BERBASIS JARINGAN KOMPUTER
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
YOEHAR TUBAGUS SYAIFULLAH
NPM. 0534010280
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN” JAWA TIMUR S U R A B A Y A
Pembimbing II : Basuki Rahmat, S.Si, MT Penyusun : Yoehar Tubagus Syaifullah
ABSTRAK
Dalam era modern ini penggunaan perangkat lunak merupakan sebuah kebutuhan yang sangat penting. Salah satu contoh penerapan perangkat lunak tersebut yaitu digunakan dalam mengatur perparkiran. Penerapan sistem perparkiran digunakan untuk mempermudah pendataan kendaraan yang masuk dan keluar area parkir dan pembuatan laporan yang tertata secara rapi. Selain penggunaan perangkat lunak dibutuhkan dukungan perangkat keras agar perangkat lunak tersebut dapat bekerja secara maksimal. Dengan memanfaatkan teknologi RFID yang telah terbukti kemampuannya diharapkan dapat membantu keamanan sistem parkir yang akan dibahas oleh peneliti.
Implementasi dari sistem ini membutuhkan sebuah reader RFID dan tag RFID. Setiap pemilik kendaraan akan diwajibkan mendaftarkan diri untuk mendapatkan sebuah kartu parkir (tag RFID). Setiap kali pemilik kendaraan masuk dan keluar area parkir diwajibkan mendekatkan RFID tag ke jangkauan RFID reader, jika data yang ditampilkan sama maka pengendara boleh masuk atau keluar area parkir.
Dengan penggunaan RFID dalam aplikasi sitem parkir ini dapat mempermudah petugas melakukan pelayanan dan pengecekan proses masuk dan keluar area parkir serta pembuatan laporan yang tertata rapi.
Syukur Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin terucap ke hadirat Allah SWT atas
segala limpahan Kekuatan-Nya sehingga dengan segala keterbatasan waktu,
tenaga, pikiran dan keberuntungan yang dimiliki penyusun, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Aplikasi RFID (Radio Fr equency
Identification) Penunjang Sistem Keamanan Park ir Ber basis J ar ingan
Komputer” tepat waktu.
Skripsi dengan beban 4 SKS ini disusun guna diajukan sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan program Strata Satu (S1) pada jurusan Teknik
Informatika, Fakultas Teknologi Industri, UPN ”VETERAN” Jawa Timur.
Melalui Skripsi ini penyusun merasa mendapatkan kesempatan emas untuk
memperdalam ilmu pengetahuan yang diperoleh selama di bangku perkuliahan,
terutama berkenaan tentang penerapan teknologi perangkat bergerak. Namun,
penyusun menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk
pengembangan aplikasi lebih lanjut.
Surabaya, Juni 2010
Selama pelaksanaan Tugas Akhir dan dalam penyelesaian penulisan
laporan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Ir. Teguh Sudarto, MM selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Ir. Sutiyono. MT, selaku dekan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Basuki Rahmat. S,Si, MT, selaku Kepala Jurusan Teknik
Informatika Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
sekaligus dosen pembimbing pendamping yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan bimbingan selama pelaksanaan Tugas Akhir.
4. Bapak Prof. Dr. Ir H. Akhmad Fauzi, MMT selaku dosen wali dan dosen
pembimbing utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan selama pelaksanaan Tugas Akhir.
5. Bapak Moh. Irwan Afandi, ST, MSC, Bapak Ir. M. Rochmad, MT, Ibu
Intan Yuniar Purbasari, S.Kom, Bapak Nur Cahyo Wibowo S.Kom,
M.Kom dan Bapak Achmad Junaidi S.Kom selaku dosen penguji sidang
tugas akhir dan lisan yang telah memberikan banyak kritik dan saran serta
memberikan wawasan yang lebih luas.
6. Seluruh dosen teknik informatika yang telah memberikan ilmu, wawasan,
tenaga dan waktunya dalam mengembangkan wawasan serta ilmu
ini tidak akan sia-sia dan aku akan memberikan yang terbaik.
8. Buat sahabat dan teman-temanku, terima kasih telah menjadi sahabat dan
teman yang baik buat aku. Prapti Akhiriningsih, Eka Wijaya Kurniawan,
Rizal Hakim, Bagus Burhanun Na’im, Ibrahim tauhid, Ibnoe Qoyim,
Muslim (Terima kasih telah memberikan suport buat aku), Ricky Hedi
Aprianto, Ferry Syaifullah Arifin, Ahmad Naiim, M. Bagus Kurniawan,
Dedy Budiawan, Dodik Irmawan, Dido, Vidi, Khoirul Huda, Sari, Yogie
(ayo ndang nyusul), dan teman-teman semua yang belum disebutkan,
terima kasih banyak atas do’a dan nasehatnya. Sukses selalu buat semua.
9. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya masih terdapat banyak kekurangan dalam
penyelesaian penulisan laporan Tugas Akhir ini. Segala kritik saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan dari semua pihak, guna perbaikan dan
pengembangan dimasa yang akan datang. Akhirnya besar harapan penulis agar
laporan ini dapat diterima dan berguna bagi semua pihak. Amin…
Surabaya, Juni 2010
ABSTRAK ... i
2.1 Radio Frequency Identification (RFID) ... 8
2.1.1 Komponen-komponen utama sistem RFID ... 10
2.1.2 Frekuensi radio sebagai karakteristik operasi sistem RFID ... 16
2.1.3 Kategori sistem RFID ... 18
2.1.4 Pemanfaatan teknologi RFID ... 19
2.2 Smart Card ... 25
2.2.1 Contact Smart Card ... 26
2.2.2 Contactless Smart Card ... 26
2.3 Jaringan Komputer ... 29
2.3.1 Sejarah Jaringan Komputer ... 29
2.3.2 Jenis Jaringan Komputer ... 31
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM ... 47
3.5.1 Perancangan Muka Petugas ... 64
3.5.2 Perancangan Muka Admin ... 67
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM ... 70
4.1. Lingkungan Implementasi ... 70
4.3.9. Form Add / Edit Data Kendaraan ... 81
4.3.10.Form Data Petugas ... 82
4.3.11.Form Add / Edit Data Petugas ... 83
4.3.12.Form Data RFID ... 84
4.3.13.Form Add / Edit Data RFID ... 84
4.3.14.Form Konfigurasi RFID ... 85
4.3.15.Form Konfigurasi Kamera ... 86
4.3.16.Form Maksimal Jumlah Kendaraan ... 86
4.3.17.Form Laporan Parkir ... 87
4.3.18.Form Laporan Kendaraan Belum Keluar ... 87
4.3.19.Form Grafik ... 88
5.3.1. Uji Coba Setting Port dan Setting Kamera ... 90
5.3.2. Uji Coba Parkir Masuk User Telah Terdaftar ... 93
5.3.3. Uji Coba Parkir Masuk User Belum Terdaftar ... 93
5.3.4. Uji Coba Parkir Keluar ... 96
5.3.5. Uji Coba Kartu Tidak Cocok ... 98
5.3.6. Uji Coba User Memiliki Lebih Dari Satu Kendaraan ... 98
5.3.7. Uji Coba Error Handling ...100
BAB VI PENUTUP ...102
6.1. Kesimpulan ...102
6.2. Saran ...102
Gambar 2.1. Komponen Utama Sistem RFID ……….. 10
Gambar 2.2. Tag RFID ………... 11
Gambar 2.3. Reader RFID ………. 14
Gambar 2.4. Basis Data Pada Sistem RFID ………... 15
Gambar 2.5. Jaringan Komputer Model TSS ……… 30
Gambar 2.6. Jaringan Komputer Model Distributed Processing ……….. 31
Gambar 2.7. Topologi BUS ……….. 36
Gambar 2.8. Topologi Token RING ……… 37
Gambar 2.9. Topologi STAR ……… 38
Gambar 2.10. Contoh ethernet address ……….……… 40
Gambar 2.11. Jaringan dengan media 10Base5 ……… 42
Gambar 2.12. Struktur 10Base5 ……… 42
Gambar 2.13. Jaringan dengan media 10Base2 ……… 43
Gambar 2.14. Struktur 10Base2 ……… 43
Gambar 2.15. Jaringan dengan media 10BaseT ……… 44
