• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Persepsi kompetensi profesionalisme guru dan minat belajar dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) di SMA Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara Persepsi kompetensi profesionalisme guru dan minat belajar dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) di SMA Kota Bandung."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

hal

C. Tujuan Penelitian 16

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian 17

E. Asumsi Penelitian 18

F. Hipotesis Penelitian 21

G. Metode Penelitian 22

H. Populasi dan Sampel Penelitian 22

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persepsi 24

1. Pengertian Persepsi 24

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi 27

3. Proses Terjadinya Persepsi 28

B. Profesionalisme Guru 34

1. Pengertian Kompetensi, Profesi, Profesional, dan Profesionalisme

35

1.1 Kompetensi Pedagogik 39

1.2 Kompetensi Kepribadian 42

1.3 Kompetensi Sosial 44

1.4 Kompetensi Profesional 45

2. Standar Profesionalisme Guru 46

3. Kompetensi Profesionalisme Guru Geografi 53

C. Minat Belajar Peserta Didik 55

1. Pengertian Minat 55

2. Pembentukan Minat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 58

3. Meningkatkan Minat Peserta Didik 62

D. Keterampilan Geografis (Geographic Skills) 67 1. Pengertian Keterampilan Geografis (Geographic Skills) 67 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Geografi 77 E. Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru

Geografi dan Minat Belajar Geografi dengan Keterampilan Geografis (Geographic Skills)

80

F. Hasil Penelitian Terdahulu 81

G. Kerangka Pemikiran 82

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 85

B. Operasional Variabel, Hubungan Antarvariabel, Validitas dan Reliabilitas

(2)

a. Pengumpulan dan Pengukuran Data 89

b. Penyususnan Instrumen 91

1) Instrumen Pengukuran Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru

91

2) Instrumen Pengukuran Minat 92

3) Instrumen pengukur Keterampilan geografis 95

C. Validitas Instrumen 100

D. Hasil Reliabilitas Alat Ukur Penelitian 105

E. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel 106

F. Teknik Analisis Data 108

G. Teknik Analisis Data 109

1. Uji Normalitas data 110

2. Uji Homogenitas 110

3. Analisis Deskriptif 111

4. Uji Hipotesis Penelitian 111

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 114

1. Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru Geografi

114 2. Minat Belajar Peserta Didik terhadap Pelajaran Geografi 122 3. Keterampilan Geografis (Geographic Skills) Peserta Didik 130

B. Uji Persyaratan Analisis 139

1. Uji Normalitas 139

2. Uji Homogenitas 140

3. Uji Linieritas Regresi 141

C. Uji Hipotesis 142

D. Pembahasan 154

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 162

B. Saran 163

(3)

No Tabel Hal

2.1 Kemampuan Dasar Guru 41

2.2 Standar Kompetensi Guru Mata Pelajaran di SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA dan SMK/MAK

47

2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya 81

3.1 Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Kompetensi Profesionalisme Guru Geografi

91

3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengukuran Minat 93

3.3 Instrumen Pengukuran Keterampilan Geografis 95

3.4 Rubrik Penilaian Soal Essai 97

3.5 Uji Coba pengukuran validitas persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru geografi

102 3.6 Uji Coba pengukuran validitas minat peserta didik dalam

pembelajaran geografi

103 3.7 Uji coba pengukuran keterampilan geografis 104

3.8 Daftar Sampel 108

3.9 Pedoman Interpretasi Hubungan Antar Variabel Penelitian 112 4.1 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Profesionalisme

Guru

115 4.2 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik Terhadap Kompetensi

Akademik Guru

117 4.3 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik Terhadap Kompetensi

Pedagogik Guru

118 4.4 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru

120 4.5 Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik Terhadap Kompetensi

Sosial Guru

121 4.6 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Peserta Didik Terhadap Pelajaran

Geografi

123 4.7 Distribusi Frekuensi Perhatian Peserta Didik Terhadap Pelajaran

Geografi

125 4.8 Distribusi Frekuensi Perhatian Peserta Didik Terhadap Pelajaran

Geografi

126 4.9 Distribusi Frekuensi Relevansi Peserta Didik Terhadap

Kehidupan sehari-hari

128 4.10 Distribusi Frekuensi Kepuasaan Peserta Didik Terhadap Pelajaran

Geografi

129 4.11 Distribusi Frekuensi Keterampilan Geografis 131 4.12 Distribusi Frekuensi Mengungkapkan Pertanyaan Geografis 133 4.13 Distribusi Frekuensi Memperoleh Informasi Geografis 134 4.14 Distribusi Frekuensi Memperoleh Informasi Geografis 136 4.15 Distribusi Frekuensi Menganalisis Informasi Geografis 137 4.16 Distribusi Frekuensi Menjawab Informasi Geografis 138

4.17 Uji Normalitas Data 140

4.18 Uji Homogenitas 141

(4)

Guru dengan Keterampilan Geografis

4.22 Koefesien Korelasi: Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru dengan Keterampilan Geografis

145 4.23 Model Summary: Minat Belajar Peserta Didik

dengan Keterampilan Geografis

147 4.24 Model Anova: Minat Belajar Peserta Didik dengan Keterampilan

Geografis

148 4.25 Koefesien Korelasi : Minat Belajar Peserta Didik dengan

Keterampilan Geografi

149 4.26 Model Summary: Hubungan Antara Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru dan Minat Belajar dengan Keterampilan Geografis

151

4.27 Model Anova: Hubungan Antara Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru dan Minat Belajar dengan Keterampilan Geografis

152

4.28 Koefesien Korelasi: Hubungan Antara Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru dan Minat Belajar dengan

Keterampilan Geografis

(5)

No Gambar Hal

2.1 Persepsi dan Proses Terjadinya 20

2.2 Kompetensi Guru Geografi 53

2.3 Konstalasi Hubungan Antar Variabel 83

3.1 Konstalasi Hubungan antar Variabel 88

4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik tentang Profesionalisme Guru

115 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik terhadap

kompetensi akademik guru

117 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik terhadap

kompetensi pedagogik guru

119 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik terhadap

kompetensi kepribadian guru

120 4.5 Histogram Distribusi Frekuensi Persepsi Peserta Didik terhadap

kompetensi sosial guru

122 4.6 Histogram Distribusi Frekuensi Minat belajar terhadap Materi

Pelajaran Geografi

124 4.7 Histogram Distribusi Frekuensi Perhatian Peserta Didik dalam

Pelajaran Geografi

125 4.8 Histogram Distribusi Frekuensi Percaya Diri Peserta Didik dalam

Pelajaran Geografi

127 4.9 Histogram Distribusi Frekuensi Relevansi Peserta Didik dalam

Pelajaran Geografi

128 4.10 Histogram Distribusi Frekuensi Kepuasaan Peserta Didik dalam

Pelajaran Geografi

130 4.11 Histogram Distribusi Frekuensi Keterampilan Geografis 132 4.12 Histogram Distribusi Frekuensi Mengungkapkan Pertanyaan

Geografis

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi dewasa ini ditandai dengan semakin berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan dunia berkembang begitu cepat dan dinamis. Untuk dapat bertahan dan eksis dalam menghadapi tantangan jaman tersebut maka kualitas sumber daya manusia yang memiliki kemampuan intelektual tinggi, keterampilan yang handal dengan ditunjang sikap moral tinggi menjadi faktor penting sebagai konsekuensi logis dari era globalisasi. Seperti diungkapkan oleh Maryani (2007:929) bahwa :

Globalisasi merupakan satu fakta yang tidak dapat dihindarkan, akibat dari kemajuan pemikiran manusia. Karena itu merupakan suatu produk yang siap terdesiminasikan tanpa batas waktu dan ruang, maka pengetahuan, wawasan, keterampilan, sikap, dan prilaku penerima (receiver) perlu dipersiapkan agar tidak tercipta culturlag atau culturshock. Wahana yang paling tepat untuk mensosialisasikan, memfilterisasi, dan mengantisipasi berbagai produk globalisasi adalah melalui pendidikan.

