TESIS
INTRA RATER DAN INTER RATER RELIABILITY PENGKAJIAN PENYEMBUHAN LUKA KAKI DIABETES (THE NEW DIABETIC
FOOT ULCER ASSESSMENT SCALE) BERBASIS FOTO
INTRA RATER AND INTER RATER RELIABILITY ASSESSMENT OF WOUND HEALING DIABETIC FOOT ULCER (THE NEW DIABETIC
FOOT ULCER ASSESSMENT SCALE) BASED PHOTOS
HASNIATI P4200215405
PROGRAM MAGISTER ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Hasniati
NIM : P4200215405
Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Fakultas : Kedokteran
Judul Tesis : Intra Rater dan inter Rater Reliability Pengkajian penyembuhan luka kaki diabetes (The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale) berbasis foto.
Menyatakan bahwa tesis saya ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik Magister baik di Universitas Hasanuddin maupun di Perguruan Tinggi lain.
Dalam tesis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan dalam daftar rujukan.
Apabila dikemudian hari ada klaim dari pihak lain maka akan menjadi tanggung jawab saya sendiri, bukan tanggung jawab dosen pembimbing atau pengelola Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Unhas dan saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku termasuk pencabutan gelar Magister yang telah saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Makassar, 15 Agustus 2017
Yang menyatakan,
Hasniati
iv PRAKATA
Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang karena berkat taufik dan hidayah-Nya jualah sehingga penulisan tesis ini dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan harapan penulis. Taklupa pula salam dan salawat penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sebagai nabi akhir zaman yang telah memperjuangkan nilai-nilai Islam di mata dunia dan sebagai orang yang tercerahkan di atas muka bumi ini.
Banyak hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama menempuh perkuliahan sampai penulisan tesis ini, namun dengan bantuan semua pihak baik materil maupun nonmateril kepada penulis, sehingga semua itu dapat teratasi seperti harapan penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tak terhingga pada kedua orang tua H. Haeruddin dan Hj. Nurhaeni dan kedua mertua H. Muh.
Sarief dan Hj. Ratnawati yang telah menyayangi dan selalu mendoakan, mengajari hakekat hidup dengan kemandirian dan kesabaran, menunjukan cara berbagi disaat memiliki, dan telah mengadaptasikan dunia dengan kebijakan dan kasih saying. Spesial untuk Suami tercinta Muchlis, S.Kep. dan anakku tersayang Muh. Athar Zahi dengan penuh pengertian dan kesabaran memberikaan dukungan dan bantuan baik moral maupun material dalam penyusunan tesis ini. Begitu pula dengan saudara-saudara penulis Enhy, S.Kep.Ns, Harnila, Amd.Keb. Nirmala, S.Ip. yang telah memberikan doa dan suport dalam penyusunan tesis ini.
v
Selama proses penyusunan tesis, penulis mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya dan rasa hormat kepada : 1. Prof. Dr. Syamsul Bachri, SH, MS. Selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin Makassar.
2. Dr. Elly L, Sjattar, S.Kp., M.Kes. sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Keperawatan.
3. Saldy Yusuf, S.Kep.,Ns.,MHS., Ph.D.,ETN. selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan ide, membimbing, membina, memberi petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dengan ketulusan hati.
4. Dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes. selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan ide, membimbing, membina, memberi petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dengan ketulusan hati.
5. Dr. Dr. Burhanuddin Bahar , MS., Dr. Yuliana Syam., S.Kep.Ns. M.Kes., dan Dr. Elly L, Sjattar, S.Kp., M.Kes. sebagai tim penguji atas segala masukan dan arahan yang diberikan kepada penulis selama ini.
6. Hapsah.,S.Kep.Ns. M.Kep. selaku pendamping tesis saya yang selalu memberikan ide, masukan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.
7. Para responden yang terlibat dalam penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
8. Lembaga pemberi beasiswa BPPDN KEMENRISTEK
9. Ketua Yayasan dan seluruh Civitas Akademik STIK GIA MAKASSAR yang telah memberikan dukungan dabantuan baik moral maupun material dalam penyusunan tesis ini.
vi
10. Teman-teman seperjuangan Magister Keperawatan Angkatan VI yang telah berjuang bersama-sama dan saling memotivasi dalam penyusunan tesis ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan tesis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan senantiasa mendapatkan pahala disisi Allah SWT . selanjutnya demi kesempurnaan tesis ini, penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik dan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan keperawatan.
Makassar, 16 Agustus 2017 Penulis
Hasniati
vii ABSTRAK
HASNIATI. Intra Rater dan inter Rater Reliability Pengkajian penyembuhan luka kaki diabetes (The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale) berbasis foto. (dibimbing oleh Saldy Yusuf dan Ilhamjaya Patellongi)
Pengkajian luka befungsi sebagai alat komunikasi bagi para perawat. Saat ini telah hadir pengkajian yang khusus dirancang untuk luka kaki diabetes yaitu The new diabetic foot ulcer assessment scale (DFUAS) yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai status luka kaki diabetes dari waktu kewaktu. DFUAS memiliki validitas yang baik dalam melakukan evaluasi proses penyembuhan luka kaki dabetes, akan tetapi reliabilitasnya belum dibuktikan.
Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengevaluasi reliabilitas pengkajian penyembuhan luka kaki diabetik The New Diabetic Foot Ulcer Assesment Scale (DFUAS) diantara perawat yang berbeda (Inter rater reliability) dan perawat yang sama (Intra Rater Reliability) yang berada dibeberapa kota di Indonesia.
Sampel penelitian ini sebanyak 33 orang perawat luka yang memiliki sertifikasi ETN, CWCC, CWCCA, CWCS, dan CDWCN. Pengambilan sampel menggunakan teknik Snowball Sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengkajian Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) dengan menilai 18 foto luka kaki diabetes yang dilakukan oleh perawat luka.
