• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALITAS GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH : Analisis Deskriptif pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DAN PROFESIONALITAS GURU TERHADAP PRODUKTIVITAS SEKOLAH : Analisis Deskriptif pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

vi

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

F. Kerangka Pikir Penelitian ... 9

G. Asumsi ... 12

H. Hipotesis ... 14

I. Metode Penelitian ... 15

J. Lokasi, Popolasi dan Sampel Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 17

A. Produktivitas Sekolah dalam Kajian Administrasi Pendidikan .. 17

1. Konsep Produktivitas ... 17

2. Konsep Produktivitas Sekolah ... 20

3. Produktivitas Kelompok Kerja guru ... 26

4. Metode Pokok Pengukuran Produktivitas ... 29

B. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Kajian Administrasi Pendidikan ... 33

1. Konsep Dasar Kepemimpinan ... 33

2. Konsep Kepemimpinan Pendidikan ... 37

3. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 41

4. Kepemimpinan Transformasional ... 44

5. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ... 49

6. Elemen kepemimpinan Transformasional ... 50

C. Profesionalitas Guru dalam Kajian Administrasi Pendidikan .... 52

1. Konsep Dasar Profesionalitas ... 52

2. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalitas Guru ... 61

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 69

A. Pendekatan Penelitian ... 69

B. Populasi dan Sampel ... 69

C. Teknik Pengumpulan Data ... 72

D. Definisi Operasional ... 75

E. Instrumen Penelitian ... 76

▸ Baca selengkapnya: contoh lembar observasi kepala sekolah terhadap guru di kelas

(2)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 92

A. Hasil Penelitian ... 92

1. Analisis Data ... 92

a. Seleksi Data ... 92

b. Tabulasi Data ... 93

2. Uji Normalitas Data ... 93

3. Deskripsi Data ... 95

a. Deskripsi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 96

b. Deskripsi Profesionalitas Guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 99

c. Deskripsi Produktivitas Sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor kabupaten Sumedang ... 102

d. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) terhadap Produktivitas Sekolah (Y) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 106

e. Pengaruh Profesioalitas Guru ( 2) terhadap Produktivitas Sekolah (Y) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 107

f. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) dan Profesionalitas Guru ( 2) terhadap Produktivitas Sekolah (Y) pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 109

B. PEMBAHASAN ... 111

1. Gambaran Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 111

2. Gambaran Profesionalitas Guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 114

3. Gambaran Produktivitas Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang ... 116

4. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah ... 119

5. Pengaruh Profesionalitas Guru Terhadap Produktivitas Sekolah ... 122

6. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Profesionalitas Guru terhadap Produktivitas Sekolah ... 125

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 128

A. Kesimpulan ... 128

B. Rekomendasi ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132

(3)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Populasi Penelitian Guru Sekolah Dasar di Kecamatan

Jatinangor ... 70

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) ... 77

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Variabel Profesionalitas Guru ( 2) ... 78

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Produktivitas Sekolah (Y) ... 79

Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) ... 80

Tabel 3.6 Uji Validitas Item Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) ... 82

Tabel 3.7 Uji Validitas Item Variabel Profesionalitas Guru ( 2) ... 84

Tabel 3.8 Uji Validitas Item Variabel Produktivitas Sekolah (Y) ... 86

Tabel 3.9 Uji Reliabilitas Item Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) Reliability Statistics ... 88

Tabel 3.10 Uji Reliabilitas Item Profesionalitas Guru ( 2) Reliability Statistics... 89

Tabel 3.11 Uji Reliabilitas Item Produktivitas Sekolah (Y) Reliability Statistics... 90

Tabel 4.1 Hasil Seleksi Penyebaran Angket ... 92

Tabel 4.2 Data Uji Normalitas Hasil Penelitian ... 93

Tabel 4.3 Resume Penghitungan Korelasi ... 94

Tabel 4.4 Tabel Distribusi Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) ... 96

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah ( 1) ... 98

(4)

ix

Tabel 4.7 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalitas Guru ( 2)

Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi ... 100

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Variabel Profesionalitas Guru ( 2) ... 101

Tabel 4.9 Kecenderungan Variabel Profesionalitas Guru ( 2) ... 102

Tabel 4.10 Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Produktivitas Sekolah (Y) Mean, Median, Modus dan Standar Deviasi ... 103

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Produktivitas Sekolah (Y) ... 104

Tabel 4.12 Kecenderungan Variabel Produktivitas Sekolah (Y) ... 105

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Determinasi ... 106

Tabel 4.14 Resume Regresi Variabel 1 ke Y ... 106

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Determinasi ... 107

Tabel 4.16 Resume Regresi Variabel 2 ke Y ... 108

Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Determinasi ... 109

Tabel 4.18 Resume Regresi Variabel 1, 1 ke Y... 110

(5)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 6 Gambar 1.2 Alur Kerangka Berpikir ... 12 Gambar 4.1 Pemetaan Hasil Penghitungan 1, 2, dan Y ... 95 Gambar 4.2 Histogram Skor Variabel Kepemimpinan Transformasional

(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Konsep pendidikan di Indonesia merupakan operasionalisasi dari nilai dasar yaitu Pancasila dan nilai instrumental yaitu Pembukaan UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 salah satunya dinyatakan bahwa tujuan pembangunan Indonesia diarahkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Konteks mencerdaskan sebagai nilai instrumental tersebut dioperasionalkan oleh pemerintah, untuk kemudian diformalkan ke dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional terutama pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

(7)

2

Yang berperan penting dalam peningkatan produktivitas sekolah kaitannya dengan Profesionalitas guru di sekolah diantaranya adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Keberhasilan sekolah sasarannya adalah menciptakan produktivitas sekolah yang banyak ditentukan oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan Profesionalitas guru.

