• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing Ditinjau Dari Aspek Hukum Perikatan (Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Yuridis Perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing Ditinjau Dari Aspek Hukum Perikatan (Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI JIWA

MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI

ASPEK HUKUM PERIKATAN

(Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)

T E S I S

Oleh

RINA ANDRIANA

087011166/MKn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI JIWA

MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI

ASPEK HUKUM PERIKATAN

(Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Dalam Program Studi Magister Kenotariatan

Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

RINA ANDRIANA

087011166/MKn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI JIWA MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERIKATAN

(Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)

Nama Mahasiswa : RINA ANDRIANA

Nomor Pokok : 087011166

Program Studi : Magister Kenotariatan

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

Prof. Dr. Muhammad Yamin, S.H., CN, MS,

Ketua

Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. Dr. T. Keizerina Devi A, S.H, CN.,M.Hum.

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum

(4)

Telah diuji pada :

Tanggal : 24 Februari 2011

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH,MS,CN.

Anggota : 1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum.

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum

3. Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum

(5)

ABSTRAK

Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung kepada penanggung. Dalam pelaksanaannya pengikatan suatu perjanjian asuransi saat ini juga dilakukan melalui telemarketing yang berpeluang untuk timbulnya perselisihan karena pengikatan melalui telemarketing hanya berupa kesepakatan pra kontrak. Praktek perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing

juga dilaksanakan oleh Asuransi Jiwa BNI Life.

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan dasar hukum pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing pada Asuransi Jiwa BNI Life, keabsahan pengikatan asuransi melalui

telemarketing Asuransi Jiwa BNI Life ditinjau dari sudut aspek hukum perjanjian dan perlindungan hukum bagi tertanggung terhadap penggunaan telemarketing dalam pengikatan asuransi.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing Pada Asuransi Jiwa BNI Life.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Telemarketing merupakan

penawaran/pemasaran produk asuransi jiwa media telepon yang digunakan oleh Asuransi Jiwa BNI Life dalam rangka peningkatan pemasaran produk asuransi jiwa. Akan tetapi, pengikatan asuransi melalui telemarketing hanya merupakan suatu kesepakatan prakontrak yang tidak mengikat seperti halnya polis asuransi. Kesepakatan melalui telemarketing dalam pelaksanaannya tidak menjadi suatu alat bukti karena hanya merupakan kesepakatan lisan. Hal ini disebabkan karena pembuktian keabsahan pengikatan asuransi melalui telemarketing

Asuransi Jiwa BNI Life ditinjau dari aspek hukum perikanan belum dilakukan penandatanganan perjanjian. Perlindungan konsumen bagi tertanggung terhadap penggunaan

telemarketing dalam pengikatan asuransi terpenuhinya hak-hak konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum ini dalam bentuk substansi/isi perjanjian antara konsumen dan produsen, seperti ketentuan tentang ganti rugi, jangka waktu pengajuan klaim, penyelesaian sengketa, dan sebagainya.

Kepada pihak perusahaan asuransi disarankan agar dalam memasarkan produk asuransi melalui telemarketing dapat memberikan informasi yang benar sehingga citra perusahaan dapat baik di mata nasabah dan tujuan pemasaran melalui telemarketing guna peningkatan jumlah nasabah dan pemasukan perusahaan melalui premi dapat diwujudkan. Kepada pihak calon nasabah agar dalam memberikan persetujuan untuk ikut dalam perjanjian asuransi jiwa agar dapat mempertimbangkan baik buruknya dan segera menghubungi pihak perusahaan asuransi guna mengajukan pengajuan Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ) oleh tertanggung dan penandatanganan perjanjian serta penerbitan polis asuransi atas nama calon nasabah sebagai tertanggung. Disarankan kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat menjadi pengawas dalam pelaksanaan pemasaran program asuransi melalui telemarketing agar tidak merugikan pihak calon nasabah atau calon tertanggung. Di samping mengupayakan memberikan perlindungan secara hukum calon nasabah atau calon tertanggung sebagai konsumen produk asuransi.

Kata Kunci

(6)

ABSTRACT

Insurance brings about economic and social mission by providing the premium which is paid to the insurance company as the guarantee of the transfer of risk, that is, the risk transferring from the insured to the guarantor. In its implementation, an insurance agreement nowadays is done through telemarketing which can cause the dispute because the agreement through telemarketing is merely the agreement before the contract. In practice, the life insurance agreement through telemarketing is also done by Life Insurance of BNI Life.

This research was aimed to explain the legal ground of the life insurance agreement through telemarketing of Life Insurance of BNI Life, the validity of insurance agreement through telemarketing of Life Insurance of BNI Life, viewed from the legal aspect of agreement and the legal protection for the insured in using telemarketing in the insurance agreement.

The research used analytic descriptive method with judicial formative approach which explained, described, and analyzed the life insurance agreement through telemarketing of Life Insurance of BNI Life.

The result of the research showed that telemarketing was to offer/to market the life insurance product through telephone which was used by Life Insurance of BNI Life in order to increase the life insurance product. However, the insurance agreement through telemarketing was only an agreement before the contract which was nonbinding, unlike the insurance policy. The agreement through telemarketing, in practice, could not be evidence because it was only an oral agreement. The validity of the insurance agreement through telemarketing of the Life Insurance of BNI Life was not legally signed by both parties. The consumers protection for the insurance in using telemarketing in the insurance agreement is the fulfillment of the consumers rights, stipulated in Article 4, Act Number 8, 1999 about Consumer Protection. This legal protection is the substance of the agreement between consumers and producers, such as the legal provisions about compensation, the terms of filing a claim, the arbitration, and so on.

(7)

It is also suggested that the government should act as the supervisor in the implementation of insurance marketing program through telemarketing in order that the potential clients will not be injured. Besides that, the government should give legal protection to the potential clients or the potential insured as the consumers of the life insurance.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan sampaikan kehadirat Allah SWT karena hanya

dengan berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

dengan judul ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI JIWA MELALUI

TELEMARKETING DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERIKATAN (Studi

Pada Asuransi Jiwa BNI Life)”. Penulisan tesis ini merupakan salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan

dorongan moril berupa masukan dan saran, sehingga penulisan tesis dapat

diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih

yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan

amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., CN., MS., Prof. Dr.

Runtung, S.H., MHum., dan Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH., CN, MHum.,

selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan

dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, semua pihak yang telah berkenan memberi masukan dan

(9)

sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan tesis ini menjadi lebih sempurna

dan terarah.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, CTM, Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang

diberikan dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Hukum, Program

Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan

kepada Penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program

Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,

yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan

penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum, selaku Sekretaris Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah

memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan

tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara,

yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat

bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di

(10)

6. Seluruh Staf/Pegawai di Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis

selama menjalani pendidikan.

7. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Magister Kenotariatan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Kelas Reguler Khusus

angkatan tahun 2008 yang telah banyak memberikan motivasi kepada Penulis

dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Syah Maini yang tak pernah

berhenti menyayangi penulis dan tak mengenal lelah mendukung penulis baik

secara moril dan materil untuk memperoleh pendidikan yang baik sebagai

bekal kehidupan menjadi anak yang berguna, dan kepada ibunda Bertah

Adnanik yang tercinta, dengan uluran tangan dan doa-doanya yang telah

mendidik penulis, membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang, ya

Allah, limpahkanlah rahmat dan hidayah-Mu kepada kedua orang tuaku,

jadikanlah kedua orang tuaku orang yang Engkau ridhoi dan limpahkanlah

segala kebaikan dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Amin.

