• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari T1 462008060 BAB IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari T1 462008060 BAB IV"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Setting Penelitian

4.1.1 Persiapan Penelitian

Sebelum turun ke lapangan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus surat ijin penelitian kepada Fakultas. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar memudahkan peneliti mengambil data yang akan diolah. Peneliti tiba di Kabupaten Manokwari pada tanggal 10 Maret 2013. Pada tanggal 11 Maret peneliti mendatangi rumah key informan penelitian. Key informan merupakan kepala suku di Distrik Kebar. Dalam pertemuan tersebut penelitian menyampaikan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

(2)

strategi untuk menuju tempat penelitian dan berjumpa dengan para partisipan.

Key informan mempelajari kriteria partisipan yang dibutuhkan oleh peneliti dan membantu mencari riset partisipan yang tepat sebagai partisipan penelitian. Peneliti melakukan observasi selama 3 hari ke setiap calon riset partisipan pada tanggal 15-17 Maret 2013. Observasi dilakukan setiap pagi hingga sore hari dengan membina hubungan saling percaya antara peneliti dan calon riset partisipan. Dari hasil observasi yang dilakukan selama 3 hari, peneliti menemukan 4 orang ibu sesuai dengan karakteristik riset partisipan yang telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

4.1.2 Profil Daerah Penelitian

(3)

kampungnya sangat bervariasi dan pola perkampungannya pun sangat bervariasi. Ada kalanya satu kampung didiami oleh ratusan penduduk, namun di sisi lain, bisa juga ditemukan kampung yang penghuninya hanya 10-15 rumah tangga.

(4)

Terdapat dua jenis pesawat yang dapat digunakan secara reguler untuk mencapai disktik Kebar, yaitu jenis Dash-7 dan jenis Cesna. Ongkos penerbangan dari Manokwari ke Kebar terbilang mahal. Untuk penerbangan reguler, harga tiket untuk setiap penumpang berkisar antara Rp 1.250.000,00 sampai Rp 2.000.000,00 per orang, sedangkan ongkos dengan menggunakan ranger adalah Rp 800.000,00 sampai Rp 1.300.000,00 tergantung banyaknya penumpang dan barang. Harga yang diberlakukan untuk rute ini adalah harga carter pesawat, yaitu berkisar antara Rp 24.000.000,00 sampai Rp 36.000.000,00. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap banyak hal, salah satunya adalah pada harga barang kebutuhan sehari-hari. Harga barang-barang di wilayah Kebar bisa dikatakan luar biasa mahal.

4.1.3 Agama

(5)

kebaktian keluarga, penelaahan Alkitab. Kunjungan-kunjungan keluarga biasanya dilakukan oleh para penginjil. Kunjungan tersebut untuk memberikan pembinaan kerohanian dan masalah kerukunan dalam rumah tangga. Kegiatan sekolah minggu diadakan setiap Minggu pagi untuk anakanak di bawah usia 10 tahun. Biasanya dibina oleh seorang guru agama atau warga anggota gereja yang telah dibina dan dilantik oleh pimpinan gereja atau jemaat dan pendeta sebelum melaksanakan pekerjaannya. Kegiatan kaum remaja dan pemuda biasanya dibina langsung oleh pendeta atau guru agama. Kegiatan ini berupa penelaahan Alkitab, pembinaan mental dan spiritual, serta berbagai masalah yang dihadapi oleh kaum remaja dan pemuda. Mereka mengemukakan masalah pribadi atau keadaan dalam kehidupan keluarga mereka kepada pendeta atau guru agama agar mendapatkan nasihat dan pemecahan masalah. Kegiatan serupa diikuti oleh kaum ibu dan remaja putri.

4.1.4 Pendidikan

(6)

mereka yang melanjutkan. Minimnya kesadaran dari pentingnya pendidikan, dibuktikan dengan ada beberapa orang tua yang mengatakan kepada peneliti bahwa dengan bersekolah anak hanya menghabiskan banyak uang dan tidak mendatangkan penghasilan bagi dirinya sendiri, sehingga ia wajib menginfestasikan waktunya untuk berkebun dan berburu demi masa depannya dan keluarga.

(7)

4.1.5 Sosial Ekonomi

(8)

usaha yang terbatas di daerah masyarakat Kebar. Pemeliharaan ternak, seperti ayam, kambing, itik, dan lain-lain sangat jarang ditemukan. Jenis ternak yang paling banyak dipelihara oleh orang Kebar adalah babi. Binatang ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi orang Papua.

4.2 Layanan Kesehatan

4.2.1 Gambaran Kesehatan Ibu dan Anak di Kebar

(9)

Rp1.000.000,00. Biaya tersebut akan menjadi lebih besar apabila palayanan tidak bisa disalurkan melalui jalur darat atau harus dilakukan dengan menggunakan jalur udara. Untuk satu kali pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, biaya yang dikeluarkan akan menjadi sebesar Rp 24.000.000,00 hanya untuk transportasi. Sarana kesehatan di Distrik Kebar yaitu 1 buah puskesmas, 2 buah barak medis, 1 buah pustu. Tenaga kesehatan yang ada, yaitu 1 orang dokter PTT, 2 orang perawat lulusan SPK, dan 2 orang bidan. Pelayanan kesehatan dilaksanakan di puskesmas setiap hari kerja. Kegiatan rutin yang dilakukan berupa pelayanan pengobatan umum KIA/KB (Posyandu, imunisasi bayi, dan bumil ANC) yang dilakukan oleh perawat dan bidan, serta pemberian makanan tambahan setiap sebulan sekali.

(10)

menempuh jarak selama 8 jam hanya untuk dapat sampai ke rumah sakit. Pada akhirnya banyak dari mereka yang urung memanfaatkan sarana-sarana tersebut dan lebih memilih menggunakan cara adat atau menolong diri sendiri.

4.3 Kebudayaan di Masyarakat Kebar

4.3.1 Karakteristik Rumah

Jumlah penduduk di perkampungan sedikit. Rumah-rumah mereka di kampung saling berdekatan dan pada umumnya dibangun membentuk lingkaran. Hal ini berkaitan dengan fungsi kekerabatan dan penghormatan terhadap rumah adat. Orang Kebar mengenal dua buah rumah adat penting, yaitu bokam atau rumah adat pria, dan sukam atau rumah ada wanita. Dalam sebuah komunitas (iwol) rumah adat pria atau bokam terletak di tengah perkampungan dan dikelilingi oleh rumah-rumah penduduk, sedangkan rumah adat perempuan atau sukam, yang khusus diperuntukkan bagi wanita yang mendapat haid atau melahirkan bayi, dibangun di luar daerah perkampungan. Letak sukam biasanya tidak terlalu jauh dari perkampungan.

(11)

dibelah kasar, lalu disusun tegak pada rangka yang tegak lurus dan berbentuk setengah lingkaran. Bagian dalam dan luar diperkuat dengan 4-5 deret belahan rotan atau ranting pohon yang dipasang melingkar dan sejajar, dikaitkan pada papan-papan yang tegak lurus. Dinding dengan bahan ranting atau dahan sebagai bahan dasarnya, juga dibuat dengan cara menyusunnya seperti dinding yang terbuat dari papan pinus. Lantai rumah dilapisi kulit batang nipah atau batang kayu yang dibelah lalu dikupas. Rumah orang Kebar pada umumnya tidak berjendela, dan hanya ada satu pintu di bagian depan rumah. Pintu tersebut dibuat kira-kira setengah meter lebih tinggi daripada lantai, agar penghuninya tidak tampak dari luar. Di depan pintu dibuatkan tangga untuk keluar masuk rumah.

(12)
(13)

kutep, apeng, dan apaksabor. Kutep berada di tengah ruangan, dan merupakan batas antara ngumsipka dan ngumtolka. Apeng adalah keempat tiang penyangga yang terdapat pada perapian (angol). Tiang-tiang itu masing-masing diikat dengan tali-tali (basem) yang digunakan untuk mengasapi kayu atau daging babi. Tempat para anggota keluarga untuk duduk mengobrol (yakan) berada di sisi kiri-kanan tempat perapian. Apsakbor dan okngomon adalah serambi yang terletak di bagian depan rumah, dan digunakan untuk menyimpan kayu bakar, alat bercocok tanam, dan kadang-kadang digunakan sebagai kandang babi.

(14)

keluarga, maka penyakit yang mereka bawa akan tertular kepada anggota keluarga lainnya dan membawa dampak buruk bagi kesehatan seluruh keluarga.

Selain dimaksudkan untuk menjaga kesehatan keluarga, pembagian ruang yang jelas antara laki-laki dan perempuan juga dimaksudkan untuk menghindari fitnah. Dengan cara ini, keutuhan dan keharmonisan keluarga dapat terjaga. Kedua, hal lain yang dipercaya orang Kebar berpengaruh pada kesehatan adalah energi-energi negatif yang berasal dari luar rumah. Dalam hal ini rumah orang Kebar didesain untuk menghindari efek buruk dalam hal kesehatan dari energi-energi negatif tersebut. Bagian itu adalah sektamon atau bagian kolong rumah.

(15)

komunitas atau keluarga yang ada di tempat itu. Selain sebagai simbol kebersamaan, tungku api ini juga memiliki arti filosofis dan perlindungan terhadap roh-roh jahat. Hal inilah yang dipercaya oleh orang Kebar dapat memberi manfaat bagi kesehatan. Dalam konsep sehat-sakit orang Kebar, kesehatan juga berarti terbebas dari gangguan roh-roh jahat. Gangguan roh-roh jahat ini bisa dihilangkan dengan memanfaatkan kutep. Selain dengan cara duduk mengelilingi kutep, salah satu cara melindungi diri dari roh jahat juga dapat dilihat pada bayi yang baru saja lahir. Dalam tradisi orang Kebar, bayi yang baru lahir harus diolesi abu pada dahinya untuk melindungi dirinya dari gangguan roh jahat.

