• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62431/PP/M.IA/15/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62431/PP/M.IA/15/2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62431/PP/M.IA/15/2015

Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan

Tahun Pajak : 2008

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Koreksi atas Penghasilan Neto sebesar Rp 8.999.026.641,00, yang terdiri dari:

1. Koreksi Harga Pokok Penjualan Yang terdiri dari :

Rp 5.993.129.451,00 1.1. Persediaan Awal Bahan Baku Rp 5.056.327.271,00 1.2. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Rp 476.483.380,00 1.3. Biaya Lainnya : Bahan Penolong Rp 460.318.800,00 2. Koreksi Pengurang Penghasilan Bruto

Yang terdiri dari :

Rp 3.005.897.190,00 2.1. Biaya Pemasaran/Promosi : Biaya

Jamuan

Rp 70.568.750,00 2.2. Biaya Lainnya : Reparasi &

Pemeliharaan

Rp 2.935.328.440,00

1. Koreksi Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 5.993.129.451,00, yang terdiri dari :

Persediaan Awal Bahan Baku sebesar Rp 5.056.327.271,00

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan atas dokumen yang diberikan oleh Pemohon Banding untuk membuktikan perhitungan Persediaan Awal, Tim Peneliti hanya mendapatkan dokumen berupa Polis Asuransi dari PT YY Indonesia dengan nomor polis DFPAJK0101364108.

Pemohon Banding tidak dapat memberikan dokumen ataupun Laporan Keuangan/General Ledger atas pencatatan Persediaan dan membuktikan jumlah Persediaan Awal Barang sehingga Tim Peneliti tidak dapat mengakui Persediaan menurut Pemohon Banding dalam surat keberatannya. Berdasarkan Polis asuransi yang diberikanPemohon Banding tersebut maka Tim Peneliti sependapat dengan perhitungan Pemeriksa, sehingga koreksi Persediaan Awal Bahan Baku tetap dipertahankan;

Menurut Pemohon : bahwa Pasal 28 ayat (11) UU No. 28 Tahun 2007 pada dasarnya mengandungsubstansi bahwa buku, catatan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan wajib disimpan selama 10 (tahun). Bahwa Pemohon Banding menolak dikatakan tidak menyimpan atau sengaja tidak menyimpan buku, catatan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan wajib disimpan selama 10 (tahun) sebagaimana dimaksud dalamPasal 28 ayat (2) UU No.28 Tahun 2007, karena buku, catatan dan dokumen yangmenjadi dasar pembukuan telah turut musnah dalam musibah kebakaran gedung pabrikyang terjadi pada tanggal 13 Oktober 2013;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(2)

Menurut Majelis : bahwa menurut Terbanding, Persediaan Awal Bahan Baku per 1 Januari 2008 adalah sebesar Rp3.303.133.028,00 sedangkan menurut Pemohon Bandingadalah sebesar Rp8.359.460.299,00 sehingga oleh Terbanding dikoreksi sebesar Rp5.056.327.271,00 dengan perhitungan sebagai berikut:

Persediaan awal bahan baku cfm Pemohon Banding

Rp 8.359.460.299,00 Persediaan awal bahan baku cfm

Terbanding

Rp 3.303.133.028,00 Selisih/Koreksi Rp 5.056.327.271,00

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, penjelasan para pihak serta bukti-bukti yang diserahkan dalam persidangan, diuraikan sebagai berikut:

bahwa nilai persediaan awal bahan baku menurut Terbanding sebesar Rp3.303.133.028,00 didasarkan pada nilai tanggungan atas persediaan Barang Jadi dan Bahan Baku yang terdapat pada Polis Asuransi dari PT. YY Indonesia dengan Polis Nomor: DFPAJK0101364108, dengan perhitungan sebagai berikut:

- Nilai tanggungan asuransiRp 6.000.000.000,00 - Persediaan Barang Jadi Rp 2.696.866.972,00 Selisih merupakan nilai

