HUBUNGAN ANTARA PRESTASl KERJA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF, KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK DAN KEPUASAN
KERJA KARYAWAN LULUSAN STM DAN SMA
Suatu studi kasus terhadap operator mesin-CNC di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara
T E S I S
Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung untuk
memenuhi persyaratan menempuh ujian Magister Pendidikan dalam bidang
Pengembangan Kurikulum
Oleh :
TEDJO NARSOYO 591/F/XVII - 9
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING:
PROF. S. NASUTION, M.A., Ph.D.
PEMBIMBING I
PROF. H. ACHMAD SANUSI, S.H., M.P.A., Ph.D.
PEMBIMBING II
PEMBIMBING 111
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G
KATA PENGANTAR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Halaman: iii vii x xiii xiv BAB; I II PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Perumusan Masalah
1.3. Paradigma Penelitian
1.4. Analisis Masalah dan Definisi-Definisi Operasional
1.5. Pembatasan Masalah
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Kerangka Pembahasan Masalah
LANDASAN TEORI MENURUT PAHAM BEHAYIORISME
2.1. 2.2. 2.3.
2.4.
2.5.
Karakteristik Operator Mesin-CNC Entry Behavior Operator Ditinjau
dari Kurikulum STM dan SMA Hubungan antara Preatasi Kerja
dengan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Psikomotorik
Hubungan antara Preatasi Kerja
dengan Kepuasan Kerja
Penilaian Prestasi Kerja sebagai
Indikator Kesesuaian Kurikulum III RANCANGAN PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
3.2. Asumsi-Asumsi Penelitian
3.3. Hipotesis Penelitian
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
3.5. Metode Penelitian
3.6. Data dan Pengembangan Alat Pengumpul
Data
3.7. Rancangan Pengolahan Data
BAB: Halaman:
IV PELAKSANAAN PENELITIAN 92
4.1. Persiapan Penelitian 92
4.2. Pengumpulan Data 93
4.3. Pengolahan Data 95
4.4. Interpretasi Hasil Pengolahan Data 114
V KESIMPULAN DAN FEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN 121
5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian 121
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian 125 5.3. Implikasi Pada Pendidikan Teknologi
Menengah
J31
5.4. Saran-Saran '^°
DAFTAR KEPUSTAKAAN 1*1
LAMPIRAN-LAMPLRAN 144"
AF-01A Test Skala Sikap (Tentatif) 144
AF-01B Test Skala Sikap (Definitif) 148
AF-01C Hasil Uji-Coba Test Skala Sikap 153 AF-02A Uji Normalitas Pernyataan Sikap 154 AF-02B Uji Daya Pembeda Test Skala Sikap 155 AF-02C Uji Validitas Pernyataan Test
Skala Sikap 156
AF-02D Uji Reliabilitas Skala Sikap 157 AF-02E Uji Reliabilitas Antar Penilai 158 C-01A Test Kognitif (Tentatif) 160
C-01B Test Kognitif (Definitif) 173 C-01C Hasil Uji-Coba Test Kognitif 188
C-02A Analisis Indeks Keaukaran 189
C-02B Tingkat Kesukaran Soal-Soal 191
C-02C Uji Daya Pembeda Test Kognitif 192 C-02D Uji Reliabilitas Antar Penilai 194 C-02E Uji Reliabilitas Hasil Uji-Coba 197
AF-03A Hasil Test Skala Sikap 198 AF-03B Uji Normalitas Sebaran 200 AF-03C Uji Homogenitas Variansi Nilai 202
C-03A Hasil Test Kognitif 204
C-03B Uji Normalitas Sebaran 207
Halaman:
K-01A Daftar Pembebanan Nyata Tiap
Work Center, Oktober 1987 211
K-01B Perhitungan Tingkat Keterampilan
Psikomotorik Menurut Work Center 212
K-01C Analisis Tingkat Keterampilan
Kelompok 214
PK-01A Perhitungan Prestasi Kerja
Responden 216
PK-01B Analisis Prestasi Kerja Kelompok 219
U-01A Daftar Nomor Responden dan
Work Center 221
U-01B Daftar Kumpulan Klasifikasi
Kemampuan Kognitif, Keterampilan
Psikomotorik, Prestasi Kerja dan
Kepuasan Kerja 222
U-01C Perhitungan Koefisien Korelasi dan Koefisien Alur Antarvariabel
Penelitian 224
U-01D Daftar Nilai Rata-Rata Siswa
Operator Mesin-CNC Angkatan III 229 U-01E Kisi-Kisi Instrumen Test Kognitif 231
Rangkuman Penelitian 232
label: Halaman:
2.01 Kesimpulan Analisis/Pembandingan
Kurikulum STM, SMA dan Pusdiklat
PT IPTN 55
2.02 Bentuk dan Sifat Kepuasan Kerja 58
3.01 Perincian Soal Test Kognitif dan
Bobot Penilaian ' '
3.02 Koefisien Reliabilitas Antar Penilai
Test Kognitif
3.03 Contoh Analisis Normalitas Sebaran
Frekuensi Jawaban Test Skala Sikap 82
3.04 Koefisien Reliabilitas Antar Penilai
Test Skala Sikap 85
3.05 Contoh Perhitungan Indeks Keterampilan
86
4.01 Tabel Kontigensi Kemampuan Kognitif
-Keterampilan Psikomotorik
101
4.02 Tabel Kontigensi Kemampuan Kognitif
-Prestasi Kerja 10*
4.03 Tabel Kontigensi Keterampilan Psiko
motorik - Prestasi Kerja 105
4.04 Tabel Kontigensi Prestasi Kerja
-Kepuasan Kerja 106
4.05 Koefisien Korelasi dan Koefisien Alur Antarvariabel Penelitian Hipotesis
Utama I 111
4.06 Koefisien Korelasi dan Koefisien Alur Antarvariabel Penelitian Hipotesis Utama II
xiii
80
[image:6.595.75.467.68.653.2]Gambar:
1.01 Paradigma penelitian
Halaman:
1.02 Grafik hasil test sumatif siswa
Operator Mesin-CNC Angkatan III
H
2.01 Karakteristik mesin-mesin produk3i 262.02 Jaringan-kerja perakitan pesawat
terbang 29
2.03 Model pemrosesan informasi menurut
Richard A. Schmidt 4-3
2.04 Contoh program CNC 4-4
2.05 Paradigma percobaan Fitts 4-9
2.06 Model umpanbalik menurut Schmidt 54
2.07 Pengaruh prestasi kerja terhadap
kepuasan kerja 62
3.01 Konsep penjabaran isi alat pengumpul
data 75
3.02 Model hipotesis analisis alur antar
variabel penelitian 90
4.01 Model hipotesis utama (1) 110 4.02 Model hipotesis utama (2) 112 4.03 Koefisien alur antarvariabel
penelitian (hipotesis utama 1)
118
4.04 Koefisien alur antaravarlabel
penelitian (hipotesis utama 2) 119
5.01 Model alur yang signifikan untuk
hipotesis utama pertama 123
5.02 Model alur yang signifikan untuk
hipotesis utama kedua •«•
5.03 Kurva performansi operator mesin-CNC
128
BAB I
PERMASALAHAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Industri pesawat terbang merupakan suatu industri
yang sangat peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Persyaratan mutu dan ketelitian yang makin
ting-gi perlu diimbanting-gi dengan penggunaan mesin-mesin produksi
yang canggih, di antaranya adalah mesin-CNC (computer
numerically controlled).
Mesin-CNC mempunyai ciri-ciri kecepatan yang lebih
tinggi daripada mesin konvensional, sedangkan ragam produk
yang dapat dibuat dengan mesin-CNC lebih banyak. Hal ini
dimungkinkan karena bentuk-bentuk yang kompleks, yang
semu-la tergantung pada keterampisemu-lan operator, pada mesin-CNC
dimanipulasi ke dalam program komputer langsung dari gambar rancangbangun (desain). Di samping itu mesin-CNC dapat
di-rancang dengan sumbu-sumbu penggerak lebih dari tiga macam
Dengan latar belakang kecanggihan itu, maka penggunaan me
sin-CNC telah menimbulkan permasalahan penetapan
kualifi-kasi calon karyawan yang tepat untuk dijadikan operator
mesin-CNC.
Prasyarat pendidikan bagi suatu pekerjaan ditentukan
berdasarkan karakteristik pekerjaan. Bila ditinjau dari
se-gi rancangbangun mesin-CNC di mana bentuk dan ketelitian
produk telah dimanipulasi ke dalam program komputer, maka
persyaratan keterampilan psikomotorik diperkirakan lebih
rendah daripada persyaratan untuk operator mesin konvensio
nal; sebaliknya persyaratan kemampuan kognitif lebih tinggi
karena operator mesin-CNC harus mampu menginterpretasi
pro-gram-CNC ke dalam bentuk, gerak dan kecepatan proses pro
duksi. Di samping itu pemahaman karakteristik bahan baku
dan perkakas potong turut dipertimbangkan dalam menentukan
prasyarat pendidikan.