Distrik Kebar memiliki udara yang sejuk tetapi tidak sadar akan kebersihan lingkungan rumah mereka. Sebagian bersar masyarakatnya tinggal bersama dengan hewan peliharaan mereka seperti babi yang tinggal di bawah kolong rumah mereka dan sapi dibelakang rumah. Kotoran-kotoran hewan tersebut tidak pernah dibersihkan dan dibiarkan mengering. Sehingga mereka sering terserang penyakit yang disebabkan oleh kotoran-kotoran hewan.

(16)

hutan. Hal ini menunjukkan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya MCK bagi keluarga.

4.3.2 Pola Aktivitas Sehari-hari

Waktu untuk beraktivitas dimulai sekitar jam 06.00 WIT, biasa aktivitas dimulai oleh para ibu, anak perempuan dan menantu. Mereka akan melakukan aktivitas seperti memasak, mencuci peralatan dapur dan alat makan yang digunakan semalam, memberi makan pada hewan peliharaan dan membelah kayu bakar. Setelah itu membangunkan anak-anak mereka untuk mengantri mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.

(17)

4.3.3 Hubungan Antar Agama

(18)

4.3.4 Adat yang Masih Dilakukan Di Distrik Kebar

4.3.4.1 Upacara Perkawinan

Ada ketentuan peminangan dan perkawinan dalam adat suku di Distrik Kebar. Orang tidak boleh sembarangan memilih pasangan dan tidak melalui pacaran, tetapi langsung pihak orang tua meminangnya kepada pihak laki-laki maupun perempuan. Tetapi ada pula yang melakukannya dengan cara lain, yaitu laki-laki meminta petatas kepada perempuan, lalu jika perempuan itu mau memberikannya berarti perempuan itu mau sama laki-laki itu. Tetapi bila perempuan itu tidak mau, dia tidak akan memberikan petatas kepada laki-laki itu. Ada cara lain, yaitu laki-laki meminta kepada perempuan dengan bahasa kiasan, yakni, “Mena puka yepki nek ne

nere” (noken muda itu bagus, jadi kasih sayakah?). Jadi, noken diibaratkan sebagai perempuan atau noken melambangkan perempuan karena perempuan selalu memegang noken untuk mengambil bahan makanan, untuk membawa bayi pada saat perempuan pergi ke kebun, kerja di kebun maupun pulang dari kebun, dan ke mana saja. Dengan demikian, noken dalam kapasitasnya diibaratkan sebagai perempuan. Selain itu, noken digunakan pada saat perempuan menyetujui permintaaan dari pihak laki-laki yang melamar keorang tuanya.

(19)

menyiapkan satu noken baru dan menggantungkannya di kepala perempuan itu, lalu mengantarkannya ke rumah pihak laki-laki dan di situ mereka membentuk keluarga baru, mereka berupaya mencari maskawin dengan bantuan orang tua maupun pihak kerabat laki-laki untuk membayar maskawin. Dalam tradisi pernikahan agama adat bahwa seseorang dikatakan sudah menikah saat ia sudah membayar mas kawin berupa uang, kain timur, dan sejumlah babi ternak sesuai permintaan dari keluarga perempuan.

4.3.4.2 Larangan dalam Perkawinan

(20)

paksaan orang tua. Biasanya orang tua perempuan memaksa anaknya kawin dengan laki-laki tertentu. Hal ini terjadi karena orang tua punya utang budi terhadap pihak laki-laki, misalnya sewaktu perang pernah dibantu atau pernah menyewa orang untuk membunuh musuh dengan tuyul. Karena utang budi tersebut, pihak orang tua perempuan sepakat untuk mengawinkan anak perempuannya guna menutup atau membayar utang tersebut.

4.3.4.3 Adat Menetap Sesudah Menikah

(21)

mampu melunasi atau membayar mas kawin. Dalam hal ini pun ada jangka waktu yang telah disepakati terlebih dahulu.

4.3.5 Pengetahuan

4.3.5.1 Konsep Sehat dan Sakit dalam Pandangan Orang Kebar

Kesehatan dalam pandangan orang Kebar adalah sebuah sinergi antara kehidupan yang sekarang mereka jalani dengan adat setempat yang masih berlaku. Dalam bahasa Kebar sehat adalah Yep sedangkan sakit adalah Yol. Kondisi sehat secara umum dapat diartikan sebagai kondisi siap kerja, yaitu kondisi saat seseorang masih dapat beraktivitas secara normal dan dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya.

(22)

pencarian kesehatan yang mereka lakukan telah mengikuti pola-pola kesehatan yang secara medis dan universal diketahui oleh masyarakat di seluruh dunia.

Pelayanan kesehatan di distrik Kebar secara umum harus berhadapan dengan kondisi geografi, faktor cuaca, dan sarana transportasi yang berat. Kondisi geografi yang bergunung-gunung sering kali dikeluhkan oleh pihak pelayan kesehatan di daerah tersebut dan disebut-sebut sebagai sebuah hambatan terbesar. Hal tersebut diperparah dengan akses transportasi yang sangat terbatas. Seperti telah diungkapkan dalam pendahuluan, satu-satunya sarana transportasi yang paling efektif di daerah ini adalah sarana transportasi udara, yaitu dengan menggunakan pesawat. Ditambah lagi dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan pada setiap pelaksanaannya. Hal tersebut tentu saja berpengaruh sangat besar terhadap akses pelayanan kesehatan yang bisa didapatkan oleh penduduk.

(23)

dapat sepenuhnya dinikmati oleh seluruh masyarakat. Akibatnya masih banyak masyarakat Kebar memanfaatkan cara-cara tradisional untuk mendapatkan kesehatan.

Dalam budaya orang Kebar, masyarakat telah mengenal cara-cara untuk memperoleh kesehatan. Kesehatan dapat diperoleh dengan memelihara alam, mengonsumsi makanan yang menurut tradisi dapat menyehatkan, mengikuti ritual-ritual adat, dan lain sebagainya.

4.3.5.2 Pengetahuan Masyarakat Mengenai Tanaman Sehat

Secara turun-temurun, jauh sebelum diperkenalkan pengobatan modern, orang Ngalum telah mengenal cara-cara untuk mengobati diri sendiri atau menjaga kesehatannya dari nenek moyang. Dengan memanfaatkan- alam, mereka menemukan kejeniusan dalam bidang pengobatan dan peningkatan taraf hidup. Berikut ini beberapa bahan dari alam yang dikenal dalam budaya Ngalum.

(24)

Tanaman ini sangat populer di kalangan orang Kebar dan masyarakat pegunungan lainnya. Sebutan secara umum untuk tanaman ini pun sangat beragam, tetapi biasanya mencirikan bentuk tanaman ini atau manfaatnya bagi kesehatan. Ada yang menyebutnya sayur hijau, sayur pintar, sayur sehat, dan lain sebagainya. Namun, memang kalau dilihat dari konsistensinya, sayur ini memang sangat hijau.

(25)

Selain dipercaya baik untuk anak-anak, tanaman ini juga dipercaya baik untuk ibu-ibu hamil. Ketika mereka sedang dalam masa kehamilannya, mereka disarankan untuk mengonsumsi tanaman ini secara rutin. Dalam kepercayaan masyarakat setempat apabila seorang ibu hamil rutin mengonsumsi sayur yamen, maka mereka akan kuat ketika melahirkan nanti. Penelitian secara khusus mengenai tanaman ini belum pernah dila- kukan sehingga apa sebenarnya kandungan yang ada di dalamnya sampai saat ini belum diketahui.

2. Daun gatal (bep)

(26)

Tanaman ini sebenarnya telah dikenal tidak hanya di wilayah pegunungan tetapi seluruh Papua, bahkan Maluku. Daun gatal atau Laportea indica adalah tanaman famili Urticaceae. Umumnya, tanaman jenis ini memang memiliki kandungan kimiawi seperti monoridin, tryptophan, histidine, alkaloid, flavonoid, asam formiat, dan authra-guinones. Asam semut ini sendiri terkandung di dalam kelenjar ”duri” pada permukaan daun. Saat ”duri” tersebut mengenai tubuh,

asam semut dalam kelenjar itu terlepaskan dan mempengaruhi terjadinya pelebaran pori-pori tubuh. Pelebaran pori-pori ini rupanya meransang peredaran darah. Itulah sebabnya orang yang memanfaatkan daun gatal pada umumnya merasa pegal-pegal mereka lenyap atau merasa lebih baik.

(27)

digosokkan pada kakinya. Selain itu, daun gatal juga dipercaya bisa digunakan untuk menyembuhkan penyakit yang sumbernya berasal dari dalam badan, seperti demam, masuk angin, batuk, pilek, atau bahkan dalam kepercayaan masyarakat setempat daun ini bisa menyembuhkan malaria. Selain dipandang bermanfaat untuk manusia, daun ini juga dipercaya bermanfaat untuk binatang, contohnya babi. Masyarakat setempat percaya apabila babi kelihatan kurus dan tidak mau makan akan menjadi gemuk setelah digosok dengan daun gatal.