Kepala sekolah sebagai pemimpin di suatu satuan pendidikan memiliki peran dan fungsi yang sangat penting. Kepala sekolah memiliki tanggung jawab dalam mengajar dan mempengaruhi semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan sekolah (Nanang Fattah, 2000:23). Secara yuridis peranan kepala sekolah menurut keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 162/U/2003 tentang pedoman penugasan guru sebagai kepala sekolah yaitu Educator (pendidik), Manager (pengelola), Administratur (pengadministrasian), Supervisor (penyelia), Leader (pemimpin), Enterpreneur (pengusaha) dan Climate creator (pencipta iklim), sementara menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 13 tahun 2007 tentang standar kepala sekolah/madrasah, kepala sekolah memiliki dimensi kompetensi sebagai beikut yaitu kpribadian, manajerial, kewirausahaan (enterpreneur), supervisor, dan sosial.

(8)

3

Standar Kompetensi, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan prasarana, Standar Pengelolaan, Stándar Pembiayaan dan Stándar Penilaian Pendidikan. Dalam prosesnya sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007, bahwa kepala sekolah harus memiliki minimal 5 (lima) kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervise dan kompetensi sosial.

Profesionalitas guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini. Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli di bidangnya, sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan keahlian tersendiri. Profesionalitas tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan jaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalitas menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas.

(9)

4

Yang melatarbelakangi penulisan tesis ini, berdasarkan observasi awal di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, ditemukan bahwa kondisi guru Sekolah Dasar memiliki kemampuan yang masih rendah, baik kemampuan profesi, kemampuan personal, maupun kemampuan bermasyarakat di samping itu masih rendahnya wawasan kependidikan, kurang kreatif dalam penyelenggaraan ekstrakurikuler, kurang memiliki kemampuan untuk pengembangan metode, kurang memiliki kemampuan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan minat dan potensinya, serta kualifikasi ijazah yang kurang memadai.

Dilihat dari segi administrasi dan manajemen, rendahnya kemampuan guru tersebut menjadi tanggung jawab atasan langsung untuk membinanya, baik membina mental dan perilakunya maupun kemampuan sesuai dengan bidang keahliannya, atasan langsung dalam hal ini adalah Kepala Sekolah. Dengan demikian salah satu upaya untuk meningkatkan Produktivitas sekolah adalah dengan meningkatkan kualitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam tentang Pengaruh Kepemimpinan transformasional Kepala Sekolah dan Profesionalitas Guru terhadap Produktivitas Sekolah (Analisis deskriptif pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang).

B. Identifikasi Masalah

(10)

5

belum merata, Ketidak sesuaian mengajar dengan latar belakang pendidikan dan Organisasi profesi guru.

Mengingat luasnya cakupan tentang produktivitas sekolah, maka penulis membatasi penelitian ini yaitu pada kepemimpinan transformasional kepala sekolah, profesionalitas guru. Jadi, batasan masalah dalam penelitian ini menyangkut variabel pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan profesionalitas guru terhadap produktivitas sekolah sekolah dengan lokasi penelitian pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor.

Produktivitas sekolah dalam penelitian ini berangkat dari pemikiran bahwa produktivitas sekolah berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya sekolah untuk merealisasikan tujuan sekolah secara efektif dan efisien. Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah memiliki tanggung jawab untuk mempengaruhi personil sekolah untuk melakukan atau tidak melakukan suatu hal atau berbagai hal untuk mencapai tujuan. Tujuan sekolah merupakan suatu yang dinamis terkait dengan keinginan dan kepuasan pelanggan sekolah. Untuk itu, kepala sekolah harus memfasilitasi dan mentransformasi berbagai harapan dan keinginan pelanggan sekolah menjadi suatu visi sekolah kemudian mewujudkannya kedalam suatu aksi.

(11)

6

Guru merupakan determinan paling menonjol terhadap mutu pendidikan di Sekolah. Lebih dari sepertiga varians mutu dapat dijelaskan oleh variabel guru. Guru juga merupakan kunci dalam segala reformasi di bidang pendidikan. Ron Brandt (1993: 12) mengemukakan:

Hampir semua usaha reformasi di bidang pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan penerapan metode mengajar baru pada akhirnya tergantung kepada guru. Tanpa guru menguasai bahan pelajaran dan strategi belajar-mengajar, tanpa mereka dapat mendorong siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi, maka segala upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan mencapai hasil maksimal.

Deskripsi di atas dapat divisualisasikan sebagai berikut: Gambar 1.1

Kerangka Berpikir Penelitian

1

K1,2

K2

Keterangan Variabel:

X1 : Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah X2 : Profesionalitas Guru

Y : Produktivitas Sekolah

Σ : Epsilon

(12)

7 K1 : Korelasi X1 Terhadap Y

K2 : Korelasi X2 Terhadap Y K1,2 : Korelasi X1 dan X2 Terhadap Y

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, dapat dirinci dengan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada

Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor?

2. Bagaimana gambaran profesionalitas guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor?

3. Bagaimana gambaran produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor?

4. Apakah kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh terhadap produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor?

