• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER DI TK AL I’DAD AN-NUUR CAHAYA UMAT SLEMAN YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER DI TK AL I’DAD AN-NUUR CAHAYA UMAT SLEMAN YOGYAKARTA."

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER DI TK AL I’DAD AN-NUUR CAHAYA UMAT SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Agatha Yerika Septininditya NIM 12111241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Character isn’t something you were born with and can’t change, like your fingerprints. It’s something you weren’t born with and must take responsibility for

forming”.

(Jim Rohn)

“Character is the real foundation of all worthwhile success.”

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk: 1. Kedua orangtua.

(7)

PENDIDIKAN KARAKTER DI TK AL I’DAD AN-NUUR CAHAYA UMAT SLEMAN YOGYAKARTA

Oleh

Agatha Yerika Septininidtya NIM 12111241036

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat. Pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini adalah ketua Program PAUD An-Nuur, kepala sekolah, guru, orang tua dan anak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri dibantu dengan pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan model analisis interaktif Miles dan Huberman. Analisis keabsahan data dilakukan dengan triangulasi sumber dan teknik.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Alasan TK ini menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu program unggulan adalah karakter merupakan sesuatu yang sifatnya mendasar, sehingga harus ditanamkan sejak dini, dan TK ini ingin menjadikan pendidikan karakter sebagai icon dari sekolah; 2) Nilai-nilai karakter yang ditanamkan di TK ini yaitu: (a) cinta Tuhan dan segenap Ciptaan-Nya, (b) kemandirian dan tanggung jawab, (c) kejujuran/amanah dan diplomatis, (d) hormat dan santun, (e) dermawan, suka menolong, dan gotong royong, (f) percaya diri, kreatif, dan kerja keras, (g) kepemimpinan dan keadilan, (h) baik dan rendah hati, (i) toleransi, kedamaian dan kesatuan, serta K4 yaitu kebersihan, kerapian, keamanan dan kesehatan; 3) Proses penanaman nilai-nilai karakter di TK ini diselenggarakan melalui program-program sekolah dan melekat pada setiap kegiatan; 4) Pihak-pihak yang berperan dalam pelaksanaan pendidikan karakter ini yaitu ketua Program PAUD An-Nuur, kepala sekolah, guru, orang tua dan anak; 5) Faktor pendukung dari pelaksanaan program pendidikan karakter di TK ini meliputi: pendidik yang memiliki kompetensi dan pengalaman, sikap orang tua yang terbuka, anak yang bersemangat dan memiliki motivasi, kepemilikan media pembelajaran, dan pelibatan orang tua dalam program parenting; dan 6) Faktor penghambat dari pelaksanaan program pendidikan karakter di TK ini meliputi: lingkungan masyarakat yang belum menerapkan nilai-nilai karakter, lingkungan keluarga yang belum konsisten dalam menanamkan nilai-nilai karakter baik kepada anak, dan tayangan televisi yang kurang sesuai bagi anak usia dini.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Pendidikan Karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat” dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD), Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Tahun Akademik 2015/2016.

Penyusunan skripsi ini dapat selesai dan berjalan dengan lancar berkat bantuan, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Dekan FIP UNY yang telah memberikan ijin penelitian demi terselesaikannya

tugas akhir ini.

2. Ketua Program Studi PG-PAUD UNY yang telah memberikan rekomendasi permohonan ijin penelitian.

3. Bapak Dr. Suwarjo, M.Si., dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu guna memberikan petunjuk, arahan, dan bimbingan yang sangat membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

(9)

sangat membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

5. Ibu Nur Cholimah, M.Pd, Ust Ina, Ust Towi, Ust Tri Nur, Ust Inay, Ust Rully, Ust Tari, Ust Ratna, dan Ust Harti yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian di sekolah.

6. Seluruh siswa TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat Sleman yang telah membantu jalannya penelitian ini.

7. Keluarga saya tercinta Bapak Tarcicius Bayu, Ibu Maria Hartati, Kakak Ayutya Kris Hartati dan Rasya Saputra atas segala doa, dan motivasi yang selalu diberikan.

8. Markus Apriadi Joko Prakoso atas segala bantuan, motivasi dan doa yang selalu diberikan.

9. Sahabat-sahabat saya Yulartati, Fathiyyah, dan Mbak Brigita atas doa dan semangatnya.

10. Teman-teman S1 PG PAUD Angkatan 2012 atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan.

11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka semua atas amal kebaikannya. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan dan semua pihak yang berkepentingan.

(10)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

2. Tujuan Pendidikan Karakter ... 14

3. Manfaat Pendidikan Karakter ... 16

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter ... 19

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Indonesia ... 22

6. Pendekatan Pendidikan Karakter ... 24

(11)

8. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter ... 34

B. Teori Perkembangan Moral Anak Usia Dini ... 37

C. Kerangka Pikir ... 41

D. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 44

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 45

C. Tempat Penelitian ... 45

D. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 51

F. Teknik Analisis Data ... 51

G. Uji Keabsahan Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Lembaga TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 57

a. Sejarah TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 57

b. Visi dan Misi TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 59

c. Tujuan TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 59

d. Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 60

e. Kurikulum ... 68

f. Program Pembelajaran ... 69

g. Keunggulan Lembaga ... 70

2. Alasan TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat Menjadikan Pendidikan Karakter Sebagai Keunggulan dari Lembaga ... 71

3. Nilai-nilai Karakter Baik yang Ditanamkan di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 76

4. Penanaman Nilai-nilai Karakter Baik pada Anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 82

(12)

6. Faktor Pendukung Penanaman Nilai Karakter Baik di

TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 115

7. Faktor Penghambat Penanaman Nilai Karakter Baik di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 120

B. Pembahasan 1. Alasan TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat Menjadikan Pendidikan Karakter sebagai Keunggulan Lembag... 123

2. Nilai-nilai Karakter Baik yang Ditanamkan di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 125

3. Penanaman Nilai-nilai Karakter Baik pada Anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 126

4. Pihak-pihak yang Berperan dalam Penanaman Nilai Karakter Baik di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 133

5. Faktor Pendukung Penanaman Nilai Karakter Baik di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 134

6. Faktor Penghambat Penanaman Nilai Karakter Baik di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 134

C. Keterbatasan Penelitian ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 138

(13)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian ... 46

Tabel 2. Pedoman Wawancara ... 47

Tabel 3. Pedoman Observasi ... 49

Tabel 4. Pedoman Dokumentasi ... 50

Tabel 5. Sarana dan Prasarana di TK AL I‟DAD ... 60

Tabel 6. Jadwal Perpindahan Sentra ... 70

Tabel 7. Jadwal Harian Kegiatan Anak... 86

(14)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif

Sumber: Miles dan Huberman (1992: 20) ... 52

Gambar 2. Poster terkait Pendidikan Karakter di ruang kelas TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat... 63

Gambar 3. Anak-anak sedang antri untuk bergantian bermain di papan titian ... 66

Gambar 4. Anak-anak sedang membuang sampah ... 67

Gambar 5. Kegiatan terkait penanaman nilai karakter baik ... 80

Gambar 6. Kegiatan Anak Setelah Tiba di Sekolah ... 91

Gambar 7. Kegiatan materi pagi ... 98

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 140

Lampiran 2. Kisi-kisi Penelitian ... 142

Lampiran 3. Pedoman Wawancara ... 144

Lampiran 4. Lembar Observasi ... 145

Lampiran 5. Pedoman Dokumentasi... 146

Lampiran 6. Foto-foto Kegiatan ... 148

Lampiran 7. Catatan Lapangan ... 158

Lampiran 8. Catatan Wawancara ... 160

Lampiran 9. Sarana Prasarana, data Pendidik dan Peserta Didik ... 191

Lampiran 10. Sejarah, Visi, Misi dan Tujuan ... 199

Lampiran 11. Jadwal Piket Ustadzah, Perpindahan Sentra, dan Kegiatan Harian ... 201

