• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Kedudukan Komisaris dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan terhadap Direksi Dikaitkan dengan Prosedur Pemberhentian Direksi Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Kedudukan Komisaris dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan terhadap Direksi Dikaitkan dengan Prosedur Pemberhentian Direksi Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

xi

Universitas Kristen Maranatha

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP DIREKSI DIKAITKAN DENGAN PROSEDUR PEMBERHENTIAN DIREKSI DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN

TERBATAS

ABSTRAK

Perseroan Terbatas merupakan bentuk usaha berbadan hukum yang sangat diminati di masyarakat Indonesia karena mudah untuk mengumpulkan modal, melakukan perjanjian, dan kelebihan-kelebihan Perseroan Terbatas lainnya. Untuk menjalankan usahanya, terdapat organ Perseroan Terbatas yang terdiri atas organ Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komsaris. Setiap organ Perseroan Terbatas memiliki kewenangannya masing-masing yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas. Setiap kewenangan yang dimiliki oleh organ Perseroan Terbatas dibatasi oleh asas-asas yang sesuai dengan ketentuan Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas. Dewan Komisaris memiliki kewenangan untuk memberhentikan sementara Direksi sesuai ketentuan Pasal 106 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Namun dalam pelaksanaanya, sering terjadi permasalahan dalam kewenangan Dewan Komisaris melakukan pemberhentian sementara Direksi.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif yang ditujukan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pendekatan undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang diteliti, dalam skripsi ini mengacu pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas sebagai bahan hukum primer. Pendekatan konseptual dengan melakukan penelitian yang beranjak dari pandangan-pandangan, doktrin-doktrin, dan teori-teori yang berkembang didalam ilmu hukum yang digunakan sebagai bahan hukum sekunder. Data-data yang digunakan dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan dengan pola piker logika deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Hasil penelitian yang didapat penulis yaitu Undang-Undang Perseroan Terbatas telah mengatur mengenai pemberhentian Direksi baik yang bersifat tetap maupun yang bersifat sementara. Kewenangan memberhentikan Direksi secara tetap dimiliki oleh RUPS sedangkan kewenangan memberhentikan sementara Direksi dimiliki oleh Dewan Komisaris. Pemberhentian Direksi baik yang bersifat tetap maupun sementara harus sesuai dengan ketentuan yang ada dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.

(2)

xii

Universitas Kristen Maranatha Surat Keputusan Dewan Komisaris. Pengambilan keputusan Dewan Komisaris tersebut harus melibatkan seluruh anggota Dewan Komisaris dan harus berdasarkan keputusan bulat seluruh anggota Dewan Komisaris. Apabila keputusan pemberhentian sementara Direksi yang dilakukan Dewan Komisaris tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas maka pemberhentian sementara tersebut menjadi tidak sah, dan Komisaris yang melakukan pemberhentian sementara tersebut dinyatakan melakukan tindakan ultra vires dan dapat diberi sanksi sesuai dengan keputusan RUPS. Ketentuan mengenai pemberian sanksi ini dapat diatur didalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

(3)

Universitas Kristen Maranatha

LEGAL RESEARCH OF COMMISSIONERS IN CARRIES ON THE FUNCTION SUPERVISION TO THE BOARD OF DIRECTORS ASSOCIATED WITH THE PROCEDURES DISMISSAL BOARD OF DIRECTORS IN TERMS BASED ON THE ACT NUMBER 40 OF 2007 ABOUT LIMITED COMPANY

ABSTRACT

Limited Liability Company is a form of legal businesses that is in demand in Indonesian society because it is easy to raise funds, make agreements, and advantages other Limited Liability Company. To run its business, there is a Limited Liability Company organ consisting General Meeting of Shareholder, Board of Directors, and Board of Commissioner. Each Limited Liability Company organ has their respective authorities stipulated in the Legislation Number 40 year 2007 regarding Limited Liability Companies and the Articles of Association Limited Liability Company. Each authority possessed by the Limited Liability Company organ is limited by the principle in accordance with the provisions Article 114 paragraph (2) of Limited Liability Companies Legislation. Board of Commissioner have authority to do temporary suspension of Directors in accordance with the Article 106 of Limited Liability Companies Legislation. But in the implementation problems often occur within the competence of the Board of Commissioner suspend Directors.

This thesis is focused on juridical normative method to recite the application of the norms in positive law. The author uses regulation approach and conceptual approach. Approach to the law is done with analyzed all the laws and regulations relevant to the legal issues that are being investigated, in this thesis refers to Legislation Number 40 year 2007 regarding Limited Liability Companies as the primary legal materials. The conceptual approach to conducting research that depart from the point of view, doctrines, and theories that develops in jurisprudence which are used as a secondary law. The used data were analyzed by qualitative anilities and the mindset of deductive logic, which was to draw conclusions from individual cases into a real general conclusions. The results of the study obtained writer namely the act of limited company had set regarding the dismissal of the Board of Directors either permanent or temporary. Authority to dismiss the Board of Directors is still owned by the General Meeting of Shareholder, while the Board of Director the authority to temporarily owned by Board of Commissioner. Dismissal of the Board of Directors either permanent or temporary shall be in accordance with the provisions of the Limited Liability Company Act.

