PENDAHULUAN
Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414 % dan hal ini merupakan prosentase kenaikan pal-ing tpal-inggi diseluruh dunia. Sebagai perbandpal-ingan pada periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa negara sebagai berikut : Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, China 220%, Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes, 2003).
Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi masalah yang kompleks dari segi fisik, mental dan sosial yang
berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoatmodjo, 2007)
Keluarga adalah kelompok yang mempunyai peranan yang amat penting dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang ditemukan dalam keluarga (Azwar, 2007).Segala potensi yang dimiliki oleh lansia bisa dijaga, dipelihara, dirawat dan dipertahankan bahkan diaktualisasikan untuk mencapai kualitas hidup lansia yang optimal
(opti-mum aging).Kualitas hidup lansia yang optimal bisa
diartikan sebagai kondisi fungsional lansia berada pada kondisi maksimum atau optimal, sehingga memungkinkan mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan, berguna dan berkualitas.
Hubungan antara Fungsi Keluarga
dan Kualitas Hidup Lansia
The Relationship Between Family Function
and Quality of Life in The Elderly
Ekawati SutiknoInstitut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri ABSTRACT
Background.Family is the smallest unit of a society. Health status of family member is inter-related with various problem faced by other family members. In theory, family function disorder may cause health problem of the family members. The current increasing number of the elderly leads to problem in the health and function in the elderly. This study aimed to examine the association between family function and the quality of life of the elderly.
Methods.This was an analitic-observasional cross sectional study. A sample of 41 old people aged 60 years or older was selected from Kelompok Jantung Sehat Surya Group Kediri. The dependent variable under study was quality of life of the elderly. The independent variable under study was family function. The confounding factor to control for included age, sex, type of family, and employment status. The variables were pre-tested for its validity and reliability. The data were analyzed by use of chi square and multiple logistic regression, on SPSS 17.0.
Results.Multiple logistic regression analysis showed that elderly who came from a well-functioning family had 25 times higher probalility to have better quality of life than those who came from poorly-functioning family (OR = 24.9, p = 0.040 ; CI 95% 1.2 to 533.0).
Conclusion.Family function has strong positive association with quality of life of the elderly. Family doctors are recommended to provide information and education to families in order to increase family function.
Keluarga. Menurut UU no. 10 tahun 1992 yang disebut dengan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya.Goldenberg (1980) dikutip Azwar (2007) membedakan 9 bentuk keluarga:
1. Keluarga inti (nuclear family) 2. Keluarga besar (extended family) 3. Keluarga campuran (blended family) 4. Keluarga menurut hukum umum (common
law family)
5. Keluarga orang tua tunggal (single parent
family)
6. Keluarga hidup bersama (commune family) 7. Keluarga serial (serial family)
8. Keluarga gabungan (composite family) 9. Keluarga tinggal bersama (cohabitation
family).
Para anggota yang terdapat dalam satu keluarga bersepakat untuk saling mengatur diri sehingga memungkinkan pelbagai tugas yang terdapat dalam keluarga diselenggarakan secara efektif dan efisien. Kemampuan untuk mengatur dan atau melaksanakan pembagian tugas tersebut pada dasarnya merupakan salah satu faktor yang menentukan baik atau tidaknya fungsi yang dimiliki oleh satu keluarga.(Azwar, 2007).Fungsi keluarga di Indonesia banyak macamnya, menurut Peraturan Pemerintah No. 21 tahun 1994 dibedakan menjadi:
1. Fungsi keagamaan 2. Fungsi budaya 3. Fungsi cinta kasih 4. Fungsi melindungi 5. Fungsi reproduksi
6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan 7. Fungsi ekonomi
8. Fungsi pembinaan lingkungan
Untuk mengukur fungsi keluarga dikembangkan instrumen penilaian yang disebut APGAR Keluarga (Family APGAR). Instrumen ini menilai lima fungsi pokok keluarga (Balgis, 2009):
1. Adaptasi (Adaptation)
Tingkat kepuasan anggota keluarga dalam menerima bantuan yang diperlukannya dari anggota keluarga lainnya.
