• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Partisipasi Petani Padi Dalam Pemanfaatan Burung Hantu (Tyto alba) di Desa Tlogoweru Kabupaten Demak T1 522010011 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Partisipasi Petani Padi Dalam Pemanfaatan Burung Hantu (Tyto alba) di Desa Tlogoweru Kabupaten Demak T1 522010011 BAB IV"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

15

4.1Gambaran Umum 4.1.1 Lokasi Penelitian

Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah desa sebagai berikut

Batas desa sebelah Timur : Desa Tajemsari Batas desa sebelah Selatan : Desa Sidorejo Batas desa sebelah Barat : Desa Pundenarum Batas desa sebelah Utara : Desa Bogosari

Gambar 3. Peta Wilayah Desa Tlogoweru

Sumber: Arsip Desa, 2015

Secara administratif luas wilayah di Desa Tlogoweru adalah 291,65 hektar, dengan tanah pertanian 243 hektar, pemukiman 38 hektar dan lain-lain 12,65 hektar. Desa Tlogoweru juga terdiri atas 3 dukuh (Dukuh Sugihwaras, Dukuh Weru dan Dukuh Gatak), 2 Rukun Warga (RW) dan 13 Rukun Tetangga (RT). Hingga saat ini di Tlogoweru sudah ada 1 gabungan kelompok tani (Gapoktan Telagaboga), 3 kelompok tani (Poktan Mintorogo, Poktan Tulodo Makaryo dan Poktan Margo Kamulyan) serta 1 kelompok tani wanita (Telagamaju).

4.1.2 Program Pemanfaatan Burung Hantu (Tyto alba) di Desa Tlogoweru

(2)

mulai dari gerakan gropyok yaitu membongkar sarang tikus dan memasang jaring serta jebakan, lalu juga memburu tikus dengan cara menembak dan menggunakan umpan beracun serta melakukan pengasapan dengan belerang. Kepala Desa Tlogoweru pada waktu itu juga sampai mengeluarkan peraturan desa yang mewajibkan kepala keluarga menyetorkan 50-300 ekor tikus setiap tahunnya. Namun setelah semua usaha dan upaya yang dilakukan, nampaknya tidak memunculkan hasil yang memuaskan.

Sampai akhirnya pada awal 2011, para petani di Tlogoweru mendengar kabar bahwa petani di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur berhasil menanggulangi hama tikus. Sejumlah petani Tlogoweru dikirim ke Ngawi untuk menimba ilmu membasmi tikus dengan predatornya, yakni burung hantu (Tyto alba). Bulan April 2011, warga Tlogoweru mulai menangkarkan dan mengembangkan burung hantu sendiri. Di lahan penangkaran seluas 6 x 12 meter persegi, mereka bersama-sama merawat burung hantu hingga beranak pinak. Inilah awal mula terbentuknya program pemanfaatan burung hantu (Tyto alba), dan tim penggerak yang akrab dikenal sebagai Tim Tyto.

4.1.3 Partisipasi Petani Desa Tlogoweru 4.1.3.1Bentuk Partisipasi

Tabel 3. Bentuk Partisipasi Petani Tlogoweru

Bentuk Partisipasi Jumlah Presentase

Tenaga 14 47%

Tenaga dan keahlian 1 3%

Tenaga dan uang 7 23%

Pikiran, tenaga dan barang 1 3%

Pikiran, tenaga dan keahlian 1 3%

Pikiran, tenaga dan uang 2 7%

Pikiran, tenaga, barang, dan uang 1 3%

Pikiran, tenaga, keahlian dan uang 1 3%

Pikiran, tenaga, barang, keahlian dan uang 2 7%

Total 30 100%

Sumber : Data primer 2015

(3)

awal sebelum menentukan tempat pembangunan rubuha, ikut membantu dalam proses pembangunan, merawat dan memeriksa rubuha, serta menghadiri rapat evaluasi kegiatan pemanfaatan Tyto alba.