Bahan Baku

Rp 3.303.133.028,00

bahwa menurut Pemohon Banding, nilai persediaan awal Bahan Baku sebesar Rp8.359.460.299,00 didasarkan pada nilai saldo persediaan Bahan Baku pertanggal 31 Desember 2007 yang terdapat dalam Laporan Keuangan yangdilampirkan dalam SPT PPh Badan Tahun 2007 yang telah dilaporkan oleh Pemohon Banding.

bahwa sampai dengan keputusan keberatan atas SKPKB PPh Badan Tahun 2008 diterbitkan oleh Terbanding dengan putusan Nomor: KEP-099/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 7 Februari 2014, Terbanding belum pernah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas PPh Badan Tahun 2007 yang SPT nya telah dilaporkan oleh Pemohon Banding;

bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam pasal 13 Ayat (4) Undang-undang Nomor: 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 (selanjutnya disebut UU KUP), dinyatakan:

“Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak tidak diterbitkan surat ketetapan pajak”;

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 13 Ayat (4) UU KUP tersebut, Majelis berpendapat apabila sampai dengan tanggal 31 Desember 2012 Terbanding tidak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas PPh Badan Tahun 2007, maka besarnya pajak penghasilan terutang tahun 2007 sebagaimana yang dilaporkan dalam SPT PPh Badan Tahun 2007 menjadi pasti demi hukum;

bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat nilai persediaan bahan baku pada akhir tahun 2007 sebesar Rp8.359.460.299,00 yang merupakan unsur/komponen yang digunakan dalam menghitung besarnya Harga Pokok Penjualan tahun 2007 (dan dilaporkan dalam SPT PPh Badan Tahun 2007) merupakan nilai persediaan bahan baku yang sudah pasti demi hukum;

bahwa atas nilai tanggungan persediaan Barang Jadi dan Bahan Baku sebesar Rp6.000.000.000,00 yang terdapat dalam polis asuransi, Majelis berpendapat nilai tersebut merupakan nilai tanggungan atau resiko yang harus ditanggung oleh Perusahaan Asuransi, berdasarkan kesepakatan antara Pemohon Banding dengan Perusahaan Asuransi, yang nilainya didasarkan pada hasil taksiran/penilaian dengan menggunakan standar ukuran dan metode tertentu, yang bebeda dengan standar pengukuran dan pengakuan persediaan yang ditetapkan dalam Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia;

bahwa berdasarkan uraian tersebut, Majelis berpendapat nilai tanggungan yang disepakati atas persediaan Barang Jadi dan Bahan Baku yang diasuransikan oleh Pemohon Banding tidak dapat digunakan untuk menetapkan nilai Barang Jadi dan Nilai Bahan Baku dalam menghitung besarnya Harga Pokok Barang Jadi yang dijual dan tidak dapat digunakan untuk menghitung pemakaian bahan baku;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Harga Pokok Penjualan yang berasal dari koreksi nilai persediaan awal

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(3)

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan atas dokumen yang diberikan Pemohon Banding, Terbanding tidak dapat mentrasir atas jumlah yang menjadi biaya Reparasi dan Pemeliharaan yang dibebankan oleh Pemohon Banding karena tidak adanya Pembukuan/General Ledger yang diberikan oleh Pemohon Banding (tidak dapat diketahui jumlah yang sesuai dengan bukti yang diberikan), sehingga koreksi Pemeriksa tetap dipertahankan.

Menurut Pemohon : bahwa untuk sparepart mesin yang nilainya diatas Rp 1.500.000,- pembebanannya sebagai biaya dilakukan melalui penyusutan sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU PPh, pembelian sparepart mesin yang nilainya dibawah Rp 1.300.000,- langsung dibebankan sebagai biaya.

