• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA MAGIC BOX MENGGUNKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS VDI SD/MI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA MAGIC BOX MENGGUNKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS VDI SD/MI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA MAGIC BOX MENGGUNKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS V DI SD/MI

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sejana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan

Oleh EMA OKTAVIANA

NPM : 1711100054

Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN 1442 H/2022 M

(2)

ii

PENGEMBANGAN MEDIA MAGIC BOX MENGGUNKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN

ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS VDI SD/MI

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas–Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sejana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu Tarbiyah Dan

Keguruan

Oleh EMA OKTAVIANA

NPM : 1711100054

Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

PEMBIMBING I : Nurul Hidayah, M. Pd PEMBIMBING II : Yudesta Erfayliana, M. Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG TAHUN 1442 H/2022 M

(3)

iii ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi berdasarkan masalah yaitu, gambar pada buku paket masih kurang lengkap dan menarik sehingga peserta didik merasa bosan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa jarang mendapatkan media berbentuk nyata yang dapat mempermudah dalam memahami isi materi khususnya pada pembelajaran yang menyangkut kehidupan nayata seperti materi ekosistem. Mengembangkan media magic box yang lebih menarik dan efisien untuk siswa dan guru. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui proses pengembangan media magic box terhadap pembelajaran IPA materi ekosistem siswa kelas V. Untuk mengetahui kelayakan pengembangan media magic box menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi ekosistem di kelas V. Untuk mengetahui respons guru dan siswa terhadap media magic box menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA materi ekosistem di kelas V.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ialah penelitian pengembangan dengan menggunakan model ADDIE dengan beberapa tahap yaitu tahap analisis (analysis), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (development), dan tahap evaluasi (evaluation). Validasi kelayakan dilakukan dengan dua ahli media dan dua ahli materi. Uji lapangan terdiri dari uji coba skala besar dan uji coba sekala kecil.

Hasil dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa media magic box terhadap pembelajaran IPA materi ekosistem siswa kelas V di SD/MI memperoleh nilai rata-rata ahli media 74,5% di katagorikan layak, rata-rata penilaian ahli materi 78,9%, sedangkan penilaian yang diberikan peserta didik tahap uji skala besar 76% dan uji coba skala kecil 68,1% yang dikatagorikan layak. Hal ini menunjukan magic box terhadap pembelajaran IPA materi ekosistem siswa kelas V layak digunakan dalam proses pembelajaran.

Kata Kunci: Materi Ekosistem, Media Magic Box, Metode Simulasi

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Surat yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ema Oktaviana

Npm : 1711100054

Jurusan/prodi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENGEMBANGAN MEDIA MAGIC BOX MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS V DI SD/MI”

adalah benar-benar merupakan hasil karya penyusunan sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya orang lain keculai pada bagaian yang telah dirujuk dan disebut dalam footnote atau daftar pustaka. Apabila di lain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini, maka tanggung jawab sepenuhnya pada penyususnan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi.

Bandar Lampung, 2022 Penulis,

Ema Oktaviana 1711100054

(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

“Dan Allah Mengeluarkan Kamu Dari Perut Ibumu Dalam Keadaan Tidak Mengetahui Apa-Apa, Dan Dia Memberikan

Pendengaran, Pengelihatan, Dan Daya Nalar, Agar Kamu Bersyukur”.1

(Q.S An-Nahl (16) : 78).

1Kementrian Agama RI, “Al-Qu’an Terjemahan Dan Penjelasan Ayat Tentang Wanita Yasmin”, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Menadiri, 2016), 267.

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, suka dan duka telah kulalui dalam meraih cita-cita, dengan izin Allah SWT akhirnya dapat ku gapai satu cita-cita dengan penuh syukur dan bahagia, dengan rasa kasih dan sayang yang tulus ku persembahkan hasil karya sederhana ini kepada mereka yang aku cintai dan sayangi

1. Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Kasirin dan Ibu Sutilah terimakasih atas curahan cinta, kasih sayang, pengorbanan, dukungan serta nasihat dan do’a yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik.

2. Kakak Edi Arif Effendi dan Adik Clara Dzehan yang selalu memberikan semangat kepada penulis dalam menyelsaikan skripsi ini, semoga kita bisa membuat orang tua kita tersenyum bahagia.

3. Teman-teman yang selalu menemaniku menyelesaikan skripsi ini.

4. Almamaterku UIN Raden Intan Lampung dimana tempat penulis menuntut ilmu terapan dan ilmu kehidupan

(9)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ema Oktaviana dilahirkan di Dono Arum Kab.

Lampung Tengah pada tanggal 16 Oktober 1999. Peneliti putri dari Bapak Kasirin dan Ibu Sutilah yang merupakan anak Kedua dari tiga bersaudara.

Memiliki satu mamas dan satu adik yang bernama Edi Arif Effendi dan Clara Dzehan. Penulis mengawali pendidikan di SD N 2 Dono Arum Kec.

Seputih Agung dan lulus pada tahun 2011 dan kemudian penulis melanjutkan kejenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di MTs Darussalam Gayau Sakti dan lulus pada tahun 2014, selanjutnya penulis melanjutkan Kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA N 1 Sepitih Agung dan berhasil menyelsaikan pendidikan pada tahun 2017.

Kemudian tahun 2017, penulis terdaftar sebagai mahasiswi UIN Raden Intan Lampung di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Tahun 2020, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Simpang Agung Kec. Seputih Agung, Kabupaten Lampung Tengah, kemudian pada tahun yang sama penulis melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MI Darul Huda, Campang Raya, Bandar Lampung.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelsaikan skripsi ini dengan baik dengan judul:

Pengembangan Media Wayang Digital Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Di SD/MI. Shalawat serta salam senantiasa tersanjungkan kepada Nabi Muhammad S.A.W yang telah menjadi pelita dunia dalam menyebarkan syari’at yang diamanahkan Allah SWT kepadanya untuk umatnya.

Meskipun penulisan ini baru merupakan tahap awal dari sebuah perjalanan panjang cita-cita akademis, namun penulis berhadap semoga karya ilmiah ini mempunyai niali kemanfaatan yang luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Ucapan terimakasih kepada pihak yang senantiasa memberikan bimbingan dan bantuannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

2. DR. Chairul Amriyah, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Deri Firmansyah, M.Pd. selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultar Tarbiyah dan Keguruan.

4. Nurul Hidayah , M.Pd. selaku pembimbing I dan Yudesta Erfayliana, M.Pd. selaku pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran sehingga penyusunan skripsi ini selesai.

5. Seluruh dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menuntut ilmu di Jurusan Pendidikan Guru Madrasyah Ibtidaiyah Fakultar Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.

