ABSTRACT
This research aimed to obtain the description of role of personality as mediator in the relationship between attachment and self-regulation toward
premarital sexual behavior among students in “X” High School in Malang.
The data are gathered by questionnaire distributed to all students in “X” High School in Malang as many as 925 students. The Measurement tool of attachment and self-regulation is organized by researcher, while the measurement tool of personality is organized by Irene Prameswari Edwina (2012). The analysis research technique adopted is Moderated Regression Analysis (MRA) which is established by Baron and Kenny (1986). The research has shown that the personality as mediator has no affect to the relationship between attachment and self-regulation.
Theoretical suggestions put forward for the development of further research, as well as practical advice to be expected that parents, particularly mothers, can improve the quality of relationships with their children in order to help children avoid premarital sexual behavior. It is also expected that SMA "X" in Kota Malang can give a briefing to their students about premarital sex and how to regulate themselves about it.
Universitas Kristen Maranatha vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran peran personality
sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota Malang.
Data dikumpulkan melalui kuesioner pada seluruh siswa SMA “X” di Kota Malang yang berjumlah 925 orang. Alat ukur attachment dan self-regulation
disusun oleh peneliti, sedangkan alat ukur personality disusun oleh Irene
Prameswari Edwina (2012). Teknik analisis penelitian yang digunakan adalah
Moderated Regression Analysis (MRA) yang ditemukan oleh Baron dan Kenny
(1986). Hasil penelitian membuktikan bahwa personality sebagai mediator tidak
mempengaruhi hubungan antara attachment dan self-regulation.
Saran teoretis diajukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya,
maupun saran praktis untuk diharapkan agar para orangtua, khususnya ibu, dapat
meningkatkan kualitas hubungan dengan putra-putri mereka agar dapat membantu anak terhindar dari perilaku seks pranikah. Diharapkan pula pihak SMA”X” dapat memberikan pembekalan kepada siswa-siswinya mengenai seks pranikah dan cara
meregulasi diri akan hal tersebut.
DAFTAR ISI
SAMPUL LAPORAN
HALAMAN JUDUL DALAM THESIS ... i
HALAMAN PENGESAHAN DALAM THESIS ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN TUGAS PENELITIAN... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR SKEMA ... xiv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
DAFTAR TABEL LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 8
1.3. Maksud,Tujuan, dan Kegunaan Penelitian... 8
1.3.1. Maksud Penelitian ... 8
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 8
1.3.3. Kegunaan Penelitian... 9
1.4. Metodologi Penelitian ... 10
3.6.1. Hipotesis Statistik ... 87
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 88
4.1. Hasil Penelitian ... 88
4.2. Pembahasan ... 95
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 101
5.1. Simpulan ... 101
5.2. Saran ... 101
5.2.1. Saran Teoretis... 101
5.2.2. Saran Praktis ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 103
DAFTAR RUJUKAN ... 109
Universitas Kristen Maranatha xiv
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1. Bentuk Triadik Self-Regulation ... 27
Skema 2.2. Siklus Fase Self-Regulation ... 29
Skema 2.3. Kerangka Pikir ... 72
Skema 3.1. Rancangan Penelitian ... 74
Skema 4.1. Analisis Attachment terhadap Self-Regulation ... 88
Skema 4.2. Analisis Personality terhadap Self-Regulation ... 90
Skema 4.3. Analisis Attachment terhadap Personality ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Struktur Fase dan Sub-Proses Siklus Self-Regulation... 30
Tabel 2.2. Developmental Levels of Self-Regulatory Skill ... 49
Tabel 3.1. Tabel Alat Ukur Attachment ... 78
Tabel 3.2. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Attachment ... 79
Tabel 3.3. Tabel Alat Ukur Self-Regulation... 80
Tabel 3.4. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Self-Regulation ... 82
Tabel 3.5. Tabel Alat Ukur Personality ... 83
Tabel 3.6. Tabel Sistem Penilaian Alat Ukur Personality ... 84
Tabel 4.1. Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Attachment terhadap Self- Regulation ... 89
Tabel 4.2. Tabel Hasil Analisis Regresi Linear Personality terhadap Self- Regulation ... 91
Tabel 4.3. Tabel Hasil Analisis Korelasi Attachment terhadap Personality ... 93
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin
meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh
Biro Pusat Statistik mengenai Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) pada
tahun 2002-2003 menunjukkan 43,8% laki-laki berusia 15-19 tahun pernah
melakukan hubungan seks pranikah, sedangkan 42,3% untuk perempuan. Data
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada tahun 2014
menunjukkan bahwa 46% remaja dengan kisaran usia 15-19 tahun pernah
melakukan seks pranikah.