(7)

dalam membentuk manusia terdidik. Hal senada pun diungkapkan oleh Gaffar (2004:29) bahwa :

Pendidikan memiliki arti yang amat luas bagi seluruh aspek kehidupan untuk melahirkan sumber daya manusia yang mampu beradaptasi terhadap perubahan. Melalui proses pendidikan dapat melahirkan manusia yang memiliki nilai unggul. Keunggulan inilah yang menyebabkan manusia memiliki kemampuan untuk memecahkan berbagai masalah kesulitan dan mampu menghadapi tantangan global. Ini artinya posisi pendidikan adalah pembangun manusia, pembentuk manusia, dan pengembangan manusia.

Penjelasan di atas mengandung makna bahwa pendidikan memiliki keterbukaan yang melekat dengan kehidupan maju atau tidak majunya suatu negara. Pendidikan dipandang sebagai identitas suatu negara, sehingga hampir semua negara memposisikan pendidikan sebagai indikator utama dalam kemajuan bangsanya. Ini dilakukan karena dalam pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur dan pantas untuk dikembangkan dalam semua aspek kehidupan.

Sektor pendidikan mempunyai peranan penting, sebab berfungsi meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang ahli, terampil, kreatif, dan inovatif di segala bidang kehidupan sehingga dapat menjadi modal utama negara untuk meningkatkan keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional serta meningkatkan daya saing bangsa ditingkat regional maupun internasional.

(8)

Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan mengenai pengertian pendidikan sebagai berikut :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan pengertian tersebut, bahwa pendidikan merupakan unsur yang terpenting dalam kehidupan pembentukan manusia yang dapat menghasilkan lulusan yang mandiri, bermutu, terampil, ahli dan profesional, mampu belajar sepanjang hayat, serta memiliki keterampilan dan kecakapan hidup yang dapat membantu dirinya untuk memecahkan segala masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Beragamnya mata pelajaran di sekolah merupakan salah satu bentuk dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satunya adalah mata pelajaran pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) peserta didik diarahkan, dibimbing, dibantu untuk menjadi warganegara Indonesia dan warganegara dunia yang baik. Seperti yang telah dijelaskan National Council Social Studies atau yang disingkat menjadi NCSS (1993:3) bahwa IPS merupakan:

(9)

Pengertian di atas memberikan batasan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan kajian yang terintegrasi dalam ilmu sosial dan kemanusiaan dalam menyelenggarakan kemampuan bermasyarakat. Bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial ini adalah; sejarah, antropologi, ekonomi, geografi, politik, psikologi. Sejalan dengan pengertian NCSS, Kenworthy (Maryani, 2008:4) menegaskan pula bahwa pada kenyataannya dapat disebutkan antropologi, sosiologi, ekonomi, geografi, ilmu politik, sejarah dan psikologi merupakan lapangan pendidikan IPS, dan PIPS pun berkaitan erat dengan seni dan musik, agama dan filsafat serta ilmu-ilmu lainnya.

Pada tingkat Sekolah Dasar dan Menengah pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang terintegrasi atau gabungan dari ilmu-ilmu sosial, yaitu: sejarah, geografi, ataupun ekonomi sedangkan dalam Sekolah Menengah Atas (SMA) IPS merupakan bidang studi ilmu yang berdiri sendiri, seperti : sejarah, geografi, ekonomi ataupun ilmu-ilmu sosial lainnya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dalam penelitian ini pengembangan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang digunakan adalah jenjang Sekolah Menengah Atas yaitu: mata pelajaran Geografi, dengan latar belakang dari pengertian yang dikeluarkan oleh NCSS bahwa geografi merupakan salah satu kajian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Geografi merupakan disiplin ilmu yang terintegrasi dalam kajian ilmu-ilmu sosial serta ilmu-ilmu-ilmu-ilmu fisik, yang memungkinkan peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan geografi untuk berbagai situasi kehidupan baik di rumah, lingkungan pekerjaan atau masyarakat (Geography for

(10)

dalam pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia, hal ini dipertegaskan oleh Crosby (Cheppy, 1986:14) bahwa geografi berada dalam payung Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai studi yang berhubungan dengan masalah-masalah bagaimana manusia mengembangkan satu kehidupan yang lebih baik, baik dalam arti untuk dirinya sendiri maupun untuk kepentingan sesamanya.

Geografi pun memiliki fungsi yang berperan dalam pendidikan IPS seperti yang dijelaskan oleh Fairgrieve (Sumaatmadja, 1997:16) bahwa:

Fungsi dan pengajaran geografi membina warga masyarakat yang akan datang, untuk sadar akan kedudukannya sebagai insan sosial terhadap kondisi dan masalah kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan dan pengajaran geografi berfungsi mengembangkan kemampuan calon warga masyarakat dan warga negara yang akan datang untuk berpikir kritis terhadap masalah kehidupan yang terjadi di sekitarnya, dan melatih mereka untuk cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan serta kehidupan di permukaan bumi pada umumnya.

Geografi penting untuk dipelajari oleh setiap orang, karena geografi menurut Walmsley dan Lewis (Maryani, 2010:5) merupakan ilmu yang mempelajari bumi sebagai tempat tinggal manusia dan “mirror of man”, di mana dan bagaimana lingkungan sekitar dimanfaatkan oleh manusia, geografi mempelajari ruang (Maryani, 2010:5), mempelajari persamaan dan perbedaan permukaan bumi dari sudut pandang kewilayahan dan kelingkungan dalam konteks keruangan (Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pengajaran Geografi, 1988, dalam Sumaatmadja, 1997:11).

(11)

cerdas, arif dan bertanggungjawab dalam menghadapi masalah sosial, ekonomi, dan ekologis (Permen No 22 tahun 2006:533). Lingkup bidang kajian geografi memungkinkan manusia memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya. Artinya, tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari selalu dikaitkan dengan fenomena geografi, yaitu: masalah pencemaran lingkungan, bencana, kemiskinan, atau ledakan penduduk dan lain sebagainya.

Geografi berkaitan pula dengan pengambilan keputusan keruangan dan perilaku keruangan (spatial behaviour) yang membutuhkan kecerdasan ruang (spatial intelegent) dalam memutuskannya (Maryani, 2010:4) dan ini membutuhkan suatu keterampilan (Skills). Seperti di mana kita akan memilih sekolah?, di mana kita akan berlibur?, dan bagaimana kita dapat menjangkaunya?. Semua keputusan ini diperlukan kemampuan untuk memperoleh, menyusun, dan dapat menggunakan informasi geografis (Geography for Life: National

Geography Standard, 1994:41). Pendapat ini senada dengan yang diungkapkan

oleh Harvey (Maryani, 2007:917) bahwa dalam memahami mata pelajaran geografi peserta didik dapat dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif terhadap objek yang ada di lingkungan sekitar mereka melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan kejadian permukaan bumi yang dapat dikembangkan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana fenomena dipelajari, disusun dan dikelompokkan?

b. Bagaimana fenomena tersusun dalam bentuk dan susunan keruangan ? c. Bagaimana fenomena itu terjadi?

d. Bagaimana fenomena itu berasal dan berkembang?

e. Bagaimana fenomena saling berhubungan dan berinteraksi dengan fenomena lain?