2. Kemitraan (Partnership)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap berkomunikasi, musyawarah dalam mengambil suatu keputusan dan atau menyelesaikan suatu masalang sedang dihadapi dengan anggota keluarga lainnya. 3. Pertumbuhan (Growth)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebebasan yang diberikan keluarga dalam mematangkan pertumbuhan dan atau kedewasaan setiap anggota keluarga. 4. Kasih Sayang (Affection)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kasih sayang serta interaksi emosional yang berlangsung dalam keluarga.
5. Kebersamaan (Resolve)
Tingkat kepuasan anggota keluarga terhadap kebersamaan dalam membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga. Siklus kehidupan keluarga terdiri atas 8 tahap (Duvall, 1977, dikutip Azwar, 2007):
1. Tahap awal perkawinan (newly married) 2. Tahap keluarga dengan bayi (birth of the first
child)
3. Tahap keluarga dgn anak usia prasekolah
(family with preschool children)
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
(family with children in school)
5. Tahap keluarga dengan anak usia remaja
(family with teenagers)
6. Tahap keluarga dgn anak-anak meninggalkan keluarga (family as launching
centre)
7. Tahap orang tua usia menengah (parent
alone in middle years)
8. Tahap keluarga usia jompo (aging family
Lanjut Usia. Lanjut usia (lansia) sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Depkes RI, 1999).
Batasan usia lanjut didasarkan atas Undang-Undang no.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Sedang menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007):
1. Usia pertengahan (middle age), kelompok usia 45 – 59 tahun
2. Usia lanjut (elderly), kelompok usia 60 – 70 tahun
3. Usia lanjut tua (old), kelompok usia antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old), kelompok usia diatas 90 tahun
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Nugroho, 2002):
1. Perubahan fisik 2. Perubahan mental 3. Perubahan psikososial 4. Perkembangan spiritual.
Kualitas Hidup. Hidup lansia yang berkualitas merupakan kondisi fungsional lansia pada kondisi optimal, sehingga mereka bisa menikmati masa tuanya dengan penuh makna, membahagiakan dan berguna. Ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap bisa berguna dimasa tuanya, yakni; kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut, lingkungan yang menghargai hak-hak lansia serta memahami kebutuhan dan kondisi psikologis lansia dan tersedianya media atau sarana bagi lansia untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki. Kesempatan yang diberikan akan memiliki fungsi memelihara dan mengembangkan fungsi-fungsi yang dimiliki oleh lansia.
Pada tahun 1991 Bagian Kesehatan Jiwa WHO memulai proyek organisasi kualitas kehidupan dunia (WHOQOL).Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengembangkan suatu instrumen penilaian kualitas
hidup yang dapat dipakai secara nasional dan secara antar budaya. Instrumen WHOQOL – BREF ini telah dikembangkan secara kolaborasi dalam sejumlah pusat dunia dan telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Instrumen WHOQOL-BREF terdiri atas 4 domain dan 26 item (WHO, 2004):
1. Kesehatan Fisik
Penyakit, kegelisahan tidur dan beristirahat, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat dan bantuan medis, kapasitas pekerjaan. 2. Psikologis :
Perasaan positif, berfikir, belajar, mengingat dan konsentrasi, self esteem, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan negatif, kepercayaan individu
3. Hubungan sosial :
Hubungan pribadi, dukungan sosial, aktivitas seksual
4. Lingkungan :
Kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan, lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang untuk memperoleh ketrampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang untuk berekreasi, aktivitas dilingkungan, transportasi.
Instrumen WHOQOL-BREF merupakan suatu instrumen yang sesuai untuk mengukur kualitas hidup dari segi kesehatan terhadap lansia dengan jumlah responden yang kecil, mendekati distribusi normal, dan mudah untuk penggunaannya (Hwang, 2003).