Kemudian Data dianalisis menggunakan uji univariat, dan uji reliabilitas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DFUAS yang terdiri atas sebelas variabel memiliki reliabilitas yang sangat kuat diantara perawat yang berbeda (Inter rater reliability) (r=0.93) dan juga memiliki konsistensi yang tinggi diantara perawat yang sama (Intra Rater Reliability) (r=> 0.90). Pengkajian (DFUAS) Reliabel antar perawat yang sama (Intra Rater Reliability) dan juga Pengkajian (DFUAS) Reliabel antar perawat yang berbeda (Inter Rater Reliability)
Kata Kunci : pengkajian penyembuhan, luka kaki diabetes, DFUAS, Inter rater Reliability, Intra Rater Reliability.
viii ABSTRACT
HASNIATI. Intra Rater and Inter Rater Reliability of the Study of Photo-Based Diabetic Wound Healng (The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale) (Supervised by Saldy Yusuf and Ilhamjaya Patellongi).
Assessment of wounds serves as a communication tool for nurses. Currently there is an assessment specifically designed for diabetic foot ulcers that is a new diabetic foot ulcer assessment scale (DFUAS) that can be used as an evaluation tool to assess the status of diabetic foot lesions from time to time. DFUAS has good validity in evaluating the healing process of dabetes foot wounds, but its reliability has not been proven.
The aim of the research was to evaluate the reliability of study of diabetic wound healing of New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) the Different nurses (Inter rater reliability) and the same nurse (Intra Rater Reliability) located in several cities in Indonesia.
The sample consisted of 33 injured nurses in several cities in Indonesia Which has certification ETN, CWCC, CWCCA, CWCS, and CDWCN selected using Snowball Sampling technique. The data were obtained using the study of DFUAS by assessing 18 photos of diabetic wound feet. The data were analyzed using univariate and reliability tests.
The results of the research indicate that DFUAS consisting of 11 variables has a very strong reliability among the same nurses (Inter rater reliability) (r=0,93) And also has a high consistency among the same nurses (Intra Rater Reliability) (r => 0.90). Assessment (DFUAS) Reliable among the same nurses (Intra Rater Reliability) as well as DIAGRAS Assessment (Relative) between different nurses (Inter Rater Reliability).
Key words: healing study , diabetic foot wound, DFUAS, inter rater, intra rater reliability.
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iii
PRAKATA ... iv
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR BAGAN ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ………... 4
D. Manfaat Penelitian... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Tinjauan Literatur... ... 6
B. Diabetes Melitus ... 8
C. Patomekanisme Luka Kaki diabetes ... 10
D. Luka Kaki Diabetes ... 11
E. Proses penyembuhan Luka kaki diabees ... 12
F. Pengkajian luka kaki diabetes ... 14
G. Reliability ... 18
H. Tinjauan Tentang Intra Rater dan Inter Rater Reliability ... 19
I. Teori Konservasi Energi Myra E. Levine ... 23
J. Kerangka Teori ... 26
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL dan HIPOTESIS PENELITIAN ... 27
A. Kerangka Konsep Penelitian ... 27
x
B. Defenisi Operasional & Kriteria Objektif ... ... 28
C. Hipotesis Penelitian... ... 29
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 30
A. Desain Penelitian ... 30
B. Tempat dan waktu Penelitian ... 30
C. Populasi dan Sampel ... 30
D. Teknik Sampling ... 31
E. Instrumen Penelitian, Metode dan Prosedur pengumpulan data ... 32
F. analisa Data ... 36
G. Etika Penelitian ... 37
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Hasil penelitian... 41
B. Pembahasan ... 51
C. Keterbatasan penelitian ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
A. KESIMPULAN ... 59
B. SARAN ... 59
DAFTAR PUSTAKA ………..…. .. 60 LAMPIRAN – LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman NOMOR
Tabel 1 Karakteristik Demografi Responden Perawat Luka... 44 Tabel 2 Inter Rater Reliability Berdasarkan Variabel Instrumen DFUAS dengan
nilai ICC (CI 95%) ... 45 Tabel 3 Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) instrumen Correlation
Coefficients ... 46 Tabel 4 Inter Rater Reliability Berdasarkan Sertifikasi Responden Perawat
Luka ... 47 Tabel 5 Inter Rater Reliability DFUAS Berdasarkan Pengalaman Perawat ... 48 Tabel 6 Inter Rater Reliability DFUAS Berdasarkan Fase Luka ... 48 Tabel 7 Inter Rater Reliability DFUAS Berdasarkan Stadium Luka ... 49 Tabel 8 Inter Rater Reliability DFUAS Berdasarkan Cara Pembacaan Foto . 49 Tabel 9 Intra Rater Reliability berdasarkan DFUAS ... 50 Tabel 10 Intra Rater Reliability berdasarkan Variabel DFUAS ... 50 Tabel 11 Intra Rater Reliability berdasarkan Sertifikasi Responden... 51
xii
DAFTAR BAGAN
Halaman NOMOR
Bagan 1 Skema Alur Pencarian literature ... 8
Bagan 2 Kerangka Teori ... 26
Bagan 3 Kerangka Konsep Penelitian ... 27
Bagan 4 Prosedur pelaksanaan penelitian ... 35
Bagan 5 Alur Proses Translasi ... 42
Bagan 6 Flowchart Responden ... 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman NOMOR
1. Komisi Etik ... 64
2. Hasil SPSS ... 65
3. Hasil Proses Translasi DFUAS ... 90
4. Lembar penjelasan untuk Responden ... 102
5. Lembar Persetujuan menjadi Responden ... 104
6. Surat Pengantar ... 105
7. Format Pengkajian DFUAS Versi Bahasa Indonesia ... 106
8. Permohonan Izin penelitian ... 111
9. Studi Reliabilitas New DFU Assessment Scale ... 112
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka kaki diabes (LKD) merupakan komplikasi kronis yang paling serius dan kompleks pada penderita diabetes melitus (DM) yang akan berdampak pada morbiditas, mortalitas dan dapat menyebabkan amputasi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup pada penderita DM (Henrique, Costa, Cisneros, & Luz, 2017). Seseorang yang menderita LKD akan berisiko mengalami kematian dini dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita LKD (Hingorani et al., 2016; Woodbury, 2016).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Rosado et al., 2016) 25%
dari penderita DM akan mengalami LKD selama hidup mereka. Prevalensi LKD pada penderita DM di seluruh dunia dilaporkan hampir 25 %. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Zhang et al., 2017) prevalensi LKD di dunia adalah 6.3% dan prevalensi di North Amerika 13 %, Asia 5.5 %, Eropa 5.1
%, Afrika 7.2 % dan Oseania 3 %. Prevalensi LKD di Indonesia timur adalah 12% (Yusuf et al., 2016) .
