8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teory Agency
Persektif teori agensi merupakan dasar yang digunakan memahami isu corporate governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkan hubungan yang asimetri antara pemilik dan pengelola, untuk menghindari terjadi hubungan yang asimetri tersebut dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep Good Corporate Governance yang bertujuan untuk menjadikan perusahaan menjadi lebih sehat. Penerapan corporate governance berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara manajemen dengan pemilik, manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak.
Dengan hal ini terdapat dua kepentingan yang berbeda di dalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga muncullah informasi asimetri antara manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai kinerja ekonomi perusahaan (Sefiana, 2016).
Salah satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan
cenderung untuk mengejar tujuan pribadi, hal ini dapat mengakibatkan kecenderungan manajer untuk memfokuskan pada proyek dan investasi perusahaan yang menghasilkan laba yang tinggi dalam jangka pendek daripada memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham melalui investasi di proyek- proyek yang menguntungkan jangka panjang.
2.1.2 Struktur Modal
Teori struktur modal bertujuan memberikan landasan berpikir untuk mengetahui struktur modal yang optimal. Suatu struktur modal dikatakan optimal apabila dengan tingkat risiko tertentu dapat memberikan nilai perusahaan yang maksimal. Tujuan utama perusahaan meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan pemilik atau pemegang saham.
Sumber pendanaan di dalam perusahaan dibagi menjadi dua kategori, yaitu sumber pendanaan internal dan sumber pendanaan eksternal. Sumber pendanaan internal dapat diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi aktiva tetap sedangkan sumber pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para kreditur yang disebut dengan hutang.
Struktur modal perusahaan merupakan salah satu faktor fundamental dalam operasi perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan ditentukan oleh kebijakan pembelanjaan dari manajer keuangan yang senantiasa dihadapkan pada pertimbangan baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. (Utami Laksita, 2013).
Menurut Irham Fahmi (2015) menyatakan bahwa struktur modal adalah sebagai berikut: “Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang
jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’ equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan”. Menurut Abdul Halim (2015) struktur modal adalah sebagai berikut: “Struktur modal merupakan perbandingan antara total hutang (modal asing) dengan total modal sendiri/ekuitas)”.
Perusahaan akan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan struktur modal, seperti menurut Agus Sartono (2012) yaitu sebagai berikut:
1. “Tingkat penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil. Sebagai contoh perusahaan yang bergerak di bidang agribisnis, di mana harga produknya sangat berfluktuasi, maka aliran kasnya tidak stabil. Oleh sebab itu sebaiknya tidak dibiayai dengan utang dalam jumlah yang besar.
2. Struktur aset
Perusahaan yang memeiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil. Kemudian besarnya aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau kolateral utang perusahaan. Memang penggunaan utang dalam jumlah besar akan mengakibatkan financial risk
meningkat, sementara aset tetap dalam jumlah besar tentu akan memperbesar business risk dan pada akhirnya berarti total risk juga meningkat.
3. Tingkat pertumbuhan perusahaan
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi.
Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R & D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh.
4. Profitabilitas
Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa manajer lebih senang menggunakan pebiayaan dari pertama, laba ditahan, kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teorisme sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian, saham preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa serta laba ditahan.
Pertimbangan lain adalah bahwa direct cost untuk pembiayaan eksternal lebih tinggi dibanding dengan pembiayaan internal. Selanjutnya penjualan saham baru justru merupakan signal negatif karena pasar mengintrespestasikan
perusahaan dalam keadaan kesulitan likuiditas. Penjualan saham baru tidak jarang mengakibatkan terjadinya delusi dan pemegang saham akan mempertanyakan kemana laba yang diperoleh selama ini. Hal ini juga tidak terlepas adanya informasi yang tidak simetris atau asymmetric information antara manajemen dengan pasar. Manajemen jelas memiliki informasi yang lebih tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan pasar. Dengan demikian jika tidak ada alasan yang kuat seperti untuk deversifikasi misalnya, maka penjualan saham baru justru akan mengakibatkan harga saham turun.
5. Variabel laba dan perlindungan pajak
Variabel ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas penjulan. Jika variabilitas atau volatilitas laba perusahaan kecil maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk menanggung beban tetap dari utang. Ada kecenderungan bahwa penggunaan utang akan memberikan manfaat berupa perlindungan pajak.
6. Skala perusahaan
Perusahaan besar yang sudah well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. Bukti empirik menyatakan bahwa skala perusahaan berhubungan positif dengan rasio antara utang dengan nilai buku ekuitas dan debt to book value of equity ratio.
7. Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro
Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara umum kondisi yang paling tepat untuk menjual obligasi atau saham adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish. Tidak jarang perusahaan harus memberikan signal-signal dalam rangka memperkecil informasi yang tidak simetris agar pasar dapat menghargai perusahaan secara wajar. Sebagai contoh perusahaan membayar dividen sebagai upaya untuk meyakinkan pasar tentang prospek perusahaan, dan kemudian menjual obligasi. Strategi itu diharapkan dapat meyakinkan investor bahwa prospek perusahaan baik. Alternatif lain adalah perusahaan segera mengumumkan setiap keberhasilan dalam hal research and development dan secara konsisten serta kontinyu memberikan informasi yang relevan ke pasar”.
2.1.3 Struktur Aktiva
Struktur Aset perusahaan memainkan peranan penting dalam menentukan pembiayaan perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset tetap jangka panjang yang tinggi, dikarenakan permintaan akan produk mereka tinggi. Hal tersebut akan mengakibatkan penggunaan utang jangka panjang. Perusahaan yang sebagian aktivanya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kestabilan tingkat profitabilitas, tidak terlalu tergantung pada pembiayaan jangka pendek. Adapun definisi struktur aset menurut beberapa ahli diantaranya adalah sebagai berikut :
Menurut Bambang Riyanto (2015) adalah : “Struktur Aktiva atau struktur kekayaan adalah perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut
maupun dalam artian relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap, yang dimaksud dengan artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal, sedangkan yang dimaksud dengan relatif adalah perbandingan dalam bentuk persentase”.
Menurut Lukman Samsuddin (2013) bahwa : “Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun aktiva tetap”.
Menurut Subramanyam dan Wild (2012) mengartikan aktiva sebagai aset, aset merupakan : “Sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan laba”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk digunakan dalam operasionalnya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva ini akan membentuk struktur aktiva. Strukrur aktiva juga disebut struktur aset atau struktur kekayaan pada perusahaan yang akan tampak dalam sisi sebelah kiri neraca.
2.1.4 Profitabilitas
Menurut Hanafi dan Abdul Halim (2012), menjelaskan profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu”.
Menurut Kasmir (2013) profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Pada dasarnya penggunaan rasio ini yakni menunjukkan tingkat efisiensi suatu perusahaan”.
Menurut Hery (2016) profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal bisnisnya”.
Menurut Irham Fahmi (2015) profitabilitas adalah sebagai berikut:
“Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi”.
Menurut Harahap (2015) menjelaskan profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasio Rentabilitas atau juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah cabang, jumlah cabang, dan sebagainya”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan yang
dihasilkan dari penjualan dan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Perhitungan rasio profitabilitas memberikan banyak manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan di perusahaan. Berikut ini beberapa tujuan dan manfaat menggunakan rasio profitabilitas menurut Kasmir (2013), diantaranya adalah sebagai berikut:
1) “Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri
6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri dan tujuan lainnya.
Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah:
a) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
b) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang c) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
d) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
e) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri dan manfaat lainnya”.
Selain itu, tujuan dan manfaat rasio profitabilitas secara keseluruhan menurut Hery (2016) yaitu:
1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.
4) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total ekuitas.
5) Untuk mengukur marjin laba kotor atas penjualan bersih.
6) Untuk mengukur marjin laba operasional atas penjualan bersih.
7) Untuk mengukur marjin laba bersih atas penjualan bersih”.
2.1.5 Pertumbuhan Penjualan
Definisi Growthmenurut Fahmi (2014) adalah sebagai berikut: “Rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio pertumbuhan ini dilihat dari berbagai segi sales (penjualan), earning after tax (EAT), laba per lembar saham, dividen perlembar saham, dan harga pasar perlembar saham.”
Menurut Kasmir (2012) pertumbuhan penjualan adalah sebagai berikut:
“Rasio pertumbuhan (Growth Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.”
Definisi Growth menurut Sofyan (2013) adalah sebagai berikut:“Rasio pertumbuhan menggambarkan persentase pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Rasio ini terdiri atas kenaikan penjualan, kenaikan laba bersih, earning per share, dan kenaikan deviden per share.”
Berdasarkan beberapa definisi diatas sampai pada pemahaman penulis bahwa rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dari tahun ke tahun.
Menurut Kasmir (2012) rasio pertumbuhan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Pertumbuhan penjualan.
Pertumbuhan penjualan menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan penjualannya dibandingkan dengan total penjualan secara keseluruhan.
2) Pertumbuhan laba bersih.
Pertumbuhan laba bersih menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh keuntungan bersih dibandingkan dengan total keuntungan secara keseluruhan
3) Pertumbuhan pendapatan per saham.
Pertumbuhan pendapatan per saham menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh pendapatan atau laba per lembar saham dibandingkan dengan total laba per saham secara keseluruhan.
4) Pertumbuhan dividen per saham.
