinya AD dan hubungan ini kemungkinan akibat mekanisme neurobiologi bukan akibat adanya tanda patologi dari AD yang berupa cortical plaques dan tangles. Lupien SJ et al (1999) melaporkan bahwa psychological distress dengan kerusakan hipokampus menyebabkan resiko terjadinya Alzheimer Disease pada orang tua. (Evan D.A dkk, 2003)

Sheline Y.I et al (1998) menyatakan bahwa kondisi psikiatri seperti depresi dan gangguan stress setelah trauma yang mempengaruhi psychological distress berhubungan dengan atrofi hipokampus dan girus

(22)

cyngulate anterior yang menyebabkan terjadinya penurunan memori episodik.

(Wilson R.S dkk, 2007)

Arnold S.E et al (2007) menjelaskan bahwa chronic psychological distress mempengaruhi struktur limbik yang meregulasi stress yang berhubungan dengan tingkah laku dan sistem memori sehingga terjadi penurunan kognitif. (Wilson R.S dkk, 2007)

Devanand D.P et al (1996) menyatakan bahwa depresi yang merupakan bentuk umum dari psychological distress juga berhubungan dengan resiko AD dan penurunan memori secara bertahap. (Evan D.A, 2003)

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti yang telah diuraikan diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah ada hubungan antara psychological distress dengan mild cognitive impairment pada pasien lanjut usia dengan nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan di RSUP.H. Adam Malik Medan.

I.3. TUJUAN PENELITIAN

(23)

Penelitian ini bertujuan : I.3.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui adanya hubungan antara psychological distress dengan mild cognitive impairment pada pasien lanjut usia dengan nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan di RS.H.Adam Malik Medan

I.3.2. Tujuan khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui adanya hubungan antara psychological distress dengan mild cognitive impairment pada pasien lanjut usia dengan nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan di RS.H.Adam Malik Medan

1.3.2.2 Untuk mengetahui rerata skor Mini Mental State Examination (MMSE) pasien nyeri punggung bawah kronik di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2.3 Untuk mengetahui rerata skor Clock Drawing Test (CDT) pasien nyeri punggung bawah kronik di RSUP H. Adam Malik Medan 1.3.2.4 Untuk mengetahui rerata skor neuroticism scale pasien nyeri

punggung bawah kronik di RSUP H. Adam Malik Medan

1.3.2.5 Untuk mengetahui karakteristik demografi pasien nyeri punggung bawah kronik dengan mild cognitive impairment yang berobat jalan ke RSUP H. Adam Malik Medan

I.4. HIPOTESIS

Ada hubungan antara psychological distress dengan mild cognitive impairment pada pasien lanjut usia dengan nyeri punggung bawah kronik

(24)

I.5. MANFAAT PENELITIAN

1.5.1 Manfaat penelitian untuk ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara keilmuwan tentang fungsi kognitif dan neuroticism scale yang terganggu pada pasien nyeri punggung bawah kronik

1.5.2 Manfaat penelitian untuk penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya tentang penilaian neuroticism scale pada pasien nyeri kronik

1.5.3 Manfaat penelitian untuk masyarakat

Dengan mengetahui adanya hubungan antara psychological distress dengan mild cognitive impairment dapat dijadikan sebagai tambahan penatalaksanaan pasien dengan nyeri punggung bawah kronik

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. NYERI PUNGGUNG BAWAH II.1.1. Definisi

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain) (Sadeli dkk, 2001).

Nyeri punggung bawah umumnya dikategorikan ke dalam akut, subakut, dan kronik. Nyeri punggung bawah akut biasanya didefenisikan suatu periode nyeri kurang dari 6 minggu, nyeri punggung bawah subakut adalah suatu

(26)

periode nyeri antara 6-12 minggu dan nyeri punggung bawah kronik merupakan suatu periode nyeri lebih dari 12 minggu (Van Tulder dkk, 2006).

II.1.2. Epidemiologi

Hampir 80% penduduk di negara-negara industri pernah mengalami nyeri punggung bawah. Di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun berkisar antara 15%-20% sedangkan insidensi berdasarkan kunjungan pasien baru ke dokter adalah 14,3%. Data epidemiologik mengenai nyeri punggung bawah di Indonesia belum ada. Diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia (Sadeli dkk, 2001).

II.1.3. Faktor Resiko

Dari data epidemiologik faktor resiko untuk nyeri pinggang bawah adalah usia/ bertambahnya usia, kebugaran yang buruk, kondisi kesehatan yang jelek, masalah psikososial, merokok, kelebihan berat badan, serta faktor fisik yang berhubungan dengan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi, mengangkat, membawa beban, menarik beban dan membungkuk (Sadeli dkk, 2001; Miranda dkk, 2008).

Faktor resiko nyeri punggung bawah adalah seperti terlihat pada Tabel 1.

(27)

Tabel 1. Faktor resiko nyeri punggung bawah

Dikutip dari: Walsh, N.E. 2000. Back Pain Matters. Available from:

http://www.karger.com/gazette/65/walsh/index.htm

II.1.4. Etiologi

Etiologi nyeri punggung bawah banyak dan meliputi kongenital, metabolik, infeksi, inflamasi, neoplastik, trauma, degenereatif, toksik, vaskular, visceral dan psikososial.

Etiologi nyeri punggung bawah dapat dilihat pada Tabel 2.

(28)

Tabel 2. Etiologi nyeri punggung bawah

Dikutip dari: Vukmir R.D. 1991. Low Back Pain: Review of Diagnosis and Therapy. Am J Emerg Med. 9:328-335.

