• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Pakan dan Formulasi Ransum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bahan Pakan dan Formulasi Ransum"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM

Disusun Oleh : Ramdhan Dwi Nugroho

11/312722/PT/05981 XXVIII

Asisten : Astiari Tia Legawa

LABORATORIUM TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai syarat mengikuti mata kuliah Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tahun 2013 yang dilaksanakan di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Laporan ini telah diperiksa dan disahkan pada Mei 2013.

Yogyakarta, Mei 2013 Asisten Pendamping,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatklan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Ilmu

Hijauan Makanan Ternak sampai pembuatan laporan praktikum. Laporan ini disusun sebagai syarat menempuh ujian akhir Hijauan dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini, antara lain :

1. Prof. Dr. Ir. Ali Agus, DAA., DEA., sebagai dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

2. Prof. Ir. R. Djoko Soetrisno, M.Sc., Ph.D, Ir. Bambang Suhartanto, DEA., Nafiatul Umami, S.Pt., MP., Ph.D., Bambang Suwignyo, S.Pt., MP., Ph.D. selaku Dosen Ilmu Hijauan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.

3. Seluruh asisten Laboratorium Hijauan Makanan Ternak yang telah membimbing praktikan.

4. Semua pihak yang telah membantu kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak terdapat

kekurangan. Untuk itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan pada laporan-laporan

berikutnya.

Yogyakarta, Mei 2013

(4)

PENDAHULUAN

Bahan pakan merupakan suatu bahan yang dapat dimakan, disukai, dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya, dapat diabsorbsi, bermanfaat

bagi ternak dan tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menuntut tercukupinya kebutuhan akan pangan sehingga menyebabkan sebagian lahan yang digunakan untuk hijauan makanan ternak dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan dan pemukiman penduduk. Berkurangnya lahan hijauan dan pakan ternak berakibat pada menurunnya kualitas, kuantitas dan kontinuitas pakan hijauan yang dibutuhkan ternak.

Pakan dapat didefinisikan sebagai pakan bagi hewan herbivora, biasanya dengan konsentrat seperti biji-bijian yang memiliki kecernaan yang tinggi. Tumbuh-tumbuhan pakan biasanya terdapat di tempat liar, tetapi biasanya lebih banyak dijumpai di padang-padang rumput, di perkebunan dengan tanaman keras atau di tempat-tempat terbuka, di dalam dan di dekat hutan dan sepanjang jalanan, pematang sawah dan saluran-saluran air. Pada waktu musim penghujan ketersediaannya sangat melimpah sedang pada musim kemarau terjadi kekurangan. Hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap produksi ternak.

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui fraksi-fraksi yang terkandung di dalam sebuah bahan pakan yaitu dengan menggunakan analisis proksimat.

(5)

Zat yang ada di dalam pakan terdiri atas zat-zat kimia yang bertujuan untuk mendukung kehidupan suatu organisme disebut nutrien. Nutrien inilah

yang diperlukan oleh ternak sehingga sesuai dengan umur, ukuran, jenis dan tingkat produktivitas suatu ternak sehingga terpenuhi kebutuhan akan nutrien.

(6)

ANALISIS PROKSIMAT

Kaliandra (Calliandra calothyrsus)

Hasil dan Pembahasan

Pengamantan Fisik

Pengamatan fisik perlu dilakukan untuk menentukan suatu jenis dari sebuah bahan pakan dan diperlukan ketelitian yang cukup tinggi dalam penentuan jenis suatu bahan pakan. Kekeliruan dapat terjadi dalam pengamatan fisik, hal ini dapat membahayakan ternak sebagai pemakan bahan pakan tersebut.

Terdapat ciri-ciri khusus dari bahan pakan Kaliandra yang terdapat pada tabel berikut :

Tabel 1. Pengamatan Fisik Kaliandra

Parameter Pengamatan

Tekstur Halus

Warna Hijau

Bau Sepet, seperti bau teh

Rasa (bila perlu) Pahit

Kaliandra memiliki tekstur yang halus, berwarna hijau, baunya seperti teh, dan memiliki rasa yang pahit. Sampel pakan Kaliandra yang digunakan berbentuk hijauan halus, sehingga sempat mengalami kebingungan dalam menebak jenis bahan pakan. Warna dan rasa dari bahan pakan ini spesifik, sehingga tebakan banyak yang kurang benar.

Kaliandra masuk ke dalam kelas hijauan. Hijauan ialah semua bahan

makanan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan. Termasuk kelompok makanan hijauan ini ialah bangsa rumput (graminea), leguminosa,

dan hijauan dari tumbuh-tumbuhan lain seperti daun nangka, aur, daun waru, dan lain sebagainya (Hartadi et al.,1997). Hartadi et al. (1997) mengemukakan

(7)

mengandung 18% serat kasar dalam bahan kering yang digunakan sebagai bahan pakan ternak.