6. Almamaterku Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

7. Rahmawati, S. Ag, MM. Pd. selaku kepala MIN 3 Bandar Lampung dan Baisah. S. Pd. SD selaku kepala SD N 5 Jatimulyo Lampung Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

(11)

xi

8. Dian Octavia Djono, S. Pd, selaku Wali kelas kelas V MIN 3 Bandar Lampung dan Javadela, S. Pd, selaku wali kelas kelas V SD N 5 Jatimulyo Lampung Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dikelas tersebut.

9. Siswa-siswi kelas V MIN 3 Bandar Lampung dan Kelas V SD N 5 Jatimulyo Lampung Selatan.

10. Bapak ibu guru beserta staf dan karyawan MIN 3 Bandar Lampung dan SD N 5 Jatimulyo Lampung Selatan. yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data yang diperlulkan.

11. Rekan-rekan PGMI angkatan 2017 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, khususnya PGMI kelas A UIN Raden Intan Lampung, terimaksih atas kebersamaannya yang terjalin salami ini.

12. Untuk teman-teman saya Dian, Eni, Eva, Puput dan Yuni terimakasih sudah menjadi tempat keluh kesah serta memberikan motivasi untuk terus semangat sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihal yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelsaikan skripsi ini.

14. Dan terimakasih teruntuk diriku sendiri, sudah mau berjuang dan berusaha sejauh ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak telah membantu dan memberi dukungan mendapaykan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap peneliti ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, bagi dunia pendidikan, dan bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung, 2022

EMA OKTAVIANA

NPM. 1711100054

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ii

ABSTRAK ... iii

SURAT PERNYATAAN...iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

RIWAYAT HIDUP ... ix

KATA PENGANTAR ... x

RIWAYAT HIDUP ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul ... 1

B. Latar Belakang Masalah ... 2

C. Identifikasi Masalah ... 7

D. Batasan Masalah ... 7

E. Rumusan Masalah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 8

H. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 8

I. Spesifika Produk Yang Dikembangkan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI Pengembangan Media Magic Box Menggunakan Metode Simulasi Pada Mata Pelajaran Ilmu Pemgetahuan Alam (IPA) 1. Pengertian Media Pembelajaran ...11

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ...12

3. Macam-macam Media Pembelajaran ...13

4. Kriteria Pengembangan Media Pembelajaran ...15

5. Konsep Pengembangan Media Pembelajaran ...15

6. Pengertian Magic Box ...16

7. Manfaat Magic Box ...18

8. Pendekatan Kontekstual ...18

(13)

xiii

9. Ilmu Pengetahuan Alam Diseskolah Dasar ...20

10. Kerangka Berfikir ...25

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengembangan ...27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...27

C. Karakteristik Sasaran Penelitian ...28

D. Metode Penelitian ...28

E. Pengumpulan Data dan Analisis Data ...31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Pengembangan Media Magic Box ...38

B. Deskripsi Kelayakan Media Magic Box Materi Ekosistem ...54

C. Respon Guru Dan Siswa Terhadap Media Magic Box ...56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...57

B. Saran ...57 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kisi-kisi angket Ahli Materi ...34

1.2 Kisi-kisi angket Ahli Media ... 34

1.3 Kisi-kisi angket respon pendidik ... 35

1.4 Kisi-kisi angket respon peserta didik ...35

1.5 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban ...35

1.6 Persentase dan kriteria kualitaf validasi ...37

1.7 Pedoman skor penilaian ...36

1.8 Persentasi dan kriteria kualitatif respon peserta didik ...37

1.9 Tabel penjelasan isi magic box ...41

1.10 Data hasil validasi ahli media tahap 1 ...44

1.11 Data hasil validasi ahli materi tahap 1 ...45

1.12 Peruhan perbaikan media magic box ...46

1.13 Data hasil validasi ahli media tahap 2 ...49

1.14 Angket skala kecil tanggapan siswa terhadap media magic box ...51

1.15 Rekapitulasi data angket tanggapan siswa ...52

1.16 Angket penilaian respon guru ...52

1.17 Rekapitulasi data angket tanggapan guru ...53

1.18 Rekapitulsi data angket kelompok besar ...53

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Metode research and development (R&D) Model tahapan ADDIE ...29

2. Tampak luar magic Box ...41

3. Bagian kompone biotik ...41

4. Bagian komponen abiotik ...42

5. Bagian jenis terestial/jenis daratan yang disertai air seperti sungai ...42

6. Bagian jenis akuatik/air yang di dominasikan daratan ...42

7. Bagian atas magic box yaitu permaina ular tangga ...43

8. Keseluruhan media dika dilihat dari atas terlihat semua bagian ...43

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Sebagai langkah awal untuk memahami judul skipsi ini, dan untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan beberapa kata yang menjadi judul Skipsi ini. Adapun judul skripsi yang dimaksud adalah PENGEMBANGAN MEDIA MAGIC BOX MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) KELAS V DI SD/MI. Adapun uraian pengertian beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini yaitu sebagai berikut:

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2002 pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru. Berarti pola pertumbuhan, perubahan secara perlahan dan perubahan secara bertahap. Pengembangan yang dimaksud dalam judul ini adalah proses memanfaatkan ilmu pengetahuan yang telah ada untuk diperbaharui dikembangkan sehingga menjadi ilmu pengetahuan yang lebih sempurna.

Media pembelajaran Magic Box diterapkan pada pembelajaran materi ekosistem pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Media pembelajaran Magic Box merupakan suatu media pembelajaran berbentuk kotak atau kubus yang didalamnya terdapat sebuah materi yang hanya terlihat ketika kotak tersebut dibuka, siswa tidak akan mengetahui isi dari kotak tersebut ketika kotak tersebut ditutup. Dengan penerapan media ini siswa akan tertarik dan rasa ingin tahu akan semakin meningkat, sehingga siswa tidak bosan mengikuti kegiatan pembelajaran dan materi yang didapat akan dengan mudah dimengerti.2

Media pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang mampu mempermudah pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Bermacam-macam dan wudjud media pembelajaran yang digunakan oleh pendidik sebagai akar dari ilmu pegetahuan oleh peserta didik. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan perangsang pikiran , perasaan dan kemauan dan kemauuan berkomunikasi antara pendidik dengan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya

2 Ika Fitrianti Et. Al, “Keefektifan Media Magic Box Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Jaring-jaring Bangun Ruang Sederhana”, Mimbar PGSD Undiksha, Vol. 8, No. 2, (2020), h. 325.

(17)

2

proses belajar mengajar. Meskipun bukan satu-satunya penentu media pembelajaran menempati posisi yang sangat penting bagi keberhasilan proses belajar dan pembelajaran. Disamping komponen-komponen yang lain seperti metode, materi, sarana, dan prasarana, karakteristik dan lingkungan peserta didik kemampuan guru, dan lain segainya.3 Maksud Media dalam judul ini alat yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan pesan atau materi pembelajaran yang disampaikan kepeserta didik agar memudahkan pemahaman.