Menurut Majelis Biaya Reparasi dan Pemeliharaan cfm Pemohon Banding

Rp 709.142.279,00 Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

cfm Terbanding

Rp 232.658.899,00

Koreksi Rp 476.483.380,00

bahwa koreksi Terbanding atas Biaya Reparasi dan Pemeliharaan sebesar Rp476.483.380,00 dikarenakan Pemohon Banding tidak dapat memberikan buktibukti secara lengkap, sehingga atas dokumen dan bukti yang diberikan oleh Pemohon Banding, Terbanding tidak dapat menelusuri pengeluaran tersebut, sehingga diperlakukan sebagai biaya yang tidak dapat dibebankan langsung dalam satu tahun buku, namun harus dibebankan melalui penyusutan;

bahwa menurut Pemohon Banding, dokumen dan bukti-bukti atas pengeluaran tersebut telah diserahkan kepada Terbanding pada saat pemeriksaan maupun proses keberatan namun tidak dipertimbangkan, dan biaya tersebut merupakan biaya pemakaian spare part mesin yang habis pakai dengan masa manfaat kurang dari satu tahun misalnya cutter blade, wire campler dan yang lainnya, sehingga harus dibebankan sebagai biaya pada tahun berjalan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian terhadap bukti-bukti yang diserahkan oleh Pemohon Banding dalam persidangan antara lain berupa General Ledger, bukti-bukti pembelian serta contoh spare part mesin yang masa manfaatnya kurang dari satu tahun, Majelis berpendapat biaya tersebut merupakan biya pemakaian spare part mesin yang habis pakai yang masa manfaatnya kurang dari satu tahun, sehingga dapat dibebankan sebagai biaya pada tahun berjalan;

bahwa berdasarkan memory penjelsan Pasal 29 Ayat (2) UU KUP, anatra lain dinyatakan:

“Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Harga Pokok penjualan yang berasal dari koreksi Biaya Reparasi dan Pemeliharaan sebesar Rp476.483.380,00 tidak didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, oleh karena itu harus dibatalkan.

Biaya Lainnya : Bahan Penolong sebesar Rp 460.318.800,00

Menurut Terbanding : bahwa Terbanding hanya mengakui Biaya Bahan Penolong sebesar yang tidak menggunakan Faktur Pajak Standar karena Pemeriksa telah memasukkan Biaya Bahan Penolong kedalam perhitungan Pemakaian Bahan (agar tidak terjadi 2 kali pembiayaan). Berdasarkan atas Rekapitulasi tersebut maka Terbanding mengabulkan sebagian Permohonan Keberatan Pemohon Banding atas Biaya Bahan Penolong menjadi sebesar Rp.36.341.500.-.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(4)

Menurut Pemohon : bahwa bukti pengeluaran untuk pembelian Bahan Penolong telah diserahkan kepada Terbanding oleh karenanya pemisahan bukti pembelian Bahan Penolong yang menggunakan Faktur Pajak dan yang tidak menggunakan Faktur Pajak Standar tidak bisa dijadikan alat/cara oleh Terbanding untuk melakukan koreksi.

Menurut Majelis : Biaya Reparasi dan

Pemeliharaan cfm Pemohon Banding

Rp 3.071.187.430,00

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan cfm Terbanding

Rp 135.858.990,00

Koreksi Rp 2.935.328.440,00

bahwa dalam proses pemeriksaan, Terbanding melakukan koreksi sebesar Rp496.660.300,00 (sebagai dasar penerbitan (SKPKB), namun dalam proses keberatan koreksi tersebut dikurangi oleh Terbanding (menyetujui sebagian permohonan keberatan Pemohon Banding) sebesar Rp36.341.500,00 sehingga yang menjadi sengketa sampai dengan banding ini adalah sebesar Rp460.318.800,00;

bahwa menurut Terbanding, koreksi sebesar Rp460.318.800,00 merupakan pembelian bahan penolong yang ada bukti Faktur Pajak nya, dan atas biaya pemakaian bahan penolong ini dikoreksi karena menurut Terbanding sudah dimasukkan sebagai biaya pemakaian bahan baku dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan (sebagaimana koreksi pada nomor 1) agar tidak dihitung dua kali/dobel;