Ada dua alternatif prasyarat pendidikan, yakni lulus
an STM atau<«. lulusan SMA. Karena kedua jenis pendidikan ituberbeda, maka dapat dipastikan adanya perbedaan karakteris
tik lulusannya. Tamatan SMA bidang studi Ilmu Pengetahuan
adaptasi tugas-tugas dalam perusahaan. Tetapi perlu
disa-dari pula bahwa, walaupun SMA dan STM masing-masing telah
menganut kurikulum yang seragam, pada kenyataannya mutu
lulusan sangat bervariasi. Tamatan STM yang diharapkan te
lah memiliki keterampilan kejuruan tertentu ternyata jauh
dari harapan itu karena sekolah tidak memiliki fasilitas
praktek yang memadai. Keadaan ini menimbulkan
keragu-ragu-an dalam menentapkkeragu-ragu-an prasyarat pendidikkeragu-ragu-an bagi operator
mesin-CNC.
Dalam usaha menemukan pola, Pusat Pendidikan dan
Latihan (Pusdiklat) IPTN dalam tahun 1985 telah merekrut
calon-calon operator mesin-CNC yang terdiri dari 26 orang
lulusan SMA bidang studi IPA dan 22 orang lulusan STM
ju-rusan Mesin Produksi. Setelah melalui pendidikan dan la
tihan selama dua semester, mereka diterjunkan ke bidang
pekerjaan yang telah ditetapkan. Penelitian ini
diseleng-garakan, di samping untuk membantu Pusdiklat IPTN
mengeva-luasi performansi kedua kelompok operator itu, juga
bertu-juan menemukan indikator kesesuaian hasil pendidikan di STM
dengan kebutuhan industri, khususnya untuk dipekerjakan se
bagai operator mesin canggih seperti halnya
mesin-CNC.
1.2. Perumusan Masalah
Dengan berasumsikan bahwa lulusan STM dan SMA dengan
an atas permasalahan prasyarat pendidikan bagi calon opera
tor mesin-CNC.
Untuk mengetahui lulusan mana yang lebih cocok, STM ataukah SMA, maka penelitian ini diarahkan dengan perumusan
masalah: "Hubungan antara Prestasi Kerja Dengan Kemampuan
Kognitif. Keterampilan Psikomotorik dan Kepuasan Kerja Ope
rator Meain-CNC Lulusan STM dan SMA."
Berdasarkan pokok permasalahan itu, maka dalam pene
litian ini terdapat empat variabel. operasional yakni, kemam
puan kognitif, keterampilan psikomotorik, kepuasan kerja dan
prestasi kerja. Melalui penelitian ini diharapkan dapat
di-ungkapkan hubungan kausal antara keempat variabel tersebut.
Dengan mengetahui hubungan itu, akan dapat diambil
kesimpul-an-kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang
dihadapi oleh Pusdiklat IPTN.Ditinjau dari konteks yang lebih luas, jawaban atas
permasalahan itu merupakan masukan yang sangat bermanfaat
bagi pendidikan teknologi menengah, sekurang-kurangnya seba
gai indikator relevansi kurikulum STM dengan kebutuhan dunia
kerja. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang
pokok permasalahan ini, akan diuraikan lebih Ianjut dalam
paragraf-paragraf berikut ini.1.3. Paradigma Penelitian
jian itu akan didasarkan pada paradigma yang dilukiskan pa
da Gambar 1.01.
Kemampuan kognitif
Keterampilan
psikomotorik
Prestasi
kerja
? Kepuasan
[image:12.595.73.506.98.670.2]* kerja
Gambar 1.01: Paradigma penelitian
Paradigma penelitian itu didasarkan pada dua
fenome-na yang telah dikefenome-nal di kalangan pendidikan dan industri.
Pertama, prestasi kerja merupakan aktivitas mental dan
fi-sik yang dapat diukur dan diketahui wujudnya. Kedua, pres
tasi kerja merupakan bentuk usaha untuk mencapai kepuasan
kerja baik yang bersifat ekstrinsik maupun intrinsik. Kepu
asan kerja ekstrinsik lebih peka terhadap pengaruh
ling-kungan, sebaliknya kepuasan kerja intrinsik lebih stabil
karena tumbuh dari kesadaran pribadi terhadap keseimbangan
perolehan dengan kemampuannya. Dengan demikian hakekat ke
puasan kerja itu dipengaruhi oleh motif-motif tertentu
Dengaik batasan yang ditetapkan berdasarkan paradig
ma penelitian itu, sekurang-kurangnya terdapat tiga
subma-salah yang memerlukan penjelasan, yakni: Pertama,
bagaima-nakah hubungan antara kemampuan kognitif dan keterampilan
psikomotorik dengan prestasi kerja? Kedua. apakah prestasi
kerja dapat membangkitkan kepuasan kerja? Ketiga,
bagaima-nakah karakteristik lulusan STM dan SMA bila ditinjau dari
kurikulum masing-masing?
Submasalah pertama dan kedua akan mengungkapkan
as-pek-aspek kemampuan dan sikap yang menentukan prestasi
kerja. Dari hasil analisis kedua submasalah itu akan
diru-muskan definisi-definisi operasional tentang
variabel-va-riabel kemampuan kognitif, keterampilan psikomotorik, ke
puasan kerja dan prestasi kerja. Sedangkan submasalah ke
tiga adalah untuk mengungkapkan entry behavior lulusan STM
dan SMA pada saat masuk Pusdiklat IPTN.Untuk keperluan analisis, hubungan antara keempat
variabel penelitian itu akan dirinci ke dalam sejumlah hu
bungan antara dua variabel yang secara statistika dapat
dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika (Sudjana,
1984:296). Menurut Borg dan Gall (1983:580), dalam peneli
tian pendidikan pemecahan perilaku yang kompleks ke dalam
komponen-komponen yang lebih sederhana lazim dilakukan dan
dapat dibenarkan sejauh tidak menghilangkan ciri-ciri da
Psikomotorik dengan Prestasi Ker.ja
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai suatu
proses berpikir di dalam diri seseorang yang tidak dapat
secara langsung diamati dari luar. Kemampuan itu dapat
di-simpulkan dari kesanggupan menggunakan prinsip-prinsip
yang telah dikuasai untuk memecahkan persoalan-persoalan
baru. Dengan demikian tindakan seseorang dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya tergantung
pada tingkat penguasaan pekerjaan, pengalaman dan keteram
pilan intelektual dalam menggunakan sejumlah informasi ba
ik yang telah dimiliki maupun yang diperoleh dari pihak
lain.
Tugas-tugas dalam pekerjaan, pada umumnya didasar
kan pada sejumlah informasi dan keterampilan psikomotorik
tertentu yang akan diulang-ulang penggunaannya. Bila
seo-rang karyawan memperoleh tugas baru, mula-mula ia akan
mengidentifikasi tugas itu, menghubungkan dengan struktur
kognitifnya, kemudian menentukan cara yang paling efektif
untuk mengerjakan tugas itu. Keterampilan akan meningkat
secara gradual dengan gerakan-gerakan yang makin luwes dan
kecepatan yang meningkat sebanding dengan jumlah latihan.
Studi yang dilakukan Adams (Schmidt, 1982:587-590)
menunjukkan bahwa, peningkatan keterampilan psikomotorik
muskular yang membentuk perceptual trace pada pusat susunan
syaraf. Perceptual trace ini berfungsi sebagai referensi ba-yangan untuk menilai apakah suatu gerakan benar atau salah, serta sekaligus memberikan rangsangan koreksi untuk
memper-baiki gerakan-gerakan yang keliru. Umpanbalik eksternal
di-peroleh dari informasi dari luar yang disampaikan secara verbal atau melalui pembacaan instrumen-instrumen. Ketergan tungan pada umpanbalik eksternal berkurang sejalan dengan peningkatan keterampilan, sebaliknya ketergantungan pada um panbalik internal meningkat. Karakteristik ini tampak jelas pada tugas-tugas yang bersifat monoton, misalnya pembuatan
baut dalam junlah besar dengan turret lathe. Tyler (1983:74)
menyebut tingkat keterampilan psikomotorik semacam itu se
bagai gerakan otomatik.
Penampilan kemampuan kognitif dan keterampilan psiko
motorik dapat diamati melalui konteks bekerja. Gilmer (1971:
485) memandang bahwa, "... work, in essense, is the use
of a person's physiological and mental processes in attain
ment of some goals." Bekerja merupakan perpaduan aktivitas fisik dan mental yang dikerahkan untuk mencapai suatu
tu-juan. Ini berarti bahwa prestasi kerja sekelompok karyawan untuk tugas yang sama akan berbeda satu dengan lainnya ka rena pengaruh perbedaan individual. Perbedaan kemampuan
kognitif akan menyebabkan perbedaan aktivitas mental,
se-dangkan perbedaan fisik menimbulkan perbedaan aktivitas
lihat dari kecepatan pengerjaan, keluwesan gerak dan mutu
pekerjaan, sementara prestasi kerja merupakan penilaian
atas penyelesaian sejumlah tugas-tugas dalam kurun waktu
yang cukup lama (satu minggu, 3atu bulan atau lebih).
Kecepatan bekerja selain dipengaruhi oleh
faktor-faktor fisik, misalnya kelelahan dan kondiai tempat kerja,
juga dapat terganggu oleh interferensi kognitif yang
me-nimbulkan keragu-raguan bertindak. Gejala ini menunjukkan
adanya hubungan langsung antara kemampuan kognitif dengan
prestasi kerja. Dengan demikian kemampuan kognitif
mempe-ngaruhi prestasi kerja melalui dua alur, yakni: secara
langsung dan melalui keterampilan psikomotorik.
