• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM AUTP

IMAM WAHYUDI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Imam Wahyudi

(4)

RINGKASAN

IMAM WAHYUDI. Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI dan SUHARNO

Asuransi Pertanian merupakan suatu program yang ditawarkan sebagai salah satu alternatif skim pendanaan yang berkaitan dengan pembagian risiko dalam usahatani. Ujicoba atau pilot project program asuransi pertanian telah dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan telah diaplikasikan pada tanaman padi. Salah satu wilayah ujicoba asuransi pertanian ini adalah Kabupaten Gresik. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui mekanisme skim asuransi pertanian pada ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP), (2) menganalisis tingkat partisipasi petani dalam program AUTP, dan (3) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP.

Penelitian ini menggunakan 60 sampel responden petani padi yang tergabung dalam Kelompok Tani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kabupaten Gresik. Karakteristik internal dan eskternal petani yang diduga berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP diantaranya adalah : tingkat pendidikan, luas lahan garapan, status kepemilikan lahan, status keanggotaan dalam GP3K, sikap terhadap perubahan, gaya kepemimpinan, metode sosialisasi program, dan peranan BUMN (Petrokimia Gresik).

Berdasarkan hasil pengamatan pada Kelompok Tani Ngudo Mulyo, skim ujicoba AUTP melibatkan perusahaan-perusahaan BUMN diantaranya PT. Petrokimia Gresik dan PT. Jasindo sebagai pelaksana program. Skim pendanaan premi asuransi dalam program ujicoba AUTP berasal dari subsidi PT. Petrokimia Gresik sebesar 80% sedangkan sisanya 20% ditanggung oleh petani (swadaya). PT. Jasindo merupakan perusahaan BUMN yang bertindak sebagai konsorsium dan penanggung risiko yang memberikan jaminan ganti rugi kepada petani apabila terjadi kegagalan panen yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa yang dijamin dalam polis AUTP.

Berdasarkan proses klaim yang diajukan oleh petani kepada pihak penanggung risiko, dalam skim ujicoba AUTP pemberian ganti rugi didasarkan pada prinsip indemnity insurance. Dalam prinsip Indemnity (ganti rugi), petani yang mengalami kerugian yang disebabkan oleh banjir, kekeringan, dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) akan memperoleh ganti rugi sesuai dengan nilai pertanggungan yang telah disepakati dan tertera dalam perjanjian asuransi (polis AUTP). Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam hal terjadinya klaim, pihak penanggung akan berusaha mengembalikan posisi keuangan pihak tertanggung sama seperti sesaat sebelum terjadinya kerugian. Posisi keuangan yang dimaksud dalam skim ujicoba AUTP adalah berdasarkan nilai pertanggungan yang tertera dalam polis AUTP, sedangkan besarnya nilai pertanggungan didasarkan atas nilai input produksi atau biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya.

(5)

tingkat pendidikan, status keanggotaan dalam GP3K, gaya kepemimpinan, metode sosialisi program, dan peran BUMN Petrokimia. Sedangkan pada saat pelaksanaan program AUTP, faktor-faktor internal dan eskternal yang signifikan berhubungan dengan partisipasi petani untuk menjadi peserta program AUTP adalah : status keangotaannnya dalam GP3K, peran BUMN dan metode sosialisi program.

(6)

SUMMARY

IMAM WAHYUDI. Rice Farm Insurance Trial Scheme and Factors Related to Farmer Participation in AUTP Program. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI and SUHARNO.

Agricultural insurance is a program offered as one alternative of funding schemes related to risk diversion in farming. Trials or pilot projects of agricultural insurance program have been implemented in several regions in Indonesia and prioritized in rice crop. One agricultural insurance trial area is located in Gresik Regency. The aims of this study are: (1) To gain information concerning implementation mechanism of the insurance scheme on rice crop insurance pilot project (AUTP), (2) To analyze participation level of rice farmers in AUTP program and (3) To analyze factors related to participation of rice farmers in AUTP program.

This study included 60 rice farmers who are members of Ngudo Mulyo Farmer Group, Pinggir Village, Gresik Regency, East Java, as respondents. Internal and external characteristics of farmers which were expected to be related to farmer participation in AUTP program were education level, land area, land tenure, membership status in GP3K, attitude toward change, leadership style of leader in farmer groups, socialization method, and the role of state-owned enterprises (Petrokimia Gresik).

Result of observation on Farmers Group Ngudo Mulyo showed that the AUTP scheme involving state-owned enterprises (BUMN) which contributed as program executor, those were PT. Petrokimia Gresik and PT. Jasindo. Financing scheme of insurance premium in AUTP trial program came from subsidy of PT. PKG (80%) while the remaining 20% was paid by farmers (self-support). Moreover, PT. Jasindo functioned as consortium and risk guarantee which provided compensation to farmers in case of crop failures caused by events guaranteed in the AUTP policy.

(7)

Analysis using cross tabulation analysis and Chi-square test showed that internal and external factors significantly related to farmer participation in the socialization activities of AUTP program were education level, membership status in GP3K, leadership styles, methods of socialization program, and the role of state-owned enterprises (BUMN) Petrokimia. However, farmer participation in the AUTP program was influenced significantly by membership status in GP3K, the role of state-owned enterprises and methods of socialization program.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

SKIM UJICOBA ASURANSI USAHATANI PADI DAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM AUTP

IMAM WAHYUDI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Magister Sains Agribisnis

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

Penguji dari Luar Komisi : Dr Ir Burhanudin, MM

(11)

Judul Tesis : Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP

Nama : Imam Wahyudi

NIM : H451110501

Disetujui oleh, Komisi Pembimbing

Dr Ir Andriyono Kilat Adhi Ketua

Dr Ir Suharno, M.Adev Anggota

Diketahui oleh, Ketua Program Studi

Magister Sains Agribisnis Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini adalah asuransi pertanian dengan judul Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Petani dalam Program AUTP.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Andriyono Kilat Adhi dan Bapak Dr Ir Suharno, M.Adev selaku komisi pembimbing, Dr Ir Burhanudin, MM selaku penguji luar komisi, serta Ibu Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Arif Karsanto dari PT. Petrokimia Gresik, Bpk Abdul Aziz sebagai ketua Kelompok Tani Ngudi Mulyo, dan Bapak Muryadi Johar selaku Kepala Cabang PT. Jasindo Cabang Surabaya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(14)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR LAMPIRAN xi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 5

Tujuan 6

Manfaat Penelitian 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

Penelitian Terdahulu Tentang Asuransi Pertanian 6 Implementasi Asuransi Pertanian di Beberapa Negara 7 Perkembangan Asuransi Pertanian di Beberapa Negara 10

3 KERANGKA PEMIKIRAN 10

Konsep Risiko dan Ketidakpastian dalam Sektor Pertanian 10

Konsep Asuransi 14

Lembaga Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia 15

Asuransi Pertanian 16

Asuransi Pertanian Berbasis IndemnityInsurance dan Parametrik 16 Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian 17 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat 18 Kerangka Pemikiran Operasional 19

4 METODE PENELITIAN 22

Lokasi dan Waktu Penelitian 22

Jenis dan Sumber Data 22

Metode Pengambilan Contoh 22

Metode Analisis Data 22

5 SKIM UJICOBA AUTP DI KELOMPOK TANI NGUDO MULYO 23 Prinsip Asuransi Pertanian dalam Skema Ujicoba AUTP di

Kelompok Tani Ngudo Mulyo 23 Peran Pemerintah dalam Skim Ujicoba AUTP di

Kelompok Tani Ngudi Mulyo 25 Petani Sasaran dalam Program Ujicoba AUTP di

Kelompok Tani Ngudi Mulyo 25 Premi dan Skim Pendanaan Asuransi Usahatani Padi di

(15)

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 Faktor Internal dan Eksternal Petani 31

Faktor Internal Petani 31

Karakteristik Eksternal Petani 34 Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program Ujicoba

Asuransi Usahatani Padi (AUTP) 36 Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Petani dengan

