viii DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ……….. i
PERNYATAAN ……….. ……….. ii
ABSTRAK ……….. iv
ABSTRACT ………….……….. v
KATA PENGANTAR ……….. vi
UCAPAN TERIMA KASIH ………. vii
DAFTAR ISI ……….. viii
DAFTAR TABEL …………...……….. x
DAFTAR GAMBAR ………. xi
DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ………... 1
B. Rumusan Masalah ……….... 3
C. Pertanyaan Penelitian ……….. 3
D. Definisi Konsep ……….. 4
E. Tujuan Penelitian ……….. 5
F. Manfaat Penelitian ……….. 6
G. Metode Penelian ………. 6
BAB II KEMAMPUAN KOMUNIKASI EKPRESIF DAN RESEPTIF ANAK DENGAN GANGGUAN KOMUNIKASI ……… 8
A. Konsep Anak dengan Gangguan Komunikasi ……… 8
B. Pentingnya Kemampuan Komunikasi bagi Anak dengan Gangguan Komunikasi ……… 11
C. Performa Komunikasi Ekpresif dan Reseptif Anak dengan Gangguan Komunikasi pada Prestasi Akademik dan Relasi Sosial ……….. 14
BAB III METODE PENELITIAN ……….. 20
A. Pendekatan Penelitian ……… 20
B. Metode Penelitian ……….. 20
C. Lokasi Penelitian ………. 20
D. Informan Penelitian ……… 21
ix
F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan
Instrumen Penelitian ……….. 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. A. Hasil Penelitian ………. 27
1. Deskripsi dan Analisa Kondisi Objektif Kemampuan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif ………. B. Pembahasan ………. 47
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMNDASI ……… 62
A. Kesimpulan ………. 62
B. Rekomendasi ………. 63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah :
Komunikasi adalah aktifitas kehidupan keseharian setiap manusia sepanjang
hayatnya dan komunikasi menunjukkan keberadaan seseorang. Pentingnya komunikasi
dirasakan tidak hanya jika mengena pada sasaran tapi juga bila satu komunikasi
mengalami hambatan. Satu keberhasilan komunikasi melalui sebuah proses yang dapat
dipahami bersama dengan baik, baik dari sisi komunikator (pemberi informasi) maupun
komunikan (penerima informasi) disamping komponen komunikasi lainnya. Namun
disatu sisi komunikasi tidak selalu berlangsung sesuai dengan harapan fihak yang
terlibat, disinilah komunikasi mengalami satu hambatan.
Mereka yang mengalami gangguan komunikasi dapat berpengaruh terhadap
kemampuan personal dalam belajar, dan berinteraksi dengan lingkungannya dan
berdampak pada saat mengekspresikan pikiran ke dalam bentuk kalimat sehingga akan
sulit juga bagi anak tersebut untuk mengerti atau memahami satu kalimat.
Gangguan komunikasi adalah sebagai dampak dari adanya gangguan lain seperti
gangguan pendengaran, cacat fisik, gangguan perkembangan, gangguan belajar dan PDD
atau autisme, berakibat pada kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi,
berdasarkan penelitian yang dilakukan Home ‘anak dengan problem bicara, cacat fisik,
cacat mental, gangguan perilaku dan pencapaain akademis yang rendah ditolak oleh
Berdasarkan data DSM, 3-7 % anak mengidap gangguan komunikasi berbahasa
ekpresif dan gangguan berbahasa reseptif dan ekspresif hanya ditemui pada 3 % anak
usia sekolah. (Barkoukis, A, 2008)
Dari pengamatan yang dilakukan dilingkungan sekolah di salah satu sebuah Sekolah
Dasar di Kotamadya Bandung terhadap anak yang teramati sebagai anak yang
mengalami gangguan komunikasi menunjukkan cenderung untuk tidak berbaur dengan
teman, asyik dengan diri sendiri, hanya berkomunikasi bila tertarik dan diresponse sesuai
dengan minat, namun menyapa atau disapa dapat memberikan respons. Tetapi untuk
komunikasi yang lebih intens serta dalam satu topik yang kurang diminati, cenderung
tidak dapat terlibat dalam topik pembicaraan. Sementara pada umumnya situasi dalam
lingkungan sekolah merupakan adalah satu lingkungan yang banyak berpengaruh
terhadap pembentukan karakter seorang anak.
