• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Personality Sebagai Mediator Dalam Hubungan Antara Attachment dan Self-Regulation Perilaku Seks Pranikah pada Siswa SMA "X" di Kota Malang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Personality Sebagai Mediator Dalam Hubungan Antara Attachment dan Self-Regulation Perilaku Seks Pranikah pada Siswa SMA "X" di Kota Malang."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

This research aimed to obtain the description of role of personality as mediator in the relationship between attachment and self-regulation toward

premarital sexual behavior among students in “X” High School in Malang.

The data are gathered by questionnaire distributed to all students in “X” High School in Malang as many as 925 students. The Measurement tool of attachment and self-regulation is organized by researcher, while the measurement tool of personality is organized by Irene Prameswari Edwina (2012). The analysis research technique adopted is Moderated Regression Analysis (MRA) which is established by Baron and Kenny (1986). The research has shown that the personality as mediator has no affect to the relationship between attachment and self-regulation.

Theoretical suggestions put forward for the development of further research, as well as practical advice to be expected that parents, particularly mothers, can improve the quality of relationships with their children in order to help children avoid premarital sexual behavior. It is also expected that SMA "X" in Kota Malang can give a briefing to their students about premarital sex and how to regulate themselves about it.

(2)

Universitas Kristen Maranatha vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran peran personality

sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota Malang.

Data dikumpulkan melalui kuesioner pada seluruh siswa SMA “X” di Kota Malang yang berjumlah 925 orang. Alat ukur attachment dan self-regulation

disusun oleh peneliti, sedangkan alat ukur personality disusun oleh Irene

Prameswari Edwina (2012). Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah

Moderated Regression Analysis (MRA) yang ditemukan oleh Baron dan Kenny

(1986). Hasil penelitian membuktikan bahwa personality sebagai mediator tidak

mempengaruhi hubungan antara attachment dan self-regulation.

Saran teoretis diajukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya,

maupun saran praktis untuk diharapkan agar para orangtua, khususnya ibu, dapat

meningkatkan kualitas hubungan dengan putra-putri mereka agar dapat membantu anak terhindar dari perilaku seks pranikah. Diharapkan pula pihak SMA”X” dapat memberikan pembekalan kepada siswa-siswinya mengenai seks pranikah dan cara

meregulasi diri akan hal tersebut.

(3)

DAFTAR ISI

SAMPUL LAPORAN

HALAMAN JUDUL DALAM THESIS ... i

HALAMAN PENGESAHAN DALAM THESIS ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS PENELITIAN... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR SKEMA ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR TABEL LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Maksud,Tujuan, dan Kegunaan Penelitian... 8

1.3.1. Maksud Penelitian ... 8

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 8

1.3.3. Kegunaan Penelitian... 9

1.4. Metodologi Penelitian ... 10

(4)
(5)

3.6.1. Hipotesis Statistik ... 87

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 88

4.1. Hasil Penelitian ... 88

4.2. Pembahasan ... 95

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1. Simpulan ... 101

5.2. Saran ... 101

5.2.1. Saran Teoretis... 101

5.2.2. Saran Praktis ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 103

DAFTAR RUJUKAN ... 109

(6)

Universitas Kristen Maranatha xiv

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1. Bentuk Triadik Self-Regulation ... 27

Skema 2.2. Siklus Fase Self-Regulation ... 29

Skema 2.3. Kerangka Pikir ... 72

Skema 3.1. Rancangan Penelitian ... 74

Skema 4.1. Analisis Attachment terhadap Self-Regulation ... 88

Skema 4.2. Analisis Personality terhadap Self-Regulation ... 90

Skema 4.3. Analisis Attachment terhadap Personality ... 92

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Struktur Fase dan Sub-Proses Siklus Self-Regulation... 30

Tabel 2.2. Developmental Levels of Self-Regulatory Skill ... 49

Tabel 3.1. Tabel Alat Ukur Attachment ... 78

Tabel 3.2. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Attachment ... 79

Tabel 3.3. Tabel Alat Ukur Self-Regulation... 80

Tabel 3.4. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Self-Regulation ... 82

Tabel 3.5. Tabel Alat Ukur Personality ... 83

Tabel 3.6. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Personality ... 84

Tabel 4.1. Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Attachment terhadap Self- Regulation ... 89

Tabel 4.2. Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Personality terhadap Self- Regulation ... 91

Tabel 4.3. Tabel Hasil Analisis Korelasi Attachment terhadap Personality ... 93

(8)

1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh

Biro Pusat Statistik mengenai Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) pada

tahun 2002-2003 menunjukkan 43,8% laki-laki berusia 15-19 tahun pernah

melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan 42,3% untuk perempuan. Data

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2014

menunjukkan bahwa 46% remaja dengan kisaran usia 15-19 tahun pernah

melakukan seks pranikah.

Perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku remaja yang

didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang

dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri (Soetjiningsih,

2004). Secara psikologis, individu mempelajari respons emosional terhadap

isyarat seksual sejak kecil dan respons tersebut akan berpengaruh pada saat

memasuki masa remaja, yang nampak dari rasa ingin tahu yang tinggi terhadap

seks dan dorongan untuk mendapatkan kasih sayang dari lawan jenis (Tajiri,

2012), dan karena hal tersebut remaja cenderung melakukan seks pranikah.

Perilaku seks pranikah bentuknya bermacam-macam, dimulai dari tahap kissing,

necking, petting, dan intercourse. Dalam konteks penelitian ini, perilaku seks

pranikah yang akan diteliti adalah hingga tahap remaja melakukan hubungan

(9)

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003).

Masa ini juga merupakan masa kritis karena remaja mengalami berbagai

perubahan biologis dan psikologis dalam proses mencari identitas baru untuk

memecahkan persoalan hidup (Santrock, 2003). Remaja umumnya terlibat dalam

berbagai perilaku seksual sebagai upaya pembuktian perkembangan identitas diri

(Santrock, 2003). Menurut Santrock (2003), masa remaja dimulai pada akhir masa

kanak-kanak (10-12 tahun) hingga usia 18-22 tahun, dan pada fase ini remaja

mengalami optimalisasi aspek kognitif dalam hal kemampuan intelektual yang

mencakup pemahaman, pencernaan, dan pemecahan masalah (Santrock, 2003).

Salah satu cara untuk menghindari perilaku seks pranikah diperlukan

self-regulation yang tinggi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Gestsdottir dan Lerner

(2008) pada sejumlah remaja di 13 negara bagian di Amerika menemukan bahwa

self-regulation menjadi indikator seorang remaja mempertimbangkan pilihan

positif atau negatif. Penelitian oleh Hastuti (1998) dari Universitas Indonesia

menunjukkan hasil bahwa self-regulation memiliki hubungan yang signifikan

dengan aktivitas seksual siswa-siswi SMA. Hasil penelitian Quinn dan Fromm

(2010) menyatakan bahwa regulasi diri dapat menurunkan konsumsi alkohol dan

perilaku seks yang tidak aman dengan pasangan. Dari hasil penelitian disertasi

Tajiri (2012) ditemukan bahwa 25% dari total sampel 140 siswa kelas XI

memiliki potensi yang cukup tinggi untuk melakukan seks pranikah, 7,1%

diantaranya sudah cenderung impulsif, dan 17,9% diantaranya cenderung impulsif

namun masih ada keraguan, dan temuan tersebut diakibatkan oleh rendahnya

(10)

Universitas Kristen Maranatha Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks pranikah menurut data BKKBN (2014) meliputi masalah penyakit menular seksual - termasuk HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan hingga aborsi, dampak sosial seperti putus sekolah, kanker, infertilitas atau kemandulan, dan sebagainya. Menurut data BKKBN (2014), 21 persen dari 63 persen remaja yang pernah berhubungan seksual melakukan aborsi. Selanjutnya, data BKKBN (2014) menunjukkan bahwa tak kurang dari 800.000 remaja melakukan aborsi setiap tahunnya. Aborsi dapat membawa dampak negatif yang cukup signifikan baik secara fisik dan psikologis (Rahmadhany, 2010). Menurut WHO (2003), kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian lebih tinggi 2-4 kali. Terhitung sampai Juni 2014 usia remaja

yang terkena HIV&AIDS berjumlah 18.237 jiwa (Ditjen PPM & PL Depkes RI).

Oleh karenanya self-regulation yang tinggi diperlukan bagi remaja untuk tidak

melakukan seks pranikah.

Self-regulation merupakan kemampuan individu untuk mengatur pikiran,

perasaan, dan tindakan yang direncanakan dan berorientasi pada tujuan yang ingin

dicapai (Zimmerman, 2000). Self-regulation terjadi melalui tiga fase, yakni

forethought, performance or volitional control, dan self-reflection (Zimmerman,

2000). Forethought dalam konteks ini berarti proses yang mendahului upaya

remaja untuk tidak melakukan seks pranikah, performance berarti proses yang

terjadi pada remaja untuk tidak melakukan seks pranikah, dan self-reflection yang

merupakan refleksi diri akan kinerja yang telah dilakukan pada fase-fase

sebelumnya. Disfungsi dalam self-regulation menyebabkan remaja memiliki

prestasi akademik yang buruk, kesehatan yang buruk, masalah diet yang salah

(11)

terlarang, hubungan seks pranikah, serta perilaku berkendara yang tidak baik.

Dalam proses terbentuknya self-regulation dalam diri remaja terdapat

beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, salah satunya adalah attachment

(Bowlby, 1988). Attachment adalah adanya suatu relasi atau hubungan antara

figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan

karakteristik relasi yang unik (Hazan dan Shaver, 1994). Terdapat dua tipe

attachment pada remaja, yakni secure dan insecure attachment yang dibagi

menjadi insecure-avoidant dan insecure-ambivalent. Menurut Bowlby (dalam

Hoyle, 2010), secure attachment menguatkan self-regulation yang meningkatkan

kemampuan individu meregulasi aspek sosial dan respon diri yang baik. Penelitian

Pearson (2013) pada 2.650 sampel menunjukkan bahwa self-regulation terkait

dengan status attachment. Pearson (2013) menemukan bahwa attachment

membentuk self-image dan kemampuan diri untuk memenuhi kebutuhan, dan

pada saat itu pula self-regulation terbentuk secara bersamaan, oleh karenanya

attachment anak dengan ibu berpengaruh pada pembentukan self-regulation.