Perilaku seks pranikah pada remaja adalah segala tingkah laku remaja yang
didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis yang
dilakukan sebelum adanya hubungan resmi sebagai suami istri (Soetjiningsih,
2004). Secara psikologis, individu mempelajari respons emosional terhadap
isyarat seksual sejak kecil dan respons tersebut akan berpengaruh pada saat
memasuki masa remaja, yang nampak dari rasa ingin tahu yang tinggi terhadap
seks dan dorongan untuk mendapatkan kasih sayang dari lawan jenis (Tajiri,
2012), dan karena hal tersebut remaja cenderung melakukan seks pranikah.
Perilaku seks pranikah bentuknya bermacam-macam, dimulai dari tahap kissing,
necking, petting, dan intercourse. Dalam konteks penelitian ini, perilaku seks
pranikah yang akan diteliti adalah hingga tahap remaja melakukan hubungan
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003).
Masa ini juga merupakan masa kritis karena remaja mengalami berbagai
perubahan biologis dan psikologis dalam proses mencari identitas baru untuk
memecahkan persoalan hidup (Santrock, 2003). Remaja umumnya terlibat dalam
berbagai perilaku seksual sebagai upaya pembuktian perkembangan identitas diri
(Santrock, 2003). Menurut Santrock (2003), masa remaja dimulai pada akhir masa
kanak-kanak (10-12 tahun) hingga usia 18-22 tahun, dan pada fase ini remaja
mengalami optimalisasi aspek kognitif dalam hal kemampuan intelektual yang
mencakup pemahaman, pencernaan, dan pemecahan masalah (Santrock, 2003).
Salah satu cara untuk menghindari perilaku seks pranikah diperlukan
self-regulation yang tinggi. Sebuah studi yang dilakukan oleh Gestsdottir dan Lerner
(2008) pada sejumlah remaja di 13 negara bagian di Amerika menemukan bahwa
self-regulation menjadi indikator seorang remaja mempertimbangkan pilihan
positif atau negatif. Penelitian oleh Hastuti (1998) dari Universitas Indonesia
menunjukkan hasil bahwa self-regulation memiliki hubungan yang signifikan
dengan aktivitas seksual siswa-siswi SMA. Hasil penelitian Quinn dan Fromm
(2010) menyatakan bahwa regulasi diri dapat menurunkan konsumsi alkohol dan
perilaku seks yang tidak aman dengan pasangan. Dari hasil penelitian disertasi
Tajiri (2012) ditemukan bahwa 25% dari total sampel 140 siswa kelas XI
memiliki potensi yang cukup tinggi untuk melakukan seks pranikah, 7,1%
diantaranya sudah cenderung impulsif, dan 17,9% diantaranya cenderung impulsif
namun masih ada keraguan, dan temuan tersebut diakibatkan oleh rendahnya
Universitas Kristen Maranatha Dampak yang berkaitan dengan perilaku seks pranikah menurut data BKKBN (2014) meliputi masalah penyakit menular seksual - termasuk HIV/AIDS, kehamilan yang tidak diinginkan hingga aborsi, dampak sosial seperti putus sekolah, kanker, infertilitas atau kemandulan, dan sebagainya. Menurut data BKKBN (2014), 21 persen dari 63 persen remaja yang pernah berhubungan seksual melakukan aborsi. Selanjutnya, data BKKBN (2014) menunjukkan bahwa tak kurang dari 800.000 remaja melakukan aborsi setiap tahunnya. Aborsi dapat membawa dampak negatif yang cukup signifikan baik secara fisik dan psikologis (Rahmadhany, 2010). Menurut WHO (2003), kehamilan pada remaja memiliki resiko kematian lebih tinggi 2-4 kali. Terhitung sampai Juni 2014 usia remaja
yang terkena HIV&AIDS berjumlah 18.237 jiwa (Ditjen PPM & PL Depkes RI).
Oleh karenanya self-regulation yang tinggi diperlukan bagi remaja untuk tidak
melakukan seks pranikah.
Self-regulation merupakan kemampuan individu untuk mengatur pikiran,
perasaan, dan tindakan yang direncanakan dan berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai (Zimmerman, 2000). Self-regulation terjadi melalui tiga fase, yakni
forethought, performance or volitional control, dan self-reflection (Zimmerman,
2000). Forethought dalam konteks ini berarti proses yang mendahului upaya
remaja untuk tidak melakukan seks pranikah, performance berarti proses yang
terjadi pada remaja untuk tidak melakukan seks pranikah, dan self-reflection yang
merupakan refleksi diri akan kinerja yang telah dilakukan pada fase-fase
sebelumnya. Disfungsi dalam self-regulation menyebabkan remaja memiliki
prestasi akademik yang buruk, kesehatan yang buruk, masalah diet yang salah
terlarang, hubungan seks pranikah, serta perilaku berkendara yang tidak baik.