Dalam tatanan klinis sangat penting untuk mengevaluasi proses penyembuhan luka dimana pengkajian luka befungsi sebagai alat komunikasi bagi para perawat. Beberapa alat pengkajian penyembuhan luka yang ada yaitu Bates-Jensen Wound Assesment Tool (BWAT) (Harris, Nancy, Rose, Mina, & Ketchen, 2010; Karahan, Kilicarslan, Aysun, Aysel,
& Agah, 2014) dan pressure ulcer scale for healing (PUSH) (Gardner, Sue E & Hillis, 2011) telah digunakan dalam menilai status kesembuhan LKD.
2 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Harris et al., 2010) menemukan bahwa komponen BWAT yang dinilai berdasarkan gambar bisa digunakan dalam menilai status LKD. Demikaian halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gardner, Sue E & Hillis, 2011) mengatakan bahwa PUSH dikatakan valid dalam memprediksi penyembuhan LKD dari waktu ke waktu selama 13 minggu.
Menurut (Zubair, Malik, & Ahmad, 2015) Dalam praktik klinis, Selain pengkajian penyembuhan luka, ada juga pengkajian keparahan luka yaitu sistem Meggitt-Wagner Clasification, Depth Ischemic Clasification dan University of Texas Clasification System. Namun meskipun demikian ketiga sistem ini menilai kedalaman luka, tetapi tidak menilai secara rinci mengenai kedalaman luka sebagai faktor penting dalam penyembuhan luka dari waktu ke waktu baik untuk luka kronis maupun untuk LKD.
Saat ini telah hadir pengkajian yang khusus dirancang untuk LKD yang dikembangkan oleh Arisandi et al tahun 2016 yaitu The new diabetic foot ulcer assessment scale (DFUAS) yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai status luka kaki diabetes dari waktu kewaktu.
Pengkajian DFUAS ini menghasilkan validitas sangat baik yang meliputi sensitivitas 89%, spesifisitas 71%, nilai prediktif positif 86%, dan nilai prediktif negatif 77%.
Penggunaan foto telah banyak digunakan dalam pengkajian luka secara umum maupun pengkajian LDK (Baumgarten et al., 2009; Defloor
& Schoonhoven, 2004; Harris et al., 2010; Kathleen M, Binh Q, Linda Koch, Janice G, & Lauro, 2005; Murphy, Bain, Wasser, Wilson, & Okunski,
3 2006; Santema, Lenselink, Balm, & Ubbink, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Thompson et al., 2013) terkait pengkajian luka berbasis foto menunjukkan nilai intrarater intraclass correlation coefficients (ICCs) = 0.93, test-retest (ICC = 0.90) and interrater (ICC = 0.89) .
Penggunaan foto adalah salah satu teknologi yang dapat membantu perawat dalam melakukan pengkajian terhadap semua jenis luka. Selain itu foto juga dapat melindungi para pemberi pelayanan kesehatan dalam kasus hukum karena penggunaaan foto sebagai bukti dokumentasi terhadap perawatan dan intervensi yang diberikan . Keuntungan menggunakan foto dalam pengkajian penyembuhan LKD adalah foto tidak berubah sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan penilaian luka secara bersamaan terhadap penilai yang sama dalam waktu yang berbeda (Intra Rater Reliability) dan pengamat yang berbeda dalam waktu yang sama (Inter Rater Reliability).
B. Rumusan Masalah
Dengan melakukan pengkajian LKD dengan tepat dapat mengoptimalkan penyembuhan sehigga akan menurunkan angka terjadinya amputasi dan termasuk kematian. Untuk mencegah terjadinya komplikasi yang serius akibat LKD, maka setiap petugas kesehatan harus melakukan pengkajian secara komprehensif. Oleh karena itu, instrumen pengkajian luka yang valid dan reliabel sangat diperlukan untuk pengambilan keputusan yang tepat dan efektif dalam penyembuhan luka bagi penderita LKD. Instrumen pengkajian luka The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) yang dikembangkan oleh (Arisandi et al., 2016) memiliki
4 validitas yang baik dalam melakukan evaluasi proses penyembuhan LKD akan tetapi reliabilitasnya belum dibuktikan, oleh karena itu sangat penting untuk melakukan uji reliabilitas terhadap pengkajian penyembuhan LKD The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale (DFUAS) diantara perawat.
Dengan demikian, pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah apakah pengkajian penyembuhan LKD (The New Diabetic Foot Ulcer Assessment Scale) reliabel diantara perawat?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengevaluasi reliabilitas pengkajian penyembuhan LKD The New Diabetic Foot Ulcer Assesment Scale (DFUAS) diantara perawat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi reliabilitas pengkajian penyembuhan LKD The New Diabetic Foot Ulcer Assesment Scale (DFUAS) dari perawat yang sama (intra rater reliability).
b. Untuk mengevaluasi reliabilitas pengkajian penyembuhan LKD The New Diabetic Foot Ulcer Assesment Scale (DFUAS) antara perawat yang berbeda (inter rater reliability).
5 D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat aplikatif
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan para praktisi luka dalam melakukan pengkajian luka kaki diabetes menggunakan Diabetic Foot Ulcer Assesment Scale (DFUAS) versi bahasa indonesia.
2. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini secara teoritis digunakan sebagai salah satu bahan acuan penelitian dibidang pengkajian khususnya pengkajian luka kaki diabetes dalam upaya untuk melakukan evaluasi terkait tindakan yang telah diberikan dalam penyembuhan luka kaki diabetes.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini yaitu penilaian reliabilitas pengkajian penyembuhan luka luka kaki diabetes (The New Diabetic Foot Ulcer Assesment Scale) berbasis foto diantara perawat luka yang ada di Indonesia.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan menguraikan tinjauan umum tentang luka kaki diabetes, pengkajian luka kaki diabetes, reliability , intra rater reliability, inter rater reliability, dan kerangka teori.