II.1.5. Patofisiologi

Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan diikat bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior (Ropper A.H, Brown R.H, 2005).

(29)

Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah. Bangunan tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi).

Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points), yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Meliala dkk, 2003).

II.2. FUNGSI KOGNITIF II.2.1 Definisi

Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti berpikir, mengingat, belajar, dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi, dan melakukan evaluasi. ( Strub RL, dkk, 2000; Rizzo M, dkk, 2004)

Fungsi kognitif terdiri dari : ( Kolegium Neurologi Indonesia, 2008;

Strub R.L, dkk, 2000) 1. Atensi

Atensi merupakan kemampuan untuk bereaksi atau memperhatikan satu stimulus tertentu (spesifik) dengan mampu

(30)

mengabaikan stimulus lain baik internal maupun eksternal yang tidak perlu atau tidak dibutuhkan.

Setelah menentukan kesadaran, pemeriksaan atensi harus dilakukan saat awal pemeriksaan neurobehaviour karena pemeriksaan modalitas kognitif lainnya sangat dipengaruhi pleh atensi yang cukup terjaga.

Atensi dan konsentrasi sangat penting dalam mempertahankan fungsi kognitif, terutama dalam proses belajar.

Gangguan atensi dan konsentrasi akan mempengaruhi fungsi kognitif lain seperti memori, bahasa dan fungsi eksekutif.

Gangguan atensi dapat berupa dua kondisi klinik berbeda.

Pertama ketidakmampuan mempertahankan atensi maupun atensi yang terpecah atau tidak atensi sama sekali. Kedua inatensi spesifik unilateral terhadap stimulus pada sisi tubuh kontralateral lesi otak.

2. Bahasa

Bahasa merupakan perangkat dasar komunikasi dan modalitas dasar yang membangun kemampuan fungsi kognitif. Oleh karena itu pemeriksaan bahasa harus dilakukan pada awal pemeriksaan neurobehaviour. Jika terdapat gangguan bahasa, pemeriksaan kognitif seperti memori verbal, fungsi eksekutif akan mengalami kesulitan atau tidak mungkin dilakukan.

(31)

Gangguan bahasa (afasia) sering terlihat pada lesi otak fokal maupun difus, sehingga merupakan gejala patognomonik disfungsi otak. Penting bagi klinisi untuk mengenal gangguan bahasa karena hubungan yang spesifik antara sindroma afasia dengan lesi neuroanatomi. Kemampuan berkomunikasi menggunakan bahasa penting, sehingga setiap gangguan berbahasa akan menyebabkan hendaya fungsional. Setiap kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke, tumor, trauma, demensia dan infeksi dapat menyebabkan gangguan berbahasa.

3. Memori

Memori adalah proses bertingkat dimana informasi pertama kali harus dicatat dalam area korteks sensorik kemudian diproses mealui sistem limbik untuk terjadinya pembelajaran baru.

Secara klinik memori dibagi menjadi tiga tipe dasar: Immediate, recent, dan remote memory berdasarkan rentang waktu antara stimulus dan recall.

1. Immediate memory merupakan kemampuan untuk merecall stimulus dalam interval waktu beberapa detik

2. Recent memory merupakan kemampuan untuk mengingat kejadian sehari-hari (misalnya tanggal, nama dokter, apa yang dimakan saat sarapan, atau kejadian-kejadian baru) dan mempelajari materi baru serta mencari materi tersebut dalam rentang waktu menit, jam, hari, bulan, tahun.

(32)

3. Remote memory merupakan koleksi kejadian yang terjadi bertahun tahun yang lalu (misalnya tanggal lahir, sejarah, nama teman)

Gangguan memori merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pasien. Amnesia secara umum merupakan efek fungsi memori. Ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru setelah brain insult disebut amnesia anterograd. Hampir semua pasien demensia menunjukkan masalah memori pada saat awal perjalanan penyakitnya. Tidak semua gangguan memori merupakan gangguan organik. Pasien depresi dan ansietas sering mengalami kesulitan memori. Amnesia psikogenik jika amnesia hanya pada satu periode tertentu, dan pada pemeriksaan tidak dijumpai defek recent memory.

4. Visuospasial

Kemampuan visuospasial dapat dievaluasi melalui kemampuan konstruksional seperti menggambar atau meniru berbagai macam gambar (misal: lingkaran, kubus) dan menyusun balok-balok. Semua lobus berperan dalam kemampuan konstruksi ini tetapi lobus parietal terutama hemisfer kanan mempunyai peranan yang paling dominan.

Menggambar jam sering digunakan untuk skrining kemampuan visuospasial dan fungsi eksekutif dimana berkaitan dengan gangguan di lobus frontal dan parietal.

5. Fungsi eksekutif

Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tinggi seperti cara berpikir dan kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan eksekutif diperankan oleh lobus frontal, tetapi pengalaman klinis

(33)

menunjukkan bahwa semua sirkuit yang terkait dengan lobus frontal juga menyebabkan sindroma lobus frontal.

