CORPORATE GOVERNANCE MEMODERASI PENGARUH BOOK TAX DIFFERENCES PADA PERSISTENSI LABA
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)
SKRIPSI
Oleh:
LUH AYU PUJIASTINI UTARI NIM: 1206305144
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA
i
CORPORATE GOVERNANCE MEMODERASI PENGARUH BOOK TAX
DIFFERENCES PADA PERSISTENSI LABA
(STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011 – 2014)
SKRIPSI
Oleh:
LUH AYU PUJIASTINI UTARI NIM: 1206305144
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana Denpasar
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal:
Tim Penguji: Tanda tangan
1. Ketua : Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE., M.Si., Ak. 2. Sekretaris : Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak.
3. Anggota : Dr. I G.K. Agung Ulupui, SE., M.Si., Ak.
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi Pembimbing
Dr. A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak
iii
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur – unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan pertauran perundang – undangan yang berlaku.
Denpasar, 21 November 2015
Mahasiswa
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan kasih-Nya, skripsi yang berjudul “Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014)” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Dr.A.A.G.P Widanaputra, SE., M.Si., Ak dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., MSi., masing – masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Bapak Dr. Gerianta Wirawan Yasa, SE., M.Si selaku pembimbing akademik (PA) atas waktu, bimbingan serta motivasi yang tiada henti selama saya menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 5. Bapak Drs. I Made Mertha, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang selalu
meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta arahan dan motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. I Ketut Yadnyana, SE, M.Si., Ak selaku dosen pembahas yang selalu meluangkan waktu dan memberikan arahan kepada penulis. 7. Seluruh Dosen, Staf dan Segenap Civitas Akademika Universitas Udayana
yang telah membantu penulis selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
8. Orang tua tercinta, I Nengah Sayang dan Ni Nyoman Rumih yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan kasih sayang serta doanya yang tulus dan tiada hentinya, adik – adik saya Kadek Dewi Puspita Utari, Komang Diah Prastika Utari, Ketut Diva Pramayani Utari dan Gede Rama Sadikya Utara serta semua keluarga besar atas dukungan serta doanya yang tulus selama saya menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
v
10. Teman – teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan rekan – rekan akuntansi 2012 yang senantiasa membantu selama perkuliahan dan memberi motivasi selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman – teman KKN Desa Belimbing, Pupuan yang telah berbagi keceriaan dan memberikan pengalaman hidup baru kepada penulis selama sebulan. 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas doa dan
bantuannya dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 21 November 2015
vi
Judul :Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 – 2014)
Nama : Luh Ayu Pujiastini Utari NIM : 1206305144
Abstrak
Persistensi laba adalah salah satu pertimbangan untuk mengukur kualitas laba. Persistensi laba dapat membantu pemilik dan para stakeholder perusahaan dalam menaksir laba perusahaan di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh book tax
differences pada persistensi laba yang dimoderasi oleh corporate governance.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 – 2014. Metode pemilihan sampel menggunakan metode nonprobability sampling dengan teknik purposive
sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang
diperoleh dari mengakses www.idx.co.id dan mengakses www.mitrariset.com untuk melihat perusahaan yang masuk dalam pemeringkatan CGPI. Data penelitian dianalisa dengan analisis regresi linear berganda dan uji regresi interaksi (MRA).
Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa : 1) Perusahaan dengan large positive book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba
dan large negative book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba,
2) Corporate governance memperlemah pengaruh large positive book tax
differences pada persistensi laba secara signifikan dan Corporate governance
tidak memperlemah pengaruh large negative book tax differences pada persistensi laba.
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori ... 11
2.1.1 Teori Stakeholder ... 11
2.1.2 Persistensi Laba ... 12
2.1.3 Book Tax Differences ... 13
2.1.4 Large Positive Book Tax Differences ... 16
2.1.5 Large Negative Book Tax Differences ... 18
2.1.6 Small Book Tax Differences ... 20
2.1.7 PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan ... 20
2.1.8 Koreksi Fiskal ... 22
2.1.9 Corporate Governance... 26
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28
2.3 Hipotesis Penelitian ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 36
3.2 Lokasi Penelitian ... 36
3.3 Obyek Penelitian ... 37
3.4 Identifikasi Variabel ... 37
3.5 Definisi Operasional Variabel ... 38
viii
3.7 Populasi, Sampel dan Teknik Penentuan Sampel ... 41
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 42
3.9 Teknik Analisis Data ... 43
3.9.1 Statistik Deskriptif ... 43
3.9.2 Uji Asumsi Klasik ... 43
3.9.3 Uji Hipotesis ... 45
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian ... 49
4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 50
4.3 Uji Asumsi Klasik ... 52
4.4 Uji Hipotesis ... 56
4.5 Pembahasan Penelitian ... 59
4.8.1 Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba ... 59
4.8.2 Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Diperlemah oleh Corporate Governance ... 61
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 63
5.2 Saran ... 63
DAFTAR RUJUKAN ... 65
ix
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28
4.1 Hasil Seleksi Pemilihan Sampel... 50
4.2 Hasil Statistik Deskriptif ... 51
4.3 Hasil Uji Normalitas ... 53
4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ... 54
4.5 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 54
4.6 Hasil Uji Autokorelasi... 55
x
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laba yang disajikan dalam laporan keuangan merupakan suatu indikator dalam menilai kinerja pihak manajemen. Informasi laba merupakan hal yang sangat penting bagi pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan, baik itu pihak
stakeholder maupun pihak manajemen perusahaan. Menurut Statement of
Financial Accounting Concept (SFAC) No 1, informasi laba merupakan fokus
utama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen. Selain itu, informasi laba juga dapat membantu pemilik dan para stakeholder perusahaan dalam menaksir laba perusahaan di masa yang akan datang. Dengan begitu besarnya peranan dari informasi laba, maka kualitas laba menjadi hal yang sangat penting bagi para pengambil keputusan.