Kualitas hidup lansia merupakan suatu komponen yang kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan, kesehatan psikis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik, pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial. Di Indonesia para lansia biasanya tinggal bersama anaknya terutama lansia yang sudah tidak mendapatkan penghasilan sendiri (Nawi, 2010). Belum banyak dilakukan penelitian tentang hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia yang dilakukan di Indonesia. Penelitian ini
hubungan antara funsgi keluarga dan kualitas hidup lansia dalam konteks keluarga dan masyarakat di In-donesia.
SUBJEK DAN METODE Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di kota Kediri pada Kelompok Jantung Sehat Surya Group di Kediri, Jawa Timur. Waktu penelitian November – Desember 2010. Populasi Penelitian
Populasi sasaran penelitian adalah orang dengan usia 60 tahun ke atas. Populasi sumber penelitian adalah anggota Kelompok Jantung Sehat Surya Group di kota Kediri, Jawa Timur, terdiri atas 134 orang. Desain dan Ukuran Sampel
Sampel dipilih secara purposive sampling(Murti, 2010).Kriteria inklusi : (1) Usia lebih dari 60 tahun; (2) Merupakan anggota dari klub jantung sehat Surya Group; (3) Bersedia menjadi subjek penelitian; (4) Pendidikan minimal SMP atau sederajat. Terdapat 41 subjek yang memenuhi kriteria inklusi untuk penelitian ini.
Definisi Operasional Variabel 1. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga diukur dengan isntrumen APGAR (adaptation, partnership, growth, affection, resolve), terdiri dari 5 pertanyaan. Hasil Pengukuran APGAR diklasifikasikan sebagai berikut:
7 - 10 : Fungsi keluarga sehat
4 - 6 : Fungsi keluarga kurang sehat
0 - 3 : Fungsi keluarga tidak sehat (Balgis, 2009) 2. Kualitas hidup lansia
WHOQOL merupakan salah satu alat ukur untuk mengukur kualitas hidup, Jawaban kuesioner tersebut menggunakan skala Likert kemudian dilakukan scoring pada tiap domain, lalu skor
tersebut dijumlahkan, setelah itu ditransformasikan ke tabel menjadi skala 0 – 100, nilai 0 untuk kualitas hidup terburuk dan nilai 100 untuk kualitas hidup terbaik (WHO, 2004).
Desain Analisis Data
Hubungan bivariat antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia diuji dengan statistik Chi Kuadrat. Hubungan multivariat antara kualitas hidup lansia dan fungsi keluarga dengan mengontrol faktor perancu (confounding factor) dianalisis dengan model regresi logistik ganda.
HASIL-HASIL Karakteristik Sampel
1. Karakteristik sampel menurut jenis kelamin
Tabel 1 Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Cakupan (orang) Persentase
Laki-laki 15 36.6%
Perempuan 26 64.4%
Total 41 100.0%
2. Karakteristik sampel menurut kelompok umur
Tabel 2 Distribusi subjek berdasarkan kelompok umur
Kelompok Umur Cakupan (orang) Persentase
60 – 70 tahun 27 65.9%
>70 tahun 14 34.1%
Total 41 100.0%
3. Karakteristik sampel menurut pekerjaan
Tabel 3 Distribusi subjek berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Cakupan(orang) persentase
Tidak bekerja 15 36.6%
Bekerja 26 63.4%
Total 41 100.0%
4. Karakteristik sampel menurut pendidikan
Tabel 4 Distribusi subjek berdasarkan pendidikan
Pendidikan Cakupan (orang) Persentase
SMP 16 39.0%
SMA/Perguruan Tinggi 25 61.0%
Total 41 100.0%
Karakteristik sampel menurut bentuk keluarga
Tabel 5 Distribusi subjek berdasarkan bentuk keluarga
Bentuk Keluarga Cakupan (orang) Persentase
Nuclear family 26 63.4%
Extended family 15 36.6%
Analisis Bivariat
Analisis bivariat menggunakan uji Chi Kuadrat untuk mengetahui hubungan fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada lansia. Tabel 6 menunjukkan, ada hubungan yang secara statistik signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia (p=0.001).
bisa berguna dimasa tuanya, yakni kemampuan menyesuaikan diri dan menerima segala perubahan dan kemunduran yang dialami, adanya penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan lansia tersebut (Kuntjoro, 2002).