3. Buah Merah

(28)

Tinggi pohon buah merah bisa mencapai 15 meter dengan buah sepanjang 80 cm dan diameter 15 cm. Dalam pandangan orang Papua buah ini juga dipercaya memiliki manfaat yang besar untuk kesehatan. Buah ini dipercaya dapat meningkatakan ketahanan tubuh dan meningkatkan kesuburan. Tetapi buah ini hanya boleh dikonsumsi oleh kaum pria. Kaum wanita tidak diperbolehkan mengonsumsi buah ini.

4. Kang (Babi) dan Fungsinya dalam Kehidupan Masyarakat Ngalum

(29)

Memotong dan memakan- babi biasanya dikaitkan dengan peristiwa penting, seperti pembakaran mayat, perkawinan, dan ritus adat. Hingga kini babi masih tetap digunakan sebagai mas kawin.

(30)

maksudnya. Babi memang bermanfaat untuk orang, tetapi di samping itu orang bersedia membuat dirinya berjasa terhadap babi, babi sangatlah dihormati.

Lazimnya sebagian besar cara bercocok tanam ikut ditentukan oleh kehadiran babi. Karena keberadaan hewan ini orang bahkan memagari lokasi di dalam mana mereka menanami batatas (ubi), makanan utama mereka sedangkan seluruh sisa lembah disediakan untuk babi di mana dia bebas berkeliling dan mengaisi makanannya. Malam hari mereka diberi makanan batatas yang dibawa perempuan dari kebun. Dari sudut pandang sosial, babi sangat penting. Jumlah babi yang dimiliki seseorang ikut menentukan bagaimana dia dipandang oleh orang lain. Orang yang penting atau gain memiliki banyak babi. Orang yang tidak memiliki atau hanya memilikinya dalam jumlah kecil tidak bisa jadi gain. (Peters, 1965)

(31)

ia juga dapat menentukan haknya. Adalah tugasnya pada waktu tertentu memberi makanan kepada hewan tersebut, melepaskannya dipagi hari, dan memasukkannya kembali pada malam hari di dalam bangunan tambahan di samping pintu masuk khusus bagi anggota wanita di rumah keluarga.” Babi merupakan milik pribadi seorang laki-laki

Babi-babi itu biasanya ditempatkan didalam rumah dan tinggal bersama keluarga, didalam kandang yang terletak di sekitar tempat tinggal mereka, atau dibiarkan berkeliaran mencari makan sendiri di sekitar pemukiman. Babi yang diletakkan di dalam rumah biasanya adalah babi-babi kecil yang berumur 0 sampa 5 bulan. Ketika sudah besar, babi itu akan ditempatkan di luar dapur (di dalam kandang atau dilepas bebas di sekitar pemukiman).

4.3.6 Teknologi dan peralatan

(32)

modern lainnya. Akan tetapi, perubahan tersebut tidak sepenuhnya mengubah masyarakat Kebat 180 derajat meninggalkan tradisinya. Beberapa jenis teknologi dan peralatan yang secara turun-temurun telah dikenal masyarakat Kebar dan masih dipakai sampai saat ini antara lain:

1. Kutep (tungku api)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kutep berada di semua rumah di Kebar. Kutep berfungsi sebagai sistem perapian di dalam rumah untuk memasak dan juga untuk menghangatkan diri.

2. Parang

Parang jamak digunakan oleh orang Kebar untuk membantu mereka dalam pekerjaan mereka di kebun, memotong kayu, membersihkan lahan yang akan dibakar, dan lain sebagainya. Menurut cerita masyarakat, penggunaan parang telah dilakukan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.

3. Men (noken)

(33)

tebal yang kemudian dirajut sampai menjadi sebuah noken. Pembuatan sebuah noken bisa memakan waktu sampai dua bulan. Dalam kehidupan orang Papua, noken memiliki fungsi yang sangat penting dan sangat beragam. Saat bekerja di kebun, noken bisa berfungsi untuk menampung hasil kebun yang terkumpul. Noken juga biasa dipakai untuk menampung potongan kayu bakar. Noken bisa juga dipakai untuk membawa barang yang akan dijual di pasar, bisa juga untuk membawa kitab suci ketika pergi ke gereja, atau dipakai untuk menggendong bayi.

4.4 Budaya Kesehatan Ibu dan Anak

4.4.1 Remaja

(34)

dan ibu-ibu yang hendak memeriksakan kehamilan. Biasanya para petu-gas kesehatan juga berpesan kepada para ibu untuk menyampaikan hal ini kepada anak-anak mereka yang sudah remaja namun mereka terkadang karena harus segera pergi ke kebun dan bekerja. Biasanya mereka jadi lupa untuk menyampaikan informasi yang mereka dengar dari petugas kesehatan kepada anak-anak mereka yang telah remaja.

(35)

yang sedang belajar. Saat waktu istirahat tiba, maka sang ibu langsung keluar untuk menyusui anaknya.

Dari beberapa kali kunjungan ke puskesmas, tampak seorang ibu yang memeriksakan bayinya sambil mengantar anaknya yang baru saja selesai ikut ujian di tingkat SD untuk memeriksakan kehamilan di puskesmas. Karena baru pertama memeriksakan kehamilan, maka bidan pun melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, juga lingkar lengan atas (LILA) pada anak tersebut. Setelah itu bidan mengambil buku untuk mengisi biodata anak tersebut. Sambil mengisi biodata anak tersebut, bidan pun bertanya kepada anak itu, “Sudah berapa bulan?” Anak itu pun

tersenyum sambil menoleh kepada ibunya dan berkata, “Saya tidak tahu sudah berapa bulan­.” Ibunya dengan suara agak keras bertanya kepada anaknya, “Dari kapan ko tidak dapat mens?” Anak itu pun dengan lugu berkata, “Saya lupa.” Tampak kemarahan di

wajah sang ibu. Dan karena anak tersebut dimarahi terus oleh ibunya, maka bidan pun langsung menenangkan suasana dengan berkata, “Mari, saya periksa.” Dan bidan pun segera memeriksa

(36)
(37)

Pola makan para remaja di Kebar sama dengan keluarga lainnya, yaitu mereka mengonsumsi makanan yang dimakan oleh keluarganya, seperti ubi jalar, keladi, daun ubi, dan daun labu.

4.4.2 Masa Kehamilan

Kehamilan pada perempuan di Kebar seringkali dianggap sebagai sesuatu yang biasa saja. Beban hidup yang dipikul perempuan Papua sangatlah berat sehingga kadang ibu-ibu tersebut lupa untuk memeriksakan kesehatan kehamilan mereka. Bahkan, ada sebagian dari mereka tidak menyadari kalau sebenarnya mereka sedang hamil, sehingga mereka tetap sibuk dengan aktivitas mereka setiap hari. Namun, ada juga ibu hamil yang selalu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan desa atau ke puskesmas karena mereka diingatkan oleh orang tua, saudara, dan suami mereka. Bahkan, ada dari beberapa suami mau mengantarkan istrinya ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilan mereka.

(38)

protein berupa ikan atau daging lainnya. Mereka akan makan daging apabila ada keluarga mereka yang pergi berburu ke hutan atau ada acara adat di kampung mereka. Ibu hamil sangat terbantu dengan adanya program makanan tambahan yang selalu diberikan puskesmas setiap melakukan kunjungan balik ke puskesmas. Biasanya berupa telur 1 rak dan kacang hijau 1 kilo sehingga sangat membantu ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan.

Berdasarkan data dari puskesmas setempat bahwa ternyata permasalahan kesehatan yang sering terjadi pada ibu hamil, yaitu banyaknya ibu hamil yang mengalami kurang darah (anemia) akibat asupan gizi yang kurang selama kehamilan. Pada masyarkat Kebar, tradisi yang digunakan dalam perawatan kehamilan tidak terlalu tampak, bahkan bisa di katakan tidak ada. Namun, apabila terjadi pelanggaran adat seperti tidak membalas maskawin kepada pihak laki-laki, maka ada korban dalam keluarga tersebut.

(39)
(40)

keperluan keluarga yang sudah habis, misalnya beras, minyak goreng, gula, teh, kopi atau bahan makanan lainnya. Kemudian sang ibu pulang untuk menyiapkan makan siang buat keluarganya. Setelah semua beres, ibu-ibu melakukan pekerjaan rumah yang lain seperti cuci pakaian, mencuci piring, mengangkat air, atau bahkan kembali lagi ke kebun, mengangkat kayu bakar untuk memasak di rumah.

Hal ini di lakukan oleh hampir semua perempuan di Kebarl. Mereka begitu tegar mengerjakan- pekerjaan yang begitu berat dalam keadaan hamil. Hal ini membuat mereka begitu kuat ketika akan melakukan persalinan. Bahkan, ibu-ibu tersebut dapat kembali melakukan aktifitas keseharian mereka setelah satu hari melahirkan tanpa merasa pusing.

(41)

anak yang dikandungnya, mungkin bayinya akan meninggal dalam kandungan atau setelah melahirkan bayinya akan meninggal. Selain itu, kedua calon orang tua juga harus menjaga bayi dalam kandungan dari sihir jahat dan guna-guna orang lain, menjaga makanan dan minuman, termasuk barang-barang pribadi karena benda-benda tersebut bisa dijadikan media guna-guna. Ibu hamil juga dilarang makan buah merah karena menurut kepercayaan masyarakat suku Ngalum, apabila ibu hamil mengonsumsi buah merah, maka pada saat melahirkan, mereka akan mengalami perdarahan yang dapat menyebabkan kematian setelah melahirkan. Selain hal-hal tersebut, tidak ada pantangan yang lain bagi perempuan suku Kebar pada saat kehamilan. Mereka hanya harus mempersiapkan diri untuk masa kelahiran.