Lampiran 12. Tata tertib TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat ... 206

Lampiran 13. Pengembangan Pilar Karakter, RKM, RPPH, dan Laporan Perkembangan Anak ... 212

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa usia dini adalah masa yang terjadi sejak anak lahir hingga berusia enam tahun (Suyadi, 2014: 10). Masa ini adalah salah satu masa yang terpenting dalam kehidupan seseorang. Oleh karenanya, masa anak usia dini ini sering disebut dengan masa keemasan atau golden age. Pada dasarnya saat masa anak usia dini hampir semua aspek perkembangan yang ada pada anak sedang berkembang dengan pesatnya. Hal ini menyebabkan berbagai rangsangan yang diterima oleh anak akan dengan cepat diproses dan dijadikan informasi baru oleh anak. Selain itu, masa ini adalah masa yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai pada anak. Salah satu nilai-nilai yang penting ditanamkan pada anak usia dini adalah nilai-nilai yang terkait dengan pendidikan karakter.

(17)

akan membekali diri dengan nilai-nilai kebaikan yang akan berguna bagi kehidupan anak di lingkungannya.

Nilai-nilai karakter yang bisa ditanamkan kepada anak sangat beraneka ragam. Beberapa nilai tersebut antara lain: budaya religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Ratna Megawangi (dalam Mulyasa, 2013: 5) menyebutkan,

Terdapat sembilan pilar karakter mulia yang selayaknya dijadikan acuan dalam pendidikan karakter yaitu: (a) cinta Allah dan kebenaran, (b) tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, (c) amanah, (d) hormat dan santun, (e) kasih sayang, peduli dan kerja sama, (f) percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, (g) adil dan berjiwa kepemimpinan, (h) baik dan rendah hati, dan (h) toleran dan cinta damai.

Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang menjadi dasar dalam mewujudkan kepribadian unggul dalam diri seseorang. Penanaman yang kuat pada nilai-nilai tersebut akan membentengi diri seseorang akan perilaku-perilaku tercela.

(18)

Penanaman nilai karakter sangat penting untuk dilakukan sejak dini. Salah satunya dapat dilihat dalam contoh yaitu apabila anak sejak kecil dibiasakan untuk selalu membuang sampah pada tempatnya, maka sampai besar pun anak akan selalu membuang sampah pada tempatnya. Bahkan mereka tidak segan untuk memasukkan sampah ke dalam kantongnya terlebih dahulu sampai mereka menemukan tempat sampah. Ketika melihat temannya ada yang membuang sampah sembarangan, anak pun akan dengan tegas menegur temannya. Hal ini mencerminkan bahwa dalam diri anak mulai tertanam karakter disiplin, cinta lingkungan, dan kepedulian. Anak yang sudah terbiasa membuang sampah pada tempatnya akan merasa tidak nyaman ketika melihat sampah berserakan di sekitarnya. Apabila tahap ini sudah dilalui, maka ini berarti bahwa nilai disiplin dan cinta lingkungan yang tercermin dalam kegiatan membuang sampah pada tempatnya sudah diinternalisasikan dalam diri anak. Nilai-nilai yang sudah diinternalisasi dalam diri anak sifatnya cenderung akan lebih permanen karena dilandasi oleh kesadaran.

(19)

tersangkanya melibatkan anak-anak dan remaja. Kejahatan dengan pelaku usia ini diperkirakan akan bertambah pada tahun 2015.

Dalam kurun waktu bulan September-Oktober 2015 setidaknya terjadi dua kasus kriminal dengan tersangka dan korban yang masih berusia anak-anak. Berita yang dilansir dari detik.com (dalam http://news.detik.com) menyebutkan bahwa terdapat siswa kelas dua SD yang berkelahi hingga salah satunya meninggal. Berita lain yang dilansir dari liputan enam (dalam http://news.liputan6.com) pun menyebutkan bahwa seorang siswi SD tewas dikeroyok oleh teman-temannya. Sesungguhnya kasus-kasus tersebut bukan hal baru lagi, namun kasus-kasus serupa semakin hari semakin bertambah jumlahnya. Jika dikaji lebih mendalam kasus-kasus tersebut bermuara pada satu masalah utama yaitu pendidikan karakter.

Terdapat dua peristiwa yang terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan dan keduanya memiliki kesamaan yaitu kekerasan. Kasus pertama berlatar belakang rasa sakit hati karena diejek dengan kata “gendut dan babon” kemudian

(20)

Nilai-nilai karakter paling tepat ditanamkan saat usia dini. Pada masa ini anak mengalami perkembangan yang luar biasa serta anak belum memiliki pengaruh negatif yang berasal dari luar dirinya. Hal inilah yang kemudian menjadikan dasar bagi penanaman nilai-nilai karakter pada anak usia dini. Penanaman akan nilai-nilai ini dapat dilakukan oleh dua lembaga yang terpenting bagi anak yaitu keluarga dan sekolah. Di keluarga, orang tua memiliki peran sangat penting untuk menjadi teladan dan membiasakan anak untuk selalu berperilaku baik. Di sekolah guru menjadi teladan dan fasilitator yang berperan untuk menyediakan berbagai kegiatan atau pembelajaran untuk menstimulasi nilai-nilai karakter pada anak. Sangat disayangkan bahwa kasus-kasus yang telah dipaparkan di atas terjadi dalam lingkungan lembaga pendidikan (sekolah). Padahal berbagai pihak telah mempercayakan kepada sekolah sebagai pihak yang akan menjadikan setiap insan menjadi lebih baik, baik secara pengetahuan maupun kepribadian. Sementara, dalam kaitannya dengan hal ini, berarti bahwa sekolah sebenarnya memiliki peran yang cukup penting dalam upaya menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak.

(21)

masuk sekolah dan guru pun meyakini bahwa siswa siswinya selalu membuang sampah pada tempatnya. Akan tetapi, pada saat peneliti melakukan observasi tampak beberapa anak belum mau membuang sampah pada tempatnya. Hanya ada 7 dari 18 anak yang mau membuang sampah pada tempatnya saat kegiatan menggunting.

Anak-anak di TK tersebut sebagian besar masih ditunggui oleh orang tuanya, walaupun ada yang ditunggu di luar atau pun di dalam kelas. Hal ini mencerminkan bahwa anak belum memiliki sikap mandiri. Beberapa kali guru sudah membujuk anak-anak yang orang tua tuanya menunggu di dalam kelas agar mau ditinggal namun, anak-anak tetap saja tidak mau. Bahkan seorang anak mengomentari anak yang masih ditunggu oleh orang tuanya dengan berkata,”Kowe ki kudune ditinggal bek ibukmu iso kerja, aku we ditinggal mengko dipethuk ayah kok.” Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan, “Seharusnya kamu mau ditinggal supaya ibumu bisa bekerja, aku saja mau

ditinggal nanti aku dijemput ayah.” Berdasarkan kejadian-kejadian ini dapat terlihat bahwa ada anak yang sudah menginternalisasikan nilai kemandirian sementara ada juga yang belum. Bahkan anak yang sudah menginternalisasikan nilai-nilai kemandirian menunjukkan sikap kepeduliannya dengan ketidak seganan dalam menegur teman yang masih belum bersikap mandiri.

