• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA PRESTASl KERJA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF, KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN LULUSAN STM DAN SMA : Suatu studi kasus terhadap operator mesin-CNC di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA PRESTASl KERJA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF, KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN LULUSAN STM DAN SMA : Suatu studi kasus terhadap operator mesin-CNC di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA PRESTASl KERJA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF, KETERAMPILAN PSIKOMOTORIK DAN KEPUASAN

KERJA KARYAWAN LULUSAN STM DAN SMA

Suatu studi kasus terhadap operator mesin-CNC di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara

T E S I S

Diajukan kepada Panitia Ujian Tesis Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung untuk

memenuhi persyaratan menempuh ujian Magister Pendidikan dalam bidang

Pengembangan Kurikulum

Oleh :

TEDJO NARSOYO 591/F/XVII - 9

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH TIM PEMBIMBING:

PROF. S. NASUTION, M.A., Ph.D.

PEMBIMBING I

PROF. H. ACHMAD SANUSI, S.H., M.P.A., Ph.D.

PEMBIMBING II

PEMBIMBING 111

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN B A N D U N G

(3)

KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR Halaman: iii vii x xiii xiv BAB; I II PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1.2. Perumusan Masalah

1.3. Paradigma Penelitian

1.4. Analisis Masalah dan Definisi-Definisi Operasional

1.5. Pembatasan Masalah

1.6. Manfaat Penelitian

1.7. Kerangka Pembahasan Masalah

LANDASAN TEORI MENURUT PAHAM BEHAYIORISME

2.1. 2.2. 2.3.

2.4.

2.5.

Karakteristik Operator Mesin-CNC Entry Behavior Operator Ditinjau

dari Kurikulum STM dan SMA Hubungan antara Preatasi Kerja

dengan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Psikomotorik

Hubungan antara Preatasi Kerja

dengan Kepuasan Kerja

Penilaian Prestasi Kerja sebagai

Indikator Kesesuaian Kurikulum III RANCANGAN PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

3.2. Asumsi-Asumsi Penelitian

3.3. Hipotesis Penelitian

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.5. Metode Penelitian

3.6. Data dan Pengembangan Alat Pengumpul

Data

3.7. Rancangan Pengolahan Data

(4)

BAB: Halaman:

IV PELAKSANAAN PENELITIAN 92

4.1. Persiapan Penelitian 92

4.2. Pengumpulan Data 93

4.3. Pengolahan Data 95

4.4. Interpretasi Hasil Pengolahan Data 114

V KESIMPULAN DAN FEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN 121

5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian 121

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian 125 5.3. Implikasi Pada Pendidikan Teknologi

Menengah

J31

5.4. Saran-Saran '^°

DAFTAR KEPUSTAKAAN 1*1

LAMPIRAN-LAMPLRAN 144"

AF-01A Test Skala Sikap (Tentatif) 144

AF-01B Test Skala Sikap (Definitif) 148

AF-01C Hasil Uji-Coba Test Skala Sikap 153 AF-02A Uji Normalitas Pernyataan Sikap 154 AF-02B Uji Daya Pembeda Test Skala Sikap 155 AF-02C Uji Validitas Pernyataan Test

Skala Sikap 156

AF-02D Uji Reliabilitas Skala Sikap 157 AF-02E Uji Reliabilitas Antar Penilai 158 C-01A Test Kognitif (Tentatif) 160

C-01B Test Kognitif (Definitif) 173 C-01C Hasil Uji-Coba Test Kognitif 188

C-02A Analisis Indeks Keaukaran 189

C-02B Tingkat Kesukaran Soal-Soal 191

C-02C Uji Daya Pembeda Test Kognitif 192 C-02D Uji Reliabilitas Antar Penilai 194 C-02E Uji Reliabilitas Hasil Uji-Coba 197

AF-03A Hasil Test Skala Sikap 198 AF-03B Uji Normalitas Sebaran 200 AF-03C Uji Homogenitas Variansi Nilai 202

C-03A Hasil Test Kognitif 204

C-03B Uji Normalitas Sebaran 207

(5)

Halaman:

K-01A Daftar Pembebanan Nyata Tiap

Work Center, Oktober 1987 211

K-01B Perhitungan Tingkat Keterampilan

Psikomotorik Menurut Work Center 212

K-01C Analisis Tingkat Keterampilan

Kelompok 214

PK-01A Perhitungan Prestasi Kerja

Responden 216

PK-01B Analisis Prestasi Kerja Kelompok 219

U-01A Daftar Nomor Responden dan

Work Center 221

U-01B Daftar Kumpulan Klasifikasi

Kemampuan Kognitif, Keterampilan

Psikomotorik, Prestasi Kerja dan

Kepuasan Kerja 222

U-01C Perhitungan Koefisien Korelasi dan Koefisien Alur Antarvariabel

Penelitian 224

U-01D Daftar Nilai Rata-Rata Siswa

Operator Mesin-CNC Angkatan III 229 U-01E Kisi-Kisi Instrumen Test Kognitif 231

Rangkuman Penelitian 232

(6)

label: Halaman:

2.01 Kesimpulan Analisis/Pembandingan

Kurikulum STM, SMA dan Pusdiklat

PT IPTN 55

2.02 Bentuk dan Sifat Kepuasan Kerja 58

3.01 Perincian Soal Test Kognitif dan

Bobot Penilaian ' '

3.02 Koefisien Reliabilitas Antar Penilai

Test Kognitif

3.03 Contoh Analisis Normalitas Sebaran

Frekuensi Jawaban Test Skala Sikap 82

3.04 Koefisien Reliabilitas Antar Penilai

Test Skala Sikap 85

3.05 Contoh Perhitungan Indeks Keterampilan

86

4.01 Tabel Kontigensi Kemampuan Kognitif

-Keterampilan Psikomotorik

101

4.02 Tabel Kontigensi Kemampuan Kognitif

-Prestasi Kerja 10*

4.03 Tabel Kontigensi Keterampilan Psiko

motorik - Prestasi Kerja 105

4.04 Tabel Kontigensi Prestasi Kerja

-Kepuasan Kerja 106

4.05 Koefisien Korelasi dan Koefisien Alur Antarvariabel Penelitian Hipotesis

Utama I 111

4.06 Koefisien Korelasi dan Koefisien Alur Antarvariabel Penelitian Hipotesis Utama II

xiii

80

[image:6.595.75.467.68.653.2]
(7)
[image:7.595.68.478.70.711.2]

Gambar:

1.01 Paradigma penelitian

Halaman:

1.02 Grafik hasil test sumatif siswa

Operator Mesin-CNC Angkatan III

H

2.01 Karakteristik mesin-mesin produk3i 26

2.02 Jaringan-kerja perakitan pesawat

terbang 29

2.03 Model pemrosesan informasi menurut

Richard A. Schmidt 4-3

2.04 Contoh program CNC 4-4

2.05 Paradigma percobaan Fitts 4-9

2.06 Model umpanbalik menurut Schmidt 54

2.07 Pengaruh prestasi kerja terhadap

kepuasan kerja 62

3.01 Konsep penjabaran isi alat pengumpul

data 75

3.02 Model hipotesis analisis alur antar

variabel penelitian 90

4.01 Model hipotesis utama (1) 110 4.02 Model hipotesis utama (2) 112 4.03 Koefisien alur antarvariabel

penelitian (hipotesis utama 1)

118

4.04 Koefisien alur antaravarlabel

penelitian (hipotesis utama 2) 119

5.01 Model alur yang signifikan untuk

hipotesis utama pertama 123

5.02 Model alur yang signifikan untuk

hipotesis utama kedua •«•

5.03 Kurva performansi operator mesin-CNC

128

(8)

BAB I

PERMASALAHAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Industri pesawat terbang merupakan suatu industri

yang sangat peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Persyaratan mutu dan ketelitian yang makin

ting-gi perlu diimbanting-gi dengan penggunaan mesin-mesin produksi

yang canggih, di antaranya adalah mesin-CNC (computer

numerically controlled).

Mesin-CNC mempunyai ciri-ciri kecepatan yang lebih

tinggi daripada mesin konvensional, sedangkan ragam produk

yang dapat dibuat dengan mesin-CNC lebih banyak. Hal ini

dimungkinkan karena bentuk-bentuk yang kompleks, yang

semu-la tergantung pada keterampisemu-lan operator, pada mesin-CNC

dimanipulasi ke dalam program komputer langsung dari gambar rancangbangun (desain). Di samping itu mesin-CNC dapat

di-rancang dengan sumbu-sumbu penggerak lebih dari tiga macam

(9)

Dengan latar belakang kecanggihan itu, maka penggunaan me

sin-CNC telah menimbulkan permasalahan penetapan

kualifi-kasi calon karyawan yang tepat untuk dijadikan operator

mesin-CNC.

Prasyarat pendidikan bagi suatu pekerjaan ditentukan

berdasarkan karakteristik pekerjaan. Bila ditinjau dari

se-gi rancangbangun mesin-CNC di mana bentuk dan ketelitian

produk telah dimanipulasi ke dalam program komputer, maka

persyaratan keterampilan psikomotorik diperkirakan lebih

rendah daripada persyaratan untuk operator mesin konvensio

nal; sebaliknya persyaratan kemampuan kognitif lebih tinggi

karena operator mesin-CNC harus mampu menginterpretasi

pro-gram-CNC ke dalam bentuk, gerak dan kecepatan proses pro

duksi. Di samping itu pemahaman karakteristik bahan baku

dan perkakas potong turut dipertimbangkan dalam menentukan

prasyarat pendidikan.