Partisipasi Petani dalam Sosialisasi Program AUTP 37 Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP 45 Hubungan Faktor Internal dan Eksternal dengan Tingkat

Partisipasi Petani dalam Pelaksanaan Program AUTP 45 Evaluasi Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat

Partisipasi Petani dalam Program Ujicoba AUTP 52

7 SIMPULAN DAN SARAN 56

Simpulan 56

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58

LAMPIRAN 60

RIWAYAT HIDUP 66

DAFTAR TABEL

1 Produk domestik bruto menurut lapangan usaha 2 2 Ujicoba asuransi usahatani padi pada musim tanam Oktober 2012

sampai dengan Maret 2013 4

3 Tingkat subsidi pemerintah China tahun 2007-2010 8 4 Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara 10 5 Kelebihan dan kelemahan prinsip Indemnity Insurance dan Parametric 24 6 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan di

Kelompok Tani Ngudi Mulyo 31 7 Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan di

Kelompok Tani Ngudi Mulyo 32 8 Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan

lahan garapan di Kelompok Tani Ngudo Mulyo 32 9 Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam

GP3K di Kelompok Tani Ngudi Mulyo 33 10 Jumlah dan persentase petani responden menurut sikap petani terhadap

perubahan di Kelompok Tani Ngudi Mulyo 33 11 Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan ketua

(16)

12 Jumlah dan persentase petani berdasarkan metode sosialisasi program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo 35 13 Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran BUMN

dalam program AUTP di Kelompok Tani Ngudi Mulyo 35 14 Tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program

Asuransi Usahatani Padi (AUTP) 36 15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan

partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 37 16 Jumlah dan persentase responden menurut lahan garapan dan tingkat

partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 38 17 Jumlah dan persentase responden menurut status pemilikan lahan dan

tingkat partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 39 18 Jumlah dan persentase responden menurut status keanggotaan dalam

GP3K dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 40 19 Jumlah dan persentase responden menurut sikap terhadap perubahan

dan partisispasi petani dalam sosialisasi program AUTP 41 20 Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan

partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 42 21 Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program

dan partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 43 22 Jumlah dan persentase responden menurut keaktifan peran

PT. Petrokimia Gresik dan partisipasi petani dalam

sosialisasi program AUTP 44 23 Partisipasi petani dalam pelaksanaan program asuransi pertanian 45 24 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dan

partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 46 25 Jumlah dan persentase responden menurut luas lahan garapan dengan

partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 47 26 Jumlah dan persentase responden menurut status lahan garapan dan

tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 47 27 Jumlah dan persentase responden menurut keanggotaannya dalam

GP3K dengan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 48 28 Jumlah dan persentase responden menurut sikap petani terhadap

perubahan dan tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan

program AUTP 49

29 Jumlah dan persentase responden menurut gaya kepemimpinan dan

tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 50 30 Jumlah dan persentase responden menurut metode sosialisasi program

AUTP dan partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 51 31 Jumlah dan persentase responden menurut peran PT. Petrokimia Gresik

(17)

32 Faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan tingkat

partisipasi petani dalam sosialisasi program AUTP 53 33 Faktor internal dan eksternal petani yang berhubungan dengan tingkat

partisipasi dalam pelaksanaan program AUTP 55

DAFTAR GAMBAR

1 Premi asuransi pertanian dunia periode 2005-2008 3

2 Risk – Uncertainty Continum 11

3 Hubungan antara Varian dan Expected Return 12 4 Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap 13 5 Kerangka pemikiran operasional 21 6 Mekanisme pelaksanaan program AUTP 26 7 Mekanisme pengajuan Asuransi Usahatani Padi (AUTP) 29 8 Mekanisme klaim Asuransi Usahatani Padi (AUTP) 30

DAFTAR LAMPIRAN

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, dengan 80 000 kilometer garis pantai dan lebih dari 17 000 pulau, berada di jalur Cincin Api pasifik (Ring of Fire) yang menyebabkan Indonesia rawan terhadap bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor. Posisi geografis ini juga menyebabkan Indonesia rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim, yang sebagian besar sudah mulai dirasakan seperti musim kemarau berkepanjangan, banjir dan cuaca ekstrim. Hal ini berdampak buruk bagi kesehatan dan kesejahteraan penduduk, serta mengancam keanekaragaman hayati dan stabilitas ekonomi Indonesia.

Sektor pertanian merupakan salah satu usaha yang paling rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Meningkatnya insiden dan intensitas banjir atau kekeringan menyebabkan terjadinya eskalasi kerusakan tanaman. Pada saat yang sama, perilaku iklim ekstrim juga berakibat tidak optimalnya atau rusaknya jaringan irigasi, jalan usahatani, dan prasarana pertanian lainnya. Jadi secara umum risiko dan ketidakpastian dalam usahatani meningkat dan selama ini petani menanggung sendiri risiko tersebut. Implikasinya, masa depan ketahanan pangan nasional menghadapi situasi yang lebih suram.

Sektor pertanian juga merupakan sektor fundamental dalam pembangunan ekonomi. Banyak sektor yang menggantungkan keberlangsungan usahanya pada sektor pertanian sebagai penyedia input produksi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertanian merupakan sektor yang strategis, terutama dalam konteks perdagangan di Indonesia. Pertanian termasuk ke dalam tiga sektor unggulan penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB). Pada triwulan ketiga tahun 2014, sektor pertanian tercatat sebagai sektor terbesar kedua yang menghasilkan kontribusi bruto sebesar 15.21% (Tabel 1)1.

Tingginya potensi di sektor pertanian seharusnya dapat menjadi pendorong bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan yang lebih intensif. Hal ini dibutuhkan mengingat ketahanan pangan nasional menjadi salah satu tujuan utama pembangunan nasional (Pasaribu et al. 2010). Kekurangan bahan pangan, khususnya makanan pokok beras akan menimbulkan gejolak sosial ekonomi dan politik yang mempengaruhi pembangunan itu sendiri. Masalah-masalah multidimensional untuk mencapai kecukupan pangan sangat beragam dan dalam konteks ini, pemerintah berusaha untuk terus meningkatkan produksi pangan melalui inovasi teknologi dan penerapan program perbaikan manajemen usahatani Salah satu ancaman yang sangat mengkhawatirkan saat ini adalah ancaman dampak pemanasan global. Pemanasan global membuat iklim di dunia berubah-ubah tidak menentu. Dampak lain dari pemanasan global adalah berberubah-ubahnya ekosistem dan terganggunya keseimbangan ekologi. Secara agregat diperkirakan bahwa total biaya dan risiko akibat perubahan iklim global setara dengan

1 Badan Pusat Statistik. 2014. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. http://bps.go.id. Diakses

(20)

kehilangan setidaknya 5% PDB dunia per tahun (Sterm 2006 dalam Sumaryanto dan Nurmanaf 2007).

Tabel 1 Produk domestik bruto menurut lapangan usaha

Lapangan usaha

8. Keuangan, Real estat dan

Jasa 189.4 196.3 71.7 73.0 7.63 7.49

9. Jasa-Jasa 257.2 296.6 67.1 69.6 10.35 11.32

PDB 2 483.8 2 619.9 724.1 745.6 100.0 100.0

PDB Tanpa Migas 2 304.4 2 438.8 691.6 712.6 92.78 93.09

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Oleh karena itu, perlu adanya upaya sistematis dan melembaga untuk meminimalkan risiko kerugian akibat ancaman yang terjadi pada sektor pertanian. Salah satu alternatif instrumen manajemen risiko yang layak dipertimbangkan adalah keberadaan asuransi pertanian, khususnya untuk menanggulangi kerugian akibat perubahan iklim global tersebut. Asuransi ditawarkan sebagai salah satu dari skim pendanaan untuk membagi risiko seperti kegagalan panen. Asuransi pertanian berhubungan dengan pembiayaan usahatani dengan pihak ketiga (perusahaan asuransi swasta atau instansi pemerintah) dengan jumlah tertentu dari pembayaran premi (World Bank 2008 dalam Pasaribu 2010).