Selain menggunkan media, dalam proses pembelajaran juga menggunkan pendekatan, pedekatan yang digunakan yaitu pendekatan kontekstual. Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannyadengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari.4

B. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan manusia. Dari lahirnya manusia senantiasa belajar hal-hal terjadi di sekitarnya, hingga manusia lanjut usia bahkan meninggal dunia, ia tetap melakukan prakondisi-prakondisi dalam melihat persoalan yang dihadapi, inilah proses pembelajaran. Pendidikan sama dengan istilah paedagogie, pendidikan lebih menekankan dalam hal praktek yaitu menyangkut kegiatan belajar mengajar. Peadagogie berasal dari bahasa yunani terdiri dari kata “PAIS” artinya anak dan “AGAIN” diterjemahkan membimbing jadi Peadagogie yaitu bimbingan yang diberikan kepada anak.

Menurut John dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan- kecakapan Founda mental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Pendidkan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manuasia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia atau untuk memuliakan kemanusian manusia.5

Dapat disimpulkan dari pengertian yang telah dijelaskan diatas bahwa pendidikan adalah beberapa proses yang dilakukan untuk mengubah

3 Azhar Arsyad,“Media Pembelajaran Edisi Revisi (Jakarta:Rajawali Pers, 2017) h. 3.

4Aninda Nurul Hidayah, “Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan Penulis Permulaan”, Program Studi S1 Pendidikan Khusus,: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/UNIK.

5 Syafril dan Zelhendri Zen, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Depok: Kencana, 2017), h. 25-26.

(18)

3

manusia agar tingkah laku dan sikapnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dari beberapa pengertian pendidikan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan segala sesuatu proses yang dilakukan dengan sengaja. Bertujuan untuk mengubah sesuatu yang tidak baik menjadi lebih baik oleh guru terhadap siswanya, baik dilingkungan sekolah atau diluar sekolah. Dalam hal ini sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bersifat formal. Sekolah memiliki peraturan yang telah tersusun secara sistematis yang memberikan kesempatan untuk peserta didik mendapatkan haknya yaitu pendidikan.

Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an di surat Al-Mujadalah yang artinya:

Artinya: ”Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Surat Al- Mujadalah).

Dapat diambil kesimpulan bahwa ayat diatas menjelaskan tentang pentingnya sebuah pendidikan dan mengajak semua umat manusia beriman dan memiliki ilmu. Pendidikan yang mengubah kehidupan manusia menjadi lebih baik dari sebelumnya, karena belajar dan mencari ilmu hukumnya adalah wajib bagi setiap manusia, sejak lahir hingga akhir hayat manusia selalu dituntut untuk menggali ilmu lebih dalam.

Pembelajaran merupakan istilah dari pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan. Pembelajaran biasa disebut sebagai proses urut yang mampu membangun dan mengembangkan kreativitas sehingga dapat meningkatkan kemampuan dari siswa dalam membangun ilmu dan pengetahuan baru sehingga meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajara yang dipelajarinya. Seperti yang telah disebutkan didalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 mengenai sistem dari pendidikan nasional telah disebutkan bahwa pembelajaran merupakan proses dari

(19)

4

hubungan interaksi antara guru, siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah suatu system atau proses pembelajar kan subjek didik atau pembelajaran yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar pembelajaran mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu system maka pembelajaran terdiri atas sejumlah komponen yang terorganisasi antara tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, dan metode pembelajaran, media atau alat peraga. Pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (misalnya layanan pembelajaran remedial bagi peserta didik yang kesulitan belajar).

Sebalikanya jika pembelajaran dipandang sebagai suatu proses maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiaatan guru dalam rangka membuat peserta didik belajar.6

Media menurut arief Sadiman adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dengan menerapkan media pembelajaran yang baik diharapkan mampu membangkitkan minat dan motivasi peserta didik. Secara lebih khusus media, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photigrafis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar yang berkaitan dengan ilmu yang mempelajari tentang alam dan ilmu di sekitarnya. Dalam pembelajaran IPA guru diperlukannya sebuah media pembelajaran untuk menunjang kelangsungan dalam pembelajaran dan dapat mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang disampaikan oleh guru, serta dapat melibatkan peserta didik untuk turut aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu guru hendaknya berupaya mewujudkan proses pembelajaran pada materi IPA yang kreatif, inovatif, efektif dan menyenangkan sehingga dalam suasana pembelajaran menjadi lebih kondusif. Hal ini akan tercapai apabila pemilihan media pembelajaran yang tepat karena dengan adanya dapat menambah kualitas pembelajaran yang nantinya akan membuat peserta didik dengan cepat menyerap materi yang diberikan guru.

Penyedian buku cetak tidak cukup mampu untuk membuat peserta didik paham begitu saja akan materi yang disediakan, namun harus pula didukung oleh media-media lainnya yang bisa menarik perhatian peserta didik, media tersebut bisa berupa, majalah, buku cerita, modul atau lain

6Erwin Widiasworo, Inovasi Pembelajaran Berbasis Life Skill&Entrepreneusbip, (Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media, 2017), h. 15.

(20)

5

sebagainya. Peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) sangat sekali menyukai dongeng atau cerita bergambar sehingga menarik peserta didik untuk membacanya. Dengan ketertarikan peserta didik akan cerita bergambar ini maka peserta didik akan tertarik dan terbawa suasana dari materi ajar yang divisualkan melalui cerita bergambar yang menarik. Salah satu faktor penting dalam kegiatan pembelajaran adalah penggunaan media. Pemakaian media dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis bagi peserta didik dan penerapan media pembelajaran akan memicu suasana belajar yang lebih menyenangkan.7

Masalah yang didapatkan pada saat melaksanakan observasi di MIN 3 Bandar Lampung dan SD Negeri 5 Jatimulyo pada wali kelas V diperoleh informasi bahwa media pembelajaran yang digunakan selama ini belum seluruhnya menggunakan media pembelajaran, berdasarkan hasil wawancara, media yang digunakan oleh Ibu Dian Octavia Djano, S.Pd, selaku pendidik kelas V di MIN 3 Bandar Lampung masih menggunakan media beliau mengatakan bahwa media pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang digunakan didalam kelas sudah ada contohnya seperti media gambar dan buku paket. Dalam penggunaan media gambar itu sendiri terdapat kekurangan yang ditemui yaitu pada proses pembelajaran, peserta didik kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru.