A. Tinjauan Literatur
Tinjauan literatur dilakukan melalui penelusuran hasil-hasil publikasi ilmiah pada rentang tahun 2010-2017 menggunakan database Pubmed, ScienceDirect, Cochrane, dan Google Scolar. Pada database Pubmed dengan memasukkan keyword 1 “ diabetes ulcer (title/abstrak)”
ditemukan 3.945 artikel. Keyword 2 “diabetic ulcer (title/abstrak)”
dietemukan 181 artikel. Keyword 3 “diabetic foot ulcer (title/abstrak)”
dietemukan 885 artikel. Keyword 4 dilakukan penggabungan Keyword 1, 2, dan 3 yaitu “diabetes ulcer (title/abstrak)”OR “diabetic ulcer (title/abstrak)”OR “diabetic foot ulcer (title/abstrak)” ditemukan 4.109 artikel. Selanjutnya Keyword 5 “assessment (title/abstrak)” ditemukan 739.914 artikel. Keyword 6 “Scale (title/abstrak)” ditemukan 528290 artikel. Keyword 7 dilakukan penggabungan Keyword 5 dan 6 yaitu
“assessment (title/abstrak) ”OR “Scale (title/abstrak)” ditemukan 1.199.755 artikel. Keyword 8 “heal (title/abstrak)” ditemukan 10.267 artikel. Keyword 9 “cure (title/abstrak)” ditemukan 71.240 artikel. Keyword 10 dilakukan penggabungan Keyword 8 dan 9 yaitu “heal (title/abstrak)” OR “cure (title/abstrak)” ditemukan 81.351 artikel. Akan tetapi penggabungan
7 Keyword 4, 7, dan 10 yaitu “ diabetes ulcer (title/abstrak)”OR “diabetic ulcer (title/abstrak)”OR “diabetic foot ulcer (title/abstrak)” AND
“assessment (title/abstrak)” OR “Scale (title/abstrak)” AND “Inter Rater Reliability (title/abstrak)”OR Intra Rater Reliability (title/abstrak)”
ditemukan 2 artikel. Namun setelah dibaca ke 2 artikel tersebut tidak memenuhi kriteria inklusi karena jurnal yang pertama membahas tentang penggunaan smartphone untuk mengukur inflamasi pada luka kaki diabetes, sedangkan jurnal kedua membahas tentang faktor resiko tinggi luka kaki diabetes.
Pada database ScienceDirect dengan memasukkan keyword
“diabetic foot ulcer” AND “assessment” AND “heal” OR “cure” AND
“inter rater reliability ”OR “intra rater reliability” ditemukan 20 artikel namun setelah dibaca tidak ada yang sesuai dengan judul penelitian ini.
Pada database cochrane dengan memasukkan keyword “diabetic foot ulcer” AND “assessment” AND “heal” OR “cure” AND “inter rater reliability”OR “intra rater reliability” ditemukan 0 artikel.
Pada database google Scolar dengan memasukkan keyword “diabetic foot ulcer” AND “assessment” AND “heal” OR “cure” AND “inter rater reliability ”OR “intra rater reliability” ditemukan 1310 artikel, namun yang dibaca hanya pada halaman 1 dan 6 sehingga ditemukan 3 artikel. Ke
3 artikel ini sangat sesuai dengan judul. Keseluruhan metode pencarian di atas merupakan teknik pencarian literatur secara primer. Selanjutnya
metode pencarian literatur secara sekunder juga didapatkan melalui
8 medline PubMed dan google Scholar dengan hasil 19 artikel. Alur pencarian literatur primer terangkum dalam skema 1 di bawah ini :
Bagan 1: Skema Alur Pencarian literature
B. Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit serius kronis yang terjadi baik ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah (WHO, 2016).
Menurut (National Diabetes Statistics Report, 2014) DM adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat ketidak mampuan memproduksi insulin, ketidak mampuan menggunakan insulin, atau keduanya. Seseorang akan menderita DM bila pangreas tidak mampu
Pubmed (n = 2)
Science Direct (n = 20)
Cochrane (n = 0) Google
Scolar (n = 3)
Skrining judul dan abstrak (n = 25) Literatur setelah evaluasi judul dan abstrak (n = 5)
Total Literature inklusi (n = 22 ) Pencarian Sekunder
n = 19
Literatur Inklusi (n = 3)
Ekslusi (n = 2 ) karena:
a. 1 artikel membahas tentang penggunaan smartphone untuk mengukur inflamasi pada LKD.
b. 1 artikel membahas tentang pengkajian resiko tinggi LKD
9 memproduksi insulin sama sekali, pangkreas tidak mampu memproduksi cukup insulin, atau sel-sel dalam otot, hati, dan lemak tidak menggunakan insulin dengan benar yang disebut dengan resistensi insulin (Foster, 2006).
Dampak dari DM yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung, pembuluh darah, mata, ginjal dan saraf (WHO, 2016). Menurut American Diabetes Association (ADA, 2016) DM adalah penyakit kronis yang membutuhkan perawatan medis terus- menerus untuk pengurangan resiko komplikasi yang diakibatkan oleh keadaan hiperglikemia atau kenaikan kadar glukosa darah dalam tubuh.
Menurut American Diabetes Association (ADA, 2017), DM dapat di klasifikasikan menjadi 4 kategori umum yaitu ;
a. DM tipe 1, yang diakibatkan karena kerusakan sel-sel β pankreas akibat proses autoimun, biasanya menyebabkan kekurangan insulin absolut b. Diabetes tipe 2, yang diakibatkan karena hilangnya progresif pada sel-sel β
pankreas yang berakibat pada resistensi insulin
c. Diabetes mellitus gestasional, diabetes yang didiagnosis pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormon – hormon plasenta.
d. Khusus diabetes karena penyebab lain, misalnya sindrom diabetes monogenik seperti pada diabetes neonatal, penyakit pankreas eksorin (seperti cysticfibrosis), dan obat atau diinduksi bahan kimia yang berakibat diabetes (seperti penggunaan glukokortikoid dalam pengobatan HIV / AIDS atau setelah teransplantasi organ kimia).
