• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

68 BAB III

METODE PENELITIAN

1.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menurut Umar (2007) adalah suatu rencana kerja yang terstruktur dan komprehensif mengenai hubungan-hubungan antar variabel-variabel yang disusun sedemikian rupa agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan riset. Penelitian ini bersifat hubungan causal explanatory dalam bentuk survey yang bertujuan untuk mengetahui pola hubungan causal antara variabel kepemimpinan, komunikasi dan kinerja karyawan. Rancangan penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah yang akan diikuti oleh peneliti untuk melakukan penelitiannya. Rancangan penelitian harus dibuat secara sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul-betul mudah diikuti (Sugiyono:

2008).

Penelitian causal explanatory ini dapat dikatakan sebagai penelitian pengujian hipotesa yang menguji hubungan antara variable yang diteliti mengenai sebab akibatnya. Metode penjelasan ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dalam uraian untuk menghasilkan konstruk atas suatu fenomena yang didasari atas model-model hubungan yang diturunkan dari model teoritik. Untuk mengetahui hubungan antara beberapa variable bebas terhadap variable terikat maka

(2)

69 setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis harus dilanjutkan dengan pengujian model hubungan.

1.2 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian.

Desain penelitian bertujuan untuk memberi pegangan yang jelas dan terstruktur kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya.Menurut Fachruddin (2009, hlm. 213) desain penelitian adalah:

Kerangka atau perincian prosedur kerja yang akan dilakukan pada waktu meneliti, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam melaksanakan penetian tersebut, serta memberikan gambaran jika peneletian itu telah jadi atau selesai penelitian tersebut diberlakukan.

Nasution (2009: 23) juga menyatakan bahwa “desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian.” Beliau mengemukakan kegunaan dari desain penelitian, yaitu:

1) Desain memberi pegangan yang lebih jelas kepada peneliti dalam melakukan penelitiannya; 2) Desain itu juga menentukan batas-batas penelitian yang bertalian dengan tujuan penelitian; 3) Desain penelitian selain memberi gambaran yang jelas tentang macam-macam kesulitan yang akan dihadapai yang mungkin juga telah dihadapi oleh peneliti lain.

(3)

70 Untuk menggambarkan secara keseluruhan alur penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian. Adapun tahapan- tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Bandung Suci khususnya mengenai kompetensi personal karyawan, kompetensi sosial karyawan, dan loyalitas peserta program bukan penerima upah.

2. Mengumpulkan data-data mengenai kompetensi personal karyawan, kompetensi sosial karyawan, dan loyalitas peserta program bukan penerima upah BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Bandung Suci.

3. Melakukan studi literature referensi teori-teori mengenai kompetensi personal, kompetensi sosial karyawan, dan loyalitas peserta.

4. Membuat hipotesis yang didasarkan pada teori yang dikembangkan.

5. Mengidentifikasi, memberi nama variable, dan membuat definisi operasional dari masing-masing variabel

6. Menyusun desain penelitian dan melakukan analisis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh serta menguji kebenaran hipotesis, baik secara manual maupun menggunakan komputer.

7. Membuat kesimpulan terhadap hasil uji hipotesis

(4)

71 8. Menyusun laporan hasil penelitian

Oleh karena itu, penulis membuat model rancangan penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.1 Model Rancangan Penelitian

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kantor BPJS Ketenagakerjaan Cabang Bandung Suci yang beralamat di Jalan P.H.H Mustofa No 39 Kelurahan Neglasari, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung 40124. Penelitian dilakukan pada tahun 2017, pemilihan BPJS Ketenagakerjaan Bandung Suci dilandasi karena terdapat permasalahan terkait loyalitas peserta program bukan penerima upah dimana banyak peserta yang tidak melakukan pembayaran iuran secara berkala. Peserta cenderung hanya melakukan satu kali pembayaran diawal saja. Berdasarkan hasil kepuasan peserta juga menampilkan terdapat kenaikan jumlah keluhan peserta atas layanan yang dilakukan oleh Karyawan BPJS Ketenagakerjaan Bandung Suci.

X1

X2

Y

(5)

72 3.4 Variabel Penelitian

Sesuai dengan judul, maka peneliti menentukan variabel:

a. Variabel bebas (independent variabel), merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2013:64) Variabel independen dalam penelitian ini dinyatakan dengan X yaitu kompetensi teknis dan kompetensi sosial karyawan.

b. Variabel terikat (dependent variabel), adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013:64). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah loyalitas peserta bukan penerima upah yang dinyatakan dengan Y.