Pertumbuhan dividen per saham menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya untuk memperoleh dividen saham dibandingkan dengan total dividen per saham secara keseluruhan.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka menyusun skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengarahkan penelitian ini. Adapun penelitian sebelumnya dapat lihat pada Tabel :
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu No Penulis dan Tahun
Penelitian
Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Gilda Maulina (2018) Pengaruh
Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Struktur Modal (Studi Pada
Perusahaan Finance Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014- 2016)
Y = Struktur Modal
= Ukuran Perusahaan
=
Penghemaan Pajak
= Struktur Aktiva
= Operating Leverage
= Tingkat Pertumbuhan
= Ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016
=
Penghematan pajak tidak berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016
=
Profitabilitas tidak
berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016
= Struktur aktiva
berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016
= Operating leverage tidak berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016
= Tingkat pertumbuhan
tidak
berpengaruh secara parsial terhadap struktur modal pada perusahaan Finance yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014- 2016
2 Michael Adi Guna(2018)
Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur
Modal (Studi Kasus Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang
Terdaftar Di Bei Periode 2012 – 2016)
Y = Struktur Modal
= Struktur Aktiva
= Ukuran Perusahaan
=
Profitabilitas
= Likuiditas
=
Pertumbuhan Penjualan
= Struktur aktiva tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal
= Ukuran perusahaan tidak
berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
=
Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap struktur modal
= Likuiditas memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap struktur modal
=
Pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan 3 Siti Ruhana
Dara(2018)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Struktur
Modal Pada Perusahaan Subsektor Property Dan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Y = Struktur Modal
= Ukuran Perusahaan
=
Profitabilitas
= Struktur Aktiva
= Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
=
Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal
= Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap strukur modal 4 Anggelita Prichilia
Tijow (2018)
Pengaruh Struktur Aktiva Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada
Y = Struktur Modal
= Struktur Aktiva
=
Profitabilitas
= Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal
Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
perusahaan
=
Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan
2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran merupakan konsep untuk menjelaskan antara variabel-variabel yang akan diteliti. Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah meneliti Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal.
Variabel-variabel independent dalam penelitian ini adalah Struktur AktivaStruktur Aktiva (X1), Profitabilitas (X2), Pertumbuhan Penjualan (X3),sedangkan Struktur Modal merupakan variabel dependen (Y).Adapun kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Struktur Modal (Y) Profitabilitas (X2)
Struktur Aktiva (X1)
Pertumbuhan Penjualan (X3)
2.4 Perumusan Hipotesis
Hipotesis dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai hubungan antar variabel yang akan diuji kebenarannya. Menurut Darmawan (2013) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah.
Menurut beberapa pendapat para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa hipotesis merupakan dugaan sementara mengenai jawaban dari sebuah masalah yang sedang di teliti dan dibahas. Dugaan ini bisa diterima atau di tolak tergantung dari hasil penelitian.
Hipotesisi dapat dikatakan sebagai pendugaan sementara mengenai hubungan antar variabel yang akan diuji kebenarannya. Karena sifatnya dugaan, maka hendaknya mengandung implikasi yang lebih jelas terhadap pengujian hubungan yang akan dinyatakan. berdasarkan kerangka pemikiran dan hasil penelitian terdahulu, maka penulis berasumsi mengambil keputusan sementara (hipotesis) bahwa sebagai berikut :
2.4.1 Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal
Struktur aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan (Wahyuni, 2017)
Aktiva berwujud yang semakin besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi, sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan meningkatkan hutang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan hutang. Perusahaan
dengan struktur aktiva yang tinggi dapat memanfaatkan aset tetapnya sebagai jaminan untuk memperoleh akses berutang yang lebih baik.
Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggelita Prichilia Tijow (2018) yang mengatakan bahwa Struktur Aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap Struktur Modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
= Struktur Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur Modal.
2.4.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Profit yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dialokasikan ke dalam bentuk laba ditahan ataupun ekspansi usah(Kasmir, 2016).
Perusahaan dengan tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi ternyata menggunakan utang dalam jumlah yang relatif sedikit, tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan-perusahaan tersebut melakukan sebagian besar pendanaannya melalui dana yang dihasilkan secara internal.
Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Ruhana Dara (2018) yang mengatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Struktur Modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
= Profitabilitas berpengaruh positif terhadap Struktur Modal
2.4.3 Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal
Pertumbuhan penjualan ialah perbedaan dari total penjualan dalam kurung waktu satu tahun ke tahun berikutnya (Suastini, Purbawangsa, & Rahyuda, 2016).
Keputusan yang mutlak dibuat oleh manajemen dalam menentapkan sumber pendanaan yang dipergunakan guna membiayai kegiatan perusahaan. Perusahaan biasanya akan cenderung memakai pendanaan eksternal dengan menentukan berapa jumlah hutang yang akan dipakai. Perusahaan akan berhenti menggunakan pendanaan eksternal jika pendanaan eksternal tersebut telah mencapai target yang ditetapkan manajemen.
Pernyataan diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Michael Adi Guna (2018) yang mengatakan bahwa Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap Struktur Modal. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis perumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
= Pertumbuhan Penjualan berpengaruh negatif terhadap Struktur Modal