PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMP
DALAM BELAJAR GEOMETRI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Ati Yuliati
0905862
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
PENERAPAN PENDEKATAN CONCRETE-REPRESENTATIONAL-ABSTRACT (CRA)
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SMP
DALAM BELAJAR GEOMETRI
Oleh Ati Yuliati
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program studi Pendidikan Matematika
© Ati Yuliati 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Ati Yuliati (0905862). Penerapan Pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA)untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis
Siswa SMP dalam Belajar Geometri.
Penelitian ini mengkaji “Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP dalam Belajar Geometri”dengan desain kuasi eksperimen kelompok kontrol nonekivalen. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 12 Bandung semester genap tahun ajaran 2012/2013. Sampel penelitiannya yaitu dua kelas yang diambil dari populasi yang telah ada dengan karakteristik yang serupa. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa SMP pada materi geometri yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRAdan siswa yang mendapat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional. Penelitian ini dibatasi pada pokok bahasan segiempat. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis kemampuan abstraksi matematis siswa, angket skala sikap, jurnal harian siswa, lembar observasi, dan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh berupa skor pretes dan postes yang kemudian diolah dengan metode statistika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa SMP pada materi geometri yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRA lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan konvensional; kualitas peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan CRAtermasuk kedalam kategori sedang; dan sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan pendekatan CRA adalah positif.
ABSTRACT
This research examines the “Application of Concrete-Representational-Abstract (CRA) Approach in ImprovingMathematical Abstraction Ability of Junior High School Students in Learning Geometry”with quasi-experimental design of a control group non-equivalent. The population of this research is all students of grade VII of SMP Negeri 12 Bandung in the second semester of academic year 2012/2013. Research sample is drawn from two classes of existing populations with similar characteristics. The purpose of this research is to analyze the
students’ enhancementof mathematical abstraction ability in learning geometry who get CRA approach and the students who get learning by using a conventional approach. This research is confinedin the topic of quadrilateral. The instrument of this research used a written test of students’ mathematical abstraction ability, attitude scale questionnaire, students’ daily journals, observation sheets, and interviewsheet. The results obtained in the form of pretest and posttest scores which then processed with statistical methods. The results are showed that an
enhancement of students’ ability of junior high school on mathematical abstraction of geometry learning material (using CRA approach) is better than the students who received conventional learning approach; the quality of students’ enhancementwho learned mathematics using CRA approach is in medium category, and the attitude of students towards CRA approach is positive.
vi Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Batasan Masalah ... 8
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Definisi Operasional ... 9
G. Hipotesis Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika ... 12
C. Teori Representasi Bruner ... 16
D. Alat Peraga/Media Pembelajaran ... 18
E. Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) ... 21
1. Concrete ... 22
2. Representational ... 23
3. Abstract ... 24
F. Kemampuan Abstraksi Matematis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
B. Metode Penelitian ... 33
C. Desain Penelitian ... 33
D. Definisi Operasional ... 34
E. Instrumen Penelitian ... 35
1. Instrumen Tes (Data Kuantitatif) ... 35
2. Instrumen Nontes (Data Kualitatif) ... 36
a. Angket Sikap Siswa ... 36
b. Jurnal Harian Siswa ... 37
c. Lembar Observasi ... 37
d. Wawancara ... 37
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 38
1. Reliabilitas ... 38
2. Validitas ... 39
viii Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Validitas Butir Soal ... 40
d. Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Abstraksi Matematis ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54
1. Analisis Data Kuantitatif ... 56
a. Analisis Data Skor Pretes ... 56
b. Analisis Data Skor Postes ... 60
c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi ... 64
2. Analisis Data Kualitatif ... 70
a. Analisis Data Angket ... 70
b. Analisis Data Jurnal Harian ... 77
c. Analisis Data Lembar Observasi ... 79
d. Analisis Data Hasil Wawancara ... 80
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 90
LAMPIRAN ... 93
x Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria pemberian Skor ... 36
Tabel 3.2 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 39
Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 40
Tabel 3.4 Interpretasi Validitas Tes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 41
Tabel 3.5 Uji Keberartian Soal ... 42
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 43
Tabel 3.7 Daya Pembeda Tes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 43
Tabel 3.8 Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran ... 44
Tabel 3.9 Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Abstraksi Matematis .. 45
Tabel 3.10 Klasifikasi Interpretasi Indeks Gain ... 51
Tabel 3.11 Sistem Penilaian Angket ... 52
Tabel 4.1 Deskriptif Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 56
Tabel 4.2 Output Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 57
Tabel 4.3 Output Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Pretes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 59
Tabel 4.4 Deskriptif Nilai Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 60
Tabel 4.5 Output Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 62
Tabel 4.6 Output Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor Postes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 63
Tabel 4.8 Output Uji Normalitas Data Gain Kemampuan Abstraksi
Matematis ... 65
Tabel 4.9 Output Uji Perbedaan Dua Rata-rata Skor Gain Kemampuan
Abstraksi Matematis ... 67
Tabel 4.10 Kesmipulan Analisis Nilai Rata-rata Tes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 68