(4)

xiv

Universitas Kristen Maranatha suspension of Directors which conducted by the Board of Commissioners is not in accordance with the provisions stipulated in the Limited Liability Company Regulations then regarding of such suspension is being illegitimate, and the Commissioners who performs temporary suspension is expressed perform ultra vires and could be sanctionexd in accordance with the decision of General Meeting of Shareholder. The provisions concerning these sanctions can be regulated in the Articles of Association of Limited Liability Company.

(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN ... iv

PERSETUJUAN REVISI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian ... 9

E. Kerangka Pemikiran ... 10

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 18

(6)

xvi

Universitas Kristen Maranatha

A. Konsep Dasar Organisasi dalam Korporasi ... 21

1. Dasar-Dasar Organisasi... 21

2. Struktur dan Bagan Organisasi ... 29

B. Struktur Organisasi dalam Badan Hukum ... 31

1. Struktur Organisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ... 33

2. Struktur Organisasi Koperasi ... 37

3. Struktur Organisasi Yayasan ... 40

4. Struktur Organisasi Perseroan Terbatas ... 42

C. Hubungan Ketenagakerjaan dengan Organisasi Khususnya Perseroan Terbatas ... 45

1. Hubungan Tenaga Kerja dengan Perseroan Terbatas dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan ... 45

2. Organ Direksi dan Komisaris Merupakan Tenaga Kerja dalam Perseroan Terbatas ... 47

3. Prosedur Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi dan Komisaris ... 50

BAB III TINJAUAN YURIDIS KEWENANGAN, PENGAWASAN, DAN TANGGUNG JAWAB ORGAN PERSEROAN TERBATAS ... 59

A. Konsep Kewenangan dan Tugas dalam Subyek Hukum Khususnya Perseroan Terbatas Sebagai Badan Hukum ... 59

(7)

Universitas Kristen Maranatha 2. Kewenangan dan Tugas Organ Perseroan Terbatas ... 63 3. Batasan Kewenangan dan Akibat yang Timbul dari Tindakan

Diluar Kewenangan ... 79 B. Konsep Pengawasan Khususnya Pengawasan Dewan Komisaris

Terhadap Direksi Perseroan Terbatas ... 83 1. Konsep Pengawasan Dalam Badan Hukum ... 83 2. Tujuan dari Pengawasan Dewan Komisaris... 89 C. Konsep Tanggung Jawab Khususnya Tanggung Jawab Direksi

dalam Perseroan Terbatas Terhadap Organ Perseroan Terbatas Lainnya ... 91 1. Konsep Tanggung Jawab ... 91 2. Asas Terkait Tanggung Jawab ... 93 3. Tanggung Jawab Direksi Dalam Perseroan Terbatas Terhadap

Organ Perseroan Terbatas Lainnya ... 96

BAB IV ANALISIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM MENJALANKAN

FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP DIREKSI DIKAITKAN

DENGAN PROSEDUR PEMBERHENTIAN DIREKSI DITINJAU

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007

TENTANG PERSEROAN TERBATAS ... 99

A. Analisis Batasan Kewenangan dan Intervensi yang Dimiliki

(8)

xviii

(9)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

A. Kesimpulan ... 130

B. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA ... 135

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembagian kerja di dalam kehidupan dilakukan manusia untuk bertahan hidup. Ketergantungan antara satu orang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorong manusia untuk saling membagi tugas. Pembagian kerja ini dinilai lebih efektif dan terus berkembang di dalam masyarakat. Jika pada jaman dahulu manusia membagi tugas seperti bercocok tanam, berburu, dan mengurus rumah, maka jaman sekarang pembagian kerja tersebut berkembang dan dipakai di banyak aspek kehidupan. Salah satunya yaitu dalam aspek bisnis.

Pada jaman dahulu, bisnis hanya dilakukan antara satu orang dengan orang lain. Namun, di jaman sekarang, bisnis mulai dilakukan secara bersama-sama oleh sekelompok orang dimana setiap orang mendapat pembagian kerja masing-masing. Pembagian kerja ini disebut dengan organisasi.

Di Indonesia, pemerintah mengembangkan organisasi bisnis yang disebut juga sebagai badan usaha dimana Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (4) menjadi landasan bagi perekonomian Indonesia, yang berbunyi:

”Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.”

(11)

Universitas Kristen Maranatha tidak berbadan hukum yaitu badan usaha yang tanggung jawabnya tidak terpisah dari pengurusnya, sedangkan badan usaha yang berbadan hukum yaitu badan usaha yang memiliki tanggung jawab terpisah dari pengurusnya dan dianggap sebagai subjek hukum yang baru. Badan usaha yang tidak berbadan hukum meliputi persekutuan dagang, Firma, Persekutuan Komanditer (CV), dan badan usaha yang berbadan hukum meliputi Yayasan, koperasi, dan Perseroan Terbatas (PT).

Perseroan Terbatas memiliki tujuan utama yaitu untuk mencari laba/keuntungan, berbeda dengan yayasan yang tujuan utamanya adalah untuk sosial. Sehingga bagi masyarakat yang ingin menjalankan usaha yang berbadan hukum, membentuk Perseroan Terbatas merupakan pilihan yang terbaik. Oleh karena itu, Perseroan Terbatas menjadi bentuk usaha yang paling banyak dibentuk, selain memiliki hak dan kewajiban yang terpisah dari pengurusnya, Perseroan Terbatas juga memberikan kemudahan bagi para pemegang saham dalam mengalihkan sahamnya kepada orang lain melalui jual beli saham tanpa harus membubarkan Perseroan Terbatas tersebut.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha Perseroan Terbatas, modal dasar Perseroan Terbatas, pemegang saham Perseroan Terbatas, pengurus Perseroan Terbatas, dan lain-lain.