1.4.2. Hubungan Prestasi Kerja dengan Kepuasan Kerja
Rasa puas atau tidak puas berkembang dari kebutuhan
seseorang akan sesuatu. Werrett Charters (Davies, 1976:49)
menghubungkan kepuasan dengan perasaan yang diperoleh dari
keterlibatan pada aktivitas yang berhasil dan bermakna.Dalam hubungan ini aktivitas dapat diartikan sebagai
sara-na mencapai kepuasan. Ini berarti pula aktivitas itu harus
mempunyai makna agar keberhaailannya mendatangkan kepuasan.
Dalam konteks bekerja, kepuasan kerja dapatdipan-dang sebagai reinforcement atau motivasi berprestasi lebih
baik. Nasution (1982:76) mendefinisikan motivasi sebagai
melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan
pe-ngertian inilah perusahaan-perusahaan berusaha meningkat-kan produktivitas dengan menciptameningkat-kan kondisi-kondisi yang
menarik, misalnya: gaji yang bersaing, tunjangan hari tua,
perumahan, kendaraan dan Iain-lain. Kesemuanya itu merupa
kan motivasi yang bersifat ekstrinsik. Kepuasan yang ber-sifat ekstrinsik peka terhadap perubahan. Misalnya, bonus
yang semula dapat mBrangsang peningkatan prestasi kerja, kehilangan daya tariknya karena pengaruh kenaikan harga
barang-barang kebutuhan hidup. Keadaan semacam ini
mendo-rong perusahaan mengadakan penyesuaian-penyesuaian.
Kepuasan kerja dapat pula diperoleh karena seseo
rang menyenangi pekerjaannya. Ini pada hakekatnya adalah
karena manusia adalah "mahluk berusaha" atau dengan lain
perkataan, manusia memiliki kemampuan untuk berbuat yang
akan mempunyai nilai bila dibuktikan dengan perbuatan
yang bermakna atau berfaedah. Penelitian yang dilakukan
oleh Gilmer (1971:251) terhadap responden pada saat-saat mengalami keberhasilan atau kegagalan dalam pekerjaan
mengungkapkan bahwa, pengalaman yang menyenangkan beraso-siasi dengan isi pekerjaan (.1ob content). Dalam konteks ini sumber dari kepuasan itu adalah feeling of accomplish ment. Dengan lain perkataan, isi pekerjaan dapat
membang-kitkan kepuasan kerja yang bersifat intrinsik. Hurlock
(1978:237) mengutarakan bahwa, kepuasan kerja karena isi
tugas-tugas dapat dilaksanakan lebih baik. Ciri-ciri ini
membuka wawasan bahwa, apabila kepuasan kerja intrinsikdibina dengan baik akan lebih menguntungkan perusahaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, prestasi kerja
dapat membangkitkan kepuasan kerja dalam dua bentuk: Per
tama, kepuasan kerja yang bersifat ekstrinsik. Seseorang
akan meningkatkan atau mempertahankan prestasinya selama kondisi-kondisi perangsang dinilai masih seimbang dengannilai prestasinya. Kedua, kepuasan kerja yang bersifat
intrinsik. Keberhasilan akan mendorong seseorang berusaha
lebih baik lagi, sedangkan kegagalan akan mendorongnya mencari penyebab kegagalan itu, kemudian mencari cara yang lebih efektif untuk menghindari terulangnya kegagalan itu.
Dalam penelitian ini yang akan diselidiki adalah
kepuasan kerja yang bersifat intrinsik, yakni yang
berka-itan dengan isi pekerjaan.
1.4.3. Karakteristik Lulusan STM dan SMA
Pembahasan ini bertujuan mengungkapkan entry behavior lulusan STM dan SMA berdasarkan kurikulum masing-masing. En
try behavior terbentuk oleh keseluruhan pengalaman seseorang
karena pengaruh keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat
baik disengaja maupun tidak. Karena luasnya aspek-aspek yangmembentuk perilaku, pembahasan ini akan dibatasi pada
peri-laku yang terbentuk karena pengaruh sekolah. Oleh sebab itu
gambaran tentang karakteristik lulusan STM dan SMA secara
Dalam konteks bekerja, perilaku yang terbentuk sela
ma pendidikan di STM dan SMA akan menentukan kemampuan meng-adaptasi tugas-tugas dalam pekerjaan. Dari Juklak Kurikulum Dikmenjur, Buku III, halaman 26 - 27 diperoleh penjelasan:
Pendidikan di SMA diarahkan sebagai persiapan
untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Di samping itu, pendidikan di SMA diarahkan untuk mempersiap-kan siswa memasuki dunia kerja secara langsung
atau setelah mendapatkan pendidikan keterampilan
tambahan.
Selanjutnya mengenai Sekolah Kejuruan Menengah Tingkat Atas
(SMKTA) tertulis:
SMKTA antara lain bertujuan menghasilkan lulus
an yang memenuhi persyaratan kerja tingkat menengah sebagai juru/teknisi sesuai jenis kejuruannya. De ngan demikian, pengelolaan proses belajar-mengajar (termasuk kerja lapangan) lebih diarahkan pada
ke-terpaduan teori dan praktek keterampilan kejuruan yang mengacu kepada persyaratan pekerjaan tingkat
menengah, sehingga tujuan utama sekolah kejuruan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai dapat diwujudkan. . . . Namun demikian, sebagai lembaga pendidikan yang memberikan kemungkinan kepada siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan sejenis yang le
bih tinggi, maka mata pelajaran tertentu (misalnya Mata Pelajaran Dasar Umum dan Dasar Kejuruan) perlu dikelola seperti sekolah umum.
Dari penjelasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, wawasan kognitif lulusan SMA lebih luas daripada lu
lusan STM. Hal itu dimaksudkan untuk memungkinkan lulusan
SMA memiliki banyak pilihan (option) untuk melanjutkan pen-didikannya. Gurusinga (1985:2) dalam membahas tujuan kuriku-ler SMA menyimpulkan bahwa, sasaran yang ingin dicapai de
ngan kurikulum SMA itu adalah dimilikinya sikap ilmiah,
pada kemampuan menalar, sementara keterampilan psikomotorik
yang diperoleh dari pelajaran keterampilan dan praktikum di
laboratorium baru bersifat pengenalan pekerjaan. Di lain pi
hak lulusan STM karena memperoleh pelajaran praktek kejuruan
yang cukup (16 jam per minggu) dan praktek lapangan selama
lima minggu, diperkirakan telah memiliki keterampilan psiko
motorik yang lebih tinggi, sementara kemampuan kognitifnya
bersifat spesifik sesuai dengan kejuruan yang dipilih.
Gambaran di atas masih bersifat umum; pada
kenyataan-nya terdapat penyimpangan-penyimpangan yang selain
disebab-kan oleh perbedaan-perbedaan individual, juga disebabdisebab-kan
oleh keadaan sekolah, misalnya: (1) tidak dimilikinya
fasi-litas praktek atau laboratorium yang dipersyaratkan oleh
kurikulum; (2) pengaruh geografi: sekolah-sekolah di
kota-kota besar umumnya lebih maju daripada sekolah-sekolah di
kota-kota kecil atau pedesaan; dan (3) proses belajar
menga-jar di kelas tergantung pada kemampuan guru memilih dan
me-nyajikan bahan pelajaran. Berdasarkan kenyataan itu seleksi
pelamar berdasarkan nilai STTB tidak menjamin diperolehnya
calon karyawan yang baik. Di PT IPTN seleksi calon karyawan
didasarkan pada seleksi nilai STTB dan empat macam test,
yakni test kognitif, test psikologi, test kesehatan dan
test mental-ideologi. Setelah lulus dari keempat macam test
itu seorang pelamar baru bisa diterima sebagai calon karya
wan. Selanjutnya mereka harus mengikuti pendidikan dan
ke bidang pekerjaan masing-masing. Hal yang sama berlaku
pula bagi calon operator mesin-CNC.
Pengolahan sederhana hasil test sumatif Sementer I
dan II dari calon operator mesin-CNC Angkatan III selama be
lajar di Pusdiklat ditunjukkan pada Gambar 1.02. Grafik ter-sebut menunjukkan perkembangan kemampuan kognitif dan kete rampilan antara Semester I dan II. Calon operator lulusan
SMA cenderung mengutamakan peningkatan keterampilan
psikorao-m cO |H CD cfl •P cd U l cfl +> cd u cfl
T
67, 66 65 64 63 62 61 60££
T
^-Praktek-STM
I
'\ /
J*56'7
I I Semester
Gambar 1.02: Grafik hasil test sumatif siswa operator mesin-CNC, Angkatan ke
III.
torik (pelajaran praktek) sementara dalam pelajaran teori
tidak ada peningkatan yang berarti. Sebaliknya calon ope
rator lulusan STM cenderung mengutamakan peningkatan kemam
praktek praktis tidak ada peningkatan. Gambaran tersebut di
atas akan lebih teliti bila didasarkan pada hasil testfor-matif, tetapi hal itu tidak memungkinkan karena Pusdiklat
IPTN belum menyelenggarakan test formatif. Gejala-gejala
sikap yang ditunjukkan oleh grafik (Gambar 1.02) itu
sela-in menarik untuk diteliti, juga memperkuat praduga adanya
perbedaan karakteristik prestasi kerja antara lulusan STM
dan SMA, yang diharapkan dapat diungkapkan melalui peneli
tian ini.
