CERITA RAKYAT ,SRI TANJUNG' DAN KONTRIBUSINYA BAGI TATA WILAYAH ZAMAN KERAJAAN DAN ABAD MODERN
"sRt TAN/UNG" FOLKLORE AND rrs CONTRTBUTTON FOR PLANOLOGY OF THE KINGDOM AGE AND THE MODERN
CENTURY
Sukatman
FKIP Universitas ]ember
Pos-el:
[email protected]
|.Naskah masuk:
2
April2015; naskah direvisi:19-25April2015;
naskah disetujuiterbit 24Mei
2015. Editor
Herry
Mardianto.penelitian ini dilaksanakan secara
rn,"rorrrr,iffiabungan
penelitian sastra lisan dan sejarah.Sasaran penelitian ini adalah cerita Sri Tanjung dan situs sejarah Kerajaan Blambangan kuno di situs Gunung Ijen. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode dokumentasi, observasi, dalt wawancara 6e-bur-*"t'rcialam. Analisis data dilakukan.l"ttgarl menggunakan gabungan antara metode heuristik dan metode historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita rakyat "Sri Tanjung" merupakan mitos ilmu pengetahuan cara membangun dan mengahtr wilayah suatu negara model Syiwa-Budha. Situs Gunung
Ijen
merupakan bukti pengaturan tata wilayah yang terinspirasi oleh cerita "Sri Tanjung". Pengetahuan tentang membangun negara khususnya tata wilayah tersebut memiliki kontribusi untuk mengatur lingkungan pada abad modern.Kata kunci: cerita "Sri Tanjung" , tata wilayah, Banyuwangi
Ttis sttLdy wns condtLctedin aninterdisciprrr,rfi,lrlrl#i,rlnt ,on,uinraornlliternture nndlistoricolresenrclt.
The target of thisresesrchistlrc story of SriTnnlungfolklore nndancientBlambanganKingdomhistorical
site inljen Mount. The research dntn wns collected by docunrentntion nrctlnd, obserontion, nnd in-deptlr intentieut. Dntn annlysis zuas pertrurcd by ltsing a contbinntion of lrcuristic nrctlnd wtd ltistoriogrnplry nrethod. Tlrc result shotus that Sri Tanjung folklore is a scientific ntyth on lnut t'o build nnd organize stnte territory of Sliaa-Btttldhist ntodel.ljen ruount site is nn eaidence of territoty orgnnizntiott inspired by tlrc Sri Tnnjuig itory. Ttrc knoruledge onlnu to build o stnte, pnrticrtlarly plnnology of territoty, giues contibrLtion to regulnte enaironntent in the nrodern centunl.
Keyruorils: Si Tatrlrtngfolklore, tlte plnnology, Bntryrruntrgi '
laka. Pada zarrtartmodern ini cerita
ini
tersebar lewat media cetak dan media digital di internet, dan telahdikaji
menjadi karyailmiah di
ber- bagai lembaga pendidikan. Bahkan, pada za- man dahulu ceritaini
amat dihargai, terbukti dengan terpahatnya ceritaini
dalam relief can-di
Penatarandi Blitar
danrelief
candi Sora-L.
PendahuluanCerita "Sri Tanjung" arnat dikenal di Jawa
Timur.
Masih diingat oleh masyarakat bahwa cerita ini memberikan contoh tentang kesetiaan dan kejujuran seorangistri
kepada suaminya.Tentang seorang penguasa yang suka meng- ganggu
istri
bawahannya, yangakhirnya
ce-89
wana di Kediri. Jika cerita
ini
dipahatkan men-jadi
relief tempat pemujaan,itu
pertanda bah- wa cerita "Sri Tanjung" amat penting dan bah-kan
disakralkan masyarakat sejak zaman da-hulu.
Pertanyaannya cli manakah keistimewa- an cerita ini?Berdasarkan pengamatan
awal ditemu-
kan bahwa rlama-nama tempatdi
daerah Ba- nyuwangi, Sifubondo, Bondwoso, dan Jember memiliki kesamaanstluktur
penataan wilayah dengan seting cerita l'Sri Tanjung".lTka dicer- mati, tata wilayah kota Bondowoso bernuansa amatkuno
danmirip
dengan cerita tersebut.Kekunoan
itu dibuktikan
dengan adanya tatawilayah
yang khas danlingkungan
sosio-bu-daya yang arkhais seperti
(1) pegununganArgopuro
dengan puncak Gunung "lHyarrg", (2) sungai Sampean dan bendungan Sampean sebagai sistemirigasi
negara, (3) nama kotaBondowoso, (4) daerah
Pakauman sebagaikompleks pemukiman sekitar keraton,
(5) Maesan (Mahesan atau asrama putra raja), (5) Tamanan sebagai taman keraton, (6) Grujugan (air terjun tempat bersuci), (7) desa Biting seba-gai benteng pertahanan negara,
dan
(B) desa Tanjungsari sebagai pelabuhan laut. Tata wila- yah itu mernbawa pemikiran ke dalam suasana kehidupan kerajaan yang amat kuno, sekaligus menerangkan adanya manajemen lingkungan yang baik. Diduga cerita "Sri Tanjung" bukan sekadar cerita biasa tetapi memuat pelajaran manajemen tata wilayah yang menarik. Fakta tersebutunik,
dan penelitian cerita"Sri
Tan-iung"
sebagai mitos tatawilayah
dan penga- ruhnya bagi tata wilayah di daerah bekas wila-yah
kerajaan Blambangan, selamaini
belum pernah diteliti.Situs Gunung Ijen diduga kuat merupa|<an
bukti
sejarah tata wilayah negeri Blambangan kuno. Fakta tersebut selamaini
belum pernah diungkapkan oleh peneliti h'adisi lisan maupun peneliti sejarah lisan. Jika muatanilmu
penge- tahuanitu
dapatdiungkap
akan bermanfaat.Pertama, berguna bagi pelajaran
lingkungan hidup dalam
mengatasi masalah kerusakanlingkungan
dan tanah longsor. Kedua, dapat membantu anakdidik
dalam memahami ceritaini
secara benar sehingga anak mampu meng- ambil pelajaranhidup dari cerita ini. Oleh kare- naitu,
cerita"Sri
Tanjung"perlu diteliti
lebih lanjut.2.
LandasanTeori
Untuk meneliti kontribusi cerita "Sri Tan-
iung"
bagi tatawilayah
negeri Syiwa-Budha, perlu kiranya dibahas teori tentang mitos. Me-nurut
(Anna, 2000) mitos berasaldari
bahasa Yunani " rttytlrcs'^'.berarti'sesuatu yang diung- kapkan, sesuatu yang diucapkant', misalnya ce-rita. Mitos merupakan cerita simbolik dan sa- kral yang menceritakan serangkaian kisah nya-
ta
atauimajinatif yang berisi
asal-usul, per- ubahan alam semesta, dunia, dewa-dewa, ke-kuatan adikodrati, pahlawan,
manusia, dan kelompok sosiai tertentu (Vaughan, 2002).Mitos memiliki karakteristik
(a) merupa-kan
bagiandari budaya
manusiayang
ber- pengaruh terhadap polapikir
manusia (Anna, 2000), (b)bersifat suci dan disakralkan
oleh masyarakat pemiliknya, (c) menurut Gonzales- Perez (1990) mitos menjadi katarsis dalam me- mecahkan persoalanhidup
yang sulit, (d) ber- sifatfiktif
sehingga tidak bisa dijumpai dalam alam nyata, (e) dijadikan sumber tatanilai dandijunjung tinggi
oleh masyarakat pemiliknya, dan (f) mitos menjadi sarana membangun cara pandang dan menjadi dasaruntuk
bertindak dalam hidup.Oden
(1,992)mengidentifikasi bahwa
mitos memiliki kandungan (a) petunjuk-petun-juk hidup,
(b) gambaran aktivitas budaya, (c)r\ilai
kultural,
(d) petunjuk bagi manusia dalam memaknaihidup,
dan (e) model pengetahuan yang menjelaskan hal-hal yangsulit
diterima akal. Sebagai sebuah bentuk folklor, mitos me- ngandung nilai kearifan lokal yang dapat digu- nakan sebagai sarana pendidikan dan mengan- dungnilai
estetis, agama, dannilai
sosial. Ka-jian tradisi
lisan yangdilakukan
Foley (1986)Widyapanu?, Volume 43, Nomor 1, Juni 2015
menemukan
nilai individual, lokal,
danuni-
versal.