Untuk kondisi di dalam kelas, frekuensi keluar kelas lebih sering dari murid yang
lain, arah pandangan mata tidak terfokus pada guru yang menerangakan didalam kelas,
terkadang gagal menyelesaikan tugas hampir pada semua mata pelajaran, menjawab
pertanyaan guru secara lisan spontan dan dengan jawaban yang terkadang akurat, jika
pertanyaannya menghendaki jawaban yang pendek, namun untuk pertanyaan yang
memerlukan jawaban yang uraian dan analisa, cenderung untuk tidak dapat menguraikan
baik secara lisan maupun tertulis. Hal tersebut berdampak pada pencapaian prestasi
akademik yang rendah akibat kesulitan komunikasi dalam mendengarkan,
mengekspresikan pikiran baik lisan maupun tulisan.
Berdasarkan latar belakang tersebut mengingat akibat yang dapat ditimbulkan oleh
gangguan komunikasi yaitu pencapaian akademis dan juga memiliki dampak jangka
dengan gangguan komunikasi, diperlukan sebuah program pengembangan kemampuan
komunikasi.
B. Rumusan Masalah :
Anak yang mengalami gangguan komunikasi pada umumnya memiliki kesulitan
dalam komunikasi ekspresif dan reseptif, sehingga berdampak pada pencapaian prestasi
akademik dan pada interkasi social sehari-hari. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif pada “Siswa
A”.
2. Bagaimana program pengembangan komunikasi ekspresif dan komunikasi reseptif
pada “Siswa A”.
C. Pertanyaan Penelitian:
1. Komunikasi Ekpsresif :
a) Bagaimana kemampuan komunikasi ekpresif verbal (isi pesan) dan non verbal pada
“Siswa A”.
b) Bagaimana kemampuan komunikasi ekpresif tertulis pada “Siswa A”.
2. Komunikasi Reseptif :
a) Bagaimana kemampuan komunikasi reseptif mendengarkan pada “Siswa A”.
b) Bagaimana kemampuan komunikasi reseptif membaca pada “Siswa A”.
3. Program Pengambangan Kemampuan Komunikasi:
a) Bagaimana program pengambangan kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif
D. Definisi Konsep :
Definisi konsep dimaksudkan agar ada pemahaman yang sama mengenai
konsep-konsep yang menjadi focus utama dalam penelitian ini.
1. Kemampuan Komunikasi Ekpresif :
Kemampuan komunikasi dalam menyampaikan ide, gagasan kepada orang lain,
meliputi komunikasi ekpresif verbal-non verbal dan komunikasi ekpresif tertulis.
a) Komunikasi ekspresif Verbal dan Non Verbal:
1) Komunikasi Ekpresif Verbal yaitu: Komunikasi yang berkaitan dengan isi
pesan yang disampaikan oleh “Siswa A” dengan guru dan teman.
2) Komunikasi Ekpresif Non Verbal : Komunikasi dengan menggunakan bahasa
tubuh, meliputi sikap tubuh, ekpresi wajah, meliputi kontak mata, volume
suara, intonasi, dan cara berpakaian, pemilihan temapt duduk dan teman
sebangku (sebagai penunjang performance komunikasi).
b) Kemampuan Komunikasi Ekpresif Tertulis :
Kemampuan dalam menyampaikan dan mengungkapkan pikiran secara tertulis,
berupa interpretasi gambar dan karangan.
2. Kemampuan Komunikasi Reseptif :
Meliputi kemampuan komunikasi reseptif mendengarkan dan kemampuan reseptif
membaca.
a) Kemampuan Komunikasi Reseptif Mendengarkan:
Kemampuan menyimak dan memahami informasi yang disampaikan guru dan
teman.
b) Kemampuan Komunikasi Reseptif Membaca:
Kemampuan memahami isi bacaan.
Anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi baik komunikasi ekspresif dan
komunikasi reseptif.
4. Program Pengambangan Kemampuan Komunikasi : Yaitu program yang berisikan
pengembangan aktifitas komunikasi ekpresif dan reseptif.
E. Tujuan Penelitian :
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan program
hipotetik dalam mengambangkan kemampuan komunikasi ekspresif dan reseptif bagi
“Siswa A”.
F. Manfaat Penelitan :
1. Sebagai masukan kepada guru tentang kondisi objektif “Siswa A”yang mengalami
gangguan komunikasi .
2. Sebagai acuan bagi guru dan “Siswa A” dalam meningkatkan kemampuan
berkomuniksi baik ekspresif dan reseptif.
3. Dapat dipergunakan untuk meningkatklan kemampuan komunikasi ekspresif dan
komunikasi reseptif disekolah maupun dalam kegiatan sehari-hari bagi anak lain yang
mengalami gangguan komunikasi.
F. Metode Penelitian :
Penelitian ini menggunakan pendektan penelitian kualitatif dengan metoda kasus.