2
jika laba kurang persisten menunjukkan laba yang kurang informatif. Lako (2007) dalam Purwanti (2013) menyatakan bahwa jika perusahaan melaporkan laba dengan tingkat kenaikan yang sangat signifikan secara tiba-tiba dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, maka ada kemungkinan manajemen perusahaan melakukan rekayasa. Begitu pula sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba dengan tingkat penurunan yang sangat drastis atau dengan kata lain perusahaan mengalami kerugian yang besar tanpa keterangan memadai, maka ada kemungkinan juga manajemen perusahaan mencoba melakukan penghindaran pajak.
Relevan dan handal merupakan dua kualitas utama dalam menentukan apakah informasi akuntansi berguna bagi para pengambil keputusan. Informasi akuntansi dapat dikatakan relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan dan dapat dikatakan handal apabila dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan (PSAK 50). Persistensi laba merupakan salah satu komponen dari kualitas laba. Persistensi laba sering digunakan sebagai pertimbangan kualitas laba karena merupakan salah satu komponen dari ciri kualitatif relevansi, yaitu predictive
value (Jonas dan Blanchet, 2000 dalam Martani dan Persada, 2010), artinya
informasi harus mampu membantu pengguna untuk melakukan prediksi dari masa lalu, sekarang dan untuk masa depan. Penman (2001) menyatakan bahwa persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang
(expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (current
earnings). Laba yang berkesinambungan (sustainable) untuk suatu periode yang
3
tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang persisten dan laporan laba yang dihasilkan berkualitas.
Laba di dalam laporan keuangan selain digunakan untuk menilai kinerja manajemen juga digunakan dalam dasar penetapan pajak. Adanya perbedaan pengakuan biaya dan penghasilan menurut ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan menyebabkan perbedaan antara penghasilan sebelum pajak (laba akuntansi) dengan penghasilan kena pajak (laba fiskal) yang disebut dengan book tax differences.
Beberapa peneliti telah meneliti mengenai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal (book tax differences) dengan kaitannya terhadap persistensi laba. Tang (2006), Yulianti (2005), Phillips et al. (2002) telah membuktikan bahwa
book tax differences dapat mengindikasikan manajemen laba dalam meningkatkan
laba, dengan kata lain secara tidak langsung book tax differences juga mengindikasikan kualitas laba yang rendah. Logika yang mendasari adalah adanya peraturan yang lebih ketat dalam menentukan laba fiskal, sehingga perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal dapat memberikan informasi tentang management discretion dalam proses akrual. Semakin besar perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal maka akan menunjukkan bahwa terdapatnya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan (Hanlon, 2005).
4
Laporan keuangan komersial merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan selama periode tertentu yang menyajikan informasi keuangan perusahaan dan ditujukan untuk menilai kinerja serta keadaan finansial perusahaan. Di sisi lain, laporan keuangan fiskal disusun berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan ditujukan untuk menghitung pajak yang terutang. Perbedaan penyusunan kedua laporan keuangan tersebut menyebabkan perbedaan dalam perhitungan laba (rugi) entitas sehingga penghasilan sebelum pajak (laba akuntansi) dengan penghasilan kena pajak (laba fiskal) juga berbeda. Penyebab perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan permanen (permanent differences) dan perbedaan temporer (temporary
differences) atau perbedaan waktu (Zdulhiyanov, 2015).
Perbedaan permanen terjadi karena adanya perbedaan peraturan dalam pengakuan penghasilan dan biaya selama suatu periode antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan. Berbeda dengan perbedaan temporer yang terjadi karena adanya perbedaan waktu pengakuan penghasilan dan biaya selama suatu periode antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan sehingga dapat mengakibatkan laba akuntansi lebih tinggi dari laba fiskal, begitu pula sebaliknya. Perbedaan temporer tercermin dalam laporan keuangan komersial sebagai pajak tangguhan (deferred taxes) yang dapat berupa aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan.
Blaylock et al. (2010) menyatakan bahwa book tax differences memiliki 3 kelompok, yaitu Large Positive Book Tax Differences (LPBTD), Large Negative
5
hanya memfokuskan pada perbedaan temporer yang ditunjukkan oleh akun biaya (manfaat) pajak tangguhan, variabel book tax differences mewakili subsampel perusahaan dengan perbedaan besar positif (large positive book tax differences), perbedaan besar negatif (large negative book tax differences) dan perbedaan kecil antara laba akuntansi dan laba fiskal (small book tax differences) sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2006) dan Zdulhiyanov (2015). Penelitian ini tidak menggunakan perbedaan permanen dalam analisis utama, karena perbedaan permanen hanya mempengaruhi periode terjadinya saja dan tidak mengindikasikan kualitas laba yang dihubungkan dengan proses akrual, selain itu perbedaan permanen tidak menimbulkan konsekuensi adanya penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan (future taxable and future deductible amounts), yang berhubungan dengan proses akrual, sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan.