Ada dua alternatif prasyarat pendidikan, yakni lulus

an STM atau<«. lulusan SMA. Karena kedua jenis pendidikan itu

berbeda, maka dapat dipastikan adanya perbedaan karakteris

tik lulusannya. Tamatan SMA bidang studi Ilmu Pengetahuan

(10)

adaptasi tugas-tugas dalam perusahaan. Tetapi perlu

disa-dari pula bahwa, walaupun SMA dan STM masing-masing telah

menganut kurikulum yang seragam, pada kenyataannya mutu

lulusan sangat bervariasi. Tamatan STM yang diharapkan te

lah memiliki keterampilan kejuruan tertentu ternyata jauh

dari harapan itu karena sekolah tidak memiliki fasilitas

praktek yang memadai. Keadaan ini menimbulkan

keragu-ragu-an dalam menentapkkeragu-ragu-an prasyarat pendidikkeragu-ragu-an bagi operator

mesin-CNC.

Dalam usaha menemukan pola, Pusat Pendidikan dan

Latihan (Pusdiklat) IPTN dalam tahun 1985 telah merekrut

calon-calon operator mesin-CNC yang terdiri dari 26 orang

lulusan SMA bidang studi IPA dan 22 orang lulusan STM

ju-rusan Mesin Produksi. Setelah melalui pendidikan dan la

tihan selama dua semester, mereka diterjunkan ke bidang

pekerjaan yang telah ditetapkan. Penelitian ini

diseleng-garakan, di samping untuk membantu Pusdiklat IPTN

mengeva-luasi performansi kedua kelompok operator itu, juga

bertu-juan menemukan indikator kesesuaian hasil pendidikan di STM

dengan kebutuhan industri, khususnya untuk dipekerjakan se

bagai operator mesin canggih seperti halnya

mesin-CNC.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan berasumsikan bahwa lulusan STM dan SMA dengan

(11)

an atas permasalahan prasyarat pendidikan bagi calon opera

tor mesin-CNC.

Untuk mengetahui lulusan mana yang lebih cocok, STM ataukah SMA, maka penelitian ini diarahkan dengan perumusan

masalah: "Hubungan antara Prestasi Kerja Dengan Kemampuan

Kognitif. Keterampilan Psikomotorik dan Kepuasan Kerja Ope

rator Meain-CNC Lulusan STM dan SMA."

Berdasarkan pokok permasalahan itu, maka dalam pene

litian ini terdapat empat variabel. operasional yakni, kemam

puan kognitif, keterampilan psikomotorik, kepuasan kerja dan

prestasi kerja. Melalui penelitian ini diharapkan dapat

di-ungkapkan hubungan kausal antara keempat variabel tersebut.

Dengan mengetahui hubungan itu, akan dapat diambil

kesimpul-an-kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang

dihadapi oleh Pusdiklat IPTN.

Ditinjau dari konteks yang lebih luas, jawaban atas

permasalahan itu merupakan masukan yang sangat bermanfaat

bagi pendidikan teknologi menengah, sekurang-kurangnya seba

gai indikator relevansi kurikulum STM dengan kebutuhan dunia

kerja. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang

pokok permasalahan ini, akan diuraikan lebih Ianjut dalam

paragraf-paragraf berikut ini.

1.3. Paradigma Penelitian

(12)

jian itu akan didasarkan pada paradigma yang dilukiskan pa

da Gambar 1.01.

Kemampuan kognitif

Keterampilan

psikomotorik

Prestasi

kerja

? Kepuasan

[image:12.595.73.506.98.670.2]

* kerja

Gambar 1.01: Paradigma penelitian

Paradigma penelitian itu didasarkan pada dua

fenome-na yang telah dikefenome-nal di kalangan pendidikan dan industri.

Pertama, prestasi kerja merupakan aktivitas mental dan

fi-sik yang dapat diukur dan diketahui wujudnya. Kedua, pres

tasi kerja merupakan bentuk usaha untuk mencapai kepuasan

kerja baik yang bersifat ekstrinsik maupun intrinsik. Kepu

asan kerja ekstrinsik lebih peka terhadap pengaruh

ling-kungan, sebaliknya kepuasan kerja intrinsik lebih stabil

karena tumbuh dari kesadaran pribadi terhadap keseimbangan

perolehan dengan kemampuannya. Dengan demikian hakekat ke

puasan kerja itu dipengaruhi oleh motif-motif tertentu

(13)

Dengaik batasan yang ditetapkan berdasarkan paradig

ma penelitian itu, sekurang-kurangnya terdapat tiga

subma-salah yang memerlukan penjelasan, yakni: Pertama,

bagaima-nakah hubungan antara kemampuan kognitif dan keterampilan

psikomotorik dengan prestasi kerja? Kedua. apakah prestasi

kerja dapat membangkitkan kepuasan kerja? Ketiga,

bagaima-nakah karakteristik lulusan STM dan SMA bila ditinjau dari

kurikulum masing-masing?

Submasalah pertama dan kedua akan mengungkapkan

as-pek-aspek kemampuan dan sikap yang menentukan prestasi

kerja. Dari hasil analisis kedua submasalah itu akan

diru-muskan definisi-definisi operasional tentang

variabel-va-riabel kemampuan kognitif, keterampilan psikomotorik, ke

puasan kerja dan prestasi kerja. Sedangkan submasalah ke

tiga adalah untuk mengungkapkan entry behavior lulusan STM

dan SMA pada saat masuk Pusdiklat IPTN.

Untuk keperluan analisis, hubungan antara keempat

variabel penelitian itu akan dirinci ke dalam sejumlah hu

bungan antara dua variabel yang secara statistika dapat

dinyatakan dalam bentuk persamaan matematika (Sudjana,

1984:296). Menurut Borg dan Gall (1983:580), dalam peneli

tian pendidikan pemecahan perilaku yang kompleks ke dalam

komponen-komponen yang lebih sederhana lazim dilakukan dan

dapat dibenarkan sejauh tidak menghilangkan ciri-ciri da

(14)

Psikomotorik dengan Prestasi Ker.ja

Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai suatu

proses berpikir di dalam diri seseorang yang tidak dapat

secara langsung diamati dari luar. Kemampuan itu dapat

di-simpulkan dari kesanggupan menggunakan prinsip-prinsip

yang telah dikuasai untuk memecahkan persoalan-persoalan

baru. Dengan demikian tindakan seseorang dalam memecahkan

masalah yang berhubungan dengan pekerjaannya tergantung

pada tingkat penguasaan pekerjaan, pengalaman dan keteram

pilan intelektual dalam menggunakan sejumlah informasi ba

ik yang telah dimiliki maupun yang diperoleh dari pihak

lain.

Tugas-tugas dalam pekerjaan, pada umumnya didasar

kan pada sejumlah informasi dan keterampilan psikomotorik

tertentu yang akan diulang-ulang penggunaannya. Bila

seo-rang karyawan memperoleh tugas baru, mula-mula ia akan

mengidentifikasi tugas itu, menghubungkan dengan struktur

kognitifnya, kemudian menentukan cara yang paling efektif

untuk mengerjakan tugas itu. Keterampilan akan meningkat

secara gradual dengan gerakan-gerakan yang makin luwes dan

kecepatan yang meningkat sebanding dengan jumlah latihan.

Studi yang dilakukan Adams (Schmidt, 1982:587-590)

menunjukkan bahwa, peningkatan keterampilan psikomotorik

(15)

muskular yang membentuk perceptual trace pada pusat susunan

syaraf. Perceptual trace ini berfungsi sebagai referensi ba-yangan untuk menilai apakah suatu gerakan benar atau salah, serta sekaligus memberikan rangsangan koreksi untuk

memper-baiki gerakan-gerakan yang keliru. Umpanbalik eksternal

di-peroleh dari informasi dari luar yang disampaikan secara verbal atau melalui pembacaan instrumen-instrumen. Ketergan tungan pada umpanbalik eksternal berkurang sejalan dengan peningkatan keterampilan, sebaliknya ketergantungan pada um panbalik internal meningkat. Karakteristik ini tampak jelas pada tugas-tugas yang bersifat monoton, misalnya pembuatan

baut dalam junlah besar dengan turret lathe. Tyler (1983:74)

menyebut tingkat keterampilan psikomotorik semacam itu se

bagai gerakan otomatik.

Penampilan kemampuan kognitif dan keterampilan psiko

motorik dapat diamati melalui konteks bekerja. Gilmer (1971:

485) memandang bahwa, "... work, in essense, is the use

of a person's physiological and mental processes in attain

ment of some goals." Bekerja merupakan perpaduan aktivitas fisik dan mental yang dikerahkan untuk mencapai suatu

tu-juan. Ini berarti bahwa prestasi kerja sekelompok karyawan untuk tugas yang sama akan berbeda satu dengan lainnya ka rena pengaruh perbedaan individual. Perbedaan kemampuan

kognitif akan menyebabkan perbedaan aktivitas mental,

se-dangkan perbedaan fisik menimbulkan perbedaan aktivitas

(16)

lihat dari kecepatan pengerjaan, keluwesan gerak dan mutu

pekerjaan, sementara prestasi kerja merupakan penilaian

atas penyelesaian sejumlah tugas-tugas dalam kurun waktu

yang cukup lama (satu minggu, 3atu bulan atau lebih).

Kecepatan bekerja selain dipengaruhi oleh

faktor-faktor fisik, misalnya kelelahan dan kondiai tempat kerja,

juga dapat terganggu oleh interferensi kognitif yang

me-nimbulkan keragu-raguan bertindak. Gejala ini menunjukkan

adanya hubungan langsung antara kemampuan kognitif dengan

prestasi kerja. Dengan demikian kemampuan kognitif

mempe-ngaruhi prestasi kerja melalui dua alur, yakni: secara

langsung dan melalui keterampilan psikomotorik.