Tabel 4.11 Kesimpulan Analisis Uji Normalitas Tes Kemampuan
Abstraksi Matematis ... 69
Tabel 4.12 Kesimpulan Akhir Analisis Tes Kemampuan Abstraksi
Matematis ... 69
Tabel 4.13 Aspek yang Diukur dalam Kemampuan Abstraksi Matematis ... 71
Tabel 4.14 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika ... 72
Tabel 4.15 Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan
Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) ... 72
Tabel 4.16 Sikap Siswa Terhadap Soal Kemampuan Abstraksi Matematis ... 74
Tabel 4.17 Sikap Siswa yang Mengikuti Proses Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Concrete-Representational-
Abstract (CRA) ... 74
Tabel 4.18 Rekapitulasi Rata-rata Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Concrete-Representational-
Abstract (CRA) Berdasarkan Indikator Skala Sikap ... 76
xii Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pengalaman Menurut Tingkat Abstraknya ... 20
Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 47
Gambar 4.1 Soal Tes Kemampuan Abstraksi Matematis Nomor 2 ... 80
Gambar 4.2 Jawaban Siswa (A-1) Kelas Eksperimen untuk Soal Postes
Nomor 2... 81
Gambar 4.3 Jawaban Siswa (A-2) Kelas Eksperimen untuk Soal Postes
Nomor 2 ... 81
Gambar 4.4 Soal Tes Kemampuan Abstraksi Matematis Nomor 3 ... 82
Gambar 4.5 Jawaban Siswa (A-1) Kelas Eksperimen untuk Soal Postes
Nomor 3 ... 83
Gambar 4.6 Jawaban Siswa (A-2) Kelas Eksperimen untuk Soal Postes
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN-A A.1 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan ke-1 ... 94
A.2 LKS Kelas Eksperimen Pertemuan ke-1 ... 104
A.3 RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-1 ... 106
A.4 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan ke-2 ... 112
A.5 LKS Kelas Eksperimen Pertemuan ke-2 ... 120
A.6 RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-2 ... 125
A.7 RPP Kelas Eksperimen Pertemuan ke-3 ... 128
A.8 LKS Kelas Eksperimen Pertemuan ke-3 ... 137
A.9 RPP Kelas Kontrol Pertemuan ke-3 ... 141
A.10 Alat Peraga Papan Berpaku ... 144
LAMPIRAN-B B.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Abstraksi Matematis ... 146
B.2 Pretes/Postes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 149
B.3 Kunci Jawaban Pretes/Postes Kemampuan Abstraksi Matematis ... 151
B.4 Lembar Observasi ... 156
B.5 Kisi-kisi Skala Sikap Siswa dalam Belajar Matematika ... 158
B.6 Angket Skala Sikap Siswa ... 159
xiv Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
C.2 Data Hasil Pretes, Postes, dan Indeks Gain
D.3 Hasil Uji Statistik Data Indeks Gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 173
G.4 Surat Keterangan Uji Instrumen ... 255
G.5 Surat Keterangan Penelitian ... 256
G.6 Kartu Bimbingan Skripsi ... 257
LAMPIRAN-H H.1 Dokumentasi Pembelajaran Matematika
Kelas Eksperimen ... 252
H.2 Dokumentasi Hasil Kinerja Siswa pada
1
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Matematika merupakan ilmu universal yang melingkupi berbagai bidang
dalam kehidupan. Matematika menjadi alat bantu di kehidupan yang menunjang
ilmu-ilmu pengetahuan, seperti Biologi, Kimia, dan Fisika; serta menjadi ilmu
pokok dalam perkembangan teknologi di dunia. Matematika sangat erat kaitannya
dengan pola pikir manusia yang berpengaruh dalam kehidupan. Hal ini sejalan
dengan pendapat dengan Reys et al. (Suherman, 2008: 16) yang mengemukakan
bahwa matematika adalah pola berpikir tentang keteraturan dan koneksitas.
Contoh sederhana matematika dalam kehidupan adalah dalam hal penentuan
waktu. Orang bisa mengenal waktu dengan bantuan ilmu matematika. Oleh karena
itu, matematika sangat penting untuk dipelajari oleh setiap orang.
Matematika dipelajari di jenjang pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah.
Matematika menjadi ilmu pokok yang harus dipelajari siswa di sekolah. Namun
sangat memprihatinkan jika melihat kenyataan bahwa matematika menjadi suatu
mata pelajaran yang dianggap sulit oleh banyak siswa. Citra pembelajaran
matematika kurang baik (Rohayati, 2008). Salah satu hal yang menyebabkan
adanya pandangan negatif terhadap matematika adalah karena matematika
merupakan ilmu yang abstrak. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Nurhasanah (2010: 1) bahwa matematika adalah sebuah ilmu dengan objek
kajian yang bersifat abstrak. Matematika dikatakan abstrak karena objek atau
2
simbol-simbol dalam matematika tidak ada dalam kehidupan nyata. Contoh
sederhananya adalah lingkaran. Definisi lingkaran dalam matematika adalah
lengkungan tertutup yang semua titik pada lengkung itu berjarak sama terhadap
suatu titik tertentu dalam lengkungan itu (Sukino, 2007: 226). Benda-benda
seperti kaset, ban mobil dan cincin bukan merupakan lingkaran, melainkan
contoh-contoh benda yang mempunyai bentuk lingkaran.
Dalam Bahasa Indonesia, „abstrak‟ diartikan sebagai „sesuatu yang tidak
berwujud‟ atau „sesuatu yang tidak berbentuk‟. Nurhasanah (2010: 1) berpendapat
bahwa makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu yang abstrak, tidak
berwujud dalam bentuk konkret atau nyata, hanya dapat dibayangkan dalam
pikiran saja. Maka dari itu, tidak berlebihan bahwa matematika merupakan ilmu
yang abstrak karena objek kajian matematika berupa simbol-simbol yang tidak
berwujud dalam kehidupan nyata.
Suherman (2008: 8) merangkum kompetensi atau kemampuan matematis
yang harus dimiliki siswa menjadi tiga belas macam yang diambil dari beberapa
sumber, terutama kurikulum matematika sekolah tahun 2006, serta teori
pembelajaran matematika kontemporer yang saat ini sedang banyak dibicarakan
dan diteliti dalam pengembangan pembelajaran matematika. Kemampuan
matematika tersebut adalah pemahaman, penalaran, koneksi, investigasi,
komunikasi, observasi, eksplorasi, inkuiri, konjektur, hipotesis, generalisasi,
kreativitas, dan pemecahan masalah. Dalam Standar Isi Matematika Sekolah
3
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Di sisi lain, istilah „abstrak‟ sering muncul dalam bahasan matematika dan
pendidikan matematika. Kemampuan abstraksi dalam pendidikan matematika
merupakan abstraksi sebagai hasil akhir atau dengan kata lain sebagai kemampuan
dalam memahami konsep matematis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Skemp
(Mitchelmore & White, 2007) yaitu:
Abstracting is an activity by which we become aware of similarities ... among our experiences. Classifying means collecting together our experiences on the basis of these similarities. An abstraction is some kind of lasting change, the result of abstracting, which enables us to recognise new experiences as having the similarities of an already formed class. ... To distinguish between abstracting as an activity and abstraction as its end-product, we shall ... call the latter a concept.