Hal tersebut berdampak pada kurangnya antusias dan minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat terbilang rendah pada mata pelajaran IPA. Belajar dengan menggunakan media gambar dan buku paket juga cenderung membuat peserta didik bosan dan kurang aktif dalam proses pembelajaran, karna jika bentuk medianya hanya berupa gambar tidak semua siswa bisa memahami materi yang di sampaikan hal ini di sebabnya media gambar yang di gunakan terlalu kecil dan tidak di sertai dengan penjelasan materi.8

Berdasarkan pernyataan diatas, maka peneliti berinovasi untuk membuat media yang dapat membantu peserta didik memahami materi dengan baik dan tidak menjenuhkan atau membosankan. Pembelajaran dapat menggunakan beberapa media maupun model pengajarannya yang beranekaragam menyesuaikan dengan konsep yang akan ditanamkan. Salah

7Nurul Hidayah, Rifky Khumairo Ulva, “Pengembangan Media Pembelajaran BernuansaKomik Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV MI Nurul Hidayah Roworejo Negerikaton Pesawaran”, Jurnal Terampil Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, Volume. 4, Nomer.1 (2017), hal. 34–

46.

8 Pendidik, “ Wawancara Guru Mata Pelajaran IPA” , MIN 3 Bandar Lampung, 06 April, 2021.

(21)

6

satunya diantaranya adalah dengan bermain, karena dunia anak yaitu bermain. Media permainan dapat meningkatkan motivasi peserta didik di dalam kelas, penggunaan media yang kreatif dan dengan tampilan yang menarik maka akan meningkatkan hasil belajar. Penggunaan media magic box merupakan salah satu media yang menarik dan inovatif dalam pembelajaran. Magic box adalah media pembelajaran yang adalah media grafis berjenis visual, yang sifatnya konvensional yang digukan untuk memudahkan guru dalam pembelajara. Magic Box berbentuk seperti tempat kado yang ukurannya lumayan besar dan bisa dibuka dan di tutup.

Magic Box merupakan kotak atau kubus yang ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak tembus pandang. Karena media ini terbuat dari kardus atau papan yang berbentuk kotak, sedangkan Magic karena pada saat kotaknya ditutup, peserta didik tidak mengetahui benda apa yang ada di dalam kotak tersebut. Setelah tutupnya di buka, baru peserta didik mengetahui benda yang ada didalam kotak serta terdapat penjelasan materi, maka dari itu dinamakan Magic Box.9 Peneliti mengembangakan sebuah produk yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang memungkinkan peserta didik memahami materi pembelajaran yang disampaikan pendidik tanpa ada rasa bosan atau jenuh sehingga hasil belajar peserta didik dapat optimal. Dari hasil wawancara dan angket yang peneliti berikan kepada pendidik dan peserta didik maka peneliti mengembangkan media magic box pada pemebelajaran Ipa.

Menurut Mulyasa (Affandi dkk, 2013: 40) pembelajaran kontekstual (ContextualTeaching and Learning) atau CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannyadengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Melalui pembelajaran menggunakan model pembelajaran kontekstual siswa diharapkan dapat lebih memahami apa yang dipelajari karena pembelajaran dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran kontekstual dapat mendorong siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Sehingga tujuan pembelajaran menulis dengan model pembelajaran kontekstual bukan

9Laili Hajriah Simamora , Humaidah Br. Hasibuan, Zulfahmi Lubis, “Pengaruh Penerapan Permainan Magic Box (Kotak Misteri) Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun Di RA Al- Fajar Medan Denai”, Jurnal Raudhah, Vol. 7, No. 2 (2019), h. 91-105.

(22)

7

hanya agar anak dapat menulis dengan baik tetapi anak dengan hambatan intelektual juga dapat mengetahui arti dari tulisannya. Dikarenakan pembelajaran menulis tersebut dikaitkan dengan kehidupan nyata anak, agar anak dapat membuat hubungan dari materi yang ditulisnya. Semakin banyak anak mengkaitkan apa yang dipelajarinya dengan konteksnya maka akan lebih banyak makna yang dapatdiperoleh dari pelajaran tersebut.10

Alasan peneliti mengembangkan media magic box karena di MIN 3 Bandar Lampung dan SDN 5 Jatimulyo lampung Selatan hanya menggunakan media sederhana bahkan hanya menggunakan buku cetak dan papan tulis saja. Selain itu MIN 3 Bandar Lampung dan SDN 5 Jatimulyo Lampung Selatan belum pernah menggunakan media permaian. Sehingga Media permaian ini dapat menjadi media yang meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu magic box ini juga pada mata pelajaran banyak siswa yang tidak terlalu tertarik dengan mata pelajaran Ipa. Belajar menggunakan media Magic Box dengan ini peserta didik belajar tidak hanya mendengar saja tetapi juga belajar sambil melihat, sehingga dapat lebih memahami dan mudah mengingat materi pembelajaran dan belajar secara visual agar lebih optimal. Belajar dengan menggunakan media Magic Box yang akan di gunakan dalam penelitian ini hanya berfokus pada mata pelajaran IPA kelas V materi Ekosistem. Sehingga peserta didik diharapkan dapat meningkatkan keaktifannya dalam belajar serta dapat menumbuhkan minat peserta didik dalam belajar sehingga hasil belajar menjadi lebih maksimal.

C. Identifikasi dan Batasan Masalah a. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan maka terdapat beberapa masalah yang diidentifikasi, yaitu:

1. Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kurang menarik dan kurang inovatif

2. Pembelajaran menggunakan buku mata pelajaran IPA

3. Media yang digunakan masih berupa media sederhana dan belum dikembangkan ke media magic box

b. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan menyesuaikan tingkat kesulitan penelitian maka peneliti membatasi permasalahan sebagai fokus penelitian.

1. Produk media pembelajaran yang dikembangkan adalah dalam

10 Aninda Nurul Hidayah, “Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Meningkatkan Penulis Permulaan”, Program Studi S1 Pendidikan Khusus,: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/UNIK.

(23)

8

bentuk Magic Box. Media pembelajaran berupa kotak yang akan dikembangkan yang berkaiatan dengan pelajaran IPA khususnya pada pembelajaran materi Ekosistem di kelas V SD/MI.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang dipaparkan, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Kelayakan Pengembanagn Media Magic Box Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ekosistem?

2. Bagaimanakah Respon Pendidik dan Peserta Didik Terhadap Media Magic Box Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran IPA Materi Ekosistem?

E. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk Mengetahui Kelayakan Pengembangan Media Magic Box Yang Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Di SD/MI.

2. Untuk Mengetahui Respon Pendidik Dan Peserta Didik Terhadap Produk Yang Berupa Media Magic Box Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V Di SD/MI.

