• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI EKOSISTEM KEBUN JERUK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI EKOSISTEM KEBUN JERUK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI TANAMAN PAKAN TERNAK UNGGUL

MENDUKUNG PENGEMBANGAN KAMBING BOERKA DI

EKOSISTEM KEBUN JERUK

(Forages Selection to Support the Development of Boerka Goat

in Citrus Ecosystem)

TATANG M.IBRAHIM

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara Jl. Jend. A.H. Nasution No. 1B, Medan 20143 Sumatera Utara

ABSTRACT

This research had been conducted from May up to December 2009 at Sukanalu village, Barus Jahe Sub-District, Karo Sub-District, North Sumatra Province. Experiment was conducted based on RCBD with 6 treatments that arranged in 3 replications that were also used as block based on slopes. Treatments include 3 grasses species [Paspalum gueonarum (Paspalum), Brachiaria ruziziensis (Ruzi), Stenotaphrum secundatum (Steno)] that were combined with 2 legumes species [Stylosanthes guianensis (Stylo), Arachis glabrata (Arachis)]. Experimental results up to December 2009, showed that based on dry matter forage yield and nutrient content from 2 harvest that been conducted, Ruzi grass which was planted mixed with Arachis resulted in the best yield. This mixed forage gave DM yield of 8.4 – 9.2 t/ha/year, able to support 48 – 53 does. However, further evaluation is needed on both biomass production and quality, mainly their performance during the dry season. Through the development of selected forages such as Ruzi grass and Arachis, results of this experiment may give an impact on a better Boerka goat performance. Furthermore, a better performance of Boerka goat may increase the farmer income within the integration of goat and citrus plantation.

Key Words: Forages, Boerka Goat, Citrus

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2009 di Desa Sukanalu, Kecamatan Barus Jahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Percobaan mencakup 6 perlakuan yang dirancang dalam RAK dalam 3 ulangan yang juga merupakan blok (kelompok) berdasarkan kemiringan lahan. Perlakuan mencakup 3 jenis rumput [Paspalum gueonarum (rumput Paspalum), Brachiaria ruziziensis (rumput Ruzi), Stenotaphrum secundatum (rumput Steno)] yang dikombinasikan dengan 2 jenis legum [Stylosanthes guianensis (legum Stylo), Arachis glabrata (legum Arachis)]. Hasil penelitian sampai dengan bulan Desember 2009, menunjukkan bahwa berdasarkan hasil hijauan kering, dan kandungan gizi dari 2 panen yang telah dilakukan, rumput Ruzi yang ditanam campur dengan Arachis memberikan hasil yang terbaik. Pertanaman campuran ini memberikan hasil hijauan sekitar 8,4 – 9,2 ton BK per hektar per tahun, cukup untuk mendukung pemeliharaan sekitar 48 – 5 3 ekor ternak kambing induk. Namun demikian, masih diperlukan pengujian lebih lanjut baik terhadap konsistensi produksi biomas maupun kualitas hijauan, utamanya keragaannya dalam musim kemarau. Dengan dikembangkannya Tanaman Pakan Ternak terpilih yaitu rumput Ruzi dan Arachis, maka hasil kegiatan ini akan memberikan dampak terhadap membaiknya keragaan usaha ternak kambing Boerka yang dipelihara. Keragaan usaha ternak kambing Boerka yang baik tentunya akan memberikan tambahan pendapatan bagi petani yang melaksanakan integrasi jeruk dan kambing.

(2)

PENDAHULUAN

Ditinjau dari preferensi pasar lokal dan internasional, ternak kambing merupakan komoditas peternakan yang strategis. Pada tahun 2007, populasi ternak kambing secara nasional berjumlah 14,5 juta ekor, dan di Sumatera Utara dilaporkan berjumlah 749 ribu ekor (ANONIMUS, 2008a). Salah satu kendala pengembangan ternak di Indonesia adalah keterbatasan lahan yang ada. Integrasi ternak dengan perkebunan jeruk mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan dalam hubungan saling menguntungkan. Luas areal tanaman jeruk di Kabupaten Karo sekitar 17.000 ha yang merupakan milik perorangan dengan rata-rata pemilikan yang bervariasi antara 0,5 – 5 ha (ANONIMUS, 2008b). Dengan menggunakan asumsi daya tampung sekitar 40 ekor kambing/ha lahan jeruk, maka di Kabupaten Karo secara potensial dapat dikembangkan sekitar 680.000 ekor atau meningkatkan sekitar 91% populasi kambing di Sumatera Utara.