Book tax differences dapat mengindikasikan manajemen laba dalam
meningkatkan laba yang artinya informasi yang dilaporkan tidak sesuai dengan aktivitas sebenarnya dari suatu perusahaan sehingga dapat menyesatkan
stakeholder sebagai penerima informasi dari manajemen, dengan kata lain secara
6
.Informasi yang terdapat di dalam book tax differences berupa perbedaan temporer mengenai laba akuntansi sebelum pajak satu periode mendatang boleh digunakan ataupun tidak digunakan oleh para stakeholder dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan teori stakeholder yang mengharapkan manajemen melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder, maka untuk membantu berjalannya harapan dari stakeholder terhadap manajemen tersebut maka diterapkanlah tata kelola perusahaan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga manajemen tidak melakukan aktivitas yang menyimpang dari keinginan stakeholder. Sulistyanto (2008) mengatakan bahwa corporate
governance adalah suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
agar tercipta nilai tambah bagi semua stakeholders perusahaan. Melalui corporate
governance, diharapkan nilai perusahaan akan dinilai baik oleh para investor
(Susanti, dkk., 2010). Munculnya konsep mengenai corporate governance ini dikarenakan tuntutan pihak luar perusahaan agar informasi yang terkandung dalam laporan keuangan dapat dipercaya dan dapat memberikan jaminan kepada investor yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Penerapan tata kelola perusahaan ini dapat diukur dengan Corporate governance perception index (CGPI). CGPI merupakan riset dan pemeringkatan perusahaan di Indonesia pada perusahaan publik yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute of
Corporate Governance (IICG).
Penelitian mengenai persistensi laba dalam kaitannya dengan book tax
differences hasil penelitiannya menunjukkan hasil yang belum konsisten antara
7
bahwa book tax differences memiliki signifikan negatif terhadap laba sebelum pajak penghasilan satu periode ke depan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) book tax differences memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibandingkan small book tax differences. Begitu pula menurut Wiryandari dan Yulianti (2008) serta Purwanti (2013) membuktikan bahwa perusahaan dengan perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal positif (negatif) secara signifikan memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibanding perusahaan dengan beda laba akuntansi dan laba fiskal yang kecil. Berbeda dengan Jumiati (2014) dan Djamaluddin dkk (2008) yang membuktikan bahwa
book tax differences tidak memiliki pengaruh pada persistensi laba dengan
menunjukkan perusahaan large positive (negative) book tax differences tidak memiliki persistensi laba yang lebih rendah dibandingkan small book tax differences.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka judul penelitian ini adalah Corporate Governance Memoderasi Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka terdapat rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, antara lain:
1) Apakah book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba? 2) Apakah corporate governance memperlemah pengaruh book tax differences
8 1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui apakah book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba.
2) Untuk mengetahui pengaruh book tax differences pada persistensi laba yang diperlemah oleh corporate governance.
1.4 Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut.
1) Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi penelitian yang sejenis maupun civitas akademika lainnya yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi persistensi laba dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan.
2) Kegunaan praktis
9 1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan dan disusun dengan sistematika penyajian sebagai berikut.
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan latar belakang masalah yang mendorong dilakukannya penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini berisi mengenai landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini, hasil penelitian sebelumnya serta hipotesis dari penelitian yang dilakukan.
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini memaparkan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab IV : Pembahasan Hasil Penelitian
10 Bab V : Simpulan dan Saran
11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
Bab ini memuat uraian teori-teori yang mendukung penelitian ini. Teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam memecahkan permasalahan ini adalah Teori Stakeholder, Persistensi Laba, Book Tax Differences, Large Positive Book
Tax Differences, Large Negative Book Tax Differences, PSAK 46 tentang Pajak
Tangguhan, Koreksi Fiskal dan Corporate Governance. Bab ini juga membahas tentang penelitian sebelumnya untuk membangun rumusan hipotesis.
2.1.1Teori Stakeholder
Berdasarkan teori stakeholder (Guthrie et al, 2002 dalam Pratiwi, 2014), manajemen perusahaan diharapkan untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder dan melaporkan informasi kepada
stakeholder. Stakeholder sendiri adalah orang-orang yang mempunyai
kepentingan terhadap suatu perusahaan seperti kreditur, pemerintah, dan badan pembuat regulasi.
Teori ini mengharapkan manajemen perusahaan melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan kepada para stakeholder, yang berisi mengenai bagaimana dampak kegiatan atau aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan kepada
stakeholder. Jadi stakeholder mempunyai hak untuk mengetahui informasi yang
12
yang terdapat di dalam book tax differences baik berupa perbedaan temporer mengenai laba akuntansi sebelum pajak satu periode mendatang boleh digunakan ataupun tidak digunakan oleh para stakeholder dalam pengambilan keputusan.