5. Apakah profesionalitas guru berpengaruh terhadap produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor?

6. Apakah kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan profesionalitas

guru secara simultan berpengaruh terhadap produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor?

D. Tujuan Penelitian

(13)

8

1. Gambaran kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada Sekolah

Dasar di Kecamatan Jatinangor.

2. Gambaran profesionalitas guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor. 3. Gambaran produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan

Jatinangor.

4. Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap

produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor.

5. Pengaruh profesionalitas guru terhadap produktivitas sekolah pada Sekolah

Dasar di Kecamatan Jatinangor.

6. Pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan profesionalitas guru secara simultan terhadap produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berguna baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu:

1. Manfaat teoritis

a. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dalam hal kepemimpinan kepala sekolah hubungannya dengan Profesionalitas guru serta produktivitas sekolah di Kecamatan Jatinangor, kabupaten Sumedang.

b. Memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian tindak lanjut tentang

(14)

9

produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi peningkatan dan perbaikan kepemimpinan transformasional kepala sekolah, Profesionalitas guru dan produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang sehingga secara integral akan meningkatkan kualitas pendidikan.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Untuk mencapai pendidikan berkualitas memang dipengaruhi banyak faktor yang satu sama lain saling berkaitan karena berada dalam satu sistem. Salah satu sub - sistem dalam pendidikan di persekolahan adalah kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang berarti usaha menggerakan dan memberikan bimbingan serta mentransformasi segala hal positif yang berkaitan dengan kebutuhan kepada personil pendidikan agar tercapai tujuan sekolah.

Kepala sekolah bertugas dan bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan sekolah baik kegiatan teknis dan administrasi maupun lintas program-program dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada disekolah agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.

(15)

10

melaksanakan evaluasi pembelajaran dan staf dimana kepala sekolah harus mengkomunikasikan tujuan-tujuan yang akan dicapai.

Kepala sekolah memiliki wewenang secara formal dan bisa jadi kharismatik sebagai pemimpin sekolah sehingga karena wewenangnya tersebut muncul sebuah kekhawatiran yang besar apabila kepala sekolah kurang bisa memimpin sekolah dalam kondisi perubahan yang cepat. Keberhasilan kepala sekolah dalam menjalankan sekolahnya tidak akan terlepas dari kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dalam merespon segala perubahan yang terjadi.

Selain faktor kepemimpinan kepala sekolah yang cukup memegang peranan penting dalam pencapaian prduktivitas sekolah adalah guru. Guru sebagai ujung tombak pembangunan pendidikan mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan faktor yang lain, penyebabnya dimungkinkan oleh dua hal, pertama karena guru kurang sungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, atau mungkin karena kemampuan profesionalnya masih rendah. Oleh karena itu, pengembangan profesionalitas guru mutlak diperlukan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Secara teoritis banyak cara yang dapat ditempuh, antara lain melalui pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan, pelatihan, penataran, seminar, lokakarya, dibina oleh atasan langsung, atau saling bertukar pikiran melalui suatu wadah profesi.

(16)

11

diri dan mengikuti berbagai aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan diri. Sementara Kemampuan guru berkaitan dengan standar pendidikan formal yang memadai, mengikutsertakan pelatihan-pelatihan dan sejenisnya untuk meningkatkan kualitas SDM, kemampuan menyelesaikan masalah secara bijaksana, hubungan atau komunikasi yang baik dengan siswa, orang tua, sesama guru dan personil sekolah lainnya dan kepala sekolah dan penguasaan landasan kependidikan secara baik.

Berkenaan dengan produktivitas, Engkoswara (1987) dalam Buchari Alma (2003:64) bahwa Produktivitas pendidikan dapat dilihat pada : (1) efektifitas berupa masukan yang merata, keluaran yang bermutu, ilmu dan keluaran yang berkaitan dengan kebutuhan, pendapatan tamatan yang memadai ; dan (2) efisiensi berupa: kegairahan motivasi belajar yang tinggi, semangat kerja besar, kepercayaan berbagai pihak, pembiayaan sekecil mungkin tapi hasil yang besar.

Dari sekian banyak pilihan, penulis berasumsi bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan profesionalitas guru akan berpengaruh terhadap produktivitas sekolah. Produktivitas dalam dunia pendidikan berkaitan dengan keseluruhan proses perencanaan, penataan dan pendayagunaan sumber daya untuk merealisasikan tujuan pendidikan di persekolahan secara efektif dan efisien.

(17)

12

(4) Inspirasi. Profesionalitas guru memiliki dimensi (1) Motivasi dan (2) Kemampuan.

Pandangan komprehensif tentang penelitian ini dapat divisualisasikan melalui kerangka berpikir dalam bentuk paradigma penelitian antar variabel secara sederhana dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1.2 Alur Kerangka Berpikir

G. Asumsi

Asumsi dalam penelitian atau anggapan dasar harus didasarkan atas kebenaran yang telah diyakini olah peneliti (Arikunto, 2002:59). Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud: (1) agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; (2) untuk mempertegas variabel-variabel yang 1. Idealized

Influence-charisma/Kharismatik 2. Perhatian terhadap individu

3. Stimulasi Intelektual

Kepala Sekolah Sekolah Yang

(18)

13

menjadi fokus penelitian; dan (3) berguna untuk kepentingan menentukan dan

merumuskan hipotesis.

a. Sekolah yang produktif menunjukkan kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-ekonominya, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untuk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa. (Cheng.1996).