(21)

Gambar 1 Premi asuransi pertanian dunia periode 2005-2008

Sumber: Itturioz (2009)

Ada tiga faktor utama yang berkontribusi dalam pertumbuhan asuransi pertanian. Faktor pertama adalah peningkatan nilai produk pertanian dalam beberapa tahun terakhir yang berdampak langsung pada peningkatan volume premi asuransi pertanian. Faktor kedua, peningkatan nilai aset pertanian yang juga meningkatkan kepekaan terhadap hilangnya aset tersebut, akibatnya permintaan terhadap asuransi pertanian meningkat. Faktor ketiga adalah perkembangan pasar baru bagi asuransi pertanian dan meningkatnya dukungan sektor publik atas keberadaan pasar ini. Hal ini memberi kontribusi kepada peningkatan permintaan asuransi pertanian (Iturrioz 2009).

Berbagai proyek rintisan (pilot project) asuransi pertanian juga telah dilaksanakan di beberapa negara berkembang sebagai upaya atraktif dalam memanajemen risiko perubahan iklim, seperti di India, Ukraina, Malawi dan Thailand (United Nation 2007). Salah satunya proyek rintisan pemerintah India yang diberi nama The National Agriculture Insurance Scheme (NAIS). Dalam proyek ini, pemerintah India memberikan subsidi awal kepada petani kecil dan menengah sebesar 50%. Proyek ini berhasil meningkatkan persepsi dan motivasi petani mengenai asuransi.

Sama seperti negara berkembang lainnya, asuransi pertanian di Indonesia masih terbilang hal baru. Maka, dibutuhkan ujicoba atau pilot project asuransi pertanian sebelum asuransi pertanian itu diterapkan lebih luas. Pengalaman dari negara-negara yang telah melaksanakan ujicoba sistem asuransi pertanian tersebut sangatlah bermanfaat. Dari pengalaman itu, dapat diketahui sejumlah skenario asuransi yang sekiranya dapat dimodifikasi untuk diimplementasikan di Indonesia.

(22)

Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Daerah-daerah yang menjadi wilayah ujicoba pelaksanaan AUTP merupakan daerah-daerah yang tingkat risikonya cukup tinggi terhadap kondisi yang tidak dapat dikendalikan seperti kekeringan dan banjir.

Ujicoba AUTP tahap I dilaksanakan pada musim tanam Oktober 2012 sampai dengan Maret 2013 di wilayah Sumatera Selatan (Kabupaten Oku Timur) dan Jawa Timur (Kabupaten Tuban dan Gresik). Ujicoba tahap I ditargetkan seluas 3 000 hektar namun yang terealisasi seluas 623.12 hektar. Ujicoba AUTP di Kabupaten Karawang Jawa Barat dikatakan tidak berhasil karena tidak ada petani yang tertarik untuk ikut serta dalam asuransi pertanian. Hal ini dikarenakan petani di Kabupaten Karawang merasa tidak memerlukan asuransi dan merasa terbebani dengan harus membayar premi sebesar Rp 36 000 per hektar (20% dari total premi) meskipun telah mendapat subsidi premi sebesar 80% dari pemerintah. Pada tabel 2 dapat dilihat realisasi ujicoba Asuransi Usahatani Padi pada musim tanam Oktober sampai dengan Maret 2013.2

Tabel 2 Ujicoba asuransi usahatani padi pada musim tanam Oktober 2012

Sumber: PT. Pupuk Kujang Indonesia (2012), diolah

Asuransi untuk usahatani padi dapat menjadi program menarik dalam hubungannya dengan perubahan iklim yang sulit diprediksi sehingga keberadaan ujicoba AUTP sangat diperlukan sebelum asuransi pertanian ini diterapkan pada skala yang lebih luas. Beberapa skim dan skenario dibuat dalam pilot project

tersebut untuk menguji pola yang paling cocok untuk asuransi usahatani padi di Indonesia. Oleh karena itu, petani yang berpartisipasi dalam skim asuransi harus didasarkan pada kesukarelaan, bukan paksaan karena partisipasi petani akan mendukung kesuksesan dan keberlangsungan program.

Secara konseptual, program ujicoba AUTP merupakan salah satu bentuk program yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam rangka untuk melihat sejauhmana program ini dapat secara efektif melindungi petani dari ancaman gagal panen dan memperkenalkan kepada petani bagaimana mekanisme sistem asuransi pertanian berjalan sebagai langkah awal untuk mengembangkan sistem asuransi pertanian di Indonesia dalam skala nasional. Sebagai langkah awal menuju pengembangan sistem asuransi pertanian yang berkelanjutan, program AUTP dituntut untuk meramu pola pendekatan yang mampu memenuhi kedua

2 Data Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Tahun 2014

(23)

tantangan tersebut. Program AUTP juga dilaksanakan untuk memberikan wawasan baru kepada petani terkait adamya sistem perlindungan usahatani dan agar dalam penyelenggarannya dapat berjalan secara efektif perlu melibatkan petani dalam setiap proses kegiatannya.

Rumusan Masalah

Pertanian merupakan salah satu usaha yang rawan terhadap dampak negatif perubahan iklim, seperti banjir dan kekeringan yang dapat menyebabkan gagal panen. Jika hal ini tidak diantisipasi dengan tepat akan berpotensi melemahkan motivasi petani untuk mengembangkan usahatani, bahkan dapat mengancam ketahanan pangan nasional. Selama ini pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan dan program untuk membantu sektor pertanian. Beberapa kebijakan di sektor pertanian seperti subsidi bibit, subsidi pupuk, bantuan sarana produksi pertanian, serta program kredit untuk sektor pertanian telah dilaksanakan oleh pemerintah. Namun, bantuan tersebut dirasa belum cukup untuk membantu petani dalam mengatasi berbagai masalah di sektor pertanian terutama masalah gagal panen yang disebabkan oleh kondisi perubahan iklim yang tidak menentu.

Sebagai antisipasi terhadap kemungkinan gagal panen yang dapat terjadi di sektor pertanian, maka pemerintah telah melaksanakan ujicoba sistem asuransi pertanian di beberapa wilayah di Indonesia yang diterapkan pada tanaman padi dan diberi nama program Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Kegiatan ujicoba asuransi pertanian dilatarbelakangi untuk membantu petani menanggung risiko yang muncul karena perubahan pergeseran musim dan kehilangan hasil pertanian. Sumber pendanaan untuk membayar premi asuransi dari kegiatan ujicoba tersebut berasal dari subsidi pemerintah dan petani, serta dari perusahaan BUMN yang bekerjasama dengan petani.

Program AUTP dinyatakan efektif jika program tersebut mampu memenuhi kebutuhan petani dan bermanfaat bagi petani. Agar tercapai program yang efektif diduga partisipasi petani memegang peranan penting dalam keseluruhan siklus kegiatannya dari mulai perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi kegiatannya. Partisipasi petani diduga dapat menghindarkan program yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani. Berdasarkan pertanyaan utama penelitian ini yaitu bagaimana mekanisme penerapan skim asuransi dalam program ujicoba AUTP dan sejauhmana program ujicoba AUTP mampu membangkitkan partisipasi petani untuk terlibat dalam program tersebut sebagai langkah awal menuju pada pengembangan program AUTP dalam skala nasional yang berkelanjutan, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa masalah yang perlu dikaji, diantaranya :

1. Bagaimana mekanisme skim asuransi pertanian dalam program ujicoba AUTP?

2. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam program ujicoba AUTP ? 3. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam

(24)

Tujuan

Secara umum, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji mekanisme skim asuransi pertanian dalam program AUTP dan mengkaji faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam program AUTP yang hasilnya akan menjadi informasi bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam rangka mengevaluasi dan menyesuaikan skim asuransi pertanian yang paling cocok di Indonesia. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memberikan gambaran mengenai mekanisme skim asuransi pertanian dalam program ujicoba AUTP

2. Mengkaji tingkat partisipasi petani dalam pelaksanaan program AUTP 3. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani

dalam program ujicoba AUTP

Manfaat Penelitian

Penelitian ilmiah yang mengambil judul “Skim Ujicoba Asuransi Usahatani Padi (AUTP) dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Petani dalam Program AUTP ini diharapkan bisa memberikan nilai manfaat, antara lain:

1. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi mengenai penerapan asuransi pertanian di Indonesia dan bahan referensi dalam pengambilan keputusan, terutama dalam upaya melindungi sektor pertanian dari dampak perubahan iklim yang dapat menimbulkan risiko gagal panen.