9. Adik-adik yang penulis sayangi : Rima Susanti, Rinaldo, Rinaldi yang telah

memberikan nasehat, dukungan dan menyayangi penulis selama ini.

10. Teristimewa buat anak-anakku tersayang : Buana Syhintia Rani, Yaasin

Aliakbar semoga menjadi anak yang sholeh dan sholeha.

11. Motivator terbesar dalam hidup Penulis yang selalu memberikan cinta, kasih

(11)

serta Saudara-saudariku yang telah memberikan semangat dan doa kepada

Penulis.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada

anak-anakku yang selama ini telah menjadi inspirasi dan memberikan semangat

sehingga menjadi motivasi warna tersendiri dalam kehidupan dan juga dalam

penyelesaian tesis pada di Program Studi Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun

besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariaan

pada khususnya. Demikian pula atas bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, agar selalu

dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rezeki yang melimpah kepada

kita semua.

Medan, Januari 2011

Penulis,

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Rina Andriana

Tempat/Tgl. Lahir : Pekan Baru, 5 Juli 1976

Alamat : Jl. Merpati I No.163 Kel.Kenangan Baru P.Mandala

II. KELUARGA

Nama Anak : Buana Syhintia Rani

Yaasin Ali Akbar

ORANG TUA

Nama Ayah : Syah Maini

Nama Ibu : Berta Adnanik

III. PENDIDIKAN

- Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning di

Pekan Baru

(13)

DAFTAR ISI

A.Perjanjian Asuransi dan Dasar Hukum Asuransi ………….. 33

B.Asas-asas Perjanjian Asuransi ……….. 50

C.Penggunaan Telemarketing Pengikatan Asuransi Jiwa pada BNI Life dan kaitannya dengan Asas Itikad Baik ………… 57

BAB III. KEABSAHAN PENGIKATAN ASURANSI MELALUI TELEMARKETING ASURANSI JIWA BNI LIFE DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERIKATAN A.Polis Sebagai Alat Bukti Perjanjian Asuransi ………. 69

(14)

BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG

TERHADAP PENGGUNAAN TELEMARKETING

DALAM PENGIKATAN ASURANSI

A.Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Penggunaan

Telemarketing Dalam Pengikatan Asuransi Jiwa ………….. 81

B. Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Asuransi Terhadap

Pengikatan Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing ………… 97

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……... 118

B. Saran ……... 119

DAFTAR PUSTAKA ……... 121

(15)

ABSTRAK

Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung kepada penanggung. Dalam pelaksanaannya pengikatan suatu perjanjian asuransi saat ini juga dilakukan melalui telemarketing yang berpeluang untuk timbulnya perselisihan karena pengikatan melalui telemarketing hanya berupa kesepakatan pra kontrak. Praktek perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing

juga dilaksanakan oleh Asuransi Jiwa BNI Life.

Penulisan bertujuan untuk menjelaskan dasar hukum pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing pada Asuransi Jiwa BNI Life, keabsahan pengikatan asuransi melalui

telemarketing Asuransi Jiwa BNI Life ditinjau dari sudut aspek hukum perjanjian dan perlindungan hukum bagi tertanggung terhadap penggunaan telemarketing dalam pengikatan asuransi.

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang perjanjian Asuransi Jiwa Melalui Telemarketing Pada Asuransi Jiwa BNI Life.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Telemarketing merupakan

penawaran/pemasaran produk asuransi jiwa media telepon yang digunakan oleh Asuransi Jiwa BNI Life dalam rangka peningkatan pemasaran produk asuransi jiwa. Akan tetapi, pengikatan asuransi melalui telemarketing hanya merupakan suatu kesepakatan prakontrak yang tidak mengikat seperti halnya polis asuransi. Kesepakatan melalui telemarketing dalam pelaksanaannya tidak menjadi suatu alat bukti karena hanya merupakan kesepakatan lisan. Hal ini disebabkan karena pembuktian keabsahan pengikatan asuransi melalui telemarketing

Asuransi Jiwa BNI Life ditinjau dari aspek hukum perikanan belum dilakukan penandatanganan perjanjian. Perlindungan konsumen bagi tertanggung terhadap penggunaan

telemarketing dalam pengikatan asuransi terpenuhinya hak-hak konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum ini dalam bentuk substansi/isi perjanjian antara konsumen dan produsen, seperti ketentuan tentang ganti rugi, jangka waktu pengajuan klaim, penyelesaian sengketa, dan sebagainya.

Kepada pihak perusahaan asuransi disarankan agar dalam memasarkan produk asuransi melalui telemarketing dapat memberikan informasi yang benar sehingga citra perusahaan dapat baik di mata nasabah dan tujuan pemasaran melalui telemarketing guna peningkatan jumlah nasabah dan pemasukan perusahaan melalui premi dapat diwujudkan. Kepada pihak calon nasabah agar dalam memberikan persetujuan untuk ikut dalam perjanjian asuransi jiwa agar dapat mempertimbangkan baik buruknya dan segera menghubungi pihak perusahaan asuransi guna mengajukan pengajuan Surat Permohonan Asuransi Jiwa (SPAJ) oleh tertanggung dan penandatanganan perjanjian serta penerbitan polis asuransi atas nama calon nasabah sebagai tertanggung. Disarankan kepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar dapat menjadi pengawas dalam pelaksanaan pemasaran program asuransi melalui telemarketing agar tidak merugikan pihak calon nasabah atau calon tertanggung. Di samping mengupayakan memberikan perlindungan secara hukum calon nasabah atau calon tertanggung sebagai konsumen produk asuransi.

Kata Kunci

(16)

ABSTRACT

Insurance brings about economic and social mission by providing the premium which is paid to the insurance company as the guarantee of the transfer of risk, that is, the risk transferring from the insured to the guarantor. In its implementation, an insurance agreement nowadays is done through telemarketing which can cause the dispute because the agreement through telemarketing is merely the agreement before the contract. In practice, the life insurance agreement through telemarketing is also done by Life Insurance of BNI Life.

This research was aimed to explain the legal ground of the life insurance agreement through telemarketing of Life Insurance of BNI Life, the validity of insurance agreement through telemarketing of Life Insurance of BNI Life, viewed from the legal aspect of agreement and the legal protection for the insured in using telemarketing in the insurance agreement.

The research used analytic descriptive method with judicial formative approach which explained, described, and analyzed the life insurance agreement through telemarketing of Life Insurance of BNI Life.

The result of the research showed that telemarketing was to offer/to market the life insurance product through telephone which was used by Life Insurance of BNI Life in order to increase the life insurance product. However, the insurance agreement through telemarketing was only an agreement before the contract which was nonbinding, unlike the insurance policy. The agreement through telemarketing, in practice, could not be evidence because it was only an oral agreement. The validity of the insurance agreement through telemarketing of the Life Insurance of BNI Life was not legally signed by both parties. The consumers protection for the insurance in using telemarketing in the insurance agreement is the fulfillment of the consumers rights, stipulated in Article 4, Act Number 8, 1999 about Consumer Protection. This legal protection is the substance of the agreement between consumers and producers, such as the legal provisions about compensation, the terms of filing a claim, the arbitration, and so on.