b. Produktivitas sekolah berkaitan dengan bagaimana menghasilkan lulusan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sehingga pada akhirnya diperoleh lulusan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

c. Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang

(19)

14

(Bass, 1985; Burns, 1978; Tichy dan Devanna, 1986, seperti dikutip oleh Locke, 1997).

d. Kemampuan profesional guru terkait erat dengan kemampuan-kemampuan

sosial dan personal. Kemampuan sosial meliputi kemampuan untuk

menyesuaikan diri kepada tujuan kerja dan lingkungan sekitar sewaktu

menjalankan tugasnya sebagai pengajar. Kemampuan personal meliputi

penampilan sikap positif atas situasi kerja sebagai pengajar dan situasi

pendidikan, pemahaman atas nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seorang

pengajar dan penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

teladan anak didiknya.

H. Hipotesis

Rumusan masalah penelitian terdiri dari tiga rumusan masalah, dan hipotesis yang diajukannyapun terdiri dari tiga hipotesis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berupa hipotesis kerja yaitu sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah berpengaruh secara

signifikan terhadap Produktivitas Sekolah.

2. Profesionalitas Guru berpengaruh secara signifikan terhadap Produktivitas Sekolah.

(20)

15

I. Metode Penelitian

Untuk keperluan penelitian mengenai pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan Profesionalitas guru terhadap produktivitas sekolah di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang yang dikategorikan berdasarkan pada status negeri, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.

Metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dipergunakan untuk memecahkan atau menjawab masalah yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Lebih lanjut Surakhmad (1985: 140) mengemukakan beberapa ciri metode deskriptif yaitu memuaskan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis karena itu, metode ini sering disebut dengan metode analitik.

(21)

16

J. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Penelitian berlokasi di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.

2. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2004:6). Dalam penelitian ini, populasi sebanyak 162 orang, terdiri 6 guru kelas x 27 sekolah se- Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

3. Sampel

(22)

69

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2003:21) penelitian survei dapat

digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan

kausal dan pengujian hipotesis; (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial. Pendekatan yang digunakan,

penelitian ini termasuk penelitian survey. Menurut Kerlinger (2000:660) ”penilitian survai mengkaji populasi yang besar maupun yang kecil dengan

menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih dari populasi itu untuk menemukan insidensi, distribusi dan interpretasi relatif dari variabel-variabel sosiologi dan psikolog”. Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.

B. Populasi dan Sampel

(23)

70

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Populasi yang menjadi objek penelitian adalah guru Sekolah Dasar se- Kecamatan Jatinangor, sejumlah 180 guru. Untuk menentukan jumlah sampel yang akan dijadikan objek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Populasi Penelitian Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor

(24)

71

Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya ditentukan sampel agar dapat dilakukan pengumpulan data. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi. Arikunto (2004:117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi”. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2005:135) bahwa, “.. mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.” Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (2005:120) mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random sampling). Sedangkan Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2007:65) sebagai berikut.

Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut.

(25)

72

Jumlah sampel yang disebar dengan menggunakan angket sebanyak 64 untuk guru Sekolah Dasar di 30 sekolah di Kecamatan Jatinangor (responden).

C. Teknik Pengumpulan Data

Nazir, Moh (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui dua sumber, yaitu :

a. Data Primer

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 64 responden.

Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau

(26)

73

studi lapangan (Field Research), yaitu data yang diperoleh dari responden, baik yang berkaitan dengan variabel bebas maupun variabel terikat yang berhubungan dengan penelitian ini. Untuk mendapatkan data ini dilakukan dengan wawancara dan membagikan kuesioner kepada responden. Teknik pengukuran data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis kuantitatif dengan melalui perhitungan statistik, setiap indikator diukur hanya sekali saja. Pengukuran indikator dari beberapa variabel penelitian dilakukan melalui daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden. Dari masing-masing responden disediakan lima pilihan jawaban yaitu, a, b, c, d, dan e untuk semua item. Untuk pengukuran terhadap yang ada dilakukan perhitungan sebagai berikut:

• Untuk jawaban a diberi bobot nilai 5

• Untuk jawaban b diberi bobot nilai 4

• Untuk jawaban c diberi bobot nilai 3

• Untuk jawaban d diberi bobot nilai 2

• Untuk jawaban e diberi bobot nilai 1

b. Data Skunder

(27)

74 1) Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara mengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi penelitian maupun di instansi lain yang ada hubungannya dengan lokasi penelitian. Studi Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari instansi/lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatannya di instansi/lembaga yang relevan dengan fokus penelitian. Melalui daftar pertanyaan (kuesioner), digunakan untuk memperoleh data secara langsung dari responden dengan cara mengajukan daftar pertanyaan secara tertulis. Data atau informasi yang diperoleh dapat berupa yang telah diketahui responden, hal yang disenangi dan dirasakan, yang ada pada pikirannya. Dengan daftar pertanyaan dapat mengungkapkan data yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keyakinan responden sehingga isi pertanyaan meliputi : (1) fakta konkrit mengenai data responden; (2) keyakinan responden terhadap fakta yang diyakini; (3) sikap, pendapat, dan perasaan terhadap suatu peristiwa juga keadaan masyarakat; (4) informasi mengenai gejala dan keadaan sosial yang nyata; (5) perilaku sekarang dan yang sudah lewat; dan (6) persepsi responden mengenai diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain. 2) Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti

(28)

75

3) Wawancara, yaitu mengadakan komunikasi langsung secara lisan terhadap

sumber data primer berdasarkan pedoman wawancara.