(12)

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peserta didik membutuhkan ilmu geografi atau paling tidak pengetahuan (Literacy Geography) dan wawasan geografi. Tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik dalam memahami mata pelajaran geografi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam aspek pengetahuan yang akan dikembangkan sangat relevan dengan tugas keilmuan yaitu memahami dan mengembangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan ruang dan prosesnya, sumber daya alam peluang dan keterbatasannya, lingkungan sekitar dan wilayah negara/dunia. Keterampilan yang harus dikembangkan adalah keterampilan seorang ilmuan yaitu mengamati, mengumpulkan, mencatat, menganalisis, sintesis, dan kecenderungan serta hasil interaksi sebagai gejala geografi. sikap yang ingin dikembangkan sangat sesuai dengan tujuan pendidikan pada umumnya yaitu menumbuhkan kesadaran akan perubahan fenomena geografis, mengembangkan sikap tanggungjawab terhadap kualitas lingkungan, mengembangkan kepekaan terhadap masalah, sikap toleransi terhadap perbedaan sosial budaya dan mewujudkan rasa cinta terhadap tanah air dan persatuan bangsa (Maryani, 2007:933).

(13)

keterampilan (skill) hal ini tampak pada pemberian tugas ataupun latihan soal kepada peserta didik. Permasalahan ini pula yang diungkapkan oleh Maryani (2008:931) di persekolahan ilmu geografi seringkali dianggap tidak menarik untuk dipelajari. Ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

a. Pelajaran geografi seringkali terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghapal nama-nama tempat, sungai dan gunung, atau sejumlah fakta lainnya;

b. Ilmu geografi seringkali dikaitkan ilmu yang hanya pembuatan peta; c. Geografi hanya menggambarkan tentang perjalanan-perjalanan manusia

di permukaan bumi;

d. Proses pembelajaran ilmu geografi cenderung bersifat verbal; kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media kongkrit dan teknologi mutakhir;

e. Kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.

Secara subtansi (butir 1, 2 dan 3) tidak seluruhnya salah, karena geografi memang mempelajari sekumpulan fakta. Pembelajaran geografi sering diawali dengan “apa” dan “di mana”, namun semestinya tidak berhenti di situ. Analisis lebih lanjut, mengapa, bagaimana, siapa yang menjadi agen pengembang atau pengubah, serta bagaimana sebaiknya ruang ditata supaya dapat memberikan manfaat optimal dan berkesinambungan, perlu dijelaskan dan dianalisis lebih lanjut.

(14)

eksternal (media pembelajaran, kompetensi guru, model pembelajaran, metode pembelajaran, fasilitas belajar, kondisi ekonomi, dukungan keluarga) dan faktor internal peserta didik (motivasi belajar, minat dan bakat, persepsi, intelegensi, gaya belajar) sebagai peserta didik.

Dari berbagai faktor eksternal yang paling utama dalam meningkatkan pembelajaran peserta didik adalah profesionalisme guru merupakan faktor penting. Hal ini dikarenakan, guru memiliki peranan yang cukup besar dalam proses pembelajaran peserta didik di sekolah. Penjelasan ini diungkapkan oleh Sudjana (2000:40-43) bahwa:

Diantara faktor lingkungan yang paling dominan mempengaruhi belajar siswa adalah kualitas pengajaran (meliputi tiga unsur : kompetensi guru, karakteritik kelas, dan karakteristik guru). Dan diantara ketiga unsur tersebut, kompetensi guru memberikan kontribusi yang paling besar yaitu 76,60% dengan rincian 32,43% dari kemampuan mengajar, 32,58% dari penguasaan materi pelajaran, dan 8,60% dari sikap guru.

(15)

terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, rekan kerja maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut guru perlu berpikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembauran ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus.

Kontribusi seorang guru dalam proses pembelajaran merupakan hal yang paling utama karena membentuk kualitas sumber daya manusia yang unggul, sehingga seorang guru harus mampu menguasai materi yang diajarkan kepada peserta didik. Baik atau buruknya kualitas output peserta didik tergantung kepada gurunya tersebut. Salah satu penyebab dari ketidakmenarikan mata pelajaran geografi selain kepada faktor peserta didik dan kurikulum, yang lebih utama dapat disebabkan juga oleh faktor gurunya sendiri. Bagaimana kualitas mengajar guru, memahami materi, dan cara menyampaikan kepada peserta didik. Keadaan ini diungkapkan pula oleh Maryani (2007:932) bahwa faktor penyebab dari seorang guru geografi belum optimal dalam mengajarkan geografi kepada peserta didik diakibatkan oleh:

a. Tidak pahamnya tujuan dan hakikat pembelajaran geografi,

b. Keterbatasan mengaplikasikan media pendidikan yang relevan termasuk internet dan SIG,

c. Kualitas pembelajaran yang rendah akibat dari rendahnya kualitas guru seperti kurang kreativitas, wawasan keilmuan rendah, kurang peka terhadap masalah lingkungan, keterbatasan mengakses media informasi, tidak relevannya antar mata ajar dan keahlian guru, terlalu berorientasi pada pencapaian materi dan sebagainya,

d. Tidak berorientasi pada pemecahan masalah aktual yang terjadi di lingkungan sekitar,

(16)

Tentu saja dengan kondisi empirik tersebut, mata pelajaran geografi menjadi kurang diminati oleh peserta didik apabila gurunya tidak proaktif dan produktif dalam mengembangkan keilmuannya. Seorang guru pun tidak hanya dituntut mampu menguasai materi bidang studi melainkan juga yang lebih penting lagi adalah guru tersebut harus mampu menguasai berbagai strategi dan teknik pembelajaran untuk setiap bidang tersebut agar peserta didik betul-betul mengalami proses belajar dan pembelajaran yang sesungguhnya. Guru diharapkan menyadari benar, apa yang menjadi tujuan pembelajaran setiap saat, apa yang diharapkannya dari peserta didiknya, bagaimana guru seharusnya bersikap dan memperlakukan peserta didiknya.

Berdasarkan hal tersebut di atas, idealnya seorang guru harus memiliki kemampuan (kompetensi) dalam mengelola peserta didik. Hal ini mengedepankan kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas. Guru harus memahami wawasan atau landasan mengenai kependidikan, agar proses pencapaian tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Untuk mengetahui profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di kelas, kompetensi guru dinilai berdasarkan persepsi peserta didik karena peserta didik adalah subjek dalam proses pembelajaran yang berinteraksi langsung dengan guru. Persepsi secara langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam merespon sesuatu. Keterkaitan penafsiran peserta didik terhadap guru akan mempengaruhi kualitas belajar peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.

(17)

minat belajar dalam mata pelajaran maka ia akan lebih mudah mempelajarinya karena minat menambah kegiatan belajar. Dari kedua faktor eksternal dan internal yang telah diuraikan, bahwa faktor kompetensi guru dan minat belajar peserta didik merupakan faktor yang paling penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran geografi.

Permasalahan di lapangan yang terjadi saat ini, bahwa dalam pembelajaran geografi aspek kognitif dengan tingkat rendah masih banyak dijumpai dalam pembelajaran geografi terbukti dengan soal atau latihan yang diberikan oleh guru geografi masih ada dalam tataran teori dan mengambil soal latihan pada pegangan sumber bahan ajar, sehingga belum menyentuh pada kondisi realitas yang ada pada lingkungan sekitar peserta didik (Hasil observasi awal bulan Juni 2010). Untuk dapat mengembangkan cara berpikir peserta didik agar tidak terjebak pada aspek kognitif tingkat rendah maka keterampilan geografis (Geographic Skills) merupakan upaya untuk dapat melatih cara berpikir peserta didik melalui pendekatan lingkungan sehari-hari peserta didik yang diangkat dalam pembelajaran di kelas.