Legum mengandung NDF (Neutral Detergent Fiber) yang lebih rendah dibanding dengan rumput pada umur yang sama, tetapi kandungan NDF

legum maupun rumput akan meningkat dengan meningkatnya umur (Rayburn, 1998). Berdasarkan komposisi tersebut, maka daun Calliandra callothyrsus

merupakan sumber protein yang sangat berharga sebagai pakan dan digunakan sebagai suplemen hijauan yang berkualitas rendah (Tangendjaja, 1991).

Berbagai bahan kimia juga terkandung di dalam Kaliandra. Rincian komposisi kimia yang terkandung dalam Kaliandra dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2. Komposisi Kimia Kaliandra (%BK)

Komposisi Kimia Persentase (%)

(Hasil analisis Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan UGM, 2009)

Ada sekitar 145 spesies yang terdapat dalam genus Calliandra. Hampir semuanya merupakan spesies asli dari Amerika Utara dan Selatan, 9 spesies asli Madagaskar, 2 spesies asli Afrika, dan 2 spesies asli India. Calliandra calothyrsus merupakan satu-satunya spesies yang digunakan secara luas dan

(8)

Analisis Proksimat

Analisis proksimat dikembangkan dari Weende Experiment Station

Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, yaitu metode analisis yang menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Analisis ini didasarkan atas komposisi susunan kimia dan kegunaannya (Tillman et al.,

1998), yang kemudian disebut sistem analisis proksimat karena nilai yang diperoleh hanya mendekati nilai komposisi yang sebenarnya. Sistem analisis proksimat dapat untuk mengetahui 6 macam fraksi, yaitu 1) air, 2) abu, 3) protein kasar, 4) lemak kasar, 5) serat kasar, 6) ekstrak tanpa nitrogen. Khusus untuk ekstrak tanpa nitrogen nilainya dapat dicari hanya berdasarkan perhitungan 100% - jumlah dari kelima fraksi yang lain. Analisis proksimat merupakan dasar analisis kimia yang dikerjakan setiap hari dari pakan, jaringan tubuh, feses, ataupun ekskreta yang diantaranya berguna untuk menentukan estimasi nilai kecernaan dan manfaat pakan, juga untuk menentukan pakan standar untuk semua jenis ternak ( M. Kamal, 1994).

Analisis proksimat pada Kaliandra dalam praktikum yang dilakukan di dapatkan hasil seperti pada tabel ini.

Tabel 3.Analisis Proksimat Pengamatan

(9)

suhu 105° sampai 110°C dengan tekanan udara bebas (Kamal, 1994). Penetapan kadar air tidak digunakan gelas timbang melainkan menggunakan

silika disk. Hal itu bertujuan agar nantinya sampel dapat langsung ditanur untuk mencari kadar abu, karena silika tahan terhadap tanur tetapi gelas

timbang tidak tahan. Pemanasan yang dilakukan menggunakan oven bersuhu 105° sampai 110°C dengan tekanan udara bebas. Silika disk perlu diletakkan di dalam desikator dengan tujuan menstabilkan dan mencegah kontaminasi. Penggunaan desikator harus digeser tutupnya bila ingin dibuka, hal tersebut mencegah kontaminasi.

Berdasarkan hasil analisis proksimat yang telah dilakukan didapatkan hasil persentase kadar air dalam Kaliandra sebesar 35,27 % dan berat keringnya adalah 93,89 %. Air dalam analisis proksimat adalah semua cairan yang menguap pada pemanasan selama beberapa waktu pada suhu 100 sampai 105oC dengan tekanan udara bebas sampai sisanya yang tidak menguap mempunyai bobot tetap.

Penentuan kandungan atau kadar air atau cairan dari suatu bahan sebetulnya bertujuan untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut. Perbedaan kandungan bahan kering dalam praktikum dengan literatur dikarenakan adanya perbedaan tingkat kesegaran dari bahan sampel dan juga oleh cuaca di sekitarnya (Kamal, 1994). Menurut Tillman et.al (1997),

kadar air tanaman menurun dengan makin tuanya umur tanaman dan terutama pada saat biji terbentuk dan tanaman menjadi masak.

Penetapan kadar abu. Prinsip penetapan kadar abu yaitu suatu bahan pakan bila dibakar pada suhu 550° sampai 600°C selama beberapa waktu maka semua zat organiknya akan terbakar sempurna menghasilkan oksida yang menguap yaitu berupa CO₂ dan H₂O dan gas-gas lain, sedang yang

(10)

Berdasarkan hasil analisis proksimat yang telah dilakukan didapatkan kandungan kadar abu dalam Kaliandra diperoleh sebesar 7,28% . Menurut Tangenjaja et al., (1992), kadar abu dari Kaliandra adalah 7,6 %. Hasil yang diperoleh dari praktikum cukup sesuai dengan literatur. Menurut Tillman

(1997), kadar mineral atau abu dalam tanaman adalah sangat variabel tergantung spesies tanaman.