F. Manfaat Pengembangan

Dari hasil penelitian pengembangan Media Pembelajaran Berupa Magic Box ini diharapkan dapat memperoleh manfaat:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan keilmuan dalam mengembangkan media pembelajaran berupa Magic Box . 2. Manfaat Praktis

a. Peserta Didik

1) Memberikan pengalaman langsung bagi Peserta didik.

2) Membantu mempermudah dalam memahami materi pembelajaran dan mencapai kompetensi.

3) Menumbuhkan motivasi dan daya tarik peserta didik terhadap pelajaran IPA.

b. Guru

1) Dapat membantu guru dalam proses pembelajaran dengan memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai materi IPA.

(24)

9

2) Memberikan alternatif pemilihan media pembelajaran kepada pendidik untuk dapat mengembangkan bahan ajar cocok dalam pembelajaran.

c. Peneliti

Untuk menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan, khususnya tentang pengembangan media pembelajaran berupa Magic Box.

G. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Berdasarkan skripsi yang berjudul “Pengembangan Media Magic Box Materi Perubahan Wujud Benda Dan Sifatnya Kelas V SD N 3 Kunduran Blora” penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang yang bernama Dania Nurul Tsanidya pada tahun 2019, hasil dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan media pembelajaran magic box pada pembelajaran perubahan wujud benda dan sifatnya. penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui: (1) kelayakan dan keefektivan produk media pembelajaran magic box apabila digunakan sebagai media pembelajaran pada materi Perubahan Wujud Benda Dan Sifatnya. (2) keefektivan produk media pembelajaran magic box apabila digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPA. Pada penelitian menggunakan prosedur pengembangan yang di gunakan oleh sugiyono. Analisis dalam penelitian ini menggunakan angket. Hasil penelitian ini adalah (1) hasil validasi oleh ahli media mendapat presentase sebesar 77% dan validasi materi sebesar 95%. Sedangkan pada uji coba kelompok kecil mendapat 87% dan uji coba kelompok besar 88%, (2) pada pengukuran motivasi 49% sebelum pemakaian produk, dan 77% setelah pemakaian produk.

Sehingga dapat disumpulkan media dalam penelitian ini sangat layak diguunakan sebagai media pembelajaran dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

2. Sulistiowati (2018), berjudul Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Dengan Media Magic Box Terhadap Hasil Belajar IPS, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran kooperatif dengan media magic box terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Negeri Beseran Kabupaten Magelang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental) dengan desain One Group Pretest Posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SD Negeri Beseran. Sampel yang digunakan berjumlah 21 siswa pada kelas V SD Negeri Beseran. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes.

Analisis data menggunakan teknik statistik non parametrik yaitu uji

(25)

10

Wilcoxon dengan bantuan SPSS 22.0 for windows. Hasil perhitungan menunjukkan adanya peningkatan rata –rata sebesar 11.00 dari pengukuran awal (pre test) dan tidak ada pengukuran akhir (post test) dengan jumlah rangking positif sebesar 231.00, selain itu dapat dilihat dari nilai signifikansi yang menunjukkan angka 0,000. Dikarenakan nilai signifikansi kurang dari 0,05 dengan tingkat signifikansi 5% (0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan media magic box berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPS.

3. Sintia Purwati (2011), berjudul Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran Explosion Magic Box untuk keterampilan berbicara bahasa Prancis dengan tema raconter un événement passé dan mengukur kelayakan produk media tersebut agar dapat digunakan sebagai media pembelajaran di SMA. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development) melalui beberapa tahapan yaitu: a) analisis potensi dan masalah, b) pengumpulan data, c) desain produk, d) validasi desain, e) revisi produk, dan f) ujicoba produk. Ujicoba media dilaksanakan di SMA Negeri 3 Klaten pada siswa kelas XI IPS 2 dengan total responden sejumlah 32 siswa. Hasil penelitian berupa pengembangan media pembelajaran Explosion Magic Box untuk keterampilan berbicara bahasa Prancis siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Klaten dengan tema raconter un événement passé. Penilaian aspek kelayakan materi sebesar 84 atau kategori “sangat layak” dan Penilaian aspek kelayakan media sebesar 89 memiliki kategori “sangat layak”. Nilai kelayakan dari tanggapan guru sebesar 97,67 berkategori “sangat layak” dan nilai kelayakan dari tanggapan siswa sebesar 89,23 “sangat layak”. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran Explosion Magic Box layak diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa Prancis di SMA.

H. Spesifikasi Produk Yang Dikembangkan

Spesifikas produk yang peneliti kembangakan adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan untuk siswa

b. Guru/Pendidik Menjelaskan Tentang Nama Dan Tujuan Media c. Guru/Pendidik Menyampaikan Materi Yang Akan Dipelajari Dan

Membagi Materi Kesetiap Kelompok

d. Guru/Pendidik Menjelaskan Satu Persatu Pada Setiap Sisi media Sesuai Dengan Urutan Materi Yang Di Bahas

e. Perwakilan Kelompok Maju Kedepan Untuk Mejalskan Dengan Singkat Tentang Materi Yang Sudah Dibagikan Diawal Dan Sudah Dijelaskan Olen Guru/Pendidik

(26)

11

f. Setelah Selesai Materi Guru/Pendidik Melakukan Evaluasi Dengan Menggunakan Permainan Ular Tangga (Ular Tangga Sudah Ada Pada Bagian Atas Magic Box)

g. Evaluasi Dilakukan Untuk Melatih Daya Ingat Peserta Didik BAB II

LANDASAN TEORI

Pengembangan Media Magic Box Menggunakan Pendekatan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian Media Pembelajaran

Ada beberapa pengertian media pembelajaran, Kata media berasal dari bahasa Latin “Medius” yang beraarti tengah, perantara atau pengantar.

Secara pengertian khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografi, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. Kata media merupakan bentuk kata jamak dari “medium” yang berarti perantara atau pengantar. Kata medium berlakau untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan, media pengantar maghnet atau panas dalam bidang teknik. Media pembelajaran merupakan sarana prasarana dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran meliputi segala sesuatu yang dapat membatu pengajar dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motovasi daya fikir dan pemahaman anak terhadap materi pembelajarn yang sedang dibahas atau mempertahankan perhatian anak terhadap materi yang sedang dibahas. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, menyusun kembali informasi visual dan verbal. Batas lain AECT (Association Of Education and Communication Technology, 1977) memberikan batasa tenatang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksut-maksut pengajaran maka media itu disebut media pengajaran.11

Rumampak mendefinisikan media sebagai setiap bentuk peralatan yang biasanya dipakai untuk memindahkan informasi antara orang-orang.

Maka dari itu media pembelajaran sangat dibutuhkan bagi setiap orang dalam menyampaikan suatu informasi. Adapun menurut Burden dan Byrd

11 Rostina Sundayana, Media dan Alat Peraga dalam Pembelajaran Matematika, (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 4-5.