Dari
kanclungannilainya yang
penting, mitos berfungsi (a) menyadarkan manusia bah-wa
ada kekuatan danwujud
tertinggr,yaitu
Tuhan (Vaughan, 2002);ft)
mengajarkan sains tentang aturan alam semesta kepada manusia;dan (c) menata kehidupan masyarakat dengan mengukuhkan berbagai aturan. Menurut Oden (dalam Sukatman,2011)
mitos
dapat berupa (a)kisah
sejarah,(b) cerita dewa-dewa,
(c)penjelasan kehidupan manusia dan
alam semesta, (d) keyakinanprimitif
dan kebajikan moral, dan (e) cerita tradisionalyang dilengkapiritual
tertentu.Kajian budaya dan sejarah dimaksudkan sebagai sarana membangun masa depan. Me- lalui pemikiran tersebut, kajian sastra dan seja-
rah bisa dimanfaatkan untuk
membangun masa depan manusia (Sudjamoko, 1986). Pa- da umumnya, sebuah negara atau wilayah di-bangun dengan mempertimbangkan
keles-tarian lingkungan.
Masyarakat membangun tempat tinggal sekaligus melestarikan lingkung- an alam sekitarnya. Upaya membangun dae- rah dengan mempertimbangkan kearifan lokal sepertiini
perlu terus diupayakan.Pengetahuan
tata wilayah merupakan
pengetahuanyang penting bagi
pengaturan penggunaanruang
dalam pembangunan se- buah negara. Istilah tata wilayah juga dikenal dengan tata ruang. Menurut IIFIS (2007) pena- taan ruang adalah suafu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengen- dalian pemanfaatanruang.
Penyelenggaraantata ruang tersebut mencakup
pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan pe- nataan ruang.Pengaturan tata
ruang berfungsi untuk mewujudkan ruang wilayah nasional
yang aman,nyaman, dan produktif
berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasionaldemi:
(1)terwujudnya
keharmonisan antaralingkungan
alam danlingkungan
buatan; (2) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaansumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;
dan (3) terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap ling-
kungan akibat pemanfaatan ruang
(IIFIS, 2007).Dalam
kehidupan dunia
modern, peng-aturan tata ruang
direncanakan secara baik dan tertulis. Pada era kerajaan zarnan:. dahulu pengaturan tataruang dilakukan
secara ter- tulis, di samping secara lisan (diceritakan secaraturun-temurun)
yang{ikenal
sebagai tradisiiisan. Cerita "Sri Tanjung" diduga kuat meru- pakan cerita lisan yang bermuatan ilmu penge- tahuan tentang tata
wilayah
atau tata ruang zarnartkuno
sesuaidengan tradisi
agama Syiwa-Budha.3. Metode
PenelitianPenelitian,
ini
menggunakan pendekatan interdisipliner,yaitu
gabungan penelitian sas-tra
lisan dan sejarah.Dari
sisi kesastraannya, penelitian dilakukan dengan menerapkan me- tode heuristik dan dari sisi kesejarahan diterap- kan metode historiografi. Metode lmryistikne- nurut
Gottchalk (dalam Anneahira, 2013) dila-kukan
denganlangkah
(a)mengumpulkan
informasi tentang subjek, (b)memilih
subjek, (c) menganalisis fakta yang terkumpul, dan (d) menafsirkan faktayang
ada dengan mencari hubungan temauntuk
menemukan "perubah- an sosial" yang ada berdasarkan kata-kata dankalimat-kalimat yang
adadokumen
(cerita) dan sumber lisan (folklor). Metode historiografi (Anneahira, 2013) dilakukan dengan prosedur (a) melremukan fakta sejarah, (b) menemukan komponen-komponen tematis fakta sejarah, (c) menemukan hubungan tematik fakta sejarah,dan (d) menuliskan temuan
clalambentuk
narasi secara sistematis-kronologis.Sasaran penelitian
ini
adalah aspek tatawilayah
dalam cerita"Sri
Tanjung" dan situs sejarah Kerajaan Blambangankuno di
situsGunung
Ijen. SitusGunung Ijen
(Situbonc{o, Bondowoso,dan Banyuwangi) menjadi
sa- Cerita Rakyat "Sri Tanjung" dan Kontribuslnya bagi TataWilayahffl#rffj:?l
g.tsaran utama karena situs Gunung Ijen
merupakan situsawal
Kerajaan Blambangankuno. Lereng utara Gunung Ijen masuk
wilayah Situbondo, sedangkan lereng Ijen barat masukwilayah
Bondowoso,dan
lereng Ijentimur
masukwilayah
Banyuwangi.Data penelitian ini dikumpulan dengan (a) metode dokumentasi, (b) metode observasi, dan (c) metode wawancara bebas-mendalam. Me- tode dokdmentasi (Bogdan dan Biklen, 1982)
digunakan untuk memperoleh
data berupaketerangan mengenai objek sejarah
Blam- bangan kuno yang"terkubur"
waktu, misalnyadalam kitab
Babad Blnntbangnn, Bnbad Mnnik Anglcernn, dan CeritnSri
Tanjunedalam
tiga versi, yakni versi A, B, dan C. Pelaksanaan me- tocle dokumentasidibantu
dengan instrumenpemandu pemanfaatan dokumen.
Metode observasi dilaksanakan dengan bantuan pan- duan observasi (Fais al, 1981) yang digunakanuntuk
menggaii data berupa informasi sejarah lisandari
masyarakat.Metode wawancara bebas-mendalam
(Miles dan Huberman,1,994) atau metode "in- deptlt interoietu" digunakanuntuk
menggali data berupa (a) objek cerita dan sejarah yangtersembunyi, (b) cerita-cerita yang terkait
dengan kehidupan kerajaan dan peninggalan sejarah, dan (c) mitos-mitos yang ada di sekitarkehidupan
raja atau kerajaan, yangtidak
ter-jaring melalui kajian dokumen atau
sudah terjaring tetapi informasinya belum tuntas. Pe-iaksanaan
wawancara
bebas-mendalamdi-
panclu oleh instrumen panduan wawancara.Analisis data dilakukan dengan menggu- nakan gabungan antara metode heuristik dan metode
histoliografi
(Anneahira, 2013). Lang- kah-langkah analisis data mencakup (1) me- ngumpulkan informasi tentang subjek (doku- men, rekaman, laporan, surat kabar, suratpri- badi, jurnal, brosur, buku harian,
memoar,follclo r, o tobio grafi, dan s eba gainy a) ; (2) memilih subjek (dimana, siapa, kapan, danbagaimana);
(3) mengalisis dan menafsirkan fakta yang ada
dengan mencari
hubungan
temauntuk
me- nemukan"peristiwa
sosial"yang
ada berda- sarkan kata-kata dan kalimat-kalimat yang ada pada dokumen (cerita) maupun sumber lisan (folklor); (4) menemukan gejala (perilaku) di ta- taran permukaan; (5) mengungkap gejala-geia- la kejiwaan perilaku kehidupan manusia pada masa lalu dan menemukan motif suatu tindak- an; (6) menemukan komponen-komponen te- matis fakta sejarah; (7) menemukan hubungantematik fakta
sejarah;serta
(8)menuiiskan
temuan dalam bgnfuk uraian atau cerita secara sis tematis-kronoiogis.Instrumen penelitian ini mencakup instru- men pengumpul data dan instrumen panduan analisis data.