Penetapan kadar protein kasar. Prinsip yang digunakan dalam penetapan kadar protein kasar adalah asam sulfat pekat dengan katalisator CuSO4 dan K2SO4 dapat memecah ikatan N organik menjadi (NH4)2SO4 kecuali ikatan N=N, NO, dan NO2. (NH4)2SO4 dalam suasana basa akan melepasakan NH3, yang kemudian dititrasi dengan HCl 0,1N (M. Kamal, 1994). Penetapan kadar protein terbagi menjadi tiga tahap yaitu : 1) Destruksi, berfungsi untuk melepaskan N organic sampel dengan adanya penambahan H2SO4, 2) Destilasi, berfungsi untuk melepaskan NH3 yang kemudian ditangkap oleh H3BO3, 3) Destruksi, berfungsi untuk mengetahui jumlah N yang terdestilasi. Fungsi dari CuSO4 dan K2SO4 (kjeltab) adalah sebagai katalisator, dengan begitu reaksi yang terjadi dapat dipercepat. Fungsi penambahan H3BO3 pada proses penetapan kadar protein kasar adalah menangkap NH3 yang terlepas. NaOH selain untuk memberi suasana basa pada (NH4)2SO4 juga berfungsi sebagai penetral H2SO4. Indikator mix juga

digunakan agar pada saat proses titrasi dapat terjadi perubahan warna, yaitu dari hijau menjadi hijau agak bening.

(11)

dapat dicukupi dengan memberi leguminase, daun turi, lamtorogung, biji-bijian kedelai, bungkil dan kacang tanah (Akoso, B.T, 1996).

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan kadar protein kasar pada Kaliandra adalah 15,85 %. Menurut hasil penelitian di

Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM (2009) kandungan atau kadar protein kasar yang terdapat pada Kaliandra berjumlah 22,29%. Hasil yang didapatkan berbeda dengan literatur. Faktor yang memengaruhi perbedaan ini diantaranya perbedaan kadar nitrogen pada masing sampel yang digunakan, kandungan asam amino masing-masing bahan yang digunakan (Utomo,1999).

Penetapan kadar serat kasar. Prinsip penetapan kadar serat kasar adalah semua senyawa organik kecuali serat kasar akan larut bila direbus

dalam H₂SO₄ 1,25% (0,255 N) dan dalam NaOH 1,25% (0,313 N) yang

berurutan masing-masing selama 30 menit. Bahan organik yang tertinggal disaring dengan glass wool dan crucible. Hilangnya bobot setelah dibakar

550° sampai 600°C adalah serat kasar (Kamal, 1994). Fungsi dari H₂SO₄

1,25% (0,255 N) adalah menghidrolisis karbohidrat dan protein sedangkan fungsi dari NaOH 1,25% (0,313 N) adalah untuk penyabunan lemak. Ethyl alkohol 95% juga ditambahkan dengan tujuan melarutkan lemak hasil penyabunan lemak. Sampel pada penetapan kadar serat kasar dibungkus menggunakan kertas minyak agar pada saat sampel dituang ke beaker glass tidak ada sampel yang tersisa menempel di kertas pembungkus. Proses penyaringan menggunakan glass wool dengan tujuan agar pada saat sampel disaring dengan bantuan vacum serat kasarnya tertahan dan tidak ikut

tersedot oleh vacum.

(12)

adalah lebih tinggi dari biji dan kulit biji yang dipisahkan pada saat penggilingan. Kadar serat kasar tanaman adalah terendah bila tanaman masih

sangat muda dan cenderung naik kadar serat kasarnya apabila tanaman makin tua. Tanaman tua mengandung serta kasar lebih tinggi bila dibanding

tanaman yang lebih muda. Pada umumnya, kadar serat kasar tanamnan yang makin tinggi, pencernaan makin lama dan nilai produktifnya makin rendah (Hartadi et al., 1999).

Berubahnya umur tanaman menyebabkan berubahnya nilai dan komposisi nutrien dari tanaman tersebut. Semakin tua umur tanaman akan mengakibatkan turunnya kadar protein dan karbohidrat struktural akan naik bersamaan dengan kadar lignin tanaman tertinggi setelah dewasa (Kamal, 1999). Berdasarkan dari hasil praktikum analisis proksimat kandungan kadar serat kasar pada Kaliandra adalah 37,55 %. Menurut Khajarern (1995), kadar serat kasar yang terkandung di dalam Kaliandra adalah 27 %. Hasil yang didapatkan dari praktikum sedikit berbeda dengan literatur. Faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan tersebut diantaranya konsumsi pakan dan masing-masing sampel yang berbeda-beda, jenis spesies yang digunakan untuk sampel (Utomo, 1999).