Diposisi berikutnya, paduan partisipasi dalam bentuk tenaga dan uang sebesar 23% dilakukan oleh warga Tlogoweru. Uang merupakan bentuk parisipasi harta benda masyarakat yang diberikan secara sukarela terhadap kegiatan pemanfaatan Tyto alba, dengan jumlah yang beragam dari Rp 10.000,00 hingga jutaan rupiah digunakan untuk membangun rubuha di sekitar sawah. Sedangkan sisanya adalah gabungan bermacam bentuk partisipasi yang menyebar secara merata dengan presentase antara 3 sampai dengan 7%.

Pikiran di dalam partisipasi adalah bentuk sumbangan berupa pertanyaan, ide dan gagasan yang bertujuan untuk memajukan kegiatan Tyto alba. Sedangkan yang dimaksud dengan partisipasi keahlian adalah sumbangan dalam bentuk kemampuan khusus. Misalkan, kemampuan dalam memimpin jalannya diskusi atau serta kemampuan mengarahkan tentang cara membangun rubuha dalam proses pembangungan. Terakhir adalah bentuk partispasi barang, di dalam partisipasi ini warga menyumbangkan material-material bangunan dan makanan/minuman/rokok kepada tukang/pihak yang sedang mengerjakan pembangunan rubuha di sawah.

4.1.3.2Tingkat Partisipasi Petani dalam Kegiatan Pemanfaatan Burung Hantu (Tyto alba)

Bila kita mencoba membandingkan 8 anak tangga Arnstein dengan hasil penelitian di Tlogoweru, maka partisipasi petani dalam kegiatan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba) baru mencapai anak tangga ke enam yaitu

(4)

menyampaikan aspirasi dan pendapat mereka.

Naik ke anak tangga berikutnya yaitu Informing (3): Publik tidak setuju jika dinyatakan komunikasi bersifat searah. Terbukti 100% responden menyatakan bahwa mereka setuju jika ada pembahasan/dialog bersama dengan Tim Tyto. Beberapa responden juga sudah mulai mencoba melakukan komunikasi secara langsung, seperti ketika mereka menemukan anak burung hantu yang jatuh dari rubuha dan membawanya ke pusat penangkaran burung hantu. Memasuki tangga

Consulation (4): Responden berpartisipasi dengan cara berkonsultasi dan Tim Tyto mencari jawaban dari permasalahan warga. Lalu apabila terdapat masukan serta saran dari masyarakat Desa Tlogoweru, maka Tim Tyto akan memperhitungkan pendapat tersebut apakah patut untuk ditindaklanjuti atau tidak. Dari total 30 responden, 100% setuju terhadap pernyataan di atas. Di anak tangga selanjutnya,

Placation (5): kinerja Tim Tyto dianggap bagus oleh warga, banyak masukan dan saran dari warga yang diterima. Hingga akhirnya, mulai timbul mutual trust/rasa saling percaya. Dibuktikan dengan 77% responden memberikan sumbangan secara ikhlas dalam kegiatan pemanfaatan burung hantu. Tim Tyto menjawab kepercayaan tersebut dengan meminta warga untuk menjaga rubuha sebagai hak milik perorangan di sawah masing-masing. Sebanyak 97% responden menyambut positif hal tersebut dan bersedia menjaga rubuha walaupun misal kegiatan pemanfaatan burung hantu berakhir.

(5)

Tabel 4. Rekapitulasi Indikator Tingkat Partisipasi Petani

No Indikator Partisipasi Setuju

(persen)

Tidak Setuju

(Persen) Keterangan

1

Masyarakat hanya tinggal menerima pemberitaan apa

yang sedang terjadi dan telah terjadi 83 17

Manipulasi Pengumuman dari pihak Tyto alba selalu

memperhatikan tanggapan masyarakat 93 7

Informasi yang diperlukan dapat diakses dan tersedia

bagi semua kalangan 100 -

2

Masyarakat berkesempatan untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait program

100 - Terapi

3 Akurasi hasil studi dibahas bersama masyarakat 100 - Informasi

4

Masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi, sedangkan pihak Tyto alba mencari jawaban dari permasalahan warga