(42)

kasus anemia yang tinggi pada masyarakat Kebar, tablet penambah darah diberikan setiap bulan untuk dikonsumsi setiap hari. Keadaan seperti ini tidak dapat dikontrol oleh petugas kesehatan, sehingga tidak dapat dipastikan apakah obat yang diberikan oleh petugas itu diminum atau tidak.

Kasus yang juga ditemui oleh petugas kesehatan, yaitu retensio plasenta (plasenta lama lahir) yang banyak terjadi di kampung yang sulit dijangkau. Usia kehamilan pada perempuan di Kebar tidak saja pada anak dan remaja, tetapi juga pada perempuan berusia > 45 tahun yang merupakan usia berisiko untuk hamil. Ibu-ibu tersebut rata-rata memiliki anak 11-14 anak, dengan jarak kelahiran yang berdekatan. Meski demikian, mereka selalu memeriksakan kehamilan mereka setiap kali bidan datang ke kampung mereka. Dengan jumlah anak yang banyak dan gizi yang kurang baik, biasanya pada saat melahirkan kurang ada kontraksi dari plasenta sehingga plasenta tertahan di dalam rahim dan tidak dapat keluar bersama bayi yang dilahirkan. Hal ini menyebabkan tingkat kematian ibu pada di Kebar cukup tinggi.

(43)

karena infeksi pneumonia. Berdasarkan pengamatan, pada beberapa keluarga, ternyata dapur perapian bukan saja merupakan tempat untuk memasak makanan, tetapi juga merupakan tempat setiap anggota keluarga, baik yang besar maupun yang kecil, berkumpul untuk menghangatkan badan pada malam hari, karena suhu di daerah Kebar sangat dingin. Maka, dapur perapian merupakan salah satu alternatif untuk menghangatkan badan. Dapur perapian ini tidak dilengkapi dengan cerobong asap sehingga asap hasil pembakaran hanya berputar di dalam dapur tersebut. Hal ini sangat tidak baik untuk kesehatan, terutama bagi anak bayi, balita, dan anak-anak yang masih sangat rentan, namun masyarakat menganggap hal ini sebagai sesuatu yang wajar.

4.4.3 Persalinan

(44)

masa kewanitaannya dipercaya membawa suatu jenis penyakit yang berbahaya bagi anggota keluarga yang lain. Oleh karena itu, dalam masa-masa itu mereka harus memisahkan diri dari keluarga mereka.

Sebelum memasuki sukam, seorang perempuan yang hendak melahirkan akan menyiapkan beberapa jenis daun. Daun-daun itu diambil dari tiga jenis pohon yang biasanya tersebar di sekitar sukam. Daun-daun itu adalah:

Apyorkon Abongkon Kamiturun Yapikon

(45)

paling bawah, lalu kamiturun (sejenis pakis) di atasnya, dan abongkon yang paling atas.

Daun pengalas pada kewanitaan di dalam sukam (menstruasi atau melahirkan) setelah diurutkan. Peletakan daun-daun tersebut dimaksudkan untuk mengalasi darah yang keluar dari seorang ibu ketika melahirkan. Apyorkon diletakkan paling bawah, selanjutnya kamiturun, dan yang paling atas adalah abongkon

(46)

di dalam sukam dibantu oleh beberapa perempuan. Mereka adalah tetangga, anggota keluarga, dan seorang dukun. Selama proses ini berlangsung hanya kaum perempuan yang bisa berada di dalam sukam untuk membantu si ibu melahirkan, sedangkan kaum laki-laki menyiapkan bahan makanan dan kayu bakar untuk digunakan selama ibu tersebut berada dalam sukam. Kayu bakar dan bahan makanan hanya boleh diletakkan di dekat sukam dan yang boleh membawa masuk ke dalam sukam hanyalah kaum perempuan. Proses melahirkan dilakukan dalam posisi jongkok. Kedua tangan ibu berpegangan pada seutas tali yang digantungkan di atap sukam. Dukun akan berada di depan ibu untuk menangkap bayi, satu atau dua orang perempuan berdiri di belakang ibu untuk menopangnya, dan beberapa perempuan lain akan membantu dari samping si ibu. Ibu yang sedang melahirkan di dalam sukam. Ibu yang melahirkan berada di tengah, sedang berpegangan pada seutas tali. Ibu yang berada di depannya bertugas “menangkap”

bayi, sedangkan ibu yang berada di belakangnya bertugas menyangga apabila si ibu merasa tidak kuat.

(47)

menjadi penghalang dalam proses persalinan. Biasanya orang yang membantu persalinan, baik bidan atau keluarga dekat si ibu langsung menemui sang suami, dan bertanya kepadanya. Suami harus menjawab dengan jujur, karena kalau tidak, istrinya akan susah melahirkan. Setelah bayi lahir, bayi segera dibersihkan dengan menggunakan yapikon, kemudian bayi dibungkus dengan daun-daun yang telah diatur sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan sebelumnya. Tali pusar dipotong dengan sebuah bambu runcing), lalu plasenta dibungkus dengan daun-daun, dan bersama dengan darah dari proses persalinan, plasenta dikuburkan di samping sukam. Ibu dan bayi tetap berada di dalam sukam sampai ibu benar-benar bersih. Setelah bersih barulah ibu dan bayi bisa pindah ke rumah umum.

(48)

khusus yang telah disediakan oleh kaum perempuan yang membantu ibu tersebut.

Ibu dan bayi baru lahir akan berada di dalam sukam selama tujuh hari sebelum bisa bergabung dengan anggota keluarga lainnya. Selama tujuh hari itu, bayi hanya mengonsumsi ASI dan om yang diberikan oleh ibunya. Setelah masa tujuh hari selesai, ayah si bayi akan meletakkan sebuah batu merah (batu yang diberi cat tanah merah) di depan pintu masuk rumah utama (abip) sebagai tanda sambutan terhadap anak. Batu-batu itu disusun sedemikian rupa hingga berbentuk seperti sebuah garis pembatas antara bagian dalam rumah dan bagian luar rumah. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi penghuni rumah dari gangguan roh-roh jahat yang berasal dari luar rumah. Di dalam sukam, ibu akan membungkus bayi dengan yapikon, kemudian memasukkannya ke dalam sebuah noken. Setelah itu, sambil menggendong bayi, ibu akan melangkah meninggalkan sukam dan masuk ke dalam rumah utama dengan menginjak batu merah yang telah disiapkan oleh sang ayah. Pada hari kedelapan, bayi sudah bisa dibawa keluar dari rumah.

(49)

matahari terbit. Hal ini dimaksudkan untuk meminta berkah dari alam dan Atangki untuk bayi yang baru lahir. Setelah itu, bayi akan dibawa masuk kembali ke dalam rumah dan beristirahat bersama sang ibu.

Ibu dan bayi yang baru lahir harus beristirahat lagi di dalam rumah dalam kurun waktu yang sama ketika di dalam sukam. Dalam kepercayaan masyarakat Kebar, hal ini harus dilakukan karena bau tubuh bayi dan ibu dalam masa itu akan dapat mengundang roh-roh jahat yang akan mencelakakan mereka di luar rumah. Selama masa istirahat ini, batu merah yang disiapkan oleh sang ayah akan tetap berada di depan pintu masuk rumah sebagai pelindung. Setelah masa tersebut selesai, ibu dan bayi bisa meninggalkan rumah. Sang ibu dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala. Pada hari-hari pertama dibawa keluar rumah, biasanya sang ibu akan membawa sedikit abu dari tungku api dan mengoleskannya ke dahinya dan dahi sang bayi. Hal ini juga dimaksudkan sebagai perlindungan dari roh-roh jahat.

(50)

4.4.4 Tradisi bikin bae (menyelesaikan Masalah)

Tradisi bikin bae merupakan tradisi yang dapat memberikan kemudahan bagi ibu saat bersalin. Menurut kepercayaan bahwa dendam antara ibu dan seseorang atau orang tua dapat mempersulit persalinan, karena oarang yang disakiti tidak sengaja mengeluarkan sumpah atau masih menympan dendam sehingga perlu dilakukan tradisi bikin bae untuk mengampuni informan dengan tulus. Pendapat tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan biyang Nnk Y yang menyatakan bahwa “air tersebut diberikan karena ibu memiliki masalah dengan orang tua anak, sehingga perlu di selesaikan agar persalinan berjalan dengan baik.

(51)

dendam yang masih tersimpan, sehingga dapat bersalin dengan lancar.

4.4.5 Kepercayaan terhadap Adat

Praktik-praktik budaya yang terkait dengan KIA masih sangat kuat di wilayah Kebar. Hal ini juga yang menjadi pertimbangan masyarakat ketika mereka akan memilih jenis pelayanan atau pertolongan yang akan mereka dapatkan selama masa kehamilan atau persalinan. Dari hasil wawancara kami terhadap beberapa orang ibu yang sedang mengikuti kegiatan posyandu, mereka mengatakan bahwa pada saat pemeriksaan kehamilan, mereka memang mendatangi posyandu. Tetapi, mereka masih belum memutuskan siapa penolong persalinan mereka nantinya.