Instrumen pengumpulan
data berupa (1) instrumen pemandu pengumpulan dokumen, digunakanuntuk
memperoleh data tentang kitab-kitab klasik, buku, dan hasil pe-nelitian yang terkait
dengansitus
Kerajaan Blambangan kuno, dan dokumen sejarah Blam- bangan; (2)instrumen
pemandu wawancara bebas-mendalam digunakanuntuk
menjaring data berupa (a) deskripsikan situs sejarah Kera- jaan Blambangankuno di
situs Gunung Ijen;(b) in{ormasi
untuk
rekonstruksi objek sejarahyang
berupawilayah
Kerajaan Blambangan kuno; dan (c) informasi yang berupa bangunankuno
dan bekas istana. Selainitu,
instrumen pemandu wawancara jugadigunakan untuk
trianggulasi pengumpulan data yang tidak ter- ungkap atau sudah terjaring tetapi informasi- nya belum tuntas.Panduan
analisis data disusun
sebagai panduan peneliti dalam menganalisis data ten- tang (a) cerita "Sri Tanjung" sebagai mitosilmu
pengetahuan tentang tatawilayah,
(b) penga-ruh
cerita"Sri
Tanjung" terhadaptradisi
tatawilayah negeri
Blambangankuno,
(c)bukti
sejarah tentang tata
wilayah
gaya Blambangandi
situs Gunung Ijen, dan (d)implikasi
cerita"Sri Tanjung" bagi tata wilayah pada abad mo- dern.
92
Widyaparw0, Votume 43, Nomor 1, Juni 20154. Analisis
Cerita
"Sri Tanjung"
telah lama dikenal masyarakat JawaTimur dan terbuka untuk
ditafsirkan dengan perspektif beragam. Kajianini menafsirkan cerita dari sudut
pandang mitologi, khususnya mitos sebagai sumberilmu
pengetahuan. Hasil kajian mencakup (a) cerita"Sri Tanjung"
sebagaimitos
tatawilayah,
(b) pengaruh rnitos "Sri Tanjung" terhadap tradisitata wilayah negeri Blambangan, (c)
situs Gunung ijen sebagai bukti sejarah tata wilayah negeri Blambangan kuno, dan (d) kontribusi ce- rita "Sti Tanjung" bagi tata wilayah pada abad modern.4.L Cerita
"Sri Tanjung"
sebagaiMitos
TataWilayah
Cerita
"Sri Tanjung"
telah lama dikenal oleh masyarakat JawaTimur
dan telah dipa- hatkandi
relief Candi Penatarandi
Blitar dan Candi Surawanadi
Kediri. Masyarakat setem- pat menyebut ceritaini
sebagai legenda asal-usul
kota Banyuwangi. Legendaini memiliki
beberapa versi. Varian-varian cerita tersebut daiam penelitian ini disikapi secara positif kare- navarian
satu denganlainnya justru
saling melengkapi.Menurut cerita "Sri Tanjung" tata wilayah sebuah negara yang baik memenuhi syarat (1)
ada gunung negara yang puncaknya menjadi fokus
ritual
kepada Syiwa dan Dewi Durgha, (2) adanya seorang brahmana yang tinggaldi
puncak gunung sebagai pemimpin
spirituaf
(3)acla istana dan
ibu
kota negara sebagai pusat aktivitas negara yang dibangun di lembah gu- nung, (4) adanya "alun-alun" sebagai halaman istana rajayang bijaksana dengan ciri khas po- honberingin yang ditanam di tengah halaman, (4) ada sungai negara yang bisadibuat
ben- dungan untuk irigasi agar negara makmur, (5)ada daerah tempat
pendidikan
para kesatriauntuk
belajar agama dan belanegara, (6) ada- nyapintu
gerbang Qtahmcen) atau benteng se- bagaipengamanan negara, dan (7) sungai yang mengalir sampai lautuntuk
membangun ban-dar laut
sebagaijalur
perdagangan dan hu- bungan luar negeri, disimbolkan dengan nama"Sri
Tanjung"
yang maksudnya adalah "Tan-jungsari"
atau "daerahtepi lau('.
Pertnnn, unsur pembangun kerajaan ada- lah adanya gunung. Gunung berfungsi sebagai fokus
ritual
agama Syiwa-Budha. Dewa Syiwa adaiah dewa pujaan negeri Syiwa-Budha, kare- na menurut teologi Syiwa-Budha dewa berse- mayam di puncak gunung. Selain sebagai fokus pemujaan, daerah pegunungan digunakan se-bagai tempat
pertap,gpara brahmana
dan penganutnya, sehinggh kehadiran brahmanajuga
merupakanunsur penting
dalam mem- bangun negara.Kedun, brahmana menjadi bagian penting dalam
mendirikan
negara karena fungsinya sebagai pemimpinritual
keagamaan dan ber- tapa. Bertapa menjadi lakuan penganut agama Syiwa-Budha,karena mencontoh Sang Budha Gautama. Berikut ini bagian cerita yang meng- gambarkan bahwa gunung dan brahmana me- rupakan komponen penting dalam mendirikan negara."....
Kisahdiawali
dengan menceritakan tentang seorang kesatria yang tampan dan gagah perkasa bernama Raden Sidapaksa yang merupakan keturunan keluarga Pan- dawa. Ia mengabdi kepada Raja Sulakra- ma yang berkuasa di Negeri Sindurejo. Si- dapaksa diutus mencari obat oleh raja ke- pada kakeknya Bhagazuan Tarnba Petra yang bertapadi
pegurumgan.Di
sana ia bertemu dengan seorang gadisyang
sa- ngat ayu bernama Sri Tanjung. Sri Tanjung bukanlah gadis biasa, karena ibunya ada- lah bidadari yangturun
kebumi
dan di-,
peribtri seorang manusia. Karena itulah Sri'
Tantungmemiliki
paras yangluar
biasa cantikjelita.