Dalam proses terbentuknya self-regulation dalam diri remaja terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, salah satunya adalah attachment
(Bowlby, 1988). Attachment adalah adanya suatu relasi atau hubungan antara
figur sosial tertentu dengan suatu fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan
karakteristik relasi yang unik (Hazan dan Shaver, 1994). Terdapat dua tipe
attachment pada remaja, yakni secure dan insecure attachment yang dibagi
menjadi insecure-avoidant dan insecure-ambivalent. Menurut Bowlby (dalam
Hoyle, 2010), secure attachment menguatkan self-regulation yang meningkatkan
kemampuan individu meregulasi aspek sosial dan respon diri yang baik. Penelitian
Pearson (2013) pada 2.650 sampel menunjukkan bahwa self-regulation terkait
dengan status attachment. Pearson (2013) menemukan bahwa attachment
membentuk self-image dan kemampuan diri untuk memenuhi kebutuhan, dan
pada saat itu pula self-regulation terbentuk secara bersamaan, oleh karenanya
attachment anak dengan ibu berpengaruh pada pembentukan self-regulation.
Demikian pula penelitian dari Lee, Gillath, dan DeWall (2012) yang berjudul
Attachment Security as a Resource for Self-Regulation menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara attachment dengan self-regulation.
Insecure attachment ditandai dengan rasa tidak aman untuk dekat dengan
orang lain, penuh curiga, dan adanya perilaku yang tidak konsisten. Remaja
dengan pola insecure-avoidant attachment akan secara kontinu menunjukkan
sikap cemas dan menghindar dari ibunya karena ibu lebih fokus pada kepentingan
lain di luar remaja. Remaja tidak akan merasa sedih apabila ditinggalkan oleh
Universitas Kristen Maranatha cenderung nampak terganggu dan menghindar. Pada pola insecure-ambivalent
attachment, remaja akan cenderung menunjukkan perilaku yang tidak konsisten,
tidak suka ketika ibu meninggalkannya, namun juga tidak senang ketika bertemu
ibunya, dan saat berada bersama ibu, remaja bisa menunjukkan perilaku yang
seolah meminta afeksi, namun juga terkadang tidak merespon atau marah dan
pasif pada ibu.
Teori attachment pada remaja (Fraley & Shaver, 2000; Hazan & Shaver, 1987;
Mikulincer & Shaver, 2003) merupakan pengembangan dari teori attachment
Bowlby dan Ainsworth, yang dirancang untuk menjelaskan perbedaan remaja
dalam kognisi, perasaan, dan perilaku yang terjadi dalam konteks remaja dan
dewasa. Remaja yang memiliki secure attachment akan cenderung merasa mudah
dekat dan nyaman bergantung pada orang lain dan sebaliknya, sedangkan remaja
dengan insecure attachment akan merasa tidak nyaman untuk dekat dengan orang
lain, penuh curiga, dan demikian sebaliknya. Penelitian Kohn (2012)
menunjukkan bahwa remaja dengan insecure attachment memiliki kapasitas
self-regulation yang terbatas karena sistem kognitif untuk menyimpan afeksi dalam attachment telah lumpuh atau tidak aktif.
Selain dipengaruhi oleh faktor attachment, sifat kepribadian yang dimiliki
seseorang mempengaruhi penyusunan strategi, dan sifat-sifat, proses, dan fungsi
yang berbeda dari kepribadian seseorang juga mempengaruhi self-regulation
(McCrae dan Lockenhoff, 2010). Five Factor Theory (FFT) merupakan sebuah
teori yang dicetuskan oleh McCrae dan Costa (1996) yang memberikan gambaran
komprehensif mengenai struktur dasar dari sistem kepribadian serta dasar-dasar
pencemas, Agreeableness (A) – mudah percaya orang lain, Openness (O) -
terbuka, Extraversion (E) - penyuka kegiatan interpersonal, dan
Conscientiousness (C) – mampu mengendalikan diri. McCrae (2010) juga mengatakan bahwa sifat kepribadian juga menunjukkan tipe strategi yang akan
disusun oleh seseorang untuk memodifikasi perilaku.
Penelitian oleh Wulandari (2012) mengenai hubungan antara the big five
personality dengan perilaku seks pranikah menunjukkan hasil bahwa tidak
terdapat hubungan antara trait kepribadian neuroticism dan extraversion dengan
perilaku terhadap seks pranikah pada remaja. Selain itu terdapat hubungan negatif
yang signifikan antara trait kepribadian oppeness dan agreeableness dengan sikap
terhadap perilaku seks pranikah pada remaja. Semakin tinggi openess dan
agreeableness maka sikap terhadap seks pranikah semakin negatif atau tidak
mendukung, sebaliknya semakin rendah oppeness to experience dan
agreeableness maka sikap terhadap seks pranikah semakin positif atau
mendukung. Ditemukan pula bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara conscientiousness dengan sikap terhadap seks pranikah pada remaja
(Wulandari, 2012).
Pada survei awal yang dilakukan penulis di SMA “X” di Kota Malang
didapatkan data bahwa 88,54% siswa memiliki skor tertinggi pada trait
kepribadian extraversion, serta 53,03% siswa memiliki skor yang rendah pada
trait kepribadian conscientiousness. Trait kepribadian neuroticism berada pada
level yang hampir mencapai skor rata-rata, yakni 52,54% siswa memiliki skor
Universitas Kristen Maranatha
openness dan agreeableness memiliki persentase yang hampir sama, yakni di atas
60% siswa memiliki skor yang tinggi.