3.5 Definisi Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan diukur dengan indikator- indikatornya harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum menyusun kuisioner. Untuk lebih jelasnya, variabel dan skala pengukurannya akan dibahas dalam Tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

Variabe l

Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Skala penguk

uran

Nomor Pernyat aan Kompet

ensi

Kemampu an yang

Sadar akan diri

Sadar akan

diri sendiri Ordinal 1 – 2

(6)

73 Variabe

l

Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Skala penguk

uran

Nomor Pernyat aan Personal

(X1)

menentuka n

bagaimana seseorang mengatur dirinya sendiri.

(Goleman (2002:138 )

sendiri (Self awarenes s)

secara emosional Mengetahui kekuatan dan

keterbatasan seseorang.

Ordinal 3 – 4

Kepercayaan

diri Ordinal 5 – 6

Pengatura n diri sendiri (Self Managem ent)

Mampu menahan dan mengatur emosi yang sifatnya negatif.

Ordinal 7 – 8

Mampu menunjukka n kejujuran dan

integritas;

kepercayaan .

Ordinal 9 – 10

Beradaptasi terhadap perubahan situasi atau mengatasi masalah.

Ordinal 11 – 12

Dorongan untuk meningkatka n kinerja guna memenuhi standar mutu kerja.

Ordinal 13 – 14

(7)

74 Variabe

l

Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Skala penguk

uran

Nomor Pernyat aan Melihat

berbagai kejadian dengan penuh semangat.

15 – 16

Kompet ensi Sosial (X2)

Kemampu an- kemampua n yang menentuka n

bagaimana seseorang mengatur hubungan dengan orang lain (Goleman (2002:138 )

Kesadara n Sosial (Sosial Awarenes s)

Empati Ordinal 17 – 18 Mampu

membaca arus, jaringan keputusan, dan politik pada tingkatan organisasi.

Ordinal 19 – 20

Mampu mengatur kembali dan menemui bawahan, klien, atau kebutuhan konsumen.

Ordinal 21 – 22

Manajem en Hubunga n (Relation ship Managem ent)

Mampu mengarahka

n dan

memotivasi dengan visi yang jelas.

Ordinal 23 – 24

Mampu menyusun taktik untuk mempengaru hi.

Ordinal 25 – 26

(8)

75 Variabe

l

Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Skala penguk

uran

Nomor Pernyat aan Mampu

memantau kemampuan seseorang melalui feedback dan

pengarahan.

Ordinal 27 – 28

Mampu berinisiatif, mengatur, dan memimpin menuju arah yang baru.

Ordinal 29 – 30

Team work dan

kolaborasi

Ordinal 31 – 32

Loyalita s peserta (Y)

Persepsi konsumen terhadap satu jenis pelayanan yang didapatkan nya.

(Subroto dan Nasution, 2005:21)

Repeat Purchase

Kesetiaan pelanggan terhadap pembelian produk

Ordinal 33 – 34

Retention

Ketahanan terhadap pengaruh yang negatif mengenai perusahaan

Ordinal 35 – 36

Referalls

Informasi positif kepada orang lain

Ordinal 37 – 38

Anjuran kepada orang lain untuk membeli

Ordinal 39– 40

(9)

76 3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:115) :

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”

Berdasarkan pengertian di atas, populasi dalam penelitian ini adalah peserta BPJS Ketenagakerjaan program bukan penerima upah yang berjumlah 6.490 orang.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling yakni tepatnya teknik purposive sampling atau judgement sampling. Menurut Sugiyono (2012:117) pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan berdasarkan kriteria-kriteria atau pertimbangan tertentu.

Dalam menetapkan ukuran anggota sampel, peneliti menetapkan dari populasi peserta BPJS Ketenagakerjaan program bukan penerima upah, Dalam menentukan sampel akan menggunakan rumus Slovin. sebagai berikut :

𝑛 = 𝑁

1 + 𝑁𝑒2 Dimana :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

(10)

77 e2 = tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang ditolerir (tingkat) kesalahan yang dimbil dalam sampling ini adalah sebesar 10%)

n = 6.490 = 98,48  99 orang 1 + (6.490.0.12)

Maka dari hasil perhitungan tersebut telah ditentukan sampel yang akan berperan sebagai responden dari penelitian ini berjumlah 99 orang. Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2012:74) menyebutkan persyaratan minimal untuk sampel adalah 30 responden, namun semakin besar sampel akan memberikan hasil lebih akurat.