Ekosistem kebun jeruk menyediakan hijauan pakan ternak yang cukup melimpah dalam bentuk rumput lapangan namun memiliki nilai gizi yang rendah dan produktivitas akan menurun sejalan dengan meningkatnya tutupan kanopi tanaman jeruk. Daya adaptasi hijauan yang ditanam pada lahan perkebunan dipengaruhi antara lain oleh efek naungan akibat tegakan tanaman pokok sehingga membatasi kecukupan cahaya untuk tanaman pakan ternak (HANAFI, 2007). Sementara itu, tanaman pakan ternak (TPT) unggul yang memiliki nilai gizi yang baik dan produktivitas hijauan yang tinggi serta toleran terhadap naungan sudah tersedia. Dampak positif dari integrasi ternak dengan tanaman perkebunan karet melalui penanaman TPT unggul akan meningkatkan pendapatan peternak dari penjualan domba menjadi 2 kali lipat (BASUNO, 1996), yang berkaitan dengan peningkatan kapasitas tampung. Hasil penelitian adaptasi TPT unggul pada perkebunan kelapa, kelapa sawit dan karet sudah tersedia (MULLEN dan SHELTON, 1994 ; HORNE dan STUUR, 1999), namun belum banyak dilakukan pada ekosistem kebun jeruk. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan pilihan tanaman pakan ternak (TPT) unggul yang sesuai untuk mendukung pengembangan

kambing Boerka di ekosistem kebun jeruk spesifik lokasi Sumatera Utara.

MATERI DAN METODE

Penelitian dimulai pada bulan Mei sampai dengan Desember 2009, bertempat di sentra produksi jeruk yaitu: di desa Sukanalu, Kec. Barus Jahe, Kab. Karo, Prov. Sumatera Utara. Analisis laboratorium dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih.

Perlakuan yang diuji yaitu tanaman pakan ternak campuran sebagai berikut:

T-1: Paspalum gueonarum + Stylosanthes guianensis

T-2: Paspalum gueonarum + Arachis glabrata

T-3: Brachiaria ruziziensis + Stylosanthes guianensis

T-4: Brachiaria ruziziensis + Arachis glabrata

T-5: Stenotaphrum secundatum + Stylosanthes guianensis

T-6: Stenotaphrum secundatum + Arachis glabrata

Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, dengan demikian seluruh percobaan dilakukan pada 18 petak percobaan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang didasarkan pada kemiringan lahan dari perkebunan jeruk. Luas 1 petak percobaan TPT campuran adalah 3 × 20 m = 60 m2 yang mencakup 9 tanaman jeruk.

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan kebun jeruk umur 8 tahun dari tumbuhan alami, digemburkan, dan diberikan kompos dengan dosis 18,5 t/ha. Penanaman rumput dan Arachis mempergunakan bahan tanam sobekan rumpun (pols). Bahan tanam Stylosanthes berasal dari biji yang telah terlebih dahulu direndam dengan air mendidih selama 3 detik lalu disemaikan dalam polybag. Jarak tanam rumput 20 × 20 cm, sedangkan legum ditanam di antara tanaman rumput dengan jarak tanam yang sama. Penyulaman dilakukan pada saat tanaman berumur tiga minggu setelah tanam.

Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi: (a) produksi hijauan pakan ternak; (b) kandungan gizi tanaman pakan ternak; (c) komposisi botanis tanaman pakan ternak; (d) daya tampung ternak (Carrying capacity); dan (e) kondisi tanaman utama (jeruk).

