Pengembangan Materi Pembelajaran PAI di Sekolah
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Mata Kuliah Materi Pembelajaran PAI Di Sekolah
OLEH
KELOMPOK 1 PAI 6E : Aulia Rahmah Puteri (2119186)
Misdalipah (2119212)
Novita Ratna Dewi (2119183)
Sindy Anggriani (2119207)
Aisyah Raihan Fadilah (2119179) Robi Afri Muhammat (2119173)
Dian Martini (2119200)
DOSEN PENGAMPU : Hidra Ariza, M. Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas dari mata kuliah Materi Pembelajaran PAI Di Sekolah.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Ucapan terima kasih untuk dosen pengampu yaitu ibu Hidra Ariza, M. Pd yang telah memberikan motivasi untuk terselesaikan makalah kami ini. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat penulis perbaiki, karena penulis sadar, makalah ini masih banyak terdapat kekurangannya.
Bukittinggi, 26 Februari 2022
Kelompok 1 PAI 6E
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii PEMBHASAN
A. Perspektif Al-Qur’an dan Hadist tentang Ikhlas, Sabar dan Pemaaf. ...iii 1. Qs An –Nisa ayat 146...
2. Qs Al-Baqarah ayat 153...
3. Qs Ali-Imran ayat 134...
4. Hadist Ikhlas, Sabar dan Pemaaf...
B. Ketentuan Bersuci dari Hadas Besar dan Hadas Kecil...
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
A. Perspektif Al-Qur’an dan Hadist tentang Ikhlas, Sabar dan Pemaaf 1. Qs An-Nisa ayat 146
ُ اا ِت ؤؤُي َف ؤوَسَو ۖ َنيِنِمؤؤُمؤلا َعَم َكِئَٰلوُأَف ِ ا ِل ؤمُهَنيِد اوُصَلؤخَأَو ِ الاِب اوُمَصَتؤعاَو اوُحَلؤصَأَو اوُباَت َنيِذالا الِإ اًميِظَع اًر ؤجَأ َنيِنِم ؤؤُمؤلا
“Kecuali orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang- orang yang beriman.”
Taubat secara etimologi berasal dari bahasa Arab taba, yatubu yang berarti kembali, menyesal atas perbuatan dosa atau bertaubat.1 Rasa kesedihan seseorang terhadap dosa yang dikerjakannya, kemudian ia tinggalkan dosa itu, dan bertekad dengan pasti untuk tidak akan mengulangi dosa yang pernah dilakukannya, pada masa yang akan datang dan berjanji dengan sepenuh hati untuk mengisi kehidupan selanjutnya dengan kehidupan yang baik yang di ridhoi oleh Allah SWT, dan bila dosa itu menyangkut hak seseorang maka kembalikan kepadanya. Dalam kamus Ilmu Tasawuf taubat adalah kembali, meminta pengampunan. Taubat merupakan amalan yang menekankan kesadaran untuk kembali dari keburukan menuju kepada kebaikan.2
Secara istilah Menurut Imam Nawawi, taubat adalah tindakan yang wajib dilakukan atas setiap dosa. Kalau dosa yang diperbuat itu adalah maksiat dari seorang hamba
terhadap Tuhannya, yang tidak bersangkutan sesama anak Adam, maka syarat taubat kepada Tuhan itu ada tiga perkara :
1 Asad M, Kamus Indonesia-Arab, (Jakarta: Bulan Bintang, 1995), h. 548
2 Totok Jumantoro dan Samsul Munir, Kamus Ilmu Tasawuf, (Jakarta: AMZAH, 2005), h. 268
iii
a. Pertama berhenti dari maksiat itu seketika itu juga,
b. Kedua merasakan menyesal yang sedalam-dalamnya atas perbuatan yang salah itu,
c. Ketiga mempunyai tekad yang teguh bahwa tidak akan mengulanginya lagi. Apabila kurang salah satu dari ketiganya, maka tidak sahlah taubatnya.
d. Dan jika maksiat itu bersangkutan dengan sesame anak Adam, maka syarat taubatnya empat perkara; pertama, kedua, dan ketiga ialah syarat taubat kepada Allah tadi, ditambah dengan yang keempat, melepaskan dengan sebaik-baiknya hak orang lain yang telah diambil. Jika hak orang lain itu adalah harta benda atau yang seumpamanya maka segeralah kembalikan.
Kalau menuduh atau memfitnah, segeralah meminta maaf kepadanya.