Istilah penurunan fungsi kognitif sebenarnya menggambarkan perubahan kognitif yang berkelanjutan, beberapa dianggap masih dalam kategori gangguan ringan. Untuk menentukan gangguan fungsi kognitif, biasanya dilakukan penilaian terhadap satu domain kognitif atau lebih seperti memori, orientasi, bahasa, fungsi eksekutif dan praksis. Temuan dari berbagai penelitan klinis dan epidemiologis menunjukkan bahwa berbagai factor biologis, perilaku, sosial dan lingkungan dapat berkonstribusi terhadap resiko penurunan fungsi kognitif. ( Plasman B.L dkk, 2010)

II.3 MILD COGNITIVE IMPAIRMENT

Mild Cognitive Impairment adalah masa transisi dari keadaan kognitif normal ke arah early demensia. (Sjahrir H, 1999). Selain itu MCI juga merupakan keadaan dimana memori dan kemampuan kognitif tidak normal tetapi belum memenuhi kriteria demensia. (Bennet D.A dkk, 2002)

Ada 4 subtipe dari MCI yakni: (Agronin M.E, 2007) 1. Amnestic MCI single domain

2. Amnestic MCI multiple domain 3. Non-amnestic MCI single domain 4. Non-amnestic MCI multiple domain

Diagnosis MCI ditegakkan berdasarkan beberapa kriteria, yakni:(Sjahrir H, 1999)

1. Ada keluhan gangguan ingatan / memori 2. Kegiatan aktivitas sehari-hari normal

(34)

3. Fungsi kognitif secara umum masih normal

4. Memori tidak sesuai dengan umur dan tingkat pendidikan 5. Tidak demensia

Sebagai suatu pemeriksaan awal, Mini Mental State Examination (MMSE) adalah tes yang paling banyak dipakai. Pemeriksaan status mental MMSE Foldstein adalah tes yang paling dipakai saat ini, penilaian dengan nilai maksimum 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognitif, menetapkan data dasar dan memantau penurunan kognitif dalam kurun waktu tertentu.

Nilai dibawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognitif yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengindentifikasikan resiko untuk demensia. (Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)

Mini Mental State Examination awalnya dikembangkan untuk skrining demensia, namun digunakan secara luas untuk pengukuran fungsi kognitif secara umum. Mini Mental State Examination kini adalah instrumen skrining yang paling luas untuk menilai status kognitif dan status mental pada usia lanjut. (Kochhann R dkk, 2009)

Mini Mental State Examination harus digunakan pada individu-individu dengan kecurigaan gangguan fungsi kognitif, namun tidak dapat digunakan untuk diagnosis demensia. Mini Mental State Examination ini disebut “mini”

karena hanya fokus pada aspek kognitif dari fungsi mental dan tidak mencakup pertanyaan tentang mood, fenomena mental abnormal dan pola pikiran. Mini Mental State Examination menilai sejumlah domain kognitif, orientasi ruang dan waktu, dan immediate memory, atensi dan kalkulasi,

(35)

penamaan benda, pengulangan kalimat, pelaksanaan perintah menulis, pemahaman dan pelaksanaan perintal verbal, perencanaan dan praksis. Tes tersebut direkomendasikan sebagai alat skrining untuk menilai kognitif global oleh American Academy of Neurology (AAN). (Kochhann R dkk, 2010)

Tes neuropsikologi yang dapat dipakai ialah Clock Drawing Test (CDT) yang memberikan penilaian fungsi eksekutif dan visuospasial yang lebih baik.

(Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003). Instrumen ini digunakan pada awal abad 20 sebagai indicator apraksia konstruksional. Selama lebih dari 20 tahun, CDT semakin mendapat perhatian atas peranannya dalam skrining awal untuk gangguan kognitif. (Aprahamian I dkk, 2009)

Pada umumnya, tes ini menilai sejumlah fungsi kognitif, yang menyerupai MMSE. Banyak area di otak yang terlibat dan harus bekerja secara simultan untuk menggambar jam dinding, terutama daerah frontal, temporal dan parietal. Oleh karenanya CDT merupakan suatu instrumen yang menarik untuk identifikasi dan follow-up pasien-pasien dengan possible dementia. Tes ini menilai banyak kemampuan kognitif yang tampaknya terlibat pada awal demensia, seperti memori jangka pendek, pemahaman instruksi verbal, orientasi spasial, pemikiran abstrak, merencanakan, konsentrasi eksekutif dan visuospasial. (Aprahamian I dkk, 2009)

Korelasi antara CDT dengan instrumen skrining lainnya, termasuk “gold standard” MMSE, dilaporkan baik dalam beberapa penelitian. (Pinto E dkk, 2009)

Berbagai peneitian yang menilai akurasi CDT pada skrining demensia menunjukkan bahwa CDT dapat membedakan secara akurat antara orang

(36)

normal dengan pasien yang menunjukkan gangguan kognitif ringan.

(Aprahamian I dkk, 2009)

II.4 Psychological distress dan Mild Cognitive Impairment

NEO Five-factor inventory adalah pertanyaan tentang kepribadian yang digunakan secara internasional sebagai “Gold Standard” untuk menilai kepribadian. Terdiri dari neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness. (Costa P.T, 2006)

Neuroticism scale pada NEO Five-factor inventory digunakan untuk menilai kecendrungan terjadinya psychological distress. (Wilson R.S, 2007)

Psychological distress adalah emosi negatif seperti depresi dan anxietas. Setiap orang berbeda dalam menempatkan diri menghadapi emosi negatif, dan kecendrungan atau sifat yang bervariasi berupa neuroticism, negative affectivity, emotional instability atau distress proneness. (Wilson R.S dkk, 2007)

Pasien dengan depresi sering disertai dengan keluhan gangguan kognitif, terutama sulit berkonsentrasi dan hilangnya memori. Pada beberapa kasus gangguan kognitifnya hanya ringan. Pada satu studi, sekitar 20% dari pasien usia tua dengan depresi menderita gangguan kognitif berat. Depresi yang menyebabkan gangguan kognitif pada usia tua disebut demensia syndrome of depression. (Kempler D, 2005).