2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan akan memberikan suatu pengetahuan dan menambah pengetahuan empiris mengenai asuransi pertanian.

3. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan penelitian terkait sistem mitigasi sektor pertanian untuk mengatasi masalah risiko di bidang pertanian

2 TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu Tentang Asuransi Pertanian

(25)

Penelitian yang dilakukan Pasaribu et al. adalah pengembangan asuransi khusus untuk usahatani padi untuk menanggulangi risiko kerugian 75% akibat banjir, kekeringan, dan hama penyakit. Hasil penelitian Pasaribu et al. (2010) adalah terlaksananya sosialisasi, kordinasi, dan advokasi sistem asuransi usahatani padi ke berbagai stakeholder, tersusunnya pedoman pelaksanaan asuransi usahatani padi, terlaksananya pilot project asuransi pertanian, dan terbentuknya strategi serta langkah-langkah operasional pelaksanaan sistem asuransi pertanian.

Raju dan Chand (2008) mengadakan penelitian tentang masalah dan prospek asuransi pertanian di India. Penelitian ini membahas persepsi petani pada asuransi pertanian di Andhra Pradesh, India dimana petani yang menjadi responden merupakan petani yang mengajukan pinjaman atau pembiayaan pertanian ke bank dan petani yang tidak mengajukan pinjaman ke bank. Hasil dari penelitian tersebut adalah adanya perbedaan strategi yang dilakukan petani dalam menghadapi gagal panen. Kelompok tani yang mengajukan pinjaman menganggap asuransi pertanian merupakan cara tepat sebagai strategi menghadapi risiko gagal panen di sektor pertanian.

Implementasi Asuransi Pertanian di Beberapa Negara3

1. India

Negara India mengenal asuransi pertanian sejak 1972 dengan diterapkannya ujicoba asuransi pertanian yang diterapkan secara swadaya. Mulai tahun 1979 pemerintah India memberikan subsidi premi asuransi gagal panen berdasarkan yield index untuk wilayah publik. Mulai tahun 1985 skim asuransi gagal panen secara komprehensif (Comprehensive Crop Insurance Scheme atau CSIS) mulai diperkenalkan di enam belas negara bagian dan dua wilayah serikat oleh perusahaan asuransi di India yaitu General Insurance Corporation (GIC). CSIS diganti dengan National Agricultural Insurance Scheme (NAIS) pada tahun 1999/2000. Tujuan Pemerintah India memberikan subsidi premi asuransi gagal panen antara lain (FAO 2011) :

a. Untuk memberikan dukungan keuangan bagi petani ketika terjadi gagal panen

b. Untuk mengembalikan kelayakan kredit bagi petani setelah gagal panen untuk musim tanam berikutnya

c. Untuk mendukung dan merangsang produksi sereal, kacang-kacangan, dan minyak sayur

Skim asuransi pertanian secara nasional di India (NAIS) merepresentasikan kepentingan pemerintah untuk tujuan sosial dan ekonomi, yaitu memberikan kesempatan kepada petani terutama petani kecil dan marginal untuk mengakses kredit pada waktu musim tanam dengan bunga yang terjangkau serta membantu petani dari sisi keuangan jika terjadi gagal panen. Pemerintah India memberikan subsidi untuk program asuransi pertanian dengan porsi pembagian 50% ditanggung oleh pemerintah pusat serta 50% ditanggung pemerintah propinsi dan negara bagian.

3 Kementerian Keuangan. Badan Kebijakan Fiskal Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal. 2014. Kajian

(26)

2. China

Negara China mulai menerapkan asuransi pertanian sejak tahun 1982 melalui asuransi ternak dan asuransi gagal panen. China mengalami dua tahap perkembangan asuransi pertanian. Pada tahun 1982 sampai dengan 2002 asuransi dilaksanakan oleh suatu perusahaan asuransi di China (People’s Insurance

Company of China/PPIC). Pendapatan premi sebesar USD 98 juta pada tahun 1992 dan menurun sebesar USD 40 juta pada tahun 2002. Pada masa itu, perusahaan asuransi mengalami kerugian dan akhirnya diprivatisasi. Pada tahap kedua, Pemerintah China mulai memperkenalkan subsidi dalam skim asuransi pertanian pada tahun 2003. Pemerintah China mendorong perusahaan asuransi baru untuk melaksanakan asuransi pertanian sebagai salah satu kebijakan guna mengembangkan sektor pertanian. Sejak tahun 2005, pelaksanaan asuransi pertanian mengalami perkembangan sehingga subsidi premi juga mengalami peningkatan. Saat ini China merupakan negara yang menerapkan asuransi pertanian terbesar setelah Amerika Serikat.

Asuransi di negara China bersifat sukarela, baik untuk asuransi gagal panen maupun asuransi peternakan. Kebijakan besaran subsidi dan pengambilan keputusan dilakukan oleh kelompok tani di tingkat desa atau koperasi. Dalam satu kasus, terdapat petani yang tidak terdaftar sebagai peserta asuransi karena tidak membayar sebagian premi, namun secara otomatis petani tersebut tetap akan memperoleh bantuan subsidi premi dari pemerintah. Beban premi asuransi ditanggung oleh tiga pihak, antara lain pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui subsidi, serta sisanya ditanggung oleh petani. Besaran subsidi premi asuransi berkisar antara 20% sampai 100% tergantung dengan kondisi masing-masing wilayah. Tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 subsidi premi mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Tabel 3 menunjukkan tingkat subsidi premi yang diberikan oleh pemerintah China kepada petani.

Tabel 3 Tingkat subsidi pemerintah China tahun 2007-2010

Tahun Jenis

(27)

gelombang badai. Asuransi pertanian di Negara Vietnam mulai diterapkan sejak tahun 1982 oleh perusahaan asuransi Bao Viet Insurance. Asuransi pertanian dilaksanakan tanpa bantuan subsidi premi dari pemerintah untuk mendukung asuransi pertanian. Asuransi pertanian dilaksanakan oleh Bank Pertanian bekerjasama dengan petani, dan sifatnya tidak wajib bagi petani untuk ikut asuransi. Produk asuransi pertanian yang ditanggung oleh perusahaan asuransi meliputi jagung, ubi kayu dan padi.

4. Thailand

Asuransi gagal panen telah diterapkan di Thailand antara tahun 1978 sampai dengan tahun 1990. Asuransi gagal panen menanggung berbagai macam risiko (Multiple Peril Crop Insurance/MPCI) untuk produk kapas, jagung, dan kacang kedelai. Program asuransi telah ditutup karena tingginya biaya administrasi dan besarnya kerugian yang harus ditanggung. Asuransi gagal panen berdasarkan indeks iklim dilaksanakan pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 oleh perusahaan reasuransi, kumpulan dari sembilan perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi milik Pemerintah Thailand (Thai Reinsurance Public Company Ltd). Asuransi Indeks Iklim menjamin tanaman kapas yang merupakan tanaman konvensional yang sangat rentan terhadap curah hujan dengan rata-rata tarif premi diatas 10%.

Asuransi Indeks Iklim dilaksanakan oleh Bank Pertanian (Bank of Agriculture and Agricultural Cooperative/BAAC), namun petani tidak wajib mengikuti asuransi pertanian. Pada tahun 2010, Pemerintah Thailand tidak memberikan subsidi atas pelaksanaan asuransi pertanian. Tahun 2011 sampai dengan 2013 Pemerintah Thailand memberikan subsidi sebesar 50% sampai dengan 100% tergantung tipe petani, yaitu:

1) Rumah tangga petani miskin di wilayah pedesaan, subsidi premi sebesar 90% sampai dengan 100% dari total premi.