Keterampilan geografis (Geographic Skills) merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menarik perhatian serta minat siswa dalam belajar geografi. Keterampilan geografis (Geographic Skills) dapat melatih siswa untuk dapat berpikir secara sistematis mengenai masalah atau isu-isu lingkungan dan sosial baik secara lokal maupun global. Penjelasan ini didukung dalam teori

National Geography Standards (1994:41) mengenai keterampilan geografis

(18)

Geographic skills provide the necessary tools and techniques for us to think geographically. They are central to geography’s distinctive approach to understanding physical and human patterns and processes on earth. We use geographic skills when we make decisions important to our well being where to buy or rent a home; where to get a job; how to get to work or to friend’s house; where to shop; vocation, or go to school. All of these decisions involve the ability to acquire, arrange, and geographic information. Daily decisions and community activities are linked to thinking systematically about environmental and societal issues. Community decisions relating to problems of air, water, and land pollution or locational issues, such as where to place industries, schools, and residential areas, also require the skillful use of geographic information.

Uraian di atas memiliki batasan arti bahwa keterampilan geografis (Geographic Skills) dapat membantu peserta didik untuk melatih pemahaman mereka yang ada di lingkungan sekitar siswa, dengan memiliki keterampilan geografis peserta didik mampu memberikan informasi geografis dan mampu mengambil keputusan terhadap permasalah atau fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik, misalnya suatu fenomena atau isu-isu mengenai lingkungan sekitar peserta didik yaitu Bencana banjir, maka keterampilan geografis (Geographic Skills) yang dibutuhkan oleh peserta didik adalah mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan geografis dan memberikan informasi geografis dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: dimana terjadinya banjir?, mengapa banjir?, faktor apa yang menyebabkan terjadinya banjir?, bagaimana membuat peta rawan banjir?, hipotesis apa yang ditarik mengenai banjir?, dan kesimpulan apa yang dapat ditarik mengenai fenomena terjadinya banjir?.

(19)

mengetahui wawasan geografi. Penjabaran dari keterampilan geografis yang dapat dikembangkan menjadi pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghasilkan sebuah informasi geografis melalui kelima aspek yang diadaptasi dari Guidelines for

Geographic Education (National geography standards, 1994:42) adalah :

mengungkapkan pertanyaan geografis (asking geographic questions), memperoleh informasi geografis (acquiring geographic information), mengorganisasi informasi geografis (organizing geographic information), menganalisis informasi geografis (analyzing geographic information), dan menjawab pertanyaan geografis (anwersing geographic questions).

Melalui keterampilan geografis (Geographic Skills) ini, mata pelajaran geografi jangan hanya pada tataran aspek kognitif tingkat rendah saja melainkan proses keterampilan (skills) dibutuhkan juga. Guru pun dapat mengembangkan kemampuan profesionalisme dalam kegiatan belajar mengajar geografi serta minat peserta didik dalam pembelajaran geografi semakin tertantang, dapat bersaing dalam dunia global dan tidak terjebak dalam menghapal nama-nama tempat saja.

Menyimak pentingnya persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru dalam mengajar dan minat belajar peserta didik dalam proses belajar mengajar untuk memiliki peserta didik memperoleh keterampilan geografis (Geographic

Skills), maka permasalahan yang akan peneliti angkat dalam penelitian ini

terangkum dalam judul sebegai berikut :

(20)

B. Rumusan Masalah

Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas di era globalisasi ini, tidak terlepas dari pengembangan dunia pendidikan, karena pendidikan membantu manusia sebagai peserta didik dalam mengahadapi tantangan global serta mampu memiliki keterampilan (skill) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai optimal, maka optimalisasi berbagai sumber daya pendukungnya sangat diperlukan termasuk pentingnya tenaga profesional pendidik atau guru. Seorang pendidik atau guru harus mampu merangsang minat siswa dalam belajar, karena minat merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh siswa.

Nasution (1991:8) menjelaskan bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Apabila seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, tidak dapat diharapkan bahwa ia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Sebaliknya, jika seseorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik. Karena itu persoalan yang biasa timbul yaitu bagaimana mengusahakan agar hal yang disajikan sebagai pengalaman belajar itu menarik minat para pelajar, atau bagaimana caranya menentukan agar para pelajar itu belajar mengenai hal-hal yang memang menarik minat mereka.

(21)

mengorganisasikan informasi geografis, menganalisis informasi geografis, dan menjawab pertanyaan geografis dalam membangun berpikir kritis siswa serta menarik minat siswa. Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah hubungan antara persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru geografi dengan keterampilan geografis (Geographic

Skills) peserta didik di SMA Kota Bandung ?

2. Bagaimanakah hubungan antara minat belajar peserta didik dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) peserta didik di SMA Kota Bandung ?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi profesionalisme guru geografi dan minat peserta didik dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) ?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian mengenai persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru geografi dan minat belajar peserta didik dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) di SMA Kota Bandung. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

(22)

2. Mendeskripsikan dan menguraikan hubungan antara minat belajar peserta didik terhadap mata pelajaran geografi di SMA Kota Bandung. 3. Mendeskripsikan dan mengetahui secara bersama-sama hubungan

antara persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru geografi dan minat belajar peserta didik dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) di SMA Kota Bandung.

D. Signifikasi dan Manfaat Penelitian

Penelitian akan lebih bermakna apabila memberikan manfaat, baik bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun bagi masyarakat. Dalam segi keilmuan diharapkan penelitian ini akan dapat bermanfaat :

1. Memberikan penjelasan mengenai hubungan antara persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru geografi di SMA kota Bandung.

2. Memberikan penjelasan mengenai hubungan antara minat peserta didik dalam belajar geografi di SMA kota Bandung dengan keterampilan geografis (Geographic Skills) peserta didik.

3. Menemukan konsep-konsep baru sebagai bahan masukan dalam pembuatan atau perumusan kurikulum Pendidikan Geografi yang lebih signifikan terhadap tujuan pendidikan nasional.

(23)

1. Guru : memberikan bahan masukan pada guru geografi dalam menyusun rencana pembelajaran dan metode pembelajaran Geografi agar proses dan hasil pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang diterapkan. Peserta didik setidaknya harus memiliki keterampilan geografis (Geographic Skills) sebagai bekal di kehidupan nyata peserta didik.

2. Kepala Sekolah : dapat memberikan fasilitas yang menunjang kepada guru dan peseta didik agar dapat melaksanakan pembelajaran geografi khususnya mengenai keterampilan geografis (Geographic Skills) peserta didik.

3. Pemerintah : sebagai pembuat kebijakan di tingkat pusat, maka penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dibidang pendidikan.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian merupakan teori, evidensi-evidensi dan dapat pula pemikiran penelitian sendiri yang merupakan sesuatu yang dianggap benar dan tidak perlu dipersoalkan lagi atau dibuktikan lagi kebenarannya (Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 2008:51). Di dalam penelitian ini, asumsi penelitian yang dijadikan titik tolak pemikiran adalah :

(24)

standar kompetensi guru. Dengan profesionalisme guru diharapkan dapat memberikan kontribusi yang sangat besar untuk menghasilkan peserta didik berkualitas. Sebagaimana diungkapkan oleh Cooper (1990: 6) bahwa ”a teacher is person sharged with the responbility of helping orthers to

learn and to behave in new different ways”. Secara umum, baik sebagai

pekerjaan ataupun sebagai profesi, guru selalu disebut sebagai salah satu komponen utama pendidikan yang amat penting (Suparlan, 2006:3). Guru, peserta didik, dan kurikulum merupakan tiga komponen utama dalam sistem pendidikan nasional. Ketiga komponen pendidikan itu merupakan

condition sine quanon atau syarat mutlak dalam proses pendidikan di

sekolah. Guru profesional bukan lagi merupakan sosok yang berfungsi sebagai robot, tetapi merupakan dinamisator yang mengantar potensi-potensi peserta didik ke arah kerativitas. Berkaitannya dengan kompetensi profesionalisme guru geografi adalah guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi (subject matter) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar dan mampu menunjukkan sikap serta prilaku yang teladan bagi peserta didiknya.