(17)

It is also suggested that the government should act as the supervisor in the implementation of insurance marketing program through telemarketing in order that the potential clients will not be injured. Besides that, the government should give legal protection to the potential clients or the potential insured as the consumers of the life insurance.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak

pula kemajuan yang dicapai oleh bangsa Indonesia. Perkembangan tersebut

tidak jarang menimbulkan kerugian yang cukup besar, antara lain terbakarnya

gedung-gedung, jatuhnya pesawat terbang, hilangnya dana deposan dan lain-lain.

Risiko-risiko tersebut tidak dikehendaki dan tidak dapat diduga kapan terjadinya

oleh siapapun. Oleh karena itu, manusia berusaha untuk menghindari risiko atau

minimal mengurangi beban kerugian yang menimpa dirinya atau harta bendanya.

Dalam menghadapi risiko yang dapat terjadi sewaktu-waktu, perlu diambil

langkah-langkah pengamanan agar dapat mengurangi kerugian apabila risiko

tersebut benar-benar dideritanya.

Adanya risiko-risiko kerugian tersebut, maka melalui lembaga asuransi dapat

dialihkan untuk mengatasinya yaitu dengan pemberian ganti kerugian oleh

lembaga asuransi apabila risiko itu benar-benar terjadi. Usaha perasuransian

sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya karena dari

kegiatan usaha ini diharapkan dapat semakin meningkat lagi pengerahan

dana masyarakat untuk pembiayaan pembangunan.

Perusahaan asuransi dengan mengadakan perjanjian-perjanjian asuransi dan

(19)

dengan perjanjian. Dalam hal ini perusahaan berfungsi sebagai lembaga penerima

dan pengambil risiko pihak lain. Pembayaran sejumlah uang yang disebut premi

merupakan penerimaan dan pengambilalihan risiko oleh perusahaan asuransi.

Kumpulan dana yang relatif menjadi sangat besar dari pembayaran premi yang

diterima perusahaan dapat dimanfaatkan untuk operasional perusahaan.1

Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya

premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya

transfer of risk, yaitu pengalihan (transfer) resiko dari tertanggung kepada

penanggung. Asuransi sebagai mekanisme pemindahan resiko dimana individu

atau business memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran

premi. Definisi resiko disini adalah ketidakpastian terjadi atau tidaknya suatu

kerugian (the uncertainty of loss).2

Berdasarkan hal tersebut konsep asuransi memang memainkankan peranan

penting dalam kehidupan sosial-ekonomi manusia, sehingga jika konsep asuransi

dinilai sebagai konsep yang “digemari”. Mulai dari peranan dasarnya sebagai

sarana untuk mereproduksi rasa aman bagi para tertanggung, sampai pada peranan

jangka panjangnya sebagai salah satu sarana penunjang perekonomian negara.

Pada hakikatnya, konsep Asuransi adalah konsep klasik yang telah lama dipakai

dalam sejarah tatanan sosial. Konsep ini muncul bersamaan dengan munculnya

konsep tolong-menolong antar individu.

1

Annonimous, Perjanjian-Asuransi , http://jurnal.kesimpulan.com/html, Diakses September 2010

2

(20)

Jadi konsep asuransi juga merupakan faktor penunjang pelaksanaan

pembangunan nasional yang tentunya membutuhkan dana yang memadai. Oleh

karena itu, peran serta masyarakat dalam pembangunan sangat diperlukan terutama

dalam penghimpunan dana. Masyarakat juga harus semakin sadar bahwa

pembangunan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah akan tetapi juga

merupakan tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia.

Peran serta masyarakat untuk menghimpun dana pembangunan dapat

melalui tabungan masyarakat, baik melalui lembaga perbankan maupun non-bank.

Lembaga non-bank tersebut salah satunya melalui lembaga asuransi. Lembaga ini

dapat disebut sebagai lembaga keuangan sebab melalui asuransi dapat dihimpun

dana dengan jumlah besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembagunan,

disamping bermanfaat bagi masyarakat yang berpasrtisipasi dalam bisnis

asuransi, karena sesungguhnya “ bertujuan untuk memberikan suatu perlindungan

(proteksi) atas kerugian keuangan (financial loss) yang timbul karena adanya

peristiwa tidak diduga sebelumnya (fortuitous event) “.3

Sedangkan lembaga perbankan hanya menghimpun dana melalui tabungan

masyarakat (deposito, tabungan, giro) dan menyalurkan kembali dana tersebut

kepada masyarakat dalam bentuk kredit untuk membiayai pembangunan. Hal ini

pula yang menjadi pertimbangan ditetapkan Undang–Undang Nomor 2 Tahun

3

(21)

1992 tentang Usaha Perasuransian (selanjutnya disebut “Undang-undang Usaha

Perasuransian”), yang menyebutkan “Guna menanggulangi resiko yang dihadapi

anggota masyarakat, diperlukan usaha perasuransian yang sehat “.

Selanjutnya di dalam penjelasannya menyatakan bahwa :

Pembangunan ekonomi memerlukan dukungan investasi dalam jumlah yang memadai yang pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan sendiri dan oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguh-sungguh untuk mengerahkan dana investasi, khususnya yang bersumber dari tabungan masyarakat. Usaha perasuransian sebagai salah satu lembaga keuangan menjadi penting peranannya karena dari kegiatan usaha ini diharapkan dapat semakin

meningkat lagi pengerahan dana masyarakat untuk pembiayaan

pembangunan.4

Mengenai pengertian asuransi di Indonesia saat ini diatur dalam Pasal 1

angka 1 Undang-undang Usaha Perasuransian sebagai berikut :

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tida pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya

seseorang yang dipertanggungkan.5

Selanjutnya menurut Undang-undang Usaha Perasuransian,

ditentukan bahwa usaha asuransi dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam

penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan

4

Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian

5

(22)

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam asuransi ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian

atau perusahaan asuransi jiwa.6

Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa dalam pelaksanaan pembangunan

tidak terlepas dari risiko-risiko yang dapat mengganggu hasil pembangunan yang

telah dicapai. Oleh karena itu, diperlukan usaha perasuransian yang dapat

menampung dan mengambil alih kerugian yang timbul dari berbagai risiko

tersebut. Manusia dalam melaksanakan aktifitas kegiatan sehari-hari sering

berhadapan dengan risiko yang dapat menimbulkan dampak kerugian akibat

peristiwa yang tidak diduga sebelumnya. Peristiwa ini dapat menimpa baik harta

maupun jiwa yang dapat mengakibatkan cacat badan bahkan kematian bagi

manusia itu sendiri. Untuk mengurangi risiko ini manusia mencari jalan keluar

agar ia tidak terlalu berat dalam menanggung risiko yang dideritanya. Oleh karena

itu, manusia mengalihkan resiko kepada pihak yang mau menerima peralihan

resiko, yang disebut penangung, yaitu perusahan asuransi. Untuk memperoleh

perlindungan atas jiwa yang menjadi objeknya maka tertanggung harus membayar

uang dalam bentuk premi kepada penanggung dengan syarat-syarat yang telah

6

(23)

disepakati oleh kedua belah pihak. Salah satu usaha tersebut diantaranya adalah

bidang asuransi jiwa yang diselenggarakan oleh perusahaan asuransi jiwa.