(3)

Produksi hijauan diukur melalui pemotongan pada seluruh petak percobaan yang dilakukan sejak umur TPT 82 hari melalui pemotongan dengan interval potong sekitar 40 hari, dengan tinggi potong 20 cm di atas permukaan tanah. Penentuan kandungan bahan kering dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 200 g per perlakuan. Sampel tersebut kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 80°C selama 48 jam untuk penetapan bahan kering dan sampel analisis nutrisi (AOAC, 1984). Data komposisi botanis diperoleh dengan cara mengambil sampel tanaman pakan ternak yang sudah dihomogenkan sebanyak ± 500 gram. Selanjutnya dilakukan separasi sampel berdasarkan komponen rumput, legum, dan gulma, kemudian ditimbang dan dianalisis kandungan bahan keringnya. Data daya tampung ternak diperoleh berdasarkan produksi bahan kering tanaman pakan ternak (kg/ha) yang dibagi dengan kebutuhan ternak kambing merujuk pada standar kebutuhan nutrien (NRC, 1989). Sementara itu, keragaan tanaman jeruk juga diamati selama penelitian berlangsung, dengan cara pemberian nilai (skor) terhadap tanaman jeruk yang di tengah petak percobaan. Pengamatan dilakukan oleh petani pemilik kebun jeruk, terhadap kondisi pertumbuhan batang, daun, dan buah. Data hasil hijauan yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan untuk melihat perbedaan setiap perlakuan (STEEL and TORRIE, 1995). Pengaruh dari perlakuan TPT campuran terhadap tanaman pokok (jeruk) dilihat melalui tabulasi nilai pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas (hasil) hijauan pakan ternak

Hasil panen ke-1 yang dilakukan pada umur 82 hari setelah tanam menunjukkan bahwa rumput yang ditanam di bawah jeruk menghasilkan hijauan antara 84 – 1.500 kg bahan kering (BK)/ha. Brachiaria Ruziziensis (Rumput Ruzi) memberikan produksi hijauan lebih tinggi (P < 0,05) dibandingkan dengan dua jenis rumput lainnya. Rumput ruzi memberikan hasil hijauan 0,9 – 1,5 ton BK/ha, yang diikuti oleh rumput Stenotaphrum

secundatum (rumput Steno) 0,3 – 0,5 ton

BK/ha, dan Paspalum gueonarum (rumput Gueonarum) 0,2 – 0,3 ton BK/ha. Pada umumnya kondisi legum cukup baik (skor pertumbuhan 2,2 – 2,7), namun demikian terlihat pada pertumbuhan awal legum

Stylosantes guianensis (legum Stylo) sedikit

lebih baik dibandingkan dengan legum Arachis

glabrata (legum Arachis). Tidak terlihat

adanya pengaruh perlakuan yang nyata terhadap kondisi tanaman legum.

Data hasil panen berikutnya (36 hari setelah panen ke-1) menunjukkan bahwa produktivitas hijauan total berkisar 0,4 – 0,9 ton BK/ha (Tabel 1). Namun demikian tidak terlihat adanya pengaruh perlakuan terhadap parameter ini seperti halnya pada hasil hijauan legum. Seperti pada panen sebelumnya, pada panen ke-2 terlihat ada perbedaan hasil hijauan antara jenis rumput yang diuji, secara konsisten rumput Ruzi nyata lebih banyak (P < 0,01) menghasilkan hijauan dibandingkan dengan

Tabel 1. Hasil bahan kering hijauan menurut perlakuan pada panen ke 2 (umur 36 hari setelah panen ke-1) TPT campuran Rumput Legum Gulma Total Kode perlakuan

Rumput Legum Kgha-1 Kgha-1 Kgha-1 Kgha-1

T1 Paspalum Stylo 231a 52 177b 460

T2 Paspalum Arachis 281a 41 510c 832

T3 Ruzi Stylo 768bc 12 46a 826

T4 Ruzi Arachis 873c 9 30a 912

T5 Steno Stylo 455abc 55 223bc 733

T6 Steno Arachis 260a 16 140b 417

Rerata 478 31 188 697

(4)

rumput Steno maupun Paspalum. Namun demikian, tidak terdapat perbedaan yang nyata antara hasil rumput Steno dan Paspalum, dan keduanya memberikan hasil 0,23 – 0,45 ton BK/ha.

