• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan pada PT Astra International Tbk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Keuangan pada PT Astra International Tbk."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh setiap perusahaan, wajib membuat laporan keuangan. Laporan keuangan ini menunjukkan kondisi dari kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu, selain itu juga dapat digunakan untuk proses pengambilan keputusan dimasa yang akan datang. Untuk mengukur kinerja keuangan melalui analisis rasio keuangan di antaranya menggunakan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas, dan pasar.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan PT Astra International Tbk dan menggunakan data sekunder yan berupa laporan keuangan tahun 2012 hingga 2015. Hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengukuran kinerja keuangan PT Astra International Tbk dengan rasio likuiditas atas pengukuran rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio kas (cash rastio) cenderung meningkat. Rasio Aktivitas atas pengukuran perputaran piutang usaha (account receivable turnover), perputaran persediaan (inventory turnover), perputaran aktiva tetap (fixed asset turnver), perpuataran total aktiva (total asset turnover) cenderung menurun. Rasio solvabilitas atas pengukuran rasio utang terhadap aset (DAR), rasio utang terhadap modal (DER), rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (TIE) cenderung menurun. Rasio profitabilitas atas perhitungan hasil pengembalian atas aset (ROA), rasio hasil pengembalian atas ekuitas (ROE), margin laba bersih (net profit margin) cenderung menurun. Rasio pasar atas perhitungan price earning ratio (PER) cenderung menurun.

(2)

ABSTRACT

Every business activity carried on by every company shall make financial reports . The financial statements show the condition of the company's financial performance during a certain period , but it also can be used for decision-making process in the future . To measure financial performance through the analysis of financial ratios of which use liquidity ratios, activity , solvency , profitability , and market .

This research was conducted at PT Astra International Tbk and using secondary data yan form of financial statements of 2012 to 2015. The results obtained after the measurement of financial performance of PT Astra International Tbk with a liquidity ratio for measuring the current ratio (current ratio), quick ratio (quick ratio), the ratio of cash (cash rastio) tends to increase. Activity Ratio on measurement receivable turnover (accounts receivable turnover), inventory turnover (inventory turnover), turnover of fixed assets (fixed assets turnver), perpuataran total assets (total asset turnover) tends to decrease. The solvency ratio for measuring the ratio of debt to assets (DAR), the debt-to-equity ratio (DER), the ratio multiple of the interest earned (TIE) tends to decrease. Profitability ratios on the calculation results of the return on assets (ROA), the ratio of the return on equity (ROE), net profit margin (net profit margin) tends to decrease. The ratio of the market on the calculation of the price earnings ratio (PER) tends to decrease.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

2.1.10 Metode Analisis Rasio Keuangan ... 21

(4)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN ... 63

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Pengukuran Likuiditas... 29

Tabel 2 Pengukuran Aktivitas ... 34

Tabel 3 Pengukuran Solvabilitas ... 42

Tabel 4 Pengukuran Profitabilitas ... 47

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kinerja yang baik akan dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuan

perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan, maka akan semakin baik pula nilai perusahaan di

mata investor. Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan pada saat ini maupun prospek

usaha yang akan datang adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan perusahaan yang

terdiri dari neraca dan laporan laba rugi. “Analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya

merupakan perhitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu,

saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”. (Syamsuddin, 2009)

PT Astra International Tbk pada kuartal III tahun 2012 berhasil membukukan pendapatan

bersih sebesar Rp143,14 triliun, naik sekitar 19,75% dari periode yang sama tahun sebelumnya

senilai Rp119,53 triliun. Berdasarkan laporan perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek

Indonesia (BEI), Rabu (31/10/2012) menyebutkan, naiknya pendapatan bersih seiring naiknya

beban pokok pendapatan sekitar 21,04% menjadi Rp115,85% triliun dari Rp95,71 triliun pada

kuartal III tahun lalu. Beban penjualan juga meningkat menjadi Rp5,66 triliun dari periode yang

sama tahun lalu Rp4,74 triliun, beban umum dan administrasi naik 6,38 triliun dari Rp4,74

triliun, beban bunga bertambah menjadi Rp752 miliar dari Rp496 miliar. Perseroan mencatat

kerugian dari selisih kurs senilai Rp201 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya

mencatat laba Rp119 miliar. Kendati demikian penghasilan lain-lain jadi Rp2,06 triliun dari

Rp1,6 triliun dan penghasilan bunga meningkat jadi Rp538 miliar dari periode yang sama tahun

(8)

triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp15,9 triliun. Adapun laba yang diatribusikan

kepada pemilik entitas induk pada kuartal III tahun ini naik 9,15% jadi Rp14,67 triliun dari

Rp13,44 triliun pada kuartal III tahun lalu. Positifnya kinerja perseroan menyebabkan laba per

saham dasar perseroan sepanjang sembilan bulan tahun ini naik menjadi Rp362 dari Rp332 per

lembar saham pada akhir September tahun lalu. Harga saham ASII pada penutupan perdagangan

sore ini di lantai Bursa ditutup naik 50 poin (0,6%) menuju level Rp8.050 per lembar saham.

(www.sindonews.com)

Ada beberapa faktor yang di anggap memicu sulitnya penjualan produk otomotif tanah

air pada tahun 2013. Faktor pertama adalah kebijakan pemerintah tentang pengurangan subsidi

untuk mobil-mobil pribadi, dan kebijakan ini nanti akan berdampak terhadap penjualan mobil.

Faktor yang kedua adalah kondisi kurs rupiah yang selama ini terus melemah. Naiknya nilai

tukar terhadap dolar AS terhadap rupiah ini pada akhirnya akan mempengaruhi harga penjualan

yang mau tidak mau akan turut meningkat. Dan faktor yang ketiga adalah semakin banyaknya

produk-produk kendaraan yang muncul di tahun lalu. Kinerja perseroan dan anak perusahaan PT

Astra International Tbk (ASII) pada tahun 2013 mencatatkan laba bersih mencapai Rp13,5 triliun

untuk periode Januari-September 2013. Angka perolehan laba bersih turun 8% dari periode tahun

sebelumnya sebesar Rp14,7 triliun. Laba bersih Astra juga diikuti penurunan sebesar 1% untuk

kuartal III pada tahun 2013. Pendapatan perseroan turun menjadi Rp141,8 triliun hingga kuartal

III dari periode sebelumnya. Laba bersih per saham Astra juga turun 8% menjadi Rp333 per

saham. Nilai bersih aset Rp1.913 per saham pada 30 September 2013 atau naik sebesar 9%

dibandingkan tahun sebelumnya. Terjadinya penurunan salah satunya dari bisnis otomotif laba

(9)

dan anak perusahaan, serta Rp3,7 triliun dari perusahaan asosiasi dan jointly controlled entities

di otomotif. (www.liputan6.com)

Namun pada tahun 2014 kinerja PT Asta International Tbk (ASII) laba bersih mengalami

kenaikan sebesar 8% menjadi Rp14,49 triliun hingga kuartal III dari periode tahun lalu sebesar

Rp13,46 triliun. Kenaikan laba bersih ini diikuti kenaikan pendapatan bersih sebesar 6% menjadi

Rp150,58 triliun hingga kuartal III dari periode tahun sebelumnya Rp141,84 triliun. Dan melihat

kinerja pada tahun 2014 laba bersih per saham pun naik 8% menjadi 358 pada kuartal III di

bandingkan periode tahun sebelumnya 333. Kontribusi peningkatan pendapatan didorong dari

sektor agri bisnis dan kontrak penambangan, pada segmen usaha mesin kontruksi, pendapatan

bersih turun sebesar 3% seiring dengan penurunan volume penjualan unit Komatsu sebesar 10%

menjadi 2.982 unit. Sementara itu laba bersih dari Divisi Otomotif menurun 14% menjadi Rp5,9

triliun, karena persaingan discount pada pasar mobil memberikan dampak negatif pada marjin

keuntungan bisnis ini. (www.liputan6.com)