(22)

bagi anak usia dini. Namun hal ini, tidak diikuti dengan pelaksanaan pendidikan karakter pada sekolah tersebut. Beberapa alasan sering diungkapkan mengenai hal ini misalkan saja, bagaimana repotnya penerapan administrasi terkait pelaksanaan pendidikan karakter, memasukkan pendidikan karakter ke dalam kurikulum berarti menata ulang kurikulum yang sudah ada, dan lain-lain. Secara garis besar pada beberapa sekolah pendidikan karakter sudah diterapkan walaupun belum konsisten dan belum dituliskan dalam perencanaan.

Terlepas dari alasan-alasan tersebut terdapat salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Sleman yang memiliki siswa dengan karakter yang berbeda dari sekolah lainnya. TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat merupakan sekolah berbasis Islam yang menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu unggulan dari sekolahnya. Anak-anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat memiliki kebiasaan akan good character yang cukup menarik. Penanaman akan karakter di sekolah ini dilakukan baik saat kegiatan pembelajaran maupun non pembelajaran. Pada saat kegiatan non pembelajaran misalnya, sejak tiba di sekolah anak-anak sudah mulai dikenalkan dengan bagian dari good character yang sangat mendasar yaitu sikap sopan dan santun dengan selalu mengucapkan salam dan tersenyum. Ucapan „Assalamualaikum‟ maupun „Selamat Pagi, Ustadzah‟ dan juga senyuman

(23)

kelamaan anak-anak tahu kapan dirinya harus antri bahkan tanpa diberi arahan oleh Ustadzah lagi.

Ustadzah juga memaparkan dalam kaitannya dengan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran, hal yang juga menjadi ciri khas di sekolah ini adalah terdapatnya kegiatan materi pagi yang di dalamnya berisi tentang penanaman berbagai nilai-nilai karakter yang akan berguna bagi anak. Misalkan saja ketika Ustadzah ingin mulai menanamkan sikap jujur pada anak, maka Ustadzah akan mengajak anak untuk berdialog mengenai sikap jujur ini pada anak-anak, sehingga anak-anak akan semakin memperdalam pengetahuannya mengenai sikap terpuji tersebut. Beberapa hal tersebut adalah sebagian kecil dan contoh dari praktik pendidikan karakter menurut hasil wawancara dengan Ustadzah di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diketahui bahwa permasalahan dalam penelitian ini yaitu:

1. Kasus-kasus kejahatan yang melibatkan anak sebagai tersangka, semakin lama semakin bertambah.

2. Penerapan pendidikan karakter umumnya sudah ada di sekolah-sekolah namun pelaksanaannya belum konsisten.

3. Menurut hasil wawancara dengan Ustadzah di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat, pendidikan karakter adalah salah satu keunggulan dari sekolah ini, namun belum terdapat kajian lebih mendalam mengenai pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

C. Batasan Masalah

Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas sehingga diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada “belum diketahuinya pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An -Nuur Cahaya Umat”.

D. Rumusan Masalah

(25)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritik

a. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang berorientasi pada karakter dan kepribadian anak usia dini.

b. Memberikan wawasan kepada peneliti mengenai proses penanaman pendidikan karakter pada anak, baik melalui kegiatan pembelajaran maupun non pembelajaran.

c. Mengkaji secara lebih mendalam mengenai pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat Sleman Yogyakarta.

2. Manfaat Praktik

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pertama kali digagas oleh F.W Foester kemudian istilah ini kembali muncul dan marak di Indonesia saat disebut-sebut dalam salah satu pidato Dr.H.Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu masih menjabat sebagai presiden RI. Pendidikan karakter terdiri atas dua kata yang berbeda yaitu pendidikan dan karakter. Kedua kata ini, baik pendidikan dan karakter memiliki makna sendiri-sendiri.

(27)

Undang Undang No. 20 Tahun 2002 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau upaya yang sistematis dan terencana dalam rangka mengubah hal-hal yang terkait dengan perilaku maupun pola pikir seseorang agar semakin berkembang ke arah yang lebih baik.

Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Karakter seringkali dikaitkan dengan kata hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, sifat, tabiat, temperamen dan watak. Akan tetapi, karakter pada dasarnya memiliki perbedaan dengan istilah-istilah tersebut. Karakter menitikberatkan pada suatu kualitas atau sifat yang terus menerus dan kekal yang dapat dijadikan identifikasi bagi individu.

(28)

dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Fathcul Mu‟in (2011: 161) menyebutkan,

Karakter memiliki ciri-ciri sebagai berikut yaitu: (a) karakter adalah “siapakah kamu saat orang lain melihat kamu”, (b) karakter adalah hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan, (c) karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua, (d) karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu, (e) karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain, dan (f) karakter tidak relatif. Berdasarkan pandangan dari beberapa ahli tersebut dapat diketahui bahwa karakter ini sebenarnya adalah kualitas dari nilai-nilai yang terkandung dalam sikap, tingkah laku maupun perbuatan manusia yang berhubungan dengan Tuhan maupun dengan sesamanya. Karakter yang baik akan mengarahkan seseorang ke dalam hubungan yang baik, dengan orang lain maupun dengan Tuhan.

(29)

diartikan sebagai usaha sadar terencana dalam mengetahui kebenaran dan kebaikan, mencintainya, dan melakukannya dalam kegiatan sehari-hari.

Nilai-nilai yang ada pada pendidikan karakter ini haruslah universal sehingga mampu dirasakan dan dilaksanakan oleh semua orang seperti lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa maupun negara. Mulyasa (2013: 7) menyebutkan,

Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian, dan komitmen tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan, sehingga menjadi manusia yang sempurna sesuai dengan kodratnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat diketahui bahwa pendidikan karakter adalah suatu bentuk arahan, petunjuk, pedoman, bantuan, dan bimbingan yang diberikan kepada seorang peserta didik, supaya peserta didik tersebut dapat bertingkah laku baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman yang ada di masyarakat dengan didasarkan pada kesadaran akan pentingnya nilai-nilai tersebut. Dengan kata lain, pendidikan karakter akan mampu untuk membantu seseorang dalam berperilaku sesuai dengan nilai moral dan mampu untuk menginternalisasikan segenap nilai-nilai moral tersebut.

2. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan bagian dari pendidikan. Oleh karena itu, tujuan dari pendidikan karakter tentunya akan selaras dengan tujuan pendidikan. Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi

(30)

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karenanya,

tujuan dari pendidikan karakter ini pun pastinya juga akan mengarah pada peran pendidikan karakter untuk menjadikan manusia sebagai pribadi yang lebih baik.

Mulyasa (2013: 9) menyatakan, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Pandangan Mulyasa tersebut berarti bahwa pendidikan karakter memiliki andil dalam mewujudkan lulusan yang memenuhi standar kompetensi lulusan terlebih yang terkait dengan kompetensi kepribadian.

Sutarjo Adisusilo (2012: 78) menyatakan, bahwa tujuan dari pendidikan karakter adalah terwujudnya kesatuan esensial si subjek dengan perilaku dan sikap atau nilai hidup yang dimilikinya. Hal ini berarti bahwa pendidikan karakter dapat dilakukan dengan pendidikan nilai pada diri seseorang. Dharma Kesuma (2012: 9) menyebutkan,

Pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki tujuan yaitu: (a) menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu, sehingga menjadi kepribadian peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan, (b) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah, (c) membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersamaan.