Anggaran Dasar mengatur mengenai organ-organ Perseroan Terbatas dengan segala kewajiban dan hak-haknya. Pemisahan kewenangan antara pengurus Perseroan Terbatas yang tersusun dalam struktur organisasi yang terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris yang semuanya diatur dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas dan dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Pemegang saham memiliki suara sesuai dengan jumlah kepemilikan saham masing-masing dalam Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disingkat RUPS. RUPS mempunyai segala kewenangan yang tidak diberikan kepada Direksi dan Komisaris dalam batas yang ditentukan Undang-Undang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas tersebut.1

Keputusan RUPS merupakan kehendak Perseroan Terbatas yang dapat dibatalkan jika hasil RUPS tersebut melanggar Anggaran Dasar atau Undang-Undang yang berlaku. RUPS baru bisa dilakukan apabila sudah memenuhi kuorum seperti yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Apabila kuorum tidak terpenuhi, maka RUPS tidak dapat dilaksanakan. Ketentuan mengenai kuorum tersebut diatur dalam Anggaran Dasar dan pasal 86 Undang-Undang Perseroan Terbatas. RUPS dapat membuat keputusan apa saja untuk keperluan Perseroan Terbatas termasuk

(13)

Universitas Kristen Maranatha pengangkatan dan pemberhentian Direksi dan Komisaris, selama tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar atau Undang-Undang yang berlaku.

Perseroan Terbatas dijalankan oleh organ Direksi dimana Direksi dapat terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) Direksi maka disebut Dewan Direksi dimana didalamnya terdapat Direksi Utama. Perseroan Terbatas yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dana dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi. Dalam hal direksi terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih, pembagian tugas dan wewenang pengurusan di antara anggota Direksi ditetapkan berdasar pada keputusan RUPS.2 Direksi bertugas menjalankan Perseroan Terbatas dan mewakili Perseroan Terbatas baik didalam maupun diluar pengadilan dengan diberi hak dan kekuasaan penuh dimana setiap tindakan yang dilakukan oleh Direksi akan dianggap sebagai tindakan Perseroan Terbatas sepanjang sesuai dengan yang dicantumkan dalam Anggaran Dasar.

Direksi dalam menjalankan tugasnya tidak selalu bisa mengambil tindakan sendiri, terdapat beberapa tindakan Direksi yang memerlukan persetujuan dari RUPS terlebih dahulu seperti misalnya dalam tindakan yang menyebabkan terjadinya pengalihan kepemilikan, maka diperlukan persetujuan terlebih dahulu dari RUPS. Peran Direksi dalam suatu Perseroan Terbatas sangat penting karena Direksi merupakan wakil Perseroan Terbatas

2 Abdulkadir Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2010.

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha dalam melakukan tindakan hukum. Akibat hukum yang timbul atas tindakan Direksi dibebankan terhadap Perseroan Terbatas sepanjang tindakan tersebut diambil untuk kepentingan Perseroan Terbatas. Namun apabila terbukti Direksi melakukan tindakan dengan mengatasnamakan Perseroan Terbatas untuk kepentingan pribadinya atau mengambil tindakan diluar kewenangannya (ultra vires3), maka akibat hukum yang timbul atas tindakan tersebut dibebankan kepada Direksi secara personal.

Komisaris merupakan pengurus Perseroan Terbatas yang bertugas sebagai pengawas untuk tindakan Dewan Direksi. Komisaris terdiri lebih dari 1 (satu) orang dan disebut Dewan Komisaris dimana didalamnya terdapat Komisaris Utama dan Anggota Dewan Komisaris. Dewan Komisaris dalam menjalankan tugasnya diberi kewenangan untuk menyetujui atau tidak menyetujui tindakan yang diambil oleh Dewan Direksi, memeriksa pembukuan, mengawasi Direksi, mengusulkan dan/atau membatalkan RUPS, melakukan tindakan pengurusan Perseroan Terbatas dalam keadaan tertentu dan jangka waktu tertentu, dan memberhentikan sementara Direksi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 108-121 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Kewenangan Dewan Komisaris dalam memberhentikan sementara Direksi telah diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas namun dalam kenyataan di masyarakat masih sering terjadi permasalahan mengenai kewenangan tersebut. Salah satu kasus yang penulis temui yaitu kasus

3

(15)

Universitas Kristen Maranatha pemberhentian sementara Direksi PT. Jamsostek. Direksi PT. Jamsostek diberhentikan sementara oleh Dewan Komisaris padahal sesuai dengan Surat Kementrian BUMN No. S-16/MBUS/2007 disebutkan bahwa pemberhentian sementara Direksi PT. Jamsostek harus menunggu hasil audit BPKP. Namun meskipun telah dikeluarkan surat Kementrian tersebut, Dewan Komisaris tetap mengeluarkan Surat Keputusan Dewan Komisaris untuk memberhentikan sementara Direksi PT. Jamsostek. PT. Jamsostek merupakan Perseroan dimana pemerintah sebagai pemegang saham dalam PT tersebut sehingga tindakan Komisaris yang tetap memberhentikan sementara Direksi meskipun ada Surat Kementrian dianggap sebagai penentangan Komisaris terhadap pemagang saham.4