D. Definisi Operasional

Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu dua variabel bebas, dan 1 (satu) variabel terikat, variabel bebas tersebut adalah : “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah” (X1), dan “Profesionalitas Guru” (X2) dan

variabel terikat yaitu “ Poduktivitas Sekolah” (Y).

Dari variabel-variabel tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

a. Kepemimpinan Transformasional

Kepemimpinan transformasional didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam organisasi. Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran “tingkat tinggi” yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu

b. Profesionalitas

Profesionalitas adalah penguasaan ilmu pengetahuan, kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Profesionalitas bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi menyangkut sikap, pengembangan Profesionalitas diri, pemilikan ketrampilan yang tinggi serta tingkah laku yang mumpuni.

c. Produktivitas Sekolah

(29)

76

efektif dan efisien. Sejauh mana pencapaian produktivitas sekolah dapat dilihat dari out put sekolah yang berupa prestasi, serta proses pembelajaran yang berupa suasana pembelajaran di sekolah.

E. Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (a) menyusun indikator variabel penelitian; (b) menyusun kisi-kisi instrumen;

(c) melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.

1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan Skala Likert dengan kisaran secara kontinus 1 – 5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut.

5 = Selalu.

4 = Sering.

3 = Jarang.

2 = Kadang-kadang.

(30)

77

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)

Variabel Definisi Teoritik Dimensi Indikator-indikator No Item Kepemimpinan punnishment kepada semua pegawai baik yang berprestasi atau tidak

a. Melakukan inovasi secara kontinyu

b.Mengajak bawahan untuk selalu berinovasi

c. Melakukan pengkajian terhadap sesuatu hal secara seksama dan cermat

a.Mengkomunikasikan harapan yang tinggi kepada bahawan b.Fokus dalam usaha mencapai

tujuan

(31)

78

2. Profesionalitas Guru (X2)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut.

5 = Selalu. 4 = Sering. 3 = Jarang. 2 = Kadang-kadang. 1 = Tidak Pernah.

Tabel 3.4.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Profesionalitas Guru (X2)

Variabel Definisi Teoritik Dimensi Indikator-indikator No Item

Profesionalitas

a. Memiliki dorongan yang tinggi untuk mempraktekan sesuatu yang baru

b. Memiliki rangsangan untuk melahirkan ide-ide baru c. Memiliki keingintahuan

yang tinggi terhadap sesuatu hal yang baru

aktivitas yang bertujuan

untuk meningkatkan

kemampuan diri

a. Memiliki standar

pendidikan formal yang memadai.

b. Mengikuti

pelatihan-pelatihan dan sejenisnya

untuk meningkatkan

kualitas SDM

c. Memiliki kemampuan

menyelesaikan masalah secara bijaksana

(32)

79

3. Produktivitas Sekolah (Y)

Data yang dihasilkan dari penyebaran angket berskala pengukuran interval mengingat angket yang disebarkan menggunakan skala Likert dengan kisaran 1 – 5 dengan alternatif jawaban sebagai berikut.

5 = Selalu.

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Variabel Produktivitas Sekolah (Y) Variabel Definisi

Teoritik Dimensi Indikator-indikator

No Item

perumusan perencanaan yang jelas yang memiliki relevansi dengan visi dan misi sekolah c. Implementasi program sesuai

dengan perencanaan

d. Melakukan evaluasi terhadap setiap program sekolah

a. Mampu menggunakan dan memanfaatkan waktu secara baik

b. Selalu berorientasi pada proses

c. Mampu memanfaatkan

materi pekerjaan secara baik

d. Mampu melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan e. Mampu meminimalisir biaya

dalam setiap program yang dikerjakan

(33)

80

F. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen

1. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Riduwan (2007:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah.

(

Kaidah keputusan : Jika r hitung > r tabel berarti valid sebaliknya

r hitung < r tabel berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut.

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 – 0,799 : tinggi

Antara 0,400 – 0,599 : cukup tinggi Antara 0,200 – 0,399 : rendah

(34)

81

a. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)

Bedasarkan hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) diperoleh kesimpulan bahwa

dari 25 item yang dinyatakan valid ada 20 item yaitu: item No: 1; 2 ; 3; 4; 5; 6 ;7; 8; 10; 11; 13; 14; 16; 17; 18; 19; 20; 21; 22; 23; dan 25. Kemudian item tidak valid sebanyak 5 item, yaitu No: 9; 12; 15; dan 24.

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) di bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih

besar dari nilai r Tabel atau nilai r hitung > nilai r Tabel, maka item tersebut adalah

valid dengan menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk=n–2 = 25 – 2= 23) sehingga didapat r Tabel = 0,242. Contoh korelasi

(35)

82

Tabel 3.6

Uji Validitas Item Variabel Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)