Sesuai dengan teori ini yang mengharapkan manajemen melakukan aktivitas sesuai dengan yang diharapkan stakeholder, maka untuk membantu berjalannya harapan dari stakeholder terhadap manajemen tersebut maka diterapkanlah tata kelola perusahaan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga manajemen tidak melakukan aktivitas yang menyimpang dari keinginan stakeholder.
2.1.2Persistensi Laba
Persistensi laba adalah laba akuntansi yang diharapkan di masa mendatang
(expected future earnings) yang tercermin pada laba tahun berjalan (Penman,
2001). Laba yang berkesinambungan (sustainable) untuk suatu periode yang akan datang merupakan cerminan laba yang berkualitas (Ikhsan, 2012). Laba yang tidak terlalu berfluktuatif merupakan ciri dari laba yang persisten. Laba merupakan salah satu tujuan perusahaan selain untuk dapat bertahan hidup (going
concern). Laba yang berkualitas adalah laba yang dapat mencerminkan kelanjutan
13
komponen nilai prediktif laba, oleh karena persistensi merupakan unsur relevansi, maka persistensi dapat digunakan untuk menilai kualitas laba.
Persistensi laba mengindikasikan laba yang berkualitas karena menunjukkan bahwa perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu, serta melihat bahwa perusahaan tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menyesatkan pengguna informasi, karena laba perusahaan tidak berfluktuatif tajam. Pihak eksternal perusahaan seperti investor menginginkan laba yang persisten, hal ini disebabkan karena investor dapat memprediksi nilai perusahaan yang tercermin dalam harga saham. Persistensi laba diukur menggunakan koefisien regresi (β1)
antara laba akuntansi sebelum pajak tahun depan (PTBIt+1) dengan laba akuntansi sebelum pajak periode sekarang (PTBIt) (Hanlon, 2005). Menurut Hanlon (2005) laba sebelum pajak pada masa depan (PTBIt+1) adalah sebagai proksi laba akuntansi yang dihitung dari laba perusahaan sebelum pajak (PTBIt) dibagi total aset.
2.1.3Book Tax Differences
14
Rekonsiliasi fiskal merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan keuangan komersial berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan di Indonesia. Rekonsiliasi fiskal tersebut dilakukan pada akhir periode pembukuan yang menyebabkan terjadi perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal. Perbedaan tersebut disebabkan oleh ketentuan pengakuan dan pengukuran yang berbeda antara standar akuntansi keuangan dan peraturan pajak. perbedaan tersebut secara umum dikelompokkan kedalam perbedaan permanen dan perbedaan temporer (Martini dan Persada, 2010).
Perbedaan permanen disebabkan oleh pengaturan yang berbeda terkait dengan pengakuan penghasilan dan biaya antara standar akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jadi dengan kata lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, ada beberapa penghasilan yang bukan merupakan objek pajak, sedangkan secara komersial penghasilan tersebut diakui sebagai penghasilan. Begitu juga sebaliknya, ada beberapa biaya sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan termasuk biaya fiskal yang tidak boleh dikurangkan, sedangkan menurut komersial biaya tersebut diperhitungkan sebagai biaya.
15
komersial mengakuinya sebagai penghasilan atau biaya pada periode yang bersangkutan.
Manajer dapat menggunakan kebijakannya ketika memilih salah satu diantara beberapa metode-metode akuntansi dalam proses akrual, misalnya ketika menentukan metoda depresiasi, pengestimasian periode depresiasi dan amortisasi, serta manajer bebas menggunakan pertimbangannya untuk menentukan besarnya cadangan dana yang dapat mengurangi laba, misalnya penentuan cadangan piutang tidak tertagih, cadangan kompensasi, cadangan garansi, dan lain-lain (Mills dan Newberry, 2001 dalam Irfan, 2013).
Menurut Wijayanti (2006) tujuan pajak perusahaan hanya untuk mengakui pendapatan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan pada periode yang bersangkutan. Artinya, pendapatan dicatat ketika kas diterima, penangguhan pendapatan (unearned) tidak dimasukkan dalam laba fiskal, dan biaya diakui pada saat kas dikeluarkan, atau cash basic. Peraturan pajak juga tidak memberikan banyak kebebasan bagi manajemen untuk memilih prosedur akuntansi dalam pelaporan pajaknya. Peraturan pajak tidak memperkenankan adanya pengestimasian dan pencadangan biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak.
16
penambahan atau pengurangan jumlah pajak masa depan. Sebaliknya, perbedaan temporer dapat menimbulkan jumlah pajak yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dimasa depan (future taxable and future deductible amounts), yang berhubungan dengan proses akrual, sehingga dapat digunakan untuk penilaian kualitas laba masa depan.
Perbedaan temporer yang dapat menambah jumlah pajak di masa depan akan diakui sebagai utang pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya biaya pajak tangguhan (deferred tax expense), sehingga kenaikan utang pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan lebih awal atau menunda biaya untuk pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak. Sebaliknya, perbedaan temporer yang dapat mengurangi jumlah pajak dimasa depan akan diakui sebagai aset pajak tangguhan dan perusahaan harus mengakui adanya keuntungan atau manfaat pajak tangguhan (deferred tax benefit), yang berarti bahwa kenaikan aset pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui biaya lebih awal atau menangguhkan pendapatannya untuk tujuan pelaporan keuangan dibanding pelaporan pajak (Phillips et al., 2002). Blaylock et al. (2010) menyatakan bahwa book tax differences memiliki 3 kelompok, yaitu
Large Positive Book Tax Differences (LPBTD), Large Negative Book Tax
Differences (LNBTD), dan Small Book Tax Differences.