3.7 Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian yang digunakan berdasarkan tujuan penelitian adalah asosiatif, yaitu penelitian yang menguji hubungan atau hubungan antara variabel, dua variabel atau lebih. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini adalah penelitian eksplanatori, Menurut Sugiyono (2012:21) penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lain. Sedangkan karakteristik penelitian ini bersifat replikasi, sehingga hasil uji hipotesis harus didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya, yang diulang

(11)

78 dengan kondisi lain yang kurang lebih sama.

Data merupakan sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung atau survei (Indriantoro dan Supomo, 2002:23). Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2012:13).

Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka (Library Research). Studi pustaka merupakan cara mengumpulkan data melalui media kepustakaan berupa buku-buku, jurnal-jurnal, dan literatur lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Sumber data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan cara:

a. Pedoman wawancara secara langsung dengan para responden yaitu peserta BPJS Ketenagakerjaan Bandung Suci program bukan penerima upah.

(12)

79 b. Pedoman kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data, dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yaitu peserta BPJS Ketenagakerjaan program bukan penerima upah.

c. Observasi yaitu suatu cara pengumpulan data dengan meninjau langsung kepada objek yang diteliti yaitu BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Bandung Suci.

3.9 Instrumen Penelitian

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe Skala Likert. Skala Likert menurut Sugiyono (2013:107) adalah skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden jawaban harus menggambarkan, mendukung pernyataan atau tidak mendukung pernyataan seperti yang tertera pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Skala Likert

Alternatif jawaban Skala nilai

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Cukup Setuju (CS) 3

(13)

80

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sumber: Sugiyono (2013:107)

3.10 Teknik Pengolahan Data

Teknik Pengolahan data dan analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Mengolah setiap jawaban dari setiap kuesioner yang disebarkan untuk menghitung frekuensi, skor, dan presentase, dengan memakai skala likert.

b. Menentukan nilai dari masing-masing alternatif jawaban.

c. Pemberian nilai dilakukan atas jawaban pertanyaan mengenai variabel X dan variabel Y berskala Ordinal.

Skala ordinal adalah tingkat ukuran yang memungkinkan peneliti untuk mengurutkan responden dari jawaban yang relevan diberi nilai paling tinggi sedangkan yang kurang relevan diberi nilai paling rendah.

Dalam penelitian ini teknik pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Editing yaitu melakukan pemerikasaan, pengecekan dari data-data yang telah terkumpul, kemudian diteliti kelengkapannya sehingga bisa dilakukan pengolahan untuk tahap selanjutnya.

(14)

81 b. Coding (kodifikasi), yaitu pemberian kode atau skor untuk setiap option dari setiap item pernyataan yang diisi responden berdasarkan ketentuan yang ada. Adapun pola pembobotan untuk kodifikasi dalam penelitian ini menggunakan skala Likert, yang mempunyai gradasi dari sangat positif yang dapat diberi skor 5 (empat) poin, sampai sangat negatif dengan skor 1 (satu) point.

c. Tabulating, yaitu teknik untuk menuangkan hasil coding ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap untul seluruh item dari setiap variabel, seperti pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3

Rekapitulasi hasil Skoring Kuesioner

No Skor Item Total

1 2 3 4 …... N 1

2 3 4

…….

N

d. Transformasi Data

Mengingat data yang diperoleh dari kuesioner berskala ordinal, maka harus terlebih dahulu menjadi skala interval

(15)

82 melalui Methode Successive Interval (MSI). Menurut Sarwono (2006:250) MSI merupakan metode untuk mengoperasikan data yang berskala ordinal menjadi data yang berskala interval, langkah-langkah transformasi data ordinal ke data interval sebagai berikut :

1) Perhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan.

2) Untuk setiap item tersebut, tentukan berapa orang responden yang mendapat skor 1, 2, 3, 4 yang disebut frekuensi (f).

3) Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi (p).

4) Hitung nilai proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi

5) Gunakan tabel data distribusi normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

6) Tentukan nilai tinggi densitas normal (fd) untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan tabel tinggi densitas).

7) Tentukan Nilai Interval (Scale value) untuk setiap skor jawaban dengan menggunakan rumus.