(25)

akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Menurut Slameto (2003:182), peserta didik yang memiliki minat terhadap obyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap obyek tersebut. Belajar dengan minat akan lebih baik dan berhasil daripada belajar tanpa minat. Minat timbul apabila individu merasa tertarik pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya, atau merasakan sesuatu yang akan dipelajarinya bermanfaat bagi dirinya, namun minat tanpa ada usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil.

(26)

mengingat atau mengukapkan, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, serta mampu menganalisis mengenai ilmu geografi atau lingkungan di sekitar siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub-masalah yang diajukan oleh peneliti. Sehingga dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah :

1. Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru dengan keterampilan geografis (Geographic Skills).

Ho : Tidak Terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru dengan keterampilan geografis (Geographic Skills).

2. Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara minat dengan keterampilan geografis (Geographic Skills).

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara minat dengan keterampilan geografis (Geographic Skills).

(27)

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikansi antara persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru dan minat dengan keterampilan geografis (Geographic Skills).

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian survey. Metode survey digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan sebagainya. Dengan demikian mengapa menggunakan metode penelitian survey hal ini dimaksudkan bahwa penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1995:1).

H. Populasi dan Sampel Penelitian

(28)
(29)

85

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian survey. Menurut Singarimbun (1992:1) bahwa penelitian survey adalah “penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner dan test sebagai alat pengumpul data yang pokok.” Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan kuesioner dan tes. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisisi untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian.

(30)

penelitian harus jelas pertautannya (korelasi) sehingga dapat ditentukan pendekatan statistika yang akan digunakan sebagai pengolahan data yang pada gilirannya merupakan hasil analisis yang dapat dipercaya (validitas dan reliabilitas), dengan demikian mudah untuk digeneralisasi sehingga rekomendasi yang dihasilkan dapat dijadikan rujukan.

Menurut Sugiyono (2009:14), penelitian kuantitatif didasarkan kepada paradigma positivism digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

B. Operasional Variabel, Hubungan Antar Variabel, Validitas dan Reliabilitas

1. Operasional Variabel Penelitian

(31)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru geografi (X1) yang memiliki defenisi konseptual adalah kecakapan atau kemampuan yang dimiliki oleh guru yang diindikasikan dalam satu kompetensi, yaitu kompetensi yang berhubungan dengan tugas profesionalnya sebagai guru dengan pandangan dari peserta didik. Sedangkan defenisi operasional, persepsi kompetensi yang merefleksikan kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam menjalankan profesinya terutama kemampuan menguasai atau mendalami subject matter (bidang studi), cara mengajar dan prilakunya (Uno, 2009:43). Persepsi secara langsung dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam merespon sesuatu. Keterkaitan penafsiran peserta didik terhadap guru akan mempengaruhi kualitas belajar peserta didik tersebut dalam proses pembelajaran di kelas.

Variabel minat (X2) memiliki Definisi konseptual: Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Definisi operasional: Minat adalah keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek (Slameto, 2003:181).

(32)

pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghasilkan sebuah informasi geografis melalui kelima aspek yang diadaptasi dari Guidelines for Geographic Education (National

geography standards, 1994:42) adalah: mengungkapkan pertanyaan geografis

(asking geographic questions), memperoleh informasi geografis (acquiring

geographic information), mengorganisasi informasi geografis (organizing

geographic information), menganalisis informasi geografis (analyzing geographic

information), dan menjawab pertanyaan geografis (anwersing geographic

questions).

Dalam penelitian ini, variabel penelitian yang dimaksud adalah mengenai persepsi peserta didik tentang kompetensi profesionalisme guru geografi (X1) dan minat peserta didik dalam belajar geografi (X2) sebagai variabel bebas (X) dan keterampilan geografis (Geographic Skills) sebagai variabel terikat (Y). Berikut ini gambar 3.1 mengenai variabel penelitian :

Gambar. 3.1. Konstalasi Hubungan antar Variabel Persepsi Peserta Didik tentang

Kompetensi Profesionalisme Guru

(X1)

Minat Belajar peserta didik (X2)

Keterampilan Geografis (Y)

(33)

2. Hubungan Antarvariabel

Untuk memperjelas subtansi penelitian, maka variabel penelitian yang akan diukur terlebih dahulu disususn dan digambarkan dalam alur hubungan antar variabel.

Bertolak dari operasional variabel penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka alur hubungan antar variabel dapat dirumuskan. Pada gambar 3. 1 berdasarkan hubungan antar variabel tersebut, terdapat keterkaitan antar variabel sebagai berikut :

a. Variabel X1 memiliki hubungan dengan variabel Y

b. Variabel X2 memiliki hubungan dengan variabel Y

c. Variabel X1 dan X2 secara bersama-sama memiliki hubungan dengan variabel Y

3. Instrumen Penelitian serta Pengujian Validitas dan Reliabilitas a. Pengumpulan dan Pengukuran Data

(34)

sedangkan tes essai diberikan kepada peserta didik dengan maksud menggali serta mengukur keterampilan geografis yang level kognisinya lebih dari sekedar memanggil informasi, dan dengan bentuk essai ini mementingkan kemampuan menghasilkan, memadukan dan menyatakan gagasan (Subino,1988:1). Dengan latar belakang bentuk tes ini diharapkan dapat memperoleh dan menggali informasi geografis terutama pada . Jumlah keseluruhan butir essai adalah 10 soal.

Sedangkan instrumen kuesioner digunakan untuk mengukur variabel persepsi tentang kompetensi profesionalisme guru geografi dan variabel minat belajar peserta didik. Pengukuran data menggunakan data interval yang merupakan data yang jaraknya sama, tidak mempunyai nilai nol absolut (mutlak).

Teknik pengumpulan data, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

Pertama, menyusun kisi-kisi alat pengumpul data. kisi-kisi yang dibuat mengacu

pada variabel X1, X2 dan Y yang dirumuskan pada operasional variabel.

Kedua, membuat butir-butir pertanyaan berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, di

(35)

b. Penyusunan Instrumen

(1) Instrumen Pengukuran Persepsi Kompetensi Profesionalisme Guru

Instrumen ini disusun dari konstruk persepsi yang dikonseptualisasikan melalui indikator dan dikembangkan dari defenisi persepsi Mar’at (1985) ; Thoha (1983) ; Abdurachman (1988), sedangkan profesionalisme guru yang dimodifikasi dari Standar Profesionalisme Guru PP No.16 Tahun 2007 terdiri dari tiga kategori persepsi profesionalisme guru geografi :

(a). Kepercayaan, pendapat (Kognisi) mengenai profesionalisme guru geografi akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(b). Penafsiran mengenai profesionalisme guru geografi akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

(c). Tanggapan mengenai profesionalisme guru geografi akademik, pedagogik, kepribadian, dan sosial.