2.1.4Large Positive Book Tax Differences
Large positive book tax differences atau perbedaan besar positif terjadi
17
book tax differences merupakan selisih antara laba akuntansi dengan laba fiskal,
dimana laba akuntansi lebih besar dari laba fiskal (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013).
Soewito (2009) dalam Pratiwi (2014) menyatakan bahwa large positive book
tax differences akan timbul jika perbedaan temporer menyebabkan terjadinya
koreksi fiskal negatif. Koreksi fiskal negatif merupakan penyesuaian terhadap penghasilan netto komersial (laba akuntansi sebelum pajak penghasilan) untuk menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan pajak penghasilan dan peraturan pelaksanaannya yang bersifat mengurangi penghasilan dan atau menambah biaya-biaya komersial tersebut. Koreksi tersebut menyebabkan beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut ketentuan peraturan perpajakan, sehingga large positive book tax
differences akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di
laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang
(payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
kena pajak.
Menurut Prabowo (2010) dalam Irfan (2013) secara garis besar penyebab timbulnya large positive book tax differences ada dua, yaitu sebagai berikut. 1) Terdapatnya pendapatan atau keuntungan tertentu yang telah diakui dalam
18
dalam penghitungan pajak keuntungan tersebut belum diakui. Pajak baru mengakui keuntungan tersebut apabila keuntungan tersebut telah terealisasi yaitu pada saat efek tersebut dijual.
2) Terdapatnya beban atau kerugian tertentu yang dikurangkan untuk perhitungan pajak tahun berjalan, tetapi baru akan dikurangkan dalam tahun mendatang untuk tujuan pelaporan keuangan. Contohnya, beban penyusutan yang timbul akibat perbedaan masa manfaat aset menurut undang-undang pajak penghasilan, dimana masa manfaat aset lebih pendek dibandingkan estimasi masa manfaat aset yang dilakukan oleh manajemen, sehingga beban penyusutan menurut pajak lebih besar dari perhitungan dalam laporan keuangan komersil. Akibatnya laba komersil sebelum pajak lebih besar dari laba fiskal.
2.1.5Large Negative Book Tax Differences
Large negative book tax differences atau perbedaan besar negatif terjadi
akibat adanya perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban antara Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan perpajakan. Large
negative book tax differences adalah selisih antara laba akuntansi dengan laba
fiskal, dimana laba akuntansi lebih kecil dari laba fiskal (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013).
Large negative book tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau
19
penghasilan kena pajak berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang pajak penghasilan beserta peraturan pelaksanaanya, yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi biaya-biaya komersial tersebut, sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan, sehingga large negative book tax differences akan menimbulkan manfaat pajak tangguhan (deffered tax benefit) di laba rugi dan aset pajak tangguhan (deffered tax asset) di neraca. Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terpulihkan (recovable) pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian (Soewito, 2009 dalam Pratiwi, 2014).
Prabowo (2010) dalam Irfan (2013) menyatakan secara garis besar large
negative book tax differences timbul akibat dua hal, yaitu:
1) Terdapatnya penghasilan atau keuntungan kena pajak belum diakui di laporan keuangan tetapi telah diakui di laporan perpajakan. Contohnya, pendapatan sewa yang diterima dimuka diakui sebagai pendapatan untuk tujuan perpajakan namun diakui pada periode-periode di masa depan untuk tujuan laporan keuangan.
20 2.1.6Small Book Tax Differences
Small book tax differences atau perbedaan kecil adalah perbedaan antara
laba akuntansi dan laba fiskal, dimana nilai perbedaan antara laba akuntansi dan laba fiskal tersebut relatif kecil, sehingga mengindikasikan kualitas laba yang dihasilkan baik (Prabowo, 2010 dalam Irfan, 2013).
2.1.7PSAK 46 tentang Pajak Tangguhan
Aset pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan yang dapat dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan, akumulasi rugi pajak belum dikompensasi, dan akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan. Beban pajak (Penghasilan pajak) adalah jumlah agregat pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba atau rugi pada satu periode. Dasar pengenaan pajak atas aset atau liabilitas adalah nilai yang terkait dengan aset atau liabilitas untuk tujuan pajak.
21
Pajak penghasilan adalah pajak yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas laba kena pajak entitas. Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi, atau usaha tertentu.
Pajak kini adalah jumlah pajak penghasilan yang terutang (dilunasi) atas laba kena pajak (rugi pajak) untuk satu periode. Perbedaan temporer adalah perbedaan antara jumlah tercatat aset atau liabilitas pada posisi keuangan dengan dasar pengenaan pajaknya. Perbedaan temporer dapat berupa:
1) Perbedaan temporer kena pajak adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah kena pajak dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
2) Perbedaan temporer dapat dikurangkan adalah perbedaan temporer yang menimbulkan jumlah yang dapat dikurangkan dalam penghitungan laba kena pajak (rugi pajak) periode masa depan pada saat jumlah tercatat aset atau liabilitas dipulihkan atau diselesaikan.