Walaupun kinerja grup Astra pada tahun 2014 secara umum cukup memuaskan,

meskipun masih dihadapkan pada tantangan kompetisi yang ketat pada bisnis kendaraan roda

empat dan harga batu bara turun. Namun karena melemahnya permintaan otomotif sepanjang

tahun 2015 ikut mempengaruhi kinerja PT Astra Interational Tbk. Tahun 2015 penurunan laba

bersih 17% menjadi Rp11,99 triliun untuk periode III dari periode sebelumnya Rp14,49.

Penurunan laba juga diikuti penurunan 8% menjadi Rp138,17 triliun hingga September 2015.

Dengan kondisi tersebut, laba bersih per saham turun 17% dari posisi Rp358 hingga kuartal III

dari tahun sebelumnya Rp296. Sepanjang tahun 2015 lalu, penjualan mobil secara nasional

memang menurun sebesar 16% menjadi 1.013.000 unit. Sementara penjualan mobil astra

(10)

dari 51% menjadi 50%. Kondisi yang sama juga terjadi pada penjualan sepeda motor nasional

yang turun sebesar 18% menjadi 6,5 juta unit. Penjualan sepeda motor dari PT Astra Honda

Motor (AHM) juga mengalami penurunan sebesar 12% menjadi 4,5 juta unit, namun pangsa

pasarnya meningkat dari 64% menjadi 69%. (www.liputan6.com)

Analisis rasio keuangan, membantu mengetahui tingkat kinerja keuangan perusahaan

apakah baik atau sebaliknya. Analisis rasio dapat diklasifikasikan dalam berbagai jenis, beberapa

di antaranya yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan pasar. Tingkat

likuiditas adalah menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban

jangka pendeknya dengan jaminan harta lancar yang dimilikinya. Sedangkan tingkat solvabilitas,

menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan dapat memenuhi semua kewajibannya

dengan jaminan harta yang dimilikinya. Tingkat profitabilitas, menunjukkan sejauh mana

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan modal yang dimilikinya. Tingkat

aktivitas, mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya.

Tingkat pasar, mengukur harga pasar saham perusahaan, relatif terhadap bukunya. Apakah

perusahaan-perusahaan yang kelihatan besar sudah bisa menyatakan keefektifan kinerja PT.

Astra International Tbk .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan di

bahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Bagaimana mengukur kinerja keuangan PT Astra International Tbk dengan menggunakan

(11)

 Bagaimana perkembangan kinerja PT Astra International Tbk dengan membandingkan

rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya atau biasa disebut

metode analisis time series?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :

 Untuk mengukur kinerja keuangan PT. Astra International Tbk menggunakan analisis

rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas, dan pasar, dan

 Untuk membandingkan rasio-rasio keuangan PT. Astra International Tbk dari satu

periode ke periode lainnya

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

 Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk lebih memperhatikan perkembangan kinerja

keuangan perusahaan dalam rasio keuangan

 Peneliti

Dapat berguna dan bermanfaat dalam penambahan pengetahuan tentang pentingnya

laporan keuangan dalam suatu perusahaan.

 Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan investor dalam

(12)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka terdapat beberapa simpulan

yang terkait dengan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab pertama antara lain:

1. Rasio Likuiditas

 Rasio lancar PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 yaiu 1,38 kali dalam satu

periode. Hal ini menunjukkan bahwa rasio lancar PT Astra International Tbk masih

rendah kinerja perusahaan yang ditunjukkan.

 Rasio cepat PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 yaitu 1,14 kali. Hal ini

menunjukkan bahwa rasio cepat PT Astra International Tbk masih rendah kinerja

perusahaan yang ditunjukkan.