10 C. Patomekanisme Luka Kaki Diabetik
Kaki diabetik terjadi diawali dengan adanya hiperglikemia yang menyebabkan gangguan saraf dan gangguan aliran darah. Hiperglikemia yang berlangsung lama berdampak pada komplikasi jangka panjang dimana dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai sistem tubuh terutama saraf dan pembuluh darah. Kerusakan saraf perifer (neuropati) terutama di kaki akibat komplikasi mikrovaskuler dan kerusakan pembuluh darah (angiopati) akibat dari komplikasi makrovaskuler. Komplikasi makrovaskuler dan disfungsi mikrovaskuler tersebut menyebabkan penurunan perfusi ke kaki pada penderita diabetik (IDF, 2012; International Working Group on The Diabetic Foot, 2011). Perubahan ini menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki, kerentanan terhadap infeksi meluas sampai ke jaringan sekitarnya. Faktor aliran darah yang kurang membuat luka sulit untuk sembuh dan jika terjadi ulkus, infeksi akan mudah sekali terjadi dan meluas ke jaringan yang lebih dalam bahkan sampai ke tulang. Kondisi neuropati dan angiopati menjadi penyebab utama terjadinya diabetic foot ulcers (DFUs) atau luka kaki diabetik (Chadwick, Edmonds, McCardle, & Amstrong, 2013).
1. Neuropati perifer
Neuropati perifer dapat menjadi predisposisi terjadinya ulserasi melalui Saraf sensorik, motorik dan otonom. Hilangnya sensasi pelindung yang dialami pasien dengan neuropati sensorik Membuat mereka rentan terhadap sensasi fisik,Kimia dan trauma termal. Neuropati motorik dapat menyebabkan deformitas pada kaki yang bisa mengakibatkan terjadinya tekanan abnormal. Neuropati otonom biasanya terjadi terkait dengan kulit
11 kering yang bisa mengakibatkan kaki retak dan terbentuk kalus. Hilangnya sensasi hampir semua dirasakn pada pendrita LKD (Wound International, 2013).
2. Penyakit Arterial Peripheral (PAP)
Orang dengan DM memiliki dua kali lebih besar mungkin untuk Memiliki PAP dibandig mereka yang tidak menderita DM. Hal ini Juga merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya Amputasi pada ekstremitas bawah.
Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah salah satu komplikasi makrovaskular dari diabetes melitus. Penyakit arteri perifer ini disebabkan karena dinding arteri banyak menumpuk plaque yang terdiri dari deposit platelet, sel-sel otot polos, lemak, kolesterol dan kalsium. PAP pada penderita diabetes berbeda dari yang bukan diabetes melitus. PAP pada pasien diabetes melitus terjadi lebih dini dan cepat mengalami perburukan. Pembuluh darah yang sering terkena adalah arteri tibialis dan arteri peroneus serta percabangannya (Wound International, 2013).
D. Luka Kaki Diabetes
Luka kaki diabetes (LKD) adalah luka kronis yang terjadi pada kaki penderita DM yang disebabkan tiga proses berbeda yaitu neuropati, iskemia perifer, dan sepsis sehingga LKD berdampak pada tindakan amputasi jika tanpa penanganan awal dan intervensi yang tepat (International Working Group on The Diabetic Foot, Amsterdam, 2011; Moxey, Gogalniceanu, & Hinchliffe RJ, 2011; M. Young, McCardle, & Randall, 2008). (Grace & Borley, 2006). LKD merupakan komplikasi medis yang paling umum terjadi pada pasien DM
12 (Holt, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh (Fard, Esmaelzadeh, & Larijani, 2007) mengatakan bahwa 20% pasien DM yang dirawat di rumah sakit memiliki masalah luka kaki diabetes.
LKD memiliki dampak negatif yang cukup besar pada pasien dan sangat rentan terhadap infeksi yang sering menyebabkan terjadinya ganggren dan amputasi pada pasien dengan diabetes (Munter, Price, Werven, & Sibbald, 2012; Neville, Kayssi, Michael, & Buescher, 2016). Oleh sebab itu pasien yang menderita LKD harus mendapatkan perawatan luka yang baik. Dalam melakukan perawatan LKD dibutuhkan pemahaman yang komprehensif mengenai luka. Penelitian yang dilakukan oleh Bakker, K et al Tahun 2005 mengatakan 49-85 % dari semua masalah terkait LKD dapat dicegah melalui perawatan kaki yang baik yang dilakukan oleh tim perawatan interprofesional yang mencakup dokter, perawat, dan tim kesehatan lainnnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sibbald, RG, et al, 2001 mengatakan bahwa untuk diagnosis dan pengobatan yang sukses bagi pasien dengan luka kronis harus melibatkan perawatan yang holistik dan pendekatan tim perawatan interprofesional yang mencangkup dokter, perawat, pasien, dan keluarga.
E. Proses Penyembuhan LKD
Menurut (A. Young & Mcnaught, 2015) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka merupakan proses fisiologis yang kompleks yang terdiridari 3 fase yaitu :
1. Fase koagulasi atau inflamasi
Fase ini terjadi setelah terjadinya luka berlangsung 0-5 hari yang melibatkan platelet. Pengeluaran platelet akan menyebabkan
13 vasokonstriksi. Proses ini bertujuan untuk homeostatis sehingga mencegah perdarahan lebih lanjut kemudian terjadi vasodilatasi dan pelepasan substansi vasodilator. Fase inflamasi memungkinkan pergerakan leukosit terutama neutrofil, selanjutnya neutrofil memfagosit dan membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin dalam persiapan pembentukan jaringan baru. Neutrofil sangat aktif selama 3 hari kemudian digantikan oleh magrofag yang berperan lebih banyak dalam proses penyembuhan luka.
Beberapa fungsi magrofag dalam penyembuhan luka yaitu untuk sintesa kolagen, pembentukan jaringan granulasi bersama dengan fibroblast, memproduksi GF yang berperan pada repitalisasi, dan untuk angiogenesis.