Nurhasanah (2010: 15) menyimpulkan bahwa „abstraksi‟ dalam konteks
Bahasa Indonesia berdasarkan pernyataan Skemp tersebut adalah hasil dari proses
abstraksi. Proses abstraksi adalah suatu aktivitas ketika seseorang menjadi peka
terhadap karakteristik yang sama dalam pengalaman-pengalaman yang
diperolehnya, kemudian kesamaan karakteristik tersebut dijadikan dasar untuk
melakukan sebuah klasifikasi sehingga seseorang dapat mengenali suatu
pengalaman baru dengan cara membandingkannya terhadap kelas yang sudah
terbentuk dalam pikirannya lebih dulu. Untuk membedakan abstraksi sebagai
suatu aktivitas dan abstraksi sebagai hasil akhir, hasil abstraksi dari proses
abstraksi selanjutnya disebut sebagai konsep.
Dari beberapa kemampuan yang dibahas oleh Suherman (2008) dan Standar
4
mengenai kemampuan abstraksi masih sedikit, padahal kemampuan abstraksi
merupakan kemampuan pokok yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran
matematika. Seperti diungkapkan oleh Leron (Nurhasanah, 2010: 2), kata
„abstraksi‟ bahkan tidak ditemukan di bagian indeks dari buku-buku teks
matematika.
Kemampuan abstraksi dalam matematika sangat penting karena merupakan
suatu kemampuan untuk menggambarkan konsep matematis dalam sebuah
permasalahan matematis atau dengan kata lain abstraksi dapat membangun model
situasi masalah. Operasi-operasi dalam matematika pun merupakan suatu
abstraksi. Hal ini sependapat dengan Kilpatrick, Swafford, dan Findell (2001: 72)
yaitu:
... abstractions apply to a broad range of real and imagined situations. Operations on numbers, such as addition and multiplication, are also abstractions.
Salah satu indikator kemampuan abstraksi adalah merepresentasikan
gagasan matematika dalam bahasa dan simbol-simbol matematis. Dengan
merepresentasikan sebuah ide atau gagasan matematis, maka akan mudah bagi
siswa untuk menentukan pilihan dalam pemecahan suatu permasalahan
matematis. Selain itu, mereka dapat menerjemahkan suatu simbol dalam sebuah
permasalahan matematis. Hal ini sesuai dengan pendapat Kilpatrick, Swafford,
dan Findell (2001: 102) yaitu:
5
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Begitu pentingnya kemampuan abstraksi matematis karena berkaitan dengan
penanaman konsep awal matematika, sehingga para guru perlu menerapkan suatu
pendekatan khusus untuk menciptakan suatu proses pembelajaran efektif yang
dapat meningkatkan kemampuan abstraksi matematis siswa, karena kemampuan
abstraksi merupakan kemampuan yang fundamental dalam pembelajaran
matematika. Pendekatan tersebut meliputi langkah-langkah guru dalam
penyampaian materi, dan bagaimana peranan guru untuk membelajarkan siswa.
Salah satu pendekatan yang memungkinkan untuk menunjang kemampuan
abstraksi matematis adalah pendekatan Concrete-Representational-Abstract
(CRA).
Dalam sebuah jurnal pendidikan matematika berjudul Effective Mathematics
Instructions (Steedly, et al., 2008) dijelaskan bahwa pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) merupakan instruksi dalam pembelajaran
matematika yang menggabungkan representasi visual. CRA adalah pendekatan
yang memiliki tiga bagian instruksional yang memungkinkan guru menggunakan
Concrete (seperti chip berwarna, angka geometris, pola blok, atau kubus) untuk
model konsep matematika yang harus dipelajari, kemudian menunjukkan konsep
melalui Representational (seperti menggambar suatu bentuk), dan yang terakhir
adalah Abstract atau simbolis (seperti angka, notasi, atau simbol matematika
lainnya).
Pendekatan CRA menggunakan suatu model/alat peraga sebagai jembatan
pemahaman siswa. Dengan pendekatan ini, guru dapat memberikan kesempatan
6
mencapai penguasaan konsep matematika. Aktivitas yang langsung dikerjakan
oleh siswa dapat membantu pemahaman materi dan ingatan yang lama pada
memori otak. Model juga mampu mengeluarkan ide-ide matematis siswa dalam
berpikir. De Walle (2008: 34) mengemukakan bahwa model dapat memainkan
peran yang sama untuk menguji ide-ide yang muncul. Sulit bagi siswa untuk
berbicara dan menguji hubungan abstrak hanya dengan menggunakan kata-kata.
Dengan pendekatan ini siswa dapat merepresentasikan ide-ide matematis dalam
simbol-simbol matematika dengan benar sehingga dapat menyelesaikan persoalan
matematika dengan tepat.
Berdasarkan uraian tersebut, pendekatan CRA sangat cocok dalam
menunjang kemampuan abstraksi matematis siswa. Hal ini diperkuat pula dengan
pernyataan Bruner (Lestari, 2006: 13) bahwa : “Bagi anak berumur antara 7
sampai dengan 17 tahun, untuk mendapat daya serap dan daya tangkap yang
meliputi ingatan, pemahaman, dan penerapan masih memerlukan mata dan
tangan”. Siswa SMP termasuk kedalam kategori yang dinyatakan oleh Bruner.
Menurut Bruner (Iryanti, 2012: 1), dalam teori representasinya dikemukakan
bahwa orang mempelajari pengetahuan melalui tiga tahap, yaitu Enactive
(action-based), Iconic (image-(action-based), dan Symbolic (language-based). Dengan
menerapkan teori representasi Bruner dalam pelajaran matematika, konsep
diajarkan melalui tahapan enactive yaitu menggunakan benda-benda real
(konkret), kemudian iconic (semikonkret) yaitu menggunakan gambar benda, dan
7
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan Kurikulum 2006 pada jenjang SMP, terdapat empat komponen
yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu Bilangan, Aljabar, Geometri, dan Peluang
atau Statistika. Namun dari keempat komponen tersebut, komponen Geometri
mendapat bagian yang lebih banyak, yaitu dibahas empat kali dari sepuluh kali
bahasan pada jenjang SMP. Hal ini bisa menjadi indikator bahwa geometri
merupakan komponen yang sangat penting dan harus dikuasai siswa dalam
pembelajaran matematika.