100 -

Konsultasi Pandangan dan saran dari masyarakat akan

ditindaklanjuti oleh pihakt Tyto alba 100 -

5

Masyarakat memberikan pengorbanan dan jasa, walau tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran atau eksperimen-eksperimen yang dilakukan

77 23

Peredaman Masyarakat memiliki andil untuk melanjutkan

kegiatan-kegiatan setelah insentif dihentikan 97 3

6

Masyarakat membentuk kelompok sebagai bagian

proyek, setelah ada keputusan utama yang disepakati 43 57

Kemitraan Pada tahap awal, masyarakat bergantung kepada pihak

luar, tetapi secara bertahap menunjukkan kemandiriannya

43 57

Masyarakat berperan dalam proses analisis untuk

perencanaan kegiatan dan penguatan kelembagaan 47 53

7

Masyarakat memiliki peran untuk mengontrol

pelaksanaan keputusan, sehingga memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan

47 53

Pendelegasian kekuasaan Masyarakat mengambil inisiatif sendiri secara bebas

(tidak dipengaruhi pihak luar) untuk mengubah sistem atau nilai-nilai yang mereka junjung

17 83

8

Masyarakat mengembangkan kontak dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan teknis serta sumberdaya yang diperlukan

27 73

Pengawasaan masyarakat Masyarakat juga memegang kendali atas pemanfaatan

sumber daya yang digunakan 27 73

Sumber: Data primer 2015

4.2 Karateristik Petani Responden

(6)

4.2.1 Faktor Internal

4.2.1.1Distribusi Faktor Umur dengan Partisipasi Petani

Dari Tabel 5, dapat digambarkan jika tingkat partisipasi naik sampai titik puncak tertentu dan mulai menurun setelah melewati titik tersebut. Titik yang dibicarakan adalah mengenai batas umur produktif petani yang ada di Tlogoweru. Ketika usia petani mencapai 53,5 tahun, partisipasi mampu mencapai 71,8. Setelah melewati usia tersebut rata-rata partisipasi terus menurun ke level 65,6 dan berakhir di level 52,9 (petani tertua berusia 70 tahun).

Tabel 5. Distribusi Umur dan Tingkat Partisipasi

X1 Umur Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata Partisipasi Tahun Orang % 33-45,5 45,6-59 59,1-73,5 73,6-99

38-45,75 7 23,33 1 4 2 0 57,4

45,76-53,5 9 30,00 0 3 2 4 71,8

53,6-58,5 7 23,33 2 0 3 2 65,6

58,6-70 7 23,33 3 3 0 1 52,9

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer 2015

4.2.1.2Distribusi Faktor Pendidikan dengan Partisipasi Petani

Dengan melihat Tabel 6, petani yang berpendidikan SD adalah 15 orang atau 50%. Di urutan berikutnya berpendidikan SMA, yaitu sebanyak 7 orang atau 23,33%. Tingkat pendidikan SMP menempati posisi ke tiga sebanyak 4 orang (13,33%) dan di urutan terakhir terdapat 2 orang sarjana dan 2 orang yang tidak sekolah. Dari hasil distribusi rata-rata kita bisa melihat bahwa tingkatan partisipasi naik mengikuti level pendidikan yang ditempuh.

Tabel 6. Distribusi Pendidikan dan Tingkat Partisipasi

X2 Pendidikan Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata

Partisipasi Jenjang Orang % 33 - 45,5 45,6 - 59 59,1 - 73,5 73,6 - 99

Tidak Sekolah 2 6,67 1 1 0 0 45,5

SD 15 50,00 5 7 1 2 55,5

SMP 4 13,33 0 1 3 0 65,2

SMA 7 23,33 0 1 3 3 71,0

Sarjana 2 6,67 0 0 0 2 97,5

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer 2015

4.2.1.3Distribusi Faktor Lama Tinggal dengan Partisipasi Petani

(7)

menurun. Hal tersebut dibuktikan dengan orang yang tinggal sampai 50 tahun memiliki rata-rata partisipasi lebih tinggi daripada yang berada di rentang 16 – 43,25 tahun. Terjadi penurunan ketika memasuki 57 tahun dan terus menurun hingga tahun ke 70 ia tinggal