1.4.4. Definisi-Definisi Operasional
Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, berikut
ini dirumuskan beberapa pengertian dan definisi-definisi operasional dari variabel-variabel penelitian.
1. Operator. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan
dengan operator adalah operator mesin-CNC, yakni karyawan produksi dengan tugas sehari-hari membuat bagian-bagian
pe-sawat terbang dengan menggtmakan mesin-CNC.
2. Kemampuan Kognitif. Kemampuan kognitif operator
didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah-masalah pekerjaan berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikuasai,
baik yang diperoleh dari pendidikan maupun pengalaman. Karena kemampuan kognitif merupakan proses berpikir yang tak dapat secara langsung diamati atau diukur, maka untuk mengetahui tinggi-rendahnya kemampuan kognitif ope
test dalam bentuk paper-and-pencil test tentang aspek-aspek
pekerjaan operator mesin-CNC dengan kisi-kisi seperti
di-uraikan pada paragraf 1.5.
3. Keterampilan Psikomotorik. Keterampilan psikomo
torik operator didefinisikan sebagai tingkat kecekatan ge
rakan-gerakan motorik dalam proses produksi yang ditunjuk
kan dalam bentuk keluwesan, kecepatan dan mutu pekerjaan.
Makin tinggi keterampilan operator, makin cepat ia
menyelesaikan tugas-tugas serta makin rendah rata-rata
ke-gagalannya (reject rate). Dengan demikian penilaian atas
keterampilan psikomotorik dapat dilakukan dengan
menganali-sis kurva performansi berdasarkan tugas-tugas yang dipilih
sebagai acuan (periksa paragraf 3.6.) keterampilan.
4. Prestasi Kerja. Prestasi kerja didefinisikan se
bagai penilaian atas kemampuan operator menyelesaikan tugas
tugas dalam kurun waktu tertentu berdasarkan suatu kriteria
atau standard kerja yang berlaku.
Makin tinggi keterampilan operator, makin besar pula
volume pekerjaan yang dapat dieslesaikan dalam kurun waktu
tertentu. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai ratio dari wak
tu pengerjaan aktual dibagi tingkat keterampilan operator,
dibagi waktu standard (periksa rumus 3.15).
5. Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja didefinisikan se
bagai ungkapan sikap operator terhadap imbalan yang
diper-oleh atas prestasi kerja yang dicapai.
maka imbalan itu akan mendatangkan rasa puas; sebalik
nya bila tidak sesuai akan menimbulkan kekecewaan. Imbalan
itu dapat pula bersifat intrinsik, artinya timbul dari ke
sadaran pribadi operator. Dalam hal ini erat hubungannya
dengan sikap atau pandangan tentang pekerjaannya. Dengan
demikian kepuasan kerja intrinsik dapat disimpulkan dari
bagaimana operator menilai isi pekerjaan berdasarkan
dimen-si-dimensi ragam tugas, identitas tugas, signifikansi tu
gas, otonomi dan umpanbalik yang diperoleh dari pekerjaan
itu.
1.5. Pembata3an Masalah
Penelitian ini ditujukan kepada operator mesin-CNC
yang bekerja di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara Ban
dung, yang terdiri dari lulusan STM dan SMA. Dengan demiki
an penelitian ini bersifat studi kasus. Selain batasan-ba
tasan yang telah dikemukakan dalam paradigma penelitian,
perlu diberikan pula batasan-batasan yang menyangkut
varia-bel-variabel penelitian yang terdiri dari kemampuan kogni
tif, keterampilan psikomotorik, prestasi kerja dan kepuas
an kerja (intrinsik).1.5.1. Kemampuan Kognitif
menyelenggarakan paper-and-pencil test. Materi test akan
di-susun berdasarkan tugas sehari-hari yang dijabarkan menjadi
sejumlah pertanyaan-pertanyaan sampai dengan tingkat
aplika-si. Aspek-aspek yang akan diteliti untuk setiap taksonomi
tersebut adalah:
Pengetahuan yang mencakup pengetahuan operator ten
tang terminologi-terminologi yang dipakai dalam program-CNC, fakta-fakta spesifik tentang mesin-CNC, sekuens pengerjaan,
klasifikasi sistem permesinan dan metodologi pemesinan.
Pemahaman yang mencakup penguasaan operator dalam
menterjemahkan dan menginterpretasikan program-program CNC.
Aplikasi yang mencakup penguasaan operator dalam
menggunakan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang telah
diketahui untuk memecahkan persoalan baik pada waktu
pro-gram tryout maupun pada waktu proses produksi (machining
time).
1.5.2. Keterampilan Psikomotorik
Keterampilan psikomotorik akan diselidiki dengan
menganalisis data waktu pengerjaan tugas sehari-hari sela
ma satu bulan. Analisis dilakukan dengan menggunakan
meto-de yang lazim dipakai oleh perusahaan-perusahaan industri,
yakni dengan menggunakan konsep kurva performansi (Maynard,
1971:7.102-7.114) dan hukum Fitts (Schmidt, 1982:337-343).
1.5.3. Prestasi Kerja
pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu
bulan.
1.5.4. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja yang akan diselidiki adalah yang ber
sifat intrinsik berdasarkan dimensi-dimensi isi pekerjaan(T1ob content) yang meliputi:
Ragam tugas, yakni variasi tugas dan keterampilan
yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas itu.
Identitas tugas yang menunjukkan tingkat
keterlibat-an operator dalam penyelesaiketerlibat-an suatu produk atau bagiketerlibat-an da
ri produk.
Slgnifikansi tugas yakni tingkat pengaruh pekerjaan
itu terhadap pekerjaan pihak lain serta dampaknya terhadap
produktivitas organisasi.Otonomi yang menunjukkan tingkat kebebasan operator
dalam menentukan langkah-langkah pengerjaan dan pemecahan
persoalan-persoalan yang terjadi dalam proses produksi.
Umpanbalik yakni tingkat informasi yang diperoleh
operator tentang hasil dan kemajuan yang dicapai.
Dimensi-dimensi isi pekerjaan itu akan digunakan se
bagai pedoman penyusunan instrumen test skala sikap yang
spesifik untuk operator mesin-CNC.
1.6. Manfaat Penelitian
Sekurang-kurangnya ada tiga macam manfaat yang di
indikator relevansi kurikulum. Secara langsung menyangkut
kurikulum Pusdiklat IPTN dan secara tidak langsung menyang
kut kurikulum pendidikan teknologi menengah (STM) jurusan
mesin. Sementara untuk SMA dapat digunakan sebagai dasar
pe-milihan jenis-jenis pelajaran keterampilan. Kedua, sebagai
umpanbalik bagi Pusdiklat atau sekolah, yang dapat diguna
kan sebagai dasar* penyempurnaan kurikulum termasuk proses
belajar mengajar. Ketiga, metode penelitian ini dapat
di-pergunakan oleh perusahaan-perusahaan industri untuk mene
mukan karakteristik calon karyawan yang cocok untuk
jenis-jenis pekerjaan dalam perusahaan yang bersangkutan.
1.7. Kerangka Pembahasan Masalah
Pembahasan masalah yang dikemukakan dalam tesis ini
didasarkan pada landasan teori yang diuraikan dalam Bab II.
Landasan teori itu akan digunakan sebagai dasar analisis
dan interpretasi data yang diperoleh dari penelitian di
la-pangan. Selanjutnya pada Bab III dikemukakan rancangan pe
nelitian yang digunakan sebagai acuan penelitian. Pada bab
ini dijelaskan secara terinci tujuan penelitian,
asumsi-asumsi, hipotesis penelitian, pengembangan instrumen pene
litian dan rancangan pengolahan data.
Kegiatan penelitian dan pengolahan data disajikan
pada Bab IY. Dalam bab ini dijelaskan langkah-langkah
per-siapan yang bersifat administratif dan teknis, pelaksanaan
dan interpretasi hasil pengolahan data.
Tesis ini ditutup dengan Bab V yang menyajjikan
ke-simpulan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian,
implikasi hasil penelitian pada pendidikan teknologi mene
BAB III
RANCANGAN PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui
penelitian ini adalah untuk menemukan sumber tenaga kerja
(STM atau SMA) yang lebih cocok untuk menjadi operator mesin-CNC. Untuk mencapai tujuan tersebut dirumuskan empat
tujuan-antara sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausal antara kemampuan kognitif dan keterampilan psikomotorik de
ngan prestasi kerja operator mesin-CNC lulusan STM dan SMA.
2. Untuik mengetahui apakah terdapat hubungan
kore-lasional yang signifikan antara prestasi kerja dengan kepu
asan kerja.
3. Untuk memperoleh gambaran pola kontribusi dari
kemampuan kognitif, keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja terhadap kepuasan kerja operator mesin-CNC lulusan
STM dan SMA.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan dalam kemampuan kognitif, keterampilan psiko
motorik dan prestasi kerja antara operator lulusan STM dan
SMA.