(52)

pelayanan KIA setiap saat harus datang ke tempat ini. Padahal jika kita lihat kondisi geografi Kebar dengan segala hambatan dan keterbatasannya, untuk dapat datang ke Manokwari adalah sebuah hal yang sulit. Sebenarnya saat ini telah tersedia beberapa pustu dan poskesdes di setiap kampung di Kebar. Akan tetapi, sepertinya jadwal pelayanan di pustu dan poskesdes tersebut harus mengikuti jadwal acara kampung, jadwal voli, atau jadwal-jadwal lain petugas kesehatan yang bertugas di sana.Akan tetapi, sepertinya kondisi seperti ini sangatlah biasa bagi masyarakat setempat. Mereka menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut dan tidak melakukan protes sedikit pun. Namun, dalam pengamatan peneliti, apabila Puskesmas tersebut buka, masyarakat setempat pasti mendatangi tempat itu meskipun mereka sedang dalam perjalanan ke kebun sambil membawa parang dan noken, atau sedang memikul kayu untuk dibawa ke kampung lain tempat mereka membangun rumah. Mereka pasti akan menyempatkan diri untuk berhenti, sekadar minta obat atau minta disuntik.

4.4.6 Proses Pemotongan Tali Pusar

(53)

bambu yang digunakan sepanjang telapak tangan, kemudian menajamkannya, direbus dan bambu siap digunakan. Setelah pemotongan tali pusar, keluarga akan mengambil alih bayi dan memberi rangsangan agar bayi menangis dengan memukul bokong bayi. Bayi akan dimandikan setelah ia menangis dengan air hangat dan menggunakan pakaian. Dukun bayi akan menangani ibunya untuk melepaskan plasenta dan mengganti kain kotor. Tugas dukun kampung belum berakhir, dukun akan menanam plasenta yang dipercayai sebagai kakak dari si bayi selama dalam kandungan sehinga perlu dimakamkan dengan baik dan perlu mengingatkan kakaknya untuk tidak mengganggu.

4.4.7 Baukup dan Rau

(54)

Berdasarkan hasil wawancara dengan dukun kampung menjelaskan bahwa “ baukup itu, mama masak air yang su disampur dengan rempah-rempah sampe mendidih kemudian ibu masuk kedalam kain atau tikar dan diikuti oleh pancih air mendidih dimasukkan ke dalam kain tersebut. Sedangkan kalau rahu itu panaskan arang kemudian panaskan telapak tangan dan taruh dibadan bayi. Kain atau tikar yang digunakan dalam proses baukup diusakan menutup hingga ke kepala ibu sehingga tidak ada uap panas yang keluar.

4.5 Gambaran Umum Riset Partisipan

(55)
(56)

Tabel 4.5. Profil Riset Partisipan

Nama Inisial

Umur (tahun)

Pendidikan terakhir

Agama Pekerjaan Status

perkawinan

Penolong persalinan

Ibu N 30 SD Kristen Protestan IRT Menikah Dukun bayi

Ibu P 29 Tidak

menyelesaikan SD

Kristen Protestan Berdagang di pasar

Belum Menikah

Dukun bayi

Ibu Y 19 Tidak

menyelesaikan SD

Kristen Protestan IRT Belum menikah

Dukun bayi

(57)

4.6 Riwayat kehamilan, Persalinan dan Pasca Persalianan

4.6.1 Kasus Partisiapan 1: Ibu N

Identitas umum

Ibu N berumur 30 tahun, bertempat tinggal di kampung Anjai, distrik Kebar. Ibu N sudah menikah dan beragama Kristen Protestan. Pendidikan terakhir Ibu N adalah Sekolah Dasar (SD). Sehari-hari Ibu N bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suaminya seorang Cleaning Service di Sekolah Dasar di dekat rumahnya. Saat ini ibu N memiliki 3 orang anak berumur 13 tahun, 11 tahun dan 1 tahun 10 bulan. Proses kelahiran ketiga anaknya berlangsung di rumah dan ditolong oleh dukun bayi.

Riwayat Kehamilan

Selama kehamilan Ibu N melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 2 kali pada trimester pertama (usia kehamilan sekitar 2 bulan) dan trimester kedua (5 bulan). Setelah itu ibu N tidak lagi melakukan pemeriksaan ke tenaga kesehatan. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:

Prikasa.. tapi di dokter Endah di Manokwari pas waktu itu mama tong ada turun ke

Manokwari sana. Pas 5 kah 6 bulan juga mama tong ada priksa karna pas ada di Manokwari tapi setelah itu pas perut su besar tra pernah tong kesana lagi”.

[“Periksa.. tapi di Dokter Endah, waktu mama ada di Manokwari. Nah, pada saat usia

kandungan ke 5 atau ke 6 juga periksa karena ada di Manokwari juga, tetapi setelah itu tidak pernah lagi untuk diperiksa.

(58)

Suatu ketika ibu N merasa tidak enak badan dan terkadang disertai rasa sakit dibagian punggung dan perut bagian bawah (bagian simpisis pubis). Saat mengalami keadaan tersebut, ibu N pergi kerumah orang tuanya untuk memberitahukan keadaan yang ia rasakan. Orang tua dari Ibu N kemudian mengantarkan Ibu N ke dukun kampung yang telah membantu ibu N pada persalinan sebelumnya. Saat diraba dibagian simpisis pubis, ibu N menjerit kesakitan. Dukun bayi mengatakan bahwa dibagian perut ibu N ada sesuatu yang diraba seperti janin, artinya Ibu N sedang hamil. Beberapa saat kemudian ibu N yang sedang berada di Manokwari melakukan pemeriksaan ke dr. Endah yang merupakan dokter praktek kandungan di daerah tersebut. Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi dan mendengar DJJ (Denyut Jantung Janin).

Selain melakukan pemeriksaan kepada tenaga kesehatan, Ibu N juga pergi ke dukun kampung sebanyak 6 kali untuk melakukan pemeriksaan dan mengurut perut yang bertujuan untuk meemperbaiki posisi janin, serta meminta pertolongan berupa doa-doa yang diyakini bisa dihindarkan dari gangguan-gangguan setan.

“tanta dia urut kas bae-bae posisi bayi di dalam. Baru mama tong di kampung begini suanggi kadang bayak jadi pi minta doa dari tanta dukun”

[“ Dukun bayi memperbaiki posisi janin dengan cara diurut. Seringkali di kampung-kampung

seperti ini sering terdapat gangguan suanggi (setan) jadi pergi ke dukun untuk meminta pertolongan”

].

Riwayat Persalinan

(59)

[“..jadi waktu sakit, mama dukun da urut kase baik anak dia karna waktu da kaki yang dibawah,mama bakuat tra lama trus lahir”]

[“...saat sakit perut, dukun bayi memperbaiki posisi bayi karena posisi bayinya karena saat itu posisi bayi bayinya sungsang, mama mengedan langsung lahir”].

Ibu N mengatakan sempat mengalami perdarahan setelah kelahiran anaknya, karena sebagian plasenta belum bisa dilahirkan. Setelah beberapa menit, dukun bayi berusaha mengeluarkan plasentanya dengan cara menekan bagian pusat.

Riwayat Pasca Persalinan

Setelah proses persalinan, perawatan ibu dan bayi hanya dilakukan di rumah dengan cara tradisional yaitu rau (menghangatkan tubuh) dan ukup (menggunakan air panas yang berisikan rempah-rempah) yang dibantu oleh ibunya sendiri. Begitu pula dengan pemutusan tali pusat yang hanya menggunakan cara rau. Selain itu, adapula obat-obat tradisional yaitu ramuan dari bawang putih, merica, cuka, dan daun turi yang telah dihaluskan dan kemudian diremas. Air hasil perasan diberikan pada ibu N untuk diminum dengan tujuan mencegah terjadi infeksi dalam rahim dan mencegah darah putih naik ke kepala.

tiap hari mama pu mama bantu untuk rau anak dia sampe da pu pusat tu kering dan

talapas. Mama urut kas anak tu badan keras dan bagus juga. Setelah melahirkan juga mama kasi minum bawang putih, rica jawa deng cuka sama daun turi, tumbu akan baru habis itu ramas kasi minum”

[“Setiap hari orang tua dari Ibu N membantu ibu N untuk rau tali pusatnya hingga kering dan

terlepas dengan sendirinya. Orang tua Ibu N juga mengurut anak tersebut supaya kuat dan sehat. Setelah melahirkan juga orang tua ibu N memberikan air perasan bawang putihm merica dan daun turi untuk diminum”].

Pemilihan Penolong Persalinan

(60)

dari Ibu N tidak mengijinkan paha dari istrinya dilihat oleh orang lain dan juga menjadi tradisi dari keluarga suami ibu N bahwa setiap keluarga yang akan melahirkan akan di tolong oleh nenek M, yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Semua anak yang dilahirkan oleh ibu N ini ditolong oleh nenek M.

[kalo untuk mo pilih sapa k sapa yang tolong sa melahirkan tu sa tunggu mama deng pace pu keputusan saja karna sa tra bisa untu bilang karna pace ding pu adat tu tong tra boleh sembrang pi buka kaki untuk orang lain, tapi terkadang tu Nenek M yang datang biasa bantu tong pu keluarga kalo ada yang mo melahirkan].

4.6.2 Kasus Partisipan II: Ibu P

Identitas Umum

Ibu P berusia 29 tahun dan tidak menyelesaikan Sekolah dasar (SD). Sehari-hari ibu P berjualan dipasar dan suaminya berkebun di kebun milik keluarganya. Ibu P bertempat tinggal di kampung Anjai dan beragama Kristen Protestan. Saat ini ibu P memiliki 4 orang anak berumur 10 tahun, 7 tahun, 4 tahun dan 1 tahun. Semua persalinan Ibu P ditolong oleh dukun bayi.