Hasil analisis data penelitian ini mendukung hipotesis, terdapat hubungan positif yang kuat dan
Tabel 6 Perbandingan kualitas hidup menurut fungsi keluarga (Apgar)
Variabel Kualitas hidup X² P
Baik (%) Buruk (%) Total (%) Fungsi Keluarga (APGAR)
Sehat 28 (90.3%) 3 (9.7%) 31 (100%) 11.18 0.001
Tidak sehat 4 (40%) 6 (60%) 10 (100%)
Total 41 32 (80%) 9 (20%) (100%)
Analisis Multivariat
Untuk mengontrol faktor perancu (confounding
fac-tor) dilakukan analisis regresi logistik ganda (Tabel
7).
Tabel 7. Hasil analisis regresi logistik tentang hubungan fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia, dengan mengontrol pengaruh usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, dan status pekerjaan
Variabel OR P C I 95%
Batas bawah Batas atas
Apgar baik 24.85 0.040 1.16 533.04 Usia >70 tahun 0.03 0.040 0.01 0.85 Perempuan 2.05 0.599 0.14 29.96 Extended family 1.72 0.719 0.09 32.47 Bekerja 0.71 0.826 0.03 15.11 N observasi = 41 -2log likelihood = 19.4 Nagelkerke R² = 59.5%
Tabel 7 menunjukkan, lansia yang berasal dari keluarga dengan fungsi keluarga sehat memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup baik 25 kali lebih besar daripada lansia dengan fungsi keluarga tidak sehat dan terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup pada lansia (OR = 24.85 ; p = 0.040 ; CI 95% 1.16 hingga 533.04). Hubungan tersebut sudah mengendalikan pengaruh faktor perancu yaitu usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, dan pekerjaan.
PEMBAHASAN
Kualitas hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkan seorang lansia untuk tetap
secara statistik signifikan antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Dukungan berbagai fungsi keluarga dan lingkungan keluarga yang berhubungan erat dengan kualitas hidup lansia.
Penelitian ini menemukan, faktor usia mempunyai hubungan yang secara statistik signifikan dengan kualitas hidup.Lansia yang berusia 70 tahun ke atas memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup lebih buruk daripada lansia berusia kurang dari 70 tahun. Semakin tua umur semakin buruk kualitas hidup. Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya umur terdapat penurunan fisik, perubahan mental (penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang), perubahan psikososial antara lain : Pensiun, akan kehilangan finansial, status, teman / kenalan, pekerjaan / kegiatan, merasakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup seperti kesepian, hidup sendiri, perubahan ekonomi, penyakit kronis dan ketidakmampuan, hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (Nugroho, 2002)
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang secara statistik signifikan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pada lansia. Peneliti seperti Nawi et al. (2010) pada penelitiannya di Purworejo Jawa Tengah menyebutkan bahwa lansia berjenis kelamin perempuan cenderung mempunyai kualitas hidup yang lebih buruk dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa dikarenakan perbedaan status sosial dan ekonomi antara populasi di Purworejo yang pekerjaannya mayoritas petani dan ekonominya menengah
kebawah, sedangkan pada Kelompok Jantung Sehat Surya Group, Kediri, Jawa Timur, mayoritas masih bekerja mandiri dan dari segi ekonomi tergolong cukup mampu, sehingga mungkin menyebabkan tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan kualitas hidup.