2) Petani lainnya, subsidi premi sebesar 60% sampai dengan 70% dari total premi

3) Organisasi produksi pertanian, subsidi premi sebesar 50% dari total premi

5. Jepang

Pada tahun 1929 di negara Jepang diberlakukan asuransi ternak. Kemudian pada tahun 1937, peraturan tentang asuransi hutan nasional mulai diberlakukan untuk menanggung kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran, pengaruh iklim (angin, air, salju, kekeringan, es, gelombang pasang) dan erupsi gunung berapi. Skim asuransi pertanian di Jepang dibangun berdasarkan solidaritas antar petani, dimana setiap koperasi mengumpulkan dana yang berasal dari pembayaran premi. Skim asuransi pertanian bergantung pada jaringan koperasi di tingkat lokal, regional, dan nasional, dimana terdapat sekitar 300 koperasi nasional. Tipe asuransi pertanian di Jepang meliputi:

1) Asuransi padi, gandum, barley (program nasional) 2) Asuransi ternak (program nasional)

3) Asuransi produk buah dan tanaman buah (program pilihan)

(28)

Asuransi pertanian di Jepang dilaksanakan oleh sekitar 300 koperasi, dimana tidak ada koperasi yang khusus melayani petani kecil dan marginal. Kewajiban petani untuk ikut dalam asuransi pertanian tergantung pada produk asuransi dan tipe petani. Petani dengan produk pertanian utama seperti gandum,

barley, dan padi diwajibkan ikut asuransi. Meskipun demikian, petani yang tidak memenuhi syarat (misalnya luas lahan minimum yang bisa diasuransikan) dapat menjadi peserta asuransi secara sukarela.

Perkembangan Asuransi Pertanian di Beberapa Negara

Asuransi pertanian telah dilaksanakan oleh banyak negara maju terutama Amerika Serikat sejak tahun 1930-an disusul Eropa dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dengan Jepang mengawali terbentuknya legislasi asuransi pertanian tahun 1929. Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara dapat dijelaskan pada tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan asuransi pertanian di beberapa negara

Negara Tahun

Sumber: Stutley (2007) dalam RPJMN Bidang Pangan dan Pertanian 2015-1019

3 KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Risiko dan Ketidakpastian dalam Sektor Pertanian

(29)

peluang terjadinya kerugian atau keuntungan (Fleisher 1990). Sementara itu, Frank Knight yang diacu dalam Calkin (1983) menyatakan bahwa risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan dalam bisnis, sedangkan ketidakpastian menunjukkan peluang suatu kejadian yang tidak dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagai pembuat keputusan. Gambaran mengenai risiko dan ketidakpastian dalam suatu kontinum dapat dilihat dari Gambar 2.

Peluang dan Hasil Peluang dan Hasil tidak

Diketahui Diketahui

RISKY EVENTS UNCERTAIN EVENTS

Gambar 2 Risk – Uncertainty Continum Sumber: Debertin (1986)

Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kontinum sebelah kiri menggambarkan kejadian yang berisiko yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian dapat diketahui oleh pengambil keputusan. Sementara kontinum yang di sebelah kanan menggambarkan kejadian tidak pasti yang mana peluang dan hasil dari suatu kejadian tidak diketahui oleh pengambil keputusan secara pasti.

Pengertian lain mengenai risiko adalah risiko merujuk pada variabilitas hasil dari kegiatan yang tidak pasti. Jika tingkat variabilitas ini rendah, kegiatan tersebut kemungkinan merupakan hal yang pasti. Setiap individu akan cenderung memberikan pilihan dengan tingkat variabilitas yang lebih rendah (Nicholson 1991). Vaughan (1978) juga mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:

1. Risk is the chance of loss

Chance of loss biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu keadaan yang mana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau kemungkinan kerugian.

2. Risk is the possibility of loss

Istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara nol dan satu

3. Risk is uncertainty

Definisi ini menjelaskan bahwa risiko berhubungan dengan ketidakpastian atau dengan kata lain risiko terjadi karena adanya kondisi yang tidak pasti (ketidakpastian).

Risiko pada kegiatan pertanian bersifat unik dibanding lainnya. Hal ini dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam terutama iklim dan cuaca. Harwood et al (1999) menyatakan terdapat beberapa sumber risiko pada kegiatan produksi pertanian, yaitu meliputi :

1. Production of yield risk

(30)

pertanian. Penggunaan teknologi baru secara cepat tanpa adanya penyesuaian sebelumnya justru dapat menyebabkan penurunan produktivitas alih-alih efisiensi yang diharapkan

2. Price of market risk

Risiko pasar dalam hal ini meliputi risiko harga input dan output. Pada umumnya, kegiatan produksi pertanian merupakan proses yang lama. Sementara itu pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, petani belum tentu mendapatkan harga yang sesuai dengan yang diharapkan pada saat panen. Begitu pula dengan harga-harga input yang berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. Pada akhirnya risiko harga tersebut akan berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh petani

3. Industrial risk

Berhubungan dengan kebijakan dan program dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian. Misalnya, adanya kebijakan pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input. Secara umum, industrial risk ini cenderung tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

4. Financial risk

Financial risk atau risiko finansial ini dihadapi oleh petani pada saat petani meminjam modal dari institusi seperti bank. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi dari tingkat suku bunga pinjaman (interest rate).

Perilaku setiap individu dalam menghadapi risiko berbeda-beda satu sama lain. Menurut teori Von Neumann-Morgensten (1944) yang diacu dalam Nicholson (1991), perilaku ekonomi individu yang berada dalam kondisi tidak pasti cenderung akan menetapkan pilihan pada pilihan yang memaksimumkan nilai yang diharapkan. Dalam indeks utilitas Von Neuman-Morgensten terdapat kategori individu dalam

menghadapi risiko, yaitu Risk verter, Risk Neutral, dan Risk Taker. Perilaku individu

dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan dengan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Hubungan antara Varian dan Expected Return Sumber: Debertin (1986)

Varian Return

Expected Return

U1

Risk Averter

U2

Risk Neutral

U3

(31)

Gambar 3 menunjukkan hubungan antara Varian Return yang merupakan ukuran dari tingkat risiko yang dihadapi, dengan return yang diharapkan (expected return) yang merupakan ukuran dari tingkat kepuasan pembuat keputusan. Perilaku pembuat keputusan dalam menghadapi risiko tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagaimana berikut:

1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk averter) menunjukkan jika U1 diasumsikan kuva isoutility pembuat keputusan maka adanya

kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan kenaikan return yang diharapkan.

2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk neutral) menunjukkan jika U2 diasumsikan kurva isoutility pembuat keputusan.

Maka adanya kenaikan varian return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi dengan kenaikan return yang diharapkan. 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk taker) menunjukkan

jika U3 diasumsikan kurva isoutility pembuat keputusan. Maka adannya

kenaikan varian return merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return yang diharapkan lebih rendah.

Bentuk lain yang dapat menggambarkan perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dilihat pada Gambar 4 yang menunjukkan keputusan individu berkaitan dengan kemungkinan pendapatan.

Gambar 4 Fungsi Utilitas dengan Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap

Sumber: Debertin (1986)

Berdasarkan gambar 4, individu yang digambarkan pada kurva U(y)1

termasuk dalam perilaku risk averter. Kurva tersebut menunjukkan kepuasan

marginal utility yang semakin menurun (diminishing marginal utility) dari pendapatan. Meskipun tambahan pendapatan selalu meningkatkan kepuasan, tetapi kenaikan kepuasan yang dihasilkan karena kenaikan pendapatan yang mendekati titik orginal akan lebih besar dari kenaikan kepuasan karena kenaikan pendapatan berikutnya. Sementara pada risk lover, kepuasan marginal utility

semakin meningkat (increasing marginal utility) dari pendapatan dan pada risk neutral kepuasan marginal utility tetap (constan marginal utility).

Utility

(32)

Dalam menghadapi risiko pada kegiatan produksi pertanian, petani dapat melakukan beberapa strategi. Menurut Harwood et al. (1999), beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh petani meliputi:

1. Diversifikasi Usaha (Entreprise Diversification)

Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan memiliki hasil yang lebih tinggi.