(31)

peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter dan karakter bangsa, (c) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa, (d) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, dan (e) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Berdasarkan tujuan pendidikan menurut beberapa tokoh tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan karakter ini adalah untuk memberikan fasilitas berupa penanaman, penguatan dan pengembangan nilai-nilai kebaikan sehingga terwujud dalam perilaku anak baik saat anak masih di sekolah ataupun saat anak sudah lulus dari sekolah. Pada anak usia dini pendidikan karakter bertujuan untuk mempersiapkan anak agar anak memiliki karakter baik yang akan menjadi kebiasaan bagi anak ketika anak sudah tumbuh menjadi dewasa.

3. Manfaat Pendidikan Karakter

(32)

mengembangkan potensi, memberi perbaikan dan penguatan, serta dapat menjadi penyaring dalam setiap tingkah laku, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Melalui pendidikan karakter ini seseorang akan mampu untuk melakukan pertimbangan moral dengan tepat, dalam rangka memilah dan memilih perbuatan yang baik dan buruk.

Bagi anak usia dini pendidikan karakter memiliki beberapa manfaat baik jangka panjang maupun jangka pendek. Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu, (2013: 26) menyebutkan manfaat pendidikan karakter bagi anak usia meliputi: (1) sebagai pembentuk karakter individu, (2) mencetak generasi bangsa yang berintegritas dan lebih baik, (3) anak dapat memahami karakter dirinya masing-masing, (4) bijak dalam mengambil keputusan, dan (5) meningkatkan kemampuan anak dalam problem solving.

Pada masa anak usia dini karakter-karakter yang ada masih bisa untuk diubah dan diperbaiki karena sifatnya tidak permanen. Oleh karenanya, pendidikan karakter memiliki andil yang cukup besar dalam upaya pembentukan karakter individu. Selain itu, pendidikan karakter ini juga memiliki peran bagi anak dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pertimbangan moral. Pertimbangan moral yang dilakukan selama terus menerus lama kelamaan akan menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan inilah yang kemudian melekat dalam diri seseorang dan pada saat inilah karakter mulai terbentuk.

(33)

secara berulang akan menetap dalam diri anak, sehingga kecenderungan anak untuk memiliki karakter yang penuh dengan kebaikan lama kelamaan dapat terbentuk. Saat karakter sudah terbentuk dan nilai-nilai sudah terinternalisasi, maka karakater ini akan dibawa oleh anak sampai anak tumbuh dewasa. Karakter ini kemudian akan menjadi benteng bagi anak akan segala perbuatan tidak baik, sehingga akan terciptalah generasi bangsa yang berintegritas dan lebih baik.

Pemahaman akan karakter diri akan membantu anak untuk menemukan jati dirinya. Bukan saja anak-anak, bahkan tidak jarang orang dewasa masih belum mengetahui jati dirinya. Oleh karenanya, melalui pendidikan karakter anak usia dini salah satu manfaat yang dapat diambil adalah untuk membantu anak mengetahui jati dirinya, mereka akan lebih mudah untuk menyadari dan mengetahui karakter diri masing-masing.

(34)

menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa manfaat dari pendidikan karakter adalah untuk membentuk dan mengembangkan potensi, memberikan perbaikan dan penguatan, serta dapat menjadi penyaring dalam tingkah laku, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Selain itu, dengan adanya pendidikan karakter ini memiliki manfaat untuk menciptakan pribadi yang unggul dan berakhlak mulia.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Dalam melaksanakan pendidikan karakter tentu saja tidak boleh sembarangan. Perlu adanya persiapan yang matang serta pendidik yang berkompeten, profesional, serta berperilaku baik agar pelaksanaan dari pendidikan karakter dapat maksimal. Selain itu, terdapat pula beberapa prinsip pendidikan karakter yang patut diperhatikan dalam pelaksanaan pendidikan karakter, agar pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik. Pupuh Fathurrohman, dkk ( 2013: 145) menyatakan,

(35)

keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter, (k) mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.

Berbeda dengan pandangan yang telah ada tersebut tokoh Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara memiliki pandangan mengenai pendidikan karakter sebagai asas Taman Siswa 1922, dengan tujuh prinsip sebagai berikut (a) hak seseorang untuk mengatur diri sendiri dengan tujuan tertibnya persatuan dalam kehidupan umum, (b) pengajaran berarti mendidik anak agar merdeka batinnya, pikirannya dan tenaganya, (c) pendidikan harus selaras dengan kehidupan, (d) kultur sendiri yang selaras dengan kodrat harus dapat memberi kedamaian hidup, (e) harus bekerja menurut kekuatan sendiri, (f) perlu hidup dengan berdiri sendiri, (g) dengan tidak terikat, lahir batin dipersiapkan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik. Pandangan lain mencoba untuk merumuskan prinsip-prinsip pendidikan karakter menurut pandangannya sendiri. Doni Koesoema (dalam Muhammad Fadlillah dan Lilif Mualifatu, 2013:30) menyatakan,

Prinsip-prinsip dari pendidikan karakter antara lain (a) karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini, (b) setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu, (c) karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayarnya secara mahal disebabkan mengandung risiko, (d) jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih baik bagi mereka, (e) bayaran bagi mereka yang mempunyai karakter baik adalah kamu menjadi pribadi yang lebih baik. Ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni.

(36)

pendidikan karakter dan dampaknya bagi kehidupan. Jadi apa yang kita lakukan adalah cerminan terhadap pendidikan karakter kita. Inilah salah satu faktor yang mendasari pentingnya keteladanan bagi pelaksanaan pendidikan karakter terlebih pada anak usia dini.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat dirumuskan bahwa setidaknya pelaksanaan dari pendidikan karakter haruslah memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut: (a) menjadikan nilai-nilai kebaikan sebagai basis dari pendidikan karakter, (b) menggunakan pendekatan yang efektif dan efisien untuk membangun karakter, (c) menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepribadian, (d) memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperilaku yang baik, (e) memiliki kurikulum yang cakupannya bermakna dan menantang dan menghargai semua peserta didik (f) mengusahakan tumbuhnya motivasi diri dari para peserta didik, (g) menjadikan seluruh warga sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai dasar yang sama, (h) memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter, (i) melakukan evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter terhadap sekolah, staf sekolah, guru-guru, dan peserta didik.

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Indonesia

(37)

nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Doni Koesoema (dalam Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu 2013: 35) menyatakan, pendidikan karakter paling tidak harus mencakup dalam delapan hal ini: (a) nilai keutamaan, (b) nilai keindahan, (c) nilai kerja, (d) nilai cinta tanah air, (e) nilai demokrasi, (f) nilai kesatuan, (g) nilai moral dan (h) nilai kemanusiaan. Nilai-nilai karakter yang diungkapkan oleh Doni Koesoema tersebut sifatnya masih sangat umum.

Muhammad Fadlilah & Lilif Mualifatu (2013: 39), menyebutkan terdapat delapan belas nilai pendidikan yang diterapkan dalam proses pendidikan maupun pembelajaran. Nilai-nilai tersebut meliputi: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Delapan belas nilai ini dianjurkan untuk diterapkan di berbagai jenjang pendidikan mulai dari anak usia dini hingga perguruan tinggi di Indonesia. Sementara itu Ratna Megawangi (2003: 1) menyebutkan,

terdapat sembilan pilar karakter mulia di Indonesia yang meliputi: (a) cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, (b) kemandirian dan tanggung jawab, (c) kejujuran/amanah dan diplomatis, (d) hormat dan santun, (e) dermawan, suka menolong, dan gotong royong, (f) percaya diri, kreatif, dan kerja keras, (g) kepemimpinan dan keadilan, (h) baik dan rendah hati, (i) toleransi, kedamaian dan kesatuan, serta (j) K4 yaitu kebersihan, kerapian, keamanan dan kesehatan.