Gambar 2.16. Struktur 10BaseT ……… 44
Gambar 2.17. Struktur 10BaseF ………. 46
Gambar 2.18. Foto NIC jenis 10Base5, 10Base2, dan 10BaseT ………... 46
Gambar 3.1 Mekanisme Sistem Parkir ………. 48
Gambar 3.7 Flowchart Pintu Keluar ……….. 58
Gambar 3.8 CDM (Conceptual Data Model) ……… 59
Gambar 3.9 PDM (Physical Data Model) ……….. 60
Gambar 3.10 Tampilan Login ………. 65
Gambar 3.14 Form Master Data User ……… 67
Gambar 3.15 Form Master Data Kendaraan ………. 67
Gambar 3.16 Form Master Data Petugas ………... 68
Gambar 3.17 Form Master Data RFID ……….. 68
Gambar 3.18 Form Konfigurasi Maksimal Data Kendaraan ……… 69
Gambar 3.19 Form Laporan Sistem Parkir ……… 69
Gambar 4.1 Komponen Serial Port ... 71
Gambar 4.2 Pseudocode Pengecekan Port Yang Sedang Terbuka ... 72
Gambar 4.3 Pseudocode Pembacaan Data dari RFID ke VB.NET ... 72
Gambar 4.4 Komponen Timer VB.NET ... 73
Gambar 4.5 Pseudocode Pengecekan Timer ... 73
Gambar 4.6 Pseudocode Pengecekan kamera yang terhubung ... 74
Gambar 4.7 Pseudocode Aktifkan kamera ... 74
Gambar 4.8 Pseudocode Nonaktifkan kamera ... 74
Gambar 4.9 Pseudocode Pengambilan gambar dari webcam ... 75
Gambar 4.10 Tampilan Login ... 76
Gambar 4.11 Tampilan formparkir masuk ... 77
Gambar 4.12 Tampilan form input parkir masuk ... 78
Gambar 4.13 Tampilan form parkir keluar ... 78
Gambar 4.14 Tampilan form input parkir keluar ……….. 79
Ganbar 4.15 Tampilan FormData User ………. 80
Gambar 4.16 Tampilan Form Add Data User ……… 80
Gambar 4.17 Tampilan Form Edit Data User ……… 81
Gambar 4.18 Tampilan Form Data Kendaraan ……….. 81
Gambar 4.19 Tampilan Form Add Data Kendaraan ……….. 82
Gambar 4.20 Tampilan Form Edit Data Kendaraan ……….. 82
Gambar 4.21 Form Data Petugas ……….. 83
Gambar 4.22 Tampilan Form Add Data Petugas ……….. 83
Gambar 4.23 Tampilan Form Edit Data Petugas ……….. 84
Gambar 4.27 Konfigurasi RFID ……… 86
Gambar 4.28 Tampilan Form Konfigurasi Kamera ……….. 86
Gambar 4.29 Tampilan Form Maksimal Kendaraan ………. 87
Gambar 4.30 Tampilan Form Laporan Parkir ………... 87
Gambar 4.31 Tampilan Form Laporan Kendaraan Belum Keluar ……… 88
Gambar 4.32 Tampilan Form Grafik ………. 88
Gambar 4.33 Form Utama ………. 89
Gambar 5.1 Pengecekan port ... 91
Gambar 5.2 FormKonfigurasiRFID ... 92
Gambar 5.3 form Kamera ... 92
Gambar 5.4 Tampilan Form Parkir Masuk ... 93
Gambar 5.5 Tampilan FormInput Parkir Masuk ... 94
Gambar 5.6 Tampilan Menu Registrasi User Baru ... 95
Gambar 5.7 Tampilan Form Tambah Data User Baru ... 95
Gambar 5.8 Tampilan Form Tambah Data Kendaraan ... 96
Gambar 5.9 Tampilan Form Parkir Keluar ... 97
Gambar 5.10 Tampilan FormInput Parkir Keluar ... 97
Gambar 5.11 Tampilan Form Input Parkir Masuk Kendaraan Lebih Dari Satu ... 99
Tabel 2.1. Karakteristik Umum Tag RFID ……… 13
Tabel 2.2. Frekuensi RFID yang Umum Beroperasi pada Tag ………. 18
Tabel 2.3. Hubungan referensi model OSI dengan protokol Internet ………… 34
Tabel 2.4. Badan pekerja di IEEE ………. 35
Tabel 2.5. Keuntungan dan kerugian Topologi BUS ………. 36
Tabel 2.6. Keuntungan dan kerugian Topologi Token RING ……… 37
Tabel 2.7. Keuntungan dan kerugian Topologi STAR ……….. 38
Tabel 2.8. Daftar vendor terkenal chip Ethernet ……… 41
Tabel 2.9. Jenis kabel UTP dan aplikasinya ……….. 45
Tabel 3.1 Tabel T_Kendaraan ……… 61
Tabel 3.2 Tabel T_Parkir_Keluar ……….. 62
Tabel 3.3 Tabel T_Parkir_Masuk ……….. 62
Tabel 3.4 Tabel T_Petugas ………. 63
Tabel 3.5 Tabel T_RFID ………. 63
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Belakangan ini penggunaan perangkat lunak menjadi suatu kebutuhan bagi
perusahaan besar maupun perusahaan kecil dalam mendukung operasional
perusahaan. Keberadaan komputer dalam mendukung kegiatan operasional
perusahaan telah meningkatkan efisiensi tenaga dan waktu.
Salah satu penerapan perangkat lunak yang sering dijumpai dalam
kegiatan sehari-hari adalah penerapan perangkat lunak dalam mengatur
perparkiran di mall, kantor, hotel, kampus dll. Akhir-akhir ini hampir seluruh
mall, kantor, hotel dan kampus yang ada di kota Surabaya ini sudah menggunakan
penerapan perangkat lunak untuk mengatur proses perparkiran. Perangkat lunak
tersebut sering disebut dengan Sistem Informasi Perparkiran.
Sebelumnya jika menggunakan proses manual untuk melakukan proses
pencatatan kendaraan yang masuk dan keluar terdapat beberapa kekurangan,
diantaranya yaitu data yang dicatat pada lembaran kertas tersebut dapat hilang,
kotor, sobek ataupun tulisan dari petugas parkir masuk tidak jelas sehingga
menyulitkan petugas yang berada di pintu keluar. Maka untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan tersebut, banyak perusahaan pengelolaan perparkiran
telah beralih menggunakan perangkat lunak. Data kendaraan yang masuk dan
di-input tersebut, program komputer akan menganalisis dan memberikan berbagai
laporan yang dibutuhkan.
Selain penggunaan perangkat lunak, dibutuhkan juga dukungan dari
perangkat keras yang dapat menunjang kinerja dari perangkat lunak agar dapat
bekerja secara maksimal. Mungkin penggunaan perangkat keras yang bernama
Radio Frequency Identification atau sering disebut RFID sudah tidak asing lagi.
Kinerjanya yang dapat mengenali sebuah identitas yang unique dan kemungkinan
duplikat sangat kecil serta memiliki daya tahan terhadap goresan, panas maupun
medan magnet menjadikannya sebuah alasan untuk digunakan oleh para
pengembang perangkat keras.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk menggunakan perangkat
tersebut untuk membantu keamanan sistem perparkiran. Oleh karena itu penulis
memilih tugas akhir dengan judul “Aplikasi RFID Penunjang Sistem
Keamanan Park ir Ber basis J ar ingan Komputer”.
1.2. Per umusan Masalah
Untuk dapat menyelesaikan itu semua maka dalam tugas akhir ini akan
dibahas beberapa pokok, antara lain :
a. Pembuatan aplikasi sistem informasi perparkiran dengan menggunakan
bahasa pemrograman Visual Basic .NET 2005 dan database Microsoft SQL
Server 2005 Express Edition.
b. Proses penggunaan RFID dalam bahasa pemrograman Visual Basic .NET
c. Proses penggunaan webcam dalam bahasa pemrograman Visual Basic .NET
2005 sebagai alat bantu verifikasi identitas user.
1.3. Batasan Masalah
Pada tugas akhir kali ini akan dilakukan pembahasan mengenai hal sebagai
berikut :
a. Teori dan cara penggunaan RFID reader yang akan digunakan untuk
membaca RFID tag yang terdapat pada kartu parkir untuk diolah datanya.
b. Pembuatan perangkat lunak sistem parkir pada modul pintu masuk, pintu
keluar dan server.
c. Sistem parkir ini tidak menggunakan print out sebagai laporannya tetapi
hanya berupa database saja.
d. Sistem parkir ini hanya bisa mendeteksi identitas pengguna yang telah
didaftarkan sebelumnya.
1.4. Tujuan
Tujuan obyektif yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah
merancang dan membuat sebuah aplikasi RFID sebagai penunjang sistem
keamanan parkir berbasis jaringan komputer sehingga dapat mempermudah
petugas mengawasi kendaraan yang masuk dan keluar area parkir.