Terbentuknya personality dalam diri remaja dipengaruhi beberapa faktor,
satu diantaranya adalah attachment (McCrae dan Costa, 1985). Bowlby (1973)
mengatakan bahwa attachment merupakan pendekatan menuju perkembangan
personality. Shaver dan Brennan (1992) melakukan penelitian tentang hubungan big five personality dari McCrae dan Costa (1985) dengan attachment. Kamenov
dan Jelic (2010), dalam penelitiannya mengenai hubungan antara teori attachment
Shaver dan Brennan (1992) dengan big five personality dari Costa dan McCrae
(1985), mengatakan bahwa attachment yang terbentuk pada anak sejak dini
dengan pengasuhnya menjadi faktor yang memulai dan mempengaruhi
perkembangan personality.
Individu dengan secure attachment menunjukkan trait kepribadian
neuroticism rendah dan extraversion tinggi (McCrae dan Costa, 1985), sedangkan
didapatkan dari penelitian Wulandari (2012) bahwa remaja akan bersikap negatif
terhadap perilaku seks pranikah apabila memiliki skor yang tinggi pada kedua
trait tersebut. Di sisi lain, remaja dengan self-regulation tinggi akan cenderung
bersikap negatif terhadap perilaku seks pranikah karena memiliki secure
attachment. Insecure attachment berkaitan dengan neuroticism tinggi, khususnya
depresi, serta openness dan agreeableness rendah (McCrae dan Costa, 1985).
Penelitian Wulandari (2012) menyimpulkan bahwa remaja akan bersikap positif
terhadap perilaku seks pranikah apabila memiliki skor tinggi pada trait
Data BKKBN (2014) menunjukkan bahwa beberapa kota besar di pulau
Jawa merupakan daerah dengan tingkat kerentanan yang tinggi akan perilaku seks
pranikah pada remaja. Di kota Malang tercatat 40% pelajar tingkat SMA pernah
melakukan hubungan seks pranikah (Balitbang Pemkab Malang, 2010). Melihat
dinamika serta keterkaitan antara attachment dan personality terhadap
self-regulation, baik secara teoritis maupun berdasarkan penelitian sebelumnya,
penulis ingin meneliti bagaimana peran personality sebagai mediator dalam
hubungan antara attachment dan self-regulation remaja SMA “X” di Kota Malang
dalam melakukan seks pranikah. Remaja SMA “X” di Kota Malang dipilih
sebagai subjek penelitian karena populasinya yang besar dan terdiri dari berbagai
latar belakang suku, agama, tingkat sosial ekonomi yang berbeda-beda.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana peran personality sebagai mediator dalam
hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa
SMA “X” di Kota Malang.
1.3. Maksud, Tujuan, dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran personality sebagai
mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks
Universitas Kristen Maranatha 1.3.2. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh attachment terhadap self-regulation perilaku seks
pranikah pada siswa SMA ”X” di Kota Malang.
2. Mengetahui pengaruh personality terhadap self-regulation perilaku seks
pranikah pada siswa SMA ”X” di Kota Malang.
1.3.3. Kegunaan Penelitian
1) Kegunaan Praktis
Memberikan informasi kepada kepala sekolah dan guru-guru SMA ”X” di
Kota Malang mengenai peran personality sebagai mediator dalam
hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah
pada siswa SMA “X” di Kota Malang. Informasi ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi diri siswa baik secara akademik maupun
non-akademik.
Memberikan informasi kepada orang tua siswa mengenai pentingnya peran
personality sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota Malang.
Informasi ini dapat digunakan oleh orang tua untuk mengoptimalkan
hubungan dan perkembangan diri putra-putri mereka.
Memberikan informasi kepada siswa mengenai pentingnya peran
personality sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota Malang.
Informasi ini dapat digunakan oleh remaja untuk mengoptimalkan
2) Kegunaan Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna untuk :
- mengetahui peran personality sebagai mediator dalam hubungan
antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada
siswa SMA “X” di Kota Malang.
- Memberikan kontribusi pada ilmu psikologi mengenai peran
personality sebagai mediator dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah pada siswa SMA “X” di Kota
Malang.