Riwayat kehamilan

(61)

waktu itu mama pi di bidan sana priksa kenapa su 1 bulan lebih hampir 2bulan belum dapat

mens, dapa tau begini su hamil, padahal mama tra rasa apa-apa ngidam mo makan apa kah juga tra ada”.

[“ Waktu itu Ibu P pergi ke bidan untuk konsultasi, karena sudah hampir 1 bualn lebih ibu P belum juga menstruasi, setalah konsultasi barulah Ibu P mengetahui kalau dirinya sedang hamil. Ibu P tidak merasakan tanda-tanda kehamilan pada dirinya].

“mama tra pernah priksa kandungan arena mama takut dengan suntik sama tra suka minum

obat. Jadi selama hamil mama tenang-tenang dirumah saja atau tidak ya pergi ke dukun yang waktu itu bantu mama melahirkan’

[“Ibu P tidak pernah memeriksakan kandungannya selama hamil karena Ibu P takut dengan

jarum suntik dan juga tidak mau mengkonsumsi obat-obatan yang akan diberikan. Selama kehamilan Ibu P hanya memeriksakan kandungannya ke dukun bayi yang waku itu menolongnnya bersalin pada kehamilan sebelum-sebelumnya].

Selama kehamilan, Ibu P hanya pergi ke dukun bayi yang menolongnya sewaktu melahirkan pada kehamilan sebelum-sebelumnya. Ibu P memeriksakan kandungannya sebanyak 2 kali yaitu pada usia kehamilan 4 dan 6 bulan untuk mengurut perut yang bertujuan untuk memperbaiki posisi janin.

mama pergi 2kali.. waktu hamil 4 deng 6 bulan. Mama pi urut kas bae anak didalam pu posisi saja”

[ Ibu P pergi 2kali,, pada waktu hamil 4 dan 6 bulan untuk memperbaiki posisi bayi didalam kandungan]”.

Riwayat Persalinan

(62)

kampung, untuk memberitahukan kalau Ibu P sudah merasakan sakit pada perutnya. Setelah bayinya lahir, mereka menunggu plasentanya lahir, kemudian dukun kampung tersebut memotong tali pusatnya dengan menggunakan bambu yang ujungnya tealh di runcing tajam, yang sebelumnya serabut tajam pada ujungnya telah di bersihkan. Sebelum dipotong, tali pusat diikat dengan benang kemudian diberikan betadin pada kasa untuk dibungkus pada tali pusat. Setelah itu bayi dimandikan dan dirahu (dihangatkan). Berikut pernyataannya:

Mama su rasa sakit dari jam 12 siang tu, mama jalan-jalan dalam rumah saja putar-putar

supaya anak da turun cepat, baru bapa dia yang pi pangggil mama dukun.

[“Mama sudah rasa sakit perut dari jam 12 siang, mama jalan putar-putar dalam rumah saja

supaya bayi dalam kandungan cepat turun ke jalan lahinya, bapak (suami) yang pergi untuk memanggil dukun”].

Riwayat pasca Bersalin

Setelah melahirkan, Ibu P hanya melakukan perawatan tradisional di rumah dibantu oleh orang tuanya baik perawatan luka jalan lahir pasca bersalin maupun perawatan tali pusat bayi. Perawatan tali pusat dilakukan dengan cara ba rahu dan untuk perawatan luka dan membersihkan jalan lahir dilakukan dengan cara ukup.

Rahu pake telapak tangan begini yang su kas panas di atas api trus pegang anak tu pu

badan deng da pu tali pusat tu, tekan pake kuku, bikin begitu trus sampe 4 ato 5 hari akan su putus”.

[“rahu menggunakan telapak tangan yang sudah dihangatkan diatas api kemudian letakan

pada tubuh bayi agar hangat dan juga pada tali pusatnnya yang ditekan menggunakan kuku, setelah 4 atau 5 hari tali pusat akan terlepas”].

(63)

ibu untuk mengeluarkan keringat kotor dan kotoran yang sewaktu melahirkan mungkin masih tertinggal.

Rahu itu supaya cepat sembuh. Kalo tong pu pintu kan luka to jadi rahu supaya kering.

Tong pu susu juga musti rahu supaya air susu juga banyak. Rahu tu 1 sampe 2 minggu. Mama-mama dong bilang juga kalo tong ba ukup begitu tong pu darah tu cepat balik su tra pucat-pucat lagi.

[”Rahu itu supaya cepat sembuh. Kalau jalan lahir luka harus rahu supaya cepat kering,

biasanya rahu hanya 1 sampe 2 minggu saja. Orang-orang tua sering mengatakan kalau ukup bisa membuat darah cepat kembali dan tidak terlihat pucat lagi.

Ibu P juga dianjurkan untuk mengkonsumsi obat tradisional yaitu campuran rempah-rempah seperti hasil perasan serei yang telah ditumbuk kemudian diseduh dalam segelas air, hal itu dilakukan agar mencegah nainya darah putih.

[kalo serei tumbuk akan, kasi ramas deng air panas 1glas, minum tiap pagi sore. Kalo mo sehat tempo minum akan tiap hari tu minum trus.

Pemilihan Penolong Persalinan

Ibu P mengatakan, bahwa dalam mengambil keputusan untuk menolongnya bersalin dilakukan oleh ibu mertuanya. Tetapi dari semua persalinan ibu P ditolong oleh nenek Y yang biasa menolong keluarga mereka ketika ada yang melahirkan. Hal itu disebabkan karena nenek Y sudah dipercaya dari sejak dulu oleh keluarga dari Ibu P.

4.6.3 Kasus Partisipan III: Ibu Y

Identitas Umum

(64)

Riwayat Kehamilan

Selama hamil Ibu Y hanya melakukan pemeriksaan kandungnnya ke dukun untuk di urut dan diberi doa dan ramuan. Tetapi pada trimester ketiga (usia kandungan 8 bulan) ibu Y memeriksakan kandungannya di puskesmas disaat Ibu Y mengantarkan anaknya pergi berobat. Alasan Ibu Y jarang periksa ke puskesmas karena tempat tinggal yang jauh dan juga Ibu Y harus tetap pergi ke kebun dan memberi makan ternaknya. Berikut pernyataan yang mendukung informasi tersebut:

is sa tra pernah priksa di dokter ka puskemas ka, sa cuma pergi ke mama tua di Atai saja

(dukun kampung yang ada di kampung Atai), mo pergi baru nanti sapa yang kas makan babi sapa yang mo liat kebun juga su begitu puskesmas jauh lagi. Tapi waktu itu sa pernah pergi 1 kali saja pas Yemima (anak pertama dari partisipan) sakit baru sa bawa ke puskesmas skalian sa periksa”

[“Saya tidak pernah periksa di dokter maupun puskesmas, saya hanya ke dukun kampung

yang tinggal di kampung Atai, kalau saya pergi ke puskesmas nanti siapa yang kasih makan babi dan melihat kebun. Tapi saya sempat pergi ke puskesmas waktu mengantar Yemima untuk berobat disitu saja juga periksa]”.

Riwayat Persalinan

Ibu Y melahirkan pada tanggal 28 Maret 2012 pukul 17.00 WIT di rumahnya. Cara persalinan ibu Y secara pervaginam atau normal dengan presentasi kepala saat lahir. Prosesnya persalinannya dibantu oleh dukun bayi dan didampingi ibu mertuanya. Ibu Y mengatakan ia merasakan sakit perut saat ia bangun pagi dan suaminya segera memanggil dukun bayi di kampung Atai. Saat suami dari ibu Y pergi memanggil dukun bayi, ibu mertuanya memberikan kuning telur dari telur ayam kampung yang dipercaya bisa melancarkan proses persalinannya nanti.

ih waktu itu sa su tra kuat skali, perut su sakit skali, jadi paitu pi lari panggil mama tua di

(65)

minum sa kuning telur supaya kaya lancar waktu melahirkan nanti. Tapi memang betul juga, mama tua datang tra lama langsung sa melahirkan”.

[ waktu itu memang saya sudah tidak kuat untuk menahan sakit, jadi suami yang pergi memanggil dukun di kampung Atai. Waktu suami pergi panggil dukun, mama memberikan kuning telur ayam kampung kepada saya supaya waktu lancar waktu melahirkan].

Setelah anaknya lahir, dukun bayi menunggu hingga plasentanya dilahirkan, setelah itu memotong tali pusat bayi menggunakan bambu yang telah dibersihkan serabutnya dan disterilkan, kemudian tali pusat bayi diikaat dengan benang.

Riwayat Pasca Bersalin

Setelah melahirkan, perawatan ibu dan bayi hanya dilakukan secara tradisional yang dilakukan di rumah, yaitu ba rahu dan ba ukup. Ibu Y mengatakan, biasanya menaruh bara api di kolong tempat tidur untuk kegiatan ba rahu dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, mengeringkan luka jalan lahir, agar ASI banyak dan juga untuk menghangatkan ASI.

Ba rahu tu supaya kasi bersing tong pu kandungan dalam poro ni, jang sampe akan infeksi,

trus tong darah putih naik ke otak, kalo tra mati ya brati tong gila.

Aktivitas lain adalah ba ukup dengan menggunakan uap air panas dalam sebuah wadah, di dalamnya terdapat daun cengkeh, sereh, dan daun pisang kering. Perawatan ini bertujuan agar keringat ibu keluar dan ibu cepat pulih dan kuat setelah bersalin. Selain itu ada pula obat-obat tradisional yang diberikan ibu A (Ibu Partisipan) kepada ibu Y, yaitu air rebusan daun sirih, daun nangka dan daun sirsak yang mencegah darah putih naik ke kepala.