3.2. Asumsi-Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi merupakan landasan pemikiran yang me nentukan batas-batas dalam keseluruhan proses penelitian
ini. Dengan demikian kesirapulan yang diturunkan sebagai ha
sil penelitian akan berada dalam batas-batas tersebut seja
uh asumsi-asumsi itu dapat dipenuhi. Adapun asumsi-asumsi
dalam penelitian ini adalah:
1. Operator lulusan STM dan SMA yang menjadi respon
den dalam penelitian ini masing-masing memperoleh pendidik
an berdasarkan Kurikulum 1976 untuk STM dan Kurikulum 1975 untuk SMA. Asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, ca
lon operator yang direkrut dalam tahun 1985, maksimal ada
lah lulusan tahun 1985 di mana Kurikulum 1984 belum
diber-lakukan kepada mereka.
2. Responden adalah lulusan STM tiga tahun jurusan Mesin dan lulusan SMA bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA). Baik lulusan STM maupun SMA sebelum diterjunkan ke
dalam pekerjaan masing-masing telah mendapat pendidikan
dan latihan di Pusdiklat PT IPTN dengan kurikulum dan lama
kursus yang sama.
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
4. Waktu standard yang tercantum dalam Perintah
Kerja (Job Cards) telah baku.
3.3. Hipotesis Penelitian
Dengan berpegang pada pembatasan masalah dan anali
sis masalah yang akan diteliti dengan variabel-variabel
penelitian yang dipilih, maka untuk mengarahkan penelitian
ini dirumuskan dua hipotesis utama:
1. Terdapat hubungan kausal antara kemampuan kogni tif dan keterampilan psikomotorik dengan prestasi kerja
operator mesin-CNC lulusan STM dan SMA.
2. Terdapat hubungan kontributif antara kemampuan
kognitif, keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja ter
hadap kepuasan kerja para operator mesin-CNC.
Untuk menguji kedua hipotesis utama tersebut di atas
terlebih dahulu akan dilakukan pengujian
subhipotesis-sub-hipotesis berikut ini:
1. Kemampuan kognitif mempunyai hubungan
korelasio-nal dengan keterampilan psikomotorik.
2. Kemampuan kognitif mempunyai hubungan
korelasio-nal dengan prestasi kerja.
3. Keterampilan psikomotorik mempunyai hubungan
ko-relasional dengan prestasi kerja.
4. Prestasi kerja mempunyai hubungan korelasional
5. Keterampilan psikomotorik operator lulusan STM
lebih tinggi daripada lulusan SMA.
6. Kemampuan kognitif operator lulusan SMA lebih
tinggi daripada lulusan STM.
7. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam presta
si kerja antara operator lulusan STM dan SMA.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka peneliti
an ini ditujukan pada kelompok operator mesin-CNC di PT In
dustri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Pada saat peneli
tian ini diselenggarakan, Bagian Mesin-CNC mempunyai ope
rator sebanyak 166 orang yang pernah mendapat pendidikan dan latihan di Pusdiklat IPTN. Angkatan pertama dan kedua
sebanyak 118 orang seluruhnya terdiri dari lulusan STM.
Angkatan ketiga sebanyak 48 orang, terdiri dari 22 oranglulusan STM dan 26 orang lulusan SMA.
Karena penelitian ini pada dasarnya adalah untuk
mengungkapkan perbedaan-perbedaan antara kelompok operator
lulusan STM dan SMA, maka sebagai responden secara purposif
dipilih operator-operator lulusan Pusdiklat Angkatan Keti
ga. Untuk penelitian iini dipilih 44 orang operator yangterdiri dari 22 orang lulusan STM dan 22 orang lulusan SM.
3.5. Metode Penelitian
tentang hubungan antara prestasi kerja dengan kemampuan
kognitif, keterampilan psikomotorik dan kepuasan kerja di
kalangan operator mesin-CNC lulusan STM dan SMA. Gambaran
yang diperoleh itu akan dianalisis dan disimpulkan secara
deskriptif berdasarkan keadaan sewaktu penelitian diseleng-garakan. Metode penelitian semacam ini dikategorikan seba gai metode deskriptif-analitik. Dengan menggunakan metode
tersebut, proses penelitian diarahkan untuk menghasilkan
laporan berdasarkan hasil analisis data, serta dilengkapi
dengan kesimpulan dan saran-saran.
3.6. Data dan Pengembangan Alat Pengumpul Data
3.6.1. Jenis Data
Untuk meng4iji hipotesis-hipotesis tersebut dalam pa
ragraf 3.3. diperlukan data sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif res ponden, akan dilakukan dengan menyelenggrakan test perfor
mansi dalam bentuk paper-and-pencil test.
Pertanyaan-per-tanyaan disusun berdasarkan ragam tugas sehari-hari yang dijabarkan ke dalam tiga tingkatan kognitif, yakni: penge tahuan, pemahaman dan aplikasi. Tugas-tugas untuk bahan
test dipilih yang penguasaannya memiliki daya transfer untuk mengerjakan tugas-tugas baru yang berada dalam ling
kup pekerjaan selaku operator mesin-CNC. Kisi-kisi
2. Kepuasan kerja (ranah afektif) akan diselidiki
dengan mengadakan angket dalam bentuk skala sikap model
Likert. Aspek yang diselidiki adalah kepuasan kerja in
trinsik berdasarkan isi pekerjaan. Data ini diadministra
sikan dengan sandi "AF".
3. Untuk mengetahui tingkat keterampilan psikomo
torik, tugas-tugas yang dipilih sebagai bahan test kogni tif itu dipraktekkan pembuatannya oleh responden. Karena
tidak mungkin mengadakan pengulangan fabrikasi dalam
jang-ka waktu berdejang-katan, majang-ka di samping tugas-tugas tersebut
di atas, juga dilakukan pengumpulan data pengerjaan tugas-tugas lain yang sejenis dan memiliki tingkat kesulitan
yang sama. Pemilihan ini dilakukan secara judgmental de
ngan bantuan instruktur Pusdiklat IPTN.
Berdasarkan pengamatan, responden pada umuranya te
lah memiliki "compound adaptive skills" yang ditandai de
ngan gerakan-gerakan yang luwes dalam mengkoordinasikan
beberapa gerakan baik secara bersamaan maupun sacara
se-kuensial. Berdasarkan bentuk benda kerja, responden telah
marapu mengerjakan benda-benda yang secara geometrik
dite-tapkan berdasarkan tiga sumbu koordinat Cartesias. Data
keterampilan diadministrasikan dengan sandi "K".
4. Prestasi kerja responden akan dinilai berdasarkan
data yang diperoleh dari perintah kerja yang dilaksanakan
diadministrasikan dengan sandi "PK".
Konsep penjabaran alat pengumpul data tersebut di
atas ditunjukkan pada Gambar 3.01. Dari penjabaran terse but dapat diketahui bahwa, data dari keempat variabel pe nelitian diperoleh berdasarkan aktivitas yang sama.
3.6.2. Pengembangan Alat Pengumpul Data
Data keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja
diperoleh dari hasil pengukuran langsung (Wexley & Yukl,
1977:220; Ausubel & Robinson, 1969:593) di mana validitas
data didasarkan pada hasil pemeriksaan inspektor terhadap
benda-benda yang diproduksi oleh operator. Data kemampuan
kognitif dan kepuasan kerja diperoleh melalui
paper-and-pencil test dan test skala sikap.
1. Alat Pengumpul Data Kemampuan Kognitif. Untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, dilakukan
dengan menyelenggarakan uji-coba. Uji-coba dilakukan de
ngan menggunakan responden sebanyak 30 operator mesin-CNC
lulusan STM dan SMA. Hasil uji-coba itu dianalisis untuk
mengetahui tingkat validitas isi (content validity) dan
reliabilitas test (test reliability) dari instrumen itu.a. Validitas Isi. Validitas isi akan menunjukkan tingkat kesesuaian soal-soal dengan isi pekerjaan yang
akan diukur. Untuk maksud ini dilakukan Uji Indeks Kesu litan soal-soal dan Uji Daya Pembeda.
identitas tugas, signifikan-VBHBHHHBA kap (r.
afek-si tugas, otonomi dan umpan- f tif)
balik.
Dijabarkan ke
dalam tiga
tingkatan kog- ^^^k Test kemampuan
rnitif: Pengeta-^^^Yk°6nitif
huan, pemahaman
"CNC-WORK CENTER"
|
dan aPlikasi'
Data waktu pe_
Sejumlah work sheets k Klasifikasi kete- k k ngerjaan
diana-dari tugas-tugas yang«B§rampilan: Simple
Mm*
PENGERJAAN M lis is berdasar-
_^
transferable untuk fadaptive, Compound f M f kan konsep kur- w
tugas-tugas lainnya. dan Complex adaptive I va performansi
skill. • untuk
menentu-j
i w
1
kan tingkat ke terampilan. Produk da- k Data prestasi lam satu • • kerja: Jumlah,bulan Fmutu, kecepat
[image:37.842.159.781.62.449.2]an.
Gambar 3.01: Konsep penjabaran isi
kesulitan soal-soal digunakan rumus (Gronlund,.1982:102):
P = (R/T)x100 (3.01)
di mana P = indeks kesulitan soal; R • jumlah responden
yang betul jawabannya; T = jumlah responden.
P » 0 berarti tak seorang pun dapat menjawab, dan
P » 100 berarti semua responden dapat menjawab dengan be
tul. Dengan demikian dapat disimpulan, bila indeks
mende-kati nol menunjukkan soal sulit dan indeks mendemende-kati
ang-ka seratus menunjukang-kan soal mudah. Kriteria penilaian in
deks kesulitan dalam uji-coba ini ditetapkan sebagai
ber-ikut:
P » 0.00 - 40.0 berarti soal sulit
p » 41.0 - 70.0 berarti 3oal sedang
p » 71.0 —100^0 berarti soal mudah.