Hal yang sangat menarik terlihat pada komponen gulma yang terlihat sangat tertekan (P < 0,05) dengan adanya rumput Ruzi. Hal ini menunjukkan bahwa rumput ini sangat adaptif terhadap kondisi setempat dan tumbuh dengan agresif sehingga mampu menekan pertumbuhan gulma. Kondisi gulma yang terbanyak terdapat pada TPT campuran Paspalum dan legum Arachis atau Stylo yang menunjukkan bahwa diperlukan pemeliharaan yang lebih intensif pada tanaman campuran ini. Dibandingkan dengan hasil panen sebelumnya, secara keseluruhan terlihat bahwa semua jenis rumput memberikan hasil yang lebih tinggi yaitu sekitar 2 kali lipat dalam masa tumbuh ke-2 (Tabel 2).

Lompatan hasil yang paling baik diperlihatkan oleh rumput Paspalum dan kemudian rumput Steno, hal ini menunjukkan bahwa kedua jenis rumput ini juga sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan setempat. Namun demikian, cukup banyak terdapat gulma pada TPT campuran yang menggunakan 2 jenis rumput tersebut. Berdasarkan kenyataan ini, diperlukan tingkat pemeliharaan yang lebih intensif, utamanya penyiangan bagi rumput Steno dan Paspalum untuk dapat tumbuh dengan lebih cepat dan mampu menekan pertumbuhan gulma. Hasil hijauan yang paling tinggi diberikan oleh rumput Ruzi (Brachiaria

ruziziensis), yaitu sejumlah 18,5 kg BK/ha/hari

(panen-1) dan 24 kg BK/ha/hari (panen-2), sehingga dapat diperkirakan akan

menghasilkan 7,76 ton BK/ha/tahun. Tingkat produksi ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil hijauan genus Brachiaria yang dilaporkan PRAWIRADIPUTRA et al. (2006). Hal ini mungkin berkaitan dengan lebih sedikitnya rumpun yang ditanam karena campuran dengan tanaman legum dan jeruk.

Kandungan nutrisi tanaman pakan ternak

Kandungan Nutrisi Hijauan dari Panen-1. Hijauan pakan ternak memberikan nutrisi bagi ternak utamanya dalam bentuk protein, lemak, dan energi. Hasil analisis laboratorium terhadap hasil panen ke-1 menunjukkan bahwa kandungan protein tertinggi diberikan oleh rumput Steno (20%), Paspalum (16%), dan Ruzi (14%), seluruhnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang dilaporkan PRAWIRADIPUTRA et al. (2006) untuk genus Brachiaria, atau yang dilaporkan SUKRIA dan KRISNAN (2009) untuk rumput lapangan.

Kandungan serat kasar tertinggi juga diberikan oleh rumput Steno (28%), seperti halnya rumput Paspalum (27%), namun masih lebih rendah dibandingkan dengan serat kasar jerami padi (ANONIMUS, 2007). Sementara itu, kandungan serat kasar rumput Ruzi (20%) jauh dibawahnya, dan hal ini menunjukkan bahwa rumput ini kemungkinan memiliki kecernaan yang lebih baik dibandingkan dengan 2 jenis rumput lainnya. Ketiga jenis rumput memiliki kandungan lemak yang relatif tinggi dan hampir merata yaitu berkisar 6 – 7%. Kandungan lemak rumput ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lemak kasar jerami padi (ANONIMUS, 2007), ataupun dedak padi

Tabel 2. Hasil hijauan rumput harian (kg BK ha-1hari-1) menurut perlakuan pada panen ke-1 dan ke-2.