1.5. Manfaat
2. Mempermudah petugas mencocokan data kendaraan yang telah tercatat
dengan data kendaraan asli.
3. Mengurangi kemungkinan gangguan pencurian kendaraan bermotor
(CURANMOR).
4. Mengetahui detil histori waktu masuk dan waktu keluar kendaraan sehingga
dapat membantu pembuatan laporan yang tertata rapi.
5. Mengetahui jumlah dan data kendaraan yang belum keluar dari area parkir.
1.6. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini meliputi
beberapa bagian, yaitu :
1.6.1. Tinjauan pusataka
Tinjauan pustaka ini meliputi studi mengenai teori, instruksi-instruksi dan
fitur-fitur dari Mikrokontroller Atmega16. Cara kerja Sensor Cahaya
(LDR), LED, dan LCD.
1.6.2. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dilakukan meliputi pengumpulan data
Mikrokontroller Atmega16, Sensor Cahaya (LDR), LED, LCD.
1.6.3. Perencanaan perangkat keras
Perencanaan perangkat keras pada sistem ini meliputi :
1) Perencanaan perangkat keras pada pintu masuk parkir.
3) Perencanaan perangkat keras pada server.
1.6.4. Perencanaan perangkat lunak
Perencanaan perangkat lunak pada sistem ini meliputi :
1) Perencanaan perangkat lunak pada pintu masuk parkir.
2) Perencanaan perangkat lunak pada pintu keluar parkir.
3) Perencanaan perangkat lunak pada server.
1.6.5. Pembuatan perangkat keras
Pembuatan perangkat keras pada sistem ini meliputi :
1) Pembuatan perangkat keras pada pintu masuk parkir.
2) Pembuatan perangkat keras pada pintu keluar parkir.
3) Pembuatan perangkat keras pada server.
1.6.6. Pembuatan perangkat lunak
Pembuatan perangkat lunak pada sistem ini meliputi :
1) Pembuatan perangkat lunak pada pintu masuk parkir.
2) Pembuatan perangkat lunak pada pintu keluar parkir.
3) Pembuatan perangkat lunak pada server.
1.6.7. Pengujian sistem
Pengujian sistem pada tugas akhir ini akan dilakukan dengan menguji
sistem seperti pada saat sistem parkir tersebut akan digunakan pada kondisi
1.6.8. Pengambilan kesimpulan
Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan
terhadap sistem yaitu meliputi kesimpulan terhadap identifikasi kartu parkir
yang akan diolah oleh perangkat lunak.
1.6.9. Penulisan laporan tugas akhir
Penulisan laporan tugas akhir diambil dari hal-hal yang telah dilakukan
selama pengerjaan mulai dari awal hingga selesai pengerjaan.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan disajikan dalam enam bab
dengan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika
penulisan pembuatan tugas akhir ini.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang teori-teori serta
penjelasan-penjalasan yang dibutuhkan dalam pembuatan Perancangan Sistem
Aplikasi RFID Penunjang Sistem Keamanan Parkir Berbasis
BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
Bab ini dijelaskan tentang garis besar dan fokus dari rancangan
aplikasi, juga berisi tentang alur proses program serta hal-hal yang
diperlukan dalam implementasi. Seperti, Flowchart, Data Flow
Diagram (DFD), Entity Relational Diagram (ERD), dan Desain
Antar muka.
BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM
Pada bab ini berisikan bagaimana implementasi aplikasi yang telah
dibuat berdasarkan desain sebelumnya yang telah dibuat.
BAB V UJ I COBA DAN EVALUASI
Pada bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan uji coba dan
evaluasi dari pelaksanaan uji coba dari program yang dibuat. Uji
coba program dapat dilakukan pada akhir dari tahap-tahap analisa
sistem, desain sistem dan tahap penerapan sistem atau
implementasi sistem. Sasaran dari uji coba program adalah untuk
menemukan kesalahan-kesalahan dari program yang mungkin
terjadi sehingga dapat segera diperbaiki.
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penganalisaan
data dalam bab-bab sebelumnya. Juga berisi tentang saran-saran
yang diharapkan dapat bermanfaat dan sesuai dengan tujuan
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1Radio-Frequency Identification (RFID)
RFID adalah sebuah teknologi compact wireless yang diunggulkan untuk
mentransformasi dunia komersial. RFID adalah sebuah teknologi yang
memanfaatkan frekuensi radio untuk identifikasi otomatis terhadap obyek-obyek
atau manusia. Kenyataan bahwa manusia amat terampil dalam mengidentifikasi
obyek-obyek dengan kondisi lingkungan yang berbeda-beda menjadi motivasi
dari teknologi ini. Sebagai contoh, seseorang yang mengantuk dapat dengan
mudah mengambil secangkir kopi di atas meja sarapan yang berantakan di pagi
hari. Sementara itu, komputer sangatlah lemah dalam melakukan tugas-tugas
demikian. RFID dapat dipandang sebagai suatu cara untuk pelabelan obyek-obyek
secara eksplisit untuk memfasilitasi “persepsi” mereka dengan menggunakan
peralatan-peralatan komputer [1]. Menurut [2], RFID adalah teknologi
penangkapan data yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengidentifikasi,
melacak dan menyimpan informasi dalam tag RFID.
Perhatian terhadap RFID dalam lingkungan media massa maupun
akademis yang populer telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu
buktinya adalah usaha dari organisasi-organisasi besar seperti Wal-Mart, Procter
and Gamble, serta Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk menggunakan
mereka. Harga tag yang menurun dan standardisasi yang dinamis telah
menyebabkan kita berada pada ambang ledakan penggunaan RFID [1].
Para pengamat RFID menganggap RFID sebagai suksesor dari barcode
optik yang banyak dicetak pada barang dagangan dengan dua keunggulan
pembeda [1]:
1. Identifikasi yang unik: Sebuah barcode mengindikasikan tipe obyek
tempat ia dicetak, misalnya “Ini adalah sebatang coklat merek ABC dengan
kadar 70% dan berat 100 gram”. Sebuah tag RFID selangkah lebih maju
dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang
identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini adalah sebatang coklat
merek ABC dengan kadar 70% dan berat 100 gram, nomor seri 897348738”.
Identifier yang unik dalam RFID dapat berperan sebagai pointer terhadap
entri basis data yang menyimpan banyak histori transaksi untuk item-item
individu.
2. Otomasi: Barcode di-scan secara optik, memerlukan kontak line-of-sight
dengan reader, dan tentu saja peletakan fisik yang tepat dari obyek yang
di-scan, kecuali pada lingkungan yang benar-benar terkontrol. Scanning
terhadap barcode memerlukan campur tangan manusia. Sebaliknya, tag-tag
RFID dapat dibaca tanpa kontak line-of-sight dan tanpa penempatan yang
presisi. Reader RFID dapat melakukan scan terhadap ratusan tag perdetik.
Sebagai suksesor dari barcode, RFID dapat melakukan kontrol otomatis
pengendalian inventaris (inventory control), logistik dan manajemen rantai suplai
(supply chain management).
2.1.1 Komponen-komponen utama sistem RFID
Secara garis besar sebuah sistem RFID terdiri atas tiga komponen utama,
yaitu tag, reader, dan basis data (Gambar 2.1). Secara ringkas, mekanisme kerja
yang terjadi dalam sebuah sistem RFID adalah bahwa sebuah reader frekuensi
radio melakukan scanning terhadap data yang tersimpan dalam tag, kemudian
mengirimkan informasi tersebut ke sebuah basis data yang menyimpan data yang
terkandung dalam tag tersebut [2].
Gambar 2.1. Komponen Utama Sistem RFID [2].
Sistem RFID merupakan suatu tipe sistem identifikasi otomatis yang
bertujuan untuk memungkinkan data ditransmisikan oleh peralatan portable yang
disebut tag, yang dibaca oleh suatu reader RFID dan diproses menurut kebutuhan
dari aplikasi tertentu. Data yang ditrasmisikan oleh tag dapat menyediakan
informasi identifikasi atau lokasi, atau hal-hal khusus tentang produk-produk
ber-tag, seperti harga, warna, tanggal pembelian, dan lain-lain. Penggunaan RFID
1980-an. RFID segera mendapat perhatian karena kemampuannya untuk melacak
obyek-obyek bergerak. Seiring semakin canggihnya teknologi, semakin meluas
pula penggunaan tag RFID [3].