ITEM r hitung r Tabel

α = 0,05; n=25

Keputusan

1 2 3 4

Item No.1 0,405 0,242 Valid

Item No.2 0,457 0,242 Valid

Item No.3 0,306 0,242 Valid

Item No.4 0,346 0,242 Valid

Item No.5 0,502 0,242 Valid

Item No.6 0,333 0,242 Valid

Item No.7 0,314 0,242 Valid

Item No.8 0,590 0,242 Valid

Item No.9 0,099 0,242 Tidak Valid

Item No.10 0,375 0,242 Valid

Item No.11 0,547 0,242 Valid

Item No.12 0,055 0,242 Tidak Valid

Item No.13 0,416 0,242 Valid

Item No.14 0,489 0,242 Valid

Item No.15 0,205 0,242 Tidak Valid

Item No.16 0,486 0,242 Valid

Item No.17 0,477 0,242 Valid

Item No.18 0,545 0,242 Valid

Item No.19 0,546 0,242 Valid

Item No.20 0,381 0,242 Valid

Item No.21 0,246 0,242 Valid

Item No.22 0,258 0,242 Valid

Item No.23 0,516 0,242 Valid

Item No.24 0,113 0,242 Tidak Valid

Item No.25 0,369 0,242 Valid

b. Profesionalitas Guru (X2)

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel profesionalitas guru (X2) diperoleh kesimpulan bahwa dari 25 item yang dinyatakan valid ada 20 item

(36)

83

dan 25. Sedangkan yang tidak valid sebanyak 5 item, yaitu No.7; 12; 17 dan No. 23.

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) di bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih

besar dari nilai r Tabel atau nilai r hitung > nilai r Tabel, maka item tersebut adalah

valid dengan menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk=n–2 = 25 – 2= 23) sehingga didapat r Tabel = 0,242. Contoh korelasi

(37)

84

Tabel 3.7

Uji Validitas Item Variabel Profesionalitas Guru (X2)

ITEM r hitung r Tabel

α = 0,05; n=30

Keputusan

Item No.1 0,269 0,242 Valid

Item No.2 0,327 0,242 Valid

Item No.3 0,279 0,242 Valid

Item No.4 0,310 0,242 Valid

Item No.5 0,325 0,242 Valid

Item No.6 0,306 0,242 Valid

Item No.7 0,040 0,242 Tidak Valid

Item No.8 0,347 0,242 Valid

Item No.9 0,387 0,242 Valid

Item No.10 0,445 0,242 Valid

Item No.11 0,306 0,242 Valid

Item No.12 0,241 0,242 Tidak Valid

Item No.13 0,244 0,242 Valid

Item No.14 0,555 0,242 Valid

Item No.15 0,260 0,242 Valid

Item No.16 0,406 0,242 Valid

Item No.17 0,129 0,242 Tidak Valid

Item No.18 0,285 0,242 Valid

Item No.19 0,428 0,242 Valid

Item No.20 0,675 0,242 Valid

Item No.21 0,284 0,242 Valid

Item No.22 0,581 0,242 Valid

Item No.23 0,060 0,242 Tidak Valid

Item No.24 0,311 0,242 Valid

Item No.25 0,283 0,242 Valid

c. Produktivitas Sekolah (Y)

(38)

85

Dalam analisis ini apabila item dikatakan valid harus dibuktikan dengan perhitungan. Untuk mengetahui tingkat validitas perhatikan angka pada Corrected Item-Total Correlation yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item (nilai r hitung) di bandingkan dengan nilai r Tabel. Jika nilai r hitung lebih

besar dari nilai r Tabel atau nilai r hitung > nilai r Tabel, maka item tersebut adalah

valid dengan menggunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat

kebebasan (dk=n–2 = 25 – 2= 23) sehingga didapat r Tabel = 0,242. Contoh korelasi

(39)

86

Tabel 3.8

Uji Validitas Item Variabel Produktivitas Sekolah (Y) ITEM r hitung r Tabel

α = 0,05; n=30

Keputusan

1 2 3 4

No.1 0,281 0,242 Valid

No.2 0,335 0,242 Valid

No.3 0,312 0,242 Valid

No.4 0,272 0,242 Valid

No.5 0,404 0,242 Valid

No.6 0,271 0,242 Valid

No.7 0,316 0,242 Valid

No.8 0,360 0,242 Valid

No.9 0,378 0,242 Valid

No.10 0,204 0,242 Tidak Valid

No.11 0,340 0,242 Valid

No.12 0,250 0,242 Valid

No.13 0,299 0,242 Valid

No.14 0,229 0,242 Valid

No.15 0,248 0,242 Valid

No.16 0,303 0,242 Valid

No.17 0,422 0,242 Valid

No.18 0,288 0,242 Valid

No.19 0,256 0,242 Valid

No.20 0,403 0,242 Valid

No.21 0,198 0,242 Tidak Valid

No.22 0,277 0,242 Valid

No.23 0,246 0,242 Valid

No.24 0,154 0,242 Tidak Valid

No.25 0,248 0,242 Valid

2. Menguji Reliabilitas

(40)

87

reliabilitas internal yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, rumus yang digunakan adalah Alpha sebagai berikut.

Langkah-langkah mencari nilai reliabilitas dengan metode Alpha sebagai berikut.

Langkah 1: Menghitung Varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Keterangan : Si = Varians skor tiap-tiap item

ΣXi2 = Jumlah kuadrat item Xi

(ΣXi)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan

N = Jumlah responden

Langkah 2: Kemudian menjumlahkan Varians semua item dengan rumus:

Keterangan : Σ Si = Jumlah Varians semua item

S1, S2, S3…..n = Varians item ke-1,2,3…...n

Langkah 3: Menghitung Varians total dengan rumus:

Keterangan : St = Varians total

Langkah 4: Masukkan nilai Alpha dengan rumus :

Keterangan : r11 = Nilai Reliabilitas

Σ Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item

St = Varians total

k = Jumlah item

Kemudian diuji dengan Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus Korelasi Pearson Product Moment dengan teknik belah dua awal-akhir yaitu:

(

= (Riduwan 2009a:115-116)

Harga rXY atau rb ini baru menunjukkan reliabilitas setengah tes.