Tabel 7. Distribusi Petani Lama Tinggal dan Tingkat Partisipasi

4.2.1.4Distribusi Faktor Pekerjaan Sampingan dengan Partisipasi Petani

Dari Tabel 8, dapat diketahui jika 15 orang responden mencoba menekuni bidang pertanian, 4 orang berprofesi tambahan sebagai peternak dan 11 orang lainnya mencoba mengembangkan diri dengan memiliki pekerjaan sampingan di luar pertanian. Mereka yang berprofesi tambahan diluar pertanian memiliki rata-rata partisipasi lebih tinggi (68,2) jika dibandingkan dengan bertani saja (59,7) dan beternak hewan (58,0). Dengan memilih pekerjaan tambahan luar pertanian (bangunan, pemerintahan, swasta dan wirausaha) petani tersebut dituntut untuk bisa membagi fokus dan waktu untuk keluarga, masyarakat, serta sawah mereka masing-masing. Kemampuan manajemen, pengembangan relasi dan kreativitas juga cenderung berkembang bagi mereka yang memiliki pekerjaan sampingan di luar pertanian.

Tabel 8. Distribusi Pekerjaan Sampingan Petani dan Tingkat Partisipasi

4.2.1.5Distribusi Faktor Jumlah Rubuha dengan Partisipasi Petani

Melalui Tabel 9, dapat dijelaskan bahwa jumlah petani berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah rubuha. Hal ini dikarenakan untuk membangun 1 buah rubuha memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun bukan berarti partisipasi X3 Lama Tinggal Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata

Partisipasi Tahun Orang % 33 - 45,5 45,6 - 59 59,1 - 73,5 73,6 - 99

16 - 43,25 7 23,33 1 3 2 1 59,1

43,26 -50,5 8 26,67 0 3 2 3 71,5

50,6 - 57,5 7 23,33 2 1 2 2 65,6

57,6 – 70 8 26,67 3 3 1 1 54,0

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer 2015

X4 Pekerjaan

Sampingan Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata Partisipasi Kategori Orang % 33 - 45,5 45,6 – 59 59,1 - 73,5 73,6 - 99

Petani 15 50,00 5 2 5 3 59,7

Peternak 4 13,33 0 3 1 0 58,0

Non-Pertanian 11 36,67 1 5 1 4 68,2

Jumlah 30 100,00

(8)

warga semakin menurun, dapat digambarkan pula bahwa tingkatan partisipasi cenderung naik seiring dengan bertambahnya jumlah rubuha yang dimiliki.

Tabel 9. Distribusi Jumlah Rubuha dan Tingkat Partisipasi

X5 Jumlah

Rubuha Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata Partisipasi Jumlah Orang % 33 - 45,5 45,6 - 59 59,1 - 73,5 73,6 - 99

1 16 53,33 4 7 3 2 55,9

2 7 23,33 2 1 3 1 64,0

3 3 10,00 0 2 0 1 69,7

4 2 6,67 0 0 1 1 69,5

5 1 3,33 0 0 0 1 96,0

6 1 3,33 0 0 0 1 90,0

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer 2015

4.2.2 Faktor Eksternal

4.2.2.1Distribusi Faktor Kepemimpinan dengan Partisipasi Petani

Berdasarkan Tabel 10, kepemimpinan berpengaruh terhadap tingkatan partisipasi. Sebanyak 25 orang responden (83,33%) setuju dengan hal ini, sedangkan 5 orang lainnya (16,67%) menyatakan bahwa kepemimpinan seorang kepala desa tidak berpengaruh besar terhadap partisipasi. Hasil menunjukan semakin tinggi tingkat pengaruh seorang pemimpin desa, maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap partisipasi petani di Desa Tlogoweru.