(37)

II.5. KERANGKA TEORI

(38)

II.5 KERANGKA KONSEPSIONAL

Psychological distress

Atrofi

hipokampus Gangguan lobus limbik Atrofi girus

cyngulate anterior

Mild Cognitive Impairment

Arnold SE et al

 chronic psychological

distress

lombus limbic  sress

penurunan kognitif

Sheline YI et al

 psychological distress  atrofi hipompus &

gyrus cyngulate

penurunan memori episodik

Nyeri Punggung bawah kronik Lanjut usia

Wilson R.S et al  orang tua tanpa

manifestasi gangguan kognitif  pe↑

level chronic psychological distress pe↑

insiden MCI Lupien SJ et al

 psychological distress  kerusakan hipompus

Alzheimer Disease

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Psychological distress

Mild Cognitive Impairment

Chronic Low

Back Pain

Lanjut usia

(40)

Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan dari tanggal 01 Januari 2014 s/d 30 April 2014.

III.2. SUBJEK PENELITIAN

Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random secara konsekutif.

III.2.1 Populasi Sasaran

Semua penderita nyeri punggung bawah kronik yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan Foto CT scan vertebra

III.2.2 Populasi Terjangkau

Semua penderita nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan di Poli Neurologi FK USU / RSUP.H.Adam Malik Medan.

III.2.3 Besar Sampel

Besar sampel dihitung menurut rumus (Madiyono B, 1995)

Zα = Deviat baku α normal berdasarkan nilai yang telah ditentukan (α = 0,05)  Zα = 1,96

P = Perkiraan proporsi nyeri punggung bawah tahun 2013 (16,2%)  0,162

Q = 1- P 0,838

d = tingkat ketepatan (presisi)15 % 2

2

d

PQ

n Z

(41)

N = (1,96)2 (0,162) (0,838)

--- [ 0,15] 2

N = 23,2 ~ 23 orang

III.2.4 Kriteria Inklusi

1. Semua penderita nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan ke poliklinik RSUP.Adam Malik Medan

2. Umur diatas atau sama dengan 55 tahun 3. Pendidikan minimal sekolah dasar

4. Memberi persetujuan untuk diikutsertakan dalam penelitian ini.

III.2.5 Kriteria Eksklusi

1. Subjek dengan buta huruf 2. Subjek dengan afasia

3. Subjek yang tidak bisa berbahasa Indonesia.

4. Subjek dengan lesi otak (stroke, tumor, infeksi, trauma, dementia, parkinson)

5. Subjek dengan gangguan kesadaran 6. Subjek dengan epilepsi

7. Subjek dengan gangguan jiwa

III.3. BATASAN OPERASIONAL

Chronic Low Back Pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah

punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau

(42)

keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain) (Sadeli dkk, 2001).

Psychological distress : emosi negatif seperti depresi dan anxietas.

(Wilson R.S, 2007)

Mild Cognitive Impairment : masa transisi dari keadaan kognitif normal ke arah early demensia. (Sjahrir H, 1999)

Mini Mental State Examination : tes yang sederhana dan mudah digunakan untuk menyaring adanya gangguan kognitif. (Sjahrir H, 1999; Fuller G, 1993)

NEO Five-factor inventory : pertanyaan tentang kepribadian yang digunakan secara internasional sebagai “ Gold Standard” untuk menilai kepribadian. (Fuller G, 1993)

Neuroticism scale : menilai kecendrungan terjadinya psychological

distress. (Wilson R.S, 2007; Fuller G, 1993)

Clock Drawing Test : suatu tes neuropsikologi yang dapat dipergunakan untuk menilai beberapa fungsi neuropsikiatrik dan visuospasial yang lebih baik. Skor mulai dari 0-4. (Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003;

Aprahamian I dkk, 2009)

Lesi otak : kerusakan otak yang disebabkan oleh trauma atau penyakit (trauma kapitis, stroke, infeksi, tumor, demensia, Parkinson). (Web MD, 2011)

(43)

Gangguan kesadaran : kehilangan kemampuan untuk merasakan dan membalas stimulus yang berasal dari lingkungan luar. (Thefree dictionary, 2011)

Epilepsi : suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan (seizure) berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermitten, yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan di neuron- neuron secara paroksismal dan disebabkan oleh berbagai etiologi. (Kelompok studi epilepsi, 2011)

III.4. RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang, dengan sumber data primer diperoleh dari semua penderita nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan di poliklinik Neurologi FK-USU / RSUP H.Adam Malik Medan

a. Studi observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran karakteristik demografi

b. Studi korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan psychological distress dengan mild cogntive impairment pada penderita nyeri punggung bawah kronik

III.5. PELAKSANAAN PENELITIAN III.5.1. Instrumen

III.5.1.1. Kuesioner NEO Five-factor inventory Neuroticism scale

(44)

Tes ini digunakan untuk menilai kecendrungan terjadinya psychological distress. Terdiri dari 12 pertanyaan. Masing-masing pertanyaan bernilai 0-4.