Oleh karenya disebut rawal-akhir. Untuk mencari reliabilitas seluruh tes digunakan

(41)

88

atau α = 0,01 dengan derajat kebebasan (dk=n–2). Kemudian membuat keputusan

membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah keputusan : Jika r11 > r tabel

berarti Reliabel dan r11 < r tabel berarti Tidak Reliabel.

a. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,538. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,242) maka r hitung lebih besar dari r Tabel.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) tersebut adalah reliabel, seperti Tabel 3.9 pada halaman 90.

Tabel 3.9

Uji Reliabilitas Item Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)

Reliability Statistics

(42)

89

b. Profesionalitas Guru (X2)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient = 0,717. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,242) maka r hitung lebih besar dari r Tabel.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa item profesionalitas guru (X2) tersebut

adalah reliabel.seperti Tabel 3.10 sebagai berikut.

Tabel 3.10

Uji Reliabilitas Item Profesionalitas Guru (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,502

N of Items 13(a)

Part 2 Value ,645

N of Items 12(b)

Total N of Items 25

Correlation Between Forms

,565

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length ,722

Unequal Length ,723

Guttman Split-Half Coefficient

,717

a The items are: no1, no2, no3, no4, no5, no6, no7, no8, no9, no10, no11, no12, no13.

b The items are: no13, no14, no15, no16, no17, no18, no19, no20, no21, no22, no23, no24, no25.

c. Produktivitas Sekolah (Y)

Pengujian reliabilitas dapat dilihat nilai korelasi Guttman Split-Half Coefficient

= 0,424. Nilai korelasi tersebut, berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan r Tabel (0,242) maka r hitung lebih besar dari r Tabel.

(43)

90 Tabel 3.11

Uji Reliabilitas Item Produktivitas Sekolah (Y)

Reliability Statistics

b The items are: no13, no14, no15, no16, no17, no18, no19, no20, no21, no22, no23, no24, no25.

Selanjutnya diuji daya pembedanya dengan menggunakan rumus dari Sudjana (1992:239) sebagai berikut:

Menentukan mean (X) dari dua kelompok dengan menggunakan rumus:



2. Mencari nilai t dengan uji t-test sebagai berikut:

(44)

91 3. Menguji hipotesis dengan kriteria:

Terima Ho jika –t1-1/2α<t<t1-1/2α diperoleh dari table t dengan dk = (n1-n2-2) dan tingkat signifikansi tertentu (95%). Sedangkan untuk

harga-harga t lainnya Ho ditolak.

a. Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk menguji reliabilitas instrument digunakan teknik belah dua (split half methods) terhadap instrumen yang disusun. Belahan pertamamerupakan item bernomor ganjil dan belahan kedua item bernomor genap kemudian keduanya dikorelasikan dengan menggunakan korelasi-korelasi Rank dan Spearmen

1. Rumus korelasi Spearman

r1= 1 - 6

bi2 n(n2

– 1)

r1(rho)→t = r1 n2 nr2

2. Menguji signifikansi korelasi r1

(rho) melalui uji independent antara kedua variabel

3. Kriteria pengujian:

Untuk tingkat signifikansi tertentu (95%) dengan dk = (n-2) jika –t1-1/2α<t<t1-1/2α

4. Pelaksanaan pengumpulan data

(45)

128

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan pofesionalitas guru secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas sekolah. Secara umum teori produktivitas berorientasi pada peningkatan kualitas kinerja baik individu maupun kelompok dalam suatu organisasi secara efektif dan efisien dalam mencapai suatu tujuan secara berkualitas. Secara rinci hasil penelitian dapat disimpulkan seperti dibawah ini:

1. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dikategorikan cukup tinggi. Pemahaman dan pengejewantahan kepala sekolah terhadap empat hal tentang kepemimpinan transformasional merupakan suatu kondisi supaya pencapaian tujuan sekolah yang efektif dilaksanakan secara maksimal yaitu Kemampuan dalam kharimatik, perhatian terhadap individu, stimulasi intelektual dan inspirasi.

(46)

129

mengembangkan kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan yang diharapkan.

3. Produktivitas sekolah pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor

Kabupaten Sumedang dikategorikan tinggi. Yang dilakukan oleh kepala sekolah dan guru pada populasi penelitian berada pada kondisi yang positif, namun belum menunjukan bahwa proses menuju produktivitas sekolah dengan kategori yang maksimal.

4. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh secara

signifikan terhadap Produktivitas Guru pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor di kabupaten Sumedang. Kepala Sekolah berusaha mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekolah sebagai usaha mencapai tujuan yang lebih tinggi dan berusaha untuk menjadi teladan kepada seluruh personil sekolah.

5. Profesionalitas Guru berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas sekolah. Profesionalitas tidak hanya karena faktor tuntutan dari perkembangan zaman, tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia. Profesionalitas menuntut keseriusan, sehingga seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas.