TPT campuran Hasil rumput

Kode perlakuan

Rumput Legum Panen - 1 Panen - 2

T1 Paspalum Stylo 1,8ab 6,3a

T2 Paspalum Arachis 1,0a 7,7ab

T3 Ruzi Stylo 11,1bc 21,3bc

T4 Ruzi Arachis 18,5c 24,0c

T5 Steno Stylo 3,6ab 12,3abc

T6 Steno Arachis 3,1ab 7,0a

Rerata 6,5 13,1

(5)

(SUKRIA dan KRISNAN, 2009). Dengan karakteristik kandungan protein, serat kasar, dan lemak seperti itu, kandungan energi bruto tertinggi diberikan oleh rumput Steno (5,1 kkal/g), disusul oleh rumput Paspalum (4,3 kkal/g), dan Ruzi (3,7 kkal/g). Sementara itu, kadar bahan organik tertinggi terdapat pada rumput Ruzi (88%), kemudian rumput Stenodan Paspalum memiliki kandungan bahan organik yang serupa (83 – 84%). Kandungan bahan organik berbanding terbalik dengan kadar abu yang juga merupakan jumlah mineral dalam rumput, dan tingginya kadar mineral dalam hijauan rumput paspalum dan steno mungkin berkaitan dengan palatabilitas yang baik dari kedua rumput ini terhadap ternak kambing.

Kandungan Nutrisi Hijauan Hasil Panen-2. Secara keseluruhan, kandungan bahan organik legum lebih tinggi dibandingkan dengan hijauan rumput dan gulma. Namun demikian, tidak terlihat perbedaan kandungan bahan organik hijauan rumput antara dua hasil panen. Sementara itu, data hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa kandungan energi bruto tertinggi diberikan oleh hijauan rumput. Kandungan energi hijauan legum hampir sama dengan hijauan gulma yaitu berkisar 3,6 – 3,8 kkal/gram. Dibandingkan dengan panen sebelumnya, kandungan energi hijauan rumput relatif tetap.

Seperti diduga sebelumnya, kandungan nitrogen tertinggi diberikan oleh komponen legum dengan rerata 2,6% N atau setara dengan 16,25% protein kasar. Sementara itu, hijauan rumput memberikan kandungan N 2,23% setara dengan protein kasar 13,9%, lebih rendah dibandingkan kandungan N hijauan hasil panen pertama. Komponen gulma ternyata juga memberikan kontribusi protein hijauan yang cukup besar yaitu 14,8% (2,37%).

Seperti halnya kandungan protein, peringkat kandungan lemak kasar juga serupa yaitu tertinggi diberikan oleh legum, kemudian gulma, dan rumput. Hal yang menarik adalah menurunnya kandungan lemak kasar komponen rumput hasil analisis hijauan panen-1 (6 – 7%) menjadi 2,76 – 4,03%. Hal ini mungkin berkaitan dengan lebih banyaknya curah hujan terjadi pada periode pertumbuhan ke-2.

Secara keseluruhan kandungan serat kasar hijauan tertinggi terdapat pada komponen legum (27,1%), kemudian komponen rumput (24,5%), dan terkecil yaitu 22,8% terdapat pada komponen gulma. Khusus untuk komponen rumput, terdapat sedikit penurunan kandungan serat kasar, namun dengan pola yang relatif sama dengan hasil panen ke-1.

Dengan mempertimbangkan kandungan nutrisi hijauan hasil panen, kualitas hijauan di lahan jeruk dinilai cukup baik, utamanya dicirikan oleh tingginya kandungan protein kasar, energi, serta relatif rendahnya serat kasar dibandingkan dengan pakan dari jerami tanaman pertanian. Selain rumput dan legum unggul, komponen gulma juga memberikan kualitas nutrisi yang serupa. Oleh karena itu, fakta bahwa ternak yang dipelihara di dataran tinggi umumnya cepat gemuk mungkin berkaitan dengan lebih baiknya kualitas hijauan dari yang tersedia di dataran rendah.