Tabel 10. Distribusi Kepemimpinan dan Tingkat Partisipasi

X4Kepemimpinan Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata Partisipasi Kategori Orang % 33 - 45,5 45,6 - 59 59,1 - 73,5 73,6 - 99

Petani 25 83,33 5 9 5 6 62,7

Peternak 5 16,67 1 1 2 1 61,8

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer 2015

4.2.2.2Distribusi Faktor Komunikasi dengan Partisipasi Petani

(9)

Tabel 11. Distribusi Komunikasi dan Tingkat Partisipasi

X4 Kepemimpinan Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor) Rata-Rata Partisipasi Kategori Orang % 33 - 45,5 45,6 - 59 59,1 - 73,5 73,6 - 99

Petani 24 80,00 5 9 5 5 61,4

Peternak 6 20,00 1 1 2 2 67,3

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer 2015

4.2.2.3Distribusi Faktor Proses Pembelajaran dengan Partisipasi Petani

Melalui Tabel 12 dapat diketahui bahwa pembelajaran yang didapat oleh petani di Tlowoeru berpengaruh terhadap tingkatan partisipasi. Sebanyak 28 orang responden setuju dengan hal tersebut, sedangkan 2 orang lainnya kurang setuju. Terlihat juga bahwa semakin tinggi manfaat dari pembelajaran yang didapat, semakin tinggi pula partisipasi warga di Desa Tlogoweru.

Tabel 12. Distribusi Proses Pembelajaran dan Tingkat Partisipasi

X4 Kepemimpinan Jumlah Sampel Kategori Partisipasi (Skor)

Rata-Rata Partisipasi Kategori Orang % 33 -

45,5

45,6 - 59

59,1 - 73,5

73,6 - 99

Petani 28 93.33 6 9 6 7 62.85714286

Peternak 2 6.67 0 1 1 0 58.5

Jumlah 30 100

Sumber: Data primer 2015

4.3 Uji Data

4.3.1 Uji Keabsahan Kuisioner

Berdasarkan hasil uji validitas dan realibilitas, sebanyak 23 butir soal dari total 26 soal kuisioner untuk 30 responden terbukti valid, reliabel dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

4.3.2 Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, didapatkan hasil tanpa keputusan pada uji autokorelasi, lalu tidak terjadi heteroskedastisitas, dan tidak terjadi multikolonieritas.

4.4 Hasil Komputasi

(10)

Tabel 13. Hasil Analisis Variabel Bebas X terhadap Variabel tak Bebas Y

Variabel Nilai Sig. Kofesien Regresi Thitung Fhitung

Faktor Internal (X1i)

X11 Umur 0,049 -0,822 -2,093*

10,273 X12 Pendidikan 0,00 11,818 6,030*

X13 Lama Tinggal 0,01 1,013 3,769*

X14 Pekerjaan Sampingan 0,031 5,143 2,317*

X15 Rubuha 0,00 7,504 4,753*

Faktor Eksternal (X2i)

X21 Kepemimpinan 0,006 23,663 3,032*

10,273 X22 Komunikasi 0,522 -4,394 0,652

X23 Pembelajaran 0,027 -22,306 -2,376*

Keterangan : Angka bertanda*= signifikan pada selang kepercayaan 5%

Konstanta = 0,347

Adjusted R2 = 0,719

R = 0,892

Ftabel = 2,420

Ttabel = 2,079

Sumber: Data primer 2015

4.5 Pembahasan

Nilai Adjusted R2 yang merupakan koefisien determinasi menunjukkan angka 0,719. Angka tersebut memiliki arti 71,9% partisipasi petani padi dalam kegiatan pemanfaatan burung hantu dapat dijelaskan oleh variabel X11, X12, X13, X14, X15,

X21, X22 dan X23. Sedangkan 28,1% sisanya ditentukan oleh variabel lain yang

tidak diteliti. Untuk nilai R menunjukkan kuatnya hubungan partisipasi petani dengan faktor internal dan eksternal, yaitu sebesar 89,2%