Kalau dia dipergunjingkan (diumpat) dibelakangnya, akuilah kesalahan itu terus terang dan minta maaflah.3
Sikap Ikhlas mempunyai kaitan erat dengan niat. Karena adanya sifat ikhlas tergantung pada niatnya. Ketika dalam ibadah seseorang berniat hanya karena Allah SWT (Lillahita’ala), maka akan muncul sifat ikhlas di dalam hatinya, sebaliknya ketika ada campuran di dalam niatnya seperti agar dipuji, mendapat imbalan, dan lain sebagainya maka tidak akan muncul sifat ikhlas di dalam hatinya. Niat merupakan keadaan atau sifat yang timbul dari dalam hati manusia yang menggerakan atau mendorongnya untuk melaksanakan suatu pekerjaan.4
Namun niat yang baik tidak selalu diikuti dengan keikhlasan. Karena niat yang baik belum tentu di dalamnya terdapat tujuan hanya mencari ridho Allah SWT saja, bisa jadi niat yang baik itu terdapat campuran tujuan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Niat seperti ini disebut niat yang tidak diikuti oleh sifat keikhlasan. Secara etimologi, ikhlas yaitu kemurnian yang tidak
3 Abdul Malik Abdulkarim Amrullah, tafsir al-azhar, PT Pustaka Panjimas Jakarta, 1983. H. 376 4 Abdul Halim Fathani, Ensiklopedia Hikmah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008), 258
dicampuri hal yang menjadi tujuan. Dalam ajaran sufi keikhlasan adalah suatu yang diperlukan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari segi niat maupun tindakan. Ikhlas juga disebut “ma’un khalish” yang artinya air putih, jernih, tidak tercampur dengan apa-apa.5 Dalam hal ini dimaksudkan bahwa ikhlas merupakan perbuatan dengan niat jernih hanya karena Allah sehingga tidak tercampur dengan niat lain seperti mendapat pujian bahkan imbalan apapun.
2. Qs Al-Baqarah ayat 153
َنيِرِب ٰاصلٱ َعَم َ الٱ انِإ ۚ ِة ٰوَلاصلٱَو ِرؤباصلٱِب ۟اوُنيِعَتؤسٱ ۟اوُنَماَء َنيِذالٱ اَهّيَأَٰٓي
“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Al-Jauziyah menyatakan bahwa kesabaran adalah kesediaan untuk menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan, sehingga kesabaran membuat orang mampu mengatasi setiap masalah. Kesabaran berarti menahan diri dan mencegah dari keluhan. Sabar adalah menahan jiwa dari kesedihan mendalam, menahan lisan dari keluh kesah, dan menahan anggota tubuh dari menampar pipi, merobek pakaian, dan yang sepertinya.6
Menurut Tebba sabar artinya menahan diri dari berkeluh kesah dalam menjalankan perintah Allah pada waktu menghadapi musibah. Sabar adalah sifat tahan menderita atau tahan uji dalam mengabdi dan mengikuti perintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi, yang mendorong perilaku berhati-hati dalam menghadapi sesuatu. Sabar adalah tahan menghadapi penderitaan, tidak lekas marah, tidak tergesa-gesa, dan tidak mudah putus asa.7 Sabar berasal dari bahasa arab dari akar SHABARA, hanya tidak yang berada dibelakang hurufnya karena ia tidak bisa berdiri sendiri. Shabara
5 Amin Syukur dan Fathimah Usman, Terapi Hati, (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2012), 79.
6 Imam Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, Sabar Dan Syukur Sebagai Jalan Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup, terj. Izzudin karimi Lc (Jakarta: Darul Haq, 2016), 5.
7 Amita Darmawan Putri dkk, “Makna Sabar Bagi Terapis (Studi Fenomenologis di Yayasan Bina Autis
Mandiri Palembang), PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1 (2015), 47-48.
v
berarti bersabar atau tabah hati. Secara bahasa sabar artinya menahan, dalam ilmu fiqih sabar didefenisikan sebagai tabah, yakni dapat menahan diri dari melakukan hal yang bertentangan dengan kaum islam.8
Diantaranya jenis-jenis sabar yaitu :
a. Hendak nya manusia bersabar terhadap ketaatan kepada allah, karena sesungguhnya ketaatan itu adalah sesuatu yang berat bagi jiwa dab sulit bagi manusia. Memang demikian lah kadang-kadang ketaatan itu menjadi berat atas badan sehingga seorang merasakan adanya sesuatu dari kelemahan dan keletihan ketika melaksanakannya.
b. Bersabar dari hal-hal yang allah haramkan sehingga seseorang menahan jiwanya dari apa apa yang allah haramkan kepadanya, karena sesunggunya jiwa yang cendrung kepada kejelekan itu akan menyeru kepada kejelekan. Maka manusia perlu untuk mengekang danmengendalikan dirinya.