2. Integrasi Vertikal (Vertical Integration)

Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi vertikal yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Dari sisi petani, keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung kepada banyak faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal, risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input (atau output) sebelum dan sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya.

3. Kontrak Produksi (Production Contract)

Kontrak produksi khusus memberi kontraktor (pembeli) pengawasan terhadap proses produksi (Perry 1997). Kontrak ini biasanya menetapkan dengan rinci pasokan input produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditas tertentu yang akan diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani.

4. Kontrak Pemasaran (Marketing Contract)

Kontrak pemasaran adalah perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan, antara pedagang dengan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan (perry 1997). Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapan waktunya.

5. Perlindungan nilai (Hedging)

6. Asuransi Pertanian (CropInsurance)

Konsep Asuransi

(33)

Berdasarkan pengertian asuransi menurut KUHP pasal 246 dan undang-undang nomor 2 tahun 1992, dapat disimpulkan tiga unsur utama terbentuknya asuransi yaitu:

1. Pihak Penanggung,

Pihak penanggung dalam hal ini perusahaan asuransi yaitu pihak yang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi dan memberikan penggantian kepada tertanggung ketika tertanggung memperoleh kerugian.

2. Pihak Tertanggung,

Pihak tertanggung yaitu pihak yang mengikatkan diri dengan penanggung dengan tujuan mentransfer risiko kepada penanggung serta membayar risiko sebesar risiko yang ditransfer.

3. Akibat/Kerugian

Akibat atau kerugian merupakan besaran nilai yang tertuang dalam polis asuransi yang harus dibayar oleh penanggung kepada tertanggung akibat peristiwa yang belum pasti

Asuransi atau pertanggungan di dalammnya tersirat pengertian adanya risiko. Hal ini lazim dikemukakan, sebagaimana pendapat yang dipaparkan beberapa ahli. James L. Astheaen dalam Hartono (1985) mengatakan bahwa asuransi adalah satu institusi kelembagaan yang direncanakan guna menangani risiko. Robert I. Mehz dan Emerson Cammack dalam Hartono (1985) mengatakan suatu pemindahan risiko lazim disebut sebagai asuransi.

Lembaga Asuransi dan Hukum Asuransi di Indonesia

Hartono (1985) menjelaskan bahwa lembaga asuransi sudah dikenal sejak manusia mulai menyadari adanya kemungkinan penanggulangan risiko-risiko yang sekirannya mungkin terjadi. Penanggulangan risiko yang dimaksud antara lain dapat dengan diperalihkan kepada pihak lain yang bersedia dengan syarat-syarat tertentu. Hal itu tidak lain merupakan fungsi utama lembaga asuransi sebagai sebuah lembaga pelimpah risiko yang mengurangi keraguan atau ketidakpastian.

Lembaga asuransi sebagai salah satu lembaga non-bank juga memegang peranan yang cukup penting dalam kelancaran aktivitas dan hubungan perdagangan, baik lokal maupun internasional. Lembaga asuransi berposisi sebagai penyerap dan penghimpun dana keuangan dari masyarakat melalui pembayaran sejumlah uang (premi). Uang yang terkumpul digunakan untuk membayar klaim yang ada dan dapat pula dimanfaatkan untuk berbagai keperluan sektor perekonomian lainnya. Lembaga asuransi merupakan satu rantai dari seluruh kegiatan yang terjadi dalam dunia usaha.

(34)

paksaan akan menyebabkan perjanjian yang tidak sempurna, dan dapat dibatalkan demi hukum.

Asuransi Pertanian

Asuransi pertanian adalah instrumen pengggabungan risiko (risk-pooling instrument) dimana setiap peserta membayar sejumlah kecil uang premi dan sebagian dari mereka yang mengalami kerugian mendapatkan ganti rugi yang diambilkan dari premi yang terkumpul tersebut. Namun demikian, tidak semua risiko pertanian dapat diasuransikan. Beberapa syarat risiko pertanian dapat diasuransikan adalah: (a) peristiwa yang diasuransikan tidak dapat diperkirakan terjadinya; (b) probabilitas terjadinya peristiwa relatif rendah, sebagai contoh tidak ada perusahaan asuransi bersedia menanggung risiko banjir yang wilayah tanamnya selalu tergenang air setiap tahun; (c) peristiwa yang dipertangggungkan tidak dalam kendali petani tertanggung, karena jika sebaliknya maka akan terjadi manipulasi kerugian (moral hazards); (d) peristiwa kerugian harus berdiri sendiri secara statistik, artinya obyek pertanggungan tidak terkonsentrasi pada kawasan atau hamparan yang sama.

Banyak ditemui bahwa program asuransi pertanian yang sukses dihasilkan dari penerapan konsep-konsep dasar secara benar. Asuransi dapat memainkan peran yang penting di dalam pengelolaan berbagai aspek risiko pertanian, akan tetapi asuransi tidak mengatasi semua risiko. Bank Dunia melaporkan bahwa asuransi pertanian merupakan komponen penting dalam manajemen risiko, namun tidak dapat menggantikan tata cara pengelolaan yang baik, metode berproduksi yang maju dengan berinvestasi pada teknologi baru. Jika inovasi dan teknologi dapat dikelola dengan baik, maka skim asuransi pertanian dapat meningkatkan kehidupan masyarakat pedesaan yang sekaligus meningkatkan produksi dan memperkuat ketahanan pangan (World Bank 2009).

Asuransi Pertanian Berbasis IndemnityInsurance dan Parametrik

Asuransi Pertanian yang berbasis Indemnity Insurance atau asuransi kerugianadalah suatu jenis asuransi dimana ketika pihak tertanggung mengalami kerugian maka pihak penanggung akan melakukan pembayaran kepada pihak tertanggung yang telah membayar premi asuransi. Tujuan dari asuransi kerugian adalah untuk mengembalikan posisi ekonomi tertanggung sama saat kerugian belum terjadi dan tertanggung tidak memperoleh keuntungan dari adanya kerugian tersebut (Swiss Re dalam PPRF 2013).

(35)

1. Pembayaran dilakukan kepada pemegang polis apabila terpenuhi kondisi cuaca atau iklim yang tidak diharapkan, tanpa perlu bukti kegagalan panen.

2. Sistem mengasuransikan indeks iklim, bukan tanamannya (misal: indeks curah hujan).

Salah satu kelebihan asuransi indeks iklim adalah pembayaran pertanggungan tidak terkait dengan umur tanaman atau gagal panen karena pembayaran pertanggungan dilakukan apabila peristiwa pemicunya terpenuhi. Hal ini dapat mendorong petani mencoba teknologi baru terkait pertanian untuk menjamin kelangsungan usahataninya.

Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Pertanian

Kata partisipasi seringkali disambung dengan kata masyarakat sehingga

menjadi kata yang menyatu “partisipasi masyarakat”. Kata-kata partisipasi masyarakat ini mulai merebak, bahkan menjadi kepercayaan para pakar pembangunan. Bahwa pembangunan yang disertai dengan partisipasi masyarakat akan lebih berhasil dan berkesinambungan ketimbang pembangunan yang hanya

dilakukan oleh pemerintah saja. Merebaknya kepercayaan “baru” ini secara tidak langsung menunjukkan kepada kita bahwa pembangunan yang selama ini kita lakukan dinilai kurang melibatkan peran serta masyarakat atau terlalu top-down. Pembangunan pertanian yang terlalu top-down ternyata tidak mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Menurut Castillo (1983) partisipasi adalah suatu pendekatan untuk pembangunan dengan melibatkan masyarakat untuk memperbaiki kehidupannya melalui pembangunan. Sedangkan Tjokroamidjadja (1995) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten dengan arah, strategi, dan rencana yang telah ditentukan dalam proses politik. Pengertian yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut mempunyai maksud bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan khususnya pembangunan pertanian merupakan keikutsertaan yang terpaksa, sedangkan perencanaan pembangunan yang harus dilaksanakan oleh masyarakat berasal dari pemerintah. Menurut Mardikanto (1987) hal tersebut akan menimbulkan apa yang disebut dengan mobilisasi tanpa partisipasi, artinya partisipasi yang dibangkitkan oleh pemerintah (penguasa), tetapi masyarakat sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk turut mengajukan tuntutan maupun mempengaruhi jalannya kebijaksanaan dari pemerintah.