bahwa menurut Pemohon Banding, biaya tersebut merupakan biaya pemakaian bahan penolong berupa timah solder yakni barang habis pakai, yang pencatatannya terpisah dari akun bahan baku dan menggunakan akun tersendiri, sehingga tidak termasuk/diperhitungkan dalam biaya pemakaian bahan baku pada perhitungan Harga Pokok Penjualan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian terhadap bukti-bukti yang diserahkan oleh Pemohon Banding dalam persidangan, antara lain berupa General ledger, bukti-bukti pemebelian serta contah barang berupa timah solder, Majelis berpendapat biaya pemakaian bahan penolong tersebut terpisah pencatatannya dengan pemakaian bahan baku, dan atas pemakaian bahan penolong tersebut tidak dimasukkan dalam perhitungan pemakaian bahan baku dalam Harga Pokok Penjualan;

bahwa berdasarkan penjelsan Pasal 29 Ayat (2) UU KUP, anatra lain dinyatakan:

“Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Harga Pokok Penjualan yang berasal dari koreksi biaya pemakaian bahan penolong sebesar Rp460.318.800,00 tidak didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan, oleh karena itu harus dibatalkan;

bahwa berdasarkan uraian pada butir 1) sd 3) tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Harga Pokok Penjualan sebesar Rp5.993.129.451,00 dibatalkan seluruhnya.

2. Koreksi Pengurang Penghasilan Bruto sebesar Rp 3.005.897.190,00, yang terdiri dari :

Biaya Pemasaran/Promosi : Biaya Jamuan sebesar Rp 70.568.750,00

(5)

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan dokumen yang diberikan Pemohon Banding kepada Terbanding yaitu berupa catatan daftar nominatif tetapi tidak disertai dengandokumen pendukung yang membuktikan kebenaran catatan tersebut, serta tidak dapat diketahui bahwa pengeluaran jamuan tersebut benar dikeluarkan untuk kegiatan Perusahaan, sehingga koreksi yang dilakukan oleh Pemeriksa tetap dipertahankan.

Menurut Pemohon : bahwa sebagaimana yang semula telah dinyatakan dalam surat Pemohon Banding, maka Pemohon Banding tetap meminta agar Biaya Jamuan sebesar Rp70.568.750,00 dapat dikurangkan dari Penghasilan Bruto tahun 2008.

Menurut Majelis : Biaya Jamuan cfm Pemohon Banding

Rp 70.568.750,00 Biaya Jamuan cfm Terbanding Rp 0,00

Koreksi Rp 70.568.750,00

bahwa menurut Terbanding, koreksi Biaya Jamuan sebesar Rp70.568.750,00 dikarenakan Pemohon Banding tidak dapat menyerahkan bukti-bukti pendukung dan Terbanding tidak mengetahui apakah biaya tersebut terkait dengan kegiatan usaha;

bahwa menurut Pemohon Banding, biaya tersebut terkait dengan kegiatan usaha dan dalam SPT PPh Badan telah melampirkan daftar nominatif sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor: SE-27/PJ.22/1986 tanggal 14 Juni 1986 tentang Biaya Entertainment dan sejenisnya (Seri PPh Umum 18);

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dan penilaian terhadap bukti-bukti yang diserahkan oleh Pemohon Banding dalam persidangan, antara lain berupa General ledger, bukti-bukti pengeluaran biaya serta daftar nominatif yang dilampirkan dalam SPT PPh Badan, Majelis berpendapat bahwa biaya tersebut dapat dibiayakan sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE- 27/PJ.22/1986 tanggal 14 Juni 1986;

bahwa berdasarkan penjelsan Pasal 29 Ayat (2) UU KUP, antara lain dinyatakan:

“Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan”;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Biaya Usaha yang berasal dari koreksi Biaya Jamuan sebesar Rp70.568.750,00 tidak didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, oleh karena itu harus dibatalkan.