Di dalam Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 1992, definisi perusahaan asuransi jiwa, yaitu “perusahaan

yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan

dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Perkembangan asuransi jiwa di Indonesia pada saat ini mempunyai prospek yang

cerah. Hal ini karena didukung oleh faktor-faktor, antara lain :

Pertama, jumlah penduduk Indonesia cukup besar yang diperkirakan lebih dari 220 juta jiwa.

Kedua, semakin meningkatnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang berarti semakin sadar juga masyarakat akan mengikuti program asuransi jiwa.

Ketiga, dengan semakin ketatnya pengawasan pemerintah terhadap tingkat kesehatan perusahan, berarti hak-hak pemegang polis akan dapat dilasanakan tepat pada waktunya, dan

Keempat, yaitu dengan terus menerus diadakan peningkatan sistem kerja, kualitas sumber daya manusia dan dukungan teknologi informasi.7

Oleh karena itu, dewasa ini tumbuh dan berkembang puluhan bahkan ratusan

perusahan asuransi di Indonesia menawarkan jasanya. Mereka menawarkan

jasanya agar seseorang anggota masyarakat bersedia menjadi angota atau nasabah

suatu perusahaan asuransi. Pada kenyatannya kinerja perusahaan asuransi di

Indonesia pada saat ini dapat dikatakan umumnya belum menggembirakan begitu

menggembirakan, yang mana dari pihak pengelola usaha asuransi belum

7

(24)

memberikan pelayanan yang baik, bahkan sering kali melakukan penipuan

terhadap konsumen atau muncul kesan dipersulit ketika akan menggugat hak, baik

dalam asuransi jiwa maupun dalam asuransi kerugian. Sedangkan dari pihak

masyararat industri asuransi kurang diminati, disamping minimnya pengetahuan

masyarakat terhadap asuransi, juga disebabkan masih rendahnya income per kapita

masyarakat.8

Usaha perasuransian di Indonesia berbeda dengan usaha perasuransian yang

ada di negara-negara yang lain. Usaha perasuransian di negara-negara lain yang

aktif adalah pihak tertanggung, mereka yang berinisiatif untuk mendatangi

perusahan asuransi guna memenuhi kewajibannya yaitu membayar premi.

Sedangkan di Indonesia yang aktif adalah pihak penanggung yaitu pihak asuransi,

dalam hal ini pihak asuransi selaku penanggung memungut premi kepada pihak

tertanggung. Oleh karenanya, hal-hal seperti inilah yang menjadi salah satu

penghambat kelancaran usaha perasuransian di Indonesia dan dapat menjadi salah

satu penyebab terjadinya pemutusan hubungan asuransi. Suatu pemutusan

hubungan asuransi dapat terjadi karena pihak tetanggung tidak dapat memenuhi

kewajibannya untuk membayar premi sampai jangka waktu yang telah ditentukan

sebelumnya.

Asuransi yang juga merupakan sebagai suatu perjanjian, dalam memenuhi

prestasinya maka masing-masing pihak harus mempunyai iktikad baik. Adapun

ukuran iktikad baik adalah kepatutan dan keadilan. “Kepatutan di dalam perjanjian

8

(25)

dimaksudkan agar jangan sampai pemenuhan kepentingan salah satu pihak

terdesak, jadi harus ada keseimbanganantara berbagai kepentingan pihak-pihak

yang bersangkutan”.9 Sedangkan “Keadilan adalah kepastian untuk mendapatkan

apa yang sudah dijanjikan, namun pemenuhan janji itu harus memperhatikan

norma-norma yang berlaku“.10

Pada penawaran asuransi ada beberapa cara ataupun penjualan produk,

antara lain : Pertama dilakukan melalui tatap muka ataupun berhadap secara

langsung dengan nasabah sendiri, penawar seperti ini sering kali dijumpai dan

temui dalam kesehari-harian, Kedua nasabah yang datang dengan sendirinya

menemui pihak ansuransi, namun hal ini jarang terjadi, Ketiga yang saat ini

berpeluang menimbulkan terjadinya permasalahan hukum dikemudian hari yaitu

penawaran melalui telepon atau sering disebut di dunia bisnis adalah

Telemarketing (penawaran/pemasaran produk lewat telepon).

Praktek Telemarketing ini apabila ditinjau melalui Undang-undang Nomor

11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), selanjutnya

disebut UUITE, dapat digolongkan sebagai bentuk transaksi elektronik

karena dilakukan melalui sarana telekomunikasi telepon. Hal ini sesuai dengan

ketentuan Pasal 1 angka 10 UU ITE disebutkan bahwa “Transaksi elektronik

adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer,

9

Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Cet. Pertama, PT. Intermasa, Jakarta 1983, hal 87.

10

(26)

jaringan komputer, atau media elektronik lainnya”. Transaksi secara elektronik,

pada dasarnya adalah perikatan ataupun hubungan hukum yang dilakukan

secara elektronik dengan memadukan jaringan dari sistem elektronik

berbasiskan komputer dengan sistem komunikasi, yang selanjutnya difasilitasi

oleh keberadaan jaringan komputer global atau Internet termasuk melalui sarana

telepon.11

Transaksi elektronik dipandang sebagai bagian dari perikatan para pihak

(Pasal 1233 KUH Perdata yaitu Perikatan, lahir karena suatu persetujuan

atau karena undang-undang).12 Transaksi tersebut akan merujuk kepada semua

jenis dan mekanisme dalam melakukan hubungan hukum secara elektronik itu

sendiri yang akan mencakup jual beli, lisensi, asuransi, lelang, dan

perikatan-perikatan lain yang lahir sesuai dengan perkembangan mekanisme perdagangan di

masyarakat.

Adapun market penjualan jarak jauh ini tidak mengacaukan dengan

pengertian manajemen jarak jauh (telemanagement) meskipun kedua disiplin itu

erat kaitanya. Pemasaran jarak jauh sering digunakan sebagai pendukung saluran

penjualan dan adakalanya untuk menangani tugas yang tidak dapat ditangani

melalui saluran utama dengan biaya yang efektif.13

11

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

12

Lihat Pasal 1233 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

13

(27)

Telemarketing ini merupakan konsep penjualan dengan memakai sarana

telepon dan dilakukan dalam volume tinggi tetapi tetap mengunakan arahan dan

prosedur penjualan dengan aturan managemen pelanggan sehingga pelanggan akan

merasa diperhatikan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka yang terpenuhi.14

Telemarketing adalah metode pemasaran yang langsung dilakukan oleh

telemarker dengan calon nasabah (tertangung), telemarketing menggunakan

telepon dengan tidak bertemu muka dengan agen asuransi dengan calon

tertangung merupakan hal yang di luar kebiasaan permasalahan asuransi jiwa

pada umumnya. Hal ini kemudian membawa permasalahan mengenai dimana

dasar hukum perikatannya dan resiko-resiko sengketa yang mungkin terjadi

dengan diterapkannya konsep atau metode telemarketing dalam pengikatan

asuransi jiwa antara pihak penanggung dengan nasabah atau tertanggung.