Sebuah tag RFID atau transponder, terdiri atas sebuah mikro (microchip)
dan sebuah antena (Gambar 2.2). Chip mikro itu sendiri dapat berukuran sekecil
butiran pasir, seukuran 0,4 mm. Chip tersebut menyimpan nomor seri yang unik
atau informasi lainnya tergantung kepada tipe memorinya. Tipe memori itu sendiri
dapat read-only, read-write, atau write-once read-many. Antena yang terpasang
pada chip mikro mengirimkan informasi dari chip ke reader. Biasanya rentang
pembacaan diindikasikan dengan besarnya antena. Antena yang lebih besar
mengindikasikan rentang pembacaan yang lebih jauh. Tag tersebut terpasang atau
tertanam dalam obyek yang akan diidentifikasi. Tag dapat di-scan dengan reader
bergerak maupun stasioner menggunakan gelombang radio [2].
Gambar 2.2. Tag RFID [2].
Tag RFID sangat bervariasi dalam hal bentuk dan ukuran. Sebagian tag
mudah ditandai, misalnya tag anti-pencurian yang terbuat dari plastik keras yang
dipasang pada barang-barang di toko. Tag untuk tracking hewan yang ditanam di
Bahkan ada tag yang lebih kecil lagi yang telah dikembangkan untuk ditanam di
dalam serat kertas uang [3].
Tag versi paling sederhana adalah tag pasif, yaitu tag yang tidak memiliki
catu daya sendiri serta tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader.
Sebagai gantinya, tag merespon emisi frekuensi radio dan menurunkan dayanya
dari gelombang-gelombang energi yang dipancarkan oleh reader. Sebuah tag
pasif minimum mengandung sebuah indentifier unik dari sebuah item yang
dipasangi tag tersebut. Data tambahan dimungkinkan untuk ditambahkan pada
tag, tergantung kepada kapasitas penyimpanannya [2].
Dalam keadaan yang sempurna, sebuah tag dapat dibaca dari jarak sekitar
10 hingga 20 kaki. Tag pasif dapat beroperasi pada frekuensi rendah (low
frequency, LF), frekuensi tinggi (high frequency, HF), frekuensi ultra tinggi
(ultrahigh frequency, UHF), atau gelombang mikro (microwave). Contoh aplikasi
tag pasif adalah pada sistem angkutan masal (Mass Rapid Transit - MRT),
autentikasi masuk gedung, dan barang-barang konsumsi [2].
Harga tag pasif lebih murah dibandingkan harga tag versi lainnya.
Perkembangan tag murah ini telah menciptakan revolusi dalam pengadopsian
RFID dan memungkinkan penggunaannya dalam skala yang luas baik oleh
organisasi-organisasi pemerintah maupun industri [2].
Tag semipasif adalah versi tag yang memiliki catu daya sendiri (baterai)
tetapi tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader. Dalam hal ini baterai
digunakan oleh tag sebagai catu daya untuk melakukan fungsi lain seperti
untuk memfasilitasi penyimpanan informasi. Tag versi ini tidak secara aktif
memancarkan sinyal ke reader. Sebagian tag semipasif tetap dalam keadaan siap
(stand by) hingga menerima sinyal dari reader. Tag semipasif dapat dihubungkan
dengan sensor untuk menyimpan informasi pada peralatan keamanan kontainer
[2].
Tag aktif adalah tag yang selain memiliki antena dan chip juga memiliki
catu daya dan pemancar serta mengirimkan sinyal kontinu. Tag ini biasanya
memiliki kemampuan baca-tulis, dalam hal ini data tag dapat ditulis-ulang atau
dimodifikasi. Tag aktif dapat menginisiasi komunikasi dan dapat berkomunikasi
pada jarak yang lebih jauh, hingga 750 kaki, bergantung pada daya baterainya.
Harga tag ini merupakan yang paling mahal dibandingkan versi lainnya [2].
Tabel 2.1. Karakteristik Umum Tag RFID [2].
Tag Pasif Tag Semipasif Tag Aktif
Catu Daya eksternal (dari reader)
Baterai internal baterai internal
Rentang Baca Dapat mencapai 20 kaki
dapat mencapai 100 kaki
dapat mencapai 750 kaki
Tipe Memori umumnya read-only
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa tag memiliki tipe memori
yang bervariasi yang meliputi read-only, read/write, dan write-once read-many.
Tag read-only memiliki kapasitas memori minimal (biasanya kurang dari 64 bit)
dan mengandung data yang terprogram permanen sehingga tidak dapat diubah.
identifikasi item. Tag dengan tipe memori seperti ini telah banyak digunakan di
perpustakaan dan toko persewaan video. Tag pasif biasanya memiliki tipe memori
seperti ini [2].
Pada tag dengan tipe memori read/write, data dapat dimutakhirkan jika
diperlukan. Sebagai konsekuensinya kapasitas memorinya lebih besar dan
harganya lebih mahal dibandingkan tag read-only. Tag seperi ini biasanya
digunakan ketika data yang tersimpan di dalamnya perlu pemutakhiran seiring
dengan daur hidup produk, misalnya di pabrik [2].
Tag dengan tipe memori write-onceread-many memungkinkan informasi
disimpan sekali, tetapi tidak membolehkan perubahan berikutnya terhadap data.
Tag tipe ini memiliki fitur keamanan read-only dengan menambahkan
fungsionalitas tambahan dari tag read/write [2].
Untuk berfungsinya sistem RFID diperlukan sebuah reader atau alat
scanning-device yang dapat membaca tag dengan benar dan mengomunikasikan
hasilnya ke suatu basis data (Gambar 2.3).
Gambar 2.3. Reader RFID [2].
Sebuah reader menggunakan antenanya sendiri untuk berkomunikasi
dirancang pada frekuensi tersebut serta berada pada rentang bacanya akan
memberikan respon. Sebuah reader juga dapat berkomunikasi dengan tag tanpa
line-of-sight langsung, tergantung kepada frekuensi radio dan tipe tag (aktif, pasif,
atau semipasif) yang digunakan. Reader dapat memproses banyak item sekaligus.
Menurut bentuknya, reader dapat berupa reader bergerak seperti peralatan
genggam, atau stasioner seperti peralatan point-of-sale di supermarket. Reader
dibedakan berdasarkan kapasitas penyimpanannya, kemampuan pemrosesannya,
serta frekuensi yang dapat dibacanya [2].
Basis data merupakan sebuah sistem informasi logistik pada posisi
back-end yang bekerja melacak dan menyimpan informasi tentang item ber-tag
(Gambar 2.4). Informasi yang tersimpan dalam basis data dapat terdiri dari
identifier item, deskripsi, pembuat, pergerakan, dan lokasinya. Tipe informasi
yang disimpan dalam basis data dapat bervariasi bergantung kepada aplikasinya.
Sebagai contoh, data yang disimpan pada sistem pembayaran tol akan berbeda
dengan yang disimpan pada rantai suplai. Basis data juga dapat dihubungkan
dengan jaringan lainnya seperti local area network (LAN) yang dapat
menghubungkan basis data ke Internet. Konektivitas seperti ini memungkinkan
sharing data tidak hanya pada lingkup basis data lokal [2].
2.1.2 Fr ekuensi r adio sebagai kar akter istik oper asi sistem RFID
Pemilihan frekuensi radio merupakan kunci kerakteristik operasi sistem
RFID. Frekuensi sebagian besar ditentukan oleh kecepatan komunikasi dan jarak
baca terhadap tag. Secara umum, tingginya frekuensi mengindikasikan jauhnya
jarak baca. Pemilihan tipe frekuensi juga dapat ditentukan oleh tipe aplikasinya.
Aplikasi tertentu lebih cocok untuk salah satu tipe frekuensi dibandingkan dengan
tipe lainnya karena gelombang radio memiliki perilaku yang berbeda-beda
menurut frekuensinya. Sebagai contoh, gelombang LF memiliki kemampuan
penetrasi terhadap dinding tembok yang lebih baik dibandingkan dengan
gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi, tetapi frekuensi yang lebih tinggi
memiliki laju data (data rate) yang lebih cepat.
Di Amerika Serikat, Federal Communications Commission (FCC)
mengatur alokasi band frekuensi untuk penggunaan komersial, sementara
National Telecommunications and Information Administration (NTIA) mengatur
spektrum pada negara bagian. Sistem RFID menggunakan rentang frekuensi yang
tak berlisensi dan diklasifikasikan sebagai peralatan industrial scientific-medical
atau peralatan berjarak pendek (short-range device) yang diizinkan oleh FCC.