Raden Sidapaksajatuh
hatidan menjalin cinta
denganSri
Tantung yang kemudian dinikahinya. Setelah men-jadi istrinya, Sri Tantung diboyong
ke Kerajaan Sindurejo. Raja Sulakrama diam-diam
terpesona dan tergila-gila akan ke- cantikan Sri Tantung. Sang Raja menyim- pan hasrat untuk merebut Sri Tantung dariCerita Rakyat "Sri Tanjung" dan Kontribusinya bagi Tata Wilayah Zaman
Kerajaan
93dan Abad Modern
tangan suaminya,
sehinggaia
mencari siasat agar dapat memisahkan Sri Tantungdari
Sidapaksa." (STJ-Versi A).Ketiga, istana perlu dibangun sebagai tem- pat tinggal keluarga raja. Istana biasanya diba- ngun di iembah gunung dan menjadi pusat ak-
tivitas negara. Istana negeri Blambningan
lazirnnya dibangundi
lembah gunung karena gunung negeraitu
sekaligus sebagai benteng alamiah bagi negara. Padaumumnya
negeri Blambangankuno
maupun pasca-Majapahit, mempunyai ibu kota di lembah gunungnegara.Bangunan istana biasanya
diikuti
halaman ista- na yang ditanami pohon ber.ingin tempat ma- syarakat danprajurit
berkumpul. Tempatini dikenal
dengan nama nlun-alun, merupakan bagian keenrynt. Pola pengembangan lingkung-an
kerajaanseperti ini
berkembang sampai kerajaan modern dan besar seperti Majapahit.Dalam cerita
"Sri
Tanjung" terdapat pada ba- gian cerita berikut."Ketika Patih Sidopekso kembali dari misi tugasnya,
ia
langsung menghadap Sang Raja. Akalbusuk Sang Raja muncul, mem-fitnah
Patih Sidopekso dengan menyam- paikan bahwa sepeninggal sang Patih pa- da saat menjalankan titah raja meninggal- kan istana, Sri Tantung mendatangi danmerayu
sertabertindak
serong dengan Sang Raja." (ST] Versi B).Kelinm,aclanya daerah tempat pendidikan para kesatria
untuk
belajar agama dan belane- gara. Daerahtempat pendidikan itu,
dalam konteks kerajaan Blambangan, disebut Maesan, Selolembu, Kandhang Lembu, Kandhangan, Kandhang Sapi, atau Kandhangan. Tempat- tempat tersebut padaumumnya
terpencil,,di
lereng gunung merupakan tempat yang disem-
bunyikan.
Dalam cerita"Sri Tanjung"
nama tempat tersebuttidak
eksplisit tetapi disebut dengan"di
pegunLlngan", atau "desa Parang Alas". Dalam cerita "Sri Tanjung" versi A dise-but
"pegunungan" sebagai berikut."....
Sidapaksadiutus
mencari obat oleh raja kepada kakeknya Bhagawan Tamba Petra yang bertapa di pegunungan. Di sana ia bertemu dengan seorang gadis yang sa-ngat
ayu
bernamaSri
Tantung.Sri
Tan- tung bukanlah gadis biasa, karena ibunya adalah bidadari yangturun
kebumi
dandiperistri
seorang manusia. Karena itulah Sri Tantung memiliki paras yang luar biasa cantikjelita.
Raden Sidapaksajatuh
hatidan menjalin cinta
denganSri
Tantung yang kemudian dinikahinya. Setelah men- jadi istrinya, Sri Tantung diboyong ke Kera- jaanSindu."j"i..
(STJ Versi A).Nama tempat untuk
asramaputra
raja atar padepoknn tempat olahilmu batin
dan kn-fluragan
ini cenderung disembunyikan.
De-mikian juga di dalam cerita "Sri
Tanjung", disebut secara implisit. Kemungkinan memangdisengaja begitu dan dimaksudkan untuk menghindari musuh.
Dalam cerita"Sri
Tan-jur'g" Versi C hanya disebut "desa
ParangAlas"
sebagai berikut."Tak lama kemudian Ki BuyutKancur me-
nemui
tamunya. Terjadilah pembicaraan antara keduanya.Ki
Patih menceritakanjati dirinya,
dan apa tujuan kedatangan- nya. Akhirnya ia diterima menginap di ru- mahKi
Buyut. Sebenarnya patih amat le-lah. Namun, hampir
semalamsunfuk
ia tak dapat memejamkan mata barang seke- jap.Di
benakr'rya hanya terbayang wajah gadis cantikputri
Ki Buyut. Patih Sidapek- sajatuh
cinta kepada gadis desa ParangAlas itu."
(STJ Versi C).,
Keenant, adanyapintu
gerbang, pnktLncenatau benteng sebagai pengamanan negara. La- zimnyabenteng kerajaan digunakan untuk me-
nahan
seranganmusuh.
Bangunan bentengNegeri
Blambanganberupa tembok
buatan atau gundukan tanah yang ditinggikan. Dalam cerita "Sri Tanjung" bangunanini
hanya dise-but
sebagai "benteng kerajaan".Widyapafw0, volume 43, Nomor 1, Juni 201"5
"Sepeninggal Sang Patih Sidopekso, sikap
tak
senonoh Prabu Sulahkromo denganmerayu dan memfitnah Sri Tantung
dengan segala tipu daya dilakukanya. Na-
mun cinta
Sang Rajatidak
kesampaian dan Sri Tantung tetap teguh pendiriannya, sebagaiistri yang selaiu
berdoauntuk
suaminya.Api
panas membara hati Sang Raja ketika cintanyaditolak
oleh Sri Tan-tung. Akan
tetapipendirian
Sri Tanjung tetapkokoh
seperti benteng kerjaan Sin- durejo." (STJ Versi B).KetttjtLlr,
sungai negara yang mengalir
sampai laut guna membangun bandar laut. Pe- labuhan tersebut digunakan sebagai
jalur
per- dagangan dan hubunganluar
negeri. Daerah pelabuhan dan sungai negara tersebut dalam cerita"Sri Tanjung"
disebutkan sebagai"sll-
ngai" dan nama "Sri Tanjung" sebagai berikut.
"Rupanya
fitnah
rajaitu
termakan benar di hati patih. Ia langsung pulang dan tan- pa pamit. Tanpa diselidiki dulu kebenaran apayang dikatakan
raja,ia
menghunuskeris
akan membunuh Sri Tanjung. Na-mun
sebelum ajalnya tibaia
sempat ber- pesan. Katanya "Kan1da, adinda rela matimeskipun tidak tahu
sebab-sebabnya.Adinda mohon sudilah kakanda
mem- buang mayat adinda kesungai." (STJVersic).
Dalam cerita,
daerah pelabuhandisim-
bolkan dengan nama "Sri Tanjung". Nama Sri Tanjung maksudnya adalah "daerah tanjung"atau daerah tepi laut. Daerah tepi
laut ini
da- lam tata wilayah disebut Tanjungsari, yang da-lam cerita
clisimbolkan sebagaiSri
Tanjung seperti berikut."Unfuk
mencoba membuktikan rasa setia- nya pacla suaminya, Sri Tanjung meminta agar Sidopekso membunuhnya. Perminta- an terakhirnya adalah agar jasadnya diha- nyutkan ke sungai yang keruh. Dia berpe- sanapabila air sungai tersebut
berbau amis, maka benar bahwadia
telah mela-kukan kesalahan. Akhirya,
Sidopekso langsung menancapkan kerisnya ke dada Sri Tanjung, seketika ltluSri
Tanjung rne- ninggal. Lalu mayat Sri Tanjung segera di- tenggelamkan ke sungai. Setelah beberapa saat Sidopekso sangat kaget, air yang tadi-nya
keruh berubah menjadi bening seperti kaca. Selainitu air
tersebut menyebarkan bauharum."