Berdasarkan kategori-kategori di atas, tersusun 57 butir pernyataan yang terlebih dahulu diujicobakan sebelum dijadikan alat penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukuran persepsi dapat dilihat pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru Geografi

Variabel Indikator Aspek Butir

Instrumen

1. Pemahaman teori/konsep materi fenomena biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan, secara luas dan mendalam.

1,2,6,7,10

2. Penjelasan Standar kompetensi dan kompetensi dasar geografi kelas XI program IPS: menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer, memahami

(36)

sumber daya alam, dan menganalisis pelestarian lingkungan hidup. 3. Menunjukkan manfaat materi pelajaran

geografi:biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

5,9,12

1. Penerapan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran materi geografi kelas XI: biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

13, 20, 21, 22, 30, 31

2. Pemilih materi pembelajaran biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan sesuai dengan tujuan pembelajaran

14, 23, 22

3. Pengalokasikan waktu yang efesien dan efektif

12, 24, 33

4. Pemanfaatan sumber dan media pada pembelajaran biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan

16, 25, 34

5. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif

17, 26, 35

6. Memotivasi peserta didik 18, 27, 36

7. Melakukan evaluasi pada setiap materi pembelajaran geografi

1. Berprilaku jujur, berahlak mulia, dan teladan

39, 42, 45

2. Menunjukkan pribadi yang arif dan bijaksana

40, 43, 46

3. Memberikan contoh teladan pada peserta didik

1. Berinteraksi secara efektif dengan peserta didik baik di dalam maupun di luar kelas

49, 52, 55

2. Bersikap adil dan tidak diskriminatif pada peserta didik lainnya

50, 53, 56

3. Dapat berkomunikasi dengan orang tua peserta didik /teman sejawat secara efektif

51, 54, 57

Sumber : Modifikasi Standar Kompetensi Profesionalisme Guru

Skala yang digunakan adalah skala interval 5-4-3-2-1, skor 5 menggambar sangat setuju, skor 4 setuju, skor 3 ragu-ragu, skor 2 tidak setuju, skor 1 sangat tidak setuju.

(2) Instrumen Pengukuran Minat

(37)

teori, diantaranya John Keller (1987); Slameto (2003), yang terdiri dari 4 (empat) komponen :

(a). Perhatian peserta didik dalam belajar geografi (Attention) yang dimiliki peserta didik terhadap pembelajaran geografi yaitu materi, tujuan dan manfaat, pendekatan dan metode, serta evaluasi dalam pembelajaran geografi. (b). Percaya diri dalam memahami materi geografi (Confidence) yang dimiliki peserta didik terhadap pembelajaran geografi yaitu materi, tujuan dan manfaat, pendekatan dan metode, serta evaluasi dalam pembelajaran geografi. (c). Relevansi terhadap kehidupan sehari-hari peserta didik (Relevance) yang dimiliki peserta didik terhadap pembelajaran geografi yaitu materi, tujuan dan manfaat, pendekatan dan metode, serta evaluasi dalam pembelajaran geografi.

(d). Kepuasaan dalam mempelajari geografi (Satisfaction) yang dimiliki peserta didik terhadap pembelajaran geografi yaitu materi, tujuan dan manfaat, pendekatan dan metode, serta evaluasi dalam pembelajaran geografi.

Berdasarkan indikator-indikator di atas, tersusun 38 butir instrumen. Kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Peserta Didik

Variabel Indikator Aspek Butir

Instrumen

1. Pembelajaran materi fenomena biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

1-3

2. Tujuan dan manfaat materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

(38)

Sumber: Modifikasi dari Model ARCS pengukuran minat yang dikembangkan oleh John Keller, 1987

3. Pendekatan dan metode materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

5-6

4. Evaluasi dalam pembelajaran geografi

1. Pembelajaran materi fenomena biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

9-12

2. Tujuan dan manfaat materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

13

3. Pendekatan dan metode materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

14

4. Evaluasi dalam pembelajaran geografi

15-17

3. Relevansi terhadap kehidupan sehari-hari peserta didik (Relevance)

1. Pembelajaran materi fenomena biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

18-19

2. Tujuan dan manfaat materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

20-22, 27

3. Pendekatan dan metode materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

24-26

4. Evaluasi dalam pembelajaran geografi

27

4. Kepuasaan dalam mempelajari geografi (Satisfaction)

1. Pembelajaran materi fenomena biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

28-32

2. Tujuan dan manfaat materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

33

3. Pendekatan dan metode materi biosfer dan antroposfer, sumber daya alam, dan pelestarian lingkungan.

34-35

4. Evaluasi dalam pembelajaran geografi

(39)

Skala penilaian yang digunakan terhadap instrumen sikap adalah 5-4-3-2-1, dimana skor 5 menggambar sangat setuju, skor 4 setuju, skor 3 ragu-ragu, skor 2 tidak setuju, skor 1 sangat tidak setuju.

(3) Instrumen pengukur Keterampilan geografis

Instrumen ini disusun dari konstruk keterampilan geografis (Geographic

Skills) yang diadaptasi dari Guidelines for Geographic Education (National

geography standards, 1994:42) adalah : mengungkapkan pertanyaan geografis

(asking geographic questions), memperoleh informasi geografis (acquiring

geographic information), mengorganisasi informasi geografis (organizing

geographic information), menganalisis informasi geografis (analyzing geographic

information), dan menjawab pertanyaan geografis (anwersing geographic

questions) mengenai materi pelajaran geografi kelas XI program IPS dengan

Standar Kompetensi : Biosfer dan antroposfer, Sumber daya alam, dan pemanfaatan pelestarian lingkungan hidup.

Dari kategori di atas, tersusun 25 butir pertanyaan untuk lebih dahulu diujicobakan sebelum dipergunakan dalam penelitian. Kisi-kisi instrumen pengukur keterampilan geografis (Geographic Skills) dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Pengukur Keterampilan Geografis (Geographic Skills)

Variabel Indikator Aspek

Nomor

(40)

1. Mampu menyusun informasi geografis

dari berbagai macam sumber 16

2. Mampu membaca berbagai jenis peta, tabel atau grafik mengenai penyebaran

flora dan fauna yang ada di Indonesia 23

3. Mampu mengumpulkan data (misalnya, observasi lapangan,

penelusuran buku di perpustakaan) 20

1. Mampu menafsirkan simbol-simbol tertentu pada peta, grafik, tabel mengenai

penyebaran flora di garis Wallacea 24

III. Organizing

Geographic Information

2. Mampu menemukan suatu lokasi dalam sebuah peta yang dapat digunakan sebagai referensi pada materi penyebaran flora dan fauna menarik garis wallacea

dan weber 23

2. Mampu menuliskan sebuah wacana

mengenai lingkungan 17

3. Menggunakan hitungan sebagai analisis interpretasi informasi geografi

pada materi Antroposfer 21

V. Answering

Geographic Questions

1. Mampu meringkas secara generalisasi mengenai isu pertanyaan geografi

mengenai lingkungan 25

2. Mampu memberikan

kesimpulan/alasan terhadap sumber informasi geografi pada peta, grafik,

ataupun tabel 22

3. Mampu menjelaskan jawaban

geografi secara induktif ataupun deduktif 19 Sumber : Guidelines for Geographic Education (National geography standards, 1994:42)

(41)

dijumpai pada butir 1-15 pada aspek mengungkapkan pertanyaan geografis (asking geographic questions).