4.5.1 Pengujian Hipotesis

4.5.1.1Pengujian secara Serempak

Dari hasil komputasi, dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi 0,05 diperoleh nilai Fhitung sebesar 10,273. Angka ini jauh lebih besar dari nilai Ftabel

yaitu sebesar 2,420. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, yaitu X11 Umur, X12 Pendidikan, X13 Lama Tinggal, X14 Pekerjaan Sampingan,

X15 Jumlah Rubuha, X21 Kepemimpinan, X22 Komunikasi dan X23 Pembelajaran

(11)

4.5.1.2Pengujian secara Parsial

Variabel X11, X12, X13, X14, X15, X21 dan X23 mempunyai pengaruh nyata

terhadap partisipasi karena nilai thitung dari 7 variabel bebas tersebut lebih besar dari

nilai ttabel, yaitu masing-masing -2,093; 6,030; 3,769; 2,317; 4.753; 3,032 dan -2,376

di mana nilai ttabel adalah 2,079. Variabel X22 tidak berpengaruh nyata terhadap

partisipasi petani padi karena nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai ttabel.

4.5.2 Model Persamaan Regresi

Model persamaan regresi dengan Y sebagai partisipasi petani, X11 Umur,

X12 Pendidikan, X13 Lama Tinggal, X14 Pekerjaan Sampingan, X15 Jumlah

Rubuha, X21 Kepemimpinan, X22 Komunikasi dan X23 Pembelajaran adalah :

γ = 0,347 - 0,822X11 + 11,818X12 + 1,013X13 + 5,143X14 + 7,504X15 +

23,21X21 - 4,394X22 - 22,306X23 +ε

4.5.3 Pengaruh Faktor Internal (X1i) terhadap Partisipasi Petani (Y)

4.5.3.1Pengaruh Umur (X11) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Berdasakan hasil komputasi didapatkan bahwa nilai signifikansi variabel Umur (X11) dengan thitung -2,093 adalah sebesar 0,049. Nilai signifikansi tersebut

lebih kecil dari 0,050 dan lebih besar dari ttabel 2,079. Dengan demikian dapat

disimpulkan variabel umur (X11) berpengaruh nyata terhadap partisipasi petani

dalam pemanfaatan burung hantu. Girsang (2011 menyatakan semakin tinggi usia maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi seseorang. Namun bukan berarti tidak ada batasan pada penambahan partisipasi pada usia yang terus bertambah. Tabel 13 bagian kolom koefisien regresi menunjukan bahwa variabel Umur (X11)

bernilai -0,822. Koefisien regresi yang bernilai negatif ini memiliki arti setiap penambahan 1 tahun pada umur petani, akan mengurangi nilai partisipasi sebesar 0,822. Terbukti pada Tabel 5, terjadi penurunan rata-rata partisipasi setelah petani melewati titik puncak di usia 53,5 tahun. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Tenriawaruwaty (2013) yang menyatakan seseorang yang telah berumur tua akan memiliki kemampuan fisik yang menurun dan mengalami kesulitan dalam mengadopsi sesuatu.

4.5.3.2Pengaruh Pendidikan (X12) terhadap Partisipasi Petani (Y)

(12)

yang didapat 0,000 < 0,050 dan thitung 6,030 > 2,079. Dengan demikian variabel

Pendidikan (X12) dinyatakan signifikan/berpengaruh nyata terhadap partisipasi

petani. Menurut Plumer (2000), faktor pendidikan sangat berpengaruh bagi kemampuan masyarakat dalam berpartisipasi serta memahami dan melaksanakan kegiatan yang ada. Koefisien regresi pada variabel X12 menunjukan nilai positif

yaitu 11,818. Ini artinya setiap penambahan 1 tingkat pada pendidikan petani, akan menaikan nilai partisipasi sebesar 11,818. Tabel 6 juga menunjukan hasil distribusi yang mendukung pernyataan tadi, bahwa seiring bertambahnya tingkat pendidikan petani di Tlogoweru akan meningkatkan rata-rata partisipasi dalam kegiatan pemanfaatan burung hantu (Tyto alba). Penelitian Febriana (2008) juga mengemukakan hal yang sama, bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula partisipasi warga di dalam pelaksanaan suatu kegiatan.