Selain kasus PT. Jamsostek, penulis juga menemui permasalahan yang serupa dimana Direktur PT. JOBSDB Indonesia diberhentikan oleh Komisaris. Pemberhentian direktur ini dikirim melalui surat elektronik dimana Komisaris dalam suratnya memberhentikan direksi secara permanen (tetap) sedangkan kewenangan Komisaris yaitu memberhentikan sementara. Anggaran Dasar PT. JOBSDB Indonesia juga mengatur pemecatan direktur harus melalui pemberhentian sementara. Namun saat diundang RUPSLB, dalam surat dituangkan bahwa Eddy selaku Direktu PT. JOBSDB Indonesia sudah diberhentikan sementara. Namun, berdasarkan surat 22 April 2008, Eddy diberhentikan secara tetap yang kemudian disusul dengan pengusiran dari kantornya. Dalam RUPSLB yang dilaksanakan oleh PT. JOBSDB sebulan

4 http://finance.detik.com/read/2007/01/24/161422/734204/4/iwan-tantang-dekom-jamsostek

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha setelah pemberhentian oleh Komisaris, Direktur tidak diberi kesempatan untuk membela diri.5

Penjabaran kasus-kasus diatas membuktikan bahwa kewenangan Komisaris dalam memberhentikan sementara Direksi berpotensi menimbulkan masalah-masalah di masyarakat. Sehingga penulis tertarik untuk mengkaji mengenai kewenangan yang dimiliki oleh Komisaris dalam memberhentikan Direksi baik pemberhentian yang bersifat sementara maupun pemberhentian yang bersifat tetap, permasalahan bagaimana tata cara pengambilan keputusan tersebut, dan konsekuensi yuridis terhadap pemberhentian Direksi yang dilakukan oleh Komisaris yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Perseroan Terbatas. Judul skripsi ini merupakan hasil karya dan ide sendiri dari penulis. Penulis telah memeriksa judul skripsi di laboratorium Fakultas Hukum Universitas Kristen Maranatha dan tidak terdapat judul yang serupa. Terdapat judul penulisan skripsi dengan topik yang sama yang diambil oleh penulis.

Judul serupa yang pertama adalah “Penggantian Direksi Tanpa Melalui Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham” (skripsi) oleh Suardi, S.H mahasiswa Universitas Hasanuddin dengan NPM B11109257. Tetapi dalam penulisan ini penulis meneliti mengenai kewenangan yang dimiliki Dewan Komisaris dalam memberhentikan sementara Dewan Direksi. Dengan demikian penulisan skripsi ini adalah yang pertama dan asli adanya.

5

(17)

Universitas Kristen Maranatha Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kewenangan Dewan Komisaris dalam memberhentikan sementara Dewan Direksi Perseroan Terbatas, maka penulisan akan memilih judul skripsi:

“TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN KOMISARIS DALAM

MENJALANKAN FUNGSI PENGAWASAN TERHADAP DIREKSI

DIKAITKAN DENGAN PROSEDUR PEMBERHENTIAN DIREKSI

DITINJAU BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN

2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS”

B. Identifikasi Masalah

Di dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan permasalahan guna memudahkan pembahasan agar pembahasan tidak menyimpang dari materi pokok penulisan skripsi ini. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana batasan kewenangan dan intervensi yang dimiliki Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap Direksi?

2. Bagaimana kewenangan Dewan Komisaris dalam melakukan pemberhentian baik yang bersifat sementara ataupun yang bersifat tetap terhadap Dewan Direksi?

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui batasan kewenangan dan intervensi yang dimiliki

Komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap Direksi.

2. Untuk mengetahui kewenangan Dewan Komisaris dalam melakukan pemberhentian baik yang bersifat sementara ataupun yang bersifat tetap terhadap Dewan Direksi berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

3. Untuk mengetahui konsekuensi yuridis tindakan Komisaris dalam memberhentikan Direksi yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

D. Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan dan ilmu hukum terutama ilmu hukum perusahaan.

(19)

Universitas Kristen Maranatha E. Kerangka Pemikiran

Menurut Sunaryati Hartono, hukum ekonomi Indonesia adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan putusan-putusan hukum yang secara khusus mengatur kegiatan dan kehidupan ekonomi di Indonesia.6 Kaidah-kaidah hukum ekonomi menurut Erly Ernawati dapat dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kategori besar yaitu kaidah hukum yang bersifat administratif dan kaidah hukum yang bersifat subtantif atau materiel. Kaidah hukum yang bersifat administratif berupa ketentuan-ketentuan hukum administrasi negara mengenai aspek-aspek prosedural dari aktivitas dan transaksi ekonomi. Sedangkan kaidah hukum yang bersifat subtantif atau materiel adalah segala ketentuan hukum yang dibuat oleh pihak legislatif, maupun eksekutif dan legislatif, baik dibuat bersama-sama ataupun sendiri-sendiri. Kaidah hukum ekonomi yang bersifat materiel ini ada yang bersifat memaksa ataupun bersifat mengatur.7

Hukum ekonomi di Indonesia sangat penting dan sangat berpengaruh bagi jalannya ekonomi di Indonesia. Sehingga setiap kegiatan perekonomian harus diatur oleh peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Seperti misalnya dalam menjalankan kegiatan bisnis melalui perusahaan maka di buatlah hukum perusahaan yang mengatur mengenai segala kegiatan perusahaan.