Salah satu perusahaan Asuransi yang juga telah menerapkan metode

telemarketing ini adalah BNI Life yang merupakan anak perusahaan yang

dari PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. BNI Life didirikan dengan nama

PT. Asuransi Jiwa BNI Jiwasraya – BNI Life Insurance, merupakan perpaduan

antara dua nama besar dan profesional dari Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

dan PT. Asuransi Jiwasraya.15

14

Ibid.

15

(28)

Untuk meningkatkan layanan kepada nasabah dengan penyediaan keragaman

produk, BNI luncurkan Telemarketing Bancassurance, yaitu channeling

pemasaran Bancassurance dalam memasarkan portofolio asuransi kepada nasabah

BNI. Layanan ini merupakan komitmen BNI untuk mempermudah nasabah

mendapatkan perlindungan asuransi dengan mudah, harga premi terjangkau dan

dapat memanfaatkan layanan BNI dalam berasuransi, seperti pembayaran melalui

electronic banking. Untuk layanan telemarketing bancassurance ini, BNI menjalin

kerjasama dengan 3 perusahaan asuransi, yaitu PT Asuransi CIGNA, PT Sun Life

Financial Indonesia, dan PT AIG LIFE.

Melalui pemasaran produk asuransi jiwa melalui telemarketing ini akan

mendapat hasil yang baik mengingat BNI memiliki customer based sebanyak

9 juta nasabah. Ditambah dengan proses aplikasi dan persyaratannya yang cukup

ringan. Selain itu, BNI Life, selama ini juga telah memiliki produk-produk

bancassurance, yang merupakan bagian dari layanan wealth management BNI.

Hasil penelaahan dan pengamatan penulis pada pelaksanaan telemarketing

sering timbul permasalahan antara penanggung dan tertanggung. Adapun

permasalahan yang terjadi akibat pemasaran telemarketing ini ditinjau dari

syarat-syarat dan perikatannya. Hal ini disebabkan karena, pemasaran melalui

telemarketing ini pada dasarnya hanya merupakan suatu perjanjian prakontrak

(29)

perjanjian antara nasabah atau tertanggung dengan perusahaan asuransi tetap

dilakukan melalui penandatanganan polis.

Berdasarkan uraian hal tersebut di atas, penulis mencoba menganalisis

penerapan telemarketing ditinjau dari hukum perikatan dan selanjutnya dituangkan

dalam bentuk tesis yang berjudul “ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI

JIWA MELALUI TELEMARKETING DITINJAU DARI ASPEK HUKUM

PERIKATAN (Studi Pada Asuransi Jiwa BNI Life)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, yang menjadi rumusan masalah

dalam tesis ini adalah :

1. Bagaimana dasar hukum pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing

pada Asuransi Jiwa BNI Life ?

2. Bagaimana keabsahan pengikatan asuransi melalui telemarketing Asuransi Jiwa

BNI Life ditinjau dari sudut aspek hukum perjanjian ?

3. Bagaimana perlindungan hukum bagi tertanggung terhadap penggunaan

telemarketing dalam pengikatan asuransi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang akan dikemukakan di atas, maka

(30)

1. Untuk mengetahui dasar hukum pengikatan asuransi jiwa melalui telemarketing

pada Asuransi Jiwa BNI Life.

2. Untuk mengetahui keabsahan pengikatan asuransi melalui telemarketing

Asuransi Jiwa BNI Life ditinjau dari sudut aspek hukum perikatan.

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi tertanggung terhadap penggunaan

telemarketing dalam pengikatan asuransi.

D.Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

ilmu pengetahuan, khususnya dalam hukum asuransi dan perikatan di Indonesia.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan

perangkat peraturan mengenai hukum perikatan, khususnya mengenai penjualan

produk asuransi jiwa melalui telemarketing ditinjau dari sudut perjanjian. Selain

itu, diharapkan para nasabah untuk lebih teliti dan memperhatikan lagi tentang

keabsahan penandatangan polis dalam suatu perjanjian asuransi setelah adanya

kesepakatan yang dibuat melalui telemarketing.

Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada masyarakat dan pihak

asuransi yaitu pihak yang berkaitan langsung maupun yang tidak langsung

terhadap kegiatan yang terjadi pada perjanjian asuransi jiwa agar lebih mengetahui

dan memahami tentang penjualan produk asuransi jiwa itu malalui telemarketing

(31)

E.Keaslian Penulisan

Sepanjang yang diketahui dan berdasarkan informasi data yang ada

dan penelusuran lebih lanjut pada kepustakaan khususnya kepustakaan

Program Studi Magister Kenotariatan, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas

Sumatera Utara, Medan diketahui bahwa belum ada penelitian sebelumnya yang

berjudul “ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN ASURANSI JIWA MELALUI

TELEMARKETING DITINJAU DARI ASPEK HUKUM PERIKATAN (Studi Pada

Asuransi Jiwa BNI Life). Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat

dipertanggungjawabkan kemurniannya secara akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kerangka teori ini adalah merupakan kerangka berpikir lebih lanjut terhadap

masalah-masalah yang diteliti. Sebelum mengetahui kegunaan dari kerangka teori,

maka perlu diketahui lebih dahulu mengenai arti teori. Menurut Bintoro

Tjokroamidjojo dan Mustafa Adidjojo, "teori diartikan sebagai ungkapan

mengenai hubungan kasual yang logis diantara perubahan (variabel) dalam bidang

tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka berfikir (frame of thinking)

(32)

tersebut“.16 "Teori adalah suatu hal yang digunakan untuk menerangkan atau

menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses terjadi“.17

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk

dan meramalkan serta menjelaskan hal yang diamati, karena penelitian ini

merupakan penelitian hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas

ilmu hukum.

Apabila dikaitkan dengan objek penelitian dalam hal ini perjanjian asuransi

yang merupakan salah satu jenis penyebab timbulnya suatu perikatan, maka dalam

hal ini dapat dilihat pendapat Mariam Darus Badrulzaman menyatakan bahwa

“perikatan adalah hubungan yang terjadi diantara dua orang atau lebih, yang

terletak dalam harta kekayaan dengan pihak yang satu berhak atas prestasi dan

pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.18 Volmar menyebutkan bahwa ditinjau

dari isinya ternyata bahwa perikatan itu ada selama seseorang itu (debitur) harus

melakukan suatu prestasi yang mungkin dapat dipaksakan terhadap kreditur kalau

perlu dengan bantuan hakim.19 Dalam hal ini teori tersebut dapat dijadikan alat

analisis untuk melihat keabsahan praktek telemarketing dalam perjanjian asuransi

jiwa ditinjau dari aspek hukum perikatan.

16

Bintoro Tjokroamidjojo, Mustofa Adidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional,

CV. Haji Mas Agung, Jakarta, 1998, hal 12.

17

J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, , 1996, hal. 203.

18

Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum BIsnis, Alumni, Bandung, 1994, hal 3.

19

(33)

"Istilah asuransi atau pertanggungan berasal dari bahasa Belanda:

Verzekarim dan Assurantie".20 Dalam bahasa Inggris dipakai istilah Insurance.

Istilah Assurantie dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi asuransi atau

pertanggungan. Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak, "perjanjian yang

timbul antara orang yang khawatir akan menderita kerugian dengan orang yang

akan menanggung kerugian disebut dengan perjanjian pertanggungan “.21

Sedangkan definisi dari pertanggungan atau asuransi antara lain terdapat

pada Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), yang

menyebutkan sebagai berikut :

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dimana penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya terhadap tertanggung untuk membebaskan dari kerugian karena kehilangan, kerugian atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang dapat diderita olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.