Semakin tinggi nilai menunjukkan semakin cenderung terjadi distress. (Wilson R.S, 2007, Embretson S.E, 2000)

III.5.1.2. Kuesioner Mini Mental State Examination

Pemeriksaan status mental MMSE Foldstein adalah tes dengan nilai maksimum 30 cukup baik dalam mendeteksi gangguan kognitif. Nilai dibawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognitif yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Penyandang dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengindentifikasikan resiko untuk demensia. (Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003)

III.5.1.3. Kuesioner Clock Drawing Test

Tes ini menilai banyak kemampuan kognitif seperti memori jangka pendek, pemahaman instruksi verbal, orientasi spasial, pemikiran abstrak, merencanakan, konsentrasi eksekutif dan visuospasial. Tes ini dilakukan dengan menggambar jam, yang dinilai adalah cara membuat lingkaran jam, posisi angka jam, kelengkapan angka jam dan jarum pendek dan panjang jam, dengan nilai maksimal 4. (Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003;

Aprahamian I dkk, 2009)

III.5.2. Pengambilan Sampel

Semua pasien lanjut usia dengan nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan ke Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan dipilih dengan cara

(45)

non probability sampling menggunakan metode konsekutif. Dipilih sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Setiap sampel yang memenuhi syarat diminta menandatangani surat persetujuan ikut dalam penelitian. Setiap sampel diminta untuk mengisi kuesioner NEO Five-factor inventory, Mini Mental State Examination, dan Clock Drawing Test.

Pengambilan sampel dilakukan oleh dokter pemeriksa, dan pengisian kuesioner dilakukan oleh dokter pemeriksa.

III.5.3. Kerangka Operasional

Kriteria Inklusi Kriteria eksklusi

Surat persetujuan ikut penelitian

Pemeriksaan :

- Kuesioner NEO Five-factor inventory Neuroticism scale

- Kuesioner Mini Mental State Examination

- Kuesioner Clock Drawing Test

Data/Hasil

Analisa

Nyeri punggung bawah kronik

(46)

III.6. Variabel yang diamati

Variabel bebas: Psychological distress Variabel terikat: Mild Cognitive Impairment

III.7 Analisa Statistik

Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistic dengan bantuan program computer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service)

Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut :

1. Analisis deskriptik digunakan untuk melihat nilai MMSE, CDT, dan Kuesioner NEO Five-factor inventory Neuroticism scale pada penderita nyeri punggung bawah kronik dan gambaran umur, jenis kelamin, suku bangsa dan tingkat pendidikan

2. Untuk mengetahui hubungan antara psychological distress dengan Mild Cognitive Impairment digunakan uji korelasi Pearson jika data terdistribusi normal atau uji korelasi Spearman jika data tidak terdistribusi normal.

3. Untuk mengetahui rerata skor MMSE pasien nyeri punggung bawah kronik digunakan analisa deskriptif

4. Untuk mengetahui rerata skor CDT pasien nyeri punggung bawah kronik digunakan analisa deskriptif

5. Untuk mengetahui rerata skor neuroticim scale pasien nyeri punggung bawah kronik digunakan analisa deskriptif

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1. HASIL PENELITIAN

IV.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Dari keseluruhan pasien nyeri punggung bawah kronik yang berobat jalan di Poliklinik Neurologi RSUP H.Adam Malik Medan pada periode Desember 2013 hingga Maret 2014, terdapat 30 pasien nyeri punggung bawah kronik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sehingga diikutkan dalam penelitian.

Dari 30 orang penderita nyeri punggung bawah kronik yang dianalisa, terdiri dari 7 pria (23,3%) dan 23 (76,7 %) wanita. Rerata usia subjek adalah 60,1 tahun dengan rentang usia 55 tahun hingga 73 tahun.

Suku bangsa yang terbanyak adalah suku Karo yaitu 15 orang (50%) dan yang paling sedikit adalah suku Mandailing yaitu 3 orang (10%).

Tingkat pendidikan yang paling banyak adalah Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) yaitu 17 orang (56,7%) dan yang paling sedikit adalah S1 yaitu 1 orang (3,3%). Berdasarkan pekerjaan, yang paling banyak adalah Ibu rumah tangga yaitu 16 orang (53,3%) dan yang paling sedikit adalah Pegawai swasta yaitu 3 orang (10%).

Sementara itu dijumpai sebanyak 22 orang penderita nyeri punggung bawah kronik dengan diagnosa Spondilosis lumbalis, 4 orang dengan suspect

(48)

Hernia Nucleus Pulposus lumbalis, dan sebanyak 4 orang dengan spondilolistesis

Data lengkap mengenai karakteristik subjek penelitian ini disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Karakeristik demografi pasien nyeri punggung bawah kronik

Variabel N= 30 %

Umur (Mean±SD) 64,10 ± 5,84

Jenis Kelamin Pria

Wanita

7 23

23,3 76,7 Suku

Batak Karo Mandailing

12 15 3

40,0 50,0 10,0 Pendidikan

SD SLTP SLTA Akademi S1

2 4 17

6 1

6,7 13,3 56,7 20,0 3,3 Pekerjaan

PNS

Wiraswasta IRT

11 3 16

36,7 10,0 53,3 Diagnosa

Spondilosis lumbalis Susp. HNP lumbalis Spondilolistesis

22 4 4

73,3 13,3 13,3

Gambar 1. Karakteristik jenis kelamin pasien nyeri punggung

(49)

Gambar 2. Karakteristik suku bangsa pasien nyeri punggung bawah kronik

Gambar 3. Karakteristik pendidikan pasien nyeri punggung bawah kronik

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Laki-laki Perempuan

Jumlah

Jenis Kelamin

Batak 40%

Karo 50%

Mandailing 10%

0%

Suku

(50)

Gambar 4. Karakteristik pekerjaan pasien nyeri punggung bawah kronik

Gambar 5. Karakteristik diagnosa pada pasien nyeri punggung bawah kronik

0 5 10 15 20

SD SLTP SLTA Akademi S1

Jumlah

Pendidikan

37%

10%

53%

0%

Pekerjaan

PNS

Wiraswasta IRT

(51)

IV.1.2. Perbedaan nilai fungsi kognitif dan psychological distress pada pasien nyeri punggung bawah kronik

Tabel 4. Nilai tes fungsi kognitif dan psychological distress Variabel Mean Standard Deviation (SD)

Distress 26,33 ± 7,98

MMSE 24,00 ± 3,09

CDT 3,00 ± 1,00

Nilai rata-rata dan Standar Deviasi untuk neuroticism scale dan tes fungsi kognitif ditunjukkan pada table 4 dengan rata-rata nilai ditress adalah 26,33 ( ± 7,98 ), MMSE 24,00 (± 3,09 ) dan CDT 3,00 (± 1,00 ).