6 CFG Sunaryati Hartono. Hukum Ekonomi Pembangunan Indonesia. Sebagaimana dikutip dalam

http://karyatulisilmiah.com/peranan-hukum-dalam-pembangunan-ekonomi/ diakses pada 20 September 2015 pukul 11.39 WIB.

7

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Hukum perusahaan Indonesia (Indonesia company-law) merupakan bagian dari dari hukum perdata (sipil) yang “mewadahi” kegiatan niaga atau bisnis dalam hubungannnya dengan ekonomi nasional dan pembangunan bangsa sejak proklamasi kemerdekaan hingga kini. Bagian hukum ini memuat ketentuan-ketentuan hukum mengenai berbagai bentuk perusahaan dan operasionalnya.8

Maka bila diamati, ada dua hal yang esensial dalam hal kita memahami, menghayati dan pada gilirannya mengamalkan hukum perusahaan dalam pembangunan yang berencana dan bertahap di Indonesia yang telah berada pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP-II); yaitu:9

a. Jati diri hukum perusahaan dengan sosok karakternya;

b. Muatan hukum perusahaan bagi kepentingan dunia usaha, fungsinya di Indonesia dan dalam hubungan bisnis transnasional.

Di Indonesia, undang-undang merupakan cara pengaturan hukum yang utama, pembaharuan masyarakat dengan jalan hukum berarti pembaruan hukum terutama melalui perundang-undangan. Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal II Aturan Peralihan terdapat tugas bangsa untuk melaksanakan pembangunan hukum nasional lewat suatu pembaharuan hukum yang adaptif dan kontinjentif dengan acuan sejarah dan budaya bangsa serta memperhatikan tuntutan perubahan sosial di Indonesia dalam arti luas.10

8

Soedjono Dirdjosisworo. Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahaan (Badan Usaha) di Indonesia. Bandung: Mandar Maju. 1997. hlm. 2.

9 Ibid.

(21)

Universitas Kristen Maranatha Perundang-undangan di Indonesia ikut mengatur mengenai badan usaha, diantaranya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPdt), Kitab Undang Hukum Dagang (KUHD), dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT).

Pengaturan mengenai badan hukum di Indonesia, terutama pengaturan mengenai Perseroan Terbatas, dipengaruhi oleh teori-teori:

1. Teori Organ11

Teori ini dikemukakan juga oleh sarjana Jerman yang bernama Otto von Gierke (1841-1921). Teori ini lahir sebagai reaksi dari teori fiksi. Menurut Otto von Gierke, badan hukum itu seperti manusia, menjadi penjelmaan yang benar-benar dalam pergaulan hukum. Badan hukum itu menjadi suatu “verband personlichkeit”, yaitu suatu badan yang membentuk kehendaknya dengan perantara alat-alat atau organ-organ badan tersebut, misalnya anggota-anggotanya atau pengurusnya seperti manusia yang mengucapkan kehendaknya dengan perantara mulutnya atau dengan perantara tangannya jika kehendak itu ditulis di atas kertas. Apa yang mereka (orgaanen) putuskan adalah kehendak dari badan hukum.

Dengan demikian, menurut teori organ, badan hukum bukanlah suatu hal yang abstrak, tetapi benar-benar ada. Badan hukum bukanlah suatu kekayaan (hak) yang tidak bersubjek, tetapi badan hukum itu suatu organisme yang riil, yang hidup dan bekerja seperti manusia biasa.

11

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha Tujuan badan hukum menjadi kolektivitas, terlepas dari individu, ia suatu verband persoonlichkeit yang memiliki gesamwille (kehendak). Berfungsinya badan hukum disamakan dengan fungsi manusianya. Artinya, badan hukum tidak berbeda dengan manusia. Karena itu dapat disimpulkan bahwa tiap-tiap perkumpulan orang adalah badan hukum. 2. Teori Kewenangan (theorie van bevoegdheid )

Menurut Prajudi Atmosudirjo, kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan merupakan kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap suatu bidang pemerintahan tertentu yang bulat.12

Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda bevoegdheid. Berdasarkan pendapat Henc van Maarseveen, bahwa teori kewenangan digunakan di dalam hukum publik yaitu, wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya 3 (tiga) komponen yaitu; pengaruh, dasar hukum dan konformitas hukum.

Komponen pengaruh, ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum bahwa wewenang itu harus ditunjuk dasar hukumnya, dan komponen formalitas hukum mengandung adanya standard umum

12

Prajudi Atmosudirdjo. Hukum Administrasi Negara sebagaimana dikutip dalam

(23)

Universitas Kristen Maranatha (semua jenis wewenang) dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu). 13

Perseroan Terbatas memiliki peran besar dalam perekonomian Indonesia sehingga dalam menjalankannya diperlukan kejelasan mengenai tugas dan tanggung jawab yang dimiliki setiap organ Perseroan Terbatas. Apabila organ Perseroan Terbatas mengalami masalah, maka akan menghambat kinerja dari Perseroan Terbatas tersebut.