1.4.2. Hubungan Prestasi Kerja dengan Kepuasan Kerja

Rasa puas atau tidak puas berkembang dari kebutuhan

seseorang akan sesuatu. Werrett Charters (Davies, 1976:49)

menghubungkan kepuasan dengan perasaan yang diperoleh dari

keterlibatan pada aktivitas yang berhasil dan bermakna.

Dalam hubungan ini aktivitas dapat diartikan sebagai

sara-na mencapai kepuasan. Ini berarti pula aktivitas itu harus

mempunyai makna agar keberhaailannya mendatangkan kepuasan.

Dalam konteks bekerja, kepuasan kerja dapat

dipan-dang sebagai reinforcement atau motivasi berprestasi lebih

baik. Nasution (1982:76) mendefinisikan motivasi sebagai

(17)

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Berdasarkan

pe-ngertian inilah perusahaan-perusahaan berusaha meningkat-kan produktivitas dengan menciptameningkat-kan kondisi-kondisi yang

menarik, misalnya: gaji yang bersaing, tunjangan hari tua,

perumahan, kendaraan dan Iain-lain. Kesemuanya itu merupa

kan motivasi yang bersifat ekstrinsik. Kepuasan yang ber-sifat ekstrinsik peka terhadap perubahan. Misalnya, bonus

yang semula dapat mBrangsang peningkatan prestasi kerja, kehilangan daya tariknya karena pengaruh kenaikan harga

barang-barang kebutuhan hidup. Keadaan semacam ini

mendo-rong perusahaan mengadakan penyesuaian-penyesuaian.

Kepuasan kerja dapat pula diperoleh karena seseo

rang menyenangi pekerjaannya. Ini pada hakekatnya adalah

karena manusia adalah "mahluk berusaha" atau dengan lain

perkataan, manusia memiliki kemampuan untuk berbuat yang

akan mempunyai nilai bila dibuktikan dengan perbuatan

yang bermakna atau berfaedah. Penelitian yang dilakukan

oleh Gilmer (1971:251) terhadap responden pada saat-saat mengalami keberhasilan atau kegagalan dalam pekerjaan

mengungkapkan bahwa, pengalaman yang menyenangkan beraso-siasi dengan isi pekerjaan (.1ob content). Dalam konteks ini sumber dari kepuasan itu adalah feeling of accomplish ment. Dengan lain perkataan, isi pekerjaan dapat

membang-kitkan kepuasan kerja yang bersifat intrinsik. Hurlock

(1978:237) mengutarakan bahwa, kepuasan kerja karena isi

(18)

tugas-tugas dapat dilaksanakan lebih baik. Ciri-ciri ini

membuka wawasan bahwa, apabila kepuasan kerja intrinsik

dibina dengan baik akan lebih menguntungkan perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, prestasi kerja

dapat membangkitkan kepuasan kerja dalam dua bentuk: Per

tama, kepuasan kerja yang bersifat ekstrinsik. Seseorang

akan meningkatkan atau mempertahankan prestasinya selama kondisi-kondisi perangsang dinilai masih seimbang dengan

nilai prestasinya. Kedua, kepuasan kerja yang bersifat

intrinsik. Keberhasilan akan mendorong seseorang berusaha

lebih baik lagi, sedangkan kegagalan akan mendorongnya mencari penyebab kegagalan itu, kemudian mencari cara yang lebih efektif untuk menghindari terulangnya kegagalan itu.

Dalam penelitian ini yang akan diselidiki adalah

kepuasan kerja yang bersifat intrinsik, yakni yang

berka-itan dengan isi pekerjaan.

1.4.3. Karakteristik Lulusan STM dan SMA

Pembahasan ini bertujuan mengungkapkan entry behavior lulusan STM dan SMA berdasarkan kurikulum masing-masing. En

try behavior terbentuk oleh keseluruhan pengalaman seseorang

karena pengaruh keluarga, sekolah, lingkungan dan masyarakat

baik disengaja maupun tidak. Karena luasnya aspek-aspek yang

membentuk perilaku, pembahasan ini akan dibatasi pada

peri-laku yang terbentuk karena pengaruh sekolah. Oleh sebab itu

gambaran tentang karakteristik lulusan STM dan SMA secara

(19)

Dalam konteks bekerja, perilaku yang terbentuk sela

ma pendidikan di STM dan SMA akan menentukan kemampuan meng-adaptasi tugas-tugas dalam pekerjaan. Dari Juklak Kurikulum Dikmenjur, Buku III, halaman 26 - 27 diperoleh penjelasan:

Pendidikan di SMA diarahkan sebagai persiapan

untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Di samping itu, pendidikan di SMA diarahkan untuk mempersiap-kan siswa memasuki dunia kerja secara langsung

atau setelah mendapatkan pendidikan keterampilan

tambahan.

Selanjutnya mengenai Sekolah Kejuruan Menengah Tingkat Atas

(SMKTA) tertulis:

SMKTA antara lain bertujuan menghasilkan lulus

an yang memenuhi persyaratan kerja tingkat menengah sebagai juru/teknisi sesuai jenis kejuruannya. De ngan demikian, pengelolaan proses belajar-mengajar (termasuk kerja lapangan) lebih diarahkan pada

ke-terpaduan teori dan praktek keterampilan kejuruan yang mengacu kepada persyaratan pekerjaan tingkat

menengah, sehingga tujuan utama sekolah kejuruan untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap pakai dapat diwujudkan. . . . Namun demikian, sebagai lembaga pendidikan yang memberikan kemungkinan kepada siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan sejenis yang le

bih tinggi, maka mata pelajaran tertentu (misalnya Mata Pelajaran Dasar Umum dan Dasar Kejuruan) perlu dikelola seperti sekolah umum.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, wawasan kognitif lulusan SMA lebih luas daripada lu

lusan STM. Hal itu dimaksudkan untuk memungkinkan lulusan

SMA memiliki banyak pilihan (option) untuk melanjutkan pen-didikannya. Gurusinga (1985:2) dalam membahas tujuan kuriku-ler SMA menyimpulkan bahwa, sasaran yang ingin dicapai de

ngan kurikulum SMA itu adalah dimilikinya sikap ilmiah,

(20)

pada kemampuan menalar, sementara keterampilan psikomotorik

yang diperoleh dari pelajaran keterampilan dan praktikum di

laboratorium baru bersifat pengenalan pekerjaan. Di lain pi

hak lulusan STM karena memperoleh pelajaran praktek kejuruan

yang cukup (16 jam per minggu) dan praktek lapangan selama

lima minggu, diperkirakan telah memiliki keterampilan psiko

motorik yang lebih tinggi, sementara kemampuan kognitifnya

bersifat spesifik sesuai dengan kejuruan yang dipilih.

Gambaran di atas masih bersifat umum; pada

kenyataan-nya terdapat penyimpangan-penyimpangan yang selain

disebab-kan oleh perbedaan-perbedaan individual, juga disebabdisebab-kan

oleh keadaan sekolah, misalnya: (1) tidak dimilikinya

fasi-litas praktek atau laboratorium yang dipersyaratkan oleh

kurikulum; (2) pengaruh geografi: sekolah-sekolah di

kota-kota besar umumnya lebih maju daripada sekolah-sekolah di

kota-kota kecil atau pedesaan; dan (3) proses belajar

menga-jar di kelas tergantung pada kemampuan guru memilih dan

me-nyajikan bahan pelajaran. Berdasarkan kenyataan itu seleksi

pelamar berdasarkan nilai STTB tidak menjamin diperolehnya

calon karyawan yang baik. Di PT IPTN seleksi calon karyawan

didasarkan pada seleksi nilai STTB dan empat macam test,

yakni test kognitif, test psikologi, test kesehatan dan

test mental-ideologi. Setelah lulus dari keempat macam test

itu seorang pelamar baru bisa diterima sebagai calon karya

wan. Selanjutnya mereka harus mengikuti pendidikan dan

(21)

ke bidang pekerjaan masing-masing. Hal yang sama berlaku

pula bagi calon operator mesin-CNC.

Pengolahan sederhana hasil test sumatif Sementer I

dan II dari calon operator mesin-CNC Angkatan III selama be

lajar di Pusdiklat ditunjukkan pada Gambar 1.02. Grafik ter-sebut menunjukkan perkembangan kemampuan kognitif dan kete rampilan antara Semester I dan II. Calon operator lulusan

SMA cenderung mengutamakan peningkatan keterampilan

psikorao-m cO |H CD cfl •P cd U l cfl +> cd u cfl

T

67, 66 65 64 63 62 61 60

££

T

^-Praktek-STM

I

'\ /

J*56'7

I I Semester

Gambar 1.02: Grafik hasil test sumatif siswa operator mesin-CNC, Angkatan ke

III.

torik (pelajaran praktek) sementara dalam pelajaran teori

tidak ada peningkatan yang berarti. Sebaliknya calon ope

rator lulusan STM cenderung mengutamakan peningkatan kemam

(22)

praktek praktis tidak ada peningkatan. Gambaran tersebut di

atas akan lebih teliti bila didasarkan pada hasil test

for-matif, tetapi hal itu tidak memungkinkan karena Pusdiklat

IPTN belum menyelenggarakan test formatif. Gejala-gejala

sikap yang ditunjukkan oleh grafik (Gambar 1.02) itu

sela-in menarik untuk diteliti, juga memperkuat praduga adanya

perbedaan karakteristik prestasi kerja antara lulusan STM

dan SMA, yang diharapkan dapat diungkapkan melalui peneli

tian ini.

1.4.4. Definisi-Definisi Operasional

Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, berikut

ini dirumuskan beberapa pengertian dan definisi-definisi operasional dari variabel-variabel penelitian.

1. Operator. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan

dengan operator adalah operator mesin-CNC, yakni karyawan produksi dengan tugas sehari-hari membuat bagian-bagian

pe-sawat terbang dengan menggtmakan mesin-CNC.