[daun sirih, daun sirsak, daun nangka, minum sampe akan pu rasa pekat tu hilang, kalaiu daun sirih tu sampe pedis akan hilang, minum satu glas saja, itu darah putih traakan naik]

(66)

Ibu Y mengatakan, bahwa dalam mengambil keputusan untuk menolongnya bersalin dilakukan oleh ibu mertuanya. Tetapi dari semua persalinan ibu Y ditolong oleh nenek Y yang biasa menolong keluarga mereka ketika ada yang melahirkan. Hal itu disebabkan karena nenek Y sudah dipercaya dari sejak dulu oleh keluarga dari Ibu Y

4.6.4 Kasus Partisipan ke IV: Ibu RM

Identitas Umum

Ibu RM berusia 26 tahun yang bertempat tinggal di kampung Atai. Ibu RM sudah menikah dan memilik 3 orang anak, anak pertama berusia 10 tahun, anak kedua berusia 4 tahun dan anak ketiga berusia 8 bulan. Kelahiran ketiga anaknya ditolong oleh dukun bayi rumahnya. Ibu Rm beragama Kristen Protestan. Pendidikan akhir yang ditempu holeh ibu RM adalah kelas 4 SD. Sehari-hari ibu RM bekerja sebagai ibu rumah tangga dan suaminya bekerja sebagai pegawai honorer.

Riwayat Kehamilan

Selama kehamilan, ibu RM hanya melakukan 2 kali pemeriksaan kehamilan di puskesmas ketika usia kehamilannya memasuki trimester kedua (5 bulan) dan trimester ketiga (8bulan). Menurut ibu RM, saat di puskesmas petugas melakukan pemeriksan dengan cara mendengarkan DJJ (Denyut Jantung Janin), menyuntik lengan kiri dan memberikan obat tambah darah dan vitamin, tetapi ibu RM tidak meminum obat tersebut karena ia takut minum obat. Demikian pernyataan yang mendukung:

Dong periksa, dengar da pu denyut jantung, trus dong suntik di lengan sini tapi tra tau dong

(67)

[mereka melakukan pemeriksaan, mendengar denyut jantungnya, kemudian mereka menyuntik di lengan sini (sambil menunjuk lengan kiri), tidak tau obat apa yang disuntikkan. Selama mereka memberikan obat saya tidak pernah minum (tertawa), saya takut minum obat].

Sebelum pergi ke puskesmas, ibu RM terlebuh dahulu meminta dukun bayi yang disapa nenek untuk mengurut perutnya. Hal itu dilakukan karena ia sering kali merasa kesakitan pada perut bagian bawah. Ibu RM mengatakan, dukun bayi sering mengingatkan pada saat usia kehamilan masih muda (trimester awal) harus sering-sering mengurut perut bagian bawah agar posisi bayi dalam kandungan menjadi baik.

“Nenek bilang waktu hamil-hamil muda lagi jaga kasi naik panta poro, supaya bayi dalam pu

kedudukan baik, dong kan dapa tau da pu kepala di bawah ka tra da”

[Nenek (dukun kampung) mengatakan, saat awal kehamilan harus sering menaikan/mengurut perut bagian bawah, supaya kedudukan bayinya bagus, mereka bisa mengetahui posisi kepala bayi dibawah atau tidak].

Riwayat Persalinan

(68)

Setelah bayi lahir, dukun bayi belum memotong tali pusat, karena harus menunggu plasentanya dilahirkan. Beberapa menit kemudian, plasenta sudah dilahirkan, kemudian dukun mengikat tali pusat bayi dan memotong tali pusat menggunakan bambu yang sudah dibersihkan dari serbuk tajamnya. Kemudian tali pusat dibungkus dengan kain kasa yang sudah dikasih alkohol.

waktu itu tali pusat belum langsung potong, sampe dapu plasenta keluar dulu baru potong.

Waktu su keluar tu langsung ptong tali pusat pake bambu yang su kas bersih dari da pu bulu-bulu deng serbuk-serbuk tajam”.

[Saat itu belum dipotong, tunggu hingga plasentanya keluar dulu baru dipotong. Sewaktu plasenta sudah keluar, dukun langsung memotong tali pusat dengan menggunakan bambu yang sudah dibersihkan].

Riwayat Pasca Persalinan

Ibu RM mengatakan sebulan setelah melahirkan, ia dan anaknya dirawat oleh dukun bayi di rumahnya secara tradisional. Perawatan tali pusat dengan rahu (menghangatkan tubuh) yaitu dengan cara menyiapkan minyak kelapa di piring kecil, kemudian jari tangan didekatkan di api, setelah itu jari tangan dicelupkan diminyak, setelah itu dijepit ke pusat bayi. Setelah melakukan rahu, pusat bayi ditutup dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan alkohol.

“rahu tali pusat dengan minyak kelapa yang ditaruh dipiring. Baru kalo rahu tu kas masuk jari dalam meinyak baru habis itu taruh di api, kalo su panas baru taruh di tali pusat.kalo sudah habis itu tutup pake verban yang su kas basah dengan alkohol baru tutup”.

[menghangatkan tali pusat dengan minyak kelapa yang telah ditaruh pada piring. Ketika rahu basahkan tangan dengan minyak kemudian dekatkan tangan pada api lalu letakan pada tali pusat. Setelah itu tutup tali pusat dengan verban yang telah dibasahkan dengan alkohol].

(69)

segelas air panas. Diamkan sebentar hingga hangat, baru diminum. Obat tersebut bermanfaat untuk mengeluarkan darah-darah kotor dan anti darah putih naik ke kepala.

Pemilihan penolong persalinan

Ibu RM mengatakan, dalam pemilihan penolong persalinan ia menyerahkan sepenuhnya kepada suami dan orang tua serta ibu mertuanya. Hal itu disebabkan suami dari Ibu N tidak mengijinkan paha dari istrinya dilihat oleh orang lain dan juga menjadi tradisi dari keluarga suami ibu RM bahwa setiap keluarga yang akan melahirkan akan di tolong oleh nenek M, yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Semua anak yang dilahirkan oleh ibu RM ini ditolong oleh nenek M.

4.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Memilih Dukun Bayi Sebagai Penolong Persalinan

4.7.1 Partisipan 1: Ibu N

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

Ibu N mengatakan pemeriksaan kehamilan itu penting dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko-resiko pada saat melahirkan dan untuk mengetahui kondisi janin sehat atau tidak. Resiko-resiko yang dimaksud ibu N adalah seperti kondisi bayi lahir cacat atau perdarahan. Menurut ibu N, setidaknya ia merasa puas, ketika ia bisa mengetahui kondisi janinnya dalam kandungan melalui pemeriksaan.

Penting, karna jang sampe ada da pu resiko untuk anak kecil ni ka atau waktu nanti pas tong melahirkan”

[penting, karena jangan mengingat jangan sampai ada resiko untuk janin atapun saat melahirkan nanti].

(70)

Menurut ibu N, penolong persalinan bisa dilakukan oleh bidan, bisa juga dilakukan oleh dukun bayi. Bidan bisa melakukan persalinan karena memiliki alat-alat untuk menyuntik dan obat-obatan. Ibu N juga mengungkapkan dukun bayi juga bisa menolong persalinan dengan alasan keterampilan dukun bayi juga bagus, artinya mereka sudah memiliki banyak pengalaman untuk menolong persalinan, jadi tidak ada salahnya kalau persalinan ditolong oleh dukun bayi yang sudah berpengalaman.

“bidan bisa, dukun kampung juga bisa. Bidan kan dong alat-alat lengkap, mo suntik atau obat juga ada. Tapi dukun kampung dong juga bagus, su pengalaman kasih melahirkan jadi apa salahnya kalo dukun baru su pengalaman, melayani bagus, dong liat tong juga bagus”

[bidan bisa, dukun bayi juga bisa. Bidankan punya alat-alat yang lengkap, mau suntik atau obat-obatan juga mereka ada. Tetapi dukun kampung juga bagus, sudah pengalaman menolong persalinan jadi apa salahnya kalau dukun bayi yang sudah berpengalaman. Pelayanan mereka bagus, mereka mengurus kita].

Selain alasan di atas, ibu N mengungkapkan bahwa alasan dirinya memilih dukun bayi sebagai penolong persalinan karena bisa saling bertanya dan berdiskusi dan bertukar pikiran karena sudah saling kenal dan saling mengerti. Ia juga mengutarakan, selama persalinan, mereka bercerita seperti biasa, bertanya mengenai keadaan atau posisi janin. Satu hal lgi yang menjadi pertimbangan ibu N memilih dukun bayi adalah kepercayaan ketika terjadi gangguan-gangguan roh jahat saat persalinan berlangsung ataupun akibat dari ucapan-ucapaan kasar yang menyebabkan adanya kesulitan saat persalinan, hanya dukun bayi yang tahu dan bisa menolong dengan car membuat air sembayang (air yang didoakan), dan tidak bisa ditangani oleh bidan atau pengobatan medis.