Kiat kiat untuk meningkatkan kesabaran
a. Mengiklaskan niat kepada allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuknya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah SWT.
b. Memperbanyak tilawah (baca,membaca) al-quran, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari.
c. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya.9
8 Subandi, sabar:Sebuah Konsep Psikologi Jurnal Psikologi: Volume 38, no, 2, Desember 2011:
215-227 Fakultas Psikologi , Universitas Gajah Mada
9 Yusuf Al-Qardhawy, sabar, Sifat Orang Beriman: Tafsir Tematik Al-quran Jakarta: Rabbani Press, 2003 hal.18
Menurut Yusuf aspek-aspek kesabaran dibagi menjadi tiga yaitu Sebagai berikut:
1. Teguh pada pendirian dan prinsip Teguh pada pendirian atau prinsip artinya kuat dalam menyelesaikan apa Yang telah direncanakan serta berpegang teguh pada aturan dan tujuan Tetap tidak berubah atau sesuai dengan yang telah direncanakan. Keteguhan hati akan membawa pelakunya untuk berani dalam Menghadapi cobaan dan tidak berupaya untuk menghindari. Di dalam Aspek teguh pendirian atau prinsip meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Konsekuen, suatu hal sesuai apa yang telah Direncanakan sebelumnya, seperti:
1) Keyakinan tentang apa yang Sebaiknya dilakukan,
2) Keberanian untuk mengambil resiko: mau Menerima tantangan dalam pengerjaan sesuatu dengan segala Kemungkinan yang baik ataupun buruk.
b. Konsisten, yaitu bertingkah laku secara selaras dan sesuai dengan apa Yang telah diyakini.
c. Disiplin, bagaimana seseorang dapat mentaati/ mematuhi peratuan Dengan menunjukkan bagaimana seseorang mampu dan mau taat Terhadap aturan yang berlaku. Serta seseorang tertib dalam Melaksanakan aturan, menunjukkan bagaimana seseorang Menjalankan aturan yang berlaku secara terus menerus dan sistematis Hingga mencapai target.
2. Tabah
Menurut kamus besar bahasa indonesia Tabah adalah kekuatan dalam menghadapi (cobaan, bahaya, ujian, kesulitan). Tabah adalah menggambarkan bagaimana kemampuan seseoarang untuk tetap pada
vii
tujuan dan kuat menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Tabah terdiri dari beberapa hal yait sebagai beriberiku
a) Daya tahan dalam menghadapi kesulitan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang melakukan sesuatu intensitas kerja.
b) Daya juang yaitu kegigihan dalam mencapai tujuan. Tolenransi terhadap stress yaitu kemampuan menghadapi/ mengatasi Masalah yang menimbulkan strees dalam mencapai target.
c) Mampu belajar dari kegagalan yaitu mampu suatu hal yang gagal Sebagai peluang untuk selalu memperbaiki hasil kerja menjadi lebih Baik.
d) Bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri dan atau Perilaku yaitu mau menerima masukan tersebut sebagai hal yang Positif agar hasil yang dicapai menjadi lebih baik.10
3. Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh- sungguh dan terus menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan dan rintangan. Tekun terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) Antisipatif yaitu tanggap terhadap sesuatu yang sedang/ akan terjadi dan memiliki rencana cadangan apabila menghadapi kesulitan dalam mencapai target/ tujuan. 2) Terencana yaitu memiliki rencana-rencana dalam mencapai tujuan dan merealisasikan rencana-rencana tersebut. 3) Terarah yaitu mengarahkan energi pada pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran.
Macam- Macam Sabar, Menurut al-Qardhawi terdapat enam macam sabar yaitu sebagai berikut:
a) Sabar menerima cobaan
10 Umar Yusuf, Sabar (Konsep, Proposisi, dan Hasil Penelitian), (Bandung: Fakultas Psikologi Unisba, 2010), 44-45
Cobaan dalam hidup, baik fisik maupun nin fisik akan menimpa semua orang, baik berupa lapar, haus, sakit, rasa takut, kehilangan rang-orang yang dicintai, kerugian harta dan benda dan lain sebgainya.
Cobaan seperti itu bersifat alami, manusiawi, oleh sebab itu tidak ada seorang pun yang dapat menghindarinya, yang diperlukan adalah menerima dengan penuh kesabaran.
b) dari keinginan hawa nafsu
Hawa nafsu menginginkan segala macam kenikmatan hidup, kesenangan, dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikan segala keinginan itu perlu diperlukan kesabaran.
c) Sabar dalam taat kepada Allah SWT
Dalam menaati perinath Allah, terutama dalam beribadah kepada- Nya diperlukan kesabaran.
d) Sabar dalam dakwah
Jalan dakwah adalah jalan panjang berliku-liku yang penuh dengan segala onak dan duri. Seseorang yang melalui jalan itu harus memiliki kesabaran.