2. Fase proliferasi atau rekonstruksi
Fase ini berlangsung 5-21 hari yang terdiri dari tiga proses yaitu proses granulasi yang bertujuan untuk mengisi ruang kosong pada luka, angiogenesis atau pembentukan kapiler baru yang bertujuan untuk suplai oksigen kedalam jaringan, dan proses kontraksi yang bertujuan untuk menarik kedua tepi luka agar salng berdekatan.
3. Fase Remodeling atau maturasi
Fase ini merupakan fase akhir dan yang terpanjang dari penyembuhan luka yang bisa berlangsung 21 hari hingga 2 tahun. Fase ini melibatkan keseimbangan antara sintesis dan degradasi seperti kolagen dan protein linnya yang terdapat pada luka, sehingga terbentuk kembali jaringan yang serupa. Akhir dari penyembuhan didaptkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan 80% dibanding kulit normal yang bertujuan untuk
14 menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang baru yang kuat dan bermutu.
F. Pengkajian luka kaki diabetes
Pengkajian merupakan suatu penilaian komprehensif dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau informasi secara rinci tentang status kesehatan klien, mengidentifikasi adanya penyimpangan dari normal, agar dapat mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dillon, 2007; Maida, Ennis, &
Kuziemsky, 2009). Selain itu menurut (Gordon, 2008) tujuan dari pengkajian yaitu mengevaluasi status kesehatan dan membuat rencana tentang masalah keperawatan aktual dan potensial yang memerlukan penanganan segera dengan menggunakan sumber kekuatan dari individu, keluarga atau komunitas untuk membantu memecahkan masalah.
Pengkajian sangat penting dilakukan khususnya dalam perawatan luka untuk dapat memberikan perawatan yang efektif dengan merencanakan, mengimplementasi, dan mengeevaluasi sesuai dengan hasil penilaian yang didapatkan (Ousey & Cook, 2011).
Pengkajian perawatan luka dapat dilakukan dalam 4 tahap yaitu
1. Pengkajian terhadap faktor-faktor umum pasien yang dapat memperlambat penyembuhan.
2. Pengkajian terhadap penyebab dari luka dan patofisiologi yang mendasari.
3. Pengkajian terhadap kondisi lokal pada area luka.
4. Pengkajian terhadap konsekuensi luka (Morison, 2004).
Penilaian luka diperlukan untuk sembilan alasan sebagai berikut :
15 1. Mengetahui penyebab luka.
2. Memberikan gambaran bagaimana luka sesungguhnya.
3. Mengetahui gambaran pasien secara komprehensif.
4. Mengetahui faktor yang berkontribusi.
5. Mengetahui komponen rencana perawatan luka yang akan dilakukan.
6. Sebagai media komunikasi untuk penyedia kesehatan lainnya.
7. Untuk menentukan perawatan selanjutnya.
8. Memberikan informasi mengenai lokasi terpusat untuk perawatan luka.
9. Mengetahui komplikasi dari luka (Baranoski & Ayello, 2012).
Beberapa penelitian terkait pengkajian luka yaitu penelitian yang dilakukan oleh Haris et all tahun 2010 mengatakan bahwa komponen Bates- Jensen wound assesment tool (BWAT) yang dinilai menggunakan gambar bisa digunakan dalam menilai status LKD. Demikian halnya penelitian yang dilakukan oleh Gardner, Sue E & Hillis tahun 2011 mengatakan bahwa pressure ulcer scale for healing (PUSH) valid dalam memprediksi penyembuhan luka kaki diabetes dari waktu ke waktu selama 13 minggu yang digunakan dalam memantau luka. Namun sayangnya dua alat pengkajian luka yaitu BWAT tidak mengkaji adanya innfflamasi, sedangkan PUSH belum cukup lengkap dalam melakukan pengkajian luka secara lengkap karena beberapa penilaian penting seperti maserasi, luas permukaan luka tidak dinilai dalam penilaian PUSH (Gardner, Sue E & Hillis, 2011; Harris et al., 2010).
Selain itu dalam praktik klinis, penilaian keparahan luka yang paling sering digunakan yaitu sistem Meggitt-Wagner Clasification, Depth Ischemic Clasification, dan University of Texas Clasification System. Sistem Wagner
16 menilai kedalaman luka, adanya osteomyelitis, dan ganggreng. Dalam sistem ini luka kaki dibagi menjadi 5 derajat dari 1derajat 0 sampai 5, dimana derajat 0 termasuk dalam kaki yang beresiko untuk terjadi ulkus tapi tidak ada lesi dan derajat 5 menandakan adanya ganggren di seluruh kaki. Kelemahan sistem Wagner yaitu tidak menilai tentang iskemia dan terjadinya neuropati. Depth Ischemic Clasification merupakan modifikasi dari sistem Meggitt-Wagner dimana tujuan dari klasifikasi ini adalah untuk membuat klasifikasi luka yang lebih akurat, rasional, dan lebih mudah untuk membedakan antara luka dan vaskularisasi pada kaki (Armstrong & Peters, 2001) . Sedangkan University of Texas Clasification System menilai kedalaman luka, adanya infeksi, adanya tanda-tanda iskemia. Sistem ini memodifikasi dari wagner yaitu dari setiap grade dari wagner kemudian dibagi menjadi tahap infeksi atau iskemia atau keduanya.