Penetapan kadar lemak kasar (ekstrak ether). Prinsip dalam penetapan kadar ekstrak ether adalah lemak dapat diekstraksi dengan

menggunakan ether atau zat pelarut lemak lain menurut Soxhlet, kemudian ether diuapkan dan lemak dapat diketahui bobotnya (Kamal, 1994). Praktikum

(13)

pelarut lemak selain mengekstraksi lemak pada sampel juga akan mengekstraksi lemak pada kertas minyak. Hal ini akan menyebabkan

penetapan kadar lemak kasar tidak valid.

Lemak di dalam tubuh ternak berfungsi sebagai penghasil asam-asam

lemak dan energi. Unsur nutrisi ini dicerna menjadi asam-asam lemak dan gliserol yang sebagian diubah menjadi energi, sedang yang lainnya disimpan sebagai lemak tubuh yang akhirnya akan menghasilkan asam amino nonessensial (Kartadisatra, H.R. 1997).

Berdasarkan hasil praktikum analisis proksimat terhadap Kaliandra didapatkan hasil kandungan lemak kasarnya adalah 3,71 %. Menurut Anonim (2009), kadar lemak kasar atau ekstrak ether yang terdapat pada Kaliandra adalah 4,1 %. Lemak kasar adalah campuran beberapa senyawa yang larut di dalam pelarut lemak (ether, petroleum ether, petroleum benzene, dan sebagainya), oleh karena itu lemak kasar lebih tepat disebut ekstrak ether. Disebut lemak kasar karena merupakan campuran dari beberapa senyawa yang larut di dalam pelarut lemak (M. Kamal, 1994).

Penetapan kadar ekstrak tanpa nitrogen (ETN). Penetapan kadar ekstrak tanpa nitrogen hanya berdasarkan perhitungan yaitu 100% dikurangi jumlah % dari kelima fraksi yang lain. Menurut Hartadi et al., (1999) bahwa Ekstrak tanpa nitrogen mengandung mono-, di-, tri- dan tetra-sakarida

ditambah pati dan beberapa bahan zat yang termasuk hemiselulosa. Karena kadar ETN adalah 100% dikurangi dari presentase dari kadar air, abu, protein,

(14)

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan fisik maka dapat diketahui bahwa bahan yang dipakai adalah Kaliandra, untuk hasil analisis proksimat yang

telah dilakukan pada Kaliandra diperoleh kesimpulan bahwa Kaliandra memiliki tekstur yang halus, warna hijau, bau yang menyerupai bau teh, dan rasanya pahit. Kaliandra memiliki kandungan kadar air sebesar 35,27%, bahan kering 93,89%, kadar abu 7,28%, kadar serat kasar 37,55%, kadar protein kasar 15,85%, kadar lemak kasar 3,71%, dan untuk ETN adalah 7,62%. Faktor yang mempengaruhi semua uji adalah perlakuan terhadap bahan pakan, lama penyimpanan, jenis tanaman, pengolahan tanaman.

(15)

LAMPIRAN

(16)

Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen

ETN = 100 % – ( % Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar PK + %

Kadar EE)

= 100 % – (7,28652%+37,55032%+15,8520%+3,791%)

(17)

LAMPIRAN

(18)

Penentuan kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen

ETN = 100 % – ( % Kadar abu + % Kadar SK + % Kadar PK + % Kadar EE)

Referensi

Dokumen terkait

Hijauan adalah bahan pakan yang berasal dari tanaman atau limbah dari perkebunan dan pertanian yang mengandung serat kasar yang tinggi.. Kebutuhan akan hijauan tidak dapat

Keuntungan wafer ransum komplit menurut Trisyulianti (1998) adalah : (1) kualitas nutrisi lengkap, (2) mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak seperti rumput

Keuntungan wafer menurut Trisyulianti (1998) adalah : (1) kualitas nutrisi lengkap, (2) bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tetapi

Hijauan makanan ternak terdiri dari rumput, legum dan forbs sudah sangat sering digunakan di masyarakat Gunung Kidul, data yang berkaitan dengan jenis hijauan

Kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro silase rumput gajah pada umur potong dan level aditif yang berbeda.. Hijauan

Lumpur sawit dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas dalam jumlah terbatas karena mengandung serat kasar dan abu yang tinggi sedangkan kadar protein dan asam aminonya

Menggunakan hasil estimasi produksi hijauan melalui 2 panen, terlihat bahwa tanaman pakan ternak campuran rumput Ruzi dan legum Arachis secara konsisten memberikan hasil

jenis rumput, legum dan gulma yang dominan yaitu rumput Bothriochloa timorensis, leguminosa Alysicarpus vaginalis dan gulma Imperata cylindrical Produksi Hijauan Makanan Ternak