Pasal 75-121 Undang-Undang Perseroan Terbatas mengatur mengenai organ-organ Perseroan Terbatas. Terdapat Direksi, Komisaris, dan RUPS yang bertugas menjalankan Perseroan Terbatas. Meskipun dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas telah diatur mengenai kewenangan yang dimiliki setiap organ, namun ketidakjelasan pengaturan mengenai kewenangan organ Perseroan Terbatas seringkali menyebabkan kekeliruan dalam menafsirkan maksud dari peraturan tersebut sehingga menimbulkan masalah hukum di masyarakat, maka penulis tertarik untuk membahas kewenangan yang dimiliki organ Perseroan Terbatas, khususnya organ Komisaris.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga

13

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode.14 Metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan yang bersifat yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.15

2. Sifat Penelitian

Penelitian “Tinjauan Yuridis Kedudukan Komisaris Dalam Menjalankan Fungsi Pengawasan Terhadap Direksi Dikaitkan Dengan Prosedur Pemberhentian Direksi Ditinjau Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas” menggunakan penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menemukan data mengenai fungsi pengawasan Komisaris dan kewenangan Komisaris dalam memberhentikan sementara Direksi ditinjau dari Undang-Undang Perseroan Terbatas.

14

https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian diakses pada 2 September 2015 pukul 22.38 WIB.

15 Jhonny Ibrahim. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang : Bayumedia

(25)

Universitas Kristen Maranatha 3. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undangan, dan pendekatan konseptual. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang diteliti. Penelitian yang menggunakan metode pendekatan perundang-undangan perlu memahami hirearki dan asas-asas dalam peraturan perundang-undangan. Pendekatan konseptual adalah penelitian yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktri tersebut merupakan sandaran bagi penulis dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.16 Selain memahami doktrin-doktrin dan pandangan-pandangan di dalam ilmu hukum, penulis juga menggunakan teori-teori hukum perusahaan yang berkembang di dalam ilmu hukum.

4. Jenis Data dan Sumber Bahan Hukum

Peter Marzuki dalam bukunya yang berjudul “Penelitian Hukum” mengatakan bahwa penelitian hukum tidak mengenal adanya data. Untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogiyanya, diperlukan sumber-sumber penelitian hukum.17 Sumber penelitian yang digunakan penulis adalah bahan hukum primer

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya memunyai otoritas. Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Undang-Undang Dasar 1945

b. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata c. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang bukan merupakan dokumen resmi. Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku-buku teks yang ditulis oleh para ahli hukum yang sesuai dengan topik penelitian ini, jurnal hukum, artikel, internet, dan sumber lain yang dapat mendukung penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

(27)

Universitas Kristen Maranatha 6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif yaitu proses analisis kualitatif yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar variabel yang sedang diteliti. Tujuan Analisis Data kualitatif yaitu agar peneliti mendapatkan makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam penelitian. Hubungan antar semantis sangat penting karena dalam analisis kualitatif, peneliti tidak menggunakan angka-angka seperti pada analisis kuantitatif. Prinsip pokok teknik analisis data kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna.18

G. Sistematika Penulisan

Penulisan hukum ini terdiri dari 5 (lima) bab, masing-masing perinciannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi uraian latar belakang pemilihan judul penulisan, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

18 http://www.pengertianpakar.com/2015/05/teknik-pengumpulan-dan-analisis-data.html#_ diakses

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha Ban II Tinjauan kewenangan dan intervensi Komisaris dalam

melakukan pengawasan terhadap Direksi Perseroan

Terbatas

Bab ini dibahas mengenai tinjauan umum Perseroan Terbatas, organ-organ yang terdapat dalam Perseroan Terbatas, tugas dan wewenang yang dimiliki oleh setiap organ Perseroan Terbatas, dan kewenangan yang dimiliki oleh komisaris Perseroan Terbatas terutama kewenangan dalam melakukan fugsipengawasan.

Bab III Tinjauan Yuridis kewenangan Komisaris dalam melakukan

pemberhentian terhadap Direksi Perseroan Terbatas

Bab ini membahas mengenai kewenangan yang dimiliki Komisaris dalam memberhentikan Direksi baik secara tetap maupun secara sementara serta prosedur dan tata cara pengambilan keputusan Komisaris dalam memberhentikan Direksi Perseroan Terbatas.

Bab IV Analisa terhadap konsekuensi yuridis tindakan Komisaris

dalam memberhentikan Direksi yang tidak sesuai dengan

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan

Terbatas

(29)

Universitas Kristen Maranatha Bab V Kesimpulan dan saran

(30)

134

Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan:

1. Batasan Kewenangan dan Intervensi yang Dimiliki Komisaris

Dalam Melakukan Pengawasan Terhadap Direksi

Dewan Komisaris sebagai organ Perseroan Terbatas memiliki kewenangan-kewenangan yang diberikan oleh Undang-Undang dan Anggaran Dasar, yaitu:

a. Melakukan pengawasan, yang terdiri atas tugas: 1) Melakukan audit keuangan

2) Pengawasan atas organisasi Perseroan Terbatas 3) Pengawasan atas personalia

b. Memberikan nasihat kepada Direksi

(31)

Universitas Kristen Maranatha tersebut menjadi tanggung jawab renteng sebagaimana yang diatur dalam Pasal 114 ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Perseroan Terbatas.