Metode ini dipilih karena peneliti berangkat dari sebuah fenomena, yang terjadi pada anak
dengan gangguan komunikasi yang mengalami hambatan dalam komunikasi ekspresif dan
reseptif di sekolah. Berdasarkan pada data empiris yang didapat maka langkah selanjutnya
yaitu menyusun sebuah program pengembangan kemampuan komunikasi ekspresif dan
Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah :
Langkah 1 :
Teknik pengumpulan data melalui :
1. Observasi, dilakukan di ruang kelas dan dilingkungan sekolah. Observasi bertujuan
untuk memperoleh data dan informasi mengenai kemampuan komunikasi ekspresif
dan reseptif.
2. Wawancara dengan guru dan teman sekelas bertujuan untuk memperoleh data dan
mengumpulkan informasi berkaitan dengan kemampuan komuniksi ekspresif dan
komunikasi reseptif.
3. Informasi lainnya berupa kertas kerja, yang bertujuan untuk mengetahui potensi
akademis ekspresif tulisan.
Langkah 2 :
Program Pengembangan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif, melalui tahapan
membuat draf program dan divalidasi oleh guru dan praktisi Pendidikan Kebutuhan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengangkat fenomena dari sebuah kasus yang terjadi pada seorang anak
mengalami gangguan komunikasi baik komunikasi ekpresif maupun komunikasi reseptif.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, diharapkan dengan
mengguakan metode ini dapat diperoleh satu gambaran yang menyeluruh terhadap subjek
peneliti. Menurut McMillan, bahwa “Penelitian kualitatif dilakukan ketika sebuah
penelitian menggambarkan dan menganalisa perilaku, keyakinan, pemikiran dan persepsi
individu atau social secara kolektif” ( McMillan, 2001:51).
Dalam mengungkapkan satu fenomena, penelitian kualitatif tidak berdasarkan pada
teori atau menguji teori yang ada, namun dari salah satu teori yang dikemukakan oleh
Maxwell (1996) yaitu ‘peneliti berupaya untuk lebih memahami proses (daripada produk)
kejadian atau kegiatan yang dialami’ (dalam Alwasilah, 2006:110).
B. Metode Penelitian :
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
berdasarkan pada sebuah kasus.
C. Lokasi Penelitian :
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan survey lapangan, maka lokasi penelitian
yang adalah SD Negeri Gegerkalong KPAD I Kodya Bandung.
D. Informan Penelitian:
Dalam penelitian kualitatif, subjek penelitian dinamakan informan, partisipan, atau
sumber. Menurut Burhan Bungin, informan penelitian adalah orang yang diperkirakan
menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta objek penelitian (Bungin,
Dalam penelitian ini yang dijadikan informan yaitu:
1. Subjek yang bersangkutan :
Yaitu seorang siswa laki-laki duduk di kelas V SD Negeri di Kotamadya Bandung.
2. Guru :
Guru diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kemampuan
komunikasi dari subjek penelitian. Adapun guru yang menjadi key person yaitu guru
kelas saat ini dan guru yang pernah siswa yang bersangkutan.
3. Teman di Sekolah :
Informan lainnya yaitu teman dilingkungan sekolah baik satu kelas maupun teman di
kelas lainnya.
E.Prosedur Penelitian :
Prosedur penelitian adalah langkah dan cara yang dilakukan oleh peneliti dalam satu
penelitian. Langkah penelitian yang akan dilaksanakan yaitu langkah pertama adalah studi
pendahuluan mengenai kondisi objektif melalui penelitian kualitatif, langkah kedua yaitu
merumuskan draft program, langkah ketiga validasi dengan melibatkan guru dan praktisi
PKKh dan yang keempat yaitu Program Pengembangan Kemampuan Komunikasi pada
Anak dengan Gangguan Komunikasi. Langkah-langkah penelitian :
Studi Pendahuluan
Studi Lapangan
Studi Literatur
Analisis
Draft Program
Validasi
Refisi
F. Teknik Pengumpulan Data dan Pengembangan Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada studi pendahuluan melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik yang dipergunakan:
a. Observasi :
Observasi dilakukan terhadap siswa yang bersangkutan didalam kelas dan
dilingkungan sekolah.
Tujuan obsevasi:
1). Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan komunikasi ekspresif yaitu
verbal-non verbal.
2). Untuk mengetahui kondisi objektif kemampuan komunikasi ekspresif tertulis
berupa karangan dan interpretasi gambar.
3). Untuk mengetahui kondisi objektif siswa dalam komunikasi resptif
mendengarkan.