2. Kemampuan Kognitif. Kemampuan kognitif operator

didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah-masalah pekerjaan berdasarkan prinsip-prinsip yang telah dikuasai,

baik yang diperoleh dari pendidikan maupun pengalaman. Karena kemampuan kognitif merupakan proses berpikir yang tak dapat secara langsung diamati atau diukur, maka untuk mengetahui tinggi-rendahnya kemampuan kognitif ope

(23)

test dalam bentuk paper-and-pencil test tentang aspek-aspek

pekerjaan operator mesin-CNC dengan kisi-kisi seperti

di-uraikan pada paragraf 1.5.

3. Keterampilan Psikomotorik. Keterampilan psikomo

torik operator didefinisikan sebagai tingkat kecekatan ge

rakan-gerakan motorik dalam proses produksi yang ditunjuk

kan dalam bentuk keluwesan, kecepatan dan mutu pekerjaan.

Makin tinggi keterampilan operator, makin cepat ia

menyelesaikan tugas-tugas serta makin rendah rata-rata

ke-gagalannya (reject rate). Dengan demikian penilaian atas

keterampilan psikomotorik dapat dilakukan dengan

menganali-sis kurva performansi berdasarkan tugas-tugas yang dipilih

sebagai acuan (periksa paragraf 3.6.) keterampilan.

4. Prestasi Kerja. Prestasi kerja didefinisikan se

bagai penilaian atas kemampuan operator menyelesaikan tugas

tugas dalam kurun waktu tertentu berdasarkan suatu kriteria

atau standard kerja yang berlaku.

Makin tinggi keterampilan operator, makin besar pula

volume pekerjaan yang dapat dieslesaikan dalam kurun waktu

tertentu. Hal ini dapat ditunjukkan sebagai ratio dari wak

tu pengerjaan aktual dibagi tingkat keterampilan operator,

dibagi waktu standard (periksa rumus 3.15).

5. Kepuasan Kerja. Kepuasan kerja didefinisikan se

bagai ungkapan sikap operator terhadap imbalan yang

diper-oleh atas prestasi kerja yang dicapai.

(24)

maka imbalan itu akan mendatangkan rasa puas; sebalik

nya bila tidak sesuai akan menimbulkan kekecewaan. Imbalan

itu dapat pula bersifat intrinsik, artinya timbul dari ke

sadaran pribadi operator. Dalam hal ini erat hubungannya

dengan sikap atau pandangan tentang pekerjaannya. Dengan

demikian kepuasan kerja intrinsik dapat disimpulkan dari

bagaimana operator menilai isi pekerjaan berdasarkan

dimen-si-dimensi ragam tugas, identitas tugas, signifikansi tu

gas, otonomi dan umpanbalik yang diperoleh dari pekerjaan

itu.

1.5. Pembata3an Masalah

Penelitian ini ditujukan kepada operator mesin-CNC

yang bekerja di PT Industri Pesawat Terbang Nusantara Ban

dung, yang terdiri dari lulusan STM dan SMA. Dengan demiki

an penelitian ini bersifat studi kasus. Selain batasan-ba

tasan yang telah dikemukakan dalam paradigma penelitian,

perlu diberikan pula batasan-batasan yang menyangkut

varia-bel-variabel penelitian yang terdiri dari kemampuan kogni

tif, keterampilan psikomotorik, prestasi kerja dan kepuas

an kerja (intrinsik).

1.5.1. Kemampuan Kognitif

(25)

menyelenggarakan paper-and-pencil test. Materi test akan

di-susun berdasarkan tugas sehari-hari yang dijabarkan menjadi

sejumlah pertanyaan-pertanyaan sampai dengan tingkat

aplika-si. Aspek-aspek yang akan diteliti untuk setiap taksonomi

tersebut adalah:

Pengetahuan yang mencakup pengetahuan operator ten

tang terminologi-terminologi yang dipakai dalam program-CNC, fakta-fakta spesifik tentang mesin-CNC, sekuens pengerjaan,

klasifikasi sistem permesinan dan metodologi pemesinan.

Pemahaman yang mencakup penguasaan operator dalam

menterjemahkan dan menginterpretasikan program-program CNC.

Aplikasi yang mencakup penguasaan operator dalam

menggunakan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang telah

diketahui untuk memecahkan persoalan baik pada waktu

pro-gram tryout maupun pada waktu proses produksi (machining

time).

1.5.2. Keterampilan Psikomotorik

Keterampilan psikomotorik akan diselidiki dengan

menganalisis data waktu pengerjaan tugas sehari-hari sela

ma satu bulan. Analisis dilakukan dengan menggunakan

meto-de yang lazim dipakai oleh perusahaan-perusahaan industri,

yakni dengan menggunakan konsep kurva performansi (Maynard,

1971:7.102-7.114) dan hukum Fitts (Schmidt, 1982:337-343).

1.5.3. Prestasi Kerja

(26)

pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu satu

bulan.

1.5.4. Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja yang akan diselidiki adalah yang ber

sifat intrinsik berdasarkan dimensi-dimensi isi pekerjaan

(T1ob content) yang meliputi:

Ragam tugas, yakni variasi tugas dan keterampilan

yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas itu.

Identitas tugas yang menunjukkan tingkat

keterlibat-an operator dalam penyelesaiketerlibat-an suatu produk atau bagiketerlibat-an da

ri produk.

Slgnifikansi tugas yakni tingkat pengaruh pekerjaan

itu terhadap pekerjaan pihak lain serta dampaknya terhadap

produktivitas organisasi.

Otonomi yang menunjukkan tingkat kebebasan operator

dalam menentukan langkah-langkah pengerjaan dan pemecahan

persoalan-persoalan yang terjadi dalam proses produksi.

Umpanbalik yakni tingkat informasi yang diperoleh

operator tentang hasil dan kemajuan yang dicapai.

Dimensi-dimensi isi pekerjaan itu akan digunakan se

bagai pedoman penyusunan instrumen test skala sikap yang

spesifik untuk operator mesin-CNC.

1.6. Manfaat Penelitian

Sekurang-kurangnya ada tiga macam manfaat yang di

(27)

indikator relevansi kurikulum. Secara langsung menyangkut

kurikulum Pusdiklat IPTN dan secara tidak langsung menyang

kut kurikulum pendidikan teknologi menengah (STM) jurusan

mesin. Sementara untuk SMA dapat digunakan sebagai dasar

pe-milihan jenis-jenis pelajaran keterampilan. Kedua, sebagai

umpanbalik bagi Pusdiklat atau sekolah, yang dapat diguna

kan sebagai dasar* penyempurnaan kurikulum termasuk proses

belajar mengajar. Ketiga, metode penelitian ini dapat

di-pergunakan oleh perusahaan-perusahaan industri untuk mene

mukan karakteristik calon karyawan yang cocok untuk

jenis-jenis pekerjaan dalam perusahaan yang bersangkutan.

1.7. Kerangka Pembahasan Masalah

Pembahasan masalah yang dikemukakan dalam tesis ini

didasarkan pada landasan teori yang diuraikan dalam Bab II.

Landasan teori itu akan digunakan sebagai dasar analisis

dan interpretasi data yang diperoleh dari penelitian di

la-pangan. Selanjutnya pada Bab III dikemukakan rancangan pe

nelitian yang digunakan sebagai acuan penelitian. Pada bab

ini dijelaskan secara terinci tujuan penelitian,

asumsi-asumsi, hipotesis penelitian, pengembangan instrumen pene

litian dan rancangan pengolahan data.

Kegiatan penelitian dan pengolahan data disajikan

pada Bab IY. Dalam bab ini dijelaskan langkah-langkah

per-siapan yang bersifat administratif dan teknis, pelaksanaan

(28)

dan interpretasi hasil pengolahan data.

Tesis ini ditutup dengan Bab V yang menyajjikan

ke-simpulan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian,

implikasi hasil penelitian pada pendidikan teknologi mene

(29)
(30)

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan dalam Bab I, maka tujuan utama yang ingin dicapai melalui

penelitian ini adalah untuk menemukan sumber tenaga kerja

(STM atau SMA) yang lebih cocok untuk menjadi operator mesin-CNC. Untuk mencapai tujuan tersebut dirumuskan empat

tujuan-antara sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kausal antara kemampuan kognitif dan keterampilan psikomotorik de

ngan prestasi kerja operator mesin-CNC lulusan STM dan SMA.

2. Untuik mengetahui apakah terdapat hubungan

kore-lasional yang signifikan antara prestasi kerja dengan kepu

asan kerja.

3. Untuk memperoleh gambaran pola kontribusi dari

kemampuan kognitif, keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja terhadap kepuasan kerja operator mesin-CNC lulusan

STM dan SMA.

(31)

4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

signifikan dalam kemampuan kognitif, keterampilan psiko

motorik dan prestasi kerja antara operator lulusan STM dan

SMA.

3.2. Asumsi-Asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi merupakan landasan pemikiran yang me nentukan batas-batas dalam keseluruhan proses penelitian

ini. Dengan demikian kesirapulan yang diturunkan sebagai ha

sil penelitian akan berada dalam batas-batas tersebut seja

uh asumsi-asumsi itu dapat dipenuhi. Adapun asumsi-asumsi

dalam penelitian ini adalah:

1. Operator lulusan STM dan SMA yang menjadi respon

den dalam penelitian ini masing-masing memperoleh pendidik

an berdasarkan Kurikulum 1976 untuk STM dan Kurikulum 1975 untuk SMA. Asumsi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, ca

lon operator yang direkrut dalam tahun 1985, maksimal ada

lah lulusan tahun 1985 di mana Kurikulum 1984 belum

diber-lakukan kepada mereka.