Dari pengertian Pasal 246 KUHD tersebut dapat diketahui bahwa ada

beberapa unsur yang terlibat dalam asuransi, yaitu: pihak-pihak, status pihak-

pihak, objek asuransi, peristiwa asuransi dan hubungan asuransi.22

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha

Perasuransian (UU Usaha Perasuransian), mendefenisikan asuransi atau

pertanggungan sebagai berikut:

20

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, (Pokok-pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran, dan Jiwa), Cet. keempat, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 1982, hal 6.

21 Ibid

hal 5.

22

(34)

Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Dengan demikian asuransi mempunyai tujuan untuk mengalihkan segala

risiko yang timbul oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya

kepada orang lain yang bersedia mengambil risiko untuk mengganti kerugian.

Atas tindakan yang dilakukan tersebut pihak yang bersedia mengambil risiko

(penanggung) akan menerima premi dari pihak tertanggung.

Ditinjau dari segi asuransi," risiko adalah kemungkinan kerugian yang

akan dialami diakibatkan oleh bahaya yang mungkin akan terjadi tetapi

tidak diketahui terlebih dahulu apakah akan terjadi dan kapan akan

terjadi“.23"Peristiwa yang kemungkinan menimbulkan risiko antara lain meninggal

dunia, kecelakaan yang dapat menimbulkan cacat tetap, menurunnya kesehatan

dan lanjut usia“.24

Menurut teori pengalihan risiko (Risk Transfer Theory), tujuan diadakannya

perjanjian asuransi adalah karena tertanggung menyadari bahwa ada ancaman

bahaya terhadap harta kekayaan yang miliknya. Jika bahaya tersebut menimpa

23 Ibid

, hal. 29.

24

(35)

harta kekayaan dia akan menderita kerugian, secara ekonomis, kerugian material

akan mempengaruhi perjalanan hidup seseorang dan juga ahli warisnya.

Pada dasarnya manusia tidak dapat menghindari risiko yang akan terjadi

seperti misalnya risiko kematian, manusia tidak dapat menghindari kematian yang

pasti akan terjadi walaupun kapan terjadinya tidak dapat dipastikan oleh manusia

itu sendiri. Demikian pula cacat tetap akibat kecelakaan yang belum pasti terjadi

namun kemungkinan dapat terjadi. Menurunnya tingkat kesehatan seseorang juga

dapat mempengaruhi nilai ekonomi manusia yang diukur berdasarkan

kemampuannya memperoleh penghasilan setiap berkala. Penghasilan yang

diperoleh seseorang kadangkala tidak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri tetapi

juga oleh orang lain terutama orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya

seperti istri, anak dan orang tua mereka yang sudah tidak memperoleh

penghasilan.

Asuransi atau pertanggungan mempunyai tujuan untuk mengalihkan segala

risiko yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan terjadinya

kepada pihak lain yang mengambil risiko itu untuk mengganti kerugian.

Sebaliknya orang-orang atau pihak yang menerima risiko itu, yang disebut

"penanggung bukan semata-mata melakukan itu demi peri kemanusiaan saja dan

bukan pula bahwa dengan tindakan itu kepentingan-kepentingan mereka menjadi

(36)

yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa itu“.25 Dengan kata lain, penanggung

melakukan hal tersebut untuk kepentingan ekonomi dan kepentingan sosial.

Mengenai asas-asas yang mendasari tindakan-tindakan di bidang asuransi

adalah:

1. Asas Kepentingan yang dapat diasuransikan (insurable interest);

2. Asas Indemnitas;

3. Asas Iktikad baik (principle of utmost good faith);

4. Asas Subrogasi

5. Asas Kontribusi

Asas-asas tersebut memegang peranan penting dalam praktek perjanjian

asuransi pada umumnya. Untuk asuransi jiwa ada beberapa asas yang tidak berlaku

maupun mengalami penyesuaian-penyesuaian. Radiks purba mengatakan bahwa,

"dalam asuransi jiwa ada dua asas hukum yang harus diperhatikan yaitu asas

kepentingan yang diasuransikan (insurable interest) dan asas iktikad baik

(principle of utmost good faith) ".26 Asas iktikad baik ini dalam asas asuransi pada

umumnya sering disebut asas kejujuran yang sempurna. "Asas iktikad baik

25

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Pertanggungan, (Pokok-pokok Pertanggungan Kerugian, Kebakaran, dan Jiwa), (Yogyakarta: Ctk. keempat, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, 1982) hal 5.

26

(37)

menjadi salah satu instrumen hukum untuk membatasi kebebasan berkontrak dan

kekuatan mengikatnya perjanjian"".27

Pada umumnya, secara yuridis asuransi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

1. Asuransi kerugian (schadeverzekering);

2. Asuransi jumlah (sommenverzekering).

Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan

bahwa penanggung mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi berupa

memberikan ganti kerugian kepada tertanggung seimbang dengan kerugian yang

diderita oleh pihak yang disebut terakhir. Termasuk dalam asuransi kerugian

adalah semua jenis asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang,

misalnya :

1. Asuransi pencurian (theft insurance);

2. Asuransi pembongkaran (burglary insurance);

3. Asuransi perampokan (robbery insurance);

4. Asuransi kebakaran (fire insurance);

5. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian (crop

insurance).

Asuransi jumlah adalah suatu perjanjian asuransi yang berisi ketentuan

bahwa penanggung terikat untuk melakukan prestasi berupa pembayaran sejumlah

27

(38)

uang yang besarnya sudah ditentukan sebelumnya. Beberapa ciri asuransi jumlah

antara lain kepentingannya tidak bisa dinilai dengan uang, sejumlah uang yang

akan dibayarkan oleh penanggung telah ditentukan sebelumnya.28

Perbedaan pokok antara kedua asuransi tersebut bahwa dalam asuransi

kerugian, pihak penjamin (penanggung) berjanji akan mengganti kerugian tertentu

yang diderita pihak terjamin (tertanggung). Artinya jumlah uang yang dibayarkan

pihak penjamin (penanggung) tidak melebihi kerugian yang diderita pihak

terjamin (tertanggung). Sedangkan dalam asuransi jumlah si penjamin

(penanggung) berjanji akan membayar uang yang jumlahnya sudah ditentukan

sebelumnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu.29

Kedua asuransi tersebut mempunyai beberapa persamaan yang di antaranya

adalah sebagai berikut:

1. Tujuan ialah mengalihkan risiko dari pihak tertanggung kepada pihak penanggung.

2. Peralihan risiko itu harus dilaksanakan atas dasar kata sepakat dalam bentuk perjanjian yang disebut polis.

3. Perjanjian itu harus benar-benar ditutup oleh orang-orang yang

mempunyai kepentingan dengan objek perjanjian.

4. Perjanjian itu harus ditutup dengan iktikad baik dan dipertegas.30

Radiks Purba juga mengatakan bahwa :

Asuransi jiwa termasuk asuransi sejumlah uang hal ini dikarenakan pihak penanggung akan membayar uang pertanggungan kepada pihak tertanggung

28

Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Cet. Pertama, PT. Alumni, Bandung, 1997, hal 83.