Menurut (Jain, 2012) dari ketiga penilaian keparahan LKD yaitu Meggitt-Wagner Clasification, Depth Ischemic Clasification, dan University of Texas Clasification System yang paling sering digunakan yaitu Meggitt- Wagner Clasification dan University of Texas Clasification System. Namun menurut publikasi yang dilakukan oleh (Zubair et al., 2015) mengatakan bahwa meskipun ketiga sistem ini menilai kedalaman luka, tetapi tidak mendefinisikan dengan jelas kedalaman luka sebagai faktor penting dalam penyembuhan luka dari waktu kewaktu baik untuk luka kronis maupun untuk LKD.(Zubair et al., 2015)Penelitian berbasis foto yang dilakukan oleh (Santema et al., 2015) juga megatakan bahwa Keseluruhan Inter Observer agreement (IOA) dari sistem Meggitt-Wagner (MW) adalah reliabilitas sedang dengan nilai κ = 0⋅415 (95%
17 CI 0⋅413-0⋅418), tetapi secara signifikan (P = 0⋅006) lebih tinggi IOA (0⋅423;
95% CI: 0⋅420-0⋅426) dari dokter (0⋅404; 95% CI 0⋅392-0⋅417). Berada dengan IOA untuk sistem University of Texas Clasification (UT) yaitu memiliki reliabilitas sedang antara kedua perawat dan dokter. Dokter memiliki IOA dari 0⋅462 (95% CI: 0⋅445-0⋅479), perawat 0⋅451 (95% CI: 0⋅447-0⋅456), tanpa perbedaan yang signifikan antara kelompok pengamat (P = 0⋅238). Keseluruhan IOA untuk sistem UT yaitu sedang dengan nilai κ = 0⋅447 (95% CI: 0⋅443- 0⋅450). Sehingga Meggitt-Wagner Clasification system dan University of Texas Clasification System tidak bisa digunakan sebagai alat pengkajian tunggal tetapi digunakan secara bersamaan atau penggunaannya dikombinasi untuk menghindari penafsiran yang keliru.
Penelitian terbaru terkait dengan pengkajian khusus untuk LKD “ The new diabeic foot ulcer assessment scale “ yang dilakukan oleh Arisandi et all tahun 2016 mengkaji 11 domain yang memiliki pengaruh terhadap penyembuhan luka dan instrumen tersebut sudah di uji validitasnya dan hasilnya valid. 11 domain tersebut terdiri dari kedalam luka, ukuran luka, ukuran skor, adanya infeksi, terbentuknya jaringan granulasi, jenis jaringan nekrotik, proporsi jaringan nekrotik, proporsi slough, maserasi, jenis tepi luka dan tunneling luka. Skor minum dari pengkajian ini adala 0 dan skor tertingginya adalah 98. Dimana skor yang lebih tinggi menunjukkan luka yang lebih buruk. Berikut penjelasan dari 11 domain yang dinilai dalam diabetic foot ulcer assessment scale (DFUS) (Arisandi et al., 2016).
18 G. Reliability
Reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.
Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah (K. L. Gwet, 2014). Reliabilitas merupakan salah-satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok yang berbeda (Burn & Grove, 2011; Rebar, 2001).
Ada dua kategori keandalan (Reliability) sehubungan dengan orang yang melakukan penilaian yaitu keandalan dibeberapa penilai yang merupakan reliabilitas antar penilai (Inter Rater reliability) dan keandalan dari penilai yang sama (Intra Rater Reliability) (McHugh, 2012)
19 H. Tinjauan Tentang Intra Rater Dan Inter Rater Reliability
1. Intra rater Reliability
Intra rater reliability atau keandalan observer yang sama digunakan untuk menilai sejauh mana penilai atau pengamat yang sama memberikan perkiraan yang konsisten dari fenomena yang sama (Burn & Grove, 2011;
Rebar, 2001). Menurut (B. K. L. Gwet, 2014) intra rater reliability mengacu pada kemampuan penilai atau yang melakukan pengukuran untuk memproduksi hasil kuantitatif atau kualitatif pada kondisi percobaan atau perlakuan yang sama.
Ada dua jenis uji statistik yang sering digunakan dalam mengukur intra rater reliability yaitu Intraclass Correlation Coefficient (ICC) yang digunakan untuk data ordinal, interval, dan rasio dan Koefisien Kappa untuk data nominal (B. K. L. Gwet, 2014; Hallgren, 2012). ICC adalah rasio variasi antara subjek (Between subject Variation (BSV)) untuk total variasi (Within Subject Variation (WSV)). ICC mencapai nilai maksimum 1 ketika WSV mencapai batas bawah 0. Penilaian ini menunjukkan bahwa adanya variasi dalam data bukan karena penilai yang tidak konsisten. ICC terbukti menjadi ukuran yang valid terhadap konsistensi intra rater.
2. Inter Rater Reliability
Inter rater reliability atau keandalan antar observer digunakan untuk menilai sejauh mana penilai atau pengamat yang berbeda memberikan perkiraan yang konsisten dari fenomena yang sama (Burn & Grove, 2011;
Rebar, 2001). Inter rater reliability (IRR) juga disebut kesepakatan antra
20 penilai sering digunakan untuk desain penelitian dimana data dikumpulkan melalui penilaian yang dilakukan oleh orang terlatih (Hallgren, 2012)
Penentuan ekuivalensi suatu alat ukur dilakukan dengan metode inter rater reliability yang dapat dilakukan dengan 3 metode antara lain:
Percent Agrement, Cohen’s Kappa dan Pearson’s Product Moment Correlation. Percent Agrement dan Cohen’s Kappa dilakukan untuk menilai reliabilitas dari suatu instrumen yang menghasilkan data nominal (misalnya sakit atau tidak sakit, terjadinya suatu event atau tidak) dari suatu hasil observasi. Sedangkan untuk data berskala interval atau rasio dilakukan menggunakan uji Pearson’s Product Moment Correlation yaitu mengkorelasikan hasil pengukuran antar observer (B. K. L. Gwet, 2014;
Hallgren, 2012; McHugh, 2012) .