1.4. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran personality sebagai mediator
dalam hubungan antara attachment dan self-regulation perilaku seks pranikah
pada siswa SMA “X” di Kota Malang. Penulis melakukan studi literatur yang
dilanjutkan dengan survei awal di lapangan berdasarkan masalah yang ada,
selanjutnya peneliti menentukan metode yang akan digunakan, yakni metode
kuantitatif. Permasalahan yang ada dalam penelitian akan dijawab dengan cara
mengacu pada teori-teori yang sudah ada. Teori-teori tersebut dijadikan landasan
untuk menyusun hipotesa. Peneliti menyusun rancangan penelitian dengan
membuat kuesioner yang akan disebarkan kepada seluruh siswa SMA ”X” di Kota
Malang, yang hasilnya akan digunakan untuk pembuktian hipotesa. Setelah
diperoleh data, maka data akan diolah dan dianalisis hingga kemudian akan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang dilakukan oleh
penulis mengenai hubungan attachment dan self-regulation dengan personality
sebagai mediator, terdapat beberapa hal yang dapat disimpulkan. Berdasarkan
hasil uji regresi, attachment mempengaruhi self-regulation dalam ketiga fasenya,
yakni forethought, performance, dan self-reflection. Selain faktor attachment,
hasil analisis juga menunjukkan bahwa trait-trait dalam personality juga
membawa pengaruh terhadap self-regulation dengan dinamika yang berbeda-beda
pada setiap fasenya. Ditemukan pula bahwa attachment atau ikatan yang
terbentuk antara anak dengan ibu secara simultan membentuk personality dalam
diri seseorang. Hasil temuan yang terakhir adalah personality sebagai mediator
tidak mempengaruhi hubungan antara attachment dan self-regulation.
5.2. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dijabarkan, maka penulis mengajukan
beberapa saran sebagai berikut :
5.2.1. Saran Teoretis
1) Mengadakan penelitian serupa dengan karakteristik populasi sampel yang
Universitas Kristen Maranatha 2) Karena sangat minimnya literatur mengenai self-regulation terhadap seks
pranikah pada remaja, maka penulis menyarankan untuk diadakannya
penelitian lanjutan mengenai bagaimana attachment dan personality dapat
meningkatkan self-regulation, khususnya dalam perihal seks pranikah
pada remaja.
5.2.2 Saran Praktis
1) Dalam penelitian ini attachment antara anak dan ibu digunakan sebagai
variabel independen yang menjadi landasan anak dalam membentuk
self-regulation seks pranikah. Maka diharapkan agar para orangtua, khususnya
ibu, dapat meningkatkan kualitas hubungan dengan putra-putri mereka
agar dapat membantu anak terhindar dari perilaku seks pranikah.
2) Pihak SMA “X” dapat memberikan pembekalan kepada orangtua murid,
khususnya ibu, mengenai pentingnya peran orangtua dalam pembentukan
personality dan kemampuan self-regulation anak. Diharapkan pula pihak
SMA”X” dapat memberikan pembekalan kepada siswa-siswinya
DALAM HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT
DAN SELF-REGULATION PERILAKU SEKS PRANIKAH
PADA SISWA SMA ”X” DI KOTA MALANG”
(THE ROLE OF PERSONALITY AS MEDIATOR IN THE
RELATIONSHIP BETWEEN ATTACHMENT AND
SELF-REGULATION TOWARD PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOR
AMONG STUDENTS IN ”X” HIGH SCHOOL IN MALANG
)
Oleh :
Karina
1334001
NASKAH TESIS
Untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha
PROGRAM MAGISTER SAINS
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
Segala puji, hormat, dan syukur bagi Tuhan yang telah memberikan
kesempatan berharga untuk mendapatkan banyak pengetahuan baru dan
pengalaman menyenangkan ketika mengikuti perkuliahan di Magister Sains
Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, demikian pula ketika peneliti
menyusun tesis ini.
Banyak pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendampingi
peneliti selama menjalani pendidikan ini. Tanpa kehadiran mereka, peneliti tidak
akan dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati peneliti ingin berterima kasih kepada:
- Dr. Henndy Ginting, S.Psi., M.Si., sebagai dosen pembimbing I untuk
bimbingan yang diberikan dengan segala waktu dan tenaga, diskusi, dan
dukungan untuk menyelesaikan tesis ini.
- Dra. Endeh Azizah, M.Si., Psik., sebagai dosen pembimbing II untuk
kesabaran dan kehangatan, serta langkah demi langkah yang dianjurkan
sehingga tesis ini bisa selesai.
- Dr. Yuspendi, M.Psi., M.Pd., sebagai dosen sekaligus mentor yang
membantu membimbing saya dalam menyusun tesis ini.
- Dr. Irene Prameswari, M.Si, Psikolog, sebagai dosen sekaligus penyusun
kuesioner The Big Five Inventory (BFI) yang penulis gunakan dalam
penelitian ini.
- Drs. Paulus H. Prasetya, M.Si, untuk dukungan, semangat, perhatian, dan
Maranatha yang telah mengajar dengan sepenuh hati sewaktu kuliah
sehingga peneliti mendapatkan banyak pengetahuan berguna untuk
kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, pelayanan di masyarakat, dan
secara khusus untuk penyusunan tesis ini.
- Seluruh karyawan Universitas Kristen Maranatha yang selalu bersedia
membantu dan mendukung setiap kegiatan yang ada selama perkuliahan.
- YPK Bina Bakti khususnya SMAK 1 Bina Bakti, para guru BP,
murid-murid, serta seluruh pihak yang membantu penulis untuk mengadakan uji
coba kuesioner.