e) Sabar dalam perang
Dalam peperangan sangat diperlukan kesabaan, apalagi menghadapi musuh yang lebih banyak atau lebih kuat. Dalam keadaan terdesak sekalipun, seorang prajurit islam tidak boleh berari meninggalkan medan perang, keculi dalam sebagian siasat perang.
f) Sabar dalam pergaulan
Dalam pergaulan sesama manusia dalam masyarakat yang lebih luas akan diterima hal-hal yang tidak menyenangkan atau menyinggung perasaan. Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari diperlukan
ix
kesabaran sehingga tidak cepat marah, atau memutuskan hubugan apabila menemui ha-hal yang tidak disukai.11
3. QS Al-Imran ayat 134
َنيِنِس ؤحُمؤلا ّبِحُي ُ ااَو ۗ ِساانلا ِنَع َنيِفاَعؤلاَو َظؤيَغؤلا َنيِمِظاَكؤلاَو ِءااراضلاَو ِءااراسلا يِف َنوُقِفؤنُي َنيِذالا
“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”
Memaafkan merupakan suatu perubahan motivasi dimana individu menjadi semakin menurun motivasi untuk membalas dendam terhadap pelaku pelanggaran, semakin menurun motivasi untuk menhgindari perilaku dan semakin ter,otivasi oleh niat untuk melepaskan perasaan negatifnya dan berusaha untuk membangun hubungan yang baik kembali.
Factor factor yang mempengaruhi perilaku memaafkan a. Faktor social kognitif.
Merupakan factor penentu seseorang untuk memaafkan, dimana seorang berfikir dan mengingat dengan jelas kronologis peristiwa yang terjadi dan dalam proses ini berupa yang dapat mempengaruhi seseorang untuk memaafkan.
b. Karakteristik peristiwa yang menyakitkan.
Tingkat keparahan yang dirasakan individu atas peristiwa yang menyakitkan juga sangat mempengaruhi seseorang untuk memaafkan.
Hal ini didukung oleh peneliti yang dilakukan oleh Girart and Mullet, menyimpulkan bahwa semakin parah peristiwa menyakitkan yang dialami, maka semakin sulit individu untuk memaafkan, artinya memaafkan atau tidaknya seseorang bergantung pada tingkat kelukaan
11 Chotimatul Muzaro’ah, “KONSEP SABAR DALAM MENANGANI ANAK
TUNAGRAHITA (Studi Terhadap Pemahaman Guru di KB-TK Assakinah Inklusi Wirosari)”, skripsi UIN Walisongo Semarang (2018), 35
yang dirasakan oleh korban atau sebangding dengan besarnya pelanggaran yang dirasakan korban.
c. Kualitas hubungan interpersonal.
Individu yang memiliki hubungan interpersonal yang lebih dekat, cendrung lebih muda untuk memaafkan dan adanya niat untuk meminta maaf dari pelaku juga dapat mempengaruhi imdividu untuk memaafkan pelaku.12
Manfaat perilaku pemaaf
a. Memaafkan membuat kita lebih bahagia b. Memaafkan dapat mingkatkan kesehatan c. Memaafkan membuat hubungan bertahan lama d. Memaafkan dapat mengurangi rasa sakit e. Memaafkan dapat mengusir stress
4. Hadis tentang Ikhlas, Sabar dan Pemaaf 1. Hadis Tentang Ikhlas.
Ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu amal perbuatan di samping syarat lainnya yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah SAW. Ibnu Mas’ud pernah berkata “Perkataan dan perbuatan seorang hamba tidak akan bermanfaat kecuali dengan niat (ikhlas), dan tidaklah akan bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat seorang hamba kecuali yang sesuai dengan sunnah (mengikuti Rasulullah Saw)”.Yang dimaksud dengan ikhlas adalah ketika kita menjadikan niat dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah semata, melakukannya bukan karena selain Allah, bukan karena riya (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin didengar manusia), bukan pula karena ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena tidak ingin dicela oleh manusia.
Apabila melakukan suatu amalan hanya karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, maka itulah ikhlas.
12 Mulkadir. 2009, kejujuran dan pemaaf kunci kesuksusan hidup. Jakarta Lidwa press hal43
xi
“Rasulullah Saw., bersabda yang artinya:“Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya “hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata
“Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini”. Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: ”tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata:
“sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karenaNya. (HR Muslim).”
Hadits ini menjelaskan bahwa jika seseorang mengunjungi saudaranya hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Dalam hadits lain, “Rasulullah Saw.,bersabda: “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu” (HR Bukhari-Muslim).”
Sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (di samping amal tersebut harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw),maka keikhlasan tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya.13
13 Sulman, Nur Alim Hamzah. Ikhlas Dalam Beribadah Sesuai Tuntunan Al-Qur’an Dan Hadist.
Jurnal Ushuluddin Adab dan Dakwah (2019) 2 (1). Hlm 68-69
2. Hadis Tentang Sabar
Setelah manusia mampu meng-hadapi berbagai faktor kesulitan hidup ini dari aspek kebutuhan pemenuhan kebutuhan hidup, maka secara imaniahmasih menghadapi aspek yang kurang dahsyatnya. Misalnya, orang-orang yangsudah mampu meraih dengan berbagai jenisfasilitas kehidupan yang memadai, ternyata masih dihadang yang namanya beruntungan, kecelakaan, kerugian dalam hal-hal tertentu walau sudah maksimal upaya ikhtiar yang dilakukan. Mungkin ini yang diyakini sebagai orang yang beriman adalah cobaan, musibah, ujian atau sekaligus hukuman atas berbagai jenis pelanggaran (dosa) dalam hal ini pada gilirannya sebagai orang beriman dibekali dengan potensi sabar (kesabaran). Dengan kesabaran, berbagai tan- tangan hidup, persoalan kehidupan,antisipasi pemenuhan kebutuhan yang tidak akan pernah berakhir sampai akhir hidup di dunia, cobaan, ujian, musibah dan hukuman kerena pelanggaran dapat dihadapi dan dilalui dengan tenang dan aman selamat karena kesabaran.
Untuk menegaskan firmanNya tentang sabar tersebut, ada banyak hadits tentang sabar. Mulai dari sabar dalam menghadapi cobaan dan sakit, menjadi pemaaf, hingga bersyukur kepadanya.
a Hadits tentang sabar secara umum
اًمؤيِرَك ًلُجَر َناَكَل ًلُجَر ُرؤباصلا َناَك ؤوَل} :ُم َلاسلاَو ُة َلاصلا ِهؤيَلَع َلاَقَو
Artinya: "Jika sabar itu seorang laki-laki, niscaya ia adalah orang yang pemurah dan Allah menyukai orang-orang yang sabar," (HR At Thabrani).
اَمَو ، ُ اا ُهؤرِبَصُي ؤرابَصَتَي ؤنَمَو ، ُ اا ِهِنؤغُي ِنؤغَتؤسَي ؤنَمَو ، ُ اا ُهافِعُي ؤفِفؤعَتؤسَي ؤنَمَو
ِرؤباصلا ؤنِم َعَس ؤوَأَو اًرؤيَخ ًءاَطَع ٌدَحَأ َيِطؤعُأ
Artinya: "Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah
xiii
mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran." (HR Bukhari No 1469).
b Hadits tentang sabar menghadapi sakit
هاور) اهر ركشلا طامگ , وپ لإ هاوس امف ضرم نم ىذأ هبيصي ملسم نم ام ملسمو یراخب)
Artinya: "Seorang muslim yang tertimpa suatu gangguan berupa penyakit atau yang lainnya pasti Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun- daunnya." (HR Imam Bukhari dan Muslim).
c Hadits tentang sabar menghadapi musibah
ٍظْْؤيَغ ِةَع ؤرُج ؤنِم ِا َدؤنِع ُلَضؤفَأ ًةَع ؤرُج ٌدؤبَع َعَراجَت اَم :ُم َلاسلاَو ُة َلاصلا ِهؤيَلَع َلاَقَو ىَلاَعَت ِا ِه ؤجَو َءاَغِتؤبا اَهَمَظَك
Artinya: Nabi SAW. bersabda, "Tidak ada seorang hamba yang meneguk satu tegukan (menerima musibah) yang lebih utama di sisi Allah dari pada satu tegukan yang berat yang ditahan untuk mencari ridha Allah ta'ala." (HR Ahmad dan At Thabrani).14
ٍةَجَرَد ِةَئاِمِعؤسِتِب ِةَبؤيِصُمؤلا َدؤنِع ُرؤباصلا} :ُم َلاسلاَو ُة َلاصلا ِهؤيَلَع َلاَقَو}
Artinya: Nabi SAW bersabda, "Sabar ketika musibah (diganjar) dengan sembilan ratus derajat." (HR An Nawawi).
3. Hadits Tentang Pemaaf
ُديِداشلا َسؤيَل" :لاق ،ملسو هيلع ا ىلص ِيِبانلا ِنَع ،ُهؤنَع ُ اا َيِضَر ،َةَرؤيَرُه يِبَأ ؤنَع
ِبَضَغؤلا َدؤنِع ُهَسؤفَن ُكِلؤمَي يِذالا َديِداشلا انِكَلَو ،ةعُرّصلاِب
14 al-Ṣāliḥ, Ṣubḥī. ‘Ulūm al-Ḥadīṡ wa Muṣṭalaḥuh. Beirut: Dār al-‘Ulūm li al-Malāyīn, 1988.
Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW. yang telah bersabda:
Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah." (HR Bukhari dan Muslim).15
لو ،قاوسلا يف اباخس لو ،اشحفتم لو اشحاف نكي مل ،اقلخ سانلا نسحأ ناك حفصيو وفعي نكلو ،ةئيسلا ةئيسلاب يزجي
Artinya: "Adalah Rasulullah SAW orang yang paling bagus akhlaknya:
beliau tidak pernah kasar, berbuat keji, berteriak-teriak di pasar, dan membalas kejahatan dengan kejahatan. Malahan beliau pemaaf dan mendamaikan," (HR Ibnu Hibban).
B. Ketentuan Bersuci Dari Hadas Besar dan Hadas Kecil
Istilah at-thaharah (
الطهارة
) dalam bahasa Arab adalah an- nadhzafah (النظافة
) yang berarti kebersihan. Didalam al-quran allah berfirman :
اَنؤدِهَعَو ٰىَلِإ َميِهاَرؤبِإ َليِعاَمؤسِإَو ؤنَأ اَرِهَط َيِتؤيَب َنيِفِئااطلِل َنيِفِكاَعؤلاَو ِعاكّرلاَودوُجّسلا
Artinya : Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail:
"Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (QS. Al-Baqarah : 125)
Sedangkan makna thaharah secara istilah para ulama fiqih tentu bukan semata-mata kebersihan dalam arti bebas dari kotoran. Thaharah dalam istilah para ahli fiqih adalah :
a) Mensucikan anggota tubuh tertentu dengan cara tertentu b) Mengangkat hadas dan menghilangkan najis.16
Hadas adalah suatu kondisi seseorang yang menyebabkan terhalangnya orang tersebut melakukan salat dan tawaf. Terdapat dua macam hadas yaitu hadas kecil dan hadas besar. Hadas kecil adalah yang dapat disucikan dengan
15 Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Ilahi: Alquran Dan Dinamika Kehidupan Masyarakat.
Cet. I. Jakarta: Lentera Hati, 2006.
16 Kifayatul Akhyar hal 6 dan Kasysyaf al-Qinaa’ jilid 1 halaman 24
xv
melakukan wudhu, contohnya seperti bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram serta mengeluarkan sesuatu dari lubang kubul dan dubur berupa kencing, mengeluarkan tinja, kentut. Sedangkan hadas besar yaitu hadas yang bisa di sucikan dengan mandi wajib, contohnya seperti haid, nifas, dan jinabat17
1. HADAS BESAR
Hadas besar adalah keadaan seseorang tidak suci, dan supaya dia suci maka harus mandi wajib atau mandi besar. Contoh haid, nifas, wiladh, bersetubuh. Mandi menurut bahasa adalah mengalirnya air pada sesuatu.
Menurut istilah yaitu meratakan air pada seluruh badan dari ujung rambut sampai ujung kaki disertai dengan niat. 18
1) Sebab-sebab wajib mandi
a. Bersetubuh baik keluar mani atau tidak
b. Keluar mani, baik keluarnya karena bermimpi ataupun sebab lain karena sengaja atau tidak, dengan perbuatan sendiri atau bukan
c. Mati
d. Haid, apabila seseorang berhenti haid maka ia wajib mandi wajib agar dapat shlat dan dapat tercampur dengan suaminya.
e. Nifas, ialah darah yang keluar dari kemaluan sesudah melahirkan anak.
f. Melahirkan, baik anak yang dilahirkan itu cukup umur ataupun tidak, seperti keguguran.19
2) Rukun Mandi
a. Niat bagi yang junub hendaklah berniat (menyegaja) menghilangkan hadas junubnya, perempuan yang haid atau nifas hendaklah berniat menghilangkan hadas kotorannya.
b. Mengalirkan air keseluruh tubuh.