(71)

[karena bagus saat kita saling bertanya, langsung saling mengerti. Cerita seperti biasa, tapi kalau bidan kan kita malu karena tidak terbiasa. Kalau ada gangguan dari roh halus dukun kampung yang tau, tapi bidan-bidan tidak tahu.]

c. Pengetahuan tentang ketrampilan yang dimiliki dukun bayi

Menurut ibu N, ketrampilan menolong persalinan yang dimiliki dukun bayi merupakan talenta dan karunia untuk menolong orang melahirkan. Ibu N juga mengutarakan bahwa ketika bidan ataupun dukun bayi yang menolong persalinan, tapi keselamatan hanya berasal dari Tuhan. Jadi menurut ibu N, dalam memilih penolong persalinan, semua tergantung keyakinan seseorang. Ibu N juga menceritakan bahwa ia mengetahui dukun bayi yang menolong persalinannya bisa membantu persalinan karena sudah memilki pengalaman yang banyak.

“memang dari dia, da pu karunia untuk bantu-bantu tong disini untuk melahirkan juga

jadi. Ya torang manusia untuk tong melahirkan, melayani orang melahirkan, walaupun dia bidan atopun dukun tapi keselamatan kan cua dari atas. Jadi dari torang saja pu keyakinan, melahirkan tong mo panggil sapa untuk bantu. Kalo sa sih bawa tanta dia karna su banyak bantu orang juga jadi”

[dari dirinya sendiri, dia sudah mendapatkan karunia untuk bantu kita di kampung ini untuk melahirkan. Kita manusia untuk melahirkan, mekayani orang melahirkan, walaupun dia bidan ataupun dukun kampung tapi keselamatan hanya dari Tuhan. Kalau untuk saya, saya minta dukun kampung untuk membantu saya karna sudah banyak menolong orang]

2. Ekonomi Keluarga

(72)

cukup untuk kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga ibu N sebanyak 4 orang, hanya keluarga intinya saja.

“kalo ojek tu biasa bisa 1 juta kadang 1 1/2 juta, paitua biasa lari jauh jauh jadi”

[kalau menjadi tukang ojek bisa dapat 1 sampai 1 ½ juta sebulan, karena suami sering membawa penumpang yang jarak jauh]

a. Akses ke tempat layanan kesehatan

Menurut ibu N, ia tidak merasa kesulitan untuk mengunjungi tempat layanan kesehatan karena memiliki kendaraan roda 2 untuk pergi ke puskesmas.

“jauh sih, tapi tra kesulitan, ada motor juga mo”

[jauh, tapi tidak kesulitan, karena ada motor].

3. Kebudayaan Dalam Sarana dan Prasarana dukun bayi

Ibu N mengatakan alat yang dibawa oleh dukun bayi saat menolong persalinan hanyalah bambu runcing untuk memotong tali pusat, sedangkan benang disiapkan oleh ibu N. Ibu N juga mengungkapkan bahwa dukun bayi jga memberikan obat-obat tradisional. Obat-obat tradisional itu yang dimaksud adalah daun gedi yang dapat dipakai untuk obat maupun sayuran jika dicampurkan dengan air kemudian diperas akan mengahasilkan cairan berlendir, yang diyakini supaya proses persalinan menjadi lancar. Bayinya keluar lancar, tidak terjadi persalinan macet.

“bambu runcing yang su kas hilang da pu bulu-bulu tu. Nanti benang mama yang siapkan, trus daun gedi”.

[hanya bambu runcing yang telah dihilangkan bulu-bulu halusnya. Benang mama yang siapkan, kemudian obat-oabt tradisional.]

gedi yang tanta da peras pake air hangat sampe ada cairan lendir baru kas minum, supaya

(73)

[daun gedi yang diperas oleh dukun dengan menggunakan air hangat sampai ada cairan lendirnya keluar kemudian dimunum, agar supaya ketika melahikan bagus dan licin-licin (sambil tertawa)].

4.7.2 Partisipan II: Ibu P

1. Pengetahuan

a. Pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan

Ibu P mengatakan pemeriksaan kehamilan penting dilakukan dengan tujuan agar dapat mengetahui kesehatan janin dalam kandungan. Pengetahuan ibu P mengenai pentingnya pemeriksaan kehamilan diperoleh dari bidan sewaktu ibu P memeriksakan kehamilannya. Menurut ibu P, dirinya diingatkan oleh bidan untuk rajin ke puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya.

“penting, kan untuk tong tau bayi pu kesehatan ka bagaimna, bidan bilang jaga datang ba priksa di uskesmas supaya tau bayi pu kesehatan”

[penting, supaya kita mengetahui bagaimana kesehatan bayi. Bidan mengatakan sering-sering datang ke puskesmas supaya bisa tau kesehatan bayi kita].

b. Pengetahuan ibu tentang penolong persalinan yang tepat

(74)

“karna dong bikin kasih bagus. Bidan juga bisa, tapi kalo tong tra da uang bagemana. Dari anak pertama denga dukun kampung baru antua juga masih ada sodara deng tong jadi ya sudah dari dulu denga dia saja”

[karena mereka melakukan dengan baik, bidan juga bisa tapi kalau kita tidak ada uang bagaimana. Dari anak pertama hanya dengan dukun kampung yang juga merupakan keluarga sendiri, jadi dari dulu hanya dengan dia].

“antua bagus, layani tong juga bagus. Tong poro saki da urut-urut da sapu-sapu bagia yang sakit. Pengalaman anak pertama sampe sekarang dengan yang itu jadi ya sudah mo pikiran cari lain su malas”

[dukun kampung itu bagus, layani kita juga bagus. Perut sakit dia urut-urut kadang dielus-elus bagian yang sakit. Pengalaman anak pertama sampai sekarang dengan dukun kampung itu mo berpikir cari yang lain sudah malas].

c. Pengetahuan ibu tentang ketrampilan yang dimiliki dukun bayi

Ibu P mengatakan ia hanya mendengar dari cerita orang tuanya kalo dukun bayi tersebut sudah banyak membantu banyak orang melahirkan, jadi ketika akan melahirkan dia hanya akan memanggil dukun kampung datang kerumahnya.

“waktu itu hanya dengar-dengar mama dong cerita kalo dukun itu su banyak tolong

orang melahirkan, jadi waktu bagiannya saya mama dong yang pi panggil datang kerumah ”

[waktu itu hanya dengar-dengan m ama cerita kalau dukun kampung tersebut sudah banyak menolong orang untuk melahirkan, jadi sewaktu saya akan melahirkan mama yang memanggil dukun kampung tersebut untuk datang kerumah].

2. Ekonomi keluarga

(75)

ibu P juga sebagai buruh cuci yang bekerja hanya seminggu 2 kali. Pekerjaan yang dilakukan adalah mencuci dan menyeterika pakian. Dari hasil pekerjaannya ibu P memperoleh upah sebesar 250.000 rupiah setiap bulannya. Sedangkan pendapatan suaminya tidak menentu, ketika hasil panen banyak dan bagus batu dibayar. Menurut Ibu P, suaminya tidak memiliki pekerjaan yang lain selain bekerja di kebun milik keluarganya. Ibu P menuturkan jikalau suaminya bekerja di kebun dengan hasil panen yang banyak pendapatan keluarga bisa mencapai 700.000 rupiah per musim panen. Tapi jika musim panen belum tiba keluarga ibu P hanya berharapa dari keuntungan dagangan ibu P.

“tra tentu juga, kalo panen hasil banyak deng bagus baru dapa bayar itu bisa sampe 700.000”

[tidak menentu, kalau hasil panen banyak dan bagus, baru akan dibayar 700.000 rupiah].

“tra da yang lain, kalo belum panen brati tong cuma berharap dari sa pu hasil dagangan tiap hari saja”

[tidak ada yang lain, kalau belum masuk musim panen keluarga ibu P hanya berharap dari hasil keuntungan dr pasar].

3. Akses ketempat layanan kesehatan

Menurut Ibu P, untuk pergi ke puskesmas dirinya merasa jauh karena tidak memiliki kendaraan. Ia juga menuturkan saat hamil ia tidak pernah mengunjungi posyandu juga karena alasan merasa malas saat hamil.

“ih jauh skali, tra da kendaraan juga, tapi waktu ada posyandu dekat rumah tapi mo bajalan pu malas apa, makanya tra pernah pi”

Gambar

Tabel 4.5. Profil Riset Partisipan

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya PP 51 tahun 2002 tentang perkapalan, yang dimaksud dengan peti kemas adalah bagian dari alat yang berbentuk kotak serta terbuat dari bahan yang

4.15.2.Menugaskan Kepala Subbagian Tata Usaha dan Kepatuhan Internal untuk memantau pelaksanaan tugas dan usulan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan

Dalam pada itu, sesunggunya konsep sufisme yang ditawarkan Nurcholish Madjid ini sangatlah relevan bila dikaitkan dalam konteks kemodernan dan keindonesiaan mengingat

Terdapat beberapa ciri-ciri dari collaborative learning yang dikemu-kan oleh Nelson (1999), yaitu (1) Pada proses pembelajaran peserta didik diberikan kesempatan untuk

The research could be concluded that the carcass characteristics of PO cattle were lower than those of SimPO cattle, but carcass components and non-carcass were similar relatively.

Pada penulisan ini, Penulis mencoba menguraikan beberapa langkah untuk membangun Intranet Server dengan menggunakan sistem operasi Linux. Yang dijelaskan dalam penulisan ini

(9) Jika Ketua Program Studi tidak dapat melaksanakan tugasnya, dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya berakhir berdasarkan usul Direktur dan penilaian Senat

Angka kejadian OMA berdasarkan stadium menunjukan stadium yang paling sering terjadi adalah perforasi (68,4%), diikuti hiperemis (19,7%), supurasi (6,6%), dan yang terakhir