Nomor Putusan Pengadilan Pajak : Put.38346/PP/M.I/15/2012
Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan (PPh. Bd)
Tahun Pajak : 2005
Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah :
1. Koreksi Biaya Fuel Plane sebesar Rp 37.577.308,00 2. Koreksi Biaya Plane Spare Part sebesar Rp 20.237.410,00 3. Koreksi Biaya Travelling sebesar Rp.162.532.410,00
4. Koreksi Biaya Perjalanan Staf Kantor Pusat sebesar Rp. 8.316.069,00 5. Koreksi Biaya Perjalanan Dalam Negeri sebesar Rp. 2.749.011,00 1. Koreksi Biaya Plane Fuel sebesar Rp 37.577.308,00
Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang mempertahankan koreksi Pemeriksa atas koreksi Biaya Plane Fuel sebesar Rp.37.577.308,00 karena biaya ini merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, sehingga berdasarkan Pasal 6 UU PPh biaya ini seharusnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Pemohon Banding;
bahwa adapun total biaya plane fuel dalam General Ledger Pemohon Banding adalah sebesar Rp.791.866.707,00 yang terdiri dari akun-akun berikut ini :
No. Akun Nama Akun Jumlah (Rp.)
90-100- 110
BBM & PELUMAS PK-PNX
109.082.543,00 90-100-
210
BBM & PELUMAS PK-PNY
154.993.487,00 90-100-
310
BBM & PELUMAS PK-PNZ
527.790.677,00
Total 791.866.707,00
bahwa adapun seluruh biaya Plane Fuel sebesar Rp.791.866.707,00 ini merupakan biaya bahan bakar dan pelumas yang dikeluarkan untuk menunjang operasi pesawat perusahaan Pemohon Banding. Perlu Pemohon Banding informasikan bahwa Pemohon Banding bergerak di bidang jasa pemupukan melalui udara, sehingga biaya-biaya tersebut sangat berhubungan dengan kegiatan usaha Pemohon Banding;
bahwa karena seluruh biaya Plane Fuel sebesar Rp.791.866.707,00 merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, maka seluruh biaya Plane Fuel ini seharusnya dapat dikurangkan sebagai biaya berdasarkan Pasal 6 UU Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000. Oleh karena itu, menurut Pemohon Banding koreksi atas biaya Plane Fuel sebesar Rp 37.577.308,00 seharusnya dibatalkan;
2. Koreksi Biaya Plane Spare Part sebesar Rp 20.237.410,00
Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang mempertahankan koreksi Pemeriksa atas koreksi Biaya Plane Spart Parts sebesar Rp.20.237.410,00 karena biaya ini merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan kena pajak, sehingga berdasarkan Pasal 6 UU PPh biaya ini seharusnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Pemohon Banding;
bahwa adapun total biaya plane spare part dalam General Ledger Pemohon Banding adalah sebesar Rp.426.463.008,00 yang terdiri dari akun-akun berikut ini :
No.
Akun
Nama Akun Jumlah
90-100- 120
SUKU CADANG PK- PNX
26.609.518,00 90-100-
170
CONSUMABLE PK-PNX 1.763.000,00 90-100-
220
SUKU CADANG PK- PNY
22.525.892,00 90-100-
270 CONSUMABLE PK-PNY 2.423.500,00
90-100-
320 SUKU CADANG PK-PNZ 359.952.380,00 90-100-
370 CONSUMABLE PK-PNZ 13.188.718,00
Total 426.463.008,00
bahwa adapun biaya Plane Spare Part sebesar Rp.426.463.008,00 ini sebagian merupakan pemakaian dari akun persediaan spare part dan sebagian merupakan pembelian langsung yang dikeluarkan untuk menunjang operasi pesawat perusahaan Pemohon Banding, seperti biaya pengadaan spare parts, biaya pengiriman spare parts, biaya bahan pembantu (consumable) pesawat, dan biaya administrasi. Biaya-biaya tersebut sangat berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding untuk pemeliharaan pesawat perusahaan Pemohon Banding;
bahwa karena seluruh biaya Plane Spare Part sebesar Rp.426.463.008,00 merupakan biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, maka seluruh biaya Plane Spare Part ini seharusnya dapat dikurangkan sebagai biaya berdasarkan Pasal 6 UU Pajak Penghasilan Nomor 17 Tahun 2000. Oleh karena itu, menurut Pemohon Banding koreksi atas biaya Plane Spare Part sebesar Rp.20.237.410,00 seharusnya dibatalkan;
3. Koreksi Biaya Travelling sebesar Rp. 162.532.410,00
Menurut Terbanding : bahwa koreksi positip atas Biaya Travelling sebesar Rp. 162.532.410,- dikarenakan berdasarkan voucher/bukti pengeluaran dan keterangan dari Pemohon Banding sebagian biaya travelling merupakan biaya perjalanan ke luar negeri dalam rangka kegiatan yang
Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena biaya perjalanan merupakan biaya yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto, karena biaya perjalanan termasuk sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan;
bahwa selain itu, biaya perjalanan tidak dapat diperhitungkan sebagai bagian dari harga perolehan aktiva tetap dan tidak dapat disusutkan sebagaimana diatur dalam pasal 11 ayat (1) UU Nomor 17 Tahun 2000 karena berdasarkan pasal tersebut, pengeluaran yang disusutkan adalah pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Maka seluruh biaya travelling sebesar Rp.162.532.410,00 seharusnya dapat dibebankan secara langsung dan tidak perlu melalui penyusutan;
Menurut Majelis : bahwa koreksi positip atas Biaya Travelling sebesar Rp. 162.532.410,- dikarenakan berdasarkan biaya travelling merupakan biaya perjalanan ke luar negeri dalam rangka kegiatan yang berhubungan dengan pembelian pesawat seperti pengurusan surat-surat, pemesanan pesawat, memantau, mengikuti perkembangan perakitan pesawat dan lain-lain maka Terbanding berpendapat biaya tersebut seharusnya dikapitalisasi dalam harga perolehan pesawat dan tidak dapat dibebankan sekaligus sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 17 Tahun 2000;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena biaya perjalanan merupakan biaya yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto, karena biaya perjalanan termasuk sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan;
bahwa Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (UU PPh) menyebutkan, “Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut”;
bahwa sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU PPh Nomor 17 Tahun 2000 (UU PPh) menyebutkan, “Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;
bahwa Majelis berpendapat, pengeluaran untuk pembelian yang dilakukan melalui penyusutan, yang dimaksud dalam ketentuan pasal 11 ayat 1 UU PPh adalah pengeluaran untuk memperoleh aktiva sejumlah harga jual aktiva tersebut saja. Biaya perjalanan/travelling walaupun merupakan kegiatan untuk mewujudkan pembelian aktiva tersebut, tidak termasuk sebagai komponen pengeluaran/biaya aktiva yang pembebanannya harus melalui penyusutan;
bahwa di dalam persidangan tanggal 18 Oktober 2010, Pemohon Banding menyatakan dalam invoice hanya tercantum harga pembelian pesawat (aktiva) demikian pula dalam kontrak jual beli tidak mencantumkan biaya perjalanan sebagai termasuk komponen harga jua pesawat (aktiva);
bahwa dengan demikian Majelis berpendapat biaya travelling dapat dibebankan sekaligus sesuai ketentuan pasal 6 ayat 1 huruf a UU PPh, sehingga Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Biaya Travelling sebesar Rp. 162.532.410,00 tidak dapat dipertahankan;
Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena biaya-biaya tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, yang terdiri dari pengeluaran kepada karyawan kantor untuk mengikuti seminar di Bandung yang dilengkapi dengan Surat Tugas sebesar Rp. 5.795.449,00 dan biaya tiket Dishub sebesar Rp. 2.520.620,00 yang melakukan inspeksi terhadap kelayakan pesawat Pemohon Banding;
Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya ini karena merupakan pengeluaran yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha, yang terdiri dari biaya perjalanan ke Bandung sebesar Rp. 5.795.449,- yang dilakukan oleh karyawan Pemohon Banding dan biaya tiket Dinas Perhubungan sebesar Rp. 2.520.620,00 yang tidak dilengkapi dengan Surat Tugas dari Dinas Perhubungan;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena biaya-biaya tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, yang terdiri dari pengeluaran kepada karyawan kantor untuk mengikuti seminar di Bandung yang dilengkapi dengan Surat Tugas sebesar Rp. 5.795.449,00 dan biaya tiket Dishub sebesar Rp. 2.520.620,00 yang melakukan inspeksi terhadap kelayakan pesawat Pemohon Banding;
bahwa Majelis berpendapat, pengeluaran untuk karyawan yang mengikuti seminar ke Bandung sebesar Rp. 5.795.449,00 yang dilengkapi dengan Surat Tugas dari kantor Pemohon Banding, penugasan tersebut dimaksudkan sebagai perjalanan dinas, sehingga pengeluaran tersebut berkaitan dengan kegiatan usaha dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Pemohon Banding;
bahwa Majelis berpendapat, pengeluaran untuk staf Dinas Perhubungan sebesar Rp.