Berbeda dengan definisi dari para ahli di atas Davis (1972) dalam Tonny (1988) mengemukakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan emosi dan mental seseorang dalam situasi kelompok yaitu adanya ketersediaan untuk mengambil bagian dalam menetapkan tujuan bersama. Menurut Hollnsteiner (1978) dalam

(36)

berhubungan langsung dengan proyek; dan (c) apabila benar-benar berdasar partisipasi rakyat maka proses tersebut dapat mengembangkan pengetahuan masyarakat dan memupuk rasa kekeluargaan. Disamping itu, partisipasi rakyat dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam perencanaan, karena rakyat dapat menunjukkan bagian mana program yang dapat terlaksana dan bagian mana yang tidak dapat terlaksana.

Partisipasi petani dalam kegiatan pembangunan tidak hanya pada pelaksanaan kegiatan pembangunan saja tetapi pada semua kegiatan pembangunan. Menurut Pamuji (1997) ada empat indikator partisipasi masyarakat yaitu: (1) partisipasi dalam merencanakan kegiatan yaitu keterlibatan dalam bentuk kehadiran, menyampaikan pendapat, dan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yaitu keterlibatan dengan penyediaan dana, pengadaan sarana dan pengorbanan waktu, tenaga sejak persiapan, pelaksanaan kegiatan dan setelah pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam mengendalikan kegiatan (monitoring, pengawasan dan evaluasi) yaitu keterlibatan warga dalam bentuk penyusunan pedoman pengendalian (melalui pelatihan partisipatif), pengumpulan data (melalui survei partisipatif), (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil kegiatan yaitu keterlibatan masyarakat dalam bentuk pemanfaatan hasil kegiatan.

Paling tidak ada ada tiga alasan utama pentingnya melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pembangunan yaitu: (1) sebagai langkah awal mempersiapkan masyarakat untuk berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan rasa memiliki dan rasa tanggung jawab masyarakat setempat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan, (2) sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi dan sikap masyarakat setempat, (3) masyarakat mempunyai hak untuk “urun rembug” dalam menentukan program-program pembangunan yang akan dilaksanakan di wilayah mereka (Uphoff 1988).

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukung yaitu: (1) kemauan, (2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Slamet 1992). Keberadaan kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, terutama faktor-faktor: psikologis individu (need, expectation, motive, reward), pendidikan (formal dan non formal), keterampilan, kondisi permodalan yang dimiliki, teknologi (sarana dan prasarana), kelembagaan (formal maupun informal), kepemimpinan (formal maupun informal) struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal (norma, tradisi, adat istiadat), serta pengaturan dan pelayanan pemerintah.

(37)

luar terdapat faktor dari dalam diri seseorang yang meliputi: (1) memiliki kesempatan untuk ikut dalam kegiatan, (2) mempunyai ambisi untuk mencapai tujuan, (3) memiliki kemampuan untuk ikut dalam kegiatan yang ada, (4) memiliki kepercayaan dan harapan kepada pemimpin, dan (5) terdapat kerjasama dan saling menyesuaikan diri diantara sesama anggota masyarakat yang bersangkutan. Lebih jauh lagi Ginting (2000) mengungkapkan agar kemampuan berpartisipasi dapat ditingkatkan, warga masyarakat perlu mengalami proses belajar dan latihan. Melalui proses belajar, seseorang sering dapat merubah perilakunya ke arah yang lebih menunjang kemampuan berpartisipasi.

Sajogyo (1982) mengungkapkan bahwa dasar terjadinya partisipasi yaitu adanya kepemimpinan yang menunjang hubungan paguyuban. Agar tercapai partisipasi dalam kegiatan penyuluhan diperlukan suatu motivasi dari petani itu sendiri. Kepemimpinan merupakan faktor terpenting, karena dengan kepemimpinan yang baik dan diterima oleh semua masyarakat akan mampu menumbuhkan kesadaran berpartisipasi oleh petani.

Kerangka Pemikiran Operasional

Sebagai usaha yang penuh risiko dan rentan terhadap perubahan iklim, pertanian perlu mendapat perlindungan dari peluang kegagalan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menerapkan asuransi pertanian. Program asuransi pertanian merupakan suatu institusi ekonomi guna pengelolaan risiko yang dihadapi petani. Salah satu tujuannya adalah untuk menstabilkan pendapatan petani melalui pengurangan tingkat kerugian yang dialami petani karena kehilangan hasil. Meskipun pelaksanaannya cukup sulit, bukan berarti tidak ada harapan karena terdapat beberapa negara telah menerapkan asuransi pertanian dan terbukti sukses.

Pada tahun 2012, Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan uji coba asuransi pertanian pada tanaman padi yang kemudian proyek rintisan tersebut dinamakan Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Tujuan ujicoba program AUTP ini sebagai upaya memberikan perlindungan jika petani mengalami kegagalan panen, dengan memberikan ganti rugi keuangan sebagai modal kerja usahatani untuk musim tanam berikutnya. Skala pilot project asuransi pertanian diujicobakan untuk tanaman padi dengan target 3 000 hektar luas areal tanam di beberapa lokasi di Jawa Barat, Jawa Timur dan Sumatera Selatan. Ujicoba ini melibatkan partisipasi BUMN pertanian dengan pola kemitraan, BUMN memfasilitasi pembiayaan premi sebesar 80%, sedangkan sisanya 20% menjadi tanggungan petani.

(38)

Program asuransi pertanian harus didorong permintaan (demand driven) daripada persediaan (supply driven). Sering terjadi suatu solusi disiapkan sebelum mencari masalahnya. Petani harus diajak konsultasi sejak awal dan sesering mungkin sehingga mengerti apa sesungguhnya yang mereka butuhkan sebagai prioritas. Hal ini penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Program asuransi pertanian harus dirancang sesuai perlindungan yang dibutuhkan oleh tertanggung dan harga harus terjangkau untuk dibeli oleh petani. Tujuan akhir asuransi pertanian dimaksudkan untuk memberikan manfaat langsung bagi petani dan pada gilirannya mencapai stabilitas ekonomi.

Setidaknya terdapat tiga alasan utama pentingnya melibatkan petani dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pelaksanaan program AUTP yaitu: (1) sebagai langkah awal mempersiapkan petani untuk berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab petani setempat terhadap program AUTP yang dilaksanakan, (2) sebagai alat untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan, kondisi, dan sikap petani setempat, dan (3) petani mempunyai hak untuk menentukan keikutsertaannya dalam rangkaian program AUTP yang akan dilaksanakan di wilayah mereka.

Partisipasi petani dalam program AUTP diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam diri petani (faktor-faktor internal) dan faktor-faktor-faktor-faktor di luar petani (faktor eksternal). Di dalam penelitian ini, faktor-faktor internal petani yang diduga berhubungan tingkat partisipasi petani dalam program AUTP antara lain: (1) tingkat pendidikan, (2) luas lahan garapan, (3) status lahan garapan, (4) keanggotaan dalam Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), (5) sikap petani terhadap perubahan, dan (6) gaya kepemimpinan dalam kelompok tani. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang diduga mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam program AUTP antara lain: (1) metode sosialisasi program, (2) keaktifan peran BUMN PT. Petrokimia.

Partisipasi petani dalam program AUTP diduga dapat memberikan gambaran mengenai efektifitas program ujicoba AUTP sebagai suatu sistem perlindungan terhadap risiko dalam usahatani yang mampu memenuhi kebutuhan dan harapan petani. Dalam penelitian ini partisipasi petani hanya akan dilihat dari jenis-jenis partisipasi yaitu:

(39)

Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas maka, hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya hubungan antara faktor-faktor internal petani (tingkat pendidikan, luas lahan garapan, status lahan garapan, keanggotaan dalam GP3K, dan gaya kepemimpinan ketua kelompok tani) dengan partisipasi petani dalam sosialisasi dan pelaksanaan program AUTP.