(27)

12

mengemukakan media pembelajaran sebagai alat yang menyediakan fungsi- fungsi pembelajaran dalam pendidikan terutama dalam mengantarkan informasi dari sumber ke penerima, yang dapt memfasilitasi dan me ningkatkan kualitas belajar peserta didik. Sependapat dengan pendapat di atas, Brown et al. Mendefinisikan media pembelajaran sebagai teknologi dalam pembelajaran yang merupakan sebuah cara sistematis dari perancangan, penggunaan, dan evaluasi dari keseluruhan proses belajar mengajar pada subjek tertentu dengan mengkombinasikan berbagai sumber daya manusia dan nonmanusia.12 Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat peserta didik untuk mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran penting digunakan, karena dalam penggunaan media pembelajaran dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa, mengurangi verbalisme, sebagai penyalur informasi, memberi dorongan terhadap siswa, dan meningkatkan retensi pengetahuan dalam pembelajaran.

Dari pengertian diaatas dapat diartikan media pembelajaran adalah alat bantu dalam proses belajar mengajar. Sesuatu apapun yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian, perasaan, dan kemampuan atau keterampilan pembelajaran tersebut sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar atau kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan kemauaan dalam komunikasi antara pendidik dengan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar dan pembelajaran.

Pemakain atau pemilihan media pembelajaran yang tepat dalam proses belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan minat dan keinginan yang baru, motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap peserta didik atau siswa.

Berdasarkan paparan para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan salah satu komponen komunikasi yang sangat penting dalam menyampaikan suatu materi pelajaran yang disampaikan komunikator (guru) pada komunikasi (peserta didik) untuk dapat memberikan rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran juga sebagai serangkaian proses aktivitas belajar, yang mana peserta didik dapat aktif dalam mempelajari materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sehingga dapat di mengerti dengan mudah.

12 Ahmad Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenamedia Group,2019), h. 292

(28)

13 2. Fungsi dan manfaat media pembelajaran

Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Levie & Lentz (1982) mengemukakakn empat funsi media pembelajaran, khusus nya media visual, yaitu:

1) fungsi atensi, media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertau teks materi pelajaran;

2) fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Ga,bar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalh sosial dan ras;

3) fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuang yang menguungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan menginagat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar;

4) fungsi kompensatori media pembelajara terlihat dari hasil dari penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks mebantu siswa yang lemah dalam membaca untum mengorganisasikan informasi dalm teks dan mengingatkan kembali.13 Adapun Sudjana dan Riva’I menjelaskan tentang tujuan diterapkan nyamedai pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu:

a. Pembelajarn akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas sehingga siswa akan lebih mungkin bias menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata hanya melalui penuturan kata-kata guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru juga tidak kehabisan kata-kata dan tenaga.

d. Siswa dapat lebih banyak melakaukan kegiatan tidak hanya mendengarkan urai yang di sampaikan oleh guru, tetapi juga aktif lain seperti mengamati, melakukan, dan mendemonstrasikan, memerankan, dan lain sebagainya.14

Sehingga secara umum manfaat dari media pembelajaran adalah untuk memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih efektif dan efisien.

13 Ibid, h. 299.

14 Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2017), h. 28

(29)

14 3. Macam-macam Media Pembelajaran

Secara umum media pembelajaran dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Media berbasis visual, meliputi: foto, gambar/ilustrasi, sketsa/gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih b. Media berbasis audiovisual, meliputi: film, video serta sebuah

gambar yang berbentuk sound slide c. Media berbasis komputer

d. Media berbasis edutaiment, meliputi: video pendidikan Film animasi Pengelompokkan berbagai jenis media apabila dilihat dari segi perkembangan teknologi oleh Seels & Glasgow (1990: 181-183) dibagi dalam dua kategori luas yaitu:

a. Visual diam yang diproyeksikan

1. Proyeksi apaque ( tak tembus pandang) 2. Proyeksi overhead

3. Slides 4. Filmstrips

b. Visual yang tidak di proyeksikan 1. Gambar, poster

2. Foto

3. Charts, grafik, diagram

4. Pameran, papan info, papan bulu c. Audio

1. Rekaman piringan 2. Pita kaset, reel, cartridge d. Penyajian multimedia

1. Slides plus suara (tape) 2. Multi-image

e. Visual dinamis yang diproyeksikan 1. Film

2. Televisi 3. Video f. Cetak

1. Buku teks

2. Modul, teks terprogram 3. Workbook

4. Majalah ilmiah, berkala 5. Lemparan lepas

g. Permaianan 1. Teka-teki 2. Simulasi

3. Permainan papan

(30)

15 h. Realia

1. Model

2. Specimen (contoh)

3. Manipulatif (peta, boneka)15

4. Kriteria Pengembangan Media Pembelajaran

Salah satu kriteria yang sebaiknya digunakan dalam pemilihan media adalah dukungan terhadap isi bahan pelajaran dan kemudahan memperolehnya. Apabila media yang digunakan belum tersedia maka guru harus mengembangan sendiri.16

Sedangkan menurut Arsyad (1997) kriteria dalam memilih media yaitu:

(1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai (2) tepat untuk mendukung isi pelajaran (3) praktis, luwes dan tahan

(4) guru terampil menggunakannya (5) pengelompokkan sasaran dan (6) mutu teknis.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam memilih media pembelajaran harus memiliki kriteria tertentu, supaya dalam penggunaanya dapat tercapai tujuan dan hasil yang sesuai dengan keinginan.

5. Konsep Pengembangan Media Pembelajaran

Menurut Borg and Gall Penelitian dan Pengembangan adalah suatu langkah atau proses yang digunakan untuk memvalidasi kelayakan sebuah produk. Dalam pengembangan sebuah produk maka diperlukan adanya perencanaan pembuatan suatu produk, mengembangkan sebuah produk dan mengevaluasi produk yang telah dihasilkan guna memperoleh uji kelayakan maupun kualitas produk. Metode penelitian dan pengembangan digunakan dalam berbagai bidang ilmu sosial diantaranya sosiologi, manajemen, pendidikan dan lain-lain.

Menurut Richey dan Kelin menyatakan bahwa penelitian dibidang pendidikan adalah kajian yang sistematis tentang proses pembuatan rancangan produk, mengembangkan rancangan dan mengevaluasi kinerja suatu produk dengan tujuan agar dapat memperoleh data yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pembuatan suatu produk dan model yang digunakan dalam pembelajaran.17 Borg and Gall menguraikan Langkah- langkah penelitian dan pengembangan menjadi 10 langkah yaitu:

1. Research and information collecting,

15 Ibid, h. 35-36.

16 Ibid, h. 101

17 Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan Researth and Development ( Bandung, Alfabeta, 2017), 28-29.