(STJ Versi B).Cerita
"Sri
Tanjung" dapat dipersepsi se- cara berbeda dalam dua perspektlf . Tafsir per- tama, diduga kasus dqlam cerita "Sri Tanjung"itu
betul-betul terjadi."Berarti kisah"Sri
Tan-jung"
terjadidi
KuthaArum di
sekitar sungai Sampean.Akan
tetapi, kota Banyuwangi adadi
sebelahtimur. Berarti kisah larinya
Sri Tanjung dan mencebur sungai (hanyut) bukan sungai Sampean tetapi ke Kali Gondo (sungai yang berbau). Berarti tragediitu
terjadidi
Kali Gondo, dan bukti bahwa Sri Tanjung masih su- ci, air Kali Gondo berbau wangi. Daerah aliran Kali Gondodi
dataran setelah perkembangan menjadi daerah aliran air Sungai Gondo, Tirto Gondo, atau Banyuwangi.Tidak diketahui dengan pasti mulai kapan nama "Banyuwangi" murrcul karena pada ta- hun1766 masih dikenai dengan nama Tirtngan- da atau Toynnnun. Lekkerker (dalam Pemkab Banyuwangi
2U,\
menjelaskan bahwa VOCbaru tertarik
mengelola Blambangan setelahInggris menjalin hubungan
dagang dengan Blambangan dan mendirikan kantor dagangdi
kompleks Inggrisan sekarang, p ada tahun 17 66.Waktu
itu
bandar kecil Banyuwangi masih di- sebut Tirtaganda, Tirtaarum, atau Toyaarum.Jika
tahun
1776wilayah
tersebut masih bernama Toyaarum, berarti nama Banyuwangi muncul setelah tahun 1776. Nama baruitu
se-bagai terjemahan dalam bahasa Jawa ragam ngoko,
yaitu
Banyuwangi. Nama Banyuwangi berpangkaldari
Kutaarurn, Kaligondo, Toya- gondo, Toyaarum, artinya nama Banyuwangi bermula dari Kutaanmrdi
negeli Tarumpuradi
kawasan Gunung Ijen lereng barat laut.Cerita Rakyat "Sri Tanjung" dan Kontribusinya bagi Tata Wi layah Zaman Kerajaan dan Abad Modern
Tafsir
kedua,"Sri Tanjung"
merupakan kisah suci atau mitos tata wilayah yang meng- ajarkan cara membangun negara. Sebuah ne- gara yang ideal, harus memenuhi. syarat (a) me-miliki
gunung yang puncaknya menjadi tempatritual
kepada Syiwa danDewi
Durgha yangdipimpin
seorang brahmana, (b) lembah gu-nungnya
tempat"alun-alun"
sebagai simbol istana raja yang bijaksana dengan ciri khas po- hon beringin (Budha), (c) ada sungai yang bisa dibuat bendungan (dam) sebagaiirigasi
agar negara makmur, (d) terdapatibu
kota negara sebagai pusat aktivitas negara, (e) ada daerah tempat pendidikan para kesatria untuk belajar agama dan belanegara (daerah Selolembu), dan(f)
sungai yangmengalir
sampailaut untuk
membangun pelabuhan atau bandar laut seba- gaijalur
perdagangan dan hubunganluar
ne-geri, disimbolkan
dengan namaSri
Tanjung atau Tanjungsari (daerahtepi
laut).Tafsir kedua tersebut lebih bisa diterima oleh nalar. Melihat pentingnya isi cerita ini, 1o-
gis apabila cerita
"sri
Tanjung" dipahatkan pa- da relief candi Penatarandi Blitar
dan Candi Surawanadi Kediri.
Dalam kasus cerita"Sri
Tanjung" mitos difungsikan sebagai media pe- nyebaran ilmu pengetahuan dan teknolo gi,yak-ni
pengetahuan agama Syiwa-Budha dan tek- nologi membangun negara. Apabila suatu na- ma desa sama dengan yang ada dalam cerita, berarti penamaaru-Iya disesuaikan dengan ide cerita. Misalnya: desa puncak gunung yang ter-tinggi di
beri nama Argosari dan desa paling bawah di tepi laut disebut Tanjungsari (Sritan-jr.g).
Sungaimilik
negara disebut Kalipuro, bendungan (slfir)milik
negara disebut Situban- da, atau bendunganmilik
masyarakat dikenal dengan Bandha. Gunungmilik
negara disebutArgopuro,
merupakanjatidiri
negeri Syiwa- Budha, termasuk negeri Blambangan.4.2Pengaruh
"Sri Tanjung"
terhadap TataWilayah
Blambangan KunoBerdasarkan sisa-sisa kerajaan
yang di-
wariskan secara lisan (tradisi lisan) dapat dike-nali kembali
bagaimanamasyarakat
Blam- bangan Kuno mengatur kota kerajaan. Sebagaifokus
kajian, berdasarkan pertimbangan his- toris daniklim
pemerintahan yang telah berja- lan pada masa lalu,struktur
tata wilayaha ne- geri Blambangan diambil berdasarkan sampel gunung yang menjadiritus
keagamaan. Situs Gunung Ijen dan Gunung Hyang diambil seba- gai fokus kajian, mengingat negeri Blambangan selalubelkiblat
kepadagunung
suci sebagai setingritual
penyembahan Syiwa, pertapaan orang Budha Kg6il (Ko'ong) di lereng-lereng gu- nung.Interpretasi tentang Blambangan kuno
ini dimulai
dengan mengambil sampeldari
ka- wasan Gunung Ijen.Di
kawasan Gunung Ijenditemukan
nama-nama (1)puncak
GunungIjen
sebagai pusatritual,
(2) desa Alun-alun, (3) desa Tarum (KuthaArum),
(4) desa Watu Lawang, (5) desa Pakuncen, (6) desa Bandosa (keranda mayat), (7) desa Watukebo, (8) desa Kocean (bendunganair),
dan (9) daerah Tan-jungsari
dan pelabuhan Jangkar.Nama-nama desa ifu, walaupun masih sa-
mar, tetapi
dapat memberi gambaran globai (sketsa) tentang tata wilayah sebuah negaraku-
no.Ahrn-alun
adalah sebuahhalaman
luas yang ditanami pohon beringin (pohon suci aga- ma Budha). Tempatini
biasanya terletak di de- pan istana atau pendopo kerajaan. Tarum ada- lah nama desa yang diduga dari kata"Kutho Arum"
yaifu ibukota negeri Tarumpuro-Blam- bangan kuno.Nama
desaWatu Lawang
me- rupakan bangunan yang dibuat dari batu seba-gai
penandapitu masuk
kerajaan. Pakuncen 4taujuru kunci
adalahtempat
orang-orang yang bertugas menjaga (membuka.dan menu-tup) pintu
masuk kerajaan. Bnndosn atau ke- randa mayat adalah informasi bahwa wilayah tersebut pa da zarnankuno difungsikan sebagai tempat pemakaman danritual
mendoakan le-luhur
yang telah meninggal. Watukebo berda- sarkantradisi
Kerajaan Blambangan adalah tempat tinggal atau padhepoknn para putra rajaWidyapanv?, Volume 43, Nomor 1, Juni 2015
belajar
ilmu
agama (ulahbatin)
dan olnh karur- rngnn (bela diri). Kocenn adalah tempat berair, berupa sendnng atau bendungarL, sebuah tandon' persediaan air' negeri Blambangan kuno. I nn g- knr, seperti
diketahui
bersama sebagai pela-buhan
dalam transportasilaut
negeri Blam- bangan kuno. Tanjungsnrl adalah daerahdi
se-kitar tepi laut di kawasan pelabuhan. Selanjut- nya, Blambangankuno dikawasan gunung Ijen dalam bahasan
ini
disebut TantntptLro.Di
Gu- nung Ijen terdapatKalipuro
(Kali Gondo), se-buah sungai yang mengalir
dari
puncak Ijenke arah timur menuju kota Banyuwangi.
Daerah aliran Kaligondo dikenal sebagai
wila- yah Kalipuro.