- Keluarga besar SMAK Santo Albertus Malang, Bruder Antonius Sumardi,
O. Carm., Ibu I.M. Midawati S., seluruh guru dan staf, dan murid-murid
yang bersedia membantu dan meluangkan waktu untuk penulis
mengadakan penelitian ini di sekolah.
- Rekan-rekan satu angkatan Magister Sains angkatan 2013, Ibu Lois, Ibu
Eka, dan Sarah, yang telah menjadi sahabat sekaligus keluarga semasa
kuliah.
- Sekolah equalBright, Bapak dan Ibu Effendy Harsiawan, Ibu Merry Ellen,
seluruh guru dan staf yang tiada pernah henti memberikan dukungannya
kepada penulis untuk menyelesaikan studi ini.
- Murid-muridku tercinta di sekolah equalBright, yang selalu memberikan
inspirasi dan rasa keingintahuan bagi penulis untuk terus belajar dan
mendalami ilmu psikologi.
- Keluargaku terkasih papa, mama, kakak-kakak, Jillian, Lionel, dan
Papillon yang meskipun jauh namun selalu mendoakan dan memberikan
cinta kasih kepada penulis.
- Terakhir, kepada Frido, yang semasa kuliah setia menjadi kekasihku
hingga kini menjadi suamiku, terima kasih atas segala cinta, kesabaran,
dukungan, dan bantuan yang tidak pernah berhenti.
Kiranya Tuhan yang Maha Pengasih membalas kebaikan Bapak-bapak,
Ibu-ibu, dan saudara-saudari sekalian.
Bandung, Mei 2016
Universitas Kristen Maranatha 103
Ainsworth, M. D. S. 1970. Attachment, exploration, and separation: Illustrated by the behavior
of one-year-olds in a strange situation. Child Development, 41, 49-67.
Anderson, Stephen A. and Sabatelli, Ronald M. 2003. Family Interaction : A Multigenerational
Developmental Perspective. United States of America : Library of Congress
Cataloging-in-Publication Data.
Bachtiar. 2004. Cinta Remaja (Mengungkap Perilaku Cinta Remaja). Yogyakarta : Ar-Ruzzng.
Bandura, A. 1986. Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice- Hall, Inc.
Bandura, A. 1991. Social cognitive theory of self-regulation. Organizational Behavior and Human Decision Processes, 50, 248-287.
Bandura, A. 1997. Self-efficacy and health behaviour. In A. Baum, S. Newman, J. Wienman, R. West, & C. McManus (Eds.), Cambridge handbook of psychology, health and medicine (pp. 160-162). Cambridge: Cambridge University Press.
Bandura, A., & Kupers, C. J. 1964. Transmission of Pattern of Self-Reinforcement Through
Modeling. Journal of Abnormal and Social Psychology, 69, 1-9.
Bandura, A., & Schunk, D. H. 1981. Cultivating competence, self-efficacy, and intrinsic interest
through proximal self-motivation. Journal of Personality and Social Psychology, 41,
586-598.
Bandura, A., C. Barbaranelli, G. V. Caprara, & C. Pastorelli. 1996. Mechanisms of moral
disengagement in the exercise of moral agency. Journal of Personality and Social
Psychology, 71, 364-374.
Baron, R. M., & Kenny, D. A. 1986. The moderator-mediator variable distinction in social
psychological research: Conceptual, strategic and statistical considerations. Journal of
Personality and Social Psychology, 51, 1173-1182.
Bonner, Rivera, & Zimmerman, B. J. 1997. Part 1: General Theories and Models of Self-
Regulation. The Handbook of Self Regulation, 20.
Bowlby, J. 1988. A Secure Base : Parent-Child Attachment and Healthy Human Development. United States of America : Library of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Costa, P.T. Jr. dan McCrae, R. 1992. Revised NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) and
NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI) : Professional Manual. Odessa, FL :
Psychological Assessment Resources.
Costa, P.T. Jr. dan McCrae, R. 1996. The five-factor model of personality: Theoretical
perspectives, 51-87. New York: The Guilford Press.
Costa, P.T. Jr. dan McCrae, R. 2010. NEO Inventories professional manual. Odessa, FL: Psychological Assessment Resources.
Erikson, E. H. 1968. Identity, youth, and crisis. New York: Norton.
Feist, Jess dan Feist, J. Gregory. 2008. Theories of Personality. Alih Bahasa (2006). Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fraley, R. C., & Shaver, P. R. 2000. Adult romantic attachment: Theoretical developments,
emerging controversies, and unanswered questions. Review of General Psychology, 4,
132-154.
Gestsdóttir, G., & Lerner, R. M. 2008. Positive development in adolescence: The development
and role of intentional self regulation. Human Development, 51, 202-224.
Guilford, J.P. 1965. Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York: McGraw- Hill Book Company.
Gunarsa, S.D., & Gunarsa, Y.1995.Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.Jakarta:PT BPK Gunung Mulia.
Sullivan, H.S. 1953. The Interpersonal Theory of Psychiatry. New York: Norton.