17 Kutbuddin Aibak, Fiqih Tradisi ( Yogyakarta : Kalimedia, 2015), hal 15 18 Muhammad Yasir, Fiqih al-Sunnah, Jilid II ( Bairut: Dar al-Firk, 1994), hal. 57 19 Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid II ( Bairut; Dar sl-Firk, 1994) hal. 57
2. HADAS KECIL
Hadas kecil yaitu keadaan seseorang tidak suci dan supaya ia menjadi suci maka harus berwudhu atau tayamum. Wudhu secara etimologi berarti baik dan kebersihan.20 Wudhu merupakan isim masdar. Kata الوضوء dengan damah adalah nama bagi suatu perbuatan, yaitu menggunakan air bagi anggota badan tertentu, sedangkan الوضوء dengan fatah adalah nama yang dipakai untuk berwudhu.21 Secara terminologi wudhu adalah mengangkat hadas dan menghilangkan najis. Abdur Rahman al-Jaziri dalam al-fiqhu ‘ala al-maẓāhib al-arba‘ah mendefinisikan wudhu’ dengan:
“ Wudhu adalah menggunakan air untuk membasuh anggota tubuh tertentu yaitu wajah, dua tangan, kepala dan lainnya dengan tujuan tertentu”.22
a. Dasar hukum wudhu
Abu Hurairah berkata, “ Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah diterima solatnya orang yang berhadas sehingga ia wudhu.” Seorang laki-laki dari hadhramaut bertanya: “ Apakah hadas itu wahai Abu Hurairah? “ Abu Hurairah menjawab, kentut yang tidak berbunyi atau kentut yang berbunyi.23
b. Syarat dan rukun wudhu 1) Syarat wudhu
Dibagi menjadi dua yaitu syarat wajib dan syarat sah24 : a) Syarat wajib
1. Berakal, orang gila tidak wajib dan tidak sah wudhunya, ketika pada waktu gila ataupun pada waktu ayannya kambuh.
2. Baliq, wudhu tidak diwajibkan kepada anak-anak dan tidak sah kecuali seseorang yang mymayiz
20 Fu’ad Bustani, Munjib Tulab ( Bayrut : Dar al-Kutub al-Mashrek, 1986), hal 924 21 Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatul 1 ( Damaskus Dar al-Fikr, 2007) hal 298 22 Abdur Rahmah al-Jaziri, al-fiqhu ‘ala al-maẓāhib al-arba‘ah, Juz I ( Bayrut Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 203), hal 45.
23 Zaenuddin Ahmad Azzubaidi, Terjemah Hadits Shahih Bukhari Jilid I ( Semarang: C.V.
Toha Putra, 1986), hlm 94.
24 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuh, hal 324
xvii
3. Islam, syarat ini menjadi syarat dalam semua ibadah, seperti bersuci, shlat, haji.
4. Mampu mengunakan air yang bersih, suci dan mencukupi 5. Hadas, orang yang dalam ,keadaan suci atau memiliki
wudhu tidak wajib mengulangi wudhu yang belum batal.
6. Suci dari haid dan nifas 7. Waktu yang sempit b) Syarat sah
a) Meratakan air yang suci keatas kulit, yaitu meratakan air keseluruh anggota yang wajib dibasuh, hingga tidak ada bagian yang tertinggal.
b) Menghilangkan apapun yang menghalangi air ke anggota badan
c) Tidak tersdapat perkara-perkara yang membatalkan wudhu.
d) Masuknya waktu shlat.25 2) Rukun wudhu
a) Membasuh muka
Maksud dari membasuh muka adalah meratakan air pada anggota tubuh hingga air tersebut menetes. Selain itu, yang dimaksud dengan membasuh di sini adalah menyempurnakan perbuatan tersebut, sedangkan yang disebut dengan fardu wudhu adalah satu kali basuh saja. Adapun membasuh tiga kali termasuk hal yang di sunahkan. Adapun batas muka yang dibasuh adalah tempat tumbuhnya rambut kepala yang wajar hingga janggut, dan secara melintang kedua telinga26
b) Membasuh kedua tangan sampai kesiku
“Maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku”. Siku adalah sendi yang menghubungkan antara bahu dan siku sampai ketelapak tangan. Jadi kedua siku masuk dalam
25 Ibid, 326.
26 Abdul Aziz Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah (Jakarta: Amzah, 2009), hal 36
kategori yang wajib yang dibasuh, dan basuhlah masing- masing sebanyak tiga kali.27 Jika orang yang berwudhu buntung tangannya, maka ia cukup membasuh anggota tangannya yang masih tersisa hingga kedua siku. Sementara jika buntungnya diatas kedua tangan, maka ia cukup membasuh yang masih tersisa. Dan jika buntungnya tidak menyisakan sama sekali dari kedua siku, maka tidak wajib baginya membasuh tangan.
c) Mengusap kepala
Mengusap adalah tindakan menggerakan tangan yang basah di atas suatu anggota badan. Kepala ialah anggota badan tempat tumbuhnya rambut. Termasuk dalam bagian kepala adalah dua pelipis yang tumbuh di atas tulang yang timbul dibagian muka.
Fukaha berselisih pendapat tentang kadar mengusap kepala yang dapat mencukupi untuk wudhu. Selanjutnya, firman Allah SWT “dan usaplah kepalamu” tidak menuntut keharusan mengusap seluruh bagian kepala, namun ada juga yang memahami bahwa mengusap sebagian kepala saja sudah mencukupi.28
d) Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki.
Menurut ulama ahli sunnah membasuh kedua kaki hukumnya wajib.