4.5.3.3Pengaruh Lama Tinggal (X13) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Hasil olah SPSS menunjukan bahwa variabel lama tinggal (X13)

berpengaruh nyata terhadap partisipasi petani padi. Hal tersebut dibuktikan melalui nilai signifikansi 0,001 < 0,050. Hasil penelitian Tenriawaruwaty (2013) menyebutkan tinggi rendahnya partisipasi masyarakat sangat dipengaruhi oleh lamanya tinggal masyarakat. Nilai yang positif ditunjukan variabel lama tinggal dari nilai koefisien regresi, yakni sebesar 1,013. Dengan demikian setiap penambahan 1 nilai pada variabel lama tinggal akan menaikan nilai partisipasi sebesar 1,013. Girsang (2011) menyatakan semakin lama seseorang tinggal di lingkungannya, akan lebih tinggi rasa kepemilikannya (sense of belonging) dan tanggung jawab mereka terhadap kegiatan mereka di tempat tersebut. Hanya saja penambahan angka lama tinggal seseorang akan berkaitan erat dengan penambahan usia. Semakin lama tinggal, maka akan semakin tua umur orang tersebut. Sesuai dengan pembahasan mengenai pengaruh Umur (X11) terhadap Partisipasi,

penambahan usia akan menaikan tingkat partisipasi sampai ke titik puncak dan menurun setelah melewati titik tersebut.

4.5.3.4Pengaruh Pekerjaan Sampingan (X14) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Hasil komputasi pada variabel X14 menunjukan pekerjaan sampingan

memiliki nilai yang signifikan terhadap variabel Y. Nilai signifikansinya 0,031, lebih kecil daripada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,050). Selain itu juga nilai thitung

(13)

sampingan berpengaruh nyata terhadap partisipasi petani padi dalam pemanfaatan burung hantu di Tlogoweru. Seperti yang sudah dijelaskan dari Tabel 8, kemampuan manajemen dan pengembangan relasi cenderung berkembang bagi mereka yang memiliki pekerjaan sampingan selain bertani. Hal ini lah yang diduga dapat meningkatkan partisipasi. Selain itu memiliki pekerjaan sampingan dapat meningkatkan kondisi ekonomi yang berdampak kepada kecenderungan untuk bisa lebih berpartisipasi dalam menyumbang materi di dalam kegiatan pemanfaatan burung hantu. Pendapat tersebut didukung dengan nilai koefisien regresi yang bernilai positif. Nilai 5,143 menunjukan jika terjadi kenaikan 1 nilai pada jumlah pekerjaan sampingan petani, maka nantinya partisipasi petani akan naik 5,143.

4.5.3.5Pengaruh Jumlah Rubuha (X15) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Hasil komputasi dengan SPSS menunjukan jika jumlah kepemilikan rubuha (X15) memiliki pengaruh yang nyata terhadap partisipasi petani. Pendapat tersebut

didukung dengan nilai koefisien regresi yang menunjukan arah positif. Nilai 7,540 menunjukan jika terjadi kenaikan 1 nilai pada jumlah rubuha, maka nantinya partisipasi petani akan naik 8,540. Diduga, hal ini berkaitan dengan rasa tanggung jawab dan rasa memiliki (sense of belonging). Semakin banyak rubuha yang dibangun, semakin besar pula kepedulian petani terhadap kegiatan burung hantu. Untuk membangun 1 rubuha berjenis permanen, biaya yang dibutuhkan mencapai

±Rp. 2.000.000,00. Mengingat biaya yang tidak sedikit, para petani berusaha

menjaga rubuha yang dibangun bersamaan dengan burung hantu yang tinggal di dalamnya.