Hasil analisis indeks kesulitan disajikan pada Lampiran C-02A, sedangkan pengelorapokan berdasarkan tingkat kesur
litan ditunjukkan pada Lampiran C-02B.
Uji Daya Pembeda. Uji daya pembeda ini bertujuan untuk mengetahui, apakah suatu soal dapat merabedakan res
ponden yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi dan
rendah. Untuk maksud tersebut nilai yang diperoleh respon den disusun berjenjang dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Kemudian diambil 21% nilai tertinggi dan 21% ni
lai terendah, lalu dihitung jawaban yang benar untuk
benar
terhadap
soal
noraor tertentu dari Kelompok Atas
(tinggi) = RA, dan jumlah jawaban benar dari Kelompok Ba
wah (rendah) untuk soal yang sama = RB, maka daya pembeda
dari soal tersebut (Gronlund, 1982:103):
D - ^
(3.02)
*T
di mana £T * jumlah sampel dari setiap kelompok
(2Z%
dari
jumlah seluruh responden). Di sini ditetapkan kriteria:
soal-soal memiliki daya pembeda yang baik bila D>0; so
al-soal yang memiliki daya pembeda sama dengan nol atau
negatif dibatalkan atau diperbaiki sampai memenuhi krite
ria tersebut di atas.
Hasil analisis daya pembeda ditunjukkan pada lam
piran C-02C. Dari 50 soal, 17 soal dinyatakan tidak memi
liki daya pembeda; tujuh soal di antaranya diperbaiki, dan
setelah diuji-cobakan kembali dinyatakan memenuhi syarat.
Dengan demikian jumlah soal untuk test kognitif terinci
seperti tertera pada Tabel 3.01.
-Nilai yang diperoleh seorang responden ditetapkan dengan
rumus:
NK = 2K + 3C + 3A (3.03)
di mana NK * nilai kognitif, K = jumlah jawaban benar ter
hadap soal-soal tingkat pengetahuan, C • jumlah jawaban
benar terhadap soal-soal tingkap pemahaman, A = jumlah ja
waban benar terhadap soal-soal tingkat aplikasi.
b. Reliabilitas Perangkat Test. Reliabilitas
perang-kat test menunjukkan seberapa jauh test itu terbebas dari
variansi kekeliruan (error variances). Untuk maksud ini di
lakukan Uji Reliabilitas hasil uji-coba dan
Uji-Reliabili-tas Antar Penilai.
Uji Reliabilitas Hasil U.ii-Coba. Analisis ini meng
gunakan rumus yang dikembangkan oleh Kuder-Richardson. Dua
buah rumus yang banyak dipakai dalam penelitian pendidikan
adalah KR-20 dan KR-21. Rumus KR-20 dipakai untuk test yang
distandarisasi, sedangkan untuk test yang disusun sendiri
oleh peneliti menggunakan rumus KR-21, (Borg & Gall, 1983:
285). Bentuk rumus KR-21 adalah sebagai berikut (Donald Ary
1985:233):
KS2 - X(K - X)
v
r . _!fx
i
L
(3.04)
**
S2(K - 1)
Dari perhitungan yang terdapat pada Lampiran C-02E
diperoleh X=31.8, Sx =4.12, S2 =17.0 dan r^ » 0.325
pada taraf nyata 0.975. Ini berarti perangkat test yang
di-uji-cobakan layak dipergunakan.
Reliabilitas Antar-Penilai. Uji reliabilitas antar
penilai ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi inter
nal di antara dua atau lebih penilai. Untuk maksud ini pe
nilaian dilakukan oleh tiga orang instruktur Pusdiklat PT
IPTN yang dipandang akhli dalam seluk-beluk mesin-CNC.
Ha-silnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan ru
mus yang dikembangkan oleh R.L. Ebel (Guilford, 1981:395):
V_ - V,
r
11
Vp+(k-1)ve
-2 2- (3.05a)V - V
r,, = —2 2- (3.05b)
kk v
P
di mana f^ =» reliabilitas penilaian seorang penilai,
f. . » reliabilitas penilaian oleh k orang penilai,
k » jumlah penilai, V = variansi pernyataan-pernyataan,
V » variansi galat. Perhitungan lengkap disajikan pada e
Lampiran C-02D; hasil perhitungan itu ditunjukkan pada
Tabel 3.02.
2. Pengumpulan Data Kepuasan Kerja. Uji-coba dilaku
kan bersama-sama dengan uji-coba test kognitif dengan res
ponden yang sama. Untuk mengetahui tingkat validitas dan
Sebaran, Uji Daya Pembeda, Uji Keterpaduan Pernyataan, Uji Reliabilitas Perangkat Skala Sikap dan Uji Reliabilitas
[image:42.595.76.504.139.600.2]Antar Penilai.
Tabel 3.02: KOEFISIEN RELIABILITAS ANTAR
PENILAI,TEST KOGNITIF.
Koefisien
reliabilitas Nilai t
Signifi kansi
r11
r33
0.739 0.895
5.804 10.083
0.995 0.995
Uji Normalitas Sebaran. Pengujian ini dimaksudkan un tuk memeriksa ketepatan skala dari setiap pernyataan melalui
analisis sebaran frekuensi (Edward, 1957:149-152).
Langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut:
(1) Menghitung frekuensi setiap kategori jawaban ba gi setiap pernyataan. Misalnya untuk pernyataan ke-n diper
oleh:
Frekuensi jawaban Sangat Puas (SP) - fSPn
Frekuensi jawaban Puas (P) a f^
Frekuensi jawaban Tidak Puas (TP) = fTp
Frekuensi jawaban Sangat Tidak Puas (STP) = ^STpn«
(2) Menghitung proporsi setiap kategori jawaban.
Misalkan proporsi dinyatakan dengan p, maka perhitungan ini
dapat dinyatakan dengan rumus:
di mana f
= frekuensi jawaban untuk tiap kategori (fSPn»
fPn' fTPn dan fSTPn}'
(3) Menghitung proporsi kumulatif pk dan menentukan
titik tengah proporsi kumulatif Md. Rumus untuk menentukan
proporsi kumulatif:
Pk1 = fSPn
pk2 = pk, + f^
(3<o7a)
pk3 = pk2 + fTPn
pk4 = pk3 + fSTPn
Titik tengah dari setiap proporsi kumulatif ditentukan de
ngan rumus:
Hd1 " 4fSPn
Md2 =pk, +if^
(3>Q7b)
Md^ = pk2 + ifTPn
Md4 = pk3 + *fSTPn
(4) Harga dari titik tengah Md itu kemudian diguna
kan untuk menentukan nilai-Z berdasarkan tabel sebaran nor
mal (sanders, 1980:402) dan menentapkan nilai skala sikap
dengan rumus:
NS = Z + (Z ) , I (3.07c)
"D *xn - v xn'maksl
di mana NS = nilai skala, dibulatkan menjadi bilangan utuh
yang telah ditetapkan. Bila persyaratan ini tidak terpenuhi
berarti sebaran untuk pernyataan yang bersangkutan tidak
normal. Contoh analisis sebaran frekuensi untuk pernyataan
[image:44.595.69.497.183.623.2]nomor 1 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.03: CONTOffi ANALISIS NORMALITAS SEBARAN
FREKUENSI
SP P TP STP
Frekuensi, f 6 15 7 2
Proporsi, p .200 .500 .233 .067
Proporsi ku
mulatif , pk .200 .700 .933 1.000
T.tengah, Md .100 .450 .816 .966
Nilai-Z -1.282 -.012 .900 1.752
NS a|z -1.752|
2.874 1.764 .852 0NS
dibulat-kan 3 2 1 0
Hasil uji normalitas sebaran frekuensi disajikan pa da Lampiran AF-02A. Dari analisis tersebut tiga pernyataan
dibatalkan karena tidak memiliki sebaran normal (pernyata
an nomor 3, 5 dan 13).
Uji Daya Pembeda. Uji daya pembeda ini bertujuan un
tuk mengetahui, apakah suatu pernyataan dapat membedakan
responden yang bersikap positif (puas terhadap pekerjaan)
dan yang bersikap negatif (tidak puas terhadap pekerjaan).
yang telah terbukti mempunyai nilai skala yang memenuhi syarat, disusun daftar responden menurut urutan besarnya score yang diperoleh (dari yang tertinggi ke terendah).
Selanjutnya diambil 27% scores tertinggi dan 21% scores
terendah. Kemudian dilakukan Uji-t untuk setiap pernyata
an dengan menggunakan rumus (Edward, 1957:153):
X\T - I-r
(3.08)
'(yxH>2 + (vxl>z
n(n-1)
df = 2(n-1)
Hasil uji daya pembeda ditunjukkan pada Lampiran AF-02B. Pengujian didasarkan pada tingkat kepercayaan 0.95, di ma
na terdapat dua pernyataan (no. 22 dan no. 24) tidak memi
liki daya pembeda; karena itu kedua pernyataan itu diba-talkan. Dengan demikian terdapat 20 pernyataan yang dapat digunakan sebagai instrumen test skala sikap.