Demikian pula penelitian dari Lee, Gillath, dan DeWall (2012) yang berjudul

Attachment Security as a Resource for Self-Regulation menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara attachment dengan self-regulation.

Insecure attachment ditandai dengan rasa tidak aman untuk dekat dengan

orang lain, penuh curiga, dan adanya perilaku yang tidak konsisten. Remaja

dengan pola insecure-avoidant attachment akan secara kontinu menunjukkan

sikap cemas dan menghindar dari ibunya karena ibu lebih fokus pada kepentingan

lain di luar remaja. Remaja tidak akan merasa sedih apabila ditinggalkan oleh

(12)

Universitas Kristen Maranatha cenderung nampak terganggu dan menghindar. Pada pola insecure-ambivalent

attachment, remaja akan cenderung menunjukkan perilaku yang tidak konsisten,

tidak suka ketika ibu meninggalkannya, namun juga tidak senang ketika bertemu

ibunya, dan saat berada bersama ibu, remaja bisa menunjukkan perilaku yang

seolah meminta afeksi, namun juga terkadang tidak merespon atau marah dan

pasif pada ibu.

Teori attachment pada remaja (Fraley & Shaver, 2000; Hazan & Shaver, 1987;

Mikulincer & Shaver, 2003) merupakan pengembangan dari teori attachment

Bowlby dan Ainsworth, yang dirancang untuk menjelaskan perbedaan remaja

dalam kognisi, perasaan, dan perilaku yang terjadi dalam konteks remaja dan

dewasa. Remaja yang memiliki secure attachment akan cenderung merasa mudah

dekat dan nyaman bergantung pada orang lain dan sebaliknya, sedangkan remaja

dengan insecure attachment akan merasa tidak nyaman untuk dekat dengan orang

lain, penuh curiga, dan demikian sebaliknya. Penelitian Kohn (2012)

menunjukkan bahwa remaja dengan insecure attachment memiliki kapasitas

self-regulation yang terbatas karena sistem kognitif untuk menyimpan afeksi dalam attachment telah lumpuh atau tidak aktif.

Selain dipengaruhi oleh faktor attachment, sifat kepribadian yang dimiliki

seseorang mempengaruhi penyusunan strategi, dan sifat-sifat, proses, dan fungsi

yang berbeda dari kepribadian seseorang juga mempengaruhi self-regulation

(McCrae dan Lockenhoff, 2010). Five Factor Theory (FFT) merupakan sebuah

teori yang dicetuskan oleh McCrae dan Costa (1996) yang memberikan gambaran

komprehensif mengenai struktur dasar dari sistem kepribadian serta dasar-dasar

(13)

pencemas, Agreeableness (A) – mudah percaya orang lain, Openness (O) -

terbuka, Extraversion (E) - penyuka kegiatan interpersonal, dan

Conscientiousness (C) – mampu mengendalikan diri. McCrae (2010) juga mengatakan bahwa sifat kepribadian juga menunjukkan tipe strategi yang akan

disusun oleh seseorang untuk memodifikasi perilaku.

Penelitian oleh Wulandari (2012) mengenai hubungan antara the big five

personality dengan perilaku seks pranikah menunjukkan hasil bahwa tidak

terdapat hubungan antara trait kepribadian neuroticism dan extraversion dengan

perilaku terhadap seks pranikah pada remaja. Selain itu terdapat hubungan negatif

yang signifikan antara trait kepribadian oppeness dan agreeableness dengan sikap

terhadap perilaku seks pranikah pada remaja. Semakin tinggi openess dan

agreeableness maka sikap terhadap seks pranikah semakin negatif atau tidak

mendukung, sebaliknya semakin rendah oppeness to experience dan

agreeableness maka sikap terhadap seks pranikah semakin positif atau

mendukung. Ditemukan pula bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara conscientiousness dengan sikap terhadap seks pranikah pada remaja

(Wulandari, 2012).

Pada survei awal yang dilakukan penulis di SMA “X” di Kota Malang

didapatkan data bahwa 88,54% siswa memiliki skor tertinggi pada trait

kepribadian extraversion, serta 53,03% siswa memiliki skor yang rendah pada

trait kepribadian conscientiousness. Trait kepribadian neuroticism berada pada

level yang hampir mencapai skor rata-rata, yakni 52,54% siswa memiliki skor

(14)

Universitas Kristen Maranatha

openness dan agreeableness memiliki persentase yang hampir sama, yakni di atas

60% siswa memiliki skor yang tinggi.