IV.1.3. Hubungan fungsi kognitif dan psychological distress pada pasien nyeri punggung bawah kronik

0 5 10 15 20 25

Spondilosis lumbalis

Susp.HNP lumbalis

Spondilolistesis

Jumlah

Diagnosa

(52)

Hubungan antara nilai MMSE dengan skor distress pada tabel 5 menunjukkan hubungan secara negatif ( r -0,919 ), dimana semakin tinggi nilai MMSE maka semakin rendah skor distress dengan nilai p < 0.001.

Tabel 5. Hubungan antara MMSE dengan psychological distress MMSE

Distress r p n

- 0,919

< 0,001 30 Uji Korelasi Pearson *p < 0,05

Tabel 6 menunjukkan hubungan antara nilai CDT dengan skor distress dimana didapatkan hubungan secara negatif ( r -0,875 ), yang menyatakan bahwa semakin tinggi nilai CDT maka semakin rendah skor distress dengan nilai p < 0.001.

Tabel 6. Hubungan antara CDT dengan psychological distress CDT

Distress r p n

- 0,875

< 0,001 30 Uji Korelasi Spearman *p < 0,05

IV.2 PEMBAHASAN

(53)

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode potong lintang dengan tujuan untuk melihat hubungan antara psychological distress dengan mild cognitif impairment pada pasien lanjut usia dengan nyeri punggung bawah kronik.

Pada penelitian ini diagnosis pasien nyeri punggung bawah ditegakkan dengan anamnese, pemeriksaan fisik dan neurologis kemudian dilakukan pemeriksaan CT-scan lumbal. Bagi pasien yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan pemeriksaan dengan kuesioner MMSE, CDT dan nueroticism scale.

IV.2.1 Karakteristik subjek penelitian

Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 30 orang, dimana dijumpai lebih banyak wanita dibandingkan pria, yaitu 76,7 % (n=23) wanita dan 23,3 % (n=7) pria. Studi dari Sadeli, 200i memperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Prevalensi ini meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.

Usia rata-rata pada penelitian ini 64 tahun. Nilai rata-rata MMSE 24 dan nilai rata-rata CDT 3. Studi Wilson R.S tahun 2007 menunjukkan sekitar 15 % atau lebih, orang tua mungkin menderita MCI. Sementara berdasarkan studi di Itali yang dilakukan oleh Unvezagt F.W dkk (2001) prevalensinya sekitar 10,7%, Kanada 16,8%, Jerman 23,5% dan di Finlandia 26,6% pada orang tua. Assosiasi Alzheimer Indonesia, 2003 menyatakan bahwa nilai dibawah 27 dianggap abnormal dan mengindikasikan gangguan kognitif yang signifikan pada penderita berpendidikan tinggi. Penyandang

(54)

dengan pendidikan yang rendah dengan nilai MMSE paling rendah 24 masih dianggap normal, namun nilai yang rendah ini mengindentifikasikan resiko untuk demensia.

IV.2.2 Hubungan antara mild cognitive impairment dengan skor distress pada pasien nyeri punggung bawah kronik

Semua hasil tes fungsi kognitif, MMSE dan CDT, setelah dibandingkan dengan skor distress didapatkan hubungan yang signifikan p < 0,001 berdasarkan tabel 5 dan tabel 6. Studi Wilson R.S dkk (2007) menyatakan bahwa pada orang tua tanpa manifestasi gangguan kognitif, peningkatan level chronic psychological distress berhubungan dengan peningkatan insiden MCI.

Devanand D.P et al (1996) menyatakan bahwa depresi yang merupakan bentuk umum dari psychological distress juga berhubungan dengan resiko AD dan penurunan memori secara bertahap. Pada satu studi yang dilakukan Kempler D (2005), sekitar 20% dari pasien usia tua dengan depresi menderita gangguan kognitif berat. Depresi yang menyebabkan gangguan kognitif pada usia tua disebut demensia syndrome of depression.

.Faktor yang menyebabkan chronic distress menjadi mild cognitive impairment belum dapat ditentukan secara pasti. Salah satu kemungkinannya adalah kecendrungan distress merupakan tanda awal kelainan yang berhubungan dengan MCI. Umur tidak mempengaruhi tingkat psychological distress, meskipun akumulasi patologi di otak dan penelitian klinikal-patologi tidak menunjukkan bahwa distress berhubungan dengan lesi yang menyebabkan demensia atau mempengaruhi hubungannya dengan gangguan fungsi kognitif.

(55)

Sementara penelitian lain menyatakan bahwa menderita stress dalam jangka waktu yang lama berhubungan dengan perubahan struktural pada hipokampus dan dengan kerusakan hipokampus menyebabkan gangguan belajar dan memori pada percobaan hewan dan manusia.(Evan D.A dkk, 2003) Chronic psychological distress merupakan faktor resiko terjadinya AD dan hubungan ini kemungkinan akibat mekanisme neurobiologi bukan akibat adanya tanda patologi dari AD yang berupa cortical plaques dan tangles.