Uji Keterpaduan Pernyataan. Pengujian ini adalah un
tuk memeriksa keterpaduan setiap pernyataan terhadap kese luruhan perangkat skala sikap. Pengujian dilakukan dengan
jalan menghitung indeks korelasi antara nilai responden un tuk setiap pernyataan dengan nilai responden untuk seluruh perangkat. Penghitungan koefisien korelasi dan uji-t di lakukan dengan menggunakan rumus (Donald Ary, 1985:123):
r „
(ZXI) -g30(£Y)/H
(3-09)
•m
(3.10)Untuk pernyataan nomor 1 diperoleh r = 0.60, t = 3.180 pa da tingkat kepercayaan 0.995. Pengujian selengkapnya ditun
jukkan pada Lampiran AF-02C.
Pengujian Reliabilitas Perangkat Skala Sikap. Pengu
jian ini dilakukan dengan menggunakan "split-half" terhadap
20 pernyataan yang terpilih. Perhitungan koefisien korelasi
antara setengah perangkat atas (XA) dengan setengah perang
kat bawah (XB) menggunakan rumus (3.09). Selanjutnya relia
bilitas seluruh perangkat dihitung dengan rumus (Mason &
Bramble, 1978:266):
r,;t ' "nh'v' T xhh
2r„/(1 +P.J
(3.1D
Pengujian reliabilitas skala sikap disajikan pada Lampiran
AF-02D, di mana diperoleh rtt = 0.79, "thitung * 3*644"
^aA&
tingkat kepercayaan 0.995.
U.ji Reliabilitas Antar Penilai. Uji reliabilitas an
tar penilai ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi in
ternal di antara dua atau lebih penilai.
Perhitungan-per-hitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (3.05), dengan
hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 3.04.3. Pengukuran Keterampilan Psikomotorik. Tingkat
keterampilan operator diperoleh dari analisis waktu penger
Tabel 3.04: KOEFISIEN RELIABILITAS ANTAR PENILAI TEST SKALA SIKAP.
Koefisien
reliabilitas
11
33
Nilai
0.928
0.975
13.180 23.218
Signifi
kansi
0.999 0.999
Dalam hal ini dilakukan dengan metode pengukuran langsung
(Wexley & Yukl, 1977:220) berdasarkan data pemeriksaan
yang dilakukan oleh inspektor pengendalian mutu.
Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:
(a) Mencatat responden yang terdapat dalam work
center (mesin yang sama), serta menetapkan nomor sandi un
tuk masing-masing responden (Lampiran K-01A).
(b) Memilih sejumlah tugas-tugas yang sesuai untuk
tiap work center. Pemilihan tersebut didasarkan pada tiga
kriteria: (1) Tingkat keterampilan yang dipersyaratkan
re-latif sama; (2) Memiliki nilai transfer untuk tugas-tugaslain; dan (3) Jumlah yang dibuat untuk tiap tugas cukup
banyak. Agar tidak mengganggu proses produksi, maka pembe
banan pada mesin-CNC disesuaikan dengan pengaturan oleh Ke
pala Bidang CNC.
(d) Pengolahan data waktu pengerjaan yang dilaku
kan dengan urutan sebagai berikut:
- Menghitung ratio antara waktu aktual (TN) dengan
waktu standard (T_) baik untuk kegiatan
persiap-an maupun kegiatpersiap-an produksi dengpersiap-an rumus:
K
•N
VTs
(3.12)- Menghitung eksponen kurva performansi dengan ru
mus:
n(ZlogN.logK) ~(£logN)(ZlogK) a a
nZ(logN)2 - (XlogN)2
(3.13)
di mana N = nomor pengulangan tugas-tugas yang
se-tingkat kesulitannya, K = ratio %/Ts , n - jumlah
data.
- Pengelompokan berdasarkan kelas interval.
Sebagai contoh dikemukakan perhitungan untuk kelompok
WC-414-482:
Tabel 3.05: CONTOH PERHITUNGAN INDEKS KETERAMPIL AN (EKSPONEN KURVA PERFORMANSI a)
N K logN
(logN)*
logK logN.logK1 3.53 0 0 .548 0
2 4.86 .301 .092 .687 .207
3 4.30 .477 .228 .633 .302
4 3.63 .602 .362 .560 .337
5 2.87 .699 .489 .408 .320
6 3.10 .778 .605 .491 .382
7 2.79 .845 .714 .446 .377
8 2.80 .903 .815 .447 .404
n=8
"
8x2.329 - 4.605x4.270 , _0.197
8x3.304 - (4.605)
Persentase kurva performansi = 2
x 100% «
87.2%. Dengan demikian operator yang bekerja pada
WC-414-482 termasuk kelas interval 5.
Hasil analisis keterampilan psikomotorik seluruh
responden ditunjukkan pada Lampiran K-01C.
4. Pengukuran Prestasi Kerja. Prestasi kerja
diana-lisis berdasarkan volume pekerjaan yang dapat diselesaikan
dalam waktu satu bulan. Pengolahan data dilakukan sebagai
b e r i k u t :
- Menghitung rerata KR dengan rumus:
N=n , ^ .
K„ = (TMcJ/n (3.H)
^R
n-1 N
Hasil perhitungan KN dan KR terdapat pada Lampir
an K-01B dan PK-01A.
- Menghitung indeks prestasi kerja dengan rumus:
PK=E!^*
(3.15)
TA
di mana IT^ = waktu pengerjaan dalam satu bulan,
dan T. • waktu tersedia dalam satu bulan.
Perhi-tungan TA dan ZTN tertera pada Lampiran PK-01A.
- Pengelompokan prestasi kerja berdasarkan kelas
interval.
responden dihimpun dalam Lampiran PK-01B.
3.7. Rancangan Pengolahan Data
3.7.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Statistik
Tahap pertama dalam pengolahan data penelitian ini
adalah pengujian asumsi-asumsi statistik yang perlu dipe-nuhi sebagai dasar penggunaan analisis statistik induktif.
Pengujian itu meliputi:
1. Uji Normalitas Sebaran Frekuensi. Pengolahan data dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok operator lulusan STM dan lulusan SMA. Masing-masinjg kelompok terdi ri dari 22 responden. Karena jumlah responden dalam tiap
kelompok kurang dari 30, maka pengujian normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan Uji-Lilliefors (Sudjana, 1984:
450-451). Sebaran dinyatakan normal apabila I»0,hitung lebih
kecil atau sama dengan LQ kritis menurut tabel.
2. Uji Homogenitas Variansi. Pengujian homogenitas
nilai-nilai yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan
Uji-F (Zelditch Jr., 1958:166):
S2
F- —i-
di mana S2 ^ s|
(3.16)
3. Uji Linearitas Regresi. Pengujian linearitas
re-gresi dari nilai-nilai variabel yang diperiksa korelasi dan
2
kontribusi terhadap variabel lainnya dilakukan dengan Uji-R
,2
(Ry.12..kl>/k1
<12..k1-Ry.12..k2>/(kl"k2)
F = T ""
(R
^..k^^-D
(3.17)
(3.18)
di mana R2 -« v = korelasi jamak antar variabel
peneliti-an, N = jumlah sampel, k1 dan k2 = jumlah variabel
inde-penden di mana k^>k2.
3.7.2. Pengujian Hipotesi3
Untuk menguji hipotesis penelitian, dilakukan
perhi-tungan-perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus seperti
dikemukakan berikut ini.
1. Untuk menguji subhipotesis-subhipotesls no
mor 1, 2, 3 dan 4 digunakan rumus Pearson product moment
dan Uji-t seperti ditunjukkan pada rumus (3.09) dan (3.10).
2. Untuk menguji subhipotesis-subhipotesis no
mor 5, 6 dan 7 digunakan uji perbedaan dua rerata (Mason &
Bramble, 1978:197):
±
hjih
— (3.19)
'(n.,-1)S^ +<n2-1)s£ ~J~
ni +n2-2
x
%*
52;
3. Untuk menguji hipotesis utama pertama dan kedua
digunakan analisis alur (path analysis) dengan model hipo
Untuk menghitung koefisien alur dipergunakan rumus-rumus (Pedhazur, 1982:584-590): P21 P31 P32 P4I P42 p43 a r 12 :31 :23 :14 :24 ?34 Kemampuan kognitif CVJ ft p32rT2 p31r12
P42r12 - P43r13 P41r12 " P43r23 P41r13 - P42r23
(3.20)
CM
Prestasi r34; p43 v Kepuasan kerja """"" ' "j Kerja
NT
Keterampilan
[image:52.595.74.492.116.700.2]psikomotorik
Gambar 3.02: Model hipotesis analisis alur
antarvariabel penelitian.
Dapat juga menggunakan rumus-rumus (Pedhazur,
1982:602,105-109):
p12 " ^21 = r12
P31 =^31.2 *(r31~ r32*r12)/(1"r12
p32 "^32.1 =(r32~ r3rr21^^1"r21^
r41.2 " r43.2r13.2
t1 r43.2J U r13.2;
a
r42.1 " r43.1r23.1
(3-21)
. r45.1 ~ r42.1r32.1
Dalam rumus-rumus di atas, huruf dan angka mempunyai arti
r menunjukkan koefisien korelasi antara dua variabel.
p dan & menunjukkan koefisien alur antara variabel yang
bersangkutan.
1 sampai 3 menunjukkan nomor variabel-variabel bebas X.