Biaya Lainnya : Reparasi & Pemeliharaan sebesar Rp 2.935.328.440,00

Menurut Terbanding : bahwa berdasarkan atas hasil penelitian dokumen yang diberikan Pemohon Banding dan keterangan wawancara dan alasan surat keberatan Pemohon Banding diketahui bahwa biaya Reparasi dan Pemeliharaan adalah biaya yang menurut wajib pajak dikeluarkan untuk biaya perbaikan dan renovasi gedung yang ditempati oieh oleh Pemohon Banding dengan cara Menyewa. Membaca hasil perjanjian/kontrak antara Pemohon Banding dan Pemborong, diketahui Biaya tersebut memang dikeluarkan untuk memperbaiki /renovasi gedung, dan melihat dari nilai (perbandingan antara Nilai Sewa dan Nilai Perbaikan ) dan manfaat yang didapat oleh Pemohon Banding, Terbanding sependapat dengan Pemeriksa yang menyatakan bahwa atas Biaya Reparasi dan Pemeliharaan tidak seharusnya dibebankan sekaligus melainkan di lakukan melalui Penyusutan karena memberikan masa manfaat yang lebih dari 1 tahun (sesuai dengan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 11 UU Pajak Penghasilan;

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(6)

Menurut Pemohon : bahwa alasan Terbanding yang melihat nilai (perbandingan antara Nilai Sewa dan nilai Perbaikan) maka biaya Pemeliharaan tidak seharusnya dibebankan sekaligus melainkan dilakukan melalui Penyusutan, menurut Pemohon Banding merupakan pendapat yang subjektif dan tidak mempunyai dasar hukum yang kuat, apalagi setelah biaya perbaikan tersebut hanyalah sekitar 2% dari jumlah peredaran bruto;

(7)

Menurut Majelis : Biaya Reparasi dan Pemeliharaan cfm Pemohon Banding

Rp 3.071.187.430,00

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan cfm Terbanding

Rp 135.858.990,00

Koreksi Rp 2.935.328.440,00

bahwa menurut Terbanding, koreksi Biaya Reparasi dan Pemeliharaan sebesar Rp2.935.328.440,00 tidak dapat dibebankan dalam satu tahun buku karena tidak wajar jika dibandingkan dengan biaya sewa gedung yang hanya sebesar Rp300.000.000,00 per tahun;

bahwa Terbanding menyatakan bahwa berdasarkan kontrak gedung antara Pemohon Banding dengan Pemilik Gedung memang hanya 1 tahun, namun Terbanding mendapatkan fakta bahwa sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 Pemohon Banding masih menyewa dan menempati gedung yang sama,sehingga biaya tersebut Terbanding koreksi, dan dapat dibiayakan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud Pasal 9 Ayat (2) UU PPh;

bahwa menurut Pemohon Banding, kegiatan renovasi gedung yang disewa tersebut dalam rangka meningkatan penjualan, dan kontrak kontrak sewa gedung disepakati dengan pemiliknya hanya dibuat perpanjangan per tahun oleh karena itu biaya renovasi yang terjadi pada tahun 2008 dibiayakan pada tahun yang bersangkutan;

bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap berkas sengketa, penjelasan para pihak serta bukti-bukti yang diserahkan dalam persidangan, diuraikan sebagai berikut:

bahwa berdasarkan Pasal II Perjanjian Sewa Menyewa Pabrik Tanggal 1 Agustus 2008 antara Pemohon Banding dengan PT. Naga Pacific sebagai pemilik gedung pabrik, antara lain dinyatakan:

(1) Jangka waktu sewa adalah untuk masa 1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal 01 Agustus 2008 sampai dengan tanggal -1 Agustus 2009;

(2) Pemilik dibebaskan oleh Penyewa daru pertanggungjawaban yang berupa apapun sehubungan dengan keterlambatan Penyewa menempaui pbrik;