Lupien SJ et al (1999) melaporkan bahwa psychological distress dengan kerusakan hipokampus menyebabkan resiko terjadinya Alzheimer Disease pada orang tua

Sheline Y.I et al (1998) menyimpulkan bahwa kondisi psikiatri seperti depresi dan gangguan stress setelah trauma yang mempengaruhi psychological distress berhubungan dengan atrofi hipokampus dan girus cyngulate anterior yang menyebabkan terjadinya penurunan memori episodic.

Arnold S.E et al (2007) menjelaskan bahwa chronic psychological distress mempengaruhi struktur limbik yang meregulasi stress yang berhubungan dengan tingkah laku dan sistem memori sehingga terjadi penurunan kognitif. (Wilson R.S dkk, 2007)

(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini disimpulkan bahwa :

1. Dari 30 orang penderita nyeri punggung bawah kronik, terdiri dari 7 pria (23,3%) dan 23 (76,7%) wanita. Rerata usia subjek adalah 64,1 tahun.

2. Pendidikan terbanyak adalah SLTA sebanyak 17 orang (56,7%) 3. Rerata skor distress, MMSE dan CDT adalah 26,33; 24,00 dan 3,00 4. Dijumpai hubungan yang bermakna antara skor distress dengan skor

MMSE dengan p <0,001 dan r = -0,919

5. Dijumpai hubungan yang bermakna antara skor distress dengan skor CDT dengan p <0,001 dan r= -0,875

V.2. SARAN

1. Perlu dilakukan skrining kognitif pada pasien dengan penyakit kronik untuk mengetahui secara dini jika terjadi penurunan fungsi kognitif.

2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan disain pre-test post-test, sehingga hasil yang didapat lebih akurat.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aprahamian I, Martinelli J.E, Neri A.L, Yassuda M.S. 2009. The Clock Drawing Test. A Review of its accuracy in screening for Dementia. Dementia &

Neuropsychologia; 3(2): 74-80

Assosiasi Alzheimer Indonesia. Konsensus Indonesia. 2003. Pengenalan dan Penatalaksanaan Demensia Alzheimer dan Demesia lainnya. Edisi 1.

Jakarta

Bennet D.A, Wilson R.S, Evans D.A et al. 2002. Natural history of mild cognitive impairment in older persons. Neurology; 59 : 198-205

Breteler M.M.B, Swieten J.C.V, Bots M.L, Grobbee D.R, Claus J.J, Hout H.W.V, et al. 1994. Cerebral white matter lesions, vascular risk factos, and Cognitive function in a population-based study. Neurology; 44: 7: 1246 Costa P.T, McCrae R. 2006. NEO PI-R. Available from : http://www.cranbrook

solutions.co.uk/products/neo.htm

Elton N.H, Hanna M.M.H, Treasure J. 1994. Coping with chronic pain. British Journal of Psychiatry; 165: 802-07

Embretson SE, Reise SP. 2000. Item response theory for psychologist.

Lawrence Erlbaum Associates.

Evan D.A, Bienias J.L, Wilson R.S, Mendes de Leon C.F et al. 2003. Proneness to psychological distress is associated with risk of Alzheimer’s disease.

Neurology; 61: 1479-85

Fuller G. 1993. Neurological examination made easy. New York : Churchill Livingstone

Kelompok Studi Epilepsi PERDOSSI. 2011. Pedoman Tatalaksana Epilepsi . Edisi keempat. PERDOSSI. Jakarta

Kochhann R, Cerveira M.O, Godinho C, Camozzato A. Chaves M.LF. 2009.

Evaluation of Mini Mental State Examination scores according to Different age and Education strata, and sex, in a large Brazilian healthy sampel. Dementia & Neuropsychologia. 3(2): 88-93

Kochhann R, Varela J.S, Lisboa C, Chaves M. 2010. The Mini Mental State Examination. Review of cut off points adjusted for schooling in a large Southern Brazilian sample. Dement Neuropsychol. 4(1): 35-41

(58)

Kryscio R.J, Schmitt F.A, Salazar J.C et al. 2006. Risk factors for transitions from normal to mild cognitive impairment and dementia. Neurology; 66:

828-32

Meliala, L., Purba, J.S., Suryamiharja, A., et al. 2003. Nyeri Punggung Bawah.

Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI.

Miranda, H., Juntura, E.V., Punnett, L., Riihimäki, H. 2008. Occupational loading, health behavior and sleep disturbance as predictors of low-back pain. Scand J Work Environ Health; 34: 411-419.

Modul Neurobehaviour. 2008. Program Pendidikan Dokter Spesialis Neurologi.

Kolegium Neurologi Indonesia.

Pinto E, Peters R. 2009. Literature Review of The Clock Drawing Test as a Tool for Cognitive Screening. Dement Geriatr Cogn Disor; 27: 201-213 Plasman B.L, Williams J.W, Burke J.R, Holsinger T, Benjamin S. 2010.

Systemic Review Factors Associated with risk for and Possible Prevention of Cognitive Decline in Later Life. Ann Intern Med. 153; 182- 193

Rizzo M, Eslinger P.J. 2004. Principles and Practice of behavior Neurology and Neuropsychology. The Curtis Centre Independence Square West.

Philadelphia.

Ropper, A.H., Brown, R.H. 2005. Pain in the back, neck, and extremities. In:

Adams and Victor’s Principles of Neurology 8th ed. McGraw-Hill companies. USA. Page 168-191.

Sadeli, H.A., Tjahjono, B. 2001. Nyeri Punggung Bawah. Dalam: KRT Meliala, L., Suryamiharja, A., Purba, J.S. (eds). Nyeri Neuropatik Patofisiologi dan Penatalaksanaan. Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. Hal. 145-167.