Sedangkan pada aspek memperoleh informasi geografis (acquiring

geographic information), mengorganisasi informasi geografis (organizing

geographic information), menganalisis informasi geografis (analyzing geographic

information), dan menjawab pertanyaan geografis (anwersing geographic

questions) menggunakan bentuk tes essai, kebenaran jawaban bertingkat sesuai

dengan derajat kesesuaian jawaban peserta didik dengan kunci jawabannya. Untuk membantu memudahkan penskoran dan mendapatkan skor yang akurat dan objektif maka penskoran dapat dibantu menggunakan rubrik penilaian soal essai. Skor maksimum yang dapat dicapai adalah 10 berdasarkan skema penilaian pada tabel 3.4 sebagai berikut:

(Geographic Skills) Unsur Jawaban Skor

16

Memperoleh informasi geografis (acquiring geographic information)

• Menyusun informasi geografis dengan satu alasan mengenai fenomena masalah lingkungan

4

• Menyusun informasi geografis dengan dua atau lebih alasan mengenai masalah lingkungan

3

• Menyusun informasi geografis > 3 alasan mengenai masalah

• Mengumpulkan 2-3 kunci masalah lingkungan

3

• Mengumpulkan >3 kunci masalah lingkungan

3

Jumlah 10

23 • Menggambar peta mengenai

penyebaran biosfer

(42)

• Menggambar garis wallacea dan weber

3

• Menggambar, membaca garis wallace dan weber

• Menarik serta menemukan lokasi garis Wallace dan weber dengan tepat

3

• Menemukan lokasi garis Wallace dan weber kemudian

menjelaskannya

3

Jumlah 10

24 • Menafsirkan salah satu flora dan

fauna pada garis wallace dan weber

4

• Menafsirkan dua-tiga flora dan fauna pada garis wallace dan weber

3

• Menafsirkan > 3 flora dan fauna pada garis wallace dan weber

3

Jumlah 10

17

Menganalisis informasi geografis (analyzing geographic information)

• Menuliskan salah satu faktor penyebab pencemaran lingkungan secara sistematis

4

• Menuliskan dua-tiga faktor penyebab pencemaran lingkungan secara sistematis

3

• Menuliskan > 3 faktor penyebab pencemaran lingkungan secara

• Melakukan pengamatan di lingkungan sekitar akibat dari dampak lingkungan dengan menjelaskan 2-3 pencemaran yang terjadi di lingkungan peserta didik

3

• Melakukan pengamatan di lingkungan sekitar akibat dari dampak lingkungan dengan menjelaskan >3 pencemaran yang terjadi di lingkungan peserta didik

3

(43)

21 • Mengelompokkan soal hitungan secara sistematis

4

• Menguraikan soal hitungan dengan menggunakan rumus yang tepat

3

• Menghitung jumlah penduduk serta dapat menganalisisnya

• Menjelaskan salah satu masalah pencemaran lingkungan yang ada di sekitar peserta didik

4

• Menjelaskan 2-3 masalah pencemaran lingkungan yang ada di sekitar peserta didik

3

• Menjelaskan >3 masalah pencemaran lingkungan yang ada di sekitar peserta didik

3

Jumlah 10

22 • Membuat kesimpulan pada grafik

demografi

4

• Membuat kesimpulan secara sistematis pada grafik demografi

3

• Membuat kesimpulan pada grafik demografi sehingga memberikan informasi geografis

3

Jumlah 10

25 • Meringkas wacana mengenai

permasalahan lingkungan

4

• Meringkas wacana mengenai permasalahan lingkungan secara sistematis

3

• Meringkas wacana lingkungan permasalahan lingkungan secara sistematis yang terjadi di lingkungan sekitar peserta didik

3

Jumlah 10

(44)

dijadikan instrumen penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS (Statistical Process and Social Scince) versi 17.0.

C. Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini diperlukan antara hasil penelitian yang valid dan reliable dengan instrumen yang valid dan reliabel. Sugiyono (2009:173) menjelaskan instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pengujian validitas alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, untuk instrumen tes adalah melalui pendekatan korelasi product moment dan instrumen non tes. Rumus product moment ,

r xy =

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ – ∑

Keterangan :

N = Jumlah Responden

X = skor yang diberikan oleh rater 1 Y = skor yang diberikan oleh rater 2

Selanjutnya untuk menguji signifikansi, angka korelasi yang diperoleh dari setiap item dibandingkan dengan angka kritis tabel korelasi. Penentuan r digunakan rumus sebagai berikut :

(45)

Keterangan :

r = Koefesien korelasi internal n = Banyaknya responden

Kaidah keputusan nilai korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel pada taraf nyata sebesar α = 0,05 dan derajat kepercayaan sebesar dk = N2. Setelah dibandingkan, kemudian diambil keputusan dengan kaidah sebagai berikut :

1) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih besar dari harga tabel, maka alat ukur yang digunakan dinyatakan valid.

2) Jika nilai korelasi yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan nilai t-tabel maka alat ukur yang digunakan dinyatakan tidak valid.

Hasil uji validitas instrumen pengukuran persepsi profesionalisme guru geografi , minat dan keterampilan geografis adalah sebagai berikut :

(46)

Tabel 3.5

Ujicoba Pengukuran Validitas Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Profesionalisme Guru Geografi

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

Dari tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat 46 butir instrumen kuesioner yang dinyatakan valid dan 11 butir instrumen kuesioner mewakili setiap indikator.

(47)

dibandingkan dengan nilai n-kritis pada taraf signifikansi a = 5% yaitu sebesar 0,361. Dari item 38 item pertanyaan diperoleh 34 item pertanyaan atau 89,47% dengan besaran angka korelasinya berada di atas nilai n-kritis, sedangkan sisanya yaitu 4 item pernyataan perolehan angka korelasinya dibawah angka n-kritis, dengan demikian diperoleh 34 item pertanyaan yang valid atau dapat digunakan dan terdapat 4 item pertanyaan yang drop atau tidak dapat digunakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.6.

Tabel 3.6

Ujicoba Pengukuran Validitas Minat Peserta Didik dalam Pembelajaran Geografi

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

(3). Untuk mengetahui validitas instrumen pengukur keterampilan geografis (Geographic Skills), dapat dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product

(48)

dalam dua bentuk tes validitas instrumen yaitu tes yang berbentuk objektif dan essay. Berikut ini tabel 3.7 pengujian validitas tes pengukuran keterampilan geografis (Geographic Skills).

Tabel 3.7

Ujicoba Pengukuran Keterampilan Geografis (Geographic Skills)

No r hitung Nilai r

Sumber : Hasil Penelitian, 2010

(49)

diperoleh butir instrumen kuesioner valid sebanyak 15 dan butir instrumen tes dapat digunakan.

D. Hasil Reliabilitas alat ukur Penelitian

Reliabilitas merupakan keandalan yang dapat diartikan dapat dipercaya. Kepercayaan berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Menurut Kerlinger (Purwanto, 2009:154) memberikan batasan tentang reliabilitas yaitu :

1. Reliabilitas dicapai apabila kita mengukur himpunan objek yang sama berulang kali dengan instrument yang sama atau serupa.