(39)

jika peristiwa yang tidak diharapkan terjadi dan menimbulkan risiko. Pembayaran ini tidak didasarkan atas hilangnya jiwa seseorang, namun didasarkan pada kerugian keuangan sebagai akibat dari hilangnya jiwa seseorang".31

Untuk mendapatkan penanggungan dari perusahaan asuransi selaku pihak

penanggung, seorang calon tertanggung harus membuat "suatu perjanjian dimana

satu pihak mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang secara sekaligus atau

periodik, sedangkan pihak lain mengikatkan diri untuk membayar premi dan

pembayaran itu tergantung pada mati hidupnya seorang tertentu atau lebih,

perjanjian itu disebut dengan polis".32

Dalam Pasal 302 KUHD menyebutkan tentang pengertian asuransi sebagai

berikut, bahwa jika seseorang dapat dipertanggungkan untuk keperluan orang yang

berkepentingan itu, baik untuk selama hidupnya maupun waktu yang ditentukan

dalam perjanjian.

Perjanjian asuransi jiwa merupakan perjanjian antara dua pihak, yaitu antara

penanggung (perusahaan asuransi) dengan tertanggung atau pemegang polis.

Masing-masing pihak mempunyai kewajiban dan hak yang diatur dalam

syarat-syarat umum asuransi jiwa atau syarat-syarat-syarat-syarat umum polis. Disebut syarat-syarat-syarat-syarat

umum hal ini dikarenakan syarat-syarat itu berlaku secara umum dalam

perasuransian jiwa.

31

Radiks Purba, Op.Cit., hal-272.

32

(40)

Syarat sahnya untuk mengadakan perjanjian asuransi sama seperti syarat-syarat

untuk mengadakan perjanjian pada umumnya. Syarat sahnya suatu perjanjian

diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu

1. Sepakat diantara mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal".33

Dua syarat pertama disebut dengan syarat subjektif karena mengenai

orang-orang yang mengadakan perjanjian. Sedangkan dua syarat terakhir dinamakan

dengan syarat objektif karena mengenai perjanjiannya sendiri oleh objek dari

perbuatan hukum yang dilakukan".34

Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUH Perdata tersebut bersifat

kumulatif, artinya keempat syarat tersebut harus dipenuhi semuanya. Apabila

salah satu syarat tidak terpenuhi maka harus dibedakan antara syarat yang bersifat

subjektif dengan syarat yang bersifat objektif, karena akan menimbulkan

akibat hukum yang berbeda. "Untuk syarat yang bersifat subjektif, jika tidak

terpenuhi maka salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya

perjanjian dibatalkan".35 "Putusan pengadilan adalah perlu untuk menyatakan

pembatalan. Pihak-pihak yang berkepentingan harus mengajukan permohonan

kepada pengadilan agar persetujuan yang dibuatnya dibatalkan. Andaikata

33

Lihat Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

34

R. Soebekti, Op.Cit., hal. 17.

35

(41)

pengadilan mengabulkan permohonan tersebut, maka persetujuan yang dibatalkan

itu batal dari semula".36 Perjanjian yang dibuat tetap mengikat sepanjang tidak

dibatalkan oleh hakim atas permohonan pihak yang berhak memohonkan

pembatalan tersebut. Sedangkan untuk "syarat objektif apabila tidak dipenuhi

maka perjanjian dianggap batal demi hukum. Artinya perjanjian itu dianggap tidak

pernah ada".37

Untuk memberikan kepastian hukum dari pelaksanaan suatu perjanjian,

sehingga tidak terjadi pembatalan perjanjian secara tiba-tiba oleh salah satu pihak

pada saat perjanjian sedang dilaksanakan, maka undang-undang memberikan

perlindungan dengan memberikan batas waktu bagi para pihak untuk mengajukan

pembatalan. Menurut Pasal 1454 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

menyatakan bahwa dalam semua hal, dimana suatu tuntutan untuk pernyataan

batalnya suatu perikatan tidak dibatasi dengan suatu ketentuan Undang-undang

khusus hingga suatu waktu yang lebih pendek, waktu itu adalah 5 (lima) tahun.

Walaupun syarat perjanjian asuransi tidak berbeda dengan perjanjian lainnya

namun perjanjian asuransi mempunyai sifat dan ciri khusus apabila dibandingkan

dengan jenis perjanjian yang lain. Sifat khusus yang terdapat pada perjanjian

asuransi adalah :

1. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat aleatair (aleatary), maksudnya ialah bahwa perjanjian ini merupakan perjanjian yang prestasi penanggung masih hams digantungkan pada satu peristiwa yang belum

36

R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Cet. Kedua, Tarsito, Bandung, 1985, hal-140.

37

(42)

pasti, sedangkan prestasi tertanggung sudah pasti. Dan meskipun tertanggung sudah memenuhi prestasinya dengan sempurna, pihak penanggung belum pasti berprestasi dengan nyata.

2. Perjanjian asuransi adalah perjanjian bersyarat (conditional), maksudnya adalah bahwa perjanjian ini merupakan suatu perjanjian yang prestasi penanggung hanya akan terlaksana apabila syarat-syarat yang ditentukan dalam perjanjian dipenuhi. Pihak tertanggung pada satu sisi tidak berjanji untuk memenuhi syarat, tetapi ia tidak dapat memaksa penanggung melaksanakan, kecuali dipenuhinya syarat-syarat.

3. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat sepihak (unilateral), maksudnya adalah bahwa perjanjian ini menunjukkan bahwa hanya satu pihak saja yang memberikan janji yaitu pihak penanggung. Penanggung memberikan janji akan mengganti suatu kerugian, apabila pihak tertanggung sudah membayar premi dan polis sudah berjalan, sebaliknya tertanggung tidak menjanjikan suatu apapun.

4. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang bersifat pribadi (personal), maksudnya ialah bahwa kerugian yang timbul harus merupakan kerugian orang perorangan, secara pribadi, bukan kerugian kolektif ataupun kerugian masyarakat luas. Kerugian yang bersifat pribadi itulah yang nantinya akan diganti oleh penanggung.

5. Perjanjian asuransi adalah perjanjian yang melekat pada syarat

penanggung (adhesion), karena di dalam perjanjian asuransi pada hakikatnya syarat dan kondisi perjanjian hampir seluruhnya ditentukan dan diciptakan oleh penanggung atau perusahaan asuransi sendiri, dan bukan karena adanya kata sepakat yang murni atau menawar. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa kondisi perjanjian asuransi sebagian terbesar ditentukan secara sepihak oleh penanggung

6. Sehingga penanggung dianggap sebagai penyusun perjanjian dan

seharusnya mengetahui apabila timbul pengertian yang tidak jelas, harus diuntungkan pihak tertanggung. Perjanjian asuransi adalah perjanjian dengan syarat iktikad baik yang sempurna, maksudnya ialah bahwa perjanjian asuransi merupakan perjanjian dengan keadaan bahwa kata sepakat dapat tercapai atau negosiasi dengan posisi masing-masing mempunyai pengetahuan yang sama mengenai fakta, dengan penilaian sama penelaahannya untuk memperoleh fakta yang sama pula, sehingga dapat bebas dari cacat-cacat tersembunyi.38

38

(43)

Selain mempunyai sifat yang khusus, pada perjanjian asuransi juga terdapat

perbedaan pokok yang membedakan dengan perjanjian lainnya. Perbedaan pokok

antara perjanjian asuransi dengan perjanjian yang lain ialah pada pemenuhan

prestasi. Pada perjanjian umumnya para pihak dapat memenuhi prestasinya setelah

dicapainya kesepakatan, sehingga dapat segera diketahui siapa yang sudah

memenuhi prestasi dan yang belum. Sedangkan perjanjian asuransi yang bertujuan

memberikan perlindungan dan ganti kerugian pada hakikatnya terdapat

kesenjangan waktu antara prestasi pihak pertama atau penanggung dengan prestasi

pihak kedua atau tertanggung.39

Kesenjangan waktu tersebut terjadi karena walaupun pihak tertanggung telah

memenuhi prestasi dengan membayar premi namun pihak penanggung tidak

secara langsung melaksanakan prestasinya.