(31)

16 2. Planning,

3. Develop preliminary form a Product, 4. Preliminary field testing,

5. Main product revision, 6. Main field testing,

7. Operational product revision, 8. 8)operation field testing, 9. Final producy revision,

10. Dissemination and implementation.18

Menurut Sugiono dalam bukunya tentang model penelitian dan pengembangan terdapat 10 langkah penelitian yaitu diantaranya:

1) Potensi dan masalah, 2) Pengumpulan data, 3) Desain Produk, 4) Validasi desain, 5) Revisi Desain, 6) Uji coba produk, 7) Revisi Produk,

8) Uji pelaksanaan lapangan, 9) Penyempurnaan produk akhir, 10) Produksi masal.19

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan adalah membuat sebuah produk baru atau memperbaharui produk yang telah dikembangkan melalui proses penelitian hingga evaluasi produk dengan uji kelayakan sehingga menghasilkan sebuah produk yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan.

6. Pengertian Magic Box

Magic Box adalah media pembelajaran konvensional yang digunakan untuk memudahkan guru dalam pembelajaran. Magic Box berbentuk seperti tempat kado. Magic Box adalah media pembelajaran yang efesien dan sangat menarik serta mudah sekali dalam memahami materi pembelajaran yang akan diajarkan. Magic Box adalah kotak atau kubus yang ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak tembus pandang. Dinamakan Magic Box karena permainan ini terbuat dari kardus atau papan yang berbentuk kotak, dinamakan magic karena pada saat kotaknya ditutup peserta didik tidak mengetahui benda apa yang ada di dalam kotak tersebut.

18 Ibid, h. 35-36.

19 Ibid, h. 298

(32)

17

Setelah tutupnya di buka, baru peserta didik mengetahui benda yang ada didalam kotak, selain benda di dalam kotak tersebut juga ada penjelasan materi pembelajaran yang akan di ajarkan.20 oleh sebab itu dinamakan Magic Box.

Explosion Magic Box adalah media grafis berjenis visual.

Sebagaimana namanya, Explosion Magic Box merepresentasikan ledakan (explosion). Explosion Magic Box merupakan media yang berbentuk kotak, ketika kotak tersebut dibuka, keempat sisi dari kotak tersebut akan membentuk jaring-jaring kotak dan memunculkan tulisan atau gambar menurut tema. jika kita membuka box tersebut maka akan terlihat susunan bagian-bagian box yang mekar, bersusun sehingga terlihat sangat indah dan menarik apalagi saat dihiasi komponen berupa gambar, tulisan, hiasan, box kecil, dan yang lainnya. Media Explosion magic box memiliki beberapa jenis teknik dalam pembuatan Explosion box. Terdapat empat teknik dasar yang digunakan untuk membuat explosion Mgic box, yaitu stage set (tempat panggung), v-fold (lipatan berbentuk V), Box dan cylinder (kotak dan silinder), dan floating layer (lapisan mengapung). Langkah-langkah pembelajaran menggunakan media explosion magic box sebagai berikut:

a. Guru menyajikan kelas dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dibahas (Class Presentation) dengan menunjukkan media magix box.

b. Belajar dalam kelompok (teams). Membentuk kelas menjadi beberapa kelompok.

c. Setiap ketua kelompok maju ke depan untuk mengambil materi yang akan di diskusikan.

d. Setelah semua sudah selesai berdiskusi dengan kelompok masing- masing, guru akan memanggil kelompok untuk mempresentasikan dengan menggunakan media magic box dengan berbagai kejutan.

e. Permainan (games). siswa memulai melakukan permainan. Dengan menggunakan media magic box yang ada beberapa pertanyaan.

f. Penghargaan kelompok (team recognition)21

Media Magic Box ini termasuk jenis media visual di mana media ini hanya menggunakan kemampuan indera penglihatan atau mata. Dilihat dari segi jenis dimensinya media ini merupakan media tiga dimensi dimana media ini mempunyai tiga ukuran yaitu panjang, tinggi, dan lebar. Media Magic Box ini menyerupai bangun ruang yaitu bangun kubus. Media Magic Box ini sesuai dalam kriteria pemilihan media pembelajaran karena media

20 Endah RA, Kreasi Cantik Exploding Box, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2016), h. 6.

21 Ella Nur Indah Sari et al., “ Efektivitas media Explosion Magic Box Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI Pada Mata Pelajaran Fiqih Di MA AL-IHSAN Kalikejabon” Journal of Education and Managemen Studies (JoEMS) Vol. 3, No. 6, (2020) h. 31-38,

https://creativecommons.org/licenses/by-nc-4.0/.

(33)

18

Magic Box merupakan media yang praktis, luwes, dan tahan lama sehingga media ini sangat efisien, media Magic Box ini juga terdapat materi dan soal keliling dan luas bangun ruang yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran sehingga media ini sangat efektif. Media Magic Box ini merupakan media yang membuat peserta didik tertarik untuk menebak apa saja isi dalam media Magic Box sehingga media ini sangat relevansi dalam kondisi perkembangan peserta didik saat ini. Media Magic Box ini juga terdapat kuis amplop yang dapat membuat peserta didik lebih tertarik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih produktif .22

7. Manfaat Magic Box

Media magic box ini memiliki tujuan yaitu menarik perhatian peserta didik, membuat peserta didik untuk lebih aktif di dalam proses pembelajaran, membantu peserta didik agar lebih paham dengan materi bangun ruang, serta meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik materi bangun ruang kelas V. Media pembelajaran dalam penelitian ini merupakan suatu benda yang bisa digunakan dalam penghantar pesan dalam proses kegiatan pembelajaran. Maksud dari pesan disini adalah bahan ajarnya, dimana posisi media pembelajaran dapat memberikan pesan dalam memudahkan dalam segi pemahaman kepada peserta didik, tujuan akhir yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajan peserta didik. Meningkatkan rasa ingin tahu dengan cara mengisi konten kotak tersebut dan perasaan terkejut ketika membukanya. Adanya gambar dan tulisan menarik yang dapat dibuka dan ditarik serta dapat memberi ketertarikan dalam kotak tersebut. Dapat diisi dengan berbagai macam benda dalam bentuk gambar atau tulisan sesuai kebutuhan.

8. Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan mengambil, mensimulasikan, menceritakan, berdialog, bertanya jawab atau berdiskusi pada kejadian dunia nyata kehidupan sehari-hari yang dialami siswa, kemudian diangkat kedalam konsep yang akan dipelajari dan dibahas. Melalui pendekatan ini, memungkinkan terjadinya proses belajar yang di dalamnya siswa mengeksplorasikan pemahaman serta kemampuan akademiknya dalam berbagai variasi konteks, di dalam ataupun di luar kelas, untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya baik secara mandiri ataupun berkelompok.