Pada kenyataannya, banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk
memahami geometri. Jika diteliti lebih dalam, maka kemungkinan munculnya
kesulitan siswa ini diduga sebagai akibat dari pembentukan konsep-konsep
abstrak dalam matematika yang kurang. Seperti yang dikemukakan oleh
Nurhasanah (2010: 5) bahwa mempelajari konsep yang abstrak tidak dapat
dilakukan hanya dengan melalui transfer informasi saja, tetapi dibutuhkan suatu
proses pembentukan konsep melalui serangkaian aktivitas yang dialami langsung
oleh siswa.
Dari beberapa uraian latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
mengenai penerapan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)
untuk meningkatkan kemampuan abstraksi matematis siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dalam belajar geometri. Penggunaan pendekatan ini diharapkan
bisa menjembatani siswa untuk memahami konsep geometri dan siswa mampu
mengeluarkan ide-ide matematisnya sehingga kemampuan abstraksi matematisnya
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah disampaikan sebelumnya,
ada rumusan masalah terkait penerapan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) untuk meningkatkan kemampuan abstraksi matematis siswa SMP
dalam belajar geometri, yaitu:
1. Apakah peningkatan kemampuan abstraksi matematis yang pembelajarannya
menggunakan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) lebih
baik daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
konvensional?
2. Bagaimana kualitas peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA)?
3. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA)?
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan masalah dari makalah ini tidak meluas ruang lingkupnya,
penulis membatasi permasalahan pada pokok bahasan segiempat untuk siswa
kelas VII SMP semester dua.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis dan mengetahui apakah peningkatan kemampuan abstraksi
9
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menggunakan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) lebih
baik daripada pembelajaran yang menggunakan pendekatan konvensional.
2. Mengetahui kualitas peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA).
3. Mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan
pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru sebagai informasi mengenai pengembangan bahan ajar matematika
berdasarkan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) sehingga
dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk membantu
pemahaman siswa terhadap materi matematika yang abstrak.
2. Bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya, tulisan ini dapat
menambah pengetahuan mengenai desain pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA).
F. Definisi Operasional
Definisi operasional dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) adalah suatu
pendekatan instruksional untuk membimbing dan mengembangkan
pemahaman konsep matematika siswa dari sesuatu yang konkret. Dengan
10
lebih jauh memahami konsep-konsep matematika di tingkat abstrak. CRA
menggunakan tiga tahapan: concrete yaitu tahapan “melakukan” dengan
menggunakan objek konkret menjadi suatu model permasalahan;
representational yaitu tahapan “melihat” dengan menggunakan representasi
atau benda semikonkret menjadi suatu model permasalahan; dan abstract
yaitu tahapan “penyimbolan” dengan menggunakan lambang matematika
yang abstrak menjadi suatu model permasalahan.
2. Kemampuan abstraksi matematis adalah kemampuan menemukan pemecahan
masalah matematis tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata.
Kemampuan abstraksi matematis merupakan hasil akhir dari proses abstraksi
atau biasa disebut sebagai konsep. Dalam penelitian ini, indikator abstraksi
yang diteliti yaitu:
a.Mengidentifikasi karakteristik objek melalui pengalaman langsung.
b.Mengidentifikasi karakteristik objek yang dimanipulasi atau
diimajinasikan.
c.Membuat generalisasi.
d.Merepresentasikan gagasan matematis dalam bahasa dan simbol-simbol
matematika.
e.Melepaskan sifat-sifat kebendaan dari sebuah objek atau melakukan
idealisasi.
f. Membuat hubungan antarproses atau konsep untuk membentuk pengertian
baru.
11
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
h.Melakukan manipulasi objek matematis yang abstrak.
3. Pendekatan konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dengan menggunakan
metode ceramah atau ekspositori dan siswa tidak dilibatkan langsung dalam
kegiatan pembelajaran tersebut (siswa menjadi pasif).
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian menurut Arikunto (2010: 110) adalah suatu
jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan rumusan masalah dan kajian
teori yang disajikan di atas, maka penelitian ini mempunyai hipotesis sebagai
berikut: Peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa SMP pada materi
geometri yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) lebih baik daripada pembelajaran yang
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi penelitian ini yaitu di SMP Negeri 12 Bandung, jalan Dr. Setiabudhi
nomor 195. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII SMP Negeri 12
Bandung. Populasi penelitiannya adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 12
Bandung, semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitiannya yaitu
dua kelas yang diambil secara acak dari populasi yang telah ada dengan
karakteristik yang serupa. Dari dua kelas tersebut, ditetapkan sebagai kelas
eksperimen (VII-F) dan kelas kontrol (VII-G). Untuk keperluan uji coba tes, maka
dipilih kelas selain kelas sampel di luar populasi yang dipilih dari penelitian.
Kelas uji coba dalam penelitian ini yaitu kelas VIII-E di SMP Negeri 12 Bandung.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen atau percobaan (experimental research). Metode penelitian eksperimen
adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Pada
penelitian ini, peneliti memberikan perlakuan terhadap variabel bebas dan
mengamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat (Ruseffendi, 2010: 35).
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain
34
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ciri khas mengenai keadaan praktis suatu objek, yang di dalamnya tidak mungkin
untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari
variabel-variabel (Panggabean dalam Fitriana, 2012: 32).
Pada kuasi eksperimen, subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi
peneliti menerima keadaan subjek seadanya. Pada desain eksperimen ini, ada
pretes, perlakuan yang berbeda, dan postes. (Ruseffendi, 2010: 52)
Penelitian ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kelas eksperimen memperoleh pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA), sementara kelas kontrol tidak
memperoleh perlakuan tersebut, tetapi hanya mendapatkan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konvensional. Pada kedua kelas tersebut, akan
dibandingkan kemampuan abstraksi matematis siswa. Subjek pada penelitian ini
akan diberikan tes. Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut:
O X O
O O
Keterangan :
O = Pretes / Postes yaitu tes kemampuan abstraksi matematis
X = Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA)
D. Definisi Operasional
Terdapat dua variabel dalam penelitian eksperimen, yaitu variabel bebas dan
35
pembelajaran dengan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA),
sedangkan aspek yang diukurnya adalah kemampuan abstraksi matematis siswa.