4). Untuk mengetahui kondisi objektif siswa dalam komunikasi reseptif membaca.
b. Wawancara
Teknik lain yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu melalui wawancara. Wawancaran dalam penelitian ini menggunakan teknik
wawancara mendalam. Teknik wawancara mendalam bertujuan untuk
mendapatkan informasi terperinci. Data yang diperoleh dari hasil wawancara
diharapkan dapat memberikan gambaran keseluruhan kondisi kemampuan
komunikasi ekpresif dan komunikasi reseptif .
Wawancara dilakukan secara tatap muka dengan 4 orang guru dan beberapa 9
c. Dokumen :
Dokumen yang dipergunakan untuk memperoleh data kemampuan menulis
ekpresif yaitu interpretasi gambar dan karangan.
2. Tehnik Pengembangan Instrumen Penelitian
Kisi-kisi dibuat untuk memberikan arah dalam observasi dan wawancara.
Tabel : 3.1
KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
No Kategori Sub Kategori Responden Teknik
1. Kondisi
objektif kemampuan komunikasi
a. Kegiatan komunikasi eksprsif lisan dan tulisan
b. Kegiatan Komunikasi reseptif mendengar dan membaca
Murid yang bersangkutan, guru dan teman
Murid yang bersangkutan, guru dan teman
Observasi, wawancara dan dokumentas i Observasi, wawancara dokumentas i
2. Proram
pengembanga n
kemampuan komunikasi
Perumusan program Murid yang
bersangkutan
Tabel : 3.2 Pedoman Observasi
No. Kategori Responden Aspek yang digali
1. Kondisi objektif
kemampuan komunikasi
Anak yang
bersangkutan
a. Kegiatan komunikasi
eksprsif lisan dalam
menjawab dan
menguraikan jawaban
[image:13.595.80.520.207.770.2]dan teman dalam komunikasi
interpersonal.
b. Kegiatan komunikasi
ekspresif tulisan, dalam tulisan ekspresif berupa interpretasi gambar dan karangan
c. Kegiatan Komunikasi
reseptif mendengar
ketika guru
menerangkan dan
dalam komunikasi
interpersonal dengan
guru dan teman.
d. Kegiatan komunikasi
reseptif membaca dalam materi pelajaran Bahasa Indonesia.
No. Kategori Responden Aspek Yang Digali
Guru Feedback yang diberikan
oleh guru, baik verbal maupun non verbal.
Teman Feedback yang diberikan
[image:14.595.82.524.68.673.2]oleh teman baik verbal maupun non verbal
Tabel : 3.3
Pedoman Wawancara
No. Kategori Responden Aspek yang digali
1. Kondisi objektif
kemampuan komunikasi
Anak yang bersangutan
a. Minat untuk
lisan maupun tulisan b. Minat untuk
berkomunikasi resptif mendengar dan membaca. c. Hambatan dalam
komunikasi ekspresif lisan maupun tulisan
d. Hambatan dalam komunikasi reseptif mendengar dan membaca.
Guru Faktor yang mendukung dan
menghambat minat dan kontinuitas dalam
komunikasi ekspresif lisan dan tulisan dan komunikasi reseptif membaca dan mendengar.
Teman Faktor yang mendukung dan
menghambat minat dan kontionuitas dalam
komunikasi ekspresif lisan dan komunikasi reseptif mendengar.
G. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi merupakan data
kualitaitif, menurut Burhan Bungin memiliki dua tujuan
yaitu:
1. Menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena social dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut;
2. Menganalisis makna yang ada di balik informasi, data dan proses suatu fenomena social itu. (Bungin, 2007: 153).
Dalam penelitian ini, data kualitatif tersebut selain dipergunakan sebagai bahan untuk
menganalisa, hasil analisan tersebut dijadikan acuan dalam penyusunan program
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Komunikasi Ekspresif :
1) Kemampuan Komunikasi Ekspresif Verbal dan Non Verbal
“Siswa A” mengalami gangguan komunikasi ekpresif verbal berupa
penyampaian pesan (isi) komunikasi dan non verbal berupa arah pandangan
mata, ekpresi wajah, intonasi, volume suara, sikap tubuh.
2) Kemampuan Komunikasi Ekspresif tertulis :
Memiliki kemampuan komunikasi ekspresif tertulis interpretasi gambar
dan mengarang.
b. Komunikasi Reseptif :
1) Kemampuan Komunikasi Resptif Mendengarkan :
“Siswa A” mengalami gangguan komunikasi reseptif mendengarkan
dalam menyimak dan memahami informasi.