Jadi, Kaligondo adalah sungaimilik
negara (Kalipuro), yaitu kerajaan Tarum- puro-Blambangan Kuno.Gunung ijen jika dicermati terletak paling dekat dengan pantai utata, karena wilayah le- reng
Ijen
sebelah rrtara,timur,
dan barat po- tensial didatangi terlebih dahulu setelah men-darat lewat laut
Jawa.Melihat naluri
orang Blambangan yang (a) selalu dekat dengan pun- cak gunung sebagai arahritual
(Giri, 2013), (b) adanya tanamanberingin
(alun-alun) sebagai pohon suci agama Budha, (c) adanya simbol lembu (sapi atau kerbau binatang kesayanganSyiwa), dan (d) Gunung Ijen
sebagai pusatrifual
keagamaan ataugunung milik
negara, dapatdisimpulkan
bahwa kawasan GunungIjen
merupakan kawasan Blambangan kuno, dan nenek moyang orang Blambangan Kuno beragama sinkretis Syiwa-Budha. Hanya sajakarena kebudayaannya
belum terlalu
maju, maka peninggalan dari batu belum kaya seperti Bandhawangsa. Bandhawangsa merupakan lanjutan dari situs Tarumpura. Nama gunungIjen dapat ditafsirkan berarti "sendirian",
"t:urrggal" atau satu. Pafut diduga maksudnya adaiah gunung yang pertama
kali
ditemukannenek moyang orang Blambangan
saat mendaratdi
Jawa Timur.Di
kawasan Gunung Hynng daerah Bon- dowoso ditemukan bekas arsitekfur kota kera-jaan berupa (1) Gunung Hyang sebagai pusat ritual penyembahan Dewa Gunung (Syiwa), (2) Nama
kota
Bondowoso (Bandhawangsa), (3) Sentonorejo sebagai pusat kerajaan lama, (4) alun-alun sebagai halaman istana, (5) desa Ka- pattian sebagai istanawakil
raja, (6) desa Ta- man, Tamanan dan Tamansari sebagai tempat paraputri
raja dan taman kerajaan, (7) desa Mahesan sebagai tempat putra raja belajarilmu
agama dan olnh knrurngan (bela diri), (8) daerah Lawang Seketheng (daerah
Wringin)
sebagaipintu
masuk ke kota kerajaan, (9) daerah Pa- kauman sebagai kelorr\pok masyarakat agama tertentu dekat sanggar pemujaan, (10) sejum- lah arca Dewi Durgha Kuno atau"Betolt Nyne"(Donz, 2014), (11) pelabuhan Panarukan, (12) bendungan (sitrl)
di
pegunungan yang dibuat oleh masyarakat Bandha (Bandha Vangsa) pa- da zamandahulu
atar Sitttbondln. Bendungan (sittL)yang dibuat oleh
masyarakat Bandha (Bondho) sekdrang disebut Situ Bandha (Situ-bondo) di Sungai
Sampean,dan
(13) desaMangli di
wilayah Bondowoso sebagai tamanputri
raja. Pilihan nama-nama tersebut mem- bawa pemikiran ke dalam suasana kehidupan kerajaan yang amat kuno.4.3Tata
Wilayah
BlambanganKuno
sebagaiBukti Historis
Mitos tentang cara membangun negara
ini
aplikasinya diterapkan di kawasan bekas kera- jaan Blambangan.Dari
pengumpulan datadi
Banyuwangi, Situbondho, dan Bondowoso di-temukan
bahwadalam
membangun negara terdapat komponen (a) gunung sebagai pusat ritual, (b) sungai negara, (c) bendungan irigasiuntuk
pertaniary(d)
alun-alun sebagai pusat 'pemerintahan, (e) benteng pertahanan negara, (f) padepoknrzuntuk
pendidikanputra
raja, (g)pintu
masuk keraton, (h) taman keputren, (i) asrama putra raja, fi) taman kerajaan, (k) pen- jara, dan (1) pelabuhan laut.Di
Banyutttnngi juga ditemukan arsitektur kota (a) Gunung Ijen dan Raung sebagai pusatCerita Rakyat "Sri Tanjung" dan Kontribusinya bagi Tata Wilayah Zaman Kerajaan dan Abad Modern
ritual
Syiwa-Budha (b) alun-alun, (c) pendopo keraton, (d) kepatilran, (e) beteng di Macan pu- til'r (Ikaningtyas, 2010), (f) taman Sri Tanjung (taman keputren), (g) situs Kendheng Lembu (perguruan agama), (h) penjara,(i) kuil
atauCandi Purwo, (j) pelabuhan Ketapang
dan Muncar, serta (k) Kaligondo yang bermata airdi
Gunung Ijen sebagai situs legenda Sri Tan- jung.Di
Situbondojuga ditemukan arsitektur
kota kerajaan model negeri Blambangan.Mi-
salnya (a) Gunung Argopura sebagai pusatri-
tual Syiwa-Bud1"ra, (b) aiun-alun dan pendopokeraton,
(c) desa Selolembu sebagai tempatpendidikan moral
dan kanurngnn,(d) panji
sebagai asrama putra raja, (e) Baderan sebagai
bendungan tempat tandon air, irigasi,
dan ternak ikan, (f) desa Taman Kurseh sebagai ta-man
kelajaan,dan
(g) pelabuhan Mangaran dan Panarukan sebagaijalur
perdagangan dn hubungan luarnegeri
zaman kuno.Di
Bondozuoso ditemukan bekas arsitektur kota kerajaan berupa (a) Gunung Hyang seba-gai pusat
ritual
penyembahan Dewa Gunung (Syiwa), (b) namakota
Bondowoso (Bandha- wangsa), (c) Sentonorejo, sebagai pusat kera- jaan lama, (d) aiun-alun sebagai halaman ista- na, (e) desa Kapattian sebagai istana wakil raja,(f)
desa Taman, Tamanan dan Tamansari se- bagai tempat paraputri
raja dan taman kera- jaan, (g) desa Mahesan sebagai tempat putraraja belajar ilmu agama
dan olnh kanuragnn (beladiri),
(h) daerah Lawang Seketheng (dae- rah Wringin) sebagai pintu masuk ke kota kera- jaan, (i) daerah Pakauman sebagai pemukiman masyarakat kuno agama tertenfu dekat sang- gar pemujaan (Suryanto, 2002;Hidayat,
20,07;Pramana, 2011),
O
sejumlah arcaDewi
Dur-gha Kuno (Husnul, 2012), (k) pelabuhan pana-
rukan,
(1)bendungan
(sitrr)di
pegunungan yang dibuat olel'r masyarakat Bandha (Bandha vangsa) pada zaman dahulu atau Situbondho.Berdasarkan pengamatan lebih lanjut, tata wilayah model Blambangan atau tata wilayah
model
Syiwa-Budha telah menyebar sampai penjuru Jawa Timur, seperti di kota Jember, Lu- majang, Probolinggo, dan Malang. Demikianjuga kota Blitar (Siwisang,
2013a),Tulung- agung
(Siwisang, 2013b),Kediri,
Trenggalek (Sudarmojo,2013), dan Ponorogo. Diduga pe-nyebaran tata wilayah model
Blambangan menjadi pesat pada saat Blambangan menjadi istanaMajapahit Timur.