Komposisi botanis tanaman pakan ternak

Pengamatan terhadap parameter ini berkaitan dengan kemampuan jenis hijauan untuk tetap eksis (persisten) sejalan dengan masa pertumbuhan tanaman pakan ternak. Sampai dengan pengamatan terakhir, umur 118 hari setelah tanam, terlihat bahwa perlakuan T3 dan T4, keduanya ditanam rumput Ruzi, memiliki jumlah gulma yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan perlakukan lainnya (Tabel 3).

Daya tampung ternak (carrying capacity)

Estimasi hasil hijauan dalam sistem integrasi kambing dengan kebun jeruk perlu diekspresikan dalam bentuk kemampuan memberikan pakan kepada ternak kambing. Dengan menggunakan rata-rata berat hidup ternak kambing 30 kg per ekor, dapat diperkirakan bahwa setiap ekor kambing memerlukan sekitar 3 kg pakan hijauan segar per hari atau dengan kandungan BK 0,16% setara dengan 0,48 kg BK per hari atau sekitar 175 kg BK/ekor/tahun. Oleh karena itu, kapasitas tampung per hektar dari setiap tanaman pakan campuran sesuai perlakuan akan berkisar 24 – 53 ekor (Tabel 4).

(6)

Tabel 3. Persen hijauan (basis berat) dalam setiap perlakuan hasil panen ke-2 (36 hari setelah panen I)

Kode perlakuan Rumput Legum Gulma Total

T1 45,3% 6,0% 48,7% 100% T2 29,7% 2,9% 67,4% 100% T3 91,2% 1,0% 7,8% 100% T4 94,7% 0,5% 4,8% 100% T5 59,9% 4,5% 35,6% 100% T6 60,4% 1,8% 37,9% 100%

Tabel 4. Produktivitas hijauan dan kapasitas tampung ternak kambing dalam setiap perlakuan

Hijauan Kapasitas

Kode perlakuan

Kg BK/ ha/hari Kg BK/ha/365 hari Tampung (ekor/ha)

T1 12,8 4,664 27 T2 23,1 8,436 48 T3 22,9 8,375 48 T4 25,3 9,247 53 T5 20,4 7,432 42 T6 11,6 4,228 24

Kondisi tanaman utama (jeruk)

Pengaruh perlakuan pertanaman pakan ternak campuran terhadap jeruk diukur melalui penilaian terhadap kondisi tanaman jeruk yang berada di tengah-tengah petak percobaan. Kondisi batang jeruk pada pengamatan terakhir dinilai dalam kategori kurang sampai sedang (Tabel 5), namun tidak terlihat adanya pengaruh perlakuan terhadap parameter ini. Kondisi daun dan buah jeruk pada pengamatan terakhir dinilai dalam kategori kurang sampai sedang, walapun juga tidak terlihat adanya pengaruh perlakuan terhadap parameter ini.

Rekomendasi hasil penelitian

Berdasarkan kandungan nilai nutrisi hijauan, tidak terdapat adanya perbedaan yang nyata antara perlakuan, dan oleh karena itu, perbedaan akan banyak ditentukan oleh jumlah produksi hijauan secara keseluruhan. Menggunakan hasil estimasi produksi hijauan melalui 2 panen, terlihat bahwa tanaman pakan ternak campuran perlakuan-4 yaitu rumput Ruzi dan legum Arachis secara konsisten memberikan hasil hijauan yang paling baik.

Selain itu, tidak terlihat adanya pengaruh negatif dari perlakuan terhadap kondisi tanaman pokok (jeruk). Tampilan rumput Ruzi yang begitu vigor, mampu menekan pertumbuhan gulma, juga menarik perhatian

Tabel 5. Kondisi tanaman jeruk dalam setiap perlakuan

Kode perlakuan Batang Daun Buah

T1 2,7 2,7 2,3 T2 2,3 2,3 1,7 T3 3,0 3,0 2,7 T4 2,7 2,7 2,3 T5 3,0 3,0 2,3 T6 2,3 2,7 1,7 Rerataan 2,7 2,7 2,2 Pengaruh perlakuan NS NS NS

Kondisi: 1: sangat kurang, 2: kurang, 3: sedang, 4: baik, 5: sangat baik

petani karena mudah dan cepat dikembangkan serta tidak memerlukan perawatan yang rumit. Oleh karena itu, menggunakan fakta hasil

(7)

penelitian tersebut maka dapat direkomendasikan tanaman pakan ternak campuran yaitu rumput Ruzi dan legum Arachis sesuai dikembangkan di lahan kebun jeruk. Namun demikian, perlu pemantapan data hasil hijauan yang seharusnya mencakup 2 musim hujan (MH) dan 2 musim kemarau (MK) sehingga konsistensi produksi dari setiap jenis hijauan dapat teruji dalam periode yang cukup.