2. Responden adalah lulusan STM tiga tahun jurusan Mesin dan lulusan SMA bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA). Baik lulusan STM maupun SMA sebelum diterjunkan ke

dalam pekerjaan masing-masing telah mendapat pendidikan

dan latihan di Pusdiklat PT IPTN dengan kurikulum dan lama

kursus yang sama.

(32)

pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.

4. Waktu standard yang tercantum dalam Perintah

Kerja (Job Cards) telah baku.

3.3. Hipotesis Penelitian

Dengan berpegang pada pembatasan masalah dan anali

sis masalah yang akan diteliti dengan variabel-variabel

penelitian yang dipilih, maka untuk mengarahkan penelitian

ini dirumuskan dua hipotesis utama:

1. Terdapat hubungan kausal antara kemampuan kogni tif dan keterampilan psikomotorik dengan prestasi kerja

operator mesin-CNC lulusan STM dan SMA.

2. Terdapat hubungan kontributif antara kemampuan

kognitif, keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja ter

hadap kepuasan kerja para operator mesin-CNC.

Untuk menguji kedua hipotesis utama tersebut di atas

terlebih dahulu akan dilakukan pengujian

subhipotesis-sub-hipotesis berikut ini:

1. Kemampuan kognitif mempunyai hubungan

korelasio-nal dengan keterampilan psikomotorik.

2. Kemampuan kognitif mempunyai hubungan

korelasio-nal dengan prestasi kerja.

3. Keterampilan psikomotorik mempunyai hubungan

ko-relasional dengan prestasi kerja.

4. Prestasi kerja mempunyai hubungan korelasional

(33)

5. Keterampilan psikomotorik operator lulusan STM

lebih tinggi daripada lulusan SMA.

6. Kemampuan kognitif operator lulusan SMA lebih

tinggi daripada lulusan STM.

7. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam presta

si kerja antara operator lulusan STM dan SMA.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Sesuai dengan masalah yang diteliti, maka peneliti

an ini ditujukan pada kelompok operator mesin-CNC di PT In

dustri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Pada saat peneli

tian ini diselenggarakan, Bagian Mesin-CNC mempunyai ope

rator sebanyak 166 orang yang pernah mendapat pendidikan dan latihan di Pusdiklat IPTN. Angkatan pertama dan kedua

sebanyak 118 orang seluruhnya terdiri dari lulusan STM.

Angkatan ketiga sebanyak 48 orang, terdiri dari 22 orang

lulusan STM dan 26 orang lulusan SMA.

Karena penelitian ini pada dasarnya adalah untuk

mengungkapkan perbedaan-perbedaan antara kelompok operator

lulusan STM dan SMA, maka sebagai responden secara purposif

dipilih operator-operator lulusan Pusdiklat Angkatan Keti

ga. Untuk penelitian iini dipilih 44 orang operator yang

terdiri dari 22 orang lulusan STM dan 22 orang lulusan SM.

3.5. Metode Penelitian

(34)

tentang hubungan antara prestasi kerja dengan kemampuan

kognitif, keterampilan psikomotorik dan kepuasan kerja di

kalangan operator mesin-CNC lulusan STM dan SMA. Gambaran

yang diperoleh itu akan dianalisis dan disimpulkan secara

deskriptif berdasarkan keadaan sewaktu penelitian diseleng-garakan. Metode penelitian semacam ini dikategorikan seba gai metode deskriptif-analitik. Dengan menggunakan metode

tersebut, proses penelitian diarahkan untuk menghasilkan

laporan berdasarkan hasil analisis data, serta dilengkapi

dengan kesimpulan dan saran-saran.

3.6. Data dan Pengembangan Alat Pengumpul Data

3.6.1. Jenis Data

Untuk meng4iji hipotesis-hipotesis tersebut dalam pa

ragraf 3.3. diperlukan data sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif res ponden, akan dilakukan dengan menyelenggrakan test perfor

mansi dalam bentuk paper-and-pencil test.

Pertanyaan-per-tanyaan disusun berdasarkan ragam tugas sehari-hari yang dijabarkan ke dalam tiga tingkatan kognitif, yakni: penge tahuan, pemahaman dan aplikasi. Tugas-tugas untuk bahan

test dipilih yang penguasaannya memiliki daya transfer untuk mengerjakan tugas-tugas baru yang berada dalam ling

kup pekerjaan selaku operator mesin-CNC. Kisi-kisi

(35)

2. Kepuasan kerja (ranah afektif) akan diselidiki

dengan mengadakan angket dalam bentuk skala sikap model

Likert. Aspek yang diselidiki adalah kepuasan kerja in

trinsik berdasarkan isi pekerjaan. Data ini diadministra

sikan dengan sandi "AF".

3. Untuk mengetahui tingkat keterampilan psikomo

torik, tugas-tugas yang dipilih sebagai bahan test kogni tif itu dipraktekkan pembuatannya oleh responden. Karena

tidak mungkin mengadakan pengulangan fabrikasi dalam

jang-ka waktu berdejang-katan, majang-ka di samping tugas-tugas tersebut

di atas, juga dilakukan pengumpulan data pengerjaan tugas-tugas lain yang sejenis dan memiliki tingkat kesulitan

yang sama. Pemilihan ini dilakukan secara judgmental de

ngan bantuan instruktur Pusdiklat IPTN.

Berdasarkan pengamatan, responden pada umuranya te

lah memiliki "compound adaptive skills" yang ditandai de

ngan gerakan-gerakan yang luwes dalam mengkoordinasikan

beberapa gerakan baik secara bersamaan maupun sacara

se-kuensial. Berdasarkan bentuk benda kerja, responden telah

marapu mengerjakan benda-benda yang secara geometrik

dite-tapkan berdasarkan tiga sumbu koordinat Cartesias. Data

keterampilan diadministrasikan dengan sandi "K".

4. Prestasi kerja responden akan dinilai berdasarkan

data yang diperoleh dari perintah kerja yang dilaksanakan

(36)

diadministrasikan dengan sandi "PK".

Konsep penjabaran alat pengumpul data tersebut di

atas ditunjukkan pada Gambar 3.01. Dari penjabaran terse but dapat diketahui bahwa, data dari keempat variabel pe nelitian diperoleh berdasarkan aktivitas yang sama.

3.6.2. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Data keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja

diperoleh dari hasil pengukuran langsung (Wexley & Yukl,

1977:220; Ausubel & Robinson, 1969:593) di mana validitas

data didasarkan pada hasil pemeriksaan inspektor terhadap

benda-benda yang diproduksi oleh operator. Data kemampuan

kognitif dan kepuasan kerja diperoleh melalui

paper-and-pencil test dan test skala sikap.

1. Alat Pengumpul Data Kemampuan Kognitif. Untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen, dilakukan

dengan menyelenggarakan uji-coba. Uji-coba dilakukan de

ngan menggunakan responden sebanyak 30 operator mesin-CNC

lulusan STM dan SMA. Hasil uji-coba itu dianalisis untuk

mengetahui tingkat validitas isi (content validity) dan

reliabilitas test (test reliability) dari instrumen itu.

a. Validitas Isi. Validitas isi akan menunjukkan tingkat kesesuaian soal-soal dengan isi pekerjaan yang

akan diukur. Untuk maksud ini dilakukan Uji Indeks Kesu litan soal-soal dan Uji Daya Pembeda.

(37)

identitas tugas, signifikan-VBHBHHHBA kap (r.

afek-si tugas, otonomi dan umpan- f tif)

balik.

Dijabarkan ke

dalam tiga

tingkatan kog- ^^^k Test kemampuan

rnitif: Pengeta-^^^Yk°6nitif

huan, pemahaman

"CNC-WORK CENTER"

|

dan aPlikasi'

Data waktu pe_

Sejumlah work sheets k Klasifikasi kete- k k ngerjaan

diana-dari tugas-tugas yang«B§rampilan: Simple

Mm*

PENGERJAAN M lis is berdasar-

_^

transferable untuk fadaptive, Compound f M f kan konsep kur- w

tugas-tugas lainnya. dan Complex adaptive I va performansi

skill. • untuk

menentu-j

i w

1

kan tingkat ke terampilan. Produk da- k Data prestasi lam satu • • kerja: Jumlah,

bulan Fmutu, kecepat

[image:37.842.159.781.62.449.2]

an.

Gambar 3.01: Konsep penjabaran isi

(38)

kesulitan soal-soal digunakan rumus (Gronlund,.1982:102):

P = (R/T)x100 (3.01)

di mana P = indeks kesulitan soal; R • jumlah responden

yang betul jawabannya; T = jumlah responden.

P » 0 berarti tak seorang pun dapat menjawab, dan

P » 100 berarti semua responden dapat menjawab dengan be

tul. Dengan demikian dapat disimpulan, bila indeks

mende-kati nol menunjukkan soal sulit dan indeks mendemende-kati

ang-ka seratus menunjukang-kan soal mudah. Kriteria penilaian in

deks kesulitan dalam uji-coba ini ditetapkan sebagai

ber-ikut:

P » 0.00 - 40.0 berarti soal sulit

p » 41.0 - 70.0 berarti 3oal sedang

p » 71.0 —100^0 berarti soal mudah.

Hasil analisis indeks kesulitan disajikan pada Lampiran C-02A, sedangkan pengelorapokan berdasarkan tingkat kesur

litan ditunjukkan pada Lampiran C-02B.