Peralatan yang beroperasi pada bandwidth ini tidak menyebabkan interferensi
yang membahayakan dan harus menerima interferensi yang diterima. FCC juga
mengatur batas daya spesifik yang berasosiasi dengan masing-masing frekuensi.
Kombinasi dari level-level frekuensi dan daya yang dibolehkan menentukan
Berikut ini adalah empat frekuensi utama yang digunakan oleh sistem
RFID: (1) LF, (2) HF, (3) UHF, dan (4) gelombang mikro.
1. Band LF berkisar antara 125 kilohertz (KHz) hingga 134 KHz. Band ini
paling sesuai untuk penggunaan jarak pendek (short-range) seperti sistem
anti pencurian, identifikasi hewan, dan sistem kunci mobil.
2. Band HF beroperasi pada 13,56 megahertz (MHz). Frekuensi ini
memungkinkan akurasi yang lebih baik dalam jarak 3 kaki dan karena itu
dapat mereduksi risiko kesalahan pembacaan tag. Sebagai konsekuensinya,
band ini lebih cocok untuk pembacaan pada tingkat item (item-level
reading). Tag pasif dengan frekuensi 13,56 MHz dapat dibaca dengan laju
10 sampai 100 tag perdetik pada jarak 3 kaki atau kurang. Tag RFID HF
digunakan untuk pelacakan barang-barang di perpustakaan, toko buku,
kontrol akses gedung, pelacakan bagasi pesawat terbang, dan pelacakan item
pakaian.
3. Tag dengan band UHF beroperasi di sekitar 900 MHz dan dapat dibaca dari
jarak yang lebih jauh dari tag HF, berkisar dari 3 hingga 15 kaki. Tag ini
lebih sensitif terhadap faktor-faktor lingkungan daripada tag-tag yang
beroperasi pada frekuensi lainnya. Band 900 MHz muncul sebagai band
yang lebih disukai untuk aplikasi rantai suplai disebabkan laju dan rentang
bacanya. Tag UHF pasif dapat dibaca dengan laju sekitar 100 hingga 1.000
tag perdetik. Tag ini umumnya digunakan pada pelacakan kontainer, truk,
trailer, terminal peti kemas, serta telah diadopsi oleh peritel besar dan
Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Sebagai tambahan, di Amerika
area komersial dan industri untuk meningkatkan ketepatan waktu dan
akurasi transmisi data. Menurut FCC, penggunaan semacam itu
menguntungkan perusahaan pengapalan komersial dan memberikan manfaat
keamanan yang signifikan dengan dimungkinkannya seluruh isi kontnainer
teridentifikasi dengan mudah dan cepat serta dapat diidentifikasinya
kerusakan selama pengapalan.
4. Tag yang beroperasi pada frekuensi gelombang mikro, biasanya 2,45 dan 5,8
gigahertz (GHz), mengalami lebih banyak pantulan gelombang radio dari
obyek-obyek di dekatnya yang dapat mengganggu kemampuan reader untuk
berkomunikasi dengan tag. Tag RFID gelombang mikro biasanya digunakan
untuk manajemen rantai suplai.
Tabel 2.2. Frekuensi RFID yang Umum Beroperasi pada Tag [2].
Gelombang Frekuensi Rentang dan Laju Baca Contoh Penggunaan
LF 125 KHz ~1,5 kaki;
2.1.3 Kategor i Sistem RFID
Secara kasar, sistem-sistem RFID dapat dikelompokkan menjadi 4
1. Sistem EAS (Electronic Article Surveillance): Umumnya digunakan pada
toko-toko untuk menyensor ada tidaknya suatu item. Produk-produk diberi
tag dan reader berantena besar ditempatkan di masing-masing pintu keluar
toko untuk mendeteksi pengambilan item secara tidak sah.
2. Sistem Portable Data Capture: dicirikan oleh penggunaan reader RFID
yang portabel yang memungkinkan sistem ini digunakan dalam setting yang
bervariasi.
3. Sistem Networked: dicirikan oleh posisi reader yang tetap yang terhubung
secara langsung ke suatu sistem manajemen informasi terpusat, sementara
transponder berada pada orang atau item-item yang dapat dipindahkan.
4. Sistem Positioning: Digunakan untuk identifikasi lokasi item-item atau
kendaraan.
2.1.4 Pemanfaatan Teknologi RFID
Jika di masa lalu barcode telah menjadi cara utama untuk pelacakan
produk, kini sistem RFID menjadi teknologi pilihan untuk tracking manusia,
hewan peliharaan, produk, bahkan kendaraan. Salah satu alasannya adalah
kemampuan baca-tulis dari sistem RFID aktif memungkinkan penggunaan
aplikasi interaktif. Selain itu, tag juga dapat dibaca dari jarak jauh dan melalui
berbagai substansi seperti salju, asap, es, atau cat di mana barcode telah terbukti
tidak dapat digunakan [3].
Gagasan untuk menggunakan teknologi RFID akhir-akhir ini merebak,
memperlihatkan penggunaan/rencana penggunaan RFID oleh agen-agen
pemerintah Amerika Serikat. Berikut ini adalah beberapa contoh nyata agenda
berbagai organisasi pemerintah maupun perusahaan dalam rencananya untuk
mengimplementasikan teknologi RFID sebagaimana diuraikan oleh. [3]
1. Pelacakan pakaian: Produsen pakaian Benetton merencanakan untuk
memasang tag RFID di dalam item-item ritel. Peralatan yang ditanam
tersebut memungkinkan Benetton untuk melacak individu-individu dan
barang inventaris yang mereka miliki dengan me-link-kan nama konsumen
dan informasi kartu kredit dengan nomor seri pada suatu item pakaian.
Demikian juga Marks & Spencer, salah satu peritel terbesar di Inggris,
mengumumkan untuk memulai memasang tag pada item-item pakaian
dengan tag UHF mulai musim gugur 2003. Tag UHF adalah teknologi RFID
generasi baru yang menyediakan kecepatan transfer data yang cepat dan
rentang baca yang lebih jauh (tabel 2.2). Marks & Spencer telah secara
ekstensif menggunakan peralatan tracking pada divisi penjualan
makanannya.
2. Pelacakan barang dagangan dalam kemasan: Gillette, Wal-Mart, dan Tesco,
rantai supermarket berbasis di Inggris, bergabung untuk menguji rak-rak
yang dapat melacak secara real-time terhadap barang-barang dalam toko.
“Rak-rak pintar” akan dapat membaca gelombang frekuensi radio yang
diemisikan oleh chip mikro yang ditanam dalam jutaan silet dan
produk-produk lainnya. Wal-Mart merencanakan untuk menguji rak Gillette diawali
di toko yang berlokasi di Brockton. Jika sukses, Wal-Mart juga
hal serupa pada produk-produk kosmetik dan telah mendukung 100 top
suppliernya untuk menggunakan pelacak barang nirkabel pada 2005. Para
eksekutif Wal-Mart mengatakan bahwa perusahaan hanya akan
menggunakan chip RFID untuk melacak barang dagangan dan akan
melepasnya jika sudah dibeli.
3. Pelacakan ban: pembuat ban Michelin baru-baru ini memulai pengujian
sistem identifikasi ban dengan frekuensi radio untuk ban mobil penumpang
dan truk kecil. Transponder RFID dipasang di dalam ban dan menyimpan
informasi identifikasi yang dapat diasosiasikan dengan nomor identifikasi
kendaraan.
4. Pelacakan uang: Bank Sentral Eropa melaju dengan rencananya untuk
menanamkan tag RFID setipis rambut manusia di dalam serat uang kertas
Euro pada tahun 2005 meskipun menuai banyak protes. Tag-tag tersebut
memungkinkan uang untuk mencatat informasi tentang setiap transaksi.
Pemerintah dan agen-agen peradilan menyambut teknologi tersebut sebagai
cara untuk mencegah pencucian uang, transaksi pasar gelap, dan bahkan
permintaan kuitansi kosong dari koruptor.
5. Pelacakan pasien dan orang: Rumah Sakit Alexandra di Singapura belum
lama ini menerapkan sistem tracking di bagian gawat daruratnya karena
sadar akan kekuatiran wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Dengan sistem ini, seluruh pasien, pengunjung, dan karyawan yang
memasuki rumah sakit diberi sebuah kartu yang ditanami chip RFID. Kartu
dibaca oleh sensor yang dipasang di langit-langit yang mencatat secara tepat
komputer selama 21 hari. Teknologi ini juga memungkinkan untuk dengan
segera melacak orang-orang yang pernah kontak dengan seorang penderita
SARS.