 Rasio kas PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 yaitu 35%. Hal ini menunjukkan

bahwa rasio kas PT Astra International Tbk masih rendah kinerja perusahaan yang

ditunjukkan dibandingkan standar industri yang ada. Dengan melihat rasio ini akan

terlihat dalam jangka waktu beberapa hari perusahaan mampu bertahan untuk membiayai

pengeluaran operasinya dengan aktiva lancar yang dimiliki, tanpa arus kas dari pihak

eksternal.

2.Rasio Aktivitas

(13)

berapa kali dana yang tertanam dalam piutang usaha akan berputar dalam satu periode

atau berapa lama (dalam hari) rata-rata penagihan piutang usaha yang masih kurang baik.

 Perputaran persediaan PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 4,50 kali

untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur

berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan akan berputar dalam satu periode atau

berapa lama (dalam hari) rata-rata persediaan tersimpan digudang hingga akhirnya terjual

masih buruk dibandingkan dengan standar industri yang ada.

 Perputaran aktiva tetap PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 4,42 kali

untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur

keefektifan aset tetap yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau

dalam kata lain mengukur seberapa efektif kapasitas aset tetap turut berkontribusi

menciptakan penjualan yang sudah baik karena sudah mencapai standar yang ada.

 Perputaran total aktiva PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 0,75 kali

untuk satu periode. Hal ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengukur

keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau

dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari

setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset masih kurang efektif.

3.Rasio solvabilitas

Solvabilitas (Daya Ungkit) yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio

pengungkit (Leverage), yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Rasio

(14)

 Rasio utang terhadap aset PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 38%

untuk satu periode. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada

kreditor berupa ketidak mampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban

perusahaannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi mengakibatkan

pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran

deviden. Dari sini dapat dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik

 Rasio utang terhadap modal PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar

93,97% untuk satu periode. Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh

pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, maka semakin

rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari prespektif

kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin

baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang. Dari sini dapat

dilihat kinerja keuangan PT Astra International Tbk kurang baik

 Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan PT Astra International Tbk untuk tahun 2015

sebesar 26,76% untuk satu periode. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan

memenuhi beban tetapnya beban bunga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik

kinerja keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja

keuangan PT Astra International Tbk kurang baik.

4.Rasio Profitabilitas

 Hasil pengembangan atas aset PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 6%.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan meghasilkan laba bersih berdasarkan

(15)

berarti efisiensi manajemen. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk

tahun 2015 masih kurang efisien.

 Rasio hasil pengembangan atas ekuitas PT Astra International Tbk untuk tahun 2015

sebesar 12%. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang

tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka akan

menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra

International Tbk untuk tahun 2015 dalam memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan PT Astra tidak terpenuhi.

 Margin laba PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 8%. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan mengukur tingkat laba bersih sesudah pajak

dibandingkan dengan volume penjualan. Semakin tinggi rasio ini maka akan

menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan yang dicapai suatu perusahaan. Dari

sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk tahun 2015 menunjukkan

kemampuan perusahaan mengukur tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan

dengan volume penjualan yang tidak terpenuhi dari tahun sebelumnya.

5.Rasio Pasar

Earning per Share (EPS) PT Astra International Tbk untuk tahun 2015 sebesar 1,00 kali. Rasio

ini mengukur bagaimana investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan

datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia di bayar oleh investor untuk setiap rupiah

laba yang diperoleh perusahaan. Dari sini dapat dilihat kinerja Astra International Tbk untuk

tahun 2015 menunjukkan kemampuan investor menilai prospek pertumbuhan perusahaan di

masa yang akan datang, dan tercermin pada harga saham yang bersedia di bayar oleh investor

(16)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka dapat di sarankan hal-hal sebagai berikut

1.Bagi PT Astra

Perusahaan harus memikirkan bagaiman meningkatkan kualitas dari laporan keuangan

perusahaannya. Contohnya dengan meningkatkan nilai-nilai rasio yang ada sehingga perusahaan

bisa mencapai keadaan keuangan bisa baik dan berada di angka standar industri.