22
suatu transaksi yang bukan transaksi kombinasi bisnis dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi laba akuntansi dan laba kena pajak (rugi pajak).
Aset pajak tangguhan diakui untuk seluruh perbedaan temporer dapat dikurangkan, sepanjang kemungkinan besar bahwa laba kena pajak akan tersedia dalam jumlah yang cukup memadai sehingga perbedaan temporer dapat dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan, kecuali jika aset pajak tangguhan timbul dari pengakuan awal aset atau pengakuan awal liabilitas dalam transaksi yang bukan dari transaksi kombinasi bisnis dan pada saat transaksi, tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba kena pajak (rugi pajak).
Aset dan liabilitas pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aset dipulihkan atau liabilitas diselesaikan, yaitu dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada periode pelaporan. Pengukuran aset dan liabilitas pajak tangguhan harus mencerminkan konsekuensi pajak yang sesuai dengan cara yang diharapkan entitas, pada akhir periode pelaporan, untuk memulihkan atau menyelesaikan jumlah tercatat aset dan liabilitas.
2.1.8Koreksi Fiskal
23
melakukan penyesuaian laporan perhitungan rugi-labanya tersebut agar sesuai dengan ketentuan dan peraturan undang-undang perpajakan. Langkah penyesuaian ini dilakukan dengan cara mencari pos-pos rekening yang berbeda perlakuan antara prinsip akuntansi berlaku umum dengan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan. Pos-pos rekening ini yang perlu dilakukan koreksi fiskal. Hal-hal yang menimbulkan perbedaan antara Standar Akuntansi Keuangan dengan UU Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000 antara lain:
1) Perbedaan Konsep Penghasilan Contoh:
a. Deviden yang diterima oleh PT, Yayasan, Koperasi, BUMN/BUMD, b. Sisa Cadangan Kerugian Piutang bagi Bank, Leasing dan Asuransi 2) Perbedaan Cara Pengukuran Penghasilan
Contoh : Penjualan diukur sebesar jumlah yang dibebankan kepada pembeli tidak melihat apakah ada hubungan istimewa atau tidak.
3) Perbedaan konsep biaya pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah semua pengorbanan ekonomis dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Tidak terbatas hanya biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan saja. Singkatnya, biaya menurut pajak adalah pengeluaran-pengeluaran yang ada kaitan langsung dengan perolehan penghasilan (cash basic).
24
5) Perbedaan Cara Pembebanan atau Alokasi Biaya Contoh :
a. Penyusutan, hanya metode Garis Lurus dan Saldo Menurun dengan tarif yang telah ditentukan.
b. Pengakuan Kerugian Piutang hanya menggunakan metode langsung. c. Penilaian Persediaan hanya menggunakan metode rata-rata dan FIFO. 6) Adanya penghasilan yang kena pajak penghasilan secara final. Penghasilan
yang dikenakan pajak secara final berarti telah diperhitungkan pajak penghasilannya sehingga tidak perlu diperhitungkan lagi dalam menghitung pajak penghasilan di akhir tahun maka harus dikeluarkan dari laporan perhitungan laba-rugi.
Jenis Koreksi Fiskal ada dua yaitu Koreksi Fiskal Positif dan Koreksi Fiskal Negatif. Koreksi Fiskal Positif (FKP) adalah koreksi fiskal yang menambah besarnya laba kena pajak. Sedangkan Koreksi Fiskal Negatif (FKN) adalah koreksi fiskal yang mengurangi laba kena pajak.
Soewito (2009) dalam Pratiwi (2014) menyatakan bahwa large positive book
tax differences akan timbul jika perbedaan temporer menyebabkan terjadinya
25
menurut ketentuan peraturan perpajakan, sehingga large positive book tax
differences akan menimbulkan biaya pajak tangguhan (deffered tax exspenses) di
laporan laba rugi dan kewajiban pajak tangguhan (deffered tax liabilities) di neraca. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang
(payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer
kena pajak.
Large negative book tax differences timbul apabila perbedaan temporer atau
26 2.1.9Corporate Governance
Corporate governance menurut Forum for Corporate Governance
Indonesian (FCGI, 2001) adalah seperangkat peraturan yang menetapkan
hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemangku kepentingan internal maupun eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Dalam konsep good corporate
governance terdapat prinsip-prinsip dasar yang meliputi transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan (KNKG, 2006).
Prinsip-prinsip yang terkandung dalam good corporate governance yang dijabarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) meliputi lima prinsip sebagai berikut.
1) Transparansi (keterbukaan)
27
2) Accountability (akuntabilitas)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban dalam organ perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan berjalan dengan efektif.
3) Responsibility (pertanggung jawaban)
Responsibilitas merupakan kepatuhan dalam pengelolahan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat, peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan pemenuhan terhadap tanggungjawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.
4) Independency (independensi)
Independensi merupakan pengelolaan perusahaan harus dilakukan secara independen dalam hal ini bebas dari kepentingan pihak manapun yang tidak sesuai dengan prinsip korporasi yang sehat dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
5) Fairness (kewajaran)
Fairness adalah perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi kebutuhan
stakeholder dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Perusahaan harus memperhatikan hak-hak para pemangku kepentingan berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan kearah yang lebih baik.