(3) Sekurang-kurangnya 3 bulan tanggal berakhirnya Perjanjian ini, Penyewa wajib memberikan pernyataan tertulis kepada dan diterima oleh Pemilik secara sah mengenai kehendak Penyewa untuk memperpanjang atau mengakhiri perjanjian ini;

(4) Jika setelah 30 hari menjelang tanggal berakhirnya perjanjian ini, pihak Pemilik belum/tidak juga menerima pemberitahuan tertulis dari Penyewa untuk memperpanjang Jangka Waktu Sewa, maka perjanjian berakhir dengan sendirinya;

bahwa berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor: 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan undang- undang Nomor: 17 Tahun 2000 (selanjutnya disebut UU PPh), antara lain dinyatakan:

Pasal 9 Ayat (2):

“Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11 A ";

Pasal 11:

(1) Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian, pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan .dalam bagianbagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut.

(2) Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selain bangunan, dapat juga dilakukan dalam bagian- bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.

Pasal 11 A Ayat (1):

“Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dilakukan dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat diamortisasi sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas “;

bahwa berdasarkan Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Pabrik antara Pemohon Banding dengan PT. Naga Pacific sebagai pemilik gedung pabrik, dipastikan bahwa jangka waktu sewa adalah satu tahun, sedangkan untuk perpajangannya sangat tergantung kesepakatan ke dua belah pihak sehingga tidak terdapat kepastian apakah pada akhir masa perjanjian akan diperpanjang atau tidak;

bahwa berdasarkan perjanjian tersebut, maka pengeluaran untuk pembiayaan reparasi dan pemeliharaan selama tahun 2008 meliputi bagian kontrak tanggal 1 Agustus 2007 sampai dengan 1 Agustus 2008 dan bagian kontrak 1 Agustus 2008 sampai dengan 1 Agustus 2009;

bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, terhadap pengeluaran sebesar Rp2.935.328.440,00 Majelis berpendapat sebagai berikut:

- bahwa mengingat gedung pabrik tersebut bukan milik atau asset Pemohon Banding maka pengeluaran tersebut tidak dapat dibebankan melalui biaya penyusutan sebagaimana ketentuan diatur dalam Pasal 11 UU PPh;

- bahwa terkait dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Sewa Menyewa Gedung Pabrik. pengeluaran tersebut dilihat dari sifatnya bukan merupakan pengeluaran untuk memperoleh harta tidak berwujud antara lain berupa hak pakai yang mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, oleh karena itu tidak dapat dibebankan sebagai biaya melalui amortisasi sebagaimana ketentuan yang diatur dalam Pasal 11 A UU PPh;

bahwa berdasarkan penjelsan Pasal 29 Ayat (2) UU KUP, antara lain dinyatakan:

“Pendapat dan simpulan petugas pemeriksa harus didasarkan pada bukti yang kuat dan berkaitan serta berlandaskan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”;

bahwa berdasarkan uraian dan pertimbangan tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Biaya Reparasi dan Pemeliharaan sebesar Rp2.935.328.440,00 tidak didasarkan pada perturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, sehingga tidak tepat dan harus dibatalkan;

bahwa berdasarkan uraian pada angka 1) dan 2) tersebut, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding atas Biaya Usaha sebesar Rp3.005.897.190,00 dibatalkan seluruhnya.