8) Sesuai dengan skala ordinal ke Interval, yaitu Skala Value (SV) yang nilainya terkecil (harga negetif terbesar) diubah menjadi 1 (satu). Tentukan nilai transformasi dengan rumus : Y = SV + |SV min + 1|

(16)

83 3.11 Teknis Analisis Data

3.11.1 Uji Validitas

Uji Validitas menurut Sugiyono (2013:348) adalah sebuah hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Validitas dapat diartikan juga sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur.

Suatu alat ukur disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Instrumen untuk mendapatkan data dicobakan pada sampel dari populasi. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dan skor total.

Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis instrumen tersebut dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut memiliki validitas yang baik.

Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkolerasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan

(17)

84 menggunakan rumus korelasi Pearson product moment sebagai berikut :

Keterangan :

r = Koefisien korelasi n = Banyaknya responden

X = Skor total pertanyaan responden variabel X Y = Skor total pertanyaan responden variabel Y

∑ X = Jumlah skor dalam variabel X

∑ Y = Jumlah skor dalam variabel Y

∑ X2 = Jumlah kuadrat msing-masing variabel X

∑Y2 = Jumlah kuadrat masing-masing variabel Y

Nilai korelasi ini dibandingkan dengan nilai r kritis, nilai r kritis yang diambil biasanya antara 0,3-0,4, nilai korelasi product moment person dibandingkan dengan nilai r kritis, jika nilai koefisien korelasi skor item dengan skor total lebih besar dari 0,3 maka item tersebut dapat dinyatakan valid Sugiyono (2013:177).

3.11.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur, reabilitas mencakup tiga aspek penting, yaitu: alat ukur yang digunakan harus stabil, dapat diandalkan, dan dapat diramalkan. Menurut

(18)

85 Rochaety (2007:56) koefisien reabilitas yang baik berkisar antara 0,7 dianggap baik untuk digunakan. Pengujian instrumen reabilitas bertujuan untuk menunjukan hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih.

Untuk uji reabilitas peneliti menggunakan metode koefisien Alfa Cronbach’s. Koefisien Alfa Cronbach’s merupakan koefisen reabilitas yang paling sering digunakan karena alasan koefisien ini menggambarkan variasi dari item-item baik itu format benar/salah maupun format lain seperti skala Likert.

Adapun rumus dasar Alfa Cronbach’s untuk perhitungan manual menurut Sugiyono (2013:365) adalah sebagai berikut:

Adapun rumus Alpha sebagai berikut : r11 =





 



 

² 1 ²

1 at

ab k

k

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan

∑ 𝑎𝑏2 = jumlah varians butir At2 = varian total

1. Jika r alpha positif dan r alpha > 0,7, maka butir atau variabel tersebut reliable.

2. Jika r alpha positif dan r alpha < 0,7, maka butir atau variabel tersebut tidak reliable.

(19)

86 3. Jika r alpha > 0,7 tapi bertanda negatif, maka butir atau

variabel tersebut tidak reliable.

3.11.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan cara untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Jika telah memenuhi asumsi klasik, berarti model regresi ideal (tidak bias) (Best Linier Unbias Estimator/ BLUE).

3.11.4 Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen memiliki distribusi normal atau tidak (Kuncoro, 2001). Model regresi yang baik adalah data normal atau mendekati normal. Caranya adalah dengan membandingkan distribusi komulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi komulatif dari distribusi normal.

Data normal memiliki bentuk seperti lonceng. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov–Smirnov dengan koreksi Lilliefors. Pengambilan keputusan mengenai normalitas adalah sebagai berikut :

a. Jika p < 0,05 maka distribusi data tidak normal b. Jika p > 0,05 maka distribusi data normal

(20)

87 3.11.5 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah adanya hubungan linear yang sempurna (mendekati sempurna) antara beberapa atau semua variabel bebas (Kuncoro, 2001). Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas (Ghozali, 2001).

Cara mendeteksi adanya multikolinearitas adalah dengan mengamati nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan TOLERANCE. Batas VIF adalah 10 dan nilai dari TOLERANCE adalah 0,1. Jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai TOLERANCE kurang dari 0,1 maka terjadi multikolinearitas.

Bila ada variabel independen yang terkena multikolinearitas maka variabel tersebut harus dikeluarkan dari model penelitian (Ghozali, 2001).

3.11.6 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mendeteksi apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedositas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Jika varian berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001).

Pendeteksian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

(21)

88 analisis grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot dan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen.

Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas (Ghozali, 2001).

3.11.7 Analisis Regresi Linier Berganda

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda adalah teknik statistik yang digunakan untuk meramal bagaimana keadaan atau pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Y = α ± b1X1 ± b2X2 ± ε Keterangan :

Y : Loyalitas Peserta α : Konstanta.

b1, b2, b3 : Koefisien regresi X1 : Kompetensi Personal X2 : Kompetensi Sosial ε : Standar error

(22)

89 3.11.8 Analisis Koefisien Korelasi

Analisis koefisien korelasi digunakan untuk menerangkan kekuatan dan arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penulis menggunakan analisis korelasi/multiple correlation untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) antara variabel independen dan variabel dependen (Sugiyono, 2012). Cara mengetahui keadaan korelasi digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.4

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiyono (2012: 184) 3.11.9 Analisis Koefisien Determinan

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu (0 < R² < 1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi

(23)

90 variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

KD = r² x 100%

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi R = Koefisien Korelasi

3.12 Pengujian Hipotesis 3.12.1 Uji F – Statistik

Uji statistik F digunakan untuk menguji apabila variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel terikat, langkah-langkahnya sebagai berikut :

a. Membuat formula hipotesis

Ha : ρ = 0 (hipotesis nihil) berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara simultan dengan variabel terikat.

Ha : ρ ≠ 0 (hipotesis alternatif) berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas secara simultan dengan variabel terikat.

(24)

91 b. Menentukan nilai F-tabel yang menggunakan level of

significant sebesar 5%. Uji signifikansi secara simultan menggunakan uji F dapat dirumuskan dengan :

𝐴 = 𝑅2/𝑘

1 − 𝑅2/𝑛 − 𝑘 − 1 Keterangan :

R² = koefisien determinasi K = jumlah variabel N = banyaknya data

c. Pengambilan keputusan

 Jika P-value < α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Hal ini berarti variabel bebas secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.

 Jika P-value > α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas secara simultan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan variabel terikat.

3.12.2 Uji Hipotesis Regresi Berganda

Uji Hipotesis Regresi yang digunakan adalah uji hipotesis secara parsial (uji t), dilakukan untuk mengetahui secara signifikan

(25)

92 pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Ho : ρ = 0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi personal terhadap loyalitas peserta Ha : ρ ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara

kompetensi personal terhadap loyalitas peserta Ho : ρ = 0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

kompetensi sosial terhadap loyalitas peserta Ha : ρ ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara

kompetensi sosial terhadap loyalitas peserta Ho : ρ = 0 :Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara

kompetensi personal dan kompetensi sosial terhadap loyalitas peserta.

Ha : ρ ≠ 0 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara antara kompetensi personal dan kompetensi sosial terhadap loyalitas peserta.

Adapun kaidah keputusan dalam penelitian ini adalah : Terima H0 jika : -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel

Tolak H0 jika : t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel

(26)

93 Atau didasarkan pada nilai profitabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS 23 :

1. Jika profitabilitas > 0,05 maka H0 diterima.

2. Jika profitabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.

Tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% dengan taraf nyata 5% (α = 0,05). Tingkat signifikan 0,05 atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95% atau toleransi sebesar 5%. Pada uji t, nilai profitabilitas dapat dilihat pada hasil pengilahan dari program SPSS 23 pada tabel coefficients kolom sig atau significance. Kemudian hal tersebut disajikan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 3.2 Kurva Hipotesis

Daerah Penerimaan H0

Daerah penolakan H0

Daerah penolakan H0

-ttabel ttabel

Gambar

Gambar 3.1 Model Rancangan Penelitian
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Skala Likert
Gambar 3.2  Kurva Hipotesis Daerah  Penerimaan H0 Daerah penolakan H 0Daerah penolakan H0-ttabelttabel

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variabel indepnden atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

Variabel Independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.Variabel independen dalam

Menurut Sugiyono (2012:39), “Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

Variabel bebas atau variabel independen adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. 83 Model pembelajaran merupakan cara yang

Variabel Independen Variabel independen sering disebut variabel bebas.Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

3.4 Variabel penelitian 3.4.1 Variabel Bebas Independen Variabel Variable bebas merupakan variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya viable dependen