Uji Daya Pembeda. Uji daya pembeda ini bertujuan untuk mengetahui, apakah suatu soal dapat merabedakan res

ponden yang memiliki kemampuan kognitif yang tinggi dan

rendah. Untuk maksud tersebut nilai yang diperoleh respon den disusun berjenjang dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Kemudian diambil 21% nilai tertinggi dan 21% ni

lai terendah, lalu dihitung jawaban yang benar untuk

(39)

benar

terhadap

soal

noraor tertentu dari Kelompok Atas

(tinggi) = RA, dan jumlah jawaban benar dari Kelompok Ba

wah (rendah) untuk soal yang sama = RB, maka daya pembeda

dari soal tersebut (Gronlund, 1982:103):

D - ^

(3.02)

*T

di mana £T * jumlah sampel dari setiap kelompok

(2Z%

dari

jumlah seluruh responden). Di sini ditetapkan kriteria:

soal-soal memiliki daya pembeda yang baik bila D>0; so

al-soal yang memiliki daya pembeda sama dengan nol atau

negatif dibatalkan atau diperbaiki sampai memenuhi krite

ria tersebut di atas.

Hasil analisis daya pembeda ditunjukkan pada lam

piran C-02C. Dari 50 soal, 17 soal dinyatakan tidak memi

liki daya pembeda; tujuh soal di antaranya diperbaiki, dan

setelah diuji-cobakan kembali dinyatakan memenuhi syarat.

Dengan demikian jumlah soal untuk test kognitif terinci

seperti tertera pada Tabel 3.01.

(40)

-Nilai yang diperoleh seorang responden ditetapkan dengan

rumus:

NK = 2K + 3C + 3A (3.03)

di mana NK * nilai kognitif, K = jumlah jawaban benar ter

hadap soal-soal tingkat pengetahuan, C • jumlah jawaban

benar terhadap soal-soal tingkap pemahaman, A = jumlah ja

waban benar terhadap soal-soal tingkat aplikasi.

b. Reliabilitas Perangkat Test. Reliabilitas

perang-kat test menunjukkan seberapa jauh test itu terbebas dari

variansi kekeliruan (error variances). Untuk maksud ini di

lakukan Uji Reliabilitas hasil uji-coba dan

Uji-Reliabili-tas Antar Penilai.

Uji Reliabilitas Hasil U.ii-Coba. Analisis ini meng

gunakan rumus yang dikembangkan oleh Kuder-Richardson. Dua

buah rumus yang banyak dipakai dalam penelitian pendidikan

adalah KR-20 dan KR-21. Rumus KR-20 dipakai untuk test yang

distandarisasi, sedangkan untuk test yang disusun sendiri

oleh peneliti menggunakan rumus KR-21, (Borg & Gall, 1983:

285). Bentuk rumus KR-21 adalah sebagai berikut (Donald Ary

1985:233):

KS2 - X(K - X)

v

r . _!fx

i

L

(3.04)

**

S2(K - 1)

(41)

Dari perhitungan yang terdapat pada Lampiran C-02E

diperoleh X=31.8, Sx =4.12, S2 =17.0 dan r^ » 0.325

pada taraf nyata 0.975. Ini berarti perangkat test yang

di-uji-cobakan layak dipergunakan.

Reliabilitas Antar-Penilai. Uji reliabilitas antar

penilai ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi inter

nal di antara dua atau lebih penilai. Untuk maksud ini pe

nilaian dilakukan oleh tiga orang instruktur Pusdiklat PT

IPTN yang dipandang akhli dalam seluk-beluk mesin-CNC.

Ha-silnya dianalisis secara statistik dengan menggunakan ru

mus yang dikembangkan oleh R.L. Ebel (Guilford, 1981:395):

V_ - V,

r

11

Vp+(k-1)ve

-2 2- (3.05a)

V - V

r,, = —2 2- (3.05b)

kk v

P

di mana f^ =» reliabilitas penilaian seorang penilai,

f. . » reliabilitas penilaian oleh k orang penilai,

k » jumlah penilai, V = variansi pernyataan-pernyataan,

V » variansi galat. Perhitungan lengkap disajikan pada e

Lampiran C-02D; hasil perhitungan itu ditunjukkan pada

Tabel 3.02.

2. Pengumpulan Data Kepuasan Kerja. Uji-coba dilaku

kan bersama-sama dengan uji-coba test kognitif dengan res

ponden yang sama. Untuk mengetahui tingkat validitas dan

(42)

Sebaran, Uji Daya Pembeda, Uji Keterpaduan Pernyataan, Uji Reliabilitas Perangkat Skala Sikap dan Uji Reliabilitas

[image:42.595.76.504.139.600.2]

Antar Penilai.

Tabel 3.02: KOEFISIEN RELIABILITAS ANTAR

PENILAI,TEST KOGNITIF.

Koefisien

reliabilitas Nilai t

Signifi kansi

r11

r33

0.739 0.895

5.804 10.083

0.995 0.995

Uji Normalitas Sebaran. Pengujian ini dimaksudkan un tuk memeriksa ketepatan skala dari setiap pernyataan melalui

analisis sebaran frekuensi (Edward, 1957:149-152).

Langkah-langkah analisis adalah sebagai berikut:

(1) Menghitung frekuensi setiap kategori jawaban ba gi setiap pernyataan. Misalnya untuk pernyataan ke-n diper

oleh:

Frekuensi jawaban Sangat Puas (SP) - fSPn

Frekuensi jawaban Puas (P) a f^

Frekuensi jawaban Tidak Puas (TP) = fTp

Frekuensi jawaban Sangat Tidak Puas (STP) = ^STpn«

(2) Menghitung proporsi setiap kategori jawaban.

Misalkan proporsi dinyatakan dengan p, maka perhitungan ini

dapat dinyatakan dengan rumus:

(43)

di mana f

= frekuensi jawaban untuk tiap kategori (fSPn»

fPn' fTPn dan fSTPn}'

(3) Menghitung proporsi kumulatif pk dan menentukan

titik tengah proporsi kumulatif Md. Rumus untuk menentukan

proporsi kumulatif:

Pk1 = fSPn

pk2 = pk, + f^

(3<o7a)

pk3 = pk2 + fTPn

pk4 = pk3 + fSTPn

Titik tengah dari setiap proporsi kumulatif ditentukan de

ngan rumus:

Hd1 " 4fSPn

Md2 =pk, +if^

(3>Q7b)

Md^ = pk2 + ifTPn

Md4 = pk3 + *fSTPn

(4) Harga dari titik tengah Md itu kemudian diguna

kan untuk menentukan nilai-Z berdasarkan tabel sebaran nor

mal (sanders, 1980:402) dan menentapkan nilai skala sikap

dengan rumus:

NS = Z + (Z ) , I (3.07c)

"D *xn - v xn'maksl

di mana NS = nilai skala, dibulatkan menjadi bilangan utuh

(44)

yang telah ditetapkan. Bila persyaratan ini tidak terpenuhi

berarti sebaran untuk pernyataan yang bersangkutan tidak

normal. Contoh analisis sebaran frekuensi untuk pernyataan

[image:44.595.69.497.183.623.2]

nomor 1 adalah sebagai berikut.

Tabel 3.03: CONTOffi ANALISIS NORMALITAS SEBARAN

FREKUENSI

SP P TP STP

Frekuensi, f 6 15 7 2

Proporsi, p .200 .500 .233 .067

Proporsi ku

mulatif , pk .200 .700 .933 1.000

T.tengah, Md .100 .450 .816 .966

Nilai-Z -1.282 -.012 .900 1.752

NS a|z -1.752|

2.874 1.764 .852 0

NS

dibulat-kan 3 2 1 0

Hasil uji normalitas sebaran frekuensi disajikan pa da Lampiran AF-02A. Dari analisis tersebut tiga pernyataan

dibatalkan karena tidak memiliki sebaran normal (pernyata

an nomor 3, 5 dan 13).

Uji Daya Pembeda. Uji daya pembeda ini bertujuan un

tuk mengetahui, apakah suatu pernyataan dapat membedakan

responden yang bersikap positif (puas terhadap pekerjaan)

dan yang bersikap negatif (tidak puas terhadap pekerjaan).

(45)

yang telah terbukti mempunyai nilai skala yang memenuhi syarat, disusun daftar responden menurut urutan besarnya score yang diperoleh (dari yang tertinggi ke terendah).

Selanjutnya diambil 27% scores tertinggi dan 21% scores

terendah. Kemudian dilakukan Uji-t untuk setiap pernyata

an dengan menggunakan rumus (Edward, 1957:153):

X\T - I-r

(3.08)

'(yxH>2 + (vxl>z

n(n-1)

df = 2(n-1)

Hasil uji daya pembeda ditunjukkan pada Lampiran AF-02B. Pengujian didasarkan pada tingkat kepercayaan 0.95, di ma

na terdapat dua pernyataan (no. 22 dan no. 24) tidak memi

liki daya pembeda; karena itu kedua pernyataan itu diba-talkan. Dengan demikian terdapat 20 pernyataan yang dapat digunakan sebagai instrumen test skala sikap.

Uji Keterpaduan Pernyataan. Pengujian ini adalah un

tuk memeriksa keterpaduan setiap pernyataan terhadap kese luruhan perangkat skala sikap. Pengujian dilakukan dengan

jalan menghitung indeks korelasi antara nilai responden un tuk setiap pernyataan dengan nilai responden untuk seluruh perangkat. Penghitungan koefisien korelasi dan uji-t di lakukan dengan menggunakan rumus (Donald Ary, 1985:123):

r „

(ZXI) -g30(£Y)/H

(3-09)

(46)

•m

(3.10)

Untuk pernyataan nomor 1 diperoleh r = 0.60, t = 3.180 pa da tingkat kepercayaan 0.995. Pengujian selengkapnya ditun

jukkan pada Lampiran AF-02C.