Sjahrir H. 1999. Pengenalan demensia. Dalam : Sjahrir H, Nasution D, Rambe HH, editor. Demensia. USU press. hal. 59-96

Soemarjanto M.M. 1999. Dementia Alzheimer dan masalah psikiatri yang menyertai. Dalam : Sjahrir H, Nasution D, Rambe HH, editor. Demensia.

USU press. hal.31-49

Strub R.L, Black F.W. 2000. The Mental Status Examination in Neurology. 4th. F.A Davis Company. Philadelphia.

The Free Dictionary. Loss of Consciousness. 2011. Available from:

http://www.thefreedictionary.com/loss+of+consciousness

Tyrer S. 1992. Psychiatric assessment of chronic pain. British Journal of

(59)

Unverzagt F.W, Gao S, Baiyewu O et al. 2001. Prevalence of cognitive impairment. Neurology; 57: 1655-62

Van Tulder, M., Becker, A., Bekkering, T., Breen, A., Real, M.T.G., Hutchinson, A., Koes, B., Laerum, E., Malmivaara, A. 2006. European Guidelines for the Management of Acute Nonspecific Low Back Pain in Primary Care.

Eur Spine J. 15: S169-191

Vukmir, R.B., 1991. Low Back Pain: Review of Diagnosis and Therapy.

American Journal of Emergency Medicine. 9: 328-335

Walsh, N.E., 2000. Back Pain Matters. Available from:

http://www.karger.com/gazette/65/walsh/index.htm

WebMD. Brain Lesions: Cause, Symptoms, Treatments. 2011. Available from:

http://www.webmd.com/brain/brain-lesions-causes-symptoms- treatments

Wilson R.S, Schneider J.A, Boyle P.A. et al. 2007. Chronic distress and incidence of mild cognitive impairment. Neurology; 68 : 2085-92

LAMPIRAN I

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

(60)

Selamat pagi Bapak/Ibu Yth,

Saya dr. Irina Kemala Nasution, SpS, saat ini sedang menjalani pendidikan Magister Kedokteran Klinik di FK USU dan sedang melakukan penelitian yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS DENGAN MILD COGNITIVE IMPAIRMENT PADA PASIEN LANJUT USIA DENGAN NYERI

PUNGGUNG BAWAH KRONIK”

yang berhubungan dengan penurunan daya ingat yang terjadi setelah pasien menderita nyeri punggung bawah dalam jangka waktu yang lama.

Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred pain)

Menderita stress dalam jangka waktu yang lama berhubungan dengan perubahan struktural pada hipokampus dan dengan kerusakan hipokampus menyebabkan gangguan belajar dan memori. Adapun manfaaat penelitian ini bagi bapak / ibu adalah dengan mengetahui adanya hubungan stress dengan berkurangnya daya ingat, maka dapat diberikan penatalaksanaan yang lebih baik pada pasien dengan nyeri jangka panjang.

Bapak/Ibu ataupun keluarga akan diikutkan dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya, prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

(61)

Setiap sampel yang memenuhi syarat diminta menandatangani surat persetujuan ikut dalam penelitian. Setiap sampel diminta untuk mengisi kuesioner NEO Five-factor inventory, Mini Mental State Examination, dan Clock Drawing Test. Penelitian ini tidak akan menimbulkan hal-hal yang berbahaya bagi bapak/ibu sekalian. Namun, bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama penelitian berlangsung, atau ada hal yang kurang jelas yang ingin ditanyakan, Bapak/Ibu dapat menghubungi saya dr. Irina Kemala Nasution, SpS (Hp. 08126500845) untuk mendapat pertolongan.

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini, diharapkan bapak/ibu bersedia mengisi lembar persetujuan turut serta dalam penelitian.

Medan, 2014 Peneliti

(dr. Irina KemalaNasution, SpS) LAMPIRAN II

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian yang berjudul HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL DISTRESS

Gambar

Tabel 1. Faktor resiko nyeri punggung bawah
Tabel 2. Etiologi nyeri punggung bawah
Gambar 3. Karakteristik pendidikan pasien nyeri punggung bawah  kronik  01020304050607080 Laki-laki PerempuanJumlah Jenis Kelamin Batak40%Karo50%Mandailing10%0%Suku
Gambar  5.  Karakteristik  diagnosa  pada  pasien  nyeri  punggung  bawah kronik  05101520 SD SLTP SLTA Akademi S1JumlahPendidikan37%10%53%0%Pekerjaan  PNS WiraswastaIRT
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya tujuan utama berdirinya suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan ( profit oriented ) yang sebesar-besarnya secara terus menerus dalam jangka panjang

Dari hasil uji kointegrasi Johansen pada tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan uji trace statistic dan max-eigenvalues statistic menunjukan adanya kointegrasi

Dalam perkembangannya, IEEE ( Institute Of Electrical And Electronics ) telah melakukan perkembangan standar-standar untuk WLAN, yaitu standar jaringan IEEE 802.11

Anggota Jaringan Walikota Indonesia menuju Kota Inklusif (yang selanjutnya disebut dengan “Jaringan”) berkomitmen untuk mempromosikan, melindungi, dan memastikan bahwa semua

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat program dengan metode Algoritma Genetika ”Steady State” untuk menangani

In the paper, authors have investigated positioning data from static and kinematic measurements computing them with the help of three different software, one of them

Jakarta, 22 nd April 2015 – PT Elnusa Tbk (Elnusa), one of the leading national company providing energy services, reported the Company's performance of first quarter in 2015 with