Hazan, C., & Shaver, P. R. 1987. Romantic love conceptualized as an attachment process. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 511-524.
Hazan, C., & Shaver, P. R.1994. Attachment as an Organizational Framework for Research on
Close Relationship. USA : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Hazan, C., & Shaver, P. R., Waters.1978. Patterns of attachment: A psychological study of the
Universitas Kristen Maranatha 105
Kamenov, Ž. & Jelić, M. (2005), Stability of Attachment Styles across Students' Romantic Relationships, Friendships and Family Relations. Review of Psychology, 12 (2):
115-123.
Kazdin, A. E. 1974. Self-monitoring and behaviorchange. In Self-Control: Powerto the Person, ed. M. J. Mahoney, C. E. Thoresen. Monterey, CA:Brooks/Cole
Kitsantas, Anastasia; Zimmerman, Barry J.; Cleary, Tim. 1999. The role of observation and
emulation in the development of athletic self-regulation. Journal of Educational
Psychology, Vol 92(4), Dec 2000, 811-817.
Kohn, J. L. 2012. Self-regulatory depletion and attachment avoidance: Increasing the
accessibility of negative attachment-related memories. Journal of Experimental Social
Psychology, 48, 375-378.
Latan, H., dan S. Temalagi. 2012. Analisis Multivariat Teknik dan AplikasiMenggunakan
Program SPSS 20. Bandung : Alfabeta.
Lee, J., Gillath, O., & Dewall, N. 2010. Attachment Security as a Resource for Self-Regulation. Poster presented at the 13th annual meeting of the Society for Personality and Social Psychology (SPSP), San Diego, California.
Masland, P.R. (2004). Apa yang ingin diketahui remaja tentang seks. Jakarta: Bumi Aksara.
McCrae, R. R. 2009. Personality profiles of cultures: Patterns of ethos. European Journal of Personality, 23, 205–227.
McCrae, R. R., Costa, P. T. Jr. 1985a. Comparison of EPI and psychoticism scales with
measures of the five-factor theory of per sonality. Pers. Ind. Diff. 6:587-97.
McCrae, Robert R. and Lockenhoff, Corinna E. 2010. Handbook of Personality and Self-
Regulation. UK : Blackwell Publishing.
McShane and Glinow, Von. 2010. Organizational Behavior. McGraw-Hill, 5th edition.
Mikulincer, M., & Shaver, P. R. 2003. The attachment behavioral system in adulthood:
Activation, psychodynamics, and interpersonal processes. In M. P. Zanna (Ed.),
Advances in experimental social psychology (Vol. 35, pp. 53-152). New York: Academic Press.
Mikulincer, M., & Shaver, P. R. 2004. Security-based self-representations in adulthood:
Contents and processes. In W. S. Rholes & J. A. Simpson (eds.), Adult attachment:
Quality. USA : Department of Psychology, University of California.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : PT. Rhineka Cipta.
Pearson, Kate M. 2012. Attachment and Self-Regulation in Preschool Age Children. Open Access Master's Theses. Paper 71.
Pearson, Kate M. 2013. Attachment and Self-Regulation in Preschool Age Children. Rhode Island : University of Rhode Island
Pervin, L.A. 2005. Personality: theory and research. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Quinn, P.D., Fromme, K. 2010. Self-regulation as a protective factor against risky drinking and
sexual behavior. Psychol Addict Behav. 2010 Sep;24(3):376-85. doi:
10.1037/a0018547.
Santrock, John W. 2003. Perkembangan Masa Hidup Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Santrock, J. W. 2011. Child development. New York: McGraw-Hill.
Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi remaja. Jakarta: Charisma Putra Utama Offset.
Scheiner, M. J., & De Young, R. 1996. Consumption and Well-Being in the Material World. Journal of Personality and Social Psychology, 36,917–927.
Schunk, D. H. & Zimmerman, B. J. 1997. Social origins of self-regulatory competence. Educational Psychologist, 32, 195–208.
Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. 1998. Self-regulated learning: From teaching to self-
reflective practice. New York, NY: Guilford Press.
Segrin, C., & Flora, J. 2005. Family communication. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
Shaver, P., & Brennan, K.A. 1992. Attachment styles and the “Big Five” personality
traits: Their connections with each other and with romantic relationship outcomes.
Personality and Social Psychology Bulletin, 18 (5), 536-545.
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.
Universitas Kristen Maranatha 107
Handbook of Research on Teaching. New York: McMillan.
Wood, E., Woloshyn, V. E., & Willoughby, T. 1995. Cognitive strategy instruction for middle
and high schools. Cambridge, MA: Brookline Books.
Zimmerman, B. J. 1989. Models of self-regulated learning and academic achievement. In B. J. Zimmerman & D. H. Schunk (Eds.), Self-regulated learning and academic achievement: Theory, research, and practice (pp. 1-25). New York: Springer.
Zimmerman, B. J. 1995. Self-regulation involves more than metacognition: A social-cognitive
perspective. Educational Psychologist, 30(4), 217-221.