(38)

dan bertaqwa, berani memikul resiko, berdisiplin, bekerja keras, berhati lembut, berinisiatif, berpikir matang, berpikir jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersikap konstruktif, bersyukur, bertanggung jawab, bijaksana, berkemauan keras, bertenggang rasa, beradap, baik sangka, berani berbuat benar, berkepribadian, cerdas, cermat, dinamis, demokratis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kreatif, kukuh hati, ksatria, komitmen, kooperatif, kosmopolitan (mendunia), lugas, lapang dada, lembut hati, mandiri, mawas diri, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai waktu, menghargai pendapat orang lain, manusiawi, mencintai ilmu, pemaaf, pemurah, pengabdian, pengendalian diri, produktif, patriotik, rasa keterikatan, rajin, ramah, rasa kasih sayang, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, rasa indah, rasa memiliki, rasa malu, sabar, setia, sikap, adil, sikap hormat, sikap tertib, sopan santun, sportif, susila, sikap nalar, sikap mental, kebersamaan, tangguh, tegas, tekun, tegar, terbuka, taat asas, tepat janji, takut bersalah, tawakal, dan ulet.

(39)

terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yang bisa diimplementasikan kepada anak usia dini yang meliputi (a) religius, (b) jujur, (c) toleransi, (d) disiplin, (e) kerja keras, (f) kreatif, (g) mandiri, (h) demokratis, (i) rasa ingin tahu, (j) semangat kebangsaan, (k) menghargai prestasi, (l) cinta tanah air, (m) bersahabat/ komunikatif, (n) cinta damai, (o) gemar membaca, (p) peduli lingkungan, (q) peduli sosial, dan (r) tanggung jawab. Berdasarkan beberapa pandangan dari para tokoh mengenai nilai-nilai dalam pendidikan karakter, dapat diketahui bahwa semua nilai-nilai karakter kebaikan penting untuk ditanamkan kepada anak sejak dini. Selain itu, penting untuk disadari bahwa tidak ada nilai-nilai yang keberadaannya lebih unggul dari yang lain, sehingga semua nilai kebaikan kedudukannya sama dan harus ditanamkan pada anak sejak dini.

6. Pendekatan Pendidikan Karakter

(40)

Pendekatan komprehensif dalam pendidikan karakter ini diselenggarakan untuk memenuhi tuntutan akan pendekatan yang memungkinkan peserta didik untuk mengambil keputusan secara mandiri dalam memilih nilai-nilai yang baik dan buruk dalam kehidupan saat ini. Novan Ardy Wiyani (2013: 39) menyebutkan, istilah komprehensif yang ada dalam pendidikan karakter haruslah mencakup beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut yaitu: (a) isinya haruslah komprehensif, meliputi semua permasalahan yang berkaitan dengan pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan-pertanyaan mengenai etika secara umum, (b) metode harus komprehensif, termasuk di dalamnya inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan, dan penyiapan generasi muda agar dapat mandiri dengan mengajarkan dan memfasilitasi pembuatan keputusan moral secara bertanggung jawab dan berbagai keterampilan hidup (soft skills), pendidikan karakter hendaknya terjadi dalam keseluruhan proses pendidikan di kelas, dan pendidikan karakter hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat.

(41)

tema sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk menguasai berbagai konsep dan ketrampilan. Novan Ardy Wiyani (2012: 41) menyebutkan bahwa terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang meliputi: model terhubung (integrated), model jaring laba-laba (webbed), dan model terintegrasi (integrated).

Model terhubung adalah model pembelajaran yang menghubungkan secara eksplisit suatu topik dengan topik berikutnya, suatu konsep dengan konsep lain, suatu keterampilan dengan keterampilan lain, atau suatu tugas dengan tugas berikutnya dalam satu bidang studi. Model jaring laba-laba (webbed) merupakan model pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik untuk mengintegrasikan beberapa bidang studi. Model terintegrasi adalah model pembelajaran yang menggabungkan beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang saling tumpang tindih.

(42)

7. Metode Penanaman Nilai-nilai Karakter pada Anak Usia Dini

Kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos. Meta artinya melalui dan hodos artinya jalan atau cara. Dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah yang diambil seorang peserta didik untuk merealisasikan tujuan tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dihubungkan dengan pendidikan karakter berarti bahwa metode adalah seluruh rencana dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan agar pendidikan karakter dapat terlaksana.

Pemilihan metode ini tidak boleh sembarangan melainkan harus disesuaikan dengan beberapa kriteria tertentu dan metode-metode tersebut akan menjadi lebih bermakna apabila dipadukan dengan metode yang lainnya pula. Novan Ardy Wiyani (2013: 43) menyebutkan setidaknya terdapat lima metode pendidikan karakter di sekolah, yaitu (a) mengajarkan, (b) keteladanan, (c) menetukan prioritas, (d) praksis prioritas, dan (e) refleksi.

(43)

pendidikan yang menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, serta kecintaan terhadap budaya-budaya Indonesia.

Sofan Amri, Ahmad Jauhari & Tatik Elisah (2011: 57), menjelaskan bahwa penting bagi guru untuk menciptakan metode pembelajaran yang melibatkan partisipasi aktif murid. Metode tersebut adalah metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pembelajaran yang kongkret, bermakna, serta relevan dengan konteks kehidupannya. Metode yang melibatkan partisipasi aktif murid tentunya akan menstimulasi diri anak tersebut untuk lebih memahami konsep yang akan disampaikan. Hal ini dikarenakan saat anak berpartisipasi aktif, beberapa indera anak akan bekerja bersama dan memungkinkan untuk menangkap suatu konsep melalui beberapa indera.

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter metode yang bisa diterapkan tentunya sangatlah beraneka ragam. Akan tetapi, hal yang paling penting dalam menentukan metode adalah dengan memperhatikan karakteristik anak agar penyelenggaraan dari pendidikan karakter ini dapat dengan mudah diterima. Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu (2013: 166), menyebutkan setidaknya terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada anak usia dini yaitu metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bermain, metode bernyanyi dan metode karya wisata..

(44)

fiktif maupun nonfiksi. Bercerita sering pula diistilahkan dengan mendongeng. Agus Ds (2009: 5) menyatakan bahwa banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan mendongeng. Manfaat mendongeng tersebut antara lain: (a) mengembangkan daya imajinasi, kreativitas, dan kemampuan berpikir abstrak pada anak, (b) menjalin interaksi yang akrab antara anak dengan orang dewasa, (c) melatih kecerdasan emosional dan kepekaan sosial, (d) meningkatkan serta menunjang perkembangan moral, dan (e) menanamkan motivasi dan proses identifikasi positif.

(45)

dibacakan oleh guru juga akan semakin memberi bekal pada anak mengenai berbagai sikap baik yang harus dikembangkan dalam kehidupan.

Metode karya wisata adalah metode melaksanakan kegiatan pengajaran di TK dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda lain. Muhammad Fadlilah & Lilif Mualifatu (2013: 183) menyatakan bahwa metode karya wisata memberikan kesempatan kepada anak untuk mengamati. Dengan cara tersebut anak dapat mendengar, merasakan, melihat, dan melakukan. Melalui metode yang seperti ini umumnya anak-anak akan lebih mudah untuk menerima informasi. Hal ini dikarenakan pada saat tersebut lebih dari satu indera anak bekerja bersama-sama sehingga informasi baru yang didapatkan akan lebih „mengena‟ atau bermakna bagi anak.