Hasil penelitian tentang hubungan bentuk keluarga dengan kualitas hidup lansia hasilnya tidak ada hubungan yang signifikan. Masyarakat Indone-sia khususnya di pulau Jawa orang tua (lanIndone-sia) cenderung tinggal bersama dengan anaknya, dan anaknya akan merawat orang tuanya tersebut khususnya bila orang tuanya sudah tidak produktif (Nawi, 2010). Tetapi sekarang terdapat perubahan karakteristik keluarga dari keluarga besar (extended
family) menjadi keluarga inti (nuclear family). Di
In-donesia, extended family jumlahnya mulai menurun dan nuclear family meningkat. Hal ini dipengaruhi oleh empat hal: (1) Keberhasilan program Keluarga Berencana; (2) Kemajuan industrialisasi yang menyebabkan keluarga menjadi lebih bersifat mo-bile; (3) Keberhasilan emansipasi perempuan, dan (4) Berubahnya corak kehidupan ekonomi dalam masyarakat dari corak agraris ke corak industri. Perubahan ke arah keluarga inti bisa juga disebabkan para lansia masih mempunyai pekerjaan sendiri dan beberapa aktivitas yang menyenangkan dengan kelompoknya sehingga meskipun mereka tidak hidup dengan anaknya, mereka tidak merasa kesepian.
Penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang tidak signifikan secara statistik antara pekerjaan dengan kualitas hidup pada lansia, sedangkan pada beberapa penelitian dinyatakan bahwa pekerjaan berhubungan dengan sosioekonomi dan hal ini dapat mempengaruhi kualitas hidup, sosioekonomi yang rendah berhubungan dengan kualitas hidup yang rendah dan status kesehatan yang rendah.
Penelitian yang dilakukan oleh Nawi et al.(2010) di Purworejo Jawa Tengah pada tahun 2010, mendapatkan hasil bahwa perempuan, usia yang lebih tua, tidak menikah/ janda/ duda, pendidikan rendah dan ekonomi rendah berhubungan kualitas hidup dan status kesehatan yang rendah pada lansia. Pada umumnya di Indonesia dan khususnya di pulau Jawa, kualitas hidup lansia sangat dipengaruhi oleh fungsi keluarga karena kultur budaya di Jawa biasanya orang tua / lansia tinggal bersama dengan anaknya dan setelah mereka tidak produktif lagi.
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, seperti interaksi keluarga tersebut dengan tetangga-tetangganya, keaktifan keluarga mengikuti kegiatan-kegiatan masyarakat. Keluarga sangat dipengaruhi oleh kultur daerah setempat, agama yang dianut oleh keluarga tersebut dan ketaatannya terhadap agama itu. Pendidikan juga mempengaruhi fungsi keluarga.Fungsi keluarga juga dipengaruhi oleh ekonomi. Bila ekonomi rendah maka fungsi keluarga juga tidak akan sehat, karena anggota keluarga akan kesulitan untuk mendapatkan tempat tinggal yang sehat, makanan yang bergizi, pendidikan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang maksimal yang akan mengakibatkan kualitas hidup anggota keluarganya tidak baik.
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan, terdapat hubungan positif yang sangat kuat dan secara statistik signifikian antara fungsi keluarga dan kualitas hidup lansia. Kesimpulan ini dibuat setelah mengontrol pengaruh faktor perancu usia, jenis kelamin, bentuk keluarga, dan pekerjaan. Dokter keluarga disarankan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada keluarga untuk meningkatkan fungsi keluarga, dalam rangka untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar A (1997).Pengantar pelayanan dokter keluarga. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
Balgis (2009), Kedokteran keluarga. Surakarta: Sebelas Maret University Press
Depkes (2003).Kegiatan kesehatan di kelompok usialanjut.Edisi 2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Hwang HF, Liang WM, Chiu YN, Lin MR (2003). Suitability of the WHOQOL-Bref for community-dwelling older people in Taiwan.Age and Ageing.9: 593 – 600
Kuntjoro ZS (2002), Masalah kesehatan lansia.http:/ /www.e-psikologi.com.Diakses 12 Oktober 2010 Murti B (2010). Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang
kesehatan. Edisi ke 2. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Nawi Ng, Hakimi M, Byass P, Wilopo S, Wall S (2010), Health and Quality of Life Among Older Rural People in Purworejo District Indonesia,
Glob Health Action v3
Notoatmodjo S (2007), Kesehatan masyarakat ilmu dan seni, Jakarta: PT.Rineka Cipta
Nugroho W (2006) Keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC
WHO (2004). WHO quality of life BREF. Geneva: World Health Organization.