KESIMPULAN

1. Menggunakan hasil estimasi produksi hijauan melalui 2 panen, terlihat bahwa tanaman pakan ternak campuran rumput Ruzi dan legum Arachis secara konsisten memberikan hasil hijauan yang paling baik, dan tidak terlihat adanya pengaruh negatif dari perlakuan terhadap kondisi tanaman pokok (jeruk).

2. Tampilan rumput Ruzi yang begitu vigor, mampu menekan pertumbuhan gulma, juga menarik perhatian petani karena mudah dan cepat dikembangkan serta tidak memerlukan perawatan yang rumit.

3. Masih diperlukan pemantapan data hasil hijauan yang seharusnya mencakup 2 musim hujan (MH) dan 2 musim kemarau (MK).

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Direkrorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, atas dukungan dana sehingga terlaksananya penelitian ini

.

DAFTAR PUSTAKA

ANONIMUS. 2007. Komposisi nutrisi pakan hasil ikutan tanaman. Loka Penelitian Sapi Potong.

ANONIMUS. 2008a. Database Pertanian Departemen Pertanian. http://www.deptan.go.id/. Departemen Pertanian. (1 Maret 2009).

ANONIMUS. 2008b. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian dan Hortikultura, Kabupaten Karo. AOAC. 1984. Official Methods of Analysis.

Association of Official and Analytical Chemists, Washington DC.

BASUNO, E. 1996. “Integrasi usaha peternakan di kawasan perkebunan.” Kumpulan makalah APPATEKTAN: 1 – 17. Balai Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.

HANAFI, N.D. 2007. Keragaan Pastura Campuran pada Berbagai Tingkat Naungan dan Aplikasinya pada Lahan Perkebunan Kelapa Sawit. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

HORNE, P.M. and W.W. STUUR. 1999. Mengembangkan teknologi hijauan makanan ternak (HMT) bersama petani kecil. Monograf ACIAR No. 65.

MULLEN,B.F.andH.M.SHELTON.1994. Round-up meeting. Integration of ruminants into plantation sistems in Southeast Asia. ACIAR Proc. 63: 7 – 10.

NRC (National Research Council). 1989. Nutrient Requirement of Goat. National Academy Press, Washington DC.

PRAWIRADIPUTRA,B.R.,SAJIMIN,N.D.PURWANTARI, dan I. HERDIAWAN. 2006. Hijauan Pakan Ternak di Indonesia. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

STEEL, R.G.D. and Torrie, J.H. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Penerjemah: Bambang, S. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

SUKRIA, H.A. dan R.KRISNAN. 2009. Sumber dan ketersediaan bahan baku pakan di Indonesia. Institut Pertanian Bogor Press, Bogor. 162 hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya dituangkan dalam anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi anggaran dan asimetri

ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pertumbuhan dan kandungan pigmen rumput laut merah Kappaphycus alvarezii (Doty) yang

Salahsatu karakteristrik sistem 3-phase adalah bila sistem 3-phase tersebut mempunyai beban yang seimbang, maka besaran arus phase di penghantar R-S-T akan sama

Oleh karena itu probabilitas data di atas lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pada data perbandingan tingkat kesehatan

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang

Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang Guillain Barre Syndrome (GBS) adalah salah satu penyakit demyelinating yang menyerang

Sistem informasi akuntansi penggajian harus dapat mendukung tugas-tugas bagian HRD terutama dalam membuat pendataan karyawan baru, membuat pendataan karyawan mutasi,