Terbentuknya personality dalam diri remaja dipengaruhi beberapa faktor,

satu diantaranya adalah attachment (McCrae dan Costa, 1985). Bowlby (1973)

mengatakan bahwa attachment merupakan pendekatan menuju perkembangan

personality. Shaver dan Brennan (1992) melakukan penelitian tentang hubungan big five personality dari McCrae dan Costa (1985) dengan attachment. Kamenov

dan Jelic (2010), dalam penelitiannya mengenai hubungan antara teori attachment

Shaver dan Brennan (1992) dengan big five personality dari Costa dan McCrae

(1985), mengatakan bahwa attachment yang terbentuk pada anak sejak dini

dengan pengasuhnya menjadi faktor yang memulai dan mempengaruhi

perkembangan personality.

Individu dengan secure attachment menunjukkan trait kepribadian

neuroticism rendah dan extraversion tinggi (McCrae dan Costa, 1985), sedangkan

didapatkan dari penelitian Wulandari (2012) bahwa remaja akan bersikap negatif

terhadap perilaku seks pranikah apabila memiliki skor yang tinggi pada kedua

trait tersebut. Di sisi lain, remaja dengan self-regulation tinggi akan cenderung

bersikap negatif terhadap perilaku seks pranikah karena memiliki secure

attachment. Insecure attachment berkaitan dengan neuroticism tinggi, khususnya

depresi, serta openness dan agreeableness rendah (McCrae dan Costa, 1985).

Penelitian Wulandari (2012) menyimpulkan bahwa remaja akan bersikap positif

terhadap perilaku seks pranikah apabila memiliki skor tinggi pada trait

(15)

Data BKKBN (2014) menunjukkan bahwa beberapa kota besar di pulau

Jawa merupakan daerah dengan tingkat kerentanan yang tinggi akan perilaku seks

pranikah pada remaja. Di kota Malang tercatat 40% pelajar tingkat SMA pernah

melakukan hubungan seks pranikah (Balitbang Pemkab Malang, 2010). Melihat

dinamika serta keterkaitan antara attachment dan personality terhadap

self-regulation, baik secara teoritis maupun berdasarkan penelitian sebelumnya,

penulis ingin meneliti bagaimana peran personality sebagai mediator dalam

hubungan antara attachment dan self-regulation remaja SMA “X” di Kota Malang

dalam melakukan seks pranikah. Remaja SMA “X” di Kota Malang dipilih

sebagai subjek penelitian karena populasinya yang besar dan terdiri dari berbagai

latar belakang suku, agama, tingkat sosial ekonomi yang berbeda-beda.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana peran personality sebagai mediator dalam

hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa

SMA “X” di Kota Malang.

1.3. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran personality sebagai

mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks

(16)

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengaruh attachment terhadap self-regulation perilaku seks

pranikah pada siswa SMA ”X” di Kota Malang.

2. Mengetahui pengaruh personality terhadap self-regulation perilaku seks

pranikah pada siswa SMA ”X” di Kota Malang.

1.3.3. Kegunaan Penelitian

1) Kegunaan Praktis

 Memberikan informasi kepada kepala sekolah dan guru-guru SMA ”X” di

Kota Malang mengenai peran personality sebagai mediator dalam

hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah

pada siswa SMA “X” di Kota Malang. Informasi ini dapat digunakan

sebagai bahan evaluasi diri siswa baik secara akademik maupun

non-akademik.

 Memberikan informasi kepada orang tua siswa mengenai pentingnya peran

personality sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota Malang.

Informasi ini dapat digunakan oleh orang tua untuk mengoptimalkan

hubungan dan perkembangan diri putra-putri mereka.

 Memberikan informasi kepada siswa mengenai pentingnya peran

personality sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota Malang.

Informasi ini dapat digunakan oleh remaja untuk mengoptimalkan

(17)

2) Kegunaan Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk :

- mengetahui peran personality sebagai mediator dalam hubungan

antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada

siswa SMA “X” di Kota Malang.

- Memberikan kontribusi pada ilmu psikologi mengenai peran

personality sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota

Malang.

1.4. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran personality sebagai mediator

dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah

pada siswa SMA “X” di Kota Malang. Penulis melakukan studi literatur yang

dilanjutkan dengan survei awal di lapangan berdasarkan masalah yang ada,

selanjutnya peneliti menentukan metode yang akan digunakan, yakni metode

kuantitatif. Permasalahan yang ada dalam penelitian akan dijawab dengan cara

mengacu pada teori-teori yang sudah ada. Teori-teori tersebut dijadikan landasan

untuk menyusun hipotesa. Peneliti menyusun rancangan penelitian dengan

membuat kuesioner yang akan disebarkan kepada seluruh siswa SMA ”X” di Kota

Malang, yang hasilnya akan digunakan untuk pembuktian hipotesa. Setelah

diperoleh data, maka data akan diolah dan dianalisis hingga kemudian akan

(18)
(19)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan oleh

penulis mengenai hubungan attachment dan self-regulation dengan personality

sebagai mediator, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan. Berdasarkan