6. Sistem pembayaran: Pada tahun 1997, Exxon Mobil mengembangkan
aplikasi pembayaran nirkabel yang diberi nama Speedpass. Sejak itu, enam
juta konsumen dapat melakukan pembayaran dengan cara ini pada 7.500
lokasi Speedpass-enabled. Sekarang, banyak merchant dan peritel mencari
cara untuk mengimplementasikan sistem pembayaran nirkabel RF. Sony dan
Philips menjadi pendahulu. Kedua korporasi ini akan segera memulai
melakukan uji lapangan terhadap sebuah sistem RFID yang disebut Near
Field Communication (NFC), yang akan memungkinkan komunikasi RFID
di antara PC, komputer genggam, dan peralatan elektronik lainnya. Kedua
perusahaan tersebut menggambarkan bahwa para konsumen akan masuk ke
dalam portal mereka dengan melakukan swiping terhadap smart card
mereka –yang ditanam dengan RFID Sony atau Philips– yang akan dibaca
oleh reader RFID yang dipasang pada port USB di komputer. Di waktu
selanjutnya, konsumen akan dapat belanja online, misalnya untuk tiket
pertunjukan lokal. Mereka dapat melakukan pembayaran tiket online,
men-download-nya melalui PC dan kemudian mentransmisikannya melalui
teknologi NFC ke tag RFID pada HP mereka. Selanjutnya pada saat
pertunjukan, dengan mendekatkan HP mereka ke reader RFID di pintu
Saat ini, tag RFID belum digunakan secara luas pada barang-barang
konsumsi karena harga tag yang dianggap masih mahal. Namun, seiring usaha
perusahaan-perusahaan untuk memberbaiki cara pelacakan produk dan melihat
profil konsumen, peningkatan permintaan dan produksi teknologi RFID akan
membawa pada penurunan harga. Pengembangan teknologi RFID yang ada telah
menghasilkan sistem-sistem dengan kapasitas memori yang lebih besar, rentang
pembacaan yang lebih lebar, dan pemrosesan yang lebih cepat. Sebagai respon
terhadap hal tersebut, pasar tag RFID mengalami ledakan, diproyeksikan
mencapai $10 miliar pertahun dalam dekade ini [3].
Para pakar industri memperkirakan bahwa beberapa tahun yang akan
datang akan terdapat titik-titik RFID dalam rentang yang luas, bahkan beberapa
sistem yang benar-benar terintegrasi pun diluncurkan. Beberapa korporasi telah
terdaftar dan bergerak maju dengan rencana penanaman tag RFID dalam
produk-produknya. Akhir-akhir ini, Microsoft Corporation mengumumkan rencana
mengembangkan perangkat lunak yang memungkinkan retailer, pembuat, dan
distributor untuk menggunakan tag RFID untuk melakukan tracking
barang-barang di dalam toko dan pabrik sebagaimana program-program yang dirancang
khusus untuk menggunakan teknologi tagging retail baru [3].
Berikut ini adalah contoh kemungkinan pemanfaatan RFID di masa yang
akan datang [1].
1) Mesin cer das: Tag-tag RFID, misalnya pada garmen dan kemasan
makanan, dapat dimanfaatkan untuk menjadikan peralatan rumah tangga
bekerja lebih cerdas, misalnya mesin cuci dapat mengenali adanya kain-kain
otomatis untuk mencegah robek. Contoh lain, refrigerator dapat
memberikan peringatan ketika di dalamnya terdapat bahan makanan yang
kadaluarsa atau ketika bahan makanan tertentu hampir habis, atau bahkan
dapat mentransmisikan daftar pesanan ke layanan antar.
2) Belanja: Pada toko ritel, pembeli dapat melakukan check out dengan
mendorong kereta belanjanya melewati terminal point-of-sale. Terminal ini
secara otomatis akan menghitung item-itemnya, menghitung jumlah harga
dan bahkan mungkin membebankan tagihan kepada peralatan pembayaran
RFID-enabled milik pelanggan dan mengirimkan tanda terimanya lewat
ponsel. Tag-tag RFID dapat berlaku sebagai indeks pada record pembayaran
di basis data dan membantu penjual untuk melacak asal-usul item-item yang
rusak atau terkontaminasi.
3) Obyek-obyek interaktif: Pelanggan dapat berinteraksi dengan obyek-obyek
ber-tag RFID melalui ponselnya (sebagian ponsel telah memiliki reader
RFID). Seorang penggemar film bioskop dapat melakukan scan terhadap
poster film untuk menampilkan jam tayang pada ponselnya. Dengan cara
yang mirip, seorang calon pembeli furnitur dapat memperoleh informasi
tentang pembuatnya melalui ponselnya yang dapat membaca tag RFID yang
dipasang pada furnitur tersebut.
4) Obser vasi medis: Riset di Intel dan Universitas Washington meneliti RFID
untuk memfasilitasi observasi medis dan petunjuk pulang bagi para manula.
Salah satu hasil penelitian tersebut adalah lemari obat yang dipasangi
umum lagi, pemanfaatan RFID menjanjikan manfaat yang sangat besar bagi
pihak rumah sakit.
2.2Smart Card
Smart card didefinisikan sebagai sebuah kartu dengan IC (Integrated
Circuit) yang tertanam di dalamnya, di mana IC tersebut digunakan untuk
melakukan proses informasi, juga memiliki media penyimpanan dengan kapasitas
tertentu [4]. Mungkin sebelumnya telah dikenal magnetic stripe card atau kartu
magnetik, yang juga dapat berfungsi sebagai alat pembayaran. Kartu magnetik
saat ini masih banyak digunakan sebagai kartu ATM di Indonesia, yang tentunya
juga dapat berfungsi sebagai alat pembayaran. Smart card berbeda dengan
magnetic stripe card yang merupakan teknologi lama. Magnetic stripe card
memiliki ciri yang mudah terlihat, cukup melihat pita magnetik yang melekat
pada kartu. Sementara pada smart card, komponen IC pada umumnya terdapat di
dalam kartu atau berupa lempengan chip kecil. Tentu saja dengan menggunakan
pita magnetik dan IC/chip secara bersamaan pada sebuah kartu, maka kartu
tersebut dapat berfungsi sebagai smart card sekaligus magnetic stripe card. Baik
magnetic stripe card maupun smart card menyimpan informasi di dalam media
penyimpanan masing-masing (pita magnetik pada magnetic stripe card, dan IC
atau chip pada smart card). Untuk membaca maupun menulis informasi,
diperlukan sebuah alat untuk membaca dan menuliskan informasi tersebut, yang
disebut dengan card reader atau encoder. Contoh reader dapat ditemui dengan
mudah pada mesin ATM, yang memiliki sebuah reader untuk membaca informasi
Demikian pula pada saat menggesek kartu pada reader untuk melakukan
pembayaran. Penggunaan besar-besaran (booming) smart card terjadi pada tahun
1990-an, saat diperkenalkan smart card berbasis SIM (Subscriber Identify
Module), yang digunakan dalam ponsel GSM. Penggunaan kartu kredit maupun
kartu debit sebagai alat pembayaran oleh Master-Card, Visa, maupun Europay
semakin memperkenalkan smart card kepada publik [4]. Pengembangan
selanjutnya adalah diperkenalkannya teknologi contactless pada smart card.
Teknologi contactless memungkinkan komunikasi kartu dengan reader melalui
frekuensi radio atau dikenal dengan RFID (Radio Frequency Identification),
sehingga antara kartu dan reader tidak perlu bersentuhan (contactless).
2.2.1 Contact smart card
Contact smart card memiliki chip kecil keemasan pada kartu. Saat dibaca
oleh reader, chip tersebut melakukan kontak dengan konektor yang dapat
membaca informasi dari chip, dan dapat menuliskan informasi kembali ke dalam
chip. Pada contact smart card, beberapa standar ISO telah dikeluarkan untuk
mendefinisikan bentuk fisik, posisi, karakteristik, protokol, format perintah yang
dikirim dan respon yang dikembalikan, ketahanan kartu, hingga fungsinya. Kartu
ini sendiri tidak memiliki baterai, untuk berkomunikasi, smart card jenis ini
mendapatkan suplai energi dari pembaca kartu.