Oleh karena itu, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pembelajaran matematika dengan pendekatan Concrete-Representational-Abstract
(CRA), sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan
abstraksi matematis siswa.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Instrumen Tes (Data Kuantitatif)
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Tes
kemampuan abstraksi matematis adalah tes yang diberikan kepada sampel
penelitian untuk mengetahui kemampuan abstraksi matematisnya. Tes ini
diberikan berupa pretes dan postes dalam bentuk soal uraian. Melalui penyajian
tes dalam bentuk soal uraian, siswa diminta untuk menjawab secara terperinci,
sehingga kemampuan abstraksi matematisnya dapat dilihat. Soal uraian yang
dibuat memuat indikator-indikator kemampuan abstraksi, sehingga tujuan
penelitian tercapai.
Tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan abstraksi matematis siswa
terdiri dari 8 butir soal yang berbentuk uraian. Dalam penyusunan tes, diawali
36
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
matematis yang kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci
jawaban masing-masing butir soal. Untuk memberikan penilaian yang objektif,
kriteria pemberian skor berpedoman pada teori penentuan skor dalam buku
Petunjuk Praktis Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika (Suherman &
Kusumah, 1990: 250). Kriteria pemberian skor untuk soal tes kemampuan
abstraksi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1
2. Instrumen Nontes (Data Kualitatif)
a. Angket Sikap Siswa
Angket digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai
sikap atau respons siswa terhadap pembelajaran. Skala sikap yang digunakan
dalam angket adalah skala Likert, karena skala tipe ini mempunyai reliabilitas
tinggi dalam mengurutkan responden berdasarkan intensitas sikap tertentu. Setiap
pernyataan memiliki empat alternatif pilihan, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S),
37
b. Jurnal Harian Siswa
Jurnal harian adalah pendapat siswa pada akhir pembelajaran terhadap
pembelajaran yang telah berlangsung. Karangan ini sifatnya subjektif, yang berisi
tentang potret pelaksanaan pembelajaran, kesan dan pesan siswa. Jurnal harian
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sikap, perasaan, dan respons
siswa terhadap pembelajaran matematika yang digunakan dalam penelitian ini.
Jurnal dapat dipergunakan untuk koreksi dan revisi pelaksanaan pembelajaran
untuk memperbaiki pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
c. Lembar observasi
Lembar observasi dibuat untuk mengarahkan kegiatan observasi kegiatan
siswa yang dilakukan oleh peneliti agar tidak melenceng dari rencana dan tujuan
penelitian. Peristiwa pembelajaran yang diobservasi, diantaranya adalah
implementasi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran
berdasarkan rumusan masalah, partisipasi siswa, dan kemampuan abstraksi
matematis siswa dalam memecahkan suatu permasalahan. Lembar observasi ini
diisi oleh observer dari guru mata pelajaran matematika atau rekan mahasiswa.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi lebih jauh tentang
proses berpikir yang dilakukan oleh siswa dalam menyelesaikan seperangkat tes
yang diberikan. Wawancara dilakukan ketika ditemukan fenomena yang menarik
dari jawaban siswa secara keseluruhan, yaitu ketika ditemukan perbedaan pola
jawaban siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dipilih beberapa siswa
38
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Proses Pengembangan Instrumen
Dalam pengumpulan data dari suatu penelitian, sering instrumen bertindak
sebagai alat evaluasi. Dalam penelitian, instrumen atau alat evaluasi harus
memenuhi persyaratan sebagai instrumen yang baik (Ruseffendi, 2010: 147). Hal
tersebut dapat dilihat dari reliabilitas, validitas, indeks kesukaran, dan daya
pembeda.
1. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen artinya instrumen tersebut dapat memberikan
hasil yang tetap sama (relatif sama), jika pengukurannya dilakukan pada subjek
yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu berbeda, ataupun
tempat yang berbeda. Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha sebagai
berikut:
, (Suherman & Kusumah, 1990)
dengan : n = banyak butiran soal,
= jumlah varians skor setiap banyak butiran soal,
= varians skor total.
Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen evaluasi
dapat digunakan tolok ukur oleh J.P. Guilford (Suherman & Kusumah, 1990: 177)
39
Tabel 3.2
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi
r11 < 0,40 derajat reliabilitas sangat rendah
0,20 ≤ r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah
0,40 ≤ r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang
0,70 ≤ r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi
0,90 ≤ r11≤ 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan hasil uji coba diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,879.
Dengan demikian, derajat reliabilitas instrumen tes memiliki reliabilitas yang
tinggi. Instrumen tes diharapkan akan mampu memberikan hasil yang tetap sama.
2. Validitas
Menurut Ruseffendi (2010 : 148), suatu instrumen atau alat evaluasi
dikatakan valid bila untuk maksud dan kelompok tertentu, alat evaluasi tersebut
mengukur apa yang semestinya diukur; derajat ketepatan mengukurnya benar;
validitasnya tinggi. Oleh karena itu kevalidannya bergantung pada sejauh mana
ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian
suatu alat evaluasi disebut valid, jika dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu
yang dievaluasi itu. Validitas yang diukur dalam hal ini adalah validitas muka
(face validity), validitas isi (content validity), dan validitas butir soal.
a. Validitas Muka (face validity) dan Validitas Isi (content validity)
Untuk mendapatkan soal yang memenuhi syarat validitas muka dan validitas
isi, maka pembuatan soal dilakukan dengan meminta pertimbangan dan saran dari
dosen pembimbing, dosen-dosen jurusan pendidikan matematika, guru-guru
40
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan,
suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata
dalam soal sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain
(Suherman & Kusumah, 1990: 139), termasuk juga kejelasan gambar dalam soal.
Sedangkan validitas isi berarti ketepatan tes tersebut ditinjau dari segi materi yang
diajukan, dimana materi yang diujikan harus sesuai dengan apa yang dipelajari.
b. Validitas Butir Soal
Tingkat validitas suatu instrumen, dapat diketahui melalui koefisien korelasi
dengan menggunakan rumus Produk Momen Pearson sebagai berikut:
, (Suherman & Kusumah, 1990)
Keterangan:
: koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y
x
: skor itemy : skor total
Suherman & Kusumah (1990: 147) mengemukakan bahwa interpretasi
mengenai nilai rxy dibagi ke dalam kategori-kategori seperti berikut.