hasil uji regresi, attachment mempengaruhi self-regulation dalam ketiga fasenya,

yakni forethought, performance, dan self-reflection. Selain faktor attachment,

hasil analisis juga menunjukkan bahwa trait-trait dalam personality juga

membawa pengaruh terhadap self-regulation dengan dinamika yang berbeda-beda

pada setiap fasenya. Ditemukan pula bahwa attachment atau ikatan yang

terbentuk antara anak dengan ibu secara simultan membentuk personality dalam

diri seseorang. Hasil temuan yang terakhir adalah personality sebagai mediator

tidak mempengaruhi hubungan antara attachment dan self-regulation.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dijabarkan, maka penulis mengajukan

beberapa saran sebagai berikut :

5.2.1. Saran Teoretis

1) Mengadakan penelitian serupa dengan karakteristik populasi sampel yang

(20)

Universitas Kristen Maranatha 2) Karena sangat minimnya literatur mengenai self-regulation terhadap seks

pranikah pada remaja, maka penulis menyarankan untuk diadakannya

penelitian lanjutan mengenai bagaimana attachment dan personality dapat

meningkatkan self-regulation, khususnya dalam perihal seks pranikah

pada remaja.

5.2.2 Saran Praktis

1) Dalam penelitian ini attachment antara anak dan ibu digunakan sebagai

variabel independen yang menjadi landasan anak dalam membentuk

self-regulation seks pranikah. Maka diharapkan agar para orangtua, khususnya

ibu, dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan putra-putri mereka

agar dapat membantu anak terhindar dari perilaku seks pranikah.

2) Pihak SMA “X” dapat memberikan pembekalan kepada orangtua murid,

khususnya ibu, mengenai pentingnya peran orangtua dalam pembentukan

personality dan kemampuan self-regulation anak. Diharapkan pula pihak

SMA”X” dapat memberikan pembekalan kepada siswa-siswinya

(21)

DALAM HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT

DAN SELF-REGULATION PERILAKU SEKS PRANIKAH

PADA SISWA SMA ”X” DI KOTA MALANG”

(THE ROLE OF PERSONALITY AS MEDIATOR IN THE

RELATIONSHIP BETWEEN ATTACHMENT AND

SELF-REGULATION TOWARD PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR

AMONG STUDENTS IN ”X” HIGH SCHOOL IN MALANG

)

Oleh :

Karina

1334001

NASKAH TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

PROGRAM MAGISTER SAINS

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(22)
(23)
(24)
(25)

Segala puji, hormat, dan syukur bagi Tuhan yang telah memberikan

kesempatan berharga untuk mendapatkan banyak pengetahuan baru dan

pengalaman menyenangkan ketika mengikuti perkuliahan di Magister Sains

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, demikian pula ketika peneliti

menyusun tesis ini.

Banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendampingi

peneliti selama menjalani pendidikan ini. Tanpa kehadiran mereka, peneliti tidak

akan dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini dengan

segala kerendahan hati peneliti ingin berterima kasih kepada:

- Dr. Henndy Ginting, S.Psi., M.Si., sebagai dosen pembimbing I untuk

bimbingan yang diberikan dengan segala waktu dan tenaga, diskusi, dan

dukungan untuk menyelesaikan tesis ini.

- Dra. Endeh Azizah, M.Si., Psik., sebagai dosen pembimbing II untuk

kesabaran dan kehangatan, serta langkah demi langkah yang dianjurkan

sehingga tesis ini bisa selesai.

- Dr. Yuspendi, M.Psi., M.Pd., sebagai dosen sekaligus mentor yang

membantu membimbing saya dalam menyusun tesis ini.

- Dr. Irene Prameswari, M.Si, Psikolog, sebagai dosen sekaligus penyusun

kuesioner The Big Five Inventory (BFI) yang penulis gunakan dalam

penelitian ini.

- Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si, untuk dukungan, semangat, perhatian, dan

(26)

Maranatha yang telah mengajar dengan sepenuh hati sewaktu kuliah

sehingga peneliti mendapatkan banyak pengetahuan berguna untuk

kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, pelayanan di masyarakat, dan

secara khusus untuk penyusunan tesis ini.

- Seluruh karyawan Universitas Kristen Maranatha yang selalu bersedia

membantu dan mendukung setiap kegiatan yang ada selama perkuliahan.

- YPK Bina Bakti khususnya SMAK 1 Bina Bakti, para guru BP,

murid-murid, serta seluruh pihak yang membantu penulis untuk mengadakan uji

coba kuesioner.

- Keluarga besar SMAK Santo Albertus Malang, Bruder Antonius Sumardi,

O. Carm., Ibu I.M. Midawati S., seluruh guru dan staf, dan murid-murid

yang bersedia membantu dan meluangkan waktu untuk penulis

mengadakan penelitian ini di sekolah.