Pengujian Reliabilitas Perangkat Skala Sikap. Pengu

jian ini dilakukan dengan menggunakan "split-half" terhadap

20 pernyataan yang terpilih. Perhitungan koefisien korelasi

antara setengah perangkat atas (XA) dengan setengah perang

kat bawah (XB) menggunakan rumus (3.09). Selanjutnya relia

bilitas seluruh perangkat dihitung dengan rumus (Mason &

Bramble, 1978:266):

r,;t ' "nh'v' T xhh

2r„/(1 +P.J

(3.1D

Pengujian reliabilitas skala sikap disajikan pada Lampiran

AF-02D, di mana diperoleh rtt = 0.79, "thitung * 3*644"

^aA&

tingkat kepercayaan 0.995.

U.ji Reliabilitas Antar Penilai. Uji reliabilitas an

tar penilai ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi in

ternal di antara dua atau lebih penilai.

Perhitungan-per-hitungan dilakukan dengan menggunakan rumus (3.05), dengan

hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 3.04.

3. Pengukuran Keterampilan Psikomotorik. Tingkat

keterampilan operator diperoleh dari analisis waktu penger

(47)

Tabel 3.04: KOEFISIEN RELIABILITAS ANTAR PENILAI TEST SKALA SIKAP.

Koefisien

reliabilitas

11

33

Nilai

0.928

0.975

13.180 23.218

Signifi

kansi

0.999 0.999

Dalam hal ini dilakukan dengan metode pengukuran langsung

(Wexley & Yukl, 1977:220) berdasarkan data pemeriksaan

yang dilakukan oleh inspektor pengendalian mutu.

Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

(a) Mencatat responden yang terdapat dalam work

center (mesin yang sama), serta menetapkan nomor sandi un

tuk masing-masing responden (Lampiran K-01A).

(b) Memilih sejumlah tugas-tugas yang sesuai untuk

tiap work center. Pemilihan tersebut didasarkan pada tiga

kriteria: (1) Tingkat keterampilan yang dipersyaratkan

re-latif sama; (2) Memiliki nilai transfer untuk tugas-tugas

lain; dan (3) Jumlah yang dibuat untuk tiap tugas cukup

banyak. Agar tidak mengganggu proses produksi, maka pembe

banan pada mesin-CNC disesuaikan dengan pengaturan oleh Ke

pala Bidang CNC.

(48)

(d) Pengolahan data waktu pengerjaan yang dilaku

kan dengan urutan sebagai berikut:

- Menghitung ratio antara waktu aktual (TN) dengan

waktu standard (T_) baik untuk kegiatan

persiap-an maupun kegiatpersiap-an produksi dengpersiap-an rumus:

K

•N

VTs

(3.12)

- Menghitung eksponen kurva performansi dengan ru

mus:

n(ZlogN.logK) ~(£logN)(ZlogK) a a

nZ(logN)2 - (XlogN)2

(3.13)

di mana N = nomor pengulangan tugas-tugas yang

se-tingkat kesulitannya, K = ratio %/Ts , n - jumlah

data.

- Pengelompokan berdasarkan kelas interval.

Sebagai contoh dikemukakan perhitungan untuk kelompok

WC-414-482:

Tabel 3.05: CONTOH PERHITUNGAN INDEKS KETERAMPIL AN (EKSPONEN KURVA PERFORMANSI a)

N K logN

(logN)*

logK logN.logK

1 3.53 0 0 .548 0

2 4.86 .301 .092 .687 .207

3 4.30 .477 .228 .633 .302

4 3.63 .602 .362 .560 .337

5 2.87 .699 .489 .408 .320

6 3.10 .778 .605 .491 .382

7 2.79 .845 .714 .446 .377

8 2.80 .903 .815 .447 .404

n=8

"

(49)

8x2.329 - 4.605x4.270 , _0.197

8x3.304 - (4.605)

Persentase kurva performansi = 2

x 100% «

87.2%. Dengan demikian operator yang bekerja pada

WC-414-482 termasuk kelas interval 5.

Hasil analisis keterampilan psikomotorik seluruh

responden ditunjukkan pada Lampiran K-01C.

4. Pengukuran Prestasi Kerja. Prestasi kerja

diana-lisis berdasarkan volume pekerjaan yang dapat diselesaikan

dalam waktu satu bulan. Pengolahan data dilakukan sebagai

b e r i k u t :

- Menghitung rerata KR dengan rumus:

N=n , ^ .

K„ = (TMcJ/n (3.H)

^R

n-1 N

Hasil perhitungan KN dan KR terdapat pada Lampir

an K-01B dan PK-01A.

- Menghitung indeks prestasi kerja dengan rumus:

PK=E!^*

(3.15)

TA

di mana IT^ = waktu pengerjaan dalam satu bulan,

dan T. • waktu tersedia dalam satu bulan.

Perhi-tungan TA dan ZTN tertera pada Lampiran PK-01A.

- Pengelompokan prestasi kerja berdasarkan kelas

interval.

(50)

responden dihimpun dalam Lampiran PK-01B.

3.7. Rancangan Pengolahan Data

3.7.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Statistik

Tahap pertama dalam pengolahan data penelitian ini

adalah pengujian asumsi-asumsi statistik yang perlu dipe-nuhi sebagai dasar penggunaan analisis statistik induktif.

Pengujian itu meliputi:

1. Uji Normalitas Sebaran Frekuensi. Pengolahan data dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok operator lulusan STM dan lulusan SMA. Masing-masinjg kelompok terdi ri dari 22 responden. Karena jumlah responden dalam tiap

kelompok kurang dari 30, maka pengujian normalitas sebaran dilakukan dengan menggunakan Uji-Lilliefors (Sudjana, 1984:

450-451). Sebaran dinyatakan normal apabila I»0,hitung lebih

kecil atau sama dengan LQ kritis menurut tabel.

2. Uji Homogenitas Variansi. Pengujian homogenitas

nilai-nilai yang diperoleh dilakukan dengan menggunakan

Uji-F (Zelditch Jr., 1958:166):

S2

F- —i-

di mana S2 ^ s|

(3.16)

3. Uji Linearitas Regresi. Pengujian linearitas

re-gresi dari nilai-nilai variabel yang diperiksa korelasi dan

2

kontribusi terhadap variabel lainnya dilakukan dengan Uji-R

(51)

,2

(Ry.12..kl>/k1

<12..k1-Ry.12..k2>/(kl"k2)

F = T ""

(R

^..k^^-D

(3.17)

(3.18)

di mana R2 -« v = korelasi jamak antar variabel

peneliti-an, N = jumlah sampel, k1 dan k2 = jumlah variabel

inde-penden di mana k^>k2.

3.7.2. Pengujian Hipotesi3

Untuk menguji hipotesis penelitian, dilakukan

perhi-tungan-perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus seperti

dikemukakan berikut ini.

1. Untuk menguji subhipotesis-subhipotesls no

mor 1, 2, 3 dan 4 digunakan rumus Pearson product moment

dan Uji-t seperti ditunjukkan pada rumus (3.09) dan (3.10).

2. Untuk menguji subhipotesis-subhipotesis no

mor 5, 6 dan 7 digunakan uji perbedaan dua rerata (Mason &

Bramble, 1978:197):

±

hjih

— (3.19)

'(n.,-1)S^ +<n2-1)s£ ~J~

ni +n2-2

x

%*

52;

3. Untuk menguji hipotesis utama pertama dan kedua

digunakan analisis alur (path analysis) dengan model hipo

(52)

Untuk menghitung koefisien alur dipergunakan rumus-rumus (Pedhazur, 1982:584-590): P21 P31 P32 P4I P42 p43 a r 12 :31 :23 :14 :24 ?34 Kemampuan kognitif CVJ ft p32rT2 p31r12

P42r12 - P43r13 P41r12 " P43r23 P41r13 - P42r23

(3.20)

CM

Prestasi r34; p43 v Kepuasan kerja """"" ' "j Kerja

NT

Keterampilan

[image:52.595.74.492.116.700.2]

psikomotorik

Gambar 3.02: Model hipotesis analisis alur

antarvariabel penelitian.

Dapat juga menggunakan rumus-rumus (Pedhazur,

1982:602,105-109):

p12 " ^21 = r12

P31 =^31.2 *(r31~ r32*r12)/(1"r12

p32 "^32.1 =(r32~ r3rr21^^1"r21^

(53)

r41.2 " r43.2r13.2

t1 r43.2J U r13.2;

a

r42.1 " r43.1r23.1

(3-21)

. r45.1 ~ r42.1r32.1

Dalam rumus-rumus di atas, huruf dan angka mempunyai arti

r menunjukkan koefisien korelasi antara dua variabel.

p dan & menunjukkan koefisien alur antara variabel yang

bersangkutan.

1 sampai 3 menunjukkan nomor variabel-variabel bebas X.

(54)

4M

A,,."' .

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN

5.1. Kesirapulan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian hipotesis dan interpretasi

hasil pengolahan data penelitian yang dikemukakan dalam

Bab IV, dalam bagian ini dikemukakan beberapa

kesimpul-an ykesimpul-ang pada dasaraya merupakkesimpul-an jawabkesimpul-an atas permasalah

an yang dirumuskan dalam Bab I.

Kesimpulan-kesimpulan itu adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam

kemampuan kognitif dan prestasi kerja antara kelompok

operator lulusan STM dan SMA, tetapi dalam keterampilan

psikomotorik antara kedua kelompok operator itu terdapat

perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 0.995.

Perbedaan itu diperkirakan karena lulusan STM telah memi

liki pengalaman pemesinan (machining practice) yang dapat

ditransfer untuk pekerjaan-pekerjaan pada mesin-CNC.
(56)

Perbedaan keterampilan itu dapat- ditiadakan dengan membe-ri kadar latihan keterampilan yang lebih banyak kepada operator lulusan SMA selama masih berada di Pusdiklat. Dengan demikian sebagai operator mesin-CNC dapat direkrut

baik dari lulusan STM (me3in) maupun dari SMA (IPA).