41
rxy < 0,00 tidak valid
Validitas hasil uji coba soal di SMP Negeri 12 Bandung kelas VIII-E
dihitung menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2007. Berikut hasil
perhitungan validitas tes kemampuan komunikasi matematis siswa dapat
diinterpretasikan dalam rangkuman yang disajikan dalam Tabel 3.4 berikut.
Tabel 3.4
Interpretasi Validitas Tes Kemampuan Abstraksi Matematis
Butir Soal Korelasi Interpretasi Validitas
1 0,476921 Sedang
2 0,566328 Sedang
3 0,76609 Baik
4 0,609177 Baik
5 0,411416 Sedang
6 0,838009 Sangat Baik
7 0,479197 Sedang
8 0,528057 Sedang
Setelah nilai validitas butir soal diperoleh, maka nilai tersebut harus diuji
keberartiannya dengan perumusan sebagai berikut:
t : Keberartian
H0 : Validitas tiap butir soal tidak berarti
H1 : Validitas tiap butir soal berarti
Statistik uji:
42
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kriteria pengujian:
H0 diterima jika:
Dengan mengambil taraf nyata α = 5%, maka
-2,034 < t < 2,034
Hasil perhitungan hasil uji keberartian soal dengan menggunakan program
Microsoft Excel 2007 untuk tes kemampuan abstraksi matematis siswa sebagai
berikut.
Tabel 3.5
Uji Keberartian Soal
Butir Soal Keberartian Keberartian Soal
1 3,117033 Berarti
2 3,947329 Berarti
3 6,847096 Berarti
4 4,412741 Berarti
5 2,593022 Berarti
6 8,822398 Berarti
7 3,136328 Berarti
8 3,572095 Berarti
3. Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah soal adalah kemampuan suatu soal tersebut untuk
dapat membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
43
bila siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, dan siswa yang kurang
tidak dapat mengerjakan dengan baik. Analisis daya pembeda dilakukan untuk
mengetahui perbedaan kemampuan siswa yang pandai (kelompok atas) dan lemah
(kelompok bawah) melalui butir-butir soal yang diberikan.
Daya pembeda soal kemampuan abstraksi matematis didasarkan pada
klasifikasi daya pembeda (Suherman & Kusumah, 1990: 202) berikut.
Tabel 3.6
Hasil perhitungan hasil uji coba daya pembeda dengan menggunakan
program Microsoft Excel 2007 untuk tes kemampuan abstraksi matematis siswa
sebagai berikut.
Tabel 3.7
Daya Pembeda Tes Kemampuan Abstraksi Matematis
Butir Soal Daya Pembeda Interpretasi
44
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran
suatu butir soal. Untuk mengetahui bermutu atau tidaknya butir item tes dapat
diketahui dari indeks kesukaran yang dimiliki dari masing-masing butir item
tersebut. Jika soal terlalu sukar, maka frekuensi distribusi yang paling besar
terletak pada skor yang rendah karena sebagian besar siswa mendapat nilai yang
jelek. Sebaliknya jika soal yang diberikan terlalu mudah, maka frekuensi
distribusi yang paling banyak berada pada skor yang tinggi, karena sebagian besar
siswa mendapat nilai baik. Oleh karena itu, soal yang baik adalah soal yang tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Kriteria tingkat kesukaran butir soal berdasarkan klasifikasi indeks kesukaran
(Suherman & Kusumah, 1990: 213) berikut.
Tabel 3.8
Klasifikasi Koefisien Indeks Kesukaran
Indeks Kesukaran Interpretasi
IK = 0,00 Soal terlalu sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah
IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Hasil perhitungan uji coba soal abstraksi matematis menggunakan
45
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Butir Tes Kemampuan Abstraksi Matematis
No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi
1 0,837 Mudah
2 0,283 Sukar
3 0,48 Sedang
4 0,169 Sukar
5 0,687 Sedang
6 0,397 Sedang
7 0,329 Sedang
8 0,134 Sukar
G. Prosedur Penelitian
Adapun rancangan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Melakukan studi pendahuluan, yaitu mengidentifikasi dan merumuskan
masalah, dan melakukan studi literatur.
2. Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajar.
3. Menentukan populasi (siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandung).
4. Penentuan sampel dan kelas uji coba. Sampel penelitian merupakan dua kelas
yang dipilih secara acak pada populsi kelas VIII dari kelas reguler. Satu kelas
menjadi kelas eksperimen dan yang lainnya menjadi kelas kontrol. Kelas uji
coba merupakan kelas sampel di luar populasi yang dipilih untuk pengujian
instrumen tes yang telah dibuat dengan tingkat kemampuan yang sama
dengan populasi penelitian.
46
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6. Melakukan analisis hasil uji coba instrumen tes.
7. Melakukan revisi atau perbaikan instrumen tes.
8. Memberikan pretes kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Analisis
tahap awal hasil untuk melihat kondisi awal kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
9. Menerapkan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA) pada
kelompok eksperimen dan pendekatan konvensional untuk kelompok kontrol
selama lima pertemuan. Untuk perencanaan pembelajaran setiap pertemuan
disusun Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas kontrol dan
kelas eksperimen.
10. Memberikan tes (postes) yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
11. Menganalisis data hasil tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
kemudian dibandingkan. Bila kondisi awal sama, maka analisis dilakukan
pada hasil postes. Tetapi bila tidak sama secara signifikan, maka
menggunakan gain ternormalisasi.
12. Menganalisis lembar observasi dan angket untuk melihat proses penerapan
model pembelajaran dan sikap siswa terhadap pembelajaran.
13. Mewawancara beberapa siswa yang memiliki jawaban yang unik.
14. Menyimpulkan hasil penelitian
47
Studi Pendahuluan
Penyusunan Bahan Ajar dan Instrumen
Penentuan Populasi, Sampel (kelas kontrol dan kelas eksperimen)
Uji Coba Instrumen
Analisis hasil uji coba
Perbaikan (revisi) instrumen
Gambar 3.1
Pretes
Pembelajaran kelas kontrol dengan pendekatan konvensional
Pembelajaran kelas eksperimen dengan pendekatan CRA
Observasi
Postes
Pengolahan data
Analisis data
Kesimpulan
Angket Sikap Siswa
48
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
H. Analisis Data
Dalam penelitian ini, diperoleh beberapa data yaitu lembar evaluasi tes
(pretes-postes) siswa, serta lembar evaluasi nontes (angket siswa dan lembar
observasi). Analisis data skor pada hasil pretes-postes siswa digunakan untuk
mengukur kemampuan abstraksi matematis siswa, guna menguji hipotesis dalam
penelitian ini. Pengolahan data tes tersebut menggunakan bantuan software
Statistical Products and Solution Services (SPSS) versi 18.0.