- Rekan-rekan satu angkatan Magister Sains angkatan 2013, Ibu Lois, Ibu

Eka, dan Sarah, yang telah menjadi sahabat sekaligus keluarga semasa

kuliah.

- Sekolah equalBright, Bapak dan Ibu Effendy Harsiawan, Ibu Merry Ellen,

seluruh guru dan staf yang tiada pernah henti memberikan dukungannya

kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.

- Murid-muridku tercinta di sekolah equalBright, yang selalu memberikan

inspirasi dan rasa keingintahuan bagi penulis untuk terus belajar dan

mendalami ilmu psikologi.

(27)

- Keluargaku terkasih papa, mama, kakak-kakak, Jillian, Lionel, dan

Papillon yang meskipun jauh namun selalu mendoakan dan memberikan

cinta kasih kepada penulis.

- Terakhir, kepada Frido, yang semasa kuliah setia menjadi kekasihku

hingga kini menjadi suamiku, terima kasih atas segala cinta, kesabaran,

dukungan, dan bantuan yang tidak pernah berhenti.

Kiranya Tuhan yang Maha Pengasih membalas kebaikan Bapak-bapak,

Ibu-ibu, dan saudara-saudari sekalian.

Bandung, Mei 2016

(28)

Universitas Kristen Maranatha 103

Ainsworth, M. D. S. 1970. Attachment, exploration, and separation: Illustrated by the behavior

of one-year-olds in a strange situation. Child Development, 41, 49-67.

Anderson, Stephen A. and Sabatelli, Ronald M. 2003. Family Interaction : A Multigenerational

Developmental Perspective. United States of America : Library of Congress

Cataloging-in-Publication Data.

Bachtiar. 2004. Cinta Remaja (Mengungkap Perilaku Cinta Remaja). Yogyakarta : Ar-Ruzzng.

Bandura, A. 1986. Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice- Hall, Inc.

Bandura, A. 1991. Social cognitive theory of self-regulation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 248-287.

Bandura, A. 1997. Self-efficacy and health behaviour. In A. Baum, S. Newman, J. Wienman, R. West, & C. McManus (Eds.), Cambridge handbook of psychology, health and medicine (pp. 160-162). Cambridge: Cambridge University Press.

Bandura, A., & Kupers, C. J. 1964. Transmission of Pattern of Self-Reinforcement Through

Modeling. Journal of Abnormal and Social Psychology, 69, 1-9.

Bandura, A., & Schunk, D. H. 1981. Cultivating competence, self-efficacy, and intrinsic interest

through proximal self-motivation. Journal of Personality and Social Psychology, 41,

586-598.

Bandura, A., C. Barbaranelli, G. V. Caprara, & C. Pastorelli. 1996. Mechanisms of moral

disengagement in the exercise of moral agency. Journal of Personality and Social

Psychology, 71, 364-374.

Baron, R. M., & Kenny, D. A. 1986. The moderator-mediator variable distinction in social

psychological research: Conceptual, strategic and statistical considerations. Journal of

Personality and Social Psychology, 51, 1173-1182.

Bonner, Rivera, & Zimmerman, B. J. 1997. Part 1: General Theories and Models of Self-

Regulation. The Handbook of Self Regulation, 20.

(29)

Bowlby, J. 1988. A Secure Base : Parent-Child Attachment and Healthy Human Development. United States of America : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Costa, P.T. Jr. dan McCrae, R. 1992. Revised NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) and

NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI) : Professional Manual. Odessa, FL :

Psychological Assessment Resources.

Costa, P.T. Jr. dan McCrae, R. 1996. The five-factor model of personality: Theoretical

perspectives, 51-87. New York: The Guilford Press.

Costa, P.T. Jr. dan McCrae, R. 2010. NEO Inventories professional manual. Odessa, FL: Psychological Assessment Resources.

Erikson, E. H. 1968. Identity, youth, and crisis. New York: Norton.

Feist, Jess dan Feist, J. Gregory. 2008. Theories of Personality. Alih Bahasa (2006). Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fraley, R. C., & Shaver, P. R. 2000. Adult romantic attachment: Theoretical developments,

emerging controversies, and unanswered questions. Review of General Psychology, 4,

132-154.

Gestsdóttir, G., & Lerner, R. M. 2008. Positive development in adolescence: The development

and role of intentional self regulation. Human Development, 51, 202-224.

Guilford, J.P. 1965. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw- Hill Book Company.

Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.1995.Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.

Sullivan, H.S. 1953. The Interpersonal Theory of Psychiatry. New York: Norton.

Hazan, C., & Shaver, P. R. 1987. Romantic love conceptualized as an attachment process. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 511-524.

Hazan, C., & Shaver, P. R.1994. Attachment as an Organizational Framework for Research on

Close Relationship. USA : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Hazan, C., & Shaver, P. R., Waters.1978. Patterns of attachment: A psychological study of the

(30)

Universitas Kristen Maranatha 105

Kamenov, Ž. & Jelić, M. (2005), Stability of Attachment Styles across Students' Romantic Relationships, Friendships and Family Relations. Review of Psychology, 12 (2):

115-123.