2.Bagi Investor

Bagi investor disarankan untuk melihat kinerja keuangan suatu perusahaan sebelum

menentukan di mana investor akan menanamkan modalnya. Semakin besar earnings per share

(EPS) dan price earnings ratio (PER) suatu entitas, maka investor dapat lebih yakin untuk

menanamkan modalnya pada entitas tersebut karena entitas tersebut berarti memiliki laba yang

baik sehingga pengembalian yang akan diterima investorpun lebih terjamin.

3.Bagi peneliti selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya disarankan agar dapat mendukung hasil penelitian ini dengan

menambahkan variabel lain yang berkaitan dengan kinerja keuangan selain dari rasio keuangan

(17)

Daftar Pustaka

Astrinika, L.A., Darminto., & Siti, R.H. Analisis Rasio Keuangan Untuk Menilai Kinerja

Keuangan Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis Vol.2 (No.1)

Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan Cetakan ke – 2. Bandung: Alfabeta.

Gitosudarmo, I., & Basri. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE

Hanafi, 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM

Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (enter for Academic Publishing

Service).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.

Kasmir. (2008). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Kuncoro, M. (2009). Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Marsel Pongoh. (2013). Analisis Laporan Keuangan untuk Menilai Kinerja Keuangan PT.

Bumi Resoures Tbk. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 (669-679)

Munawir, S. (2000). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Riswan & Yolanda Fatrecia Kusuma. 2014. Analisis Laporan Keuangan Sebagai Dasar

Dalam Penilaian Kinerja Keuangan PT. Budi Satria Wahana Motor. Jurnal Akuntansi

(18)

Sadeli, M. (2002). Dasar – dasar Akuntansi. Jakarta: Bumi Aksara

Sudana, I Made (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga

Sugiono, A. (2009). Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: Grasindo.

Syafri, H (2008). Analisa Kritis atas Laporan Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Syamsuddin, L. (2009). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

http://bisnis.liputan6.com/read/571006/penjualan-otomotif-tahun-ini-hadapi-masa-suram

http://bisnis.liputan6.com/read/570157/laba-bersih-astra-kuartal-i-2013-merosot-7

http://bisnis.liputan6.com/read/735103/pendapatan-astra-turun-tipis-jadi-rp-141-triliun

http://bisnis.liputan6.com/read/2126836/astra-international-cetak-pendapatan-rp-150-triliun

http://bisnis.liputan6.com/read/2353069/laba-bersih-astra-turun-17-jadi-rp-1199-triliun

http://www.kajianpustaka.com/2012/12/laporan-keuangan.html

http://ekbis.sindonews.com/read/684328/32/astra-international-bukukan-pendapatan-rp143-t-1351678025

Gambar

Tabel 4 Tabel 5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan pada PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR).. Adapun rasio keuangan yang digunakan

Hasil analisis data menunjukkan bahwa investasi penambahan modal kerja yang dilakukan PT Astra International Tbk dan Anak Perusahaan secara umum telah meningkatkan kinerja

Analisis Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio) pada PT Siantar Top Tbk apabila ditinjau dari Current Ratio dalam menandakan keadaan likuiditas perusahaan kurang baik

Analisis laporan keuangan yang dijadikan dasar penelitian kinerja keuangan PT Ultrajaya Milk Industry, Tbk adalah dengan menggunakan analisis rasio keuangan likuiditas,

Persamaan: Objek penelitian sama, yaitu PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Menganalisis laporan keuangan untuk mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas

Hasil analisa rasio arus kas operasi pada PT Astra International Tbk selama 5 (lima) tahun yaitu tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 yaitu dinyatakan kurang

Penelitian ini akan melihat kinerja keuangan dengan rasio likuiditas berdasarkan Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR), rasio profitabilitas berdasarkan Return

Hero Supermarket, Tbk yang dilihat dari rasio likuiditas, berupa rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), dan rasio kas (cash ratio), dan rasio