Komisaris harus melakukan kewenangannya dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab sebagaimana diatur dalam Pasal 114 ayat (2) Undang-Undang Perseroan Terbatas. Pengaturan mengenai tugas, wewenang, dan hak Komisaris diatur didalam Anggaran Dasar masing-masing Perseroan Terbatas sehingga seringkali terjadi perbedaan tugas, wewenang, dan hak Komisaris antara satu Perseroan Terbatas dengan Perseroan Terbatas lain sehingga dibutuhkan acuan yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tugas, wewenang,dan hak Komisaris yaitu asas itikad baik, Fiduciary Duty, dan Business Judgment Principle. Selama tindakan yang dilakukan Dewan Komisaris sesuai dengan batasan-batasan yang ada baik batasan-batasan menurut undang-undang maupun batasan yang berupa asas, maka Dewan Komisaris tidak dapat dimintai pertanggung jawaban secara pribadi atas kerugian yang mungkin timbul sebagai resiko dari tindakan Dewan Komisaris tersebut.

2. Kewenangan Dewan Komisaris dalam Melakukan Pemberhentian

Baik yang Bersifat Sementara Ataupun yang Bersifat Tetap

Terhadap Direksi Berdasarkan Undang-Undang Perseroan

(32)

136

Universitas Kristen Maranatha Dewan Komisaris memiliki kewenangan untuk memberhentikan sementara Direksi sebagaimana diatur dalam Pasal 106 Undang-Undang Perseroan Terbatas. Karena pemberhentian yang dilakukan Dewan Komisaris terhadap Direksi bersifat sementara, maka untuk menjamin kepastian hukum perlu diadakan RUPS untuk melakukan penetapan atau pembatalan pemberhentian sementara Direksi. RUPS memiliki kewenangan untuk memberhentikan Direksi secara tetap/permanent sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-Undang Perseroan Terbatas.

(33)

Universitas Kristen Maranatha

3. Konsekuensi Yuridis Tindakan Komisaris Dalam

Memberhentikan Direksi Yang Tidak Sesuai Dengan

Undang-Undang Perseroan Terbatas

Pemberhentian sementara Direksi yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 106 Undang-Undang Perseroan Terbatas akan memberikan akibat pemberhentian tersebut menjadi tidak sah dan Direksi yang bersangkutan diangkat kembali. Selain itu, Komisaris yang melakukan pemberhentian sementara yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 106 Undang-undang Perseroan Terbatas dapat diberi sanksi sesuai keputusan RUPS atau anggaran dasar dan Komisaris tersebut dapat digugat oleh Direksi yang bersangkutan maupun oleh pemegang saham.

(34)

138

Universitas Kristen Maranatha Undang-Undang hanya memberikan perlindungan berupa hak pihak ketiga untuk mengajukan gugatan ke pengadilan negeri.

B. Saran

Saran penulis mengenai kewenangan Dewan Komisaris dalam melakukan pemberhentian sementara Direksi adalah:

1. Untuk Akademisi:

Sebaiknya dibuat peraturan pelaksana untuk mengatur mengenai tata cara dan ketentuan-ketentuan mengenai pengambilan keputusan Dewan Komisaris secara terperinci dan jelas agar tidak terjadi kesalahan penafsiran di masyarakat. Selain itu, Undang-Undang Perseroan Terbatas sebaiknya mengatur mengenai sanksi yang dapat diberikan kepada Komisaris yang melakukan tindakan ultra vires terkait kewenangan pemberhentian sementara Direksi dan perlindungan hukum bagi pihak ketiga yang mengalami kerugian atas tindakan Komisaris tersebut.

2. Untuk Masyarakat:

(35)

Universitas Kristen Maranatha Direksi sebaiknya dilakukan sebagai upaya terakhir setelah sebelumnya melakukan upaya-upaya lain semaksimal mungkin.

3. Untuk Pemerintah:

(36)

140

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdulkadir Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2010.

Agus Budiarto. Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia. 2009

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia. Organ Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2009.

C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1986

Freddy Harris dan Teddy Anggoro. Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi. Bogor: Ghalia Indonesia. 2013.

Gatot Supramono. Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru. Jakarta: Djambatan. 1996.

Hetty Ismaniar. Manajemen Unit Kerja. Yogyakarta: Budi Utama. 2015. Imam Soepomo. Pengantar Hukum Perburuhan. Jakarta: Djambatan.

1999.

(37)

Universitas Kristen Maranatha Johannes Ibrahim. Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan

Badan Hukum. Bandung: Refika Aditama, 2013.

Mulhadi. Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Badan Usaha di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.

M. Yahya Harahap. Hukum Perseroan Terbatas. Jakarta: Sinar Grafika. 2013.

P.N.H. Simanjuntak. Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia. Jakarta: Djambatan.2009

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group. 2005.

Ridwan Khairandy. Tentang Perseroan Terbatas, Doktrin, Peraturan Perundang-Undangan dan Yurisprudensi. Yogyakarta: Kreasi Total Media. 2008.

Rudhi Prasetya. Perseroan Terbatas: Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar Grafika. 2011.

R. Abdoel Djamali. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2005.

R. T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro. Pengertian Pokok Hukum Perusahaan: Bentuk-Bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. 1991.

(38)

142

Universitas Kristen Maranatha Soedjono Dirdjosisworo. Hukum Perusahaan Mengenai Bentuk-Bentuk Perusahaan (Badan Usaha) di Indonesia. Bandung: Mandar Maju. 1997.

Sutan Remy Sjahdeini. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit di Indonesia. Jakarta: Institut Bankir Indonesia. 1993. Sutan Remy Sjahdeni. Hukum Kepailitan: Memahami

Faillissementsverordening Juncto Undang-Undang No 4 Tahun 1998. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2002. Sutarto. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 2012.