Kazdin, A. E. 1974. Self-monitoring and behaviorchange. In Self-Control: Powerto the Person, ed. M. J. Mahoney, C. E. Thoresen. Monterey, CA:Brooks/Cole

Kitsantas, Anastasia; Zimmerman, Barry J.; Cleary, Tim. 1999. The role of observation and

emulation in the development of athletic self-regulation. Journal of Educational

Psychology, Vol 92(4), Dec 2000, 811-817.

Kohn, J. L. 2012. Self-regulatory depletion and attachment avoidance: Increasing the

accessibility of negative attachment-related memories. Journal of Experimental Social

Psychology, 48, 375-378.

Latan, H., dan S. Temalagi. 2012. Analisis Multivariat Teknik dan AplikasiMenggunakan

Program SPSS 20. Bandung : Alfabeta.

Lee, J., Gillath, O., & Dewall, N. 2010. Attachment Security as a Resource for Self-Regulation. Poster presented at the 13th annual meeting of the Society for Personality and Social Psychology (SPSP), San Diego, California.

Masland, P.R. (2004). Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta: Bumi Aksara.

McCrae, R. R. 2009. Personality profiles of cultures: Patterns of ethos. European Journal of Personality, 23, 205–227.

McCrae, R. R., Costa, P. T. Jr. 1985a. Comparison of EPI and psychoticism scales with

measures of the five-factor theory of per sonality. Pers. Ind. Diff. 6:587-97.

McCrae, Robert R. and Lockenhoff, Corinna E. 2010. Handbook of Personality and Self-

Regulation. UK : Blackwell Publishing.

McShane and Glinow, Von. 2010. Organizational Behavior. McGraw-Hill, 5th edition.

Mikulincer, M., & Shaver, P. R. 2003. The attachment behavioral system in adulthood:

Activation, psychodynamics, and interpersonal processes. In M. P. Zanna (Ed.),

Advances in experimental social psychology (Vol. 35, pp. 53-152). New York: Academic Press.

Mikulincer, M., & Shaver, P. R. 2004. Security-based self-representations in adulthood:

Contents and processes. In W. S. Rholes & J. A. Simpson (eds.), Adult attachment:

(31)

Quality. USA : Department of Psychology, University of California.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.

Pearson, Kate M. 2012. Attachment and Self-Regulation in Preschool Age Children. Open Access Master's Theses. Paper 71.

Pearson, Kate M. 2013. Attachment and Self-Regulation in Preschool Age Children. Rhode Island : University of Rhode Island

Pervin, L.A. 2005. Personality: theory and research. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Quinn, P.D., Fromme, K. 2010. Self-regulation as a protective factor against risky drinking and

sexual behavior. Psychol Addict Behav. 2010 Sep;24(3):376-85. doi:

10.1037/a0018547.

Santrock, John W. 2003. Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Santrock, J. W. 2011. Child development. New York: McGraw-Hill.

Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi remaja. Jakarta: Charisma Putra Utama Offset.

Scheiner, M. J., & De Young, R. 1996. Consumption and Well-Being in the Material World. Journal of Personality and Social Psychology, 36,917–927.

Schunk, D. H. & Zimmerman, B. J. 1997. Social origins of self-regulatory competence. Educational Psychologist, 32, 195–208.

Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. 1998. Self-regulated learning: From teaching to self-

reflective practice. New York, NY: Guilford Press.

Segrin, C., & Flora, J. 2005. Family communication. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.

Shaver, P., & Brennan, K.A. 1992. Attachment styles and the “Big Five” personality

traits: Their connections with each other and with romantic relationship outcomes.

Personality and Social Psychology Bulletin, 18 (5), 536-545.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

(32)

Universitas Kristen Maranatha 107

Handbook of Research on Teaching. New York: McMillan.

Wood, E., Woloshyn, V. E., & Willoughby, T. 1995. Cognitive strategy instruction for middle

and high schools. Cambridge, MA: Brookline Books.

Zimmerman, B. J. 1989. Models of self-regulated learning and academic achievement. In B. J. Zimmerman & D. H. Schunk (Eds.), Self-regulated learning and academic achievement: Theory, research, and practice (pp. 1-25). New York: Springer.

Zimmerman, B. J. 1995. Self-regulation involves more than metacognition: A social-cognitive

perspective. Educational Psychologist, 30(4), 217-221.

Zimmerman, B. J. 1998. Theories of self-regulated learning and academic achievement: An

overview and analysis. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Zimmerman, B. J. 2000. Attaining Self-Regulation : A Social Cognitive Perspective. New York : University of New York.

Zimmerman, B. J., & Bandura, A. 1994. Impact of self-regulatory influences on writing course

attainment. American Educational Research Journal, 31, 845–862.

Zimmerman, B. J., & Blom. 1983. The role of cognitive conflict in learning. Developmental Review, Vol 3(1), Mar 1983, 39-53.