2.2.2 Contactless smart card
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, contactless smart card
card terdapat tag RFID atau transponder sebagai identifikasi menggunakan
gelombang radio. RFID juga dikenal dengan istilah proximity atau proxy. Apakah
keuntungannya dibandingkan dengan contact smart card? Contactless smart card
bekerja lebih praktis, terutama untuk transaksi yang membutuhkan proses cepat,
contohnya adalah penggunaan contactless smart card pada sistem transportasi
seperti MRT (Mass Rapid Transit), di mana transaksi dapat dilakukan tanpa perlu
mengeluarkan kartu dari dompet [4].
Seperti pada contact smart card, contactless smart card juga memiliki
klasifikasi standar, yang memiliki dukungan berbeda pada range (jarak) tertentu
antara kartu dan reader. Terdapat beberapa standar internasional untuk
mendukung aplikasi-aplikasi yang spesifik, misalnya ISO 18000-3 digunakan
sebagai standar tag high-frequency, dan ISO 18000-6 untuk ultra-high frequency.
ISO 15693 merupakan standar yang populer dan menggunakan high-frequency
13,56 MHz, yang secara luas digunakan untuk kartu kredit [4].
Contactless smart card juga tidak menggunakan baterai, tetapi contactless
smart card memiliki induktor yang built-in untuk menangkap gangguan sinyal
frekuensi radio, dan menggunakannya sebagai sumber tenaga pada IC. Walaupun
demikian, dimungkinkan sebuah contactless smart card memiliki baterai atau
power supply internal, atau disebut dengan tag RFID yang aktif. Dengan
kemampuan ini, dimungkinkan jarak komunikasi hingga ratusan meter dengan
ketahanan baterai mencapai 10 tahun, serta dapat mendukung kapasitas
penyimpanan yang besar [4].
Lebih jauh mengenai contoh penggunaan smart card yang telah diterapkan
merupakan contactless smart card yang digunakan untuk pembayaran elektronik
secara online maupun offline. Octopus card tidak hanya dapat digunakan untuk
sistem transportasi, tetapi juga sebagai alat pembayaran pada supermarket, toko,
restoran, parkir, dan aplikasi POS (Point-of-Sales) seperti service station dan
vending machine. Pendek kata, hanya dengan satu kartu, dapat difungsikan untuk
berbagai keperluan pembayaran. Bahkan tidak terbatas pada alat pembayaran,
chip atau tag RFID juga telah digunakan pada paspor oleh banyak negara,
sehingga memungkinkan perekaman keluar-masuk history perjalanan antarnegara,
mencakup lokasi, tanggal, dan jam.
Kegunaan lainnya adalah implementasi RFID pada perpustakaan. Tag
RFID dapat dilekatkan pada buku, CD, dan produk-produk lainnya, di mana tag
RFID dapat menyimpan informasi seperti judul buku ataupun klasifikasi lainnya.
Keuntungannya antara lain adalah tidak perlu membuka buku atau cover CD
untuk melakukan scan, sehingga dapat menghindari cedera fisik. Proses
inventarisasi juga dapat dilakukan dengan cepat, tanpa harus menurunkan atau
menyentuh buku-buku pada rak. Tag RFID sering disebut sebagai pengganti
teknologi barcode, dengan berbagai macam keunggulan RFID, misalnya
kemampuan untuk menyimpan data lebih banyak dari yang dapat disimpan oleh
barcode, sehingga mampu menyimpan history perpindahan sebuah barang dari
satu lokasi ke lokasi lainnya, hingga sampai di tangan customer. Dengan sistem
tracking seperti demikian, pencurian ataupun kehilangan data dapat dilacak.
Penggunaan barcode pada POS (Point-of-Sales) seperti pada supermarket, juga
dimungkinkan untuk digantikan dengan teknologi RFID. Dapat dibayangkan,
Walaupun hal ini tidak mungkin dilakukan, tanpa biaya investasi yang signifikan
untuk mengganti seluruh tag dan mengubah proses operasional.
Pada bidang otomotif, Toyota telah memperkenalkan Smart Key/Smart
Start yang memungkinkan mobil mendeteksi kunci dengan jarak sekitar 1 meter
dari sensor. Dengan demikian, pengemudi dapat membuka pintu dan menjalankan
mesin dengan kunci tetap berada di kantong. Bahkan, dengan mengenakan tag
RFID pada hewan peliharaan, dapat menggunakannya sebagai identifikasi,
sehingga dapat mencari posisi hewan kesayangan jika hilang. Serta masih banyak
lagi kegunaan lainnya.
2.3J ar ingan Komputer
Jaringan komputer adalah sebuah kumpulan komputer, printer dan
peralatan lainnya yang terhubung dalam satu kesatuan. Informasi dan data
bergerak melalui kabel-kabel atau tanpa kabel sehingga memungkinkan pengguna
jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data, mencetak pada printer
yang sama dan bersama-sama menggunakan hardware/software yang terhubung
dengan jaringan. Setiap komputer, printer atau periferal yang terhubung dengan
jaringan disebut node. Sebuah jaringan komputer dapat memiliki dua, puluhan,
ribuan atau bahkan jutaan node [5].
2.3.1 Sejarah Jar ingan Komputer
Konsep jaringan komputer lahir pada tahun 1940-an di Amerika dari sebuah
proyek pengembangan komputer MODEL I di laboratorium Bell dan group riset
tersebut hanyalah ingin memanfaatkan sebuah perangkat komputer yang harus
dipakai bersama. Untuk mengerjakan beberapa proses tanpa banyak membuang
waktu kosong dibuatlah proses beruntun (Batch Processing), sehingga beberapa
program bisa dijalankan dalam sebuah komputer dengan dengan kaidah antrian
[5].
Ditahun 1950-an ketika jenis komputer mulai membesar sampai terciptanya
super komputer, maka sebuah komputer mesti melayani beberapa terminal (lihat
Gambar 2.5) Untuk itu ditemukan konsep distribusi proses berdasarkan waktu
yang dikenal dengan nama TSS (Time Sharing System), maka untuk pertama kali
bentuk jaringan (network) komputer diaplikasikan. Pada sistem TSS beberapa
terminal terhubung secara seri ke sebuah host komputer. Dalam proses TSS mulai
nampak perpaduan teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi yang pada
awalnya berkembang sendiri-sendiri [5].
Ga mbar 2.5. Jaringan Komputer Model TSS [5]
Memasuki tahun 1970-an, setelah beban pekerjaan bertambah banyak dan
harga perangkat komputer besar mulai terasa sangat mahal, maka mulailah
digunakan konsep proses distribusi (Distributed Processing). Seperti pada Gambar
besar secara paralel untuk melayani beberapa terminal yang tersambung secara
seri disetiap host komputer. Dala proses distribusi sudah mutlak diperlukan
perpaduan yang mendalam antara teknologi komputer dan telekomunikasi, karena
selain proses yang harus didistribusikan, semua host komputer wajib melayani
terminal-terminalnya dalam satu perintah dari komputer pusat [5].
Ga mbar 2.6. Jaringan Komputer Model Distributed Processing [5]
Selanjutnya ketika harga-harga komputer kecil sudah mulai menurun dan
konsep proses distribusi sudah matang, maka penggunaan komputer dan
jaringannya sudah mulai beragam dari mulai menangani proses bersama maupun
komunikasi antar komputer (Peer to Peer System) saja tanpa melalui komputer
pusat [5].
2.3.2 J enis J ar ingan Komputer
2.3.2.1. Local Ar ea Networ k (LAN)
Local Area Network (LAN), merupakan jaringan milik pribadi di dalam
sebuah gedung atau kampus yang berukuran sampai beberapa kilometer. LAN
seringkali digunakan untuk menghubungkan komputer-komputer pribadi dan
workstation dalam kantor suatu perusahaan atau pabrik-pabrik untuk memakai
bersama sumberdaya (misalnya printer) dan saling bertukar informasi.
2.3.2.2. Metr opolitan Ar ea Network (MAN)
Metropolitan Area Network (MAN), pada dasarnya merupakan versi LAN
yang berukuran lebih besar dan biasanya menggunakan teknologi yang sama
dengan LAN. MAN dapat mencakup kantor-kantor perusahaan yang letaknya
berdekatan atau juga sebuah kota dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pribadi
(swasta) atau umum. MAN mampu menunjang data dan suara, bahkan dapat
berhubungan dengan jaringan televisi kabel.
2.3.2.3. Wide Ar ea Network (WAN)
Wide Area Network (WAN), jangkauannya mencakup daerah geografis
yang luas, seringkali mencakup sebuah negara bahkan benua. WAN terdiri dari
kumpulan mesin-mesin yang bertujuan untuk menjalankan program-program
(aplikasi) pemakai.