Zimmerman, B. J. 1998. Theories of self-regulated learning and academic achievement: An
overview and analysis. Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Zimmerman, B. J. 2000. Attaining Self-Regulation : A Social Cognitive Perspective. New York : University of New York.
Zimmerman, B. J., & Bandura, A. 1994. Impact of self-regulatory influences on writing course
attainment. American Educational Research Journal, 31, 845–862.
Zimmerman, B. J., & Blom. 1983. The role of cognitive conflict in learning. Developmental Review, Vol 3(1), Mar 1983, 39-53.
Zimmerman, B. J., & Kitsantas, A. 1996. Self-regulated learning of a motoric skill: The role of
goal-setting and self-monitoring. Journal of Applied Sport Psychology, 8, 60–75.
Zimmerman, B. J., & Kitsantas, A. 1997. Developmental phases in self-regulation: Shifting from
process goals to outcome goals. Journal of Educational Psychology, 89, 29– 36. Zimmerman, B. J., & Martinez-Pons, M. 1988. Construct validation of a strategy model of
student self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, 80, 284-290.
Zimmerman, B. J., & Martinez-Pons, M. 1992. Student differences in self-regulated learning. Journal of Educational Psychology, 82, 51–59.
Zimmerman, B. J., & Paulsen, Andrew S. 1995. Self-monitoring during collegiate studying: An
invaluable tool for academic self-regulation. In New Directions for Teaching and
Learning Volume 1995, Issue 63, pages 13–27, Autumn (Fall) 1995.
Zimmerman, B. J., & Ringle, J. 1981. Effects of model persistence and statements of confidence
on children's efficacy and problem solving. Journal of Educational Psychology, 73.
knowledge (pp. 105-125). San Diego, CA: Academic Press.
Zimmerman, B. J.; Rosenthal, Ted L. 1970. Observational learning of rule-governed
behavior by children. Psychological Bulletin, Vol 81(1), Jan 1970, 29-42.
Zimmerman BJ, Bonner S, Evans D, Mellins RB. 1999. Self-regulating childhood asthma: a
developmental model of family change. Health Education & Behavior : the Official
Universitas Kristen Maranatha 109
DAFTAR RUJUKAN
Balitbang Pemkab Malang. 2010. Seks Bebas Pelajar Kota Malang. [Online]. Dimuat di : http://balitbang.malangkab.go.id/index.php?kode=46. [Diakses : 18 April 2014].
Biro Pusat Statistik. 2013. Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRI) profil kesehatan
Indonesia. [Online]. Dimuat di : http://depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf. [Diakses : 18 April 2014].
BKKBN. 2014. Remaja dan SPN (Seks Pranikah). [Online]. Dimuat di : www.bkkbn.go.idWebsDetailRubrik.phpMyID =518.pdf. [Diakses : 18 April 2014].
Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2014. Statistik HIV& AIDS Remaja Indonesia. [Online]. Dimuat di : http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.pdf. [Diakses : 18 April 2014].
Edwina, Irene Prameswari. 2012. Studi Deskriptif The Five-Factor Model of Personality pada
Remaja Usia 15-18 Tahun. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.
Fatoni, Sonya Venesianila. 2013. Kecenderungan Perilaku Kerja Kontraproduktif Ditinjau dari
Big Five Personality pada Pegawai Negeri Sipil Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Semarang : Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro.
Hastuti, Kentri. 1998. Hubungan Antara Religiusitas, Regulasi Diri dan Aktivitas Seksual dalam
Berpacaran pada Remaja Kristen. Jakarta : Universitas Indonesia
Mu’tadin, Zainun. 2002. Faktor Penyebab Perilaku Agresi. [Online]. Dimuat di : www.e- psikologi.com/remaja/100602.htm - 65k. [Diakses : 15 Agustus 2014].
Rahmadhany, Meyla. 2010. Dinamika Trust Terhadap Pasangan Pada Perempuan Setelah
Melakukan Aborsi. [Online]. Dimuat di :
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20864. [Diakses : 15 Agustus 2014].
Ryantika, Novita. 2010. Dinamika Attachment Korban Child Abuse Masa Dewasa. [Online]. Dimuat di : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16705/5/Cover.pdf. [Diakses : 15 Agustus 2014].
Sya’ban, Ali. 2005. Teknik Analisis Data Penelitian. Jakarta : UHAMKA.
WHO. 2003. HIV and adolescents: Guidance for HIV testing and counselling and care for adolescents living with HIV. [Online]. Dimuat di : http://www.who.int/hiv/pub/guidelines/adolescents/en/. [Diakses : 18 April 2014].
Wulandari, Nurul. 2012. Hubungan antara The Big Five Personality dengan Sikap terhadap
Seks Pranikah pada Remaja. Jakarta : Universitas Gunadarma.
Yuspendi. 2012. Peran Trait Kepribadian dan Mind-Mindedness Ibu Sebagai Mediator dari