2. Reliabilitas dicapai apabila ukuran yang sebenarnya untuk sifat yang diukur,

3. Keandalan dicapai dengan meminimalkan alat pengukuran yang terdapat dalam suatu instrumen pengukuran.

Dari defenisi reliabilitas tersebut dapat disimpulkan bahwa reliabilitas berhubungan dengan kemampuan alat ukur untuk melakukan pengukuran secara cermat. Reliabilitas merupakan akurasi dan presisi yang dihasilkan oleh alat ukur dalam melakukan pengukuran. Pengujian alat ukur tes dan kuesioner menggunakan Alpha Cronbach. Menurut Konting (Iskandar, 2009:95), nilai reliabilitas Alpha Cronbach dengan nilai 0.60 hingga 0.7 adalah nilai terendah yang dapat diterima. Rumus pengujian koefesioen reliabilitas Alpha Cronbach sebagai berikut:

r i =

{ 1 -

}

Keterangan:

K = mean kuadrat antara subjek

∑Si2 = mean kuadrat kesalahan

(50)

Berdasarkan hasil perhitungan, angka koefesien reliabilitas instrumen pengukuran persepsi peserta didik tentang profesionalisme guru geografi sebesar 0.951; koefesien reliabilitas instrumen pengukuran minat sebesar 0.844; koefesien reliabilitas instrumen keterampilan geografis (Geographic Skills) soal objektif sebesar 0.738 dan instrumen keterampilan geografis (Geographic Skills) soal essai sebesar 0.613. Dari hasil perhitungan yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa keempat instrumen penelitian tersebut memiliki keajegan sebagai alat ukur.

E. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi merupakan seluruh subjek penelitian. Menurut Mantra (Singarimbun, 1995:149) menjelaskan bahwa “dalam suatu penelitian yang menggunakan metode survey, tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam populasi, karena di samping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama.” Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan menggambarkan sifat populasi bersangkutan sehingga untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus berdasarkan memenuhi syarat-syarat tertentu.

(51)

Pengambilan sampel responden peserta didik di tiap sekolah dengan teknik

proportional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel peserta didik

dari anggota populasi (seluruh peserta didik SMAN di Kota Bandung) secara acak dan berstrata secara proposional. Hal ini dilakukan karena kondisi populasi penelitian ini terdiri dari beberapa kelompok individu dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu peserta didik kelas XI program IPS.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Bandung, jumlah seluruh peserta didik SMAN kelas XI program IPS adalah 3235. Dari jumlah populasi tersebut dapat dihitung jumlah minimal sampel penelitian dengan menggunakan rumus dari Taro Yamone (Rahmat, 1995:82), sebagai berikut :

n =

Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

D = nilai kritis/tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 5% atau 10%

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka tingkat kesalahan yang digunakan adalah 10%, didapatkan ukuran sampel sebesar:

n =

. = 97.00

Dengan demikian minimal sampel yang harus diambil adalah sebanyak 97 responden. Untuk membantu menentukan perwakilan dari setiap sampel, maka menggunakan rumusan dari Singarimbun (1991:89) sebagai berikut:

(52)

Keterangan:

nk = jumlah anggota sampel dalam jumlah sampel

Pk = jumlah anggota populasi yang ada dalam kelompok

P = jumlah populasi n = jumlah sampel

Jumlah sampel untuk masing-masing bagian setelah dilakukan perhitungan dengan mengunakan rumus di atas, dapat dilihat pada tabel 3.8

Tabel 3.8 Daftar Sampel

No Nama Sekolah Populasi Peserta Didik kelas XI Program IPS

Sampel Peserta Didik

1 SMAN 24 119 23

2 SMAN 22 158 30

3 SMAN 14 102 19

4 SMAN 19 134 25

Jumlah 514 97

Sumber : Hasil Hitungan, 2010

Adapun yang menjadi latar belakang dari pengambilan sampel kelas XI program IPS ini didasari karena kelas XI program IPS telah mulai mempelajari konsep-konsep dasar tentang geografi ketika duduk di kelas X dan juga karena peserta didik kelas XII harus mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional (UN) sehingga tidak dapat diganggu proses dan jadwal pembelajarannya di sekolah.

F. Teknik Pengumpulan Data

(53)

yang menujang dalam pembahasan penelitian. Pengumpulan data primer dan sekunder dalam penelitian ini, digunakan teknik sebagai berikut :

1. Pengumpulan data primer dilakukan melalui :

Tes dan kuesioner kepada sejumlah responden yang terdiri dari peserta didik kelas XI program IPS di SMAN Kota Bandung, serta observasi yaitu pengamatan di lapangan terhadap objek penelitian mengenai gejala yang dianggap penting yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu persepsi peserta didik tentang keterampilan geografis dan minat peserta didik dalam pembelajaran geografi dengan keterampilan geografis (Geographic Skills). 2. pengumpulan data sekunder dilakukan melalui:

a. studi literatur, yaitu penelitian dengan jalan mempelajari buku-buku, literatur dan peraturan-peraturan pemerintah dan peraturan daerah yang ada kaitannya dengan materi penelitian.

b. Studi dokumentasi, yaitu berupa pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang menunjang penelitian.

G. Teknik Analisis Data

(54)

Statistika inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisa korelasi dan regresi. Untuk menguji hipotesis yang diajukan, selanjutnya digunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1 Uji normalitas data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang dihubungkan berdistribusi normal atau tidak. Jenis data yang dilakukan dalam uji normalitas ini adalah bentuk interval, jika berdistribusi normal maka proses selanjutnya dalam pengujian hipotesis dapat menggunakan perhitungan statistika parametrik. Jika tidak berdistribusi normal maka dapat menggunakan perhitungan statistika non parametrik.

Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Menurut Iskandar (2009:110) suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila hasil perhitungan Asymp. Sig lebih besar dari 0,05. Apabila data yang digunakan berdistribusi normal, maka peneliti penggunakan statistika parametrik untuk mengolah data lebih lanjut.

2 Uji Homogenitas

(55)

3 Analisis Deskriptif

Pengolahan data dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan analisis deskriptif yang merupakan analisis yang menggembarkan suatu data yang akan dibuat baik sendiri maupun secara kelompok. Tujuan analisis deskriptif untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diteliti (Riduwan, 2007:38). Pengukuran gejala pusat yang digunakan adalah mean, mode, dan median dengan menggunakan bantuan SPSS V. 17.

4 Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis pertama dan kedua masing-masing dengan teknik korelasi dan regresi sederhana, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menghitung koefesien korelasi product moment dari Pearson, yaitu teknik pengujian untuk menyatakan tingkat hubungan antar variable penelitian, yaitu hubungan antara variabel X dan Y. Rumus yang digunakan adalah :

rxy =

√ !" !" #!$ !" !#

% !#% !#

Selanjutnya untuk mengetahui apakah korelasi tersebut signifikan atau tidak, maka digunakan uji dua pihak yaitu uji signifikasi korelasi product moment dengan menggunakan formulasi sebagai berikut :

t = √

Gambar

Tabel Kemampuan Dasar Guru
Gambar Persepsi dan Proses Terjadinya
Gambar. 3.1. Konstalasi Hubungan antar Variabel
Kisi-kisi Instrumen Pengukur Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Tabel 3.1 Profesionalisme Guru Geografi
+7

Referensi

Dokumen terkait

FORMULIR FOOD

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode

Latar Belakang: Harga diri tidak terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan

budaya, sosial, psikologis, pribadi dan keputusan pembelian. Deskripsi variabel dapat dilihat pada Tabel 2.. Desain produk adalah indikator yang mempunyai rata-rata skor

Dalam penelitian kualitatif, fokus penelitian berguna untuk mempertajam penelitian. Fokus itu merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah 7 faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dalam pertimbangan membeli Mitsubishi Xpander yaitu faktor produk,

Memenuhi Tersedia Tanda Daftar Perusahaan (TDP) CV Grand Indo Timber yang diterbitkan oleh instansi berwenang dan masih berlaku sesuai dengan kegiatan usahanyag. NPWP Nomor

Achmadi. Ideologi Pendidikan Islam. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Afifudin, & Saebani. Metodologi Penelitian Kualitatif. Banding: CV.Pustaka Setia. Metodologi Pengajaran