2.3.2.4. Inter net
Sebenarnya terdapat banyak jaringan didunia ini, seringkali menggunakan
ke jaringan sering berharap untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain yang
terhubung ke jaringan lainnya. Keinginan seperti ini memerlukan hubungan antar
jaringan yang seringkali tidak kampatibel dan berbeda. Biasanya untuk melakukan
hal ini diperlukan sebuah mesin yang disebut gateway guna melakukan hubungan
dan melaksanakan terjemahan yang diperlukan, baik perangkat keras maupun
perangkat lunaknya. Kumpulan jaringan yang terinterkoneksi inilah yang disebut
dengan internet.
2.3.2.5. J ar ingan Tanpa Kabel
Jaringan tanpa kabel merupakan suatu solusi terhadap komunikasi yang
tidak bisa dilakukan dengan jaringan yang menggunakan kabel. Misalnya orang
yang ingin mendapat informasi atau melakukan komunikasi walaupun sedang
berada diatas mobil atau pesawat terbang, maka mutlak jaringan tanpa kabel
diperlukan karena koneksi kabel tidaklah mungkin dibuat di dalam mobil atau
pesawat.
2.3.3 Model Refer nsi Osi Dan Standar isasi
Untuk menyelenggarakan komunikasi berbagai macam vendor komputer
diperlukan sebuah aturan baku yang standar dan disetejui berbagai fihak. Seperti
halnya dua orang yang berlainan bangsa, maka untuk berkomunikasi memerlukan
penerjemah/interpreter atau satu bahasa yang dimengerti kedua belah fihak.
Dalam dunia komputer dan telekomunikasi interpreter identik dengan protokol.
Untuk itu maka badan dunia yang menangani masalah standarisasi ISO
dengan nama model referensi OSI (Open System Interconnection). Dengan
demikian diharapkan semua vendor perangkat telekomunikasi haruslah
berpedoman dengan model referensi ini dalam mengembangkan protokolnya [5].
Tabel 2.3. Hubungan referensi model OSI dengan protokol Internet [5]
MODEL OSI
TCP/IP PROTOKOL TCP/IP
NO. LAPISAN NAMA PROTOKOL KEGUNAAN
7 Aplikasi
Aplikasi
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol)
Protokol untuk distribusi IP pada jaringan dengan jumlah IP yang terbatas
DNS (Domain Name Server) Data base nama domain mesin dan nomer IP FTP (File Transfer Protocol) Protokol untuk transfer file
HTTP (HyperText Transfer Protocol) Protokol untuk transfer file HTML dan Web MIME (Multipurpose Internet Mail
Extention)
Protokol untuk mengirim file binary dalam bentuk teks
NNTP (Networ News Transfer Protocol) Protokol untuk menerima dan mengirim newsgroup
POP (Post Office Protocol) Protokol untuk mengambil mail dari server
SMB (Server Message Block) Protokol untuk transfer berbagai server file DOS dan Windows
6 Presentasi
SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) Protokol untuk pertukaran mail SNMP (Simple Network Management
Protocol) Protokol untuk manejemen jaringan Telnet Protokol untuk akses dari jarak jauh TFTP (Trivial FTP) Protokol untuk transfer file
5 Sessi
NETBIOS (Network Basic Input Output
System) BIOS jaringan standar RPC (Remote Procedure Call) Prosedur pemanggilan jarak jauh
SOCKET Input Output untuk network jenis BSD-UNIX
4 Transport Transport
TCP (Transmission Control Protocol) Protokol pertukaran data berorientasi (connection oriented)
UDP (User Datagram Protocol) Protokol pertukaran data non-orientasi (connectionless)
3 Network Internet
IP (Internet Protocol) Protokol untuk menetapkan routing RIP (Routing Information Protocol) Protokol untuk memilih routing
ARP (Address Resolution Protocol) Protokol untuk mendapatkan informasi hardware dari nomer IP
RARP (Reverse ARP) Protokol untuk mendapatkan informasi nomer IP dari hardware
2 DatalinkLLC Network Interface
PPP (Point to Point Protocol) Protokol untuk point ke point
SLIP (Serial Line Internet Protocol) Protokol dengan menggunakan sambungan serial
MAC
Standarisasi masalah jaringan tidak hanya dilakukan oleh ISO saja, tetapi
juga diselenggarakan oleh badan dunia lainnya seperti ITU (International
Telecommunication Union), ANSI (American National Standard Institute),
NCITS (National Committee for Information Technology Standardization),
bahkan juga oleh lembaga asosiasi profesi IEEE (Institute of Electrical and
Electronics Engineers) dan ATM-Forum di Amerika. Pada prakteknya bahkan
vendor-vendor produk LAN bahkan memakai standar yang dihasilkan IEEE. Kita
bisa lihat misalnya badan pekerja yang dibentuk oleh IEEE yang banyak membuat
standarisasi peralatan telekomunikasi seperti yang tertera pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Badan pekerja di IEEE
WORKING
GROUP BENTUK KEGIATAN
IEEE802.1
Standarisasi interface lapisan atas HILI (High Level Interface) dan Data Link termasuk
MAC (Medium Access Control) dan LLC (Logical Link Control)
IEEE802.2 Standarisasi lapisan LLC
IEEE802.3 Standarisasi lapisan MAC untuk CSMA/CD (10Base5, 10Base2, 10BaseT, dll.)
IEEE802.4 Standarisasi lapisan MAC untuk Token Bus
IEEE802.5 Standarisasi lapisan MAC untuk Token Ring
IEEE802.6
Standarisasi lapisan MAC untuk MAN-DQDB (Metropolitan Area Network-Distributed
Queue Dual Bus.)
IEEE802.7 Grup pendukung BTAG (Broadband Technical Advisory Group) pada LAN
IEEE802.8 Grup pendukung FOTAG (Fiber Optic Technical Advisory Group.)
IEEE802.9 Standarisasi ISDN (Integrated Services Digital Network) dan IS (Integrated Services ) LAN
IEEE802.10 Standarisasi masalah pengamanan jaringan (LAN Security.)
IEEE802.11 Standarisasi masalah wireless LAN dan CSMA/CD bersama IEEE802.3
IEEE802.12 Standarisasi masalah 100VG-AnyLAN
2.3.4 Topologi J aringan Komputer
Topologi adalah suatu cara menghubungkan komputer yang satu dengan
komputer lainnya sehingga membentuk jaringan. Cara yang saat ini banyak
digunakan adalah bus, token-ring, star dan peer-to-peer network. Masing-masing
topologi ini mempunyai ciri khas, dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri.
1. Topologi BUS
Gambar 2.7. Topologi BUS
Topologi bus terlihat pada skema di atas. Terdapat keuntungan dan
kerugian dari tipe ini yaitu:
Tabel 2.5. Keuntungan dan kerugian Topologi BUS
Keuntungan Kerugian:
Hemat kabel Deteksi dan isolasi kesalahan sangat kecil Layout kabel sederhana Kepadatan lalu lintas
Mudah dikembangkan Bila salah satu client rusak, maka jaringan tidak bisa berfungsi.
2. Topologi Token RING
Gambar 2.8. Topologi Token RING
Topologi Token RING terlihat pada skema di atas. Metode token-ring
(sering disebut ring saja) adalah cara menghubungkan komputer sehingga
berbentuk ring (lingkaran). Setiap simpul mempunyai tingkatan yang sama.
Jaringan akan disebut sebagai loop, data dikirimkan kesetiap simpul dan setiap
informasi yang diterima simpul diperiksa alamatnya apakah data itu untuknya atau
bukan.
Tabel 2.6. Keuntungan dan kerugian Topologi Token RING
Keuntungan Kerugian
Hemat kabel Peka kesalahan
3. Topologi STAR
Gambar 2.9. Topologi STAR
Merupakan kontrol terpusat, semua link harus melewati pusat yang
menyalurkan data tersebut kesemua simpul atau client yang dipilihnya. Simpul
pusat dinamakan stasium primer atau server dan lainnya dinamakan stasiun
sekunder atau client server. Setelah hubungan jaringan dimulai oleh server maka
setiap client server sewaktu-waktu dapat menggunakan hubungan jaringan
tersebut tanpa menunggu perintah dari server.
Tabel 2.7. Keuntungan dan kerugian Topologi STAR
Keuntungan Kerugian
Paling fleksibel Boros kabel
Pemasangan/perubahan stasiun sangat mudah dan tidak mengganggu bagian jaringan lain
Perlu penanganan khusus
Kontrol terpusat Kontrol terpusat (HUB) jadi elemen kritis
Kemudahan deteksi dan isolasi kesalahan / kerusakan