(47)

130

sekolah tidak akan terlepas dari intervensi kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah merupakan faktor dominan dalam menentukan produktivitas sekolah. Transformasi kepemimpinan yang ditampilkan kepala sekolah dapat dikatakan cukup baik dan pemahaman terhadap tugas dan peranannya sebagai seorang pemimpin cukup memadai. Tanpa adanya pemahaman tentang kepemimpinan, maka tujuan yang diharapkan sulit tercapai. Pemahaman harus dimiliki tidak hanya mengenai kepemimpinan saja tetapi juga hal lainnya sesuai dengan tugas dan peranannya sebagai kepala sekolah, karena seperti yang telah kita ketahui bahwa peranan kepala sekolah tidak hanya satu jenis.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, peneliti merekomendasikan bagi pihak-pihak yang berkepentingan beberapa hal di bawah ini:

1. Rendahnya inovasi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara kontinyu,

kurangnya ajakan terhadap bawahan untuk melakukan inovasi dan rendahnya pengkajian terhadap sesuatu hal secara seksama dan cermat, maka upaya untuk mengatasi permasalahan diatas diantaranya adalah selalu melakukan terobosan-terobosan positif dengan semua stakeholders sekolah secara terencana, melibatkan personil sekolah dalam mengembangkan perubahan yang akan dilakukan, respons dan proaktif terhadap terhadap gejala yang dapat menghambat aktivitas kerja lembaga di sekolah dan menempatkan personil sekolah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

(48)

131

positif di lingkungan organisasi sekolah sangat rendah dan keyakinan terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh guru pada guru SD di Kecamatan Jatinangor sangat rendah. Upaya itu, terobosan-terobosan yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas diantaranya adalah pimpinan sekolah harus menciptakan lingkungan yang kompetitif, sehingga dapat merangsang guru untuk meningkatkan kemampuannya, reward dan punnisment harus menjadi budaya di sekolah sehingga dapat memacu guru untuk lebih berprestasi dan kepercayaan diri dari guru harus ditumbuhkembangkan.

(49)

132

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Idochi. 2003. Asministrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, Suharsimi. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Bass B. M. (1960). Leadership, Strategies for Organizational Effectiveness. New York Harper.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Jakarta.

Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta: P2LPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

--- (1999). Menuju Indonesia Modern 2020. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Gaffar, M.F. (1995). Pengelola Satuan Pendidikan: Antara Kenyataan dan Harapan. Makalah Temu Ilmiah Nasional Majemen Pendidikan di Padang.

Gaffar. F Emmy. (1992) Konsep Mutu Dalam Pengelolaan Pendidikan. Makalah, Bandung.

Hartanto, Frans M.. Peran Kepemimpinan Transformasional dalam Upaya Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja di Indonesia, makalah Seminar Departemen Tenaga Kerja. Jakarta. 1991.

Kartono, Kartini. (1998). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Keith, sherry & Girling, H. Robert. (1991). Education, Management and Participation; New Direction in Educational Administration. Boston: Allyn & Bacon.

Locke, E.A.. Esensi Kepemimpinan (Terjemahan). Jakarta: Mitra Utama. 1997. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif

dan Menyenangkan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

(50)

133

Pidarta, M. (1995). Peranan Kepala Sekolah Pada Pendidikan Dasar, Seri Manajemen Pendidikan, Jakarta: Grasindo.

Pidekso, Yulius Suryo. Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Karakteristik Personal Pemimpin, skripsi yang tidak dipublikasikan. 2000 Purwanto, Ngalim. (2000). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Razik, Taher A. & Swanson, Austin D. (1995). Fundamental Concept of Educational Leadership and Management. Colombus-Ohio: Prentice Hall.

Sallis, Edward. (1993). Total Quality Management in Education. London : Kogan Page Ltd.

Satori, Djam’an (2000). Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Makalah Depdiknas di Bandung.

Sudjana, N. dan Arifin, D. (1988). Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sutisna, Oteng. (1985). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional. Bandung: Angkasa.

Siagian, Sondang P. (2003). Teori dan Praktek Kepemimpinan (cetakan kelima).Jakarta: Rineka Cipta.

---Peranan Staf Dalam Manajemen. Jakarta: Gunung Agung. Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono (1994). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Surachmad. W. (1986). Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Soekarto. I. (2006). Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sergiovani, Thomas J., et. Al. (1980). Educational Governance and Administration (third Edition). Massachusets: Allyn and Bacon.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian ..................................................
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Gambar 1.2 Alur Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Populasi Penelitian Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jatinangor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan layanan jaringan selular dapat menciptakan komunikasi yang meningkat akan menyebabkan kanal-kanal di dalam sebuah sel menjadi tidak mencukupi lagi untuk

Data tanggapan responden yang diperoleh berupa ceklist. Berikut adalah kriteria penilaian butir soal.. Memberikan skor pada jawaban item dengan menggunakan CVR. Setelah semua

“ Bagaimanakah kualitas tes tertulis Two-tier Multiple Choice yang dikembangkan pada materi pokok Organisasi

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang kecamatan Pahae Julu Kabupaten

ECDHP Elliptic Curve Diffie–Hellman Problem ECDLP Elliptic Curve Discrete Logarithm Problem ECDSA Elliptic Curve Digital Signature Algorithm ECIES Elliptic Curve Integrated

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III Fakultas Ekonomi.. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Berlandaskan pada pelaksanaan kebijakan dan pencapaian hasil-hasil pembangunan tahap sebelumnya, serta sebagai bentuk keberlanjutan dari pelaksanaan RPJMD III (2017-2021), maka

sama pada pihak lain berkaitan pelaksanaan fungsi kantor cabang pembantu.. Membuat laporan terkait operasional Seksi Pelayanan Nasabah sesuai. ketentuan