Indonesian Institute of Corporate Governance (IICG) merupakan salah satu
28
governance di perusahaan yang telah melakukan riset mengenai penerapan
corporate governance di Indonesia. IICG memeringkatkan penerapan corporate
governance di Indonesia melalui riset guna memacu perusahaan di Indonesia
dalam peningkatan kualitas penerapan konsep corporate governance. Pemeringkatan yang dilakukan oleh IICG berupa indeks, yaitu Corporate
Governance Perception Index (CGPI). CGPI yang dilakukan oleh IICG
bekerjasama dengan majalah SWA yang merupakan program tahunan sebagai bentuk perhargaan terhadap inisiatif dan hasil upaya perusahaan dalam mewujudkan bisnis yang etikal dan bermartabat sejak tahun 2001. Penerapan
corporate governance ini diukur dengan menggunakan skala skor yang terdiri dari
3 kategori berdasarkan tingkat kepercayaan, yaitu 55 – 69 cukup terpercaya, 70 –
84 terpercaya, dan 85 – 100 sangat terpercaya.
Penerapan corporate governance memiliki manfaat bagi perusahaan, yaitu meningkatkan kinerja perusahaa melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders (FCGI, 2001).
2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
[image:39.595.146.535.651.731.2]Tabel 2.2 berikut menyajikan ringkasan penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan referensi dan berhubungan dengan penelitian ini.
Tabel 2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No. Judul
Penelitian
Peneliti dan Tahun Penelitian
Alat Analisis dan Variabel
Hasil Penelitian
1. Analisis
Pengaruh Book Tax Differences
Intan Ratna Pratiwi (2014)
Regresi Berganda Variabel Independen:
29 terhadap Persistensi Laba  Perbedaan permanen  Perbedaan temporer  Large positive
book tax differences
 Large negative book tax differences
Variabel Dependen:  Persistensi laba Variabel Kontrol:
 Komponen arus
kas dan akrual
 Ukuran
perusahaan  Return on asset
signifikan terhadap persistensi laba dan perbedaan temporer tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba, sedangkan large positive book tax differences dan
large negative book tax
differences tidak berpengaruh signifikan terhadap persistensi laba.
2. Pengaruh
Kualitas Penerapan
Corporate Governance dan konsentrasi kepemilikan terhadap Persistensi Laba Taufikul Ikhsan (2012) Regresi Berganda Variabel Independen:  Kualitas penerapan corporate governance  Konsentrasi kepemilikan Variabel Dependen:
 Persistensi laba
Kualitas penerapan corporate governance berpengaruh terhadap persistensi laba, sedangkan konsentrasi kepemilikan tidak signifikan berpengaruh terhadap persistensi laba.
3. Pengaruh
Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba
Sheila Nike Purwanti (2013)
Regresi Berganda Variabel Independen:
 Large positive book tax differences
 Large negative book tax differences
Variabel Dependen:  Persistensi laba
Perbedaan antara laba akuntansi dan
laba fiskal
berpengaruh terhadap persistensi laba.
4. Pengaruh Book Tax Differences terhadap Persistensi Laba Mohd. Zdulhiyanov (2015) Regresi Berganda Variabel Independen:
 Large positive book tax differences
 Large negative book tax
large positive book tax differences dan
large negative book tax differences
30 differences Variabel Dependen: Persistensi laba terhadap persistensi laba.
5. Pengaruh
Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba dengan Komponen Akrual dan Aliran Kas sebagai Variabel Moderasi Fatkhur Haris Irfan (2013) Regresi Berganda Variabel Independen:
 Large positive book tax differences
 Large negative book tax differences
 Perubahan pendapatan  Nilai aset tetap
kotor
 Ukuran
perusahaan Variabel Dependen:  Perbedaan laba
akuntansi dan laba fiskal  Persistensi laba Variabel Moderasi:
 Komponen
akruan dan aliran kas
Perubahan pendapatan dan nilai aset tetap kotor berpengaruh terhadap
perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, sedangkan
large positive book tax differences dan moderasi
komponen akrual dan aliran kas dengan large negative book tax differences
berpengaruh terhadap persistensi laba.
6. Pengaruh
Kepemilikan Manajerial dan Book Tax Differences pada Persistensi Laba
Fitria Jumiati (2014)
Regresi berganda Independen:
 Kepemilikan manajerial  Large positive
book tax differences
 Large negative book tax differences
Dependen:
 Persistensi laba
Kepemilikan manajerial berpengaruh positif pada persistensi laba. Large positif (negatif) book tax differences tidak berpengaruh pada persistensi laba.
7. Pengaruh Tata
Kelola Perusahaan dan Struktur Kepemilikan terhadap Persistensi Laba Mohammad Khafid (2012) Regresi berganda Independen:
 Komposisi dewan
komisaris  Kepemilikan
manajerial  Komite audit Dependen:
 Persistensi laba
31
8. Earning
Management: New Evidence Based on Deferred Tax Expense
Phillips et al.
(2002)
Pooled Regresion
Independen:  Deffered tax
expense, accrual, cash flow operation, characteristic industry Dependen:  Earning Management Beban pajak tangguhan berguna untuk mendeteksi manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari kerugian dan penurunan laba.