Dampak Negatif

Perubahan Iklim

Risiko di Sektor

Pertanian

Perlindungan melalui

program Asuransi Pertanian

Skim Ujicoba Asuransi Pertanian pada

komoditi padi (Skim ujicoba AUTP)

Partisipasi Petani dalam

Program AUTP :

1. Partisipasi dalam Sosialisasi Program AUTP

2. Partisipasi dalam Pelaksanaan AUTP Faktor-faktor Internal

petani

1. Pendidikan 2. Luas Lahan

Garapan 3. Status

Kepemilikan Lahan 4. Keanggotaan

dalam GP3K 5. Sikap Terhadap

Perubahan 6. Gaya

Kepemimpinan

Faktor Eksternal Petani

(Kebijakan Pemerintah

1. Metode sosialisasi progam AUTP 2. Peran BUMN PT.

Petrokimia

Efektitas Program AUTP sebagai sistem

perlindungan terhadap risiko dalam

(40)

2. Adanya hubungan antara faktor-faktor eksternal petani (metode sosialisasi program dan peranan BUMN) dengan tingkat partisipasi petani dalam Program AUTP.

4 METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang berlokasi di Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang Kabupaten Gresik. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan bahwa Kabupaten Gresik merupakan salah satu wilayah yang menjadi sasaran ujicoba asuransi pertanian. Proyek rintisan pemerintah ini diberi nama Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Desa Pinggir, Kabupaten Gresik sendiri merupakan daerah yang menjadi sentra produksi padi dan merupakan wilayah binaan dari PT. Petrokimia Gresik. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2015.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara terstruktur, yaitu dengan menggunakan kuesioner secara langsung kepada sumber atau objek yang sedang diteliti baik dari petani maupun pihak yang menjadi fasilitator penyelenggara program AUTP. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh antara lain melalui studi pustaka, publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan dan sumber-sumber lainnya yang relevan.

Metode Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang merupakan anggota kelompoktani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Unit analisis dalam penelitian ini adalah petani padi. Sampel penelitian ini adalah 60 orang petani padi anggota kelompoktani Ngudi Mulyo yang dipilih secara sengaja dan dilakukan secara acak (simple random sampling)

Metode Analisis Data

(41)

5 SKIM UJICOBA AUTP DI KELOMPOK TANI

NGUDO MULYO

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani telah mengamanatkan bahwa negara harus memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada petani secara terencana, terarah, dan berkelanjutan. Selain itu kondisi lingkungan petani yang terjadi saat ini seperti meningkatnya perubahan iklim, kerentanan bencana alam, globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang tidak berpihak kepada petani memang membuat petani membutuhkan perlindungan dan pemberdayaan.

Salah satu hal baru dalam UU tersebut adalah mengenai asuransi pertanian. Negara dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diamanatkan untuk memberikan fasilitas asuransi pertanian kepada para petani. Fasilitas tersebut adalah antara lain dengan menunjuk BUMN atau BUMD untuk melaksanakan asuransi pertanian, memberikan kemudahan pendaftaran bagi petani untuk menjadi peserta asuransi, kemudahan akses terhadap perusahaan asuransi, sosialisasi program asuransi terhadap petani dan perusahaan asuransi.

Dalam rangka merealisasikan amanat UU No.9 Tahun 2012 tersebut, pemerintah melakukan ujicoba asuransi pertanian sebagai langkah awal menuju implementasi asuransi pertanian secara nasional dan berkelanjutan. Program ujicoba asuransi pertanian atau pilot project yang telah dijalankan oleh pemerintah salah satunya adalah ujicoba asuransi pertanian untuk tanaman padi atau lebih dikenal dengan istilah Asuransi Usahatani Padi (AUTP). Program ini bertujuan untuk melindungi petani padi dari ancaman risiko gagal panen dan apabila terjadi kerugian petani akan memperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi agar dapat berusahatani pada musim tanam berikutnya.

Program ujicoba Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) ini sudah diujicoba di beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah di Propinsi Jawa Timur. Pada bab ini penulis akan secara khusus membahas bagaimana mekanisme pelaksanaan skim ujicoba program AUTP yang diterapkan pada kelompok tani Ngudo Mulyo, Desa Pinggir, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur.

Prinsip Asuransi Pertanian dalam Skema Ujicoba AUTP di Kelompok Tani Ngudo Mulyo

(42)

peristiwa tersebut, si tertanggung mengalami kerugian. Adapun kelebihan dan kelemahan dari kedua prinsip tersebut dapat dilihat pada Tabel 5

Tabel 5 Kelebihan dan kelemahan prinsip Indemnity Insurance dan

Parametric Prinsip

Asuransi Kelebihan Kelemahan

Indemnity 1. Pembayaran klaim sesuai dengan kerusakan yang

2. Butuh tenaga penilai yang banyak 3. Moral hazard tinggi

2. Data harus berkualitas dan sulit 3. Butuh triggering event yang harus

disepakati

4. Lebih efektif jika untuk seluruh wilayah di Indonesia

Sumber: Laporan Kajian Persiapan Implementasi Asuransi Pertanian Secara Nasional; PPRF (2014)

Berdasarkan prinsip asuransi pertanian yang berbasis Indemnity dan

Parametric, jenis asuransi pertanian yang diterapkan di beberapa negara dapat dikelompokan sebagai berikut (Swiss Re 2013):

1. Asuransi tanaman berbasis ganti rugi (Indemnity Based Crop Insurance) Jenis asuransi ini terdiri dari asuransi dengan satu jenis risiko atau risiko bernama (named peril insurance) dan asuransi asuransi tanaman dengan beberapa jenis risiko (multi peril crop insurance). Asuransi dengan satu jenis risiko hanya menanggung kerugian yang disebabkan oleh satu jenis risiko misalnya asuransi hujan, asuransi kebakaran, badai atau es mencair. Dimana uang pertanggungan dihitung berdasarkan atas nilai input pertanian seperti benih dan pupuk. Sedangkan multi peril crop insurance

merupakan jenis asuransi yang menanggung kerugian yang disebabkan oleh beberapa jenis risiko seperti banjir, kekeringan dan serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

2. Asuransi tanaman berbasis indeks (index based crop insurance)

Gambar

Gambar 3.
Gambar 4 Fungsi Utilitas dengan  Marginal Utility menurun, meningkat dan tetap Sumber: Debertin (1986)
Gambar 5 Kerangka pemikiran operasional
Gambar 6 Mekanisme pelaksanaan program AUTP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman cabai merah akan tumbuh baik pada tanah yang bertekstur remah, tanah pada percobaan ini kurang mendukung tetapi dengan ditambahkan pupuk organik bokashi jerami

Sebanyak 66 ujian seismos telah dijalankan pada 9 cerun jasad batuan iaitu 6 ujian di atas 1 cerun jasad batuan granit di JKR kuari Bukit Penggorak, Kuantan, Pahang; 26 ujian di

Berdasarkan fenomena, dan beberapa hasil penelitian terdahulu yang masih beragam yang telah peneliti uraikan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

Salah satu perubahaan yang dapat kita lihat adalah Provinsi Aceh menjadi salah satu tujuan wisata di Indonesia, hal ini tentunya banyak menarik wisatawan

Berdasarkan Kerja Praktik yang telah dilaksanakan di P2F-LIPI Serpong, pada bagian High Resistance Material (HRM) dengan kegiatan sintesis ZnO sebagai lapisan

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

18 TUGIMIN, S.Sos Kasie Kerjasama pada Subdit Kemitraan Dunia Usaha, Direktorat PKKS, Ditjen Dayasos dan Gulkin.. 19 HAYATUL WARDANI, SST Kasie Bimbingan Sosial pada Subdit

Keapostolikkan gereja tidak berarti Gereja sekarang hanya merupakan copy dari Gereja para rasul?. Gereja sekarang hanya terarah kepada Gereja para rasul sebagai dasar dan