Dokumen ini diketik ulang dan diperuntukan secara eksklusif untuk www.ortax.org dan TaxBase, 2021

(8)

Menimbang : bahwa atas hasil pemeriksaan, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 80 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak untuk mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2010 menjadi sebagai berikut :

Penghasilan Neto cfm Keputusan Terbanding

Rp 15.160.950.300,00 Koreksi yang tidak dapat

dipertahankan

Rp 8.999.026.641,00 Penghasilan Neto cfm Majelis Rp 6.161.923.659,00

Memperhatikan : Surat Permohonan Banding, Surat Uraian banding Terbanding, Surat Bantahan Pemohon, pemeriksaan dan pembuktian di dalam persidangan serta kesimpulan tersebut di atas.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,

2. Ketentuan perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan perkara ini.

Memutuskan : Menyatakan Mengabulkan seluruhnya Banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-099/WPJ.22/BD.06/2014 tanggal 7 Februari 2014, tentang keberatan atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor : 00001/206/08/431/12 tanggal 22 November 2012 Tahun Pajak 2008, sehingga perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2008 menjadi sebagai berikut : Penghasilan Neto (Rugi) Rp 6.161.923.659,00

Kompensasi Kerugian Rp 0,00 Penghasilan Kena Pajak Rp 6.161.923.659,00 Pajak Penghasilan terutang Rp 1.831.077.098,00

Kredit Pajak Rp 847.789.400,00

Pajak Penghasilan Kurang/(lebih) Bayar

Rp 983.287.698,00 Sanksi Administrasi :

- Bunga Pasal 13 ayat (2) Undang-undang KUP

Rp 471.978.095,00 - Kenaikan Pasal 13 ayat (3)

Undang-undang KUP

Rp 0,00 Jumlah PPh yang masih

harus/(lebih) dibayar

Rp 1.455.265.793,00

Demikian diputus di Jakarta berdasarkan Musyawarah setelah pemeriksaan dalam persidangan dicukupkan pada hari Senin tanggal 4 Mei 2015, oleh Hakim Majelis I Pengadilan Pajak yang ditunjuk dengan Surat Penetapan Ketua Pengadilan Pajak Nomor : Pen.00998/PP/PM/IX/2014 tanggal 29 September 2014 dan telah diubah dengan Keputusan Ketua Pengadilan Pajak Nomor: KEP-001/PP/2015 tanggal 14 Januari 2015, dengan susunan Majelis dan Panitera Pengganti sebagai berikut:

ABC sebagai Hakim Ketua,

BCD sebagai Hakim Anggota,

CDE sebagai Hakim Anggota,

DEF sebagai Panitera Pengganti,

dan diucapkan oleh Hakim Ketua dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Senin tanggal 29 Juni 2015 dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota dan Panitera Pengganti, tanpa dihadiri baik oleh Terbanding maupun oleh Pemohon Banding.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam surat uraian bandingnya, Terbanding dengan tegas menyatakan bahwa: :Atas dasar tersebut terbanding menghitung penyusutan Ayam Produktif dengan dasar hukum Pasal 11

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, meneliti dan mempelajari lebih lanjut atas Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.36702/PP/M.I/16/2012 tanggal

Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan pendapat Terbanding yang mempertahankan koreksi Pemeriksa atas koreksi Biaya Plane Fuel sebesar

Bahwa setelah Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) membaca, memeriksa dan meneliti Putusan Pengadilan Pajak Nomor Put.34005/PP/M.XIII/15/2011 tanggal 4 Oktober 2011,

bahwa berdasar hasil pemeriksaan dan pembuktian tersebut Majelis berkesimpulan tidak terdapat penjelasan dan bukti yang cukup mengenai koreksi Penghasilan Dari Luar Usaha berupa

bahwa latar belakang atau dasar pemikiran koreksi yang dilakukan oleh Terbanding adalah berdasarkan pemeriksaan tahun sebelumnya (tahun pajak 2010), di mana terdapat koreksi atas

Menurut Pemohon Banding : bahwa Pemohon Banding mengajukan banding atas koreksi Pajak Masukan sebesar Rp.24.896.961,00 dengan alasan Pajak Masukan yang telah Pemohon Banding

Bahwa pokok sengketa banding adalah koreksi Pemohon Peninjauan Kembali (semula Terbanding) atas Pajak Masukan sebesar Rp171.497.554,00 yang digunakan untuk menghasilkan Tandan