2. Terdapat hubungan korelasional positif yang sig

nifikan antara keempat variabel penelitian (kemampuan kog

nitif, keterampilan psikomotorik, prestasi kerja dan kepu

asan kerja) pada tingkat kepercayaan 0.95 dengan koefisien

korelasi berkisar antara 0.24 sampai dengan 0.83. Ini ber

arti hubungan itu ada yang lemah dan ada yang cukup kuat. Namun secara keseluruhan terdapat indikasi variabel yang

satu mendukung keberhasilan variabel lainnya. Misalnya,

hubungan antara keterampilan psikomotorik dengan prestasi

kerja (r a 0.83 untuk ex-STM dan r = 0.69 untuk ex-SMA)

menunjukkan bahwa, makin tinggi keterampilan operator ma

kin tinggi pula prestasi kerja mereka.

3. Terdapat pola hubungan kausal yang sama dan sig

nifikan pada tingkat kepercayaan 0.99 antara kemampuan

kognitif dan keterampilan psikomotorik dengan prestasi

kerja pada kedua kelompok operator itu. Model alur yang

signifikan untuk kedua kelompok operator itu ditunjukkan

pada Gambar 5.01. Tanda-tanda pada gambar (lingkaran) mem

punyai arti sebagai berikut:

1 Kemampuan kognitif

(57)

3 Prestasi kerja

Angka-angka di atas garis alur menunjukkan besarnya koefi

sien alur. Ditinjau dari segi pendidikan, besar-kecilnya

koefisien alur itu dapat digunakan sebagai dasar perenca-naan intervensi peningkatan prestasi belajar, sedangkan dalam konteks pekerjaan dapat digunakan sebagai dasar

pem-binaan peningkatan prestasi kerja.

(Ex-STM) (Ex-SMA)

Gambar 5.01: Model alur yang signifikan untuk

" hipotesis utama pertama.

4. Terdapat hubungan kontributif yang signifikan

pada.tingkat kepercayaan 0.95 antara kemampuan kognitif,

keterampilan psikomotorik dan prestasi kerja terhadap ke

puasan kerja pada kedua kelompok operator itu, namun de

ngan pola alur yang berbeda seperti ditunjukkan pada Gam

bar 5.02. Angka-angka pada gambar itu mempunyai arti yang

sama dengan tersebut pada butir 3, sedangkan angka 4 ber

arti kepuasan kerja. Perbedaan pola alur terletak pada

(58)

mana untuk kelompok operator lulusan STM koefisien alurnya negatif. Mengingat koefisien korelasi antara kedua varia

bel itu positif (r = 0.25), maka diperkirakan adanya hal-hal yang berada di luar penelitian ini yang mempengaruhi ungkapan perasaan (kepuasan kerja) yang berdampak langsung

pada prestasi kerja.

(Ex-STM)

(Ex-SMA)

Gambar 5.02: Model alur yang signifikan untuk

(59)

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Mengingat penelitian ini diselenggarakan pada ling

kungan yang terbata3 tetapi mencakup dua kelompok operator

dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, maka dipan

dang perlu mengemukakan pembahasan berdasarkan

kesimpulan-kesimpulan tersebut di atas. Maksudnya agar kesimpulan-

kesimpulan-ke-simpulan itu dapat lebih dipahami baik secara konsep mau

pun empirik, khususnya dalam konteks pengembangan kuriku

lum pendidikan teknologi menengah.

1. Penelitian ini hanya ditujukan pada dua kelompok

operator mesin-CNC yang berasal dari lulusan STM (mesin)

dan SMA (IPA); dengan demikian hasil-hasil penelitian ha

nya berlaku untuk kedua jenis pendidikan dan jurusan itu

saja. Sejauh mana hasil-hasil penelitian itu dapat

diterap-kan pada lulusan sekolah-sekolah atau jurusan-jurusan lain,

perlu diteliti dengan mengadakan eksperimen dengan jumlah

responden yang cukup untuk mendukung kesahihan eksperimen

itu.

2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak

terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan kogni

tif antara kedua kelompok operator. Terdapat beberapa ke

mungkinan untuk sampai pada keadaan itu.

Pertama, entry behavior yang dipersyaratkan oleh

Pusdiklat IPTN sebagai prasyarat raengikuti pendidikan ope

(60)

Berdasarkan tinjauan kurikulum Pusdiklat, STM dan SMA (pe

riksa paragaraf 2.2.) prasyarat itu terletak pada pengua saan matematika, karena program-program CNC akan mudah di

pahami berdasarkan logika pemahaman matematika.

Kedua, Pusdiklat IPTN berhasil menghilangkan perbe

daan-perbedaan kemampuan kognitif. Hal ini dapat ditelu- ~

suri dan menganalisis hasil-hasil test formatif dan suma

tif. Pengolahan data sederhana (periksa Gambar 1.02) me

nunjukkan bahwa, peningkatan prestasi belajar siswa ex-STM terdapat pada pelajaran teori sementara dalam pelajaran praktek tidak ada peningkatan. Sebaliknya peningkatan

prestasi belajar siswa ex-SMA terdapat pada pelajaran prak

tek, sedangkan dalam pelajaran teori tidak terdapat pening katan yang berarti. Pada akhir Semester II prestasi rata-rata dalam pelajaran teori antara kedua kelompok siswa itu

tampak seimbang, yakni 64.8 untuk siswa ex-STM dan 65.3 un

tuk siswa ex-SMA,(periksa Lampiran U-01D). Hasil test kog

nitif dalam penelitian ini menghasilkan nilai rata-rata

61.3 untuk operator ex-STM dan 62.8 untuk operator ex-SMA.

Untuk mengetahui lebih mendalam latar belakang ge-,. jala belajar yang dikemukakan di atas, dilakukan wawancara

terhadap dua orang operator lulusan STM dan dua orang ope rator lulusan SMA secara terpisah. Kesimpulan jawaban me reka adalah, adanya kesadaran akan kelemahan dalam bidang

(61)

STM. Dari para instruktur diperoleh informasi bahwa, pada

waktu pelajaran teori siswa lulusan SMA lebih aktif

berta-nya, sebaliknya pada waktu pelajaran praktek siswa lulusan

STM lebih berani mulai dengan mencoba-coba sementara siswa

lulusan SMA hanya mengamati, kemudian mencoba berdasarkan

hasil pengamatan itu. Di sini tampaknya siswa lulusan SMA

lebih menggunakan strategi kognitif dalam menghadapi

tugas-tugas baru.

Ketiga, kedua kelompok operator memandang mesin-CNC

sebagai mesin modern yang harus dipelajari berdasarkan

lo-gika matematika saja, sedangkan pelajaran-pelajaran lain

sebagai pelengkap. Sejauh menyangkut program CNC pandangan

itu dapat dibenarkan, namun sebagaimana telah dikemukakan

tampaknya struktur kognitif yang terbentuk oleh pengalaman

sebelumnya turut berperanan.

3. Dalam keterampilan psikomotorik, perkembangan ke

terampilan kelompok operator ex-STM lebih baik daripada ke

lompok operator ex-SMA. Dalam penelitian ini selain hal itu

dapat dibuktikan secara statistik, interpretasi lain dapat

diperoleh dari pola kurva performansi yang ditunjukkan pa

da Gambar 5.03.

Keterampilan kelompok operator lulusan STM mening

kat menurut pola kurva performansi 85.9% yang dinyatakan

dengan persamaan K„ «TN/TS -2.63N"0*22 sedangkan kelom

pok operator lulusan SMA mengikuti pola kurva performansi

(62)

kedua persamaan itu KN • perbandingan antara waktu nyata

dengan waktu standard, TN • jumlah jammanusia untuk menye

lesaikan tugas ke-N, T3 • jumlah jammanusia standard untuk

tugas yang sama, N a nomor pengulangan.

Kurva kelompok operator ex-STM lebih curam daripada

kurva kelompok operator ex-SMA. Ini berarti peningkatan

keterampilan operator ex-STM lebih cepat daripada ex-SMA.

gh 2

>fl

[image:62.595.129.460.250.542.2]

Nomor pengulangan, N

Gambar 5.05: Kurva performansi operator

mesin-CNC.

Hal itu dimungkinkan karena operator lulusan STM telah me miliki bekal keterampila

Gambar

Tabel KontigensiKeterampilan Kemampuan Kognitif - Psikomotorik
Gambar:
Gambar 1.01:
Gambar 3.01: Konsep penjabaran isialat pengumpul data.
+5

Referensi

Dokumen terkait

penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum di dalam memahami penulisan secara keseluruhan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Pelaku tindak

Muncul soal berikutnya, quiz berhenti ketika waktu habis atau sudah selesai mengerjakan soalnya. Halaman hasil User mengklik tombol mulai lagi User akan kembali ke menu

Selain faktor diatas, pemilihan wilayah pedalangan juga bertujuan untuk mengetahui seberapa besar potensi pengaruh keberadaan IPAL dalam persebaran bakteri Escherichia

infi)rmasi menggunakan artifacts diagram pemodelan UML. Uji coba yang dilakukan menggunakan dua skenario yang didapatkan dart studi kasus yang ada pada Dinas Pengelolaan Tanah

Akan tetapi jika dilihat nilai rataan antara bagian ruas dan buku, keragaman kekuatan tarik sejajar serat antar jenis bambu dipengaruhi oleh kadar lignin (Gambar

(2) Rancangan Rencana Kerja SKPD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan daerah yang dilaksanakan langsung

This review is covering partly our many years period results on the biochemical background investigation of genetic control of storage protein biosynthesis in

Sehingga tidak lagi terjadinya antrian yang tidak tertib dan dalam pencarian kartu rekam medik sangat mudah dilakukan karena di kartu pasien yang berbarcode di sertakan nomor