Pada saatitu
para kesatria Blambangan banyak yang diangkat se- bagai pejabat tinggi di pemerintahary sehinggapengaruh Blarnbangan menjadi kuat. Di
Trenggalek, perlghormatanleluhur
yang me-rintis
negaratipe
Blambangandiperingati di Dam
Bagong (Sudarmojo, 2013)untuk
men- doakan Menak Sopal sebagai perintis wilayah tersebut.Arsitektur tata wilayah model Blam-
bangandi
kemudian hari banyak mengilhamitata wilayah
kerajaan Syiwa-Budhadi
JawaTimur,
seperti Kerajaan Singosari (Sukatman, 2073b), Majapahit (Muljana, 2005), dan Blam- banganpasca-Majapahit
(Samsubur, 2011).Kecanggihan
berpikir dan mengatur
negaraBlambangan diduga kuat diperoleh dari
belajar di negeri Angkorwat, Chenla (Kamboja sekarang). Cendekia Chenla
banyak
belajar dari kota kuno Funan Kamboja. Funan selama abadke-3-6 menjadi
bawahan Kekaisaran Cina. Orang-orang Funan dan Chenla banyak belajar dari Brahmana India bernama Kaundi-nya
sejak abab ke-6(Overton,
2014). Kaun-dinya mengajari orang-orang Funan dan
Chenla mengatur negaramodel India, yaitu
tentang bendungan irigasi (dam) dan pertani- qn, tata wilayah, benteng kerajaan, pelabuhan, dan agama Hindu-Syiwa dan Budha yang to- leran dan sinkretis.4.4Kontribusi
Cerita"Sri Tanju ng" bagi
TataWilayah
padaAbad
ModernBerdasarkan
intisari
cerita"Sri
Tanjung"dapat diambil pelaiaran bahwa
untuk
mendi- rikan negara, tata wilahnya mencakupi kompo- nen (a) gunung negara (Argopuro), (b) daerahWidyapanvi,
Volume 43, Nomor 1, Juni 2015pertapaan brahmana, (c) istana dan nlun-nlun, (d) sungai negara (Kalipuro) dan bendungan untuk irigasi, (e) daerah pndepoknn tempat pen-
didikan para
kesatria (Selolembu atau Kan- dhangan),(f)
benteng negara,dan (g)
pela- buhan atau bandar laut.Gunung negara atau
Argopuro
biasanya puncaknya menjadi fokusritual
kepada Syiwadan Dewi Durgha.
Zarnandal'rulu gunung
menjadi tempatritual
agama dan keberadaan- nya dilestarikan dan dijaga agar tidak tercemar.Bagi orang moderry
ini
merupakan pelajaran bahwa puncak gunungtidak
boleh dieksploi- tasi secara membabi buta karena akan menda-tangkan
bahayabanjir, tanah longsor,
dan pengurangan serta pencemaran sumber air.Daerah pertapaan
untuk
seorang brah- manadi
puncakgunung diperlukan
sebagai kediamanpemimpin spiritual
agama Syiwa- Budha. Kenyataanini
mengajarkan kepadamasyarakat modern bahwa tempat
ibadahyar.g tenang, sejuk, dan memiliki
peman- dangan indah akan membantu manusia dalam berkosentrasi dengan baik saat berdoa.Istana
dan ibu kota
negaradifungsikan
sebagai pusat aktivitas negara yang dibangun di lembah gunung. Dalam membangun negara
diperlukan
istana dan halamanrumah
(nltLn- nlun)yangcukup luas. Di tengah halaman dita-nami
tanamanrindang
dan dapat mencipta-kan
susana teduh. Pada zarnandahulu
yang ditanam biasanya pohon beringin sebagai sim- bol sifat bijaksana seperti Budha Gautama. Ma- syarakatmodern
dapat mencontohpola ini,
meskipun tanaman hiasnya tidak harus pohon beringin.Kemudian, perlu dibangun tempat pendi-
dikan
para kesatriauntuk
belajar agama dan belanegara (daerah Selolembu). Pada abad mo- dern tempatini
dapat berupa sekolah, tamanpendidikan
agama,pondok
pesantren, atau lembagapendidikan terentu.
Suatu negeramemiliki pintu
gerbang'pakuncen', atau ben- teng yang difungsikan sebagai pertahanan ne-gara. Pada abad modern, benteng negar.a men-
jadi
relatif, bisa berupapagr
tembok, pagar kawat berduri, pos pertahanan dengan penja-gaan tentara, atau bahkan bandar
uclara dengan pesawat dan pasukan perang bersen- jatanuklir.
Sungai negara atau
"Kalipuro"
difungsi-kan
sebagai bendunganuntuk irigasi
negara agar makmur. Kehidupan masyarakat modernjuga
amat tergantung dengan air, baikuntuk irigasi maupun keperluan keluarga dan in-
dustri. Sungai negara;rang *er-tgalir sampai ke laut diperlukan untuk tnembangunbandar laut sebagai jalur perdagangan clan hubungan luar negeri,disimbolkan
dengan nama"Sri
Tan-iung"
yang maksudnya adalah 'daerah Tan-jung'
(daerah tepi laut). Pada abad modern, pe- labuhan sangatpenting bagi
negara sebagaijalur
transportasilaut
dan perdagangan.Cerita "Sri Tanjung" memberikan pelajar- an bahwa pengembangan wilayah atau negara
perlu mempertimbangkan konsep ramah
lingkungan dan sebaiknya tidak merusak situs- situspenting
(Taufik, 2010). Pada zaman da- hulu pelestarian lingkungan dipelopori oleh pa-ra
brahmana selama berabad-abad lamanya.Para brahmana tinggal dan bertapa c1i gunung (Tattwa, 2003) dan
tidak
menjadi perusak, te- tapi sebaliknya bersimbiosis mutualisma. Bah- kan, brahmana diberi otonomi oleh negara da- lam mengelola lingkungan danini
merupakan bentuk otonomi klasik (Christie, 1.964), seperti pernah terjadi di wilayah Kamal-Pandak di ka- wasan Jember dan Bondowoso. Kepekaan ter- hadap lingkungan merupakanjatidiri
masya- rakat,Balambangankuno, yang diduga
kuatleluhrtr
orang Osing (Kertarajasa, 2013).4.
SimpulanCerita
rakyat "Sri Tanjung"
merupakan mitosilmu
pengetahuan cara membangun dan mengatur wilayah suatu negara model Syiwa- Budha. Sebuah negara yang ideal, memenuhi syarat (a) ada gunung negara, (b) memiliki tem-Cerita Rakyat "Sri Tanjung" dan Kontribuslnya bagi Tata Wilayah Zaman Kerajaan dan Abad Modern
pat pertapaan
di
puncak gunung, (c) mempu-nyai
istana danibu kota
negara,(d)
adanya alun-almt sebagai halaman istana, (e)memiliki
sungai dan bendungan irigasi, (f) tempat pen-didikan
para kesatria, (g)pintu
gerbang atau benteng, dan (h) pelabuhan laut.Situs Gunung Ijen merupakan bukti
pengaturan tata wilayah yang terinspirasi cerita
"Sri Tanjung". Di situs
tersebutditemukan nama-nama desa (1) Alun-alun-Kayumas
(lerengutara),
(2)Tarum
atauKutha Arum
(lereng barat), (3) Watu Lawang (lereng barat dantimur),
(4) Pakuncen dan Bandosa (lereng barat), (5) Watukebo di ierengutara, (6) Kocean (bendungan) yang airnya mengalir ke daerah pantai Tanjungsaridi
Mangaran, Situbondo, dan (7) sungai Kalipuro yang mengalir ke pela- buhan Toyaganda (Banyuwangi)di
Gunung Ijen lereng timur.Tata wilayah model
Blambangan padaawalnya
berkembangdi Banyuwangi,
Situ- bondho, Bondowoso, Jember, Lumajang, pro-bolinggo, dan Malang.
Pada saat Majapahit mencapai kejayaannya, selain di kota tersebu!tata
wilayah model ini juga
berkembangdi Blitar, Kediri,
Tulungagung, dan Trenggalek.Pengetahuan
tentang membangun
negara, khususnya tatawilayah, memiliki
kontribusibagi pengaturan lingkungan pada
abad modern.Daftar
PustakaArura. 2000.
Wnt
is MytltT (On Line) (http://
www.sacredtext.com / bos / bos57
6.htm /
mcap/Myth.htm
Diakses 19 September 2003.Anneahira
.
201,2. Mertgennl Metode Penelitinn Sejnralt. Dalamhttp:/ /www.
anneahira.corn
f
me tode-penelitian-s
ejarah.htm
Diakses 14 J:u/ri 2013.Bogdan, R. dan Biklen. 1982. Qunlitntiae Resenclt for Educntior. Boston:
Allyn
dan Bacon, Inc.Christie, Anthony.
1964. ThePolitical
LIseof
Inryorted Religiott:An
Historicnl Exanplefroru
laaa.ln:
Archiaes de Sociologie desReligions.
N. 1Z
1964.pp.
53-62.Gonzales-Perez,
Margaret.
1990.Myth
and Literattrre ns Polotical ldeology(On
Line){http
:/ f www.Ists.edtt /
1 a/ journal /
ideology/contents.
Diakses 16 Agustus 2003.Donz. Dian.
201,4.Batu Purba
Bondotuoso.D alam http : /
/
diandonz22.blo gsp ot.com/
2073 / 05
/
bptu-purba-di-bondowoso.html Diakses9 Aprll2014.
Faisal, Sanapiah.
1981..Dnsar dnn
TeknikMenyusun Angket. Surabaya:
Usaha Nasional.Foley, John Miles.
1986.Orsl Tradition
inLiternture: lnterpretation in
Context.Columbia: University of Missouri Press.
Giri, Ydga.
2013. BabsdSri
Nararya Kresna Keptkisnn.Dalam
http:/ / blog.isi-dps.
ac. id, / y o ga gir i
/
b ab ad-s ri-narary a-k r e sna-kepakisan-dadya-peladung. Diakses 1B
September 2014.
Hidaya!
Muhammad.
2007. Menengok KenfualiBudaya dan Masyaraknt Megalitik
Bondoruoso,
Berkala Arkeologi Tahun
XXVII Edisi No.l.Yogyakarta: Balai
Arkeologi Yogyakarta.usnul.
2012.Bsrni Megalitikum
Bondowoso.Dalam www.jawatimuran.wordpress.
corn / 2012 / 05 / 26
/
megalitikumbondowoso.Diakses
l2Juru
2013.ikaningtyas. 2010. Menj ej aki Ke agwt gan Ker aj omt
.
Blantbangan.Dalam http:/ /lkaningtyas.
blogspot.c orn
/
2070 _06_01_archive.html.Diakses
2Juli
2013.Kertarajasa, Osing.
2012. Sejarah KernjnanB lan fu an
gan
dalarn h t tp ://o sin gker tar nj a s n.zu or dpre s s. co nt/se j arabker oj aan -blantb an gan/
2072 Diakses 28 Desember 2013.
100
WidyapanUa, Volume 43, Nomor 1, Juni 201520L3. Sejarah
Asnl Uurl
Suktt OsingB nnyutunngi. http:
/ /
forum-blambangan.blo gspot.c om
/
2013/
08/ sejarah-asal-usul- suku-osing-banyuwangi.html
Diakses 20 September 201,4.Laurentiadewi.
2012. Cnndi Suroutono (Pare/Kediri): Relief Sri Tnnjung
Terbnik dnn Adegnn Sehnri-lmri,Ada di sini! Dalam
http : / / laurentiadewi .corn / 17 645 Diakses 27 September 2014.
Miles, Matthew B. dan Fluberman, A. Michael.
1994. Qunlitntizte Dntn Annlysis, London:
Sage Publications.
Muljana, Slamet. 2005. Menuju
PuncnkKemegahan: Sej arnh Keraj nnn Mnj npahit.
Yogyakarta: LKIS. Cetakan Pertama. 2005.
Overton, Leonard
C.
2014. Canfuodin.http:/ /
www.britannica.com/
EBchecked/
topic/
90520
/
Cambodia/
1,29475/ History
(29 September 2014).Oden, Robert A.1992. Myth nnd Mytlrclogy (On line). (http:
/
/ www2.centenary.edu) Pemkabbanyuwangi.
201.4. Sej arnh Kabup ntenB anytnuangi. Dalam hLtp: / / barryuwangikab.
goJd / pr
ofil/
sejarah-singkat.html Diakses 28 September 201.4.Pramana, Andre.
2011,. Benda Peninggalan Prasejaralt MasnMegnlithikuru di
SittLsPnkaurunn Bondoutoso" Da1am
http:/ /
andremilo s27
.blogspot.comf
2011/ 07/
benda-p ening galan-p ras
ejarah-
masa.html. Diakses
9 Aprll2014.
Samsubur. 2011,. Sejnrnh Kernjnnn Blnmbnngnn.
Cetatan Pertama. Surabaya: Penerbit
Paramita.Siwisang.
201.3a. Lodoyong.Dalam http:/ /
sejarah.kompasiana. corn/ 20L3
/
03/12/
lodoyong - 541945.html Diakses
1.6Agustus 2014.
2013b. Sejarnh Tulwrgngung,
dalam
http :/ /
sejar ah.komp asian a.corn/
2013/
08/03/ken-arok-S81433.html Diakses 16 September 2014.
Soedjatmoko. 1986. Dinrcnsi Mnnusin dnlmn Pentbnngunan. J akar ta: LP3EST
Sudarmojo, Slamet Agus. 2013. "Ritttnl lnrung
wrtuk
Rsden Mennk Sopnltli
Trenggalek"dalam http: / f www.antaranews.
cornf berita/
395606 / r ltual-larung-untuk-raden- menak-sopa1-di-trenggalek. Diakses 16Oktober 2014.
Sukatman.
201,1,.Mitos
dslnmTradisi
LisnnI t t don e s i n. Jember:'Center of Socia I Srudies.
2013a.
"Mitos-mitos dalam
Traclisi PencitraanAktivitas Politik
Indonesia."Dalam
Folklor dnn Folklife (Endraswara, Ed). Yogyakarta: Penerbit Gress.2013b. Mitos larun dan Aktittitas Politik lndonesin. Yogyakarta: Penerbit Gress.
Suryanto, Diman.
2002.Poln
Pemrtkirunn Prnsejarnh Knjinn atns Dntn Hnsil Penelitisn Megalitik di Pekmnnnn, Bondoutoso. BerkalaArkeologi
TahunXXI
No.1. Yogyakarta:Balai Arkeologi Yogyakarta.
Tattwa, Siddhimantra.
2003. BnbndMnnik
Angkernn (Terjemahan).Dalam http:/ /
www.babadbali.com/
pustaka / babad/
manikangkeranl.htm. Diakses
16 September 2014.Taufik, Rahman.
2010.lnlur Lintns
SelntnnAncnm Keberndnnn Sittts Neolitikunt
B nnytnu nn
gi.
http :/ / www. republika.
co.id/ berita/ breaking-news/ nasional/
10
/
06/
0B/ 1 1BB51-jalur-lintas-selatan- ancam-keberadaan-situs-neolitikum-
banyuwangi Diakses 16 Sepetemb er. 201,4.Vaughan, Paula. 2002.
Wnt
is Mytlt? (On Line) (http :/ /
rnemorensis.net/ anthromyth/
paper/ Myth.htm Diakses 14 Oktober
2003.
Wacananusantara. 2010. Kernjnan Blnnrbongnn, Sej
arnh dnn
Perkembnngnnnyn.Dalatn
Cerita Rakyat "Sri Tanjung" dan Kontribusinya bagi Tata Wilayah Zaman Kerajaan dan Abad Modern 101
http: / / www.wacananus antara.org/
kerajaan-blambangan/ Diakses
1,7Oktober 2014.
IIFIS.
2007. Penatnan Ruangdalam http:/ /
www. penataanrua ng.corn