2) Kemampuan Komunikasi Reseptif Membaca :
“Siswa A” memiliki kemampuan dalam memahami isi bacaan.
c. Program Pengembangan Komunikasi Ekpresif dan Reseptif :
Program pengembangan komunikasi ekpresif verbal-non verbal dan
komunikasi reseptif mendengarkan berdasarkan pada temuan dalam studi
B. Rekomendasi :
Rekomendasi berkaitan dengan pengembangan komunikasi ekspresif verbal dan
non verbal dan komunikasi reseptif mendengarkan diberikan pada yaitu : Guru,
Kepala Sekolah, Peneliti selanjutnya.
1. Rekomendasi untuk Guru :
Potensi yang telah dimiliki anak, diupayakan untuk dioptimalkan dalam
meminimalisasi gangguan komunikasi ekspresif verbal-non verbal. Dengan
memberikan kesempatan dalam mengekspresikan lebih banyak potensi yang telah
dimiliki dalam kegiatan belajar mengajar maupun kegiatan ekstrakulikuler.
2. Rekomendasi untuk Kepala Sekolah :
Memberikan arahan dan dukungan kepada guru kelas maupun guru bidang
studi serta teman-teman satu kelas agar dapat menciptakan dukungan positif bagi
“Siswa A” dengan memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan potensi dasar
yang telah dimiliki, melalui kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler.
3. Rekomendasi untuk Peneliti Selanjutnya :
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian bagi anak dengan
gangguan komunikasi khususnya berkaitan dengan fungsi social komunikasi,
gangguan komunikasi ekspresif lisan dan komunikasi reseptif mendengarkan
yang berdampak pada penolakan lingkungan berdasarkan studi kualitatif pada
penelitian ini hanya tampak sebagai gejala, namun akar permasalahan perlu digali
lebih lanjut, yang diduga mengalami learing disabilities (LD) dan diduga
DAFTAR PUSTAKA
Allyn and Bacon 1984,Tersedia: http://www.coun.uvic.ca/learning/exams/blooms-taxonomy.html (17 Maret 2010).
American Speech-Language-Hearing Association (2005), Helping Children With Communication Disorder in the school.
Alwasilah, A. Chaedar, 2006, Pokoknya Kualitatif - Dasar-Dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Barkoukis, Andera, M.A dkk, 2008, Communication Disorders: Stuttering and Prevalence / Diagnostisis of Communication Disorder, tersedia
http://www.mentalhelp.net/poc/view_doc.htp?type=doc&id=5948and n=37 (7 Juli 2010)
Beebe, Steven A, 1996, Interpersonal Communication: Relating to Others, Boston: Allyn and Bacon.
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia “Sasebi” – Saya Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas V
Bungin, Burhan, 2007, Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Social Lainnya, Jakarta: Kencana.
Choate, JS, 1995, Curriculum-Based Assesment and Programming 3rd. ed, Boston: Allyn and Bacon.
Demchak, Mary Ann, et all, 2002, Using Cues to Enchance Receptive Communication, Nevada Dual Sensory Impairment Project Department of Educational Specialties University of Nevada, Nevada, tersedia http://www. unr.edu./educ/ndsip (31 Mei 2010)
Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Manajeman Pendidikan Dasar dan Menengah (2006), KTSP Model Silabus Kelas V, Jakarta: BSNP
Emmitt, Marie, at all 2007, Language & Learning An Introduction for Teaching, 4th ed, South Melbure: Oxford University.
Hartley, Peter 1999, Interpersonal Communication, 2nd, ed, New York: Routledge.
Hallahan, Daniel P dan Kauffman, James M, 1991, Exceptional Children Introduction to Specual Education 5 th, ed. New Jersey: Prince Hall Internationa, Inc.
Littlejohn, Stephen, 1996, Theories of Human Communication, Buku Ilmu Komuniaksi Pascasarjana UNPAD, Bandung
Mercer, Cecil D dan Mercer, Ann R, 1989, Teaching Students with Learning Problems, Columbus: Merrill Publishing Company.
Pierangelo, Roger dan Giuliani, George, 2007, EDM The Educator’s Diagnostic Manual of Disabilities and Disorder, San Francisco: John Wiley &Sons.
Reardon, Kathleen K, 1987, Interpersonal Communication, Where Minds Meet, California: Wadsworth Publishing Company.
Rakhmat,Jalaludin, 2007, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soan, Sue (2004), Additional Educational Needs, Inclusive Approaches to Teaching. London: David Fulton Publisher Ltd.
Westwood, Peter (1993), Commonsens Methods for Children with Special Needs - Strategies for the regular classroom 2nd ed. New York Routledge.