22 Maliya putri Nugraha dan Neni Mariana, “Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pada Pembelajran Matematika Materi Bangun Datar Melalui Penggunaan Media Magic Box Kelas IV SDN Ujung XIII Surabaya” JPGSD Vol. 06, No. 09 (2018), h. 1517.

(34)

19

Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Berns dan Ericson (2001), yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya dikehidupan sehari-hari dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara dan pekerja, sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya. Dengan demikian pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran yang didasarkan pada penelitian kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga guru harus merencanakan pengajaran yang cocok dengan tahap perkembangan siswa, baik itu 18 Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 14-25 mengenai kelompok belajar siswa, memfasilitasi pengaturan belajar siswa, mempertimbangkan latar belakang dan keragaman pengetahuan siswa, serta mempersiapkan cara-teknik pertanyaan dan pelaksanaan assessmen otentiknya, sehingga pembelajaran mengarah pada peningkatan kecerdasan siswa secara menyeluruh untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

Pendapat lain mengenai komponen-komponen utama dari pengajaran kontekstual yaitu menurut Johnson (2002), yang menyatakan bahwa pengajaran kontekstual berarti membuat koneksi untuk menemukan makna, melakukan pekerjaan yang signifikan, mendorong siswa untuk aktif, pengaturan belajar sendiri, bekerja sama dalam kelompok, menekankan berpikir kreatif dan kritis, pengelolaan secara individual, menggapai standar tinggi, dan menggunakan asesmen otentik. Menurut Zahorik (Nurhadi, 2002:7) ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktek pembelajaran kontekstual, yaitu:

1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge).

2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.

3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun

(a) Konsep sementara (hipotesis),

(b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validisasi) dan atas dasar tanggapan itu

(c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan.

4. Mempraktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge).

5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.

(35)

20

Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa serta dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran (Nurhadi dalam Nurdin, 2009, hlm. 110). Dalam konteks ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya dalam status mereka, dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga akan membuat mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya. Melalui Pendekatan kontekstual, siswa diharapkan mampu mengaitkan makna pada mata pelajaranpelajaran akademik mereka dengan cara yang tepat. Ketika para siswa menemukan makna didalam pelajaran mereka, mereka akan belajar dan ingat apa yang mereka pelajari. Berdasarkan temuan di atas peneliti telah melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Sekolah Dasar”.

Dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas IV Sekolah Dasar.23

9. Ilmu Pengetahuan Alam Disekolah Dasar a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Menurut sumitono, terdapat tiga focus utama pembelajaran IPA, yaitu dapat berbentuk:

1. Produk dari IPA yaitu pembelajaran berbagai pengetahuan ilmiah yang dianggap penting untuk diketahui siswa (hart skills).

2. IPA sebagai proses yang berkonstrasi pada IPA sebagai metode pemecahan masalah untuk mengembangan keahlian siswa dalam memecahkan masalah (hard skills dan soft skills).

3. Pendekatan sikap dan nilai ilmiah serta kemahiran insaniah ( soft skills)

Menurut Sumintono, pada dasarnya pembelajaran IPA sebagai mata pelajaran disekolah akan mempunyai dampak yang penting karna hal ini berhubunagn dengan keberlangsungan umat manusia di dunia ini, khususnya yang berhubungan dengan pilihan tindakan yang bijak terhadap isu-isu global ( pmansan global, rekayasa genetic. Dll).24

23 Joko Sulianto, “Pendekatan Kontrkstual Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar” FPMIPA IKIP PGRI Vol. 4, No. 2, Desember 2008: 14-25.

24 Nelly Wadyawati dan Yasinta Lisa, Pembelajarn IPA Di Sekolah Dasar, (Yogyakarta:

Deepublish, 2019) h. 6.

(36)

21

Ilmu pengetahuann alam (IPA) merupakan suatu ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari bahasa inggris “Science‟. Kata “science‟

sendiri berasal dari bahasa lain “scientia‟ yang berarti saya tahu. Namun, dalam perkembangannya science juga sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi, yang dibuktikan melalui metode ilmiah.Dalam hal ini, sains merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi dialam.

Menurut James Conant mendefinisikan IPA sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan antar satu sama lain, dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan di eksperimentasikan lebih lanjut. Adapun menurut A.N.

Whitehead mengemukakan bahwa IPA dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama di dasarkan pada hasil observasi terhadap gejala/fakta (orde observasi), dan kedua di dasarkan pada konsep-konsep manusia mengenai alam (orde konsepsional). Selain itu Nash dalam bukunya The Nature Of Science , menyatakan bahwa IPA itu adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Nash juga menjelaskan bahwa cara IPA Mengamati dunia ini bersifat analisis, cermat, lengkap serta saling menghubungkan fenomena satu dengan yang lainnya, sehingga secara keseluruhan membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA adalah suatu ilmu pengetahuan yang teorinya tersusun secara sistematis atau teratur yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan dalam suatu objek, dalam penerapannya IPA secara umum hanya terbatas pada gejala-gejala alam, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi, eksperimen yang menuntut adanya sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, jujur dan terbuka.25

IPA membahas tentang gejala-gejala alam yan di susun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (dalam Winataputra, 1992: 122) bahwa IPA ialah ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi darii eksperimen /

25 Usman Samatowa, Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Indeks, 2018), h.

1-3

Referensi

Dokumen terkait

Kuesioner variabel pengalaman kerja auditor terdiri dari 4 pernyataan positif yang diukur dengan menggunakan skala Likert dengan pemberian skor 1 untuk “Sangat

ditolak, oleh karena itu hipotesis yang menyatakan ada efektifitas dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe talking stick terhadap kemampuan matematika

Jika warna kertas lakmus merah & biru jika di celupkan pada suatu cairan dan warnanya tetap atau tidak berubah berarti celupkan pada suatu cairan dan warnanya tetap

Model ini memiliki komponen utama yang digunakan untuk mengetahui atau menghitung tingkat kesiapan dari pengguna internet atau institusi, komponen utama tersebut adalah komponen

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah “Tinjauan Hukum Islam Tentang Jual Beli Handuk Dengan Sistem

all Process objects connected is discrete Process objects The current has no special class DiscreteStepper, version Stepper class is already discrete... that requires

Motif non ekonomi adalah motif yang dijumpai secara kasuistik dalam individu atau sekelompok pengemis. Motif non ekonomi diperkirakan banyak macamnya dan dibutuhkan penelitian

Generally, we can conclude that the finite verb phrases, either main verbs standing alone or auxiliaries standing with the main verbs, that are used in the headline news of The