Kegiatan karyawisata dapat melatih sikap disiplin, mengenal dan mengahargai alam, menghargai teman, membangun sikap positif terhadap lingkungannya, dan bekerja sama. Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu (2013: 184), menyatakan metode karyawisata adalah suatu metode yang dilaksanakan dengan cara mengajak anak-anak keluar kelas untuk dapat memperhatikan hal-hal atau peristiwa yang memiliki hubungan dengan apa yang sedang dipelajari di sekolah. Selain metode karya wisata terdapat pula metode keteladanan.

(46)

teladan bagi anak adalah yang pada saat bertemu atau tidak dengan anak senantiasa berperilaku yang taat terhadap nilai-nilai moral.

Dasar dari penerapan metode keteladanan adalah bahwa pengaruh yang diserap melalui mata 84%, melalui telinga 11% sedangkan faktor lain 5%. Melalui mata atau keteladanan apa yang dilihat akan dijadikan contoh, sedangkan melalui telinga apa saja yang didengar berupa nasihat, saran atau pun pendapat hanya akan efektif mengubah perilaku sebanyak 11%. Hal ini berarti bahwa nasihat yang tidak dibarengi dengan keteladanan seperti melakukan sebuah pekerjaan yang lebih banyak sia-sianya daripada manfaatnya.

Muhammad Fadlillah & Lilif Mualifatu (2013: 168), menyatakan keteladanan adalah memberikan contoh langsung tanpa banyak keterangan. Dalam penerapan metode keteladanan ini di sekolah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan: (a) memberikan keteladanan berdasarkan apa yang dilihat oleh anak, bukan dibuat-buat namun pendidik selalu berperilaku baik kapanpun dan dimanapun (b) metode keteladanan dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas dengan bercerita mengenai kisah para nabi maupun kisah yang berisi keteladanan akhlak, dan (c) mengajak anak untuk mempraktikkan perilaku baik.

(47)

(f) secara tidak langsung guru dapat menerapkan ilmu yang diajarkannya, dan (g) mendorong guru untuk selalu berbuat baik karena akan dicontoh oleh siswa-siswanya. Kekurangan dari penggunaan metode keteladanan yaitu: (a) apabila figur yang dicontoh tidak baik, anak akan cenderung mengikuti menjadi tidak baik, dan (b) teori tanpa praktik akan menimbulkan verbalisme.

Metode bernyanyi adalah salah satu metode yang bisa digunakan dalam rangka penanaman nilai-nilai karakter dalam diri anak. Saat anak-anak bernyanyi bukan saja anak sekedar bernyanyi namun lama-kelamaan anak juga akan memahami lirik dalam lagu tersebut. Saat anak mulai paham akan arti dari lirik lagu tersebut maka,ini berarti anak sedang mulai untuk menginternalisasikan nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Saat anak-anak bernyanyi anak-anak akan berada pada keadaan rileks, sehingga nilai yang ingin ditanamkan kepada anak akan tersampaikan kepada anak, tanpa disadari oleh anak sendiri. Saat ini terdapat berbagai macam lagu yang didalamnya berisi nilai-nilai moral bagi anak. Nilai-nilai moral tersebut bagaikan sebuah pesan yang ingin disampaikan bagi oarang tua maupun pendidik kepada anak.

(48)

pembiasaan yang bisa diterapkan kepada anak yaitu (a) pembiasaan keteladanan, (b) pembiasaan spontan, dan (c) pembiasaan rutin.

Pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan karena tidak mengenal batas ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku atau sikap guru dan tenaga kependidikan yang baik, sehingga pantas dijadikan panutan bagi peserta didik. Pembiasaan spontan yaitu kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus meliputi pembentukan perilaku memberi senyum, salam, sapa, membuang sampah pada tempatnya, budaya antre, dan lain-lain. Sedangkan kebiasaan rutin merupakan salah satu kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, dan lain-lain

Hal yang penting dari metode pembiasaan ini adalah bahwa metode ini merupakan persiapan untuk pendidikan selanjutnya, seandainya hanya berhenti di sini hal ini seperti mendidik manusia akan tetapi seperti mendidik binatang-binatang sirkus. Pembiasaan tanpa diiringi dengan pengetahuan, pemahaman dan internalisasi tidak akan berarti apa-apa. Metode-metode tersebut, dalam pendidikan karakter sama-sama memiliki peran terhadap jalannya kegiatan pendidikan karakter. Oleh karenanya, perpaduan dari kedua metode ini akan menjadi ideal jika diterapkan dalam rangka penanaman nilai karakter di sekolah. 8. Peran Guru dalam Pendidikan Karakter

(49)

Segala perilaku guru akan dijadikan contoh bagi anak, sehingga penting bagi guru untuk selalu mengedepankan perilaku baik. Akan tetapi tidak hanya sebagai teladan, sosok guru dalam pendidikan karakter juga lekat dengan kegiatan belajar-mengajar.

Novan Ardy Wiyani (2012: 82), memaparkan dalam kegiatan belajar-mengajar, guru memiliki tugas untuk mendidik, belajar-mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi serta memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikan karakter. Sementara Mulyasa, (2013: 34) menambahkan,

Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru agar pelaksanaan pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik, yaitu: (a) menggunakan metode pendidikan karakter yang bervariasi, (b) memberikan tugas yang berbeda bagi setiap peserta didik, (c) menghubungi spesialis apabila anak memiliki kelainan atau penyimpangan karakter, (d) menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan pendidikan karakter, (e) memiliki pemahaman bahwa perkembangan karakter peserta didik tidak berkembang dalam waktu yang sama, (f) mengembangkan situasi belajar yang memungkinkan bagi setiap peserta didik untuk bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing pada proses pendidikan karakter, dan (g) mengusahakan keterlibatan peserta didik terhadap berbagai kegiatan berkarakter.

Berdasarkan pendapat dari Novan Ardy Wiyani dan Mulyasa tersebut tampaklah bahwa peran dari seorang guru dalam pendidikan karakter sangatlah beraneka macam. Terlebih dalam lingkup kegiatan belajar.

(50)

Kemampuan-belajar-mengajar menjadi lebih bermakna, terlebih dalam lingkup pendidikan karakter.

Mulyasa (2013: 35), menyebutkan bahwa guru harus mampu untuk mengembangkan pendidikan karakter secara efektif, serta mampu meningkatkan kualitas pendidikan, dalam hal peningkatan pribadi peserta didik, penting bagi guru untuk memperhatikan beberapa hal berikut: (a) menguasai dan memahami pendidikan karakter dan hubungannya dengan pembelajaran yang baik, (b) menyukai pendidikan karakter, (c) memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya, (d) menggunakan metode karakter yang bervariasi, (e) mengeliminasi bahan-bahan yang kurang berkarakter dan berarti, (f) mengikuti perkembangan pendidikan karakter, (g) mempersiapkan proses pendidikan karakter secara matang, (h) mendorong peserta didiknya untuk memiliki karakter yang lebih baik, dan (i) menghubungkan pengalaman yang lalu dengan karakter yang akan dibentuk.

Dalam pendidikan karakter ini terdapat dua hal yang wajib menjadi perhatian yaitu proses dan hasil. Dari segi proses pendidikan karakter dapat dikatakan berhasil apabila mempu melibatkan peserta didik secara aktif (secara mental maupun sosial) dalam proses pendidikan karakter di sekolah. Sedangkan, secara hasil guru dapat dikatakan berhasil dalam pendidikan karakter apabila pendidikan karakter mampu mengubah sikap dan perilaku peserta didik menjadi lebih baik. Mulyasa (2013: 66) menyebutkan,

(51)

dengan jelas dan komunikatif (mampu mengkomunikasikan idenya), (d) memperhatikan perbedaan individu dari setiap peserta didik, (e) memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif, dan banyak akal, (f) menghindari perlakuan kasar dan ejekan terhadap peserta didiknya, (g) tidak menonjolkan diri, dan (h) menjadi teladan bagi peserta didiknya.