DAFTAR PUSTAKA
27 M. Imam Pamungkas, Fiqih 4 Mazhab ( Jkarta: Al-Makmur, 2015), hal 45
28 Muhammad bin Yazid al-Qaiwaini, Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar al Fikr,t.th) Juz 1 hlm 149-150
xix
Abdul Malik Abdulkarim Amrullah, tafsir al-azhar, PT Pustaka Panjimas Jakarta Aibak, Kutbuddin. (2015). Fiqih Tradisi. Yogyakarta : Kalimedia
Al-Jauziyah, Imam Ibnu Qoyyim. (2016). Sabar Dan Syukur Sebagai Jalan Untuk Meraih Kebahagiaan Hidup, terj. Izzudin karimi Lc. Jakarta: Darul Haq Al-Jaziri, Abdur Rahmah. (2003). al-fiqhu ‘ala al-maẓāhib al-arba‘ah, Juz I.
Bayrut Dar al-Kutub al-‘ilmiyah
Al-Qaiwani, Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah (Beirut: Dar al Fikr,t.th) Juz 1
Al-Qardhawy, Yusuf. (2003). Sabar, Sifat Orang Beriman: Tafsir Tematik Al- quran Jakarta: Rabbani Press
Al-Ṣāliḥ, Ṣubḥī. (1988), ‘Ulūm al-Ḥadīṡ wa Muṣṭalaḥuh. Beirut: Dār al-‘Ulūm li al-Malāyīn, Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Ilahi: Alquran Dan Dinamika Kehidupan Masyarakat
Al-Ṣāliḥ, Ṣubḥī. (1988). ‘Ulūm al-Ḥadīṡ wa Muṣṭalaḥuh. Beirut: Dār al-‘Ulūm li al-Malāyīn
Asad M, (1995), Kamus Indonesia-Arab, Jakarta: Bulan Bintang, 1995
Azzam, Abdul Aziz dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas. (2009). Fiqh Ibadah Jakarta: Amzah
Azzubaidi, Zaenuddin Ahmad. (1986). Terjemah Hadits Shahih Bukhari Jilid I.
Semarang: C.V. Toha Putra
Bustani, Fu’ad. (1986). Munjib Tulab. Bayrut : Dar al-Kutub al-Mashrek
Fathani, Abdul Halim. (2008). Ensiklopedia Hikmah Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
Ibn Taimiyyah, memuliakan diri dengan taubat, Mitra Pustaka, Yogyakarta Imam Mandiri Palembang, PSIKIS Jurnal Psikologi Islami
Kifayatul Akhyar hal 6 dan Kasysyaf al-Qinaa’ jilid 1 halaman 24
Mulkadir. (2009), kejujuran dan pemaaf kunci kesuksusan hidup. Jakarta Lidwa press
Muzaro’ah, Chotimatul. (2018). “KONSEP SABAR DALAM MENANGANI ANAK TUNAGRAHITA (Studi Terhadap Pemahaman Guru di KB-TK Assakinah Inklusi Wirosari)”, skripsi UIN Walisongo Semarang
Pamungkas, M. Imam. (2015). Fiqih 4 Mazhab. Jakarta: Al-Makmur
Putri, Amita Darmawan, dkk. (2015) “Makna Sabar Bagi Terapis (Studi Fenomenologis di Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang). PSIKIS Jurnal Psikologi Islami Vol. 1 No. 1.
Sabiq, Sayyid. (1994). Fiqh al-Sunnah, Jilid II . Bairut; Dar sl-Firk
Shihab, M. Quraish. Menabur Pesan Ilahi: Alquran Dan Dinamika Kehidupan Masyarakat Cet. I. Jakarta: Lentera Hati
Subandi. (2011). Sabar:Sebuah Konsep Psikologi Jurnal Psikologi: Volume 38, no, 2, Fakultas Psikologi , Universitas Gajah Mada
Sulman, Nur Alim Hamzah.(2019). Ikhlas Dalam Beribadah Sesuai Tuntunan Al- Qur’an Dan Hadist. Jurnal Ushuluddin Adab dan Dakwah
Syukur, Amin dan Fathimah Usman, Terapi Hati. (2012). Jakarta: Gelora Aksara Pratama
Totok Jumantoro dan Samsul Munir, Kamus Ilmu Tasawuf, Jakarta: AMZAH Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh Al-Islamy wa Adillatuh
Yasir, Muhammad. (1994). Fiqih al-Sunnah, Jilid II. Bairut: Dar al-Firkhal
Yusuf, Umar. (2010). Sabar (Konsep, Proposisi, dan Hasil Penelitian), Bandung:
Fakultas Psikologi Unisba
Zuhaili, Wahbah. (2007). al-Fiqh al-Islamy wa Adillatul 1. Damaskus Dar al-Fikr
xxi