4.5.4 Pengaruh Faktor Eksternal (X2i) terhadap Partisipasi Petani (Y)

4.5.4.1Pengaruh Kepemimpinan (X21) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Variabel kepemimpinan (X21) sebagai salah satu faktor eksternal terbukti

(14)

23,663 menunjukan setiap penambahan nilai 1 pada aspek kepemimpinan akan membuat nilai partisipasi naik 23,663. Bass (2006) mengatakan bahwa melalui kemampuannya, seorang pemimpin yang inspirasional mampu membangkitkan antusiasme bawahan terhadap tugas-tugas kelompok. Tabel 10 juga turut menguatkan pendapat dari Bass tentang sosok pemimpin inspirasional. Petani Tlogoweru yang setuju jika pemimpin Desa Tlogoweru adalah orang yang inspirasional, memiliki rata-rata partisipasi yang lebih tinggi jika dibandingkan petani yang tidak setuju.

4.5.4.2Pengaruh Komunikasi (X22) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Variabel komunikasi (X22) merupakan satu-satunya variabel yang tidak

signifikan pengaruhnya terhadap partisipasi petani di Desa Tlogoweru. Nilai signifikansi 0,522 yang lebih besar dari 0,050, serta thitung = -0,652 yang lebih kecil

dari ttabel = 2,079 membuat variabel X22 tidak berpengaruh nyata terhadap

partisipasi. Dengan demikian variabel tersebut tidak signifikan. Menurut Hamad (2005) dalam proses komunikasi, para petani harus dilibatkan sehingga mereka merasa menjadi bagian dari program/kegiatan tersebut. Namun dalam rapat dengan Tim Tyto, hanya perwakilan tiap kelompok yang dirasa bisa mewakili para petanilah yang diajak untuk mengambil keputusan. Pola komunikasi top to down

inilah yang membuat ketidakseragaman penangkapan informasi oleh para petani. Ketidakseragaman pesan yang diterima disebabkan karena ada anggota yang tidak aktif datang, jarang bertanya, serta tidak ada rapat yang terjadwal. Hal ini membut petani menjadi kurang peduli terhadap kegiatan dan berdampak tidak signfikannya komunikasi terhadap partisipasi petani.

4.5.4.3Pengaruh Proses Pembelajaran (X23) terhadap Partisipasi Petani (Y)

Variabel yang terakhir adalah proses pembelajaran (X23), di mana pada

(15)

Gambar

Gambar 3. Peta Wilayah Desa Tlogoweru  Sumber: Arsip Desa, 2015
Tabel 3. Bentuk Partisipasi Petani Tlogoweru
Tabel 4. Rekapitulasi Indikator Tingkat Partisipasi Petani
Tabel 5. Distribusi Umur dan Tingkat Partisipasi Jumlah Sampel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 33, dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan ujicoba AUTP di kelompok tani Ngudi Mulyo

Hal ini dikarenakan usahatani varietas padi Hibrida (Arize) mencapai penerimaan kotor yang tinggi, walaupun demikian petani responden tidak menyukai varietas padi Hibrida

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan rata-rata petani di Desa Kalibeji yang menjadi pertimbangan menanam padi sawah terutama varietas Hibrida, Ciherang dan IR.64 adalah

Tabel V-11 dapat dilihat bahwa rata- rata tingkat partisipasi petani usahatani karet di Kecamatan Karang Baru berdasarkan penggunaan bahan pembekuan lateks tanaman

Dari tabel distribusi diatas dengan tingkat kepuasan paling tinggi, ketahanan petani juga ada pada kategori jumlah responden yang tinggi sebanyak 33

Dalam pemberdayaan bina lingkungan, pemerintah desa mengeluarkan Peraturan Desa Tlogoweru Nomor 4 Tahun 2011 tentang Burung Predator Tikus (Tyto Alba) serta pembangunan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini oleh masyarakat khususnya petani adalah sebagai sarana edukasi dan pengetahuan tentang manfaat dan pentingnya

Metode Penelitian menggunakan metode Research and Development (R&amp;D) dimana hasil tingkat kepuasannya pada skala Likert menunjukan nilai 65% atau rata-rata