Pelaksanaan prestasi penanggung digantungkan pada suatu keadaan tertentu

yang belum pasti. Terjadinya keadaan tertentu yang telah diperjanjikan tersebut

menimbulkan kerugian ekonomi pada pihak tertanggung, sehingga walaupun

keadaan tertentu itu terjadi tetapi tidak menimbulkan kerugian ekonomi

tertanggung maka pihak penanggung tidak berkewajiban untuk mengganti

kerugian.

39

(44)

2. Konsepsi (Definisi Operasional)

Konsep adalah suatu bagian terpenting dari teori. Konsep merupakan

defenisi dari suatu penelitian yang akan diamati, konsep menentukan antara

variabel-variabel yang lain untuk menentukan adanya hubungan empiris".40 Untuk

menjawab permasalahan pelakssanaan praktek telemarketing dalam perjanjian

asuransi jiwa pada Asuransi Jiwa BNI Life, berikut didefenisikan beberapa konsep

dasar guna menyamakan persepsi, yaitu:

1. Analisis Yuridis adalah suatu analisis yang dilakukan dengan mengacu pada

norma-norma hukum, yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan

yang berlaku sebagai pijakan normatif.

2. Telemarketing adalah suatu metode pemasaran yang langsung dilakukan oleh

telemarker dengan calon nasabah (tertangung), telemarketing menggunakan

telepon dengan tidak bertemu muka dengan agen asuransi dengan calon

tertangung merupakan hal yang di luar kebiasaan permasalahan asuransi jiwa

selama ini.

3. Tele marker adalah pihak wiraniaga atau pemasaran suransi yang bertugas

melakukan transaksi dengan calon nasabah asuransi.

4. Perjanjian asuransi adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung

mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu

premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,

40

(45)

kerusakan atau kehilangan deritanya karena suatu peristiwa yang tidak

tertentu.

5. Asuransi Jiwa adalah suatu jenis perjanjian asuransi yang mempertanggung

jiwa tertanggung sebagai dasar pelaksanaan asuransi, dimana terjadinya

evenement dikaitkan dengan jiwa tertanggung. Dengan kata lain, jiwa

tertanggung yang dipertanggungkan dalam perjanjian asuransi.

6. Perikatan adalah hubungan hukum antara para pihak baik yang terjadi

atas dasar perjanjian maupun disebabkan karena ketentuan

perundang-undangan.

7. Asuransi Jiwa BNI Life adalah salah satu perusahaan asuransi jiwa yang

melaksanakan metode pemasaran produk asuransi melalui telemarketing.

8. Penanggung adalah suatu pihak yang mengikatkan diri kepada tertanggung

dengan menerima premi asuransi dan dalam hal ini menerima peralihan risiko

dari pihak tertanggung.

9. Tertanggung adalah orang yang jiwanya dipertanggungkan, mungkin

si penutup sendiri atau mungkin juga orang lain yang ditunjuk oleh si penutup

asuransi.

10.Risiko adalah ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa dalam jangka

waktu tertentu yang dapat menimbulkan perbedaan antara rencana dengan

hasil yang diperoleh.

11.Polis adalah surat perjanjian yang memuat perjanjian asuransi jiwa

(46)

12.Pemegang Polis adalah pihak yang mengadakan perjanjian asuransi atau

penggantinya menurut hukum dengan perusahaan

13.Akibat hukum adalah sanksi yang akan dikenakan bila tidak sesuai dengan

ketentuan dan peraturan yang berlaku.

G.Metode Penelitian

1. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, maksudnya suatu penelitian yang

menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan menganalisis hukum baik dalam

bentuk teori maupun praktek pelaksanaan dari hasil penelitian di lapangan".41

Dalam hal ini penggunaan telemarketing pada pelaksanaan pengikatan asuransi

jiwa melalui pada Asuransi BNI Life.

Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan "yuridis normatif dan yuridis

empiris”. Pendekatan "yuridis normatif merupakan pendekatan dengan

melakukan penelitian kepustakaan atau studi dokumen yang dilakukan atau

ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang

lain".42 Dengan kata lain penelitian yang mengacu kepada norma-norma

hukum, yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku

sebagai pijakan normatif. Sedangkan pendekatan yuridis empiris adalah dengan

41

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1986, hal. 63

42

(47)

melakukan studi lapangan yang dalam penelitian ini hanya sebagai pendukung

penelitian ini.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada PT. BNI LIFE khususnya BNI Life cabang Pekanbaru

Provinsi Riau, dengan memperhatikan kondisi tersebut, diharapkan hasil penelitian

yang dilaksanakan akan dapat mewakili kondisi dan permasalahan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melalui penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan konsepsi

teori atau doktrin, pendapat atau pemikiran konseptual dan penelitian pendahulu

yang berhubungan dengan objek telaah penelitian ini, yang dapat berupa peraturan

perundang-undangan, dan karya ilmiah lainnya.

Selanjutnya juga dilakukan penelitian lapangan (field research) guna

memperoleh data data penunjang dalam penelitian ini guna akurasi terhadap hasil

penelitian yang dipaparkan melalui wawancara dengan narasumber dalam hal ini

adalah pejabat pada BNI Life Pekanbaru Riau.

4. Sumber data

Sumber-sumber data kepustakaan diperoleh dari :

(1) Bahan hukum primer, yang terdiri dari ;

a. Norma dasar yaitu Pancasila

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun secara parsial persepsi harga tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap keputusan pembelian namun penilaian terhadap harga serta kualitas dari suatu

Dalam hal ini yang menjadi kajian peneliti adalah yang berkaitan dengan objek jaminan fidusia yang disita oleh Negara akibat perbuatan melawan hukum yang dilakukan debitur

Berbagai ide yang tidak terduga oleh pasukan Bizantium dilakukan oleh Sultan yaitu memindahkan 70 kapal di utara Galata, membuat menara dari kayu, menggali terowongan bawah tanah,

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar akuntansi yang diajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan adanya pengaruh Bauran Promosi yang terdiri dari Periklanan, Promosi Penjualan, dan Publisitas baik secara

Pada tugas akhir ini akan dirancang suatu software untuk mendeteksi penyakit kelainan jantung PACs mengunakan RR interval dan algoritma QRS Detection Pan and

[r]

Dimaksudkan evaluasi disini adalah mengetahui sejauh mana langkah konseling yang telah dilakukan telah mencapai hasilnya. Dapat dilihat pada perkembangan selanjutnya