Adapun perincian analisis dari masing-masing data (evaluasi tes dan nontes)
akan dijelaskan, berikut ini:
1. Analisis Data Kuantitatif
a.Analisis Data Skor Pretes
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang akan
diolah berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk.
2) Uji Homogenitas Varians
Jika sampel telah berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan
pengolahan data ini dengan menguji homogenitas varians. Pengujian
homogenitas varians ini untuk mengetahui bahwa kedua kelas
memiliki variansi homogen atau tidak.
3) Jika kedua kelas telah berdistribusi normal dan memiliki varians yang
49
4) Jika kedua kelas berdistribusi normal, namun tidak memiliki varians
yang homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan uji t
dengan varians tidak sama.
5) Jika paling sedikit satu kelas tidak berdistribusi normal, atau salah
satunya, maka pengolahan data menggunakan analisis statistika
nonparametrik, yaitu digunakan uji Mann-Whitney.
b.Analisis Data Skor Postes
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang akan
diolah memiliki sampel yang berdistribusi normal atau tidak, dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk.
2) Uji Homogenitas Varians
Jika kedua kelas telah berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan
pengolahan data ini dengan menguji homogenitas varians. Pengujian
homogenitas varians ini untuk mengetahui bahwa kedua kelas
memiliki variansi homogen atau tidak.
3) Jika kedua kelas telah berdistribusi normal dan memiliki varians yang
homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan pengujian t.
4) Jika kedua kelas berdistribusi normal, namun tidak memiliki varians
yang homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan
50
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5) Jika kedua kelas tidak berdistribusi normal, atau salah satunya, maka
pengolahan data menggunakan analisis statistika nonparametrik, yaitu
digunakan uji Mann-Whitney.
c. Analisis Data Skor Gain Ternormalisasi
Penganalisisan data skor Gain ternormalisasi dilakukan untuk menguji
hipotesis, bahwa perbandingan kemampuan kelas eksperimen pada saat
pretes-postes memiliki perbedaan yang signifikan. Rumus untuk
mengetahui nilai Gain ternormalisasi adalah, sebagai berikut:
(Hake dalam Ladysa, 2012)
Keterangan: <g> : nilai Gain ternormalisasi
1) Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui bahwa data Gain
ternormalisasi ini yang akan diolah memiliki sampel yang berdistribusi
normal atau tidak, dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.
2) Uji Homogenitas Varians
Jika sampel telah berdistribusi normal, maka dapat dilanjutkan
pengolahan data Gain ternormalisasi ini dengan menguji homogenitas
varians. Pengujian homogenitas varians ini untuk mengetahui bahwa
sampel memiliki variansi homogen atau tidak.
3) Jika sampel telah berdistribusi normal dan memiliki varians yang
51
4) Jika sampel berdistribusi normal, namun tidak memiliki varians yang
homogen, maka dilanjutkan pengolahan data ini dengan uji t dengan
varians tidak sama.
5) Jika minimal satu kelas tidak berdistribusi normal, atau salah satunya,
maka pengolahan data menggunakan analisis statistika nonparametrik,
yaitu digunakan uji Mann-Whitney.
d. Analisis Data Kualitas Peningkatan Kemampuan Abstraksi Matematis
Kualitas peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa kelas
eksperimen dapat dilihat berdasarkan skor Gain ternormalisasi, dengan
interpretasi indeks Gain disajikan dalam Tabel 5 berikut.
Tabel 3.10
Klasifikasi Interpretasi Indeks Gain
Gain Ternormalisasi Kriteria
g 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
(Hake dalam Fitriana, 2012: 50)
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif yang diolah berupa data hasil angket, jurnal harian, dan
lember observasi. Berikut adalah uraian mekanisme pengolahan untuk
masing-masing data kualitatif tersebut.
a. Pengolahan Data Angket
Adapun persentase sikap siswa terhadap pembelajaran yang diberikan,
52
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterangan: p : persentase jawaban
f : frekuensi jawaban
n : banyak responden
Untuk analisis angket dengan skala Likert sistem penilaian yang diberikan
seperti diungkapkan Suherman & Kusumah (1990: 236) sebagai berikut.
Tabel 3.11
Sistem Penilaian Angket
Pernyataan Sikap SS S N TS STS
Pernyataan Positif 5 4 3 2 1
Pernyataan Negatif 1 2 3 4 5
Keterangan: SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Setiap butir pertanyaan diberikan skor dan dihitung jumlahnya. Kemudian
dicari rata-ratanya. Jika nilainya lebih besar dari 3 (rata-rata skor untuk
jawaban netral), maka siswa tergolong memiliki sikap positif. Sebaliknya jika
rata-rata skor kurang dari 3, maka siswa tergolong memiliki sikap negatif. Jika
rata-rata skor siswa semakin mendekati 5, maka sikap siswa semakin positif
53
b. Pengolahan Data Jurnal Harian
Data hasil jurnal harian ditulis dan diringkas berdasarkan permasalahan
yang dijawab. Analisis data dari jurnal harian dilakukan setiap akhir
pertemuan. Kemudian dilihat sikap siswa apakah positif atau negatif serta
masukan-masukannya terhadap pembelajaran selanjutnya.
c. Pengolahan Data Lembar Observasi
Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data
ini akan disajikan dalam bentuk tabel. Pembuatan lembar observasi ini akan
mengacu pada pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas eksperimen selama
pembelajaran berlangsung, baik menggambarkan keadaan situasi maupun
aktivitas siswa di dalamnya.
d. Penglahan Data Hasil Wawancara
Data hasil wawancara merupakan data pendukung dalam penelitian ini.
Data ini akan disajikan secara deskriptif. Dalam proses pelaksanaan
88
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada tahapan penelitian,
diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan pengaruh penerapan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) terhadap kemampuan abstraksi
matematis siswa kelas VII SMP Negeri 12 Bandung, yaitu:
1. Peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa SMP pada materi
geometri yang pembelajarannya menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) lebih baik daripada pembelajaran yang
menggunakan pendekatan konvensional.
2. Kualitas peningkatan kemampuan abstraksi matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA) termasuk kedalam kategori sedang.
3. Sikap siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan pendekatan CRA
adalah positif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti
mengajukan beberaoa saran sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini,
kemampuan yang diukur hanyalah kemampuan abstraksi matematis dengan
89
menggunakan pendekatan Concrete-Representational-Abstract (CRA). Bagi
peneliti yang tertarik dengan topik abstraksi, penulis menyarankan untuk
mengembangkan penelitian ini dengan pendekatan atau model yang berbeda.
2. Dalam penelitian
selanjutnya, apabila melakukan penelitian mengenai pendekatan
Concrete-Representational-Abstract (CRA), disarankan agar dapat difokuskan pada
kemampuan yang lainnya, misalnya kemampuan penalaran matematis,
problem solving, maupun yang lainnya.
3. Walaupun berdasarkan
penelitian dikemukakan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan
untuk memahami geometri, tetapi sebaiknya penelitian ini diterapkan pula
90
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadan, Widyastuti. (2012). Teori Belajar Bruner dan Dienes [Online]. Tersedia: http://blog.unsri.ac.id/download3/14369.pdf. [23 Desember 2012].
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, R. Willis. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Depdikbud.
Darhim. (2007). Workshop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
De Walle, J. A. V. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah Jilid 1 (Edisi Keenam). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Ferrari, Fier Luigi. (2003). Abstraction in Mathematics. Dalam The Royal Society [Online]. Vol. 358, No. 1435, 6 halaman. Tersedia:http://www.jstor.org/stable /3558214[13 Desember 2011].
Fitriana. (2012). Penerapan Model Kooperatif dengan Mind Mapping untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika Siswa SMA. Skripsi UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Hergenhahn, B. R. & Olson, M. H. (2009). Theories of Learning (Edisi Ketujuh). Jakarta: Kencana.
Iryanti, Puji. (2012). Fenomena Hilangnya Tahap Melukis Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Pada Geometri SMP. Artikel Matematika P4TK [Online]. 5 halaman. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/file/ ARTIKEL/ Artikel%20Matematika/fenomena%20ilangnya.pdf. [13 Desember 2012].
Kilpatrick, J. & Swafford, J. & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics [Online]. Tersedia: http://www.nap.edu/ catalog/9822.html. [8 Desember 2012].
Ladysa, Dina. (2012). Peningkatan Komunikasi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metacognitive Inner Speech (MIS). Tesis UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Lestari, L. P. (2006). Keefektifan Pembelajaran dengan Penggunaan Alat Peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS) Terhadap Hasil Belajar Matematika dalam Pokok Bahasan Bangun Segiempat pada Siswa Kelas VII Semester 2 di SMP
91
Muhammadiyah Margasari Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Semarang [Online]. 80 halaman. Tersedia: http://uap.unnes.ac.id/data/skripsi/abstrak /pdf/keefektifan_pembelajaran_berba_4101905034.pdf. [8 Oktober 2011].
Mitchelmore, M. & Hassan, I. ___. The Role of Abstraction in Learning about Rates of Change. Dalam Merga [Online]. ___, 8 halaman. Tersedia: http://www.merga.net.au/documents/RP302006.pdf. [13 Desember 2011].
Mitchelmore, M. & White, P. (2004). Abstraction in Mathematics and Mathematics Learning. Dalam Group for Psychology of Mathematics Education [Online], Vol. 3 pp 329-336, 8 halaman. Tersedia: http://www.kurims.kyoto-u.ac.jp/EMIS/proceedings/PME28/RR/RR031_ Mitchelmore.pdf [13 Desember 2011].
Mitchelmore, M. & White, P. (2007). Abstraction in Mathematics and Mathematics Learning. Mathematics Education Journal. Vol 19 No. 2 hal. 1-9. Deakin University [Online]. Tersedia : http://www.merga.net.au/ documents/MERJ_19_2_editorial.pdf. [13 Desember 2011].
Nurhasanah, Farida. (2010). Abstraksi Siswa SMP dalam Belajar Geometri Melalui Penerapan Model Van Hiele dan Geometers` Sketchpad. Tesis pada Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Rohayati, A. (2008). Media Pembelajaran Matematika. Hand Out mata kuliah Media Pembelajaran Matematika Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ruseffendi, E. T. (2010). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Noneksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Steedly, K. & Dragoo, K. & Arafeh, S. & D. Luke, S. (2008). Effective Mathematics Instructions. Evidencefor Education. Vol 3 hal. 8 p. 3. National Dissemination Center for Children with Disabilities (NICHCY) [Online]. Tersedia: http://nichcy.org/wp-content/uploads/docs/eemath.pdf. [13 Desember 2012].
Suherman, Erman. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Suherman, E. & Kusumah, Y. S. (1990). Petunjuk Praktis Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
92
Ati Yuliati, 2013
Penerapan Pendekatan Concrete-Representational-Abstract(CRA) Untuk Meningkatkan Kemampuan Abstraksi Matematis Siswa SMP Dalm Pembelajaran Geometri
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tn. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SMP/MTs. Dalam Badan Standar
Nasional Pendidikan [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.
go.id/content/Buku%20Standar%20Isi%20SMP(1).pdf. [15 Desember 2012].
Tn. (2009). Concrete-Representational-Abstract Instructional Approach. The Access Centre Research Continuum [Online]. 6 halaman. Tersedia: http://www.k8accesscenter.org/training_resources/CRA_Instructional_Appro ach.asp. [8 Desember 2012].
Tn. (2012). Concrete-Representational-Abstract Sequence of Instruction. Math Video Instructional Development Source (A Resource for Teaching Mathematics to Struggling Learners) [Online]. Tersedia: http://www.coedu. usf.edu/main/departments/sped/mathvids/strategies/cra.html. [8 Desember 2012].