Peran guru dalam pendidikan karakter menurut Novan Ardy Wiyani (2012: 85) adalah sebagai pemberi teladan, inspirator, motivator, dinamisator dan evaluator. Sebagai teladan guru harus mampu menunjukkan sikap positif kapan pun dan di mana pun, agar patut sikap-sikap tersebut patut dijadikan teladan bagi anak. Sebagai inspirator dan motivator guru akan membangkitkan semangat siswa melalui pengalamannya jatuh bangun dalam meraih prestasi dan kesuksesan yang luar biasa. Selain itu, guru juga memiliki peran sebagai dinamisator yang berarti bahwa guru bukan hanya memberikan motivasi namun juga menjadi “lokomotif”

yang mendorong gerbong untuk terus maju. Sebagai evaluator berarti bahwa guru harus senantiasa mengevaluasi metode pembelajaran yang selama ini dipakai dalam pendidikan karakter.

Peran guru yang paling mendasar dalam pendidikan karakter adalah menciptakan lingkungan yang nyaman, menyenangkan, dan dapat menstimulasi rasa ingin tahu anak dalam pendidikan karakter serta memberikan ruang gerak yang lebih leluasa kepada peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Selain itu, guru juga berperan sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan kepada peserta didik tanpa memberikan pemaksaan terlebih kekerasan kepada anak didiknya.

(52)

pula. Kebiasaan-kebiasaan baik ini akan terlihat dari kemampuan anak yang berulang dalam melakukan suatu tindakan dengan pertimbangan moral yang tepat. Pertimbangan moral dalam diri seseorang ini juga memiliki peran dalam membentuk seorang individu yang bermoral. Seseorang dinilai bermoral apabila orang tersebut selalu menggunakan pertimbangan moral dalam setiap langkah hidupnya. Dalam diri seseorang perkembangan moral ini memiliki suatu tahapan tertentu. Oleh karenanya, seorang anak usia dini dalam pertimbangan moral tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.

B. Teori Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Moral adalah ajaran tentang baik buruk, perbuatan dan kelakuan akhlak, kewajiban dan sebagainya. Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 143) menyatakan moral adalah ajaran mengenai baik buruk, benar salah, akhlak, aturan yang harus dipatuhi dan sebagainya. Hal ini berarti bahwa moral adalah kendali atau kontrol dalam bersikap maupun bertingkah laku dalam kehidupan. Orang yang bermoral adalah orang yang menggunakan pertimbangan moral dalam setiap langkah hidupnya. Pertimbangan moral ini dapat diwujudkan dengan pertimbangan baik buruk maupun akibat dari tindakan tersebut. Sandtrock (2007: 117) menyatakan bahwa perkembangan moral adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah. Perkembangan moral ini memiliki dimensi intrapersonal dan interpersonal.

(53)

dengan baik dan buruk. Akan tetapi nilai moral ini tetap sangat penting untuk ditanamkan sejak dini agar anak terbiasa untuk membedakan mana yang benar dan salah serta mana yang baik dan yang buruk. Perkembangan moral erat kaitannya dengan perkembangan kognitif. Aspek kognitif anak akan berangsur-angsur berkembang dan pada saat itu anak akan mulai memahami segala nilai baik buruk yang ada disekitarnya. Selain itu, Fitzgeral (dalam Sutarjo Adisusilo, 2012: 1) menjelaskan bahwa terdapat temuan yang menyatakan secara empiris bahwa anak yang memiliki skor intelegensi dan berada pada tingkat ekonomi tinggi memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dibandingkan anak dengan dengan skor intelegensi dan perekonomian rendah. Meskipun hal tersebut tentunya tidak selalu berlaku.

(54)

Salah satu tokoh dari perkembangan moral adalah Kohlberg. Kohlberg memaparkan bahwa terdapat hubungan antara perkembangan moral dengan usia seseorang. Selain itu, Kohlberg juga berupaya untuk memberi penjelasan mengenai perkembangan moral dan tindakan atau tingkah laku seseorang. Menurut Kohlberg terdapat tiga tingkat pertimbangan moral, dan masing-masing memiliki dua tahap yang meliputi tingkat prakonvensional, tingkat kovensional dan tingkat pascakonvensional, otonom atau berprinsip. Menurut tingkatan-tingkatan perkembangan moral Kohlberg tersebut anak usia dini berada pada tingkat prakonvensional.

Tingkat prakonvensional umumnya terjadi pada rentang usia 2-8 tahun. Pada tingkat prakonvensional seseorang dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan adat dan budaya setempat mengenai baik buruk, benar atau salah. Reward dan punishment memegang peranan penting dalam tingkat prakonvensioanl ini, misalnya kalau berbuat salah dihukum sebaliknya kalau berbuat baik diberi hadiah. Jadi anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat, dan apa yang dirasa baik adalah apa yang menghasilkan hadiah. Muhammad Fadlilah & Lilif Mualifatu, (2013: 69) menyatakan tingkat prakonvesional ini terbagi atas dua tahap yaitu orientasi hukuman dan ketaatan dan orientasi instrumentalis relatif.

(55)

tumbuh dalam diri anak. Tahapan selanjutnya yaitu orientasi instrumentalis relatif. Orientasi instrumentalis relatif berarti bahwa tindakan yang memuaskan kebutuhan-kebutuhan sendiri, dan kadang-kadang kebutuhan orang lain. Sikap timbal baliknya bukan loyalitas, rasa terima kasih atau keadilan. Motivasi utama dari tindakan ini adalah bagaimana mencapai kenikmatan sebanyak-banyaknya dan mengurangi kesakitan sedapat-dapatnya. Orientasi instrumental sudah sedikit menggunakan pertimbangan namun semata-mata didasarkan pada tindakan yang ditimbulkan.

Contoh dari kedua tahap tersebut adalah anak akan datang ke sekolah tepat waktu, untuk mendapatkan hadiah berupa simbol bintang dari guru. Pada tahap ini datang ke sekolah tepat waktu belum dimaknai nilainya bagi anak. Anak semata-mata hanya mengetahui bahwa datang ke sekolah ini adalah perilaku baik karena dengan melakukan hal ini anak mendapat hadiah. Jadi motivasi utama dari perilaku ini adalah dampak baik yang diterima oleh anak yaitu mendapatkan hadiah.

(56)

namun dengan menggunakan pertimbangan-pertimbangan atas akibat yang ditimbulkan dari tindakan moral tersebut.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan karakter adalah suatu bentuk arahan, bantuan dan bimbingan yang diberikan supaya peserta didik bertingkah laku baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagaman yang ada di masyarakat dengan didasarkan pada kesadaran akan pentingnya nilai-nilai tersebut. Penyelenggaraan dari pendidikan karakter ini memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Pada TK AL I‟DAD An -Nuur masih belum diketahui latar belakang penyelenggaraan pendidikan karakter pada lembaganya. Latar belakang ini penting untuk diketahui agar peneliti mengetahui dasar pemikiran dari penyelenggaraan pendidikan karakter pada sekolah tersebut.

(57)

yang dikembangkan dalam pendidikan karakter masih perlu untuk digali, supaya peneliti mengetahui berbagai nilai yang ditanamkan pada anak di TK tersebut.