4M
A,,."' .
BAB V
KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN
5.1. Kesirapulan Hasil Penelitian
Berdasarkan pengujian hipotesis dan interpretasi
hasil pengolahan data penelitian yang dikemukakan dalam
Bab IV, dalam bagian ini dikemukakan beberapa
kesimpul-an ykesimpul-ang pada dasaraya merupakkesimpul-an jawabkesimpul-an atas permasalah
an yang dirumuskan dalam Bab I.
Kesimpulan-kesimpulan itu adalah sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam
kemampuan kognitif dan prestasi kerja antara kelompok
operator lulusan STM dan SMA, tetapi dalam keterampilan
psikomotorik antara kedua kelompok operator itu terdapat
perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 0.995.
Perbedaan itu diperkirakan karena lulusan STM telah memi
liki pengalaman pemesinan (machining practice) yang dapat
ditransfer untuk pekerjaan-pekerjaan pada mesin-CNC.Perbedaan keterampilan itu dapat- ditiadakan dengan membe-ri kadar latihan keterampilan yang lebih banyak kepada operator lulusan SMA selama masih berada di Pusdiklat. Dengan demikian sebagai operator mesin-CNC dapat direkrut
baik dari lulusan STM (me3in) maupun dari SMA (IPA).
2. Terdapat hubungan korelasional positif yang sig
nifikan antara keempat variabel penelitian (kemampuan kog
nitif, keterampilan psikomotorik, prestasi kerja dan kepu
asan kerja) pada tingkat kepercayaan 0.95 dengan koefisien
korelasi berkisar antara 0.24 sampai dengan 0.83. Ini ber
arti hubungan itu ada yang lemah dan ada yang cukup kuat. Namun secara keseluruhan terdapat indikasi variabel yang
satu mendukung keberhasilan variabel lainnya. Misalnya,
hubungan antara keterampilan psikomotorik dengan prestasi
kerja (r a 0.83 untuk ex-STM dan r = 0.69 untuk ex-SMA)
menunjukkan bahwa, makin tinggi keterampilan operator ma
kin tinggi pula prestasi kerja mereka.
3. Terdapat pola hubungan kausal yang sama dan sig
nifikan pada tingkat kepercayaan 0.99 antara kemampuan
kognitif dan keterampilan psikomotorik dengan prestasi
kerja pada kedua kelompok operator itu. Model alur yang
signifikan untuk kedua kelompok operator itu ditunjukkan
pada Gambar 5.01. Tanda-tanda pada gambar (lingkaran) mem
punyai arti sebagai berikut:
1 Kemampuan kognitif
3 Prestasi kerja
Angka-angka di atas garis alur menunjukkan besarnya koefi
sien alur. Ditinjau dari segi pendidikan, besar-kecilnya
koefisien alur itu dapat digunakan sebagai dasar perenca-naan intervensi peningkatan prestasi belajar, sedangkan dalam konteks pekerjaan dapat digunakan sebagai dasar
pem-binaan peningkatan prestasi kerja.
(Ex-STM) (Ex-SMA)
Gambar 5.01: Model alur yang signifikan untuk
" hipotesis utama pertama.
4. Terdapat hubungan kontributif yang signifikan
pada.tingkat kepercayaan 0.95 antara kemampuan kognitif,
keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja terhadap ke
puasan kerja pada kedua kelompok operator itu, namun de
ngan pola alur yang berbeda seperti ditunjukkan pada Gam
bar 5.02. Angka-angka pada gambar itu mempunyai arti yangsama dengan tersebut pada butir 3, sedangkan angka 4 ber
arti kepuasan kerja. Perbedaan pola alur terletak pada
mana untuk kelompok operator lulusan STM koefisien alurnya negatif. Mengingat koefisien korelasi antara kedua varia
bel itu positif (r = 0.25), maka diperkirakan adanya hal-hal yang berada di luar penelitian ini yang mempengaruhi ungkapan perasaan (kepuasan kerja) yang berdampak langsung
pada prestasi kerja.
(Ex-STM)
(Ex-SMA)
Gambar 5.02: Model alur yang signifikan untuk
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian
Mengingat penelitian ini diselenggarakan pada ling
kungan yang terbata3 tetapi mencakup dua kelompok operator
dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, maka dipandang perlu mengemukakan pembahasan berdasarkan
kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas. Maksudnya agar kesimpulan-
kesimpulan-ke-simpulan itu dapat lebih dipahami baik secara konsep maupun empirik, khususnya dalam konteks pengembangan kuriku
lum pendidikan teknologi menengah.
1. Penelitian ini hanya ditujukan pada dua kelompok
operator mesin-CNC yang berasal dari lulusan STM (mesin)
dan SMA (IPA); dengan demikian hasil-hasil penelitian hanya berlaku untuk kedua jenis pendidikan dan jurusan itu
saja. Sejauh mana hasil-hasil penelitian itu dapat
diterap-kan pada lulusan sekolah-sekolah atau jurusan-jurusan lain,
perlu diteliti dengan mengadakan eksperimen dengan jumlah
responden yang cukup untuk mendukung kesahihan eksperimen
itu.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kogni
tif antara kedua kelompok operator. Terdapat beberapa ke
mungkinan untuk sampai pada keadaan itu.
Pertama, entry behavior yang dipersyaratkan oleh
Pusdiklat IPTN sebagai prasyarat raengikuti pendidikan ope
Berdasarkan tinjauan kurikulum Pusdiklat, STM dan SMA (pe
riksa paragaraf 2.2.) prasyarat itu terletak pada pengua saan matematika, karena program-program CNC akan mudah di
pahami berdasarkan logika pemahaman matematika.
Kedua, Pusdiklat IPTN berhasil menghilangkan perbe
daan-perbedaan kemampuan kognitif. Hal ini dapat ditelu- ~
suri dan menganalisis hasil-hasil test formatif dan suma
tif. Pengolahan data sederhana (periksa Gambar 1.02) me
nunjukkan bahwa, peningkatan prestasi belajar siswa ex-STM terdapat pada pelajaran teori sementara dalam pelajaran praktek tidak ada peningkatan. Sebaliknya peningkatan
prestasi belajar siswa ex-SMA terdapat pada pelajaran prak
tek, sedangkan dalam pelajaran teori tidak terdapat pening katan yang berarti. Pada akhir Semester II prestasi rata-rata dalam pelajaran teori antara kedua kelompok siswa itu
tampak seimbang, yakni 64.8 untuk siswa ex-STM dan 65.3 un
tuk siswa ex-SMA,(periksa Lampiran U-01D). Hasil test kog
nitif dalam penelitian ini menghasilkan nilai rata-rata
61.3 untuk operator ex-STM dan 62.8 untuk operator ex-SMA.
Untuk mengetahui lebih mendalam latar belakang ge-,. jala belajar yang dikemukakan di atas, dilakukan wawancara
terhadap dua orang operator lulusan STM dan dua orang ope rator lulusan SMA secara terpisah. Kesimpulan jawaban me reka adalah, adanya kesadaran akan kelemahan dalam bidang
STM. Dari para instruktur diperoleh informasi bahwa, pada
waktu pelajaran teori siswa lulusan SMA lebih aktif
berta-nya, sebaliknya pada waktu pelajaran praktek siswa lulusan
STM lebih berani mulai dengan mencoba-coba sementara siswa
lulusan SMA hanya mengamati, kemudian mencoba berdasarkan
hasil pengamatan itu. Di sini tampaknya siswa lulusan SMA
lebih menggunakan strategi kognitif dalam menghadapi
tugas-tugas baru.
Ketiga, kedua kelompok operator memandang mesin-CNC
sebagai mesin modern yang harus dipelajari berdasarkan
lo-gika matematika saja, sedangkan pelajaran-pelajaran lain
sebagai pelengkap. Sejauh menyangkut program CNC pandangan
itu dapat dibenarkan, namun sebagaimana telah dikemukakan
tampaknya struktur kognitif yang terbentuk oleh pengalaman
sebelumnya turut berperanan.
3. Dalam keterampilan psikomotorik, perkembangan ke
terampilan kelompok operator ex-STM lebih baik daripada ke
lompok operator ex-SMA. Dalam penelitian ini selain hal itu
dapat dibuktikan secara statistik, interpretasi lain dapat
diperoleh dari pola kurva performansi yang ditunjukkan pa
da Gambar 5.03.
Keterampilan kelompok operator lulusan STM mening
kat menurut pola kurva performansi 85.9% yang dinyatakan
dengan persamaan K„ «TN/TS -2.63N"0*22 sedangkan kelom
pok operator lulusan SMA mengikuti pola kurva performansi
kedua persamaan itu KN • perbandingan antara waktu nyata
dengan waktu standard, TN • jumlah jammanusia untuk menye
lesaikan tugas ke-N, T3 • jumlah jammanusia standard untuk
tugas yang sama, N a nomor pengulangan.
Kurva kelompok operator ex-STM lebih curam daripada
kurva kelompok operator ex-SMA. Ini berarti peningkatan
keterampilan operator ex-STM lebih cepat daripada ex-SMA.
gh 2
>fl
[image:62.595.129.460.250.542.2]Nomor pengulangan, N
Gambar 5.05: Kurva performansi operator
mesin-CNC.
Hal itu dimungkinkan karena operator lulusan STM telah me miliki bekal keterampila