WJS Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. 1976

B. Undang-Undang

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

C. Prana Luar

(39)

http://karyatulisilmiah.com/peranan-hukum-dalam-pembangunan-Universitas Kristen Maranatha ekonomi/ diakses pada tanggal 20 September 2015 pukul 11.39 WIB.

Adithiya Johan Rahmadan. Subyek Hukum Dalam Hukum Perdata. http://pedulihukum.blogspot.co.id diakses pada 2 November 2015 pukul 16.38 WIB.

Adnesta Maria. Bentuk Organisasi dan Manajemen Koperasi. https://adnestantiabenedith.wordpress.com diakses pada 13 Januari 2016 pukul 20.22 WIB.

Ali. Teknik Pengumpulan Data Kualitatif dan Teknik Analisis Data Kualitatif. http://www.pengertianpakar.com diakses pada 3 September pukul 23.29 WIB.

Ali. Pengertian Pengawasan dan Tujuan Pengawasan. http://www.pengertianpakar.com diakses pada 4 November 2015 pukul 16.32 WIB.

Ari Wahyudi Hertanto. Peluang Pemulihan Tindakan Ultra Vires Direksi Suatu Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. http://arididit.blogspot.co.id diakses pada 20 Januari 2016 pukul 22.10 WIB.

Erma Novita. Perkumpulan.

(40)

144

Universitas Kristen Maranatha Hukum Online. JOBSDB Indonesia Digugat Mantan Imanaging Directori.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20490/jobsdb-indonesia-digugat-mantan-imanaging-directori. diakses pada tanggal 16 September 2015 pukul 15.19 WIB.

Helmi Boemiya. Teori Kewenangan dan Sumber-Sumber Kewenangan (Atribusi, Delegasi, dan Mandat).

http://adulkuliahpmh8.blogspot.com/2014/04/teori-kewenangan-dan-sumber-sumber.html. Diakses pada tanggal 9 September 2015 pukul 00.05 WIB.

Khoirul. Hukum Kontrak. Slide 1. Ppt. Http//: Sunan-ampel.ac.id diunduh pada 4 November 2015 pukul 19.06 WIB.

Muliadi Nur. Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya dengan Perjanjian Baku (Standard Contract). www.pojokhukum.com diakses pada 4 November 2015 pukul 19.58 WIB.

Sentot Harman Glendoh. Fungsi Pengawasan dalam Penyelenggaraan Manajemen Korporasi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 2, No. 1, Maret 2000: 43 – 56.

Setia Dharma. Itikad Baik menurut Hukum.

http://lbh-madani.blogspot.co.id/2013/02/itikad-baik-menurut-hukum.html diakses pada 4 November 2015 pukul 20.51 WIB. Sonny Pungus. Teori Kewenangan.

(41)

Universitas Kristen Maranatha

http://finance.detik.com/read/2007/01/24/161422/734204/4/iwan-tantang-dekom-jamsostek diakses pada 15 September 2015 pukul 23.41 WIB.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/1

97907122005011-NURDIN/HAND_OUT_TEORI_ORGANISASI.pdf diunduh pada 11 Januari 2016 pukul 20.00 WIB.

http://www.kompasiana.com/nopalmtq/mengenal-arti-kata-tanggung-jawab_5529e68b6ea8342572552d24 diakses pada 4 November 2015 pukul 20.07 WIB.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48107/3/Chapter%20II.pd f diakses pada 4 November 2015 pukul 19.26 WIB.

http://yopipazzo.blogspot.co.id/2012/06/subyek-hukum-manusia-dan-badan-hukum.html diakses pada 2 November 2015 pukul 17.09 WIB

http://digilib.unila.ac.id/7475/12/BAB%20II.pdf diunduh pada tanggal 9 September 2015 pukul 20.16 WIB.

Eko Rial Nugroho. Perbuatan Melawan Hukum Komisaris terhadap Pemberhentian Sementara Direksi Perseroan Terbatas. http://www.google.co.id/url?url=http://law.uii.ac.id/images/stories/

(42)

146

Universitas Kristen Maranatha W-BODPZ8cQE1WLLUn-QdvHA diunduh pada 20 Januari 2016 pukul 20.58 WIB.

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-701-tesis.prami.pdf diakses pada 23 Januari 2016 pukul 18.42 WIB.

Wikipedia. Metodologi Penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah pertama, bahwa pengangkatan Direksi yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur pada Undang-Undang Nomor 40

Lalu bagaimana Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai pemberian kuasa direksi kepada komisaris dalam meminjam kredit pada bank, bagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah keputusan sirkuler yang diambil oleh RUPS terkait pemberhentian Direksi PT PPN tersebut sesuai dengan ketentuan yang

Sedangkan mengenai kewenangan direksi sendiri yang ada hubungannya dengan doktrin ultra vires termuat dalam Pasal 92 ayat (1) UUPT yaitu : ”direksi menjalankan pengurusan

Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas

Kewenangan pengurusan perseroan diberikan oleh undang- undang kepada direksi untuk melakukan tindakan-tindakan hukum yang diperlukan atau kewenangan pengurus dipercayakan

Lalu bagaimana Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengatur mengenai pemberian kuasa direksi kepada komisaris dalam meminjam kredit pada bank, bagaimana

Atas dasar kewenangan RUPS tersebut, maka menurut penulis bahwa tindakan pemegang saham dalam mengangkat Direksi secara sepihak dalam Perseroan tanpa RUPS adalah merupakan tindakan yang