a. Percent Agrement (presentase kesepakatan)
Percent Agrement menilai kesepaktan (Agremment) antara 2 orang atau lebih observer terhadap suatu pengukuran yang mereka lakukan, namun cara ini pada dasarnya tidak menghitung kesepaktan sebenarnya (Real agreement) dan kesepakatan yang terjadi karena peluang (agreement based on chance)
Berikut ini formula untuk menentukan percent agreement :
= Total number of agreement Total number of observations X 100 Percentage of
agrreement =
Sumber : (Dharma, 2015)
21 Presentase agreement yang dapat diterima untuk suatu instrument adalah berkisar pada 70 %.
b. Cohen’s kappa
Menilai kesepakatan antara 2 orang atau lebih observer terhadap suatu pengukuran yang mereka lakukan, dengan cara menentukan proportion agreement yang aktual dan proportion agreement yang terjadi karena peluang. Untuk menilai cohen’s kappa diperlukan tabel matrik yang digunakan untuk mencatat dan menghitung proporsi agreement dan disagreement selama pengukuran. Tabel disusun sebagai berikut:
Tabel 1. Tabel matrik Cohen’s Kappa Observer 2
a+b c+d
Ya Tidak
Observer 1
Ya A B
tidak C D
Total a+c b+d a+b+c+d
Sumber : (Dharma, 2015)
a. Observed agreement yaitu proporsi pengukuran yang menujukkan kesepakatan (sama) antara kedua observer. Pada tabel diatas ditunjukkan dengan menghitung : a+d
b. Agreement by chance yaitu proporsi pengkuran yang menunjukkan kesepakatan antara kedua observer yang terjadi karena peluang. Pada tabel diatas dilakukan dengan menghitung: [(a+b)x(a+c)]+[(c+d)x(b+d)]
Persent agrreement =
22 c. Agreement not by chance yaitu proporsi pengukuran yang menujukkan kesepakatan antara kedua observer yang terjadi bukan karena peluang. Dapat dihitung dengan mengurangi nilai observed angreement dengan nilai agreement by chance.
d. Potential agreement not by chance adalah proporsi potensial kesepakatan yang terjadi bukan karena peluang yang dihitung dengan rumus:
e. Nilai kappa ditentukan dengan rumus berikut:
Observed agreement – agreement by chance 100% - agreement by chance
atau
Agreement not by chance Potential agreement not by chance
Nilai kappa untuk uji reliabilitas antara observer diinterpretasikan sebagai berikut (Hallgren, 2012; Santema et al., 2015)
Rendah : < 0.40 Sedang : 0.40 -0.60 Baik : 0.60-0.80 Sangat baik : > 0.8
100% - proporsi agreement by chance
23 I. Teori konservasi Energi Myra E. Levine
Salah satu model keperawatan yang telah dikembangkan dalam asuhan keperawatan adalah model konservasi yang dikembangkan oleh Mira E. Levine. Model konservasi menurut Levine bertujuan untuk mempertahankan energi dan atau integritas struktur, personal dan sosial pasien karena levine berpandangan bahwa penyakit akan berubah setiap waktu (Levin,1969b, 1973, 1989, 1990, 1991, 1996 dalam Tomey &
Alligood, 2006 dan Fawcett, 2006). Konsep konservasi Levine berfokus pada 4 prinsip konservasi, yaitu:
1. Konservasi energi
Prinsip konservasi energi, ditujukan pada upaya keseimbangan energi input dan output untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
Keseimbangan energi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal, misalnya dengan latihan, nutrisi dan istirahat yang adekuat. Energi tidak dapat diobservasi langsung, tetapi konsekuensi dari perubahannya dapat diperkirakan, dikelola, dan diukur.
2. Konservasi integritas struktur
Prinsip konservasi integritas struktur ditujukan untuk mempertahankan atau memperbaiki struktur tubuh sehingga mencegah terjadinya kerusakan fisik dan memacu proses penyembuhan.
Penyembuhan adalah proses untuk mengembalikan integritas struktur.
Perawat harus berusaha meningkatkan jumlah perbaikan jaringan yang mengalami sakit dengan mengidentifikasi secara cepat perubahan fungsi. Prinsip ini berfokus pada kemampuan individu untuk bergerak
24 dan melakukan aktifitas dengan bebas. Variabel-variabel yang berkaitan dengan prinsip ini antara lain: perhitungan sel darah putih, proses penyembuhan (granulasi jaringan), integritas kulit, angka sedimentasi, kepadatan tulang, membantu dalam latihan ROM, kerusakan organ (fungsi ginjal, fungsi hati, dll).
3. Konservasi integritas personal
Prinsip konservasi integritas personal ditujukan untuk mempertahankan dan memperbaiki identitas, harga diri dan pemahaman tentang keunikan diri klien. Menjadi seorang pasien merupakan keadaan yang dapat menimbulkan kecemasan dan penurunan motivasi diri. Perawat dapat menunjukkan bahwa ia menghormati pasien dengan memanggil namanya, menghargai keinginannya, memberikan privasi, memberikan informasi dan lain- lain. Variabel-variabel yang berkaitan dengan prinsip ini antara lain:
kesepian, kebosanan, ketidakberdayaan, ketakutan, harga diri, privasi, mendengarkan keluhan klien, empati, kontrol, makna hidup, pengajaran, pembelajaran, peran, konsep diri.
4. Konservasi integritas sosial
Prinsip konservasi integritas sosial ditujukan untuk mempertahankan keutuhan individu hubungannya dengan orang lain.
Keterlibatan anggota keluarga dalam pemenuhan kebutuhan keagamaan atau spiritual dan penggunaan hubungan interpersonal. Individu mendapatkan makna kehidupan melalui komunitas sosial. Perawat membantu menghadirkan anggota keluarga
25 dan menggunakan hubungan interpersonal untuk menjaga integritas sosial.
Teori keperawatan Levine pada dasarnya sama dengan elemen- lelemn proses keperawatan. Levine berpendapat perawat harus selalu mengobservasi klien, memberikan intervensi yang tepat sesuai dengan perencanaan dan mengevaluasi yang bertujuan untuk membantu klien.
Dalam teori Levine, klien dipandang dalam posisi ketergantungan. Klien membutuhkan bantuan dari perawat untuk beradaptasi terhadap gangguan kesehatannya.
Pada pengkajian pasien dikaji melalui dua metode yaitu wawancara dan obaservasi, pengkajian berfokus pada pasien, keluarga, anggota lainnya dan mempertimbangkan penjelasan dari mereka dalam membantu menyelesaikan permasalahan kesehatan klien. Dalam pngkajian menyeluruh, perawat menggunakan prinsip teori Levine yang disebut pedoman pengkajian. Perawat menitikberatkan pada keseimbangan energy pasien dan pemeliharaan integritas pasien. Perawat mengumpulkan data tentang sumber energy pasien, data tentang integritas structural pasien, termasuk pemeliharaan tubuh dan struktur fisik, integritas personal, serta integritas social (Alligood, Nursing Theory : Utilization & Application, 2014)