Zimmerman, B. J., & Kitsantas, A. 1996. Self-regulated learning of a motoric skill: The role of

goal-setting and self-monitoring. Journal of Applied Sport Psychology, 8, 60–75.

Zimmerman, B. J., & Kitsantas, A. 1997. Developmental phases in self-regulation: Shifting from

process goals to outcome goals. Journal of Educational Psychology, 89, 29 36. Zimmerman, B. J., & Martinez-Pons, M. 1988. Construct validation of a strategy model of

student self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, 80, 284-290.

Zimmerman, B. J., & Martinez-Pons, M. 1992. Student differences in self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, 82, 51–59.

Zimmerman, B. J., & Paulsen, Andrew S. 1995. Self-monitoring during collegiate studying: An

invaluable tool for academic self-regulation. In New Directions for Teaching and

Learning Volume 1995, Issue 63, pages 13–27, Autumn (Fall) 1995.

Zimmerman, B. J., & Ringle, J. 1981. Effects of model persistence and statements of confidence

on children's efficacy and problem solving. Journal of Educational Psychology, 73.

(33)

knowledge (pp. 105-125). San Diego, CA: Academic Press.

Zimmerman, B. J.; Rosenthal, Ted L. 1970. Observational learning of rule-governed

behavior by children. Psychological Bulletin, Vol 81(1), Jan 1970, 29-42.

Zimmerman BJ, Bonner S, Evans D, Mellins RB. 1999. Self-regulating childhood asthma: a

developmental model of family change. Health Education & Behavior : the Official

(34)

Universitas Kristen Maranatha 109

DAFTAR RUJUKAN

Balitbang Pemkab Malang. 2010. Seks Bebas Pelajar Kota Malang. [Online]. Dimuat di : http://balitbang.malangkab.go.id/index.php?kode=46. [Diakses : 18 April 2014].

Biro Pusat Statistik. 2013. Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) profil kesehatan

Indonesia. [Online]. Dimuat di : http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. [Diakses : 18 April 2014].

BKKBN. 2014. Remaja dan SPN (Seks Pranikah). [Online]. Dimuat di : www.bkkbn.go.idWebsDetailRubrik.phpMyID =518.pdf. [Diakses : 18 April 2014].

Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2014. Statistik HIV& AIDS Remaja Indonesia. [Online]. Dimuat di : http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf. [Diakses : 18 April 2014].

Edwina, Irene Prameswari. 2012. Studi Deskriptif The Five-Factor Model of Personality pada

Remaja Usia 15-18 Tahun. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Fatoni, Sonya Venesianila. 2013. Kecenderungan Perilaku Kerja Kontraproduktif Ditinjau dari

Big Five Personality pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas

Diponegoro.

Hastuti, Kentri. 1998. Hubungan Antara Religiusitas, Regulasi Diri dan Aktivitas Seksual dalam

Berpacaran pada Remaja Kristen. Jakarta : Universitas Indonesia

Mu’tadin, Zainun. 2002. Faktor Penyebab Perilaku Agresi. [Online]. Dimuat di : www.e- psikologi.com/remaja/100602.htm - 65k. [Diakses : 15 Agustus 2014].

Rahmadhany, Meyla. 2010. Dinamika Trust Terhadap Pasangan Pada Perempuan Setelah

Melakukan Aborsi. [Online]. Dimuat di :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20864. [Diakses : 15 Agustus 2014].

Ryantika, Novita. 2010. Dinamika Attachment Korban Child Abuse Masa Dewasa. [Online]. Dimuat di : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16705/5/Cover.pdf. [Diakses : 15 Agustus 2014].

Sya’ban, Ali. 2005. Teknik Analisis Data Penelitian. Jakarta : UHAMKA.

(35)

WHO. 2003. HIV and adolescents: Guidance for HIV testing and counselling and care for adolescents living with HIV. [Online]. Dimuat di : http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/adolescents/en/. [Diakses : 18 April 2014].

Wulandari, Nurul. 2012. Hubungan antara The Big Five Personality dengan Sikap terhadap

Seks Pranikah pada Remaja. Jakarta : Universitas Gunadarma.

Yuspendi. 2012. Peran Trait Kepribadian dan Mind-Mindedness Ibu Sebagai Mediator dari

Referensi

Dokumen terkait

Bila sayap atas dan bawah balok dilas langsung ke sayap kolom dengan las tumpul penetrasi penuh, dengan kapasitas tarik sebesar 0.9FyA, maka dapat terjadi gaya tarik pada

[r]

Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh

Upaya kuratif yang dapat dilakukan yaitu dengan memberikan konseling keluarga. yang melibatkan orang tua dan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan (1) terdapat hubungan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan timbulnya penyakit skabies di

Termasuk dalam pemeriksaan dengan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif. Laporan hasil pemeriksaan

2014 yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Nomor 5606/KT.005/J.3/2014 tanggal 8 September 2014, telah melakukan

Berdasarkan hasil simulasi, untuk mendapatkan kondisi pembangkit yang optimum di lokasi tersebut diperlukan fraksi campuran ammonia-air sebesar 87% dengan tekanan