Pelaksanaan pendidikan karakter memiliki beberapa pendekatan. Novan Ardy Wiyani (2013: 39) menyatakan pada pendidikan karakter setidaknya terdapat tiga pendekatan yang meliputi: pendidikan komprefensif dalam pendidikan karakter pembelajaran terintegrasi, dan pengembangan kultur sekolah. Masing-masing dari ketiga pendekatan ini memiliki kelebihan atau keunggulan tersendiri. Dalam pelaksanaannya pemilihan dari ketiga pendekatan ini harus disesuaikan dengan berbagai hal termasuk karakteristik sekolah. Pengetahuan akan pendekatan dapat mengarahkan peneliti untuk mengetahui proses penanaman pendidikan karakter di sekolah tersebut.

(58)

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter tentunya terdapat faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung akan semakin membantu penyelenggaraan dari pendidikan karakter sedangkan faktor penghambat akan menggganggu dalam penyelenggaraan dari pendidikan karakter. Pada TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat perlu untuk digali secara lebih mendalam mengenai berbagai hal yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Apa alasan TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu keunggulan dari sekolah?.

2. Nilai-nilai karakter baik apa saja yang ditanamkan pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?.

3. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai karakter baik pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?.

4. Siapa saja dan apa peran dari masing-masing pihak dalam sekolah pada proses penanaman nilai-nilai karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?.

5. Faktor apa yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?.

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Berdasarkan fokus masalah serta tujuan dari penelitian maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Bogan dan Taylor (dalam Lexy J. Moleong, 2002: 3), mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian mengenai pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat melibatkan penelitian yang mendalam dan komprehensif mengenai berbagai hal yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat. Melalui penelitian ini, peneliti berharap mampu untuk mendapatkan jawaban atas berbagai pertanyaan yang terkait dengan proses pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

(60)

B. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian pada kegiatan studi kasus pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat adalah guru, anak, orang tua, dan kepala TK. Subyek penelitian pada penelitian ini dipilih menggunakan nonprobability sampling dengan metode sampling purposive, di mana pada metode ini pengambilan sampel berdasarkan seleksi khusus. Hal ini berarti bahwa beberapa subjek dipilih dengan melihat suatu kriteria tertentu terkait dengan pemahaman pihak tersebut terhadap obyek penelitian. Obyek penelitian ini adalah proses pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

C. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat. TK ini beralamatkan di Jl. Magelang Km 12,5 Durenan tejo RT 12 / RW 17 Ngangkrik Triharjo Sleman 55514 Yogyakarta. TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat dipilih sebagai tempat penelitian karena (a) sekolah tersebut menyediakan layanan bagi anak yang berusia 4-6 tahun, (b) sekolah tersebut memiliki siswa siswi yang berkarakter baik, dan (c) sekolah tersebut mengusung pendidikan karakter sebagai salah satu keungggulan atau nilai lebih dari sekolah. Fokus dari penelitian ini adalah pada proses pelaksanaan pendidikan karakter.

D. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data

(61)

An-Nuur, siswa, kegiatan pendidikan karakter, sumber data tertulis yang berwujud buku referensi, catatan lapangan, serta foto. Sumber data ini kemudian ditelaah dan hasilnya dianalisis secara induktif.

[image:61.595.113.515.345.700.2]

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sumber data ini meliputi guru, anak, orang tua, kepala TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat dan Ketua Yayasan An-Nuur. Teknik pengumpulan data dalam penelitian studi kasus di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat disajikan dalam tabel sebagai berikut,

Tabel 1. Kisi-kisi Penelitian

No. Aspek Sumber Data Metode

1. Alasan TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu keunggulan dari sekolah.

Kepala sekolah, guru, Ketua PAUD An-Nuur

Wawancara

2. Nilai-nilai karakter baik yang ditanamkan pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

Kepala sekolah, guru, anak, Ketua PAUD An-Nuur

Wawancara , observasi dan dokumentasi 3. Proses penanaman nilai-nilai

baik pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

Kepala sekolah, guru dan anak

Wawancara, observasi dan dokumentasi 4. Pihak yang berperan dan peran

masing-masing pihak tersebut terhadap proses penanaman nilai-nilai karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

Kepala sekolah, guru, orang tua dan anak

Wawancara, observasi

5. Faktor pendukung pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat.

Kepala sekolah, guru, orang tua dan anak, Ketua PAUD An-Nuur

Wawancara, observasi

6. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat

Kepala sekolah, guru, orang tua dan anak, Ketua PAUD An-Nuur

(62)

Masing-masing metode tersebut kemudian dijabarkan menjadi: 1. Wawancara

Pada penelitian ini wawancara ditujukan kepada sumber data yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan karakter pada anak usia 4-6 tahun maupun warga sekolah yang lain yang mengetahui tentang pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat. Sumber data dalam teknik wawancara ini ditujukan kepada orang tua, guru, kepala sekolah dan Ketua PAUD An-Nuur. Wawancara ditujukan untuk mengetahui informasi lebih mendalam mengenai penyelenggaraan pendidikan karakter.

[image:62.595.115.511.505.724.2]

Wawancara terbagi atas dua jenis yaitu wawancara terstuktur dan wawancara yang tidak terstuktur. Pada penelitian ini yang digunakan adalah wawancara tidak terstuktur, yang dilakukan untuk menggali informasi yang mendalam terhadap suatu obyek yang diteliti dan dapat dipertanggungjawabkan. Pedoman wawancara yang telah dirancang oleh peneliti disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan

1. Kapan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat mulai dilaksanakan?

Jawab:

2. Siapa pencetus ide pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

3. Apa alasan TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat menjadikan pendidikan karakter sebagai salah satu keunggulan dari sekolah? Jawab:

(63)

Jawab:

5. Apa tujuan yang ingin dicapai dari penyelenggaraan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

6. Nilai-nilai karakter baik apa saja yang ditanamkan pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

7. Bersumber dari mana nilai-nilai karakter baik yang ditanamkan pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

8. Pendekatan apa yang dilaksanakan dalam proses penanaman nilai-nilai karakter baik pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

9. Metode apa yang dilaksanakan dalam proses penanaman nilai-nilai karakter baik pada anak di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab

10. Siapa pihak-pihak yang berperan dalam proses penanaman nilai-nilai karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

11. Apa peran masing-masing pihak terhadap proses penanaman nilai-nilai karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

12. Apa faktor yang mendukung pelaksanaan pendidikan karakter di TK AL I‟DAD An-Nuur Cahaya Umat?

Jawab:

13.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.  Tabel 4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh peneliti, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris dan fakta-fakta yang tepat (sahih, benar

Ketiga, skripsi yang disusun Ahmad Izzatul Muttaqin tahun 2014 dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap iddah Cerai Mati Perempuan Karier” 16 menurut hukum Islam bagi

Tahun ini Kompetisi Tuymaada diadakan pada tanggal 1-6 Oktober 2020 dan diikuti oleh 53 peserta untuk kategori Senior League serta 99 peserta untuk kategori Junior League, 9

Terdapat tujuh kasus penggunaan pada perangkat lunak ini, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3.1, yaitu kasus penggunaan untuk Mengelola User, Membuat Image, Menghapus

yang bisa saya tekuni di organisasi lain Saya merasa memiliki tanggung jawab untuk memberikan kinerja terbaik demi kemajuan organisasi Segala sesuatu yang terjadi dengan organisasi

Adanya asimetri informasi antara manager dan pemegang saham akan menimbulkan masalah yang bisa merugikan para pemegang saham, tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana tata

Berdasarkan analisa penulis diatas, dapat disimpulkan bahwa total kerugian yang diakibatkan oleh susut energi penggunaan penghantar TACSR pada jaringan transmisi tegangan

diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Degan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan