IMPLEMENTASI NILAI KEPEDULIAN SOSIAL DI KECAMATAN PANGGUNGREJO KOTA PASURUAN
MENUJU INDONESIA EMAS 2045
Ananda, Ayu Maya Damayanti
Progam Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan STKIP PGRI Pasuruan
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi nilai kepedulian sosial masyarakat di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan, upaya perbaikan moral masyarakat menuju Indonesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan, dan implementasi nilai kepedulian sosial dalam rangka perbaikan moral menuju Indonesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan. Nilai kepedulian sosial yang dibahas adalah empati, suka membantu, dan kegotongroyongan. Penelitian ini dilakukan di 6 kelurahan di Kecamatan Panggungrejo, yaitu Kelurahan Kebonsari, Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Tambaan, Kelurahan Ngemplakrejo, Kelurahan Bugul Lor, dan Kelurahan Trajeng. Penelitian kualitatif ini menggunakan tehnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan implementasi nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongroyongan) yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan diterapkan dalam kegiatan-kegiatan yang positif. Upaya perbaikan moral masyarakat menuju Indonesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan dilakukan salah satunya melalui diri sendiri terlebih dahulu. Dengan demikian bisa disim- pulkan bahwa mengimplementasikan nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongro- yongan) merupakan salah satu kegiatan yang bermoral karena mempengaruhi daya nalar seseorang terhadap masyarakat di lingkungannya sehingga mendorongnya untuk menjauhkan diri dari hal yang bertentangan dengan moral.
Kata Kunci: Indonesia Emas, kepedulian sosial, perbaikan moral
103 Indonesia meraih kemerdekaan tahun 1945, setelah dijajah Belanda selama 3,5 abad dan Jepang selama 3,5 tahun. Eksistensi Indonesia merdeka telah diimplementasikan dalam berbagai bidang, terbukti dengan status sebagai negara berkembang yang diterima. Menurut Shanti, dkk (2016:1) menyatakan
“Indonesia merupakan negara dengan jumlah pendu- duk terbanyak ke-4 di dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia adalah 248,8 juta jiwa”.
Manusia adalah sumber daya terpenting suatu negara. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) diperlukan strategi pembangunan yang berkualitas. Menurut Egia (2015) dijelaskan bahwa “melalui SDM yang unggul, tangguh dan berkualitas baik secara fisik dan mental akan berdampak positif tidak hanya terhadap peningkatan daya saing dan kemandirian bangsa, namun juga dalam mendukung pembangunan nasional”.
Indonesia memiliki sebuah momentum besar yang dikenal dengan “Indonesia Emas 2045” dimana pada tahun tersebut usia kemerderkaan Indonesia genap mencapai 100 tahun. Menurut Marsa (2016:1) menyatakan bahwa “pada 100 tahun kemerdekaan tersebut, disebutkan juga dalam perumusan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Indonesia akan menda- patkan “bonus demografi”, dimana piramida pendu- duk Indonesia menjadi sangat ideal dengan pening- katan jumlah penduduk usia produktif yang signifikan”. Adanya bonus demografi membuat In- donesia memiliki jumlah masyarakat usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak daripada usia non produktif (kurang dari 15 tahun dan diatas 64 tahun).
Bonus demografi memang sudah terjadi saat ini, tetapi puncaknya terjadi pada tahun 2020 sampai 2030. Oleh karena itu, bonus demografi bukan menjadi ancaman melainkan peluang untuk memper-
baiki dan memajukan kesejahteraan bangsa Indone- sia.
Sensus penduduk terakhir tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,64 juta jiwa. Pro- yeksi puncak era bonus demografi Indonesia, menu- rut BPS akan dicapai antara tahun 2025-2030, atau ketika jumlah penduduk usia produktif Indonesia ada pada angka minimal 70% dari total jumlah penduduk, sedangkan 30% adalah penduduk dengan usia non- produktif. Apabila dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif mencapai sekitar 180 juta, sementara penduduk nonproduktif hanya 60 juta.
Kondisi tersebut membuat masyarakat harus pintar dan bijaksana dalam berhubungan dengan ling- kungannya dengan tidak melupakan statusnya seba- gai makhluk sosial. Menurut Herimanto dan Winarno (2011:45) menyatakan “manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang senantiasa hidup dengan manusia lain (masyarakatnya). Ia tidak dapat me- realisasikan potensi hanya dengan dirinya sendiri.
Manusia akan membutuhkan manusia lain untuk hal tersebut, termasuk dalam mencukupi kebutuhannya”.
Tetapi jika dilihat, masyarakat sekarang lebih bersikap acuh tak acuh pada lingkungannya, dan apabila dibiarkan maka terjadi dekadensi moral yang dampaknya berpengaruh pada masa depan bangsa Indonesia, momentum besar Indonesia Emas 2045 hanya akan menjadi wacana. Berdasarkan permasa- lahan diatas maka dapat dirumuskan tujuan peneliti- an sebagai berikut, yaitu 1) mendeskripsikan imple- mentasi nilai kepedulian sosial masyarakat di Keca- matan Panggungrejo Kota Pasuruan, 2) mendes- kripsikan upaya perbaikan moral masyarakat menuju Indonesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan, 3) mendeskripsikan implementasi nilai kepedulian sosial dalam rangka perbaikan moral menuju Indonesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan.
TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kepedulian Sosial
Menurut Samani (2013:56) yang menyatakan
“kepedulian sosial merupakan sikap memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawan- an, peka terhadap perasaan orang lain, siap mem- bantu orang yang membutuhkan pertolongan, tidak pernah berbuat kasar, dan tidak menyakiti hati orang lain”.
Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial, menurut Herimanto dan Winarno (2011:51) akan menjadikan manusia melakukan peran sebagai berikut yaitu melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok, membentuk kelompok-kelompok
social, dan menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.
Nilai Karakter Kepedulian Sosial adalah yang pertama empati. Menurut Kulsum dan Jauhar dalam skripsi yang ditulis Rosyadi (2017:24) menyatakan
“empati merupakan kecenderungan untuk ikut merasakan segala sesuatu yang dirasakan orang lain (felling with anither person)”. Yang kedua adalah suka Membantu. Dan ketiga adalah kegotongro- yongan. Menurut Setiawan (2016:31) “gotong royong adalah suatu bentuk interaksi (hubungan timbal balik) sosial melalui kegiatan kerjasama yag dilakukan oleh individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok guna mencapai suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai bersama”.
Zubaedi (2006:13) menyatakan kepedulian sosial terdiri atas hal-hal sebagai berikut, yaitu kasih sayang (pengabdian, kekeluargaan, tolong-menolong, kesetiaan), tanggung jawab (rasa memiliki, empati, disiplin), dan Keserasian Hidup (toleransi, kerja sama,keadilan).
Menurut Crandall dalam Nanda (2013:10) aspek-aspek kepedulian sosial terdiri atas beberapa hal, yaitu Motivation (dorongan, berjuang), Cogni- tive (pemahaman, identifikasi), Emotion (empati, simpati), dan Behavior (kerjasama, kontribusi terhadap pemahaman umum).
Kepedulian sosial dapat juga berkurang. Menu- rut Agustendi dalam Buchari (Ed) (2010:209), faktor yang dapat menurunkan kepedulian sosial adalah ke- majuan teknologi (Internet, sarana hiburan, tayangan TV, dan Masuknya Budaya Barat). Agustendi dalam Buchari (Ed) (2010:210) menyatakan “masyarakat yang kehilangan rasa kepedulian horisontalnya, akan kehilangan sebagian kemampuannya untuk dapat bersyukur, dan ini berakibat pada penyempitan psikologi dan dapat berubah kearah ketidakpekaan (insentifitas) yang akhirnya dapat menghasilkan sistem sosial yang apatis”.
Upaya Peningkatan Kepedulian Sosial
Menurut Agustendi dalam Buchari (Ed) (2010:210) menyatakan bahwa “upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepedulian sosial dapat melalui pembelajaran di rumah, pembelajaran di lingkungan, dan pembelajaran di sekolah”
Pembelajaran di rumah dilakukan oleh keluarga yang berperan sebagai unit sosial terkecil dalam ma- syarakat. Setiap keluarga memiliki ciri khas sendiri, sehingga proses interaksi dengan lingkungan pun berbeda dari setiap individu. Meningkatkan kepedu- lian sosial di lingkungan dapat terjadi melalaui proses
sosialiasi yang tanpa sengaja maupun disengaja.
Proses sosialisasi tanpa sengaja terjadi apabila se- orang individu menyaksikan apa yang dilakukan oleh orang di sekitarnya, kemudian individu melakukan internalisasi pola tersebut beserta norma-norma sosial yang mendasarinya ke dalam dirinya. Sedang- kan proses sosialisasi disengaja didapatkan melalui proses pembelajaran atau pendidikan. Sekolah juga berperan sebagai penyelenggara pendidikan formal yang memberikan penanaman terkait kepedulian sosial melalui guru dan semua warga lain di sekolah.
Moral
Dikemukakan oleh Suseno dalam Muryono (2011:69), menyatakan “kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia”.
Ciri-ciri nilai moral dikemukakan oleh Bertens (2007:143-147) antara lain 1) berkaitan dengan tanggung jawab.Nilai moral berkaitan dengan pri- badi manusia. Yang khusus menandai moral ialah bahwa nilai ini berkaitan dengan pribadi manusia yang bertanggung jawab. 2) Berkaitan dengan hati nurani.Salah satu ciri khas nilai moral adalah nilai ini menimbulkan “suara” dari hati nurani yang menu- duh apabila meremehkan atau menentang dan memuji apabila mewujudkan. 3) Mewajibkan. Kewajiban absolut melekat pada nilai moral yang berasal dari kenyataan bahwa nilai ini berlaku bagi manusia sebagai manusia. Dan 4) Bersifat formal.Nilai moral merupakan nilai tertinggi yang dihayati diatas nilai lain, namun tidak berarti bahwa nilai ini menduduki jenjang teratas dalam suatu hierarki.
METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, dengan menggunakan metode deskriptif. Penelitian dilakukan di 6 kelurahan di Ke- camatan Panggungrejo antara lain Kelurahan Kebon- sari, Karanganyar, Tambaan, Ngemplakrejo, Bugul Lor, dan Trajeng. Pelaksanaan penelitian pada bulan April sampai Mei 2019 dengan menggunakan infor- man Ketua RT/RW dan masyarakat usia produktif (15-64 tahun).
Data terkait penelitian akan didapatkan melalui dua sumber yaitu data primer melalui observasi dan wawancara terstruktur serta data sekunder melalui pengumpulan data terkait keadaan monografi lokasi penelitian dan foto-foto kegiatan penelitian. Terkait analisis data, dilakukan melalui pengumpulan data yang kemudian akan direduksi dilajutkan dengan
penyajian data dalam bentuk uraian, bagan, ataupun sejenisnya dan terkahir dilakukan penarikan kesim- pulan untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang diteliti.
HASIL DAN PEMBAHASAN Implementasi Nilai Kepedulian Sosial
Implementasi nilai ini sangat penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari karena berkaitan dengan status manusia sebagai makhluk individu dan makh- luk sosial. Penelitian ini akan membahas tiga nilai kepedulian sosial yaitu empati, suka membantu, dan kegotongroyongan.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis melalui kegiatan observasi dan wawancara, implementasi nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongroyongan) pada masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan sudah tercermin dalam peristiwa atau kegiatan sehari-hari.
Status manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial saling berhubungan, contohnya ada- lah ketika seorang individu dituntut akan hak, tang- gung jawab, dan kewajiban terhadap orang disekitar- nya, sehingga pada akhirnya menuntut terciptanya kepedulian sosial. Nilai kepedulian sosial yang menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah empati, suka membantu, dan kegotongroyongan.
Terkait cara pengimplementasian, ketiga nilai tersebut akan saling berhubungan satu sama lain.
Pertama, jika seorang individu ditempatkan pada kondisi atau peristiwa yang menuntutnya untuk mele- takkan diri pada posisi tersebut maka nilai kepedulian sosial empati muncul. Kedua, setelah memiliki rasa empati maka individu akan menujukkan sikap yang tujuannya untuk meringankan beban yang bersang- kutan dengan memberikan bantuan, misalnya tenaga, waktu, materi, ataupun dana. Secara tidak langsung, mewujudkan nilai kepedulian sosial suka membantu.
Ketiga, apabila dalam kondisi atau peristiwa tersebut menuntut banyak orang maka nilai kepedulian sosial kegotongroyongan akan muncul karena indikator utama dari gotong royong ialah dilakukan secara bersama-sama demi tujuan yang telah disepakati bersama.
Wujud dari implementasi nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongroyongan) yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Pang- gungrejo, Kota Pasuruan sangat didukung dengan keadaan lingkungan yang merupakan kawasan pemukiman padat penduduk sehingga interaksi antar masyarakat menjadi lebih kompleks.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dapat memberikan garis besar terkait bentuk-bentuk dari
implementasi nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongroyongan) yaitu:
a. Setiap masyarakat secara spontan dan sukarela tanpa membedakan membantu apabila ada masyarakat yang meninggal. Melalui pengen- dalian emosi, masyarakat mengambil peran sesuai tugasnya, untuk warga laki-laki biasanya bertugas mengurus hingga menguburkan jena- zah. Sementara warga perempuan, mengatur keperluan seperti bunga, uang atau beras tajiah sampai hidangan untuk persiapan tahlil.
b. Setiap masyarakat akan memposisikan dirinya secara tepat apabila ada warga yang memiliki hajatan. Masyarakat secara sadar diri meskipun tanpa diminta akan membantu menyiapkan keperluan-keperluan tertentu, misalnya dalam hal konsumsi.
c. Cara pandang masyarakat yang spontan dan sukarela terjun langsung dalam suatu kegiatan yang ada di masyarakat, meskipun sebagaian masyarakat masih ada yang memikirkan “keun- tungan” yang akan mereka peroleh baik yang diminta secara langsung maupun tidak langsung.
d. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong (kerja bakti) yang dilakukan, baik laki- laki dan perempuan. Namun yang paling sering ditemui adalah masyarakat laki-laki akan lebih melakukan pekerjaaan berat dibandingkan ma- syarakat perempuan yang biasanya menyiapkan konsumsi saja secara sukarela.
Harapan Indonesia untuk sampai pada momen- tum “Indonesia Emas 2045” haruslah didukung oleh setiap elemen bangsa. Salah satu elemen terpen- tingnya adalah masyarakat. Kondisi masyarakat yang bermoral akan memudahkan Indonesia untuk mewujudkan momentum tersebut. Tetapi jika diha- dapkan pada kondisi yang sebaliknya maka mengin- dikasikan telah terjadi dekadensi moral. Dekadensi moral disebabkan oleh munculnya tingkah laku yang bertentangan dengan moral, yaitu tingkah laku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai tata cara atau adat dalam suatu kelompok masyarakat. Dekadensi moral yang terjadi haruslah segera diatasi dengan upaya berbaikan moral. Upaya ini dilakukan untuk me- ngembalikan fungsi moral dalam suatu pranata sosial di masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis, dekadensi moral yang terjadi pada masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan tercermin dalam kegiatan sehari-hari yang kurang bisa mematuhi norma atau aturan dan gagalnya mematuhi harapan tertentu suatu kelompok
sosial. Ketidakpatuhan tersebut disebabkan oleh ketidaksetujuan karena adanya faktor yang membe- dakan-bedakan, dan kurangnya rasa wajib untuk mematuhi norma atau aturan yang berlaku.
Berkaitan dengan pernyataan diatas, masyarakat yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah ketua RW dan ketua RT yang usianya antara 30 tahun - 50 tahun serta masyarakat usia produktif (15 tahun - 64 tahun). Jika dihubungkan dengan tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg, maka ke- duanya berada pada tahap III yaitu tahap pasca konvensional. Tahap tersebut memposisikan individu yang masing-masing memiliki unsur subjektif pada orientasi hubungan timbal balik antara diri, ling- kungan sosial, dan masyarakat. Sebelum bertindak, individu harus menilai terlebih dulu baik buruknya suatu perbuatan dengan berpaku pada tuntutan norma sosial karena dengan demikian lingkungan sosial atau masyarakat akan memberikan perlindung- an. Maka dengan kata lain, dekadensi moral yang terjadi di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan menyatakan tahap III tersebut tidak berlangsung dengan baik.
Upaya perbaikan moral memang bertujuan untuk mengembalikan fungsi moral pada kondisi yang lebih baik, akan tetapi tidak menuntut untuk menyamakan kondisinya seperti sedia kala dan waktu yang dibutuhkan tidak sebentar, hal ini tergantung pada moral masyarakat yang bermasalah. Tetapi kendala tersebut akan terasa lebih ringan apabila semua masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan saling bekerja sama dan tidak saling menggantungkan dirinya pada orang lain, sehingga momentum “Indonesia Emas 2045” akan benar-benar terwujud.
Upaya Yang Dilakukan untu Memperbaiki Menurunnya Moral
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka berikut merupakan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki moral masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasu- ruan menuju Indonesia Emas 2045:
a. Melalui diri sendiri.
Upaya ini tidak memerlukan bantuan dari or- ang lain melainkan hanya dengan diri sendiri, yaitu dengan melakukan intropeksi diri setiap sebelum dan/atau setelah melakukan suatu tindakan. Caranya dengan melihat baik atau buruknya tindakan tersebut.
b. Memberikan sanksi dan teguran.
Sanksi adalah tindakan atau hukuman yang diberikan kepada seseorang apabila dinilai telah
melakukan pelanggaran. Sedangkan teguran adalah usaha untuk memberikan kritik, saran, ataupun peringatan kepada seseorang agar sadar dengan apa yang telah dilakukan. Keduanya akan ada dalam suatu lingkungan masyarakat apabila terdapat norma atau aturan tertentu yang berlaku.
Sanksi dan teguran letaknya berbeda. Sanksi akan diberikan pada masyarakat apabila tindak- an yang bertentangan dengan moral dinilai sangat merugikan, misalnya mencuri, melaku- kan tindakan asusila, dan lain sebagainya, sedangkan teguran akan lebih sering diberikan dalam bentuk nasihat dengan kata-kata sopan.
Dilihat dari segi dampak yang ditimbulkan dari sanksi dan teguranpun berbeda. Dampak diberi- kannya sanksi akan langsung terlihat di masya- rakat daripada teguran yang membutuhkan waktu cukup lama. Meskipun demikian jika setiap masyarakat saling bahu-membahu untuk mengingatkan masyarakatnya untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan moral maka hasilnya akan terwujud perlahan namun pasti pada perubahan sosial di masyarakat yang menjadi lebih baik.
c. Memberikan contoh perilaku yang baik.
Cara ini merupakan tindak lanjut dari pemberian teguran pada masyarakat yang telah melakukan perilaku bertentangan dengan moral. Pemberian contoh yang baik dan dilakukan secara lang- sung, dinilai akan lebih efektif jika dibandingkan dengan hanya memberikan teguran dalam bentuk nasihat.
d. Mencantumkan beberapa norma atau aturan secara tertulis.
Sering ditemukan pada beberapa lingkungan di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan yang mencantumkan norma atau aturan yang berlaku dalam bentuk tulisan. Cara ini dilakukan untuk mengisyaratkan masyarakatnya untuk terus berperilaku sesuai moral, karena akan diketahui bahwa norma atau aturan yang dicantumkan tersebut adalah bentuk perilaku yang baik untuk dilakukan sehingga akan menimbulkan penilaian yang baik pula oleh masyarakat dan pada akhirnya memaksa untuk dipatuhi.
Bentuk norma atau aturan tertulis harus mem- perhatikan segi bahasa yang digunakan, hal ini terjadi karena mempengaruhi penilaian masya- rakat. Penggunaan bahasa yang baik dan sopan akan dapat diterima oleh masyarakat luas se- hingga meningkatkan pengaruh untuk dipatuhi.
Indonesia akan mencapai usia kemerdekaan
tepat 100 tahun (1 abad) pada tanggal 17 Agustus 2045. Latar belakang inilah yang menjadi kebang- kitan generasi emas oleh adanya bonus demografi yang diterima Indonesia, serta menjadi saat yang tepat bagi masyarakat untuk ikut berperan mewujud- kan momentum penting tersebut dengan menata sebaik-baiknya moral yang berkualitas.
Moral dipahami sebagai ajaran-ajaran tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Suatu kegiatan dinya- takan bermoral, apabila sesuai dan sejalan dengan adat kebiasaan yang berlaku di masyarakat, tetapi tidak menutup kemungkinan moral di masyarakat tertentu berbeda dengan moral pada masyarakat lainnya.
Salah satu contoh kegiatan yang dinyatakan bermoral adalah saat seorang individu mengimple- mentasikan nilai kepedulian sosial. Nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongro- yongan) mempengaruhi daya nalar seseorang terha- dap masyarakat di lingkungannya. Semakin mampu individu mengimplementasikan nilai kepedulian sosialnya, maka semakin mampu pula menalar situasi moral.
Berdasarkan hasil temuan data oleh penulis, masyarakat di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasu- ruan tergolong masyarakat multikultural, baik dari segi suku, agama, ras, golongan maupun bahasa, sehingga menyebabkan perbedaan penilaian terhadap baik buruknya suatu hal. Tetapi disisi lain terdapat nilai yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur yaitu nilai kepedulian sosial.
Kepedulian sosial merupakan inti dari emosi moral yang membantu individu memahami peristiwa atau kejadian. Melalui implementasi nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongro- yongan) akan memotivasi individu bertindak benar, sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang bertentangan dengan moral.
Wujud upaya perbaikan moral melalui imple- mentasi nilai kepedulian sosial (empati, suka mem- bantu, dan kegotongroyongan) yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasu- ruan terdapat dalam kemampuan bersikap altruis- tic. Altruistik adalah tindakan prososial yang peduli terhadap lingkungan tanpa memikirkan keuntungan.
Altruistik akan menghilangkan sifat individualisme dan materialisme karena dilakukan demi orang lain.
Cara lain juga tercermin dari terbiasanya seseorang untuk mengevaluasi dan mengontrol dirinya dalam bentuk kemampun paham, tenggang rasa dan mem- berikan perhatian kepada lingkungan. Oleh karena itu semakin besar rasa peduli sosial masyarakat maka
semakin tinggi pula rasa hormat dan sopan san- tunnya.
Berdasarkan uraian diatas, meningkatkan imple- mentasi nilai kepedulian sosial (empati, suka mem- bantu, dan kegotongroyongan) dapat membantu upaya perbaikan moral masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan. Sikap peduli dengan lingkungan secara perlahan menghapus beberapa perilaku yang tidak bertentangan dengan moral. Jadi, dapat dipastikan dekadensi moral yang terjadi di masyarakat Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasu- ruan akan hilang dan artinya momentum Indonesia Emas 2045 tidak lagi menjadi sebuah wacana.
Masyarakat yang bermoral akan menjadi komponen pendukung terwujudnya Indonesia Emas 2045 yang maju, adil, dan makmur.
KESIMPULAN
Implementasi nilai kepedulian sosial (empati, suka membantu, dan kegotongroyongan) pada masyarakat di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan terlaksana dengan baik melalui kegiatan positif sehari-hari. Meskipun masih ada sebagian masyarakat yang menilai dirinya kurang maksimal tetapi dengan sadar diri mereka atasi dengan bantuan masyarakat lain disekitarnya, sehingga akan terwu- jud lingkungan yang damai dan sejahtera.
Upaya perbaikan moral masyarakat menuju In- donesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan dilakukan dengan meningkatkan kesadaran kepada diri sendiri, memberikan sanksi dan teguran yang sopan pada orang lain, memberikan contoh perilaku yang baik secara langsung, dan men- cantumkan beberapa norma atau aturan secara ter- tulis di lingkungan masyarakat.
Implementasi nilai kepedulian sosial dalam rangka perbaikan moral menuju Indonesia Emas 2045 di Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan diwujudkan dengan kemampuan masyarakat untuk bersikap altruistik yang dapat menghilangkan sifat individualisme dan materialisme serta dengan membiasakan untuk mengevaluasi dan mengontrol diri.
Beberapa diberikan bagi pihak yang terkait.
Bagi Pemerintah Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan.Membuat kebijakan ataupun progam (kegiatan) di lingkungan masyarakat yang tujuannya untuk memperbaiki moral melalui implementasi nilai kepedulian sosial untuk Indonesia Emas 2045, misal- nya membuat kebijakan tentang dilaksanakannya kerja bakti dalam kurun waktu tertentu, pengga- langan dana untuk korban bencana alam, dan lain sebagainya.
Bagi Masyarakat Kecamatan Panggungrejo Kota Pasuruan. Meningkatkan kesadaran diri untuk memperhatikan lingkungan sekitar dengan tidak menutup diri ataupun individualis sehingga lebih memudahkan untuk mengerti dan paham tentang apa yang terjadi di sekitar yang diwujudkan dengan inter- aksi positif antar masyarakat.
Bagi Lembaga Pendidikan. Membantu mem- berikan wawasan dan pengajaran terkait pentingnya moral yang diimplementasikan dengan lebih peduli pada orang-orang disekitar sehingga dapat memini- malisir adanya tindakan yang bertentangan dengan moral.
DAFTAR RUJUKAN
Ayu, Lia Okta. 2016. Relevansi Pemahaman Dan Sikap Pemuda Terhadap Nilai Gotong Royong Untuk Pembangunan Di Desa Semarang Jaya Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat. Skripsi.
Bandar Lampung: Universitas Lampung. (Online).
( h t t p : / / d i g i l i b . u n i l a . a c . i d / 2 2 3 1 7 / 3 / SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf).
diakses tanggal 22 Mei 2019
Agustendi, Sonny. Dalam Buchari Alma (Ed). Pembel- ajaran Studi Sosial (hlm. 201-2011). Bandung:
Alfabeta.
Egia, Tarigan. 2015. Langkah Strategis Menuju Pem- bangunan SDM Indonesia Unggul. (Online) (http:/
/www.ui.ac.id/berita/langkah-strategis-menuju- pemban gun an-sdm-in don esia-unggul.h tml), diakses tanggal 14 Maret 2019.
Herimanto, Winarno. 2011. Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Marsa, Taufiqurrohman. 2017. Kepedulian Sosial Untuk Perbaikan Moral Menuju Indonesia Emas 2045.
(Online), (https://www.academia.edu/35709060/
Kepedulian_Sosial_untuk_Perbaikan_Moral_Menuju_
Indon esia_Emas_2045), diakses tan ggal 24 Februari 2019.
Muryono, Sigit. 2011. Bimbingan Konseling dalam Ontologi. Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta.
Nanda, Nur Mulatsih. 2013. Peningkatan Kepedulian Sosial Melalui Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas IX Unggulan SMP Negeri 2 Salatiga. Skripsi.
Salatiga: FKIP UKSW. (On lin e). (h ttp://
repository.uksw.edu/handle/123456789/7407), diakses tanggal 7 Maret 2019.
Rosyadi, Ajeng Etika Anggun. (2017) Empati Dengan Perilaku Altruisme Mahasiswa (Studi di Prodi S1 Keperawatan STIKes ICME Jombang Semester 8).
Skripsi. Jombang: STIKes Insan Cendekia Medika.
(Online). (http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/85/1/
Ajeng%20Etikaskripsi-1.pdf). diakses tanggal 28 April 2019.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2014. Konsep dan Mo- del Pendidikan Karakter. Bandung: Rosda Karya.
Samani, Muchlas. 2013. Konsep dan Model Pendi- dikan Karakter. Bandung: PT Remaja Posdakarya.
Setiawan, Oka Deby. 2016. Peningkatan Sikap Gotong Royong Melalui Pelaksanaan Pembelajaran PKn Dengan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Siswa Kelas II Di SD Nanggulan. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. (Online).
( h t t p s : / / r e p o s i t o r y. u s d . a c . i d / 2 9 4 1 / 2 / 121134140_full.pdf). diakses tanggal 22 Mei 2019.
Shanti Devi, Fatchiya Anna, dan Susanto. 2016.
Kapasitas Kader dalam Penyuluhan Keluarga Berencana di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Penyuluhan, September 2016 Vol.
12 No. 2. (Online). (https://media.neliti.com/me- dia/publications/124788-ID-kapasitas-kader- dalam-penyuluhan-keluarg.pdf), diakses tanggal 11 April 2019.
Zubaedi. 2006. Pendidikan Berbasis Masyarakat.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.