2.520.620,00 yang melakukan inspeksi terhadap kelayakan pesawat Pemohon Banding dengan alasan keamanan dan keselamatan kerja, tidak dapat dibebankan sebagai biaya bagi Pemohon Banding karena staf Dinas Perhubungan itu melakukan pekerjaan yang merupakan tugas pokoknya sebagai pegawai negeri sipil yang perjalanan dinasnya sudah ditanggung oleh Negara;
bahwa oleh karena itu Majelis berkesimpulan atas koreksi Terbanding atas Biaya perjalanan staf kantor pusat sebesar Rp. 8.316.069,00 koreksi sebesar Rp.5.795.449,00 tidak dapat dipertahankan sedangkan koreksi sebesar Rp.2.520.620,00 tetap dipertahankan;
5. Koreksi Biaya Perjalanan Dalam Negeri sebesar Rp. 2.749.011,00
Menurut Terbanding : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya ini karena merupakan pengeluaran yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha, yang terdiri dari biaya perjalanan staf Departemen Perhubungan, dengan dasar Pasal 6 ayat 1 huruf a UU PPh;
Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena biaya tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, merupakan biaya perjalanan dinas pegawai Departemen Perhubungan yang dibebankan dalam pembukuan Pemohon Banding;
Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas biaya ini karena merupakan pengeluaran yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha, yang terdiri dari biaya perjalanan staf Departemen Perhubungan, dengan dasar Pasal 6 ayat 1 huruf a UU PPh;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju atas koreksi ini karena biaya tersebut berhubungan dengan kegiatan usaha Pemohon Banding, merupakan biaya perjalanan dinas pegawai Departemen Perhubungan yang dibebankan dalam pembukuan Pemohon Banding;
bahwa Majelis berpendapat, pengeluaran untuk staf Departemen Perhubungan ini, tidak dapat dibebankan sebagai biaya bagi Pemohon Banding karena staf Departemen Perhubungan itu melakukan pekerjaan yang merupakan tugas pokoknya sebagai pegawai negeri sipil, yang perjalanan dinasnya sudah ditanggung oleh Negara;
bahwa oleh karena itu Majelis berkesimpulan atas koreksi Terbanding atas Biaya perjalanan dalam negeri sebesar Rp.2.749.011 tetap dipertahankan;
Menimbang : bahwa oleh karena hasil pemeriksaan dalam persidangan terdapat selisih antara jumlah Penghasilan Neto yang dimohon dan jumlah Penghasilan Neto yang dikabulkan oleh Majelis, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon Banding;
Memperhatikan : Surat Banding, Surat Uraian Banding dan Surat Bantahan serta hasil pemeriksaan dan pembuktian dalam persidangan;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak;
2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000;
3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000;
Memutuskan : Mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding terhadap keputusan Terbanding Nomor: KEP-1239/WPJ.06/BD.06/2009 tanggal 2 Oktober 2009 mengenai keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Nihil Pajak Penghasilan Badan Nomor : 00001/506/05/073/08 tanggal 4 Agustus 2008 Tahun Pajak 2005.