9. The Persistence
and Pricing of Earnings, Accrual, and Cash Flows When Firms Have Large Book Tax Differences Hanlon (2005) Pooled Regresion Independen:  Large positive
book tax differences
 Large negative book tax differences Dependen:  Earning persistence Large positive book tax differences dan
large negative book tax differences mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan dengan perusahaan dengan small book tax differences.
10. Analisis Pengaruh Perbedaan antara Laba Akuntansi dan Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, Akrual, dan Arus Kas.
Wijayanti (2006)
Pooled Regresion
Independen:
 Persistensi laba, akrual, dan arus kas
Dependen:
 Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal
Large positive book tax differences dan
large negative book tax differences mempunyai persistensi laba yang lebih rendah.
11. Hubungan
Perbedaan Laba Akuntansi dan Laba Pajak dengan Perilaku Manajemen Laba dan Persistensi Laba Wiryandari dan Yulianti (2008)
Regresi linier
berganda Independen:
 Persistensi laba  Perilaku
manajemen laba Dependen:
 Perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal
32
memiliki persistensi laba yang lebih rendah.
12. Book-Tax
Differences and Earning Growth Jackson (2009) Pooled Regresion Independen:  Permanent differences  Temporer differences Dependen:
 Earning growth
Terdapat hubungan negatif antara komponen perbedaan temporer dengan perubahan di masa depan beban pajak, sedangkan komponen sementara berhubungan negatif dengan perubahan dalam laba sebelum pajak masa depan. 13. Pengaruh Book
Tax Gap
terhadap Persistensi Laba
Martani dan Persada (2010)
Regresi linier
berganda Independen:
 Book tax gap
Dependen:
 Persistensi laba
Perbedaan permanen memiliki hubungan negatif terhadap perubahan laba bersih, sedangkan perbedaan temporer memiliki hubungan positif terhadap perubahan laba bersih.
2.3 Hipotesis Penelitian
2.3.1Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba
Book tax differences dapat memberikan informasi mengenai kualitas laba.
33
mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya sehingga para stakeholder tidak dapat mengambil keputusan dengan baik melalui informasi yang terkandung dalam laba tersebut. Artinya book tax differences dapat mempengaruhi persistensi laba sebagai salah satu ukuran dari kualitas laba. Persistensi laba digunakan sebagai ukuran kualitas laba karena merupakan ciri kualitatif relevansi, yaitu
predictive value. Mengikuti penelitian Purwanti (2013) book tax differences
dilihat dari large positive book tax differences, large negative book tax
differences, dan small book tax differences. Pratiwi (2014), Martani dan Persada
(2010), Wijayanti (2006), Tang (2006), Yulianti (2005), dan Phillips et al. (2002) membuktikan bahwa perusahaan dengan large positive (negative) book tax
differences berpengaruh signifikan negatif terhadap persistensi laba, artinya
perusahaan dengan large positive (negative) book tax differences mempunyai laba yang kurang persisten dibandingkan perusahaan dengan small book tax
differences. Perusahaan dengan perbedaan perbedaan laba akuntansi dan laba
fiskal yang besar diperkirakan memiliki persistensi laba yang rendah dibandingkan perusahaan dengan perbedaan yang kecil.
Large positive book tax differences akan menimbulkan biaya pajak
34
lebih lanjut, karena perubahan dalam hubungannya dengan akun neraca memungkinkan digunakan sebagai suatu cara merekayasa (menaikkan atau menurunkan) laba secara semu dalam kebijakan manajemen, sehingga large
positive (negative) book tax differences secara bersama-sama mengindikasikan
tidak dapat dipertahankan jumlah laba yang diperoleh saat ini sampai masa yang akan datang (Hanlon, 2005). Semakin besar perbedaan laba akuntansi dan laba fiskal, diduga manajemen merekayasa laba, sehingga persistensi laba juga akan menjadi lebih rendah. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
H1a: Perusahaan dengan large positive book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba
H1b: Perusahaan dengan large negative book tax differences berpengaruh negatif pada persistensi laba
2.3.2Pengaruh Book Tax Differences pada Persistensi Laba Diperlemah oleh Corporate Governance
35
penelitian Zdulhiyanov (2015), Purwanti (2013), Wiryandari dan Yulianti (2008), Tang (2006), Yulianti (2005), serta Phillips et al. (2002) dinyatakan bahwa perusahaan dengan perbedaan antara laba akuntansi dengan laba fiskal yang besar
(large positive (negative) book tax differences) akan menunjukkan bahwa
terdapatnya kecurangan (red flags) bagi pengguna laporan keuangan, sehingga laporan laba yang dihasilkan kurang informatif bagi para penggunanya (Hanlon, 2005). Menurut Ikhsan (2012), Khafid (2012), Susanti (2010), dan Veronica dan Siregar (2005) penerapan corporate governance terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga mampu mengurangi aktivitas menyimpang seperti rekayasa isi laporan keuangan yang tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. Kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang terdapat didalam
corporate governance dapat digunakan untuk mengontrol tindakan manajer atau
pengelola sehingga informasi yang dihasilkan berkualitas. Penerapan corporate
governance yang baik diharapkan mampu mengendalikan perusahaan sehingga
dapat mencegah terjadinya manajemen laba dan mampu memberikan informasi laba yang lebih berkualitas melalui laba yang persisten bagi para penggunanya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: