• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR'ĀN SURAT AL-ISRĀ' AYAT 23-25 TENTANG BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG TUA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR'ĀN SURAT AL-ISRĀ' AYAT 23-25 TENTANG BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG TUA."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1823/UN.40.2.6.1/PL/2013

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM

AL-QUR'

ĀN SURAT

AL-

ISRĀ

' AYAT 23-25 TENTANG

BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG TUA

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSebagianDari

SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan

Program StudiIlmuPendidikan Agama Islam

oleh :

Tanti DewiLuthfi

0901464

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM AL-QUR’AN SURAT AL-ISRA’

AYAT 23-25 TENTANG BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG TUA

Oleh

Tanti Dewi Luthfi

0901464

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tanti Dewi Luthfi 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak

seluruhnya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Tanti Dewi Luthfi

0901464

NILAI-NILAI PENDIDIKAN YANG TERKANDUNG DALAM

AL-QUR'

ĀN SU

RAT AL-

ISRĀ' AYAT 23

-25 TENTANG

BERBUAT BAIK TERHADAP ORANG TUA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

. M.Pd Aam Abdussalam, H.

Dr.

NIP. 1967 0402 198601 1 001

Pembimbing II

. in, M.Ag Dr. Fahrud

NIP. 1959 1008 198803 1 003

Mengetahui:

Ketua Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

. Firdaus, M.Ag Dr. H. Endis

(4)
(5)

ABSTRAK

Al-Qur'ān merupakan kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk dijadikan petunjuk bagi umat-Nya dalam menempuh dan menata kehidupan agar selamat di dunia maupun di akhirat. Al-Qur'ān mengandung banyak nilai-nilai edukatif, didalamnya terdapat ayat-ayat untuk membimbing dan mendidik manusia agar senantiasa berada di jalan yang lurus. Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25 merupakan salah satu contoh petunjuk dari Allah swt yang memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya supaya menyembah-Nya dan tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian perintah berbuat baik terhadap orang tua, seperti tidak mengatakan perkataan kasar apalagi menyakiti hati keduanya sekalipun ucapan uff’ hendaklah berbicara

dengan perkataan yang baik, mulia, lemah lembut serta bertawadu kepada keduanya. Namun, fenomena yang kita amati antara hak dan kewajiban anak terhadap orang tua seringkali terlupakan dan kurang mendapatkan perhatian dalam kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana pendapat para mufassīr tentang tafsīran Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25; (2) Pendapat para mufassīr mengenai tin dakan-tindakan yang termasuk dalam berbuat baik terhadap orang tua yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25; dan (3) Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25 tentang berbuat baik terhadap orang tua.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode tafsīr maudū'i. Peneliti berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data yang relevan dengan cara menyajikan data dan menganalisis sehingga ditemukan penemuan-penemuan mengenani nilai-nilai pendidikan dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23-25.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode studi pustaka (Library Research). Data utama yang digunakan peneliti adalah Tafsīr Al-Misbah, Tafsīr Al

-Qur'ānul Majīd An-Nūr, Tafsīr Fī Zilālil Al-Qur'ān, Tafsīr Al-Azhār dan Tafsīr Al-Aisar.

Kemudian teknik analisis menggunakan kaidah dilālah al-lafz dan munāsabaħ.

Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al- Isrā' ayat 23-25, yaitu: Pendidikan Tauhīd dan Pendidikan Birrul Wālidain.

(6)

ABSTRACT

Al-Qur'ān is the holy book revealed to the Prophet Muhammad to be used as guidance for his people to go through and organize the lives to be saved in this world and in the hereafter. Al-Qur'ān contains many educational values, in which there are verses to guide and educate people to always be on the right path. Q.S Al-Isrā' verse 23-25 is one example of the instructions of the gods who commanded his servants that worship and no partner for him. And then the command to do good to parent like not say rude words let alone hurt them even saying uff’ shall speak with the words of the good, noble, gentle and tawadhu to both. But, the phenomena that we observe between the rights and obligations of children to parents is often overlooked and lack of attention in everyday life.

The study aims to determine: (1) how opinions of the commentators on Q.S. Al-Isrā' verses interpretation 23-25; (2) opinions of the commentators on the measures included in the doing good to parents in the Q.S. Al-Isrā' verses 23-25; and (3) educational values contained in Q.S. Al-Isrā' verses 23-25 of doing good to the parents.

As for the methods used in this study is using a qualitative approach and methods of interpretation mauḍū'i. Researchers trying to tell solving existing problems based on relevant data by presenting and analyzing the data that was found discoveries about of education in Q.S. Al-Isrā' verses 23-25.

Data collection techniques in this study using the literature (Library Research). The main data used are the researchers: Tafsīr Al-Misbah, Tafsīr Al-Qur'ānul Majīd An-Nūr,

Tafsīr Fī Zilālil Al-Qur'ān, Tafsīr Al-Azhār dan Tafsīr Al-Aisar. And then use analysis

techniques dilālah al-lafz and munāsabaħ.

As for the educational values contained in Q.S. Al-Isrā' verses 23-25, is: education monotheism and Birrul Wālidain education.

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI... 1

PEDOMAN TRANSLITERASI ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Pendekatan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. 1. Nilai... Error! Bookmark not defined. 2. Pendidikan... Error! Bookmark not defined. 3. Al-Qur'ān ... Error! Bookmark not defined. 4. Surat Al-Isrā' ayat 23-25 ... Error! Bookmark not defined. D. Kerangka Pemikiran... Error! Bookmark not defined. E. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Data Primer ... Error! Bookmark not defined. 2. Data Sekunder ... Error! Bookmark not defined. F. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 1. Data Reduction (Reduksi Data) ... Error! Bookmark not defined. 2. Data Display (Penyajian Data)... Error! Bookmark not defined. 3. Conclution Drawing / Veryfication ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Asbāb An-Nuzūl Q.S. Al-Isrā' ... Error! Bookmark not defined. 2. Pendapat Para Mufassīr Mengenai Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25Error! Bookmark not

defined.

3. Tindakan-Tindakan Yang Terkandung Dalam Q.S Al-Isrā' Ayat 23-25

Tentang Berbuat Baik Terhadap Orang Tua ... Error! Bookmark not defined. 4. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-Isrā' Ayat 23-25

Tentang Berbuat Baik Terhadap Orang Tua ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan... Error! Bookmark not defined. 1. Pembahasan Q.S. Al-Isrā' ayat 23 ... Error! Bookmark not defined. 2. Pembahasan Q.S. Al-Isrā' ayat 24 ... Error! Bookmark not defined. 3. Pembahasan Q.S. Al-Isrā' ayat 25 ... Error! Bookmark not defined. 4. Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-Isrā' Ayat 23-25

Tentang Berbuat Baik Terhadap Orang Tua ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined. B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Al-Qur'ān merupakan suatu pedoman yang memberikan pembinaan hidup bagi

umat manusia di dunia, baik dalam hubungannya dengan Sang Pencipta maupun

dengan sesama makhluk. Banyak sekali firman Allah yang mempunyai pengaruh dalam

jiwa. Apabila seseorang telah mengamalkan dan menghayati, maka Al-Qur'ān akan

berpengaruh bagi kepribadiannya.

Adapun definisi Al-Qur'ān yang dikemukakan oleh Mukhtar Yahya (Majid et al.

2008: 33) Al-Qur'ān ialah kalām Allah yang diturunkan kepada Nabi Mu ammad saw

dengan perantaraan malaikat Jibrīl sebagai ujjah (argumentasi) baginya dalam

mendakwahkan kerasulannya dan sebagai pedoman hidup bagi manusia yang dapat

dipergunakan untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat serta sebagai

media untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dengan membacanya.

Adapun fungsi Al-Qur'ān oleh Majid et al. (2008: 41) Al-Qur'ān bagi manusia

dapat berfungsi sebagai petunjuk, sebagai sumber hukum dan sebagai sumber

peringatan dan pelajaran. Petunjuk berarti pedoman yang memberitahukan tentang apa

yang perlu dan mesti ditempuh dan dijalankan dan apa yang tidak boleh dilakukan dan

harus dihindarkan. Al-Qur'ān bagi manusia merupakan petunjuk dalam menempuh dan

menata kehidupan di dunia agar ia selamat dan mendapat kebahagiaan baik di dunia

maupun di akhirat.

Pembahasan Al-Qur'ān sangatlah luas cangkupannya. Islam sangat terperinci

dalam mengatur pola kehidupan umat manusia. Kandungan Al-Qur'ān diantaranya

meliputi pokok-pokok ajaran Islam baik mengenai „aqīdah, ibadah dan muamalaħ,

akhlāq, hukum, sejarah, dan ilmu pengetahuan tentang jagat raya.

Islam merupakan agama yang komplit dan totalitas. Dikatakan komplit karena

didalamnya mengatur segala macam aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan

langsung dengan Tuhan maupun dengan makhluk lainnya. Dikatakan totalitas karena

segala ketentuan tersebut bersifat menyeluruh dan terperinci.

Salah satu wilayah yang menjadi garapan Islam ini yaitu pembahasan mengenai

keluarga. Menurut Soelaeman (Djamarah, 2004: 16-17) keluarga secara psikologis

(10)

masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling

mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam

pengertian pedagogis, keluarga adalah suatu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih

sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan yang

bertujuan untuk saling menyempurnakan diri.

Pada dasarnya keluarga itu adalah sebuah komunitas dalam “satu atap”.

Kesadaran untuk hidup bersama dalam satu atap sebagai suami-istri dan saling interaksi

dan berpotensi punya anak akhirnya membentuk komunitas baru yang disebut keluarga.

Karenanya keluarga pun dapat diberi batasan sebagai sebuah grup yang terbentuk dari

perhubungan laki-laki dan perempuan, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung

lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi, keluarga dalam bentuk

yang murni merupakan satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak

yang belum dewasa. Satuan ini mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama dimana saja

dalam suatu kesatuan masyarakat manusia (Hartono dan Aziz, 1993: 79).

Dalam kehidupan berkeluarga terdapat contoh pokok-pokok pembahasan

misalnya persoalan rumah tangga, persoalan mengenai pemeliharaan anak, hak dan

kewajiban orang tua kepada anak ataupun sebaliknya mengenai hak dan kewajiban

anak terhadap orang tua dan lain sebagainya semuanya telah diatur sedemikian rupa

dalam Islam yang termaktub dalam Al-Qur'ān.

Dalam sebuah keluarga setiap orang tua pasti berharap memiliki keturunan yang

ṣalih dan ṣalihah. Tidak akan pernah ada orang tua yang berharap memiliki anak yang durhaka. Karena anak ṣalihlah yang akan menjadi permata hati dan penyejuk mata

sedangkan anak durhaka laksana racun berbahaya yang pelan-pelan menggerogoti

kebahagiaan mereka. Salamulloh (2008: 87-88) mengatakan menurut para ulama, potret

anak ṣalih adalah seorang anak yang selalu patuh terhadap perintah orang tuanya,

menjauhi larangannya, senantiasa bertakwa kepada Allah dan rajin mendoakan

keduanya. Rasūlullāh saw bersabda: "Ketika anak cucu Adam wafat, maka terhentilah

amalnya melainkan tiga hal: sedekah jariyah (yang kekal pahalanya), ilmu yang

bermanfaat dan anak ṣalih yang selalu mendoakan orang tuanya.” ( R. Al-Bukhari).

Seiring perkembangan zaman saat ini, tentu banyak perubahan terhadap pola

(11)

tua. Dengan berbagai macam kemajuan teknologi yang secara tidak langsung membuat

manusia hidup dalam keterasingan dan membuat anak-anak menjadi lebih tidak taat

kepada orang tuanya. Mereka lebih asyik bercengkrama dengan orang lain melalui

media sosial yang sekarang banyak digandrungi seperti facebook, twitter, path dan lain

sebagainya. Oleh karena itu, hubungan manusia ini harus diperbaiki dengan adanya

keterkaitan antara satu dan yang lainnya seperti halnya di lingkungan keluarga saja

yang berada pada masa transisi mempengaruhi tingkat kesenjangan komunikasi anak

dengan orang tua. Hal yang sangat menentukan dalam hubungan suatu keluarga itu

ialah terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak lalu terbentuklah

kepribadian manusia yang baik dan bermartabat. Kemudian, sifat baik itu dipraktikan

dalam keluarga, masyarakat dan khususnya untuk dirinya sendiri. Lebih pentingnya lagi

dalam kehidupan ini membentuk kepribadian dan sifat orang baik dari yang terbaik di

lingkungan keluarga ataupun bermasyarakat (Arifudin, 2009: 1).

Apabila pertumbuhan dan kemakmuran keluarga diutamakan dan lebih

diperhatikan, niscaya keluarga tersebut akan menumbuhkan keluarga yang sejahtera

dan harmonis. Apabila keluarga tersebut didirikan atas dasar agama yang kuat sehingga

agama menjadi faktor yang terpenting di dalam pendidikan keluarga. Pada zaman

modern saat ini banyak yang kurang memberikan pendidikan agama kepada

anak-anaknya. Walaupun orang tua memberikan fasilitas lengkap terhadap anak-anaknya

tanpa adanya suatu dasar agama yang kuat dan kurangnya perhatian dari orang tua hal

itu akan mengakibatkan masalah pada anak. Oleh karena itu, banyak anak yang

mengalami stress, frustasi dan berbagai macam gangguan jiwa yang dapat

menghancurkan anak. Bahkan tidak sedikit anak-anak mereka yang menjadi pecandu

narkoba, mengkonsumsi minuman keras hingga bunuh diri (Al-Hazimiy, 2004: 8).

Dari fenomena-fenomena tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa

sesungguhnya pemenuhan kebutuhan dan pembinaan anak bukan hanya dari segi

material saja akan tetapi kebutuhan rohanipun harus dipenuhi. Sehingga anak tidak

melakukan perbuatan yang menyimpang dan berbuat semaunya terhadap orang tua.

Sebagaimana wasiat Rasūlullāh saw yang berbunyi: “Muliakanlah anak-anakmu dan

perbaikilah akhlāq mereka” (Hamazah, 1993: 49).

Bukan hanya orang tua saja yang berperan penting dalam hal ini akan tetapi

(12)

Oleh karena itu, menjadi suatu kewajiban seorang anak patuh terhadap orang tuanya

sebagaimana yang telah difirmankan Allah swt di dalam Al-Qur'ān, yaitu:



































































1 Artinya:

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan

sesuatupun dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang

jauh, dan teman sejawat, ibnū sabīl dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”

(Q.S. An-Nisā' [4]: 36)

Oleh karena itu, di dalam sebuah keluarga hendaklah adanya timbal balik antara

satu dengan yang lainnya. Kemudian saling menjaga antara sesama di dalam keluarga

sendiri. Sebagaimana firman Allah swt:















































Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu

dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malāikat-malāikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang

diperintahkan.” (Q.S. At-Taḥrīm [66]: 6)

Sejalan dengan perintah di atas, maka wajib bagi seorang anak untuk berbakti

dan menjaga nama baik keluarga terutama orang tua. Janganlah sampai anak

1

Seluruh teks ayat Al-Qur'ān dan terjemahnya dalam skripsi ini diambil dari software Al-Qur‟ān in word yang

(13)

membangkang karena itu adalah suatu dosa besar dan merupakan kedurhakaan.

Menurut Hasyim (1980: 60) tidak hanya faktor keteledoran orang tua dalam mendidik

anaknya saja akan tetapi ada banyak hal yang menyebabkan kedurhakaan seorang anak

terhadap kedua orang tuanya, antara lain: (1) Karena terpengaruh harta dan kedudukan;

(2) Karena keturunan; (3) Karena kepentingan dirinya sendiri; dan (4) Karena pengaruh

lingkungan

Di samping itu pula masih banyak hal-hal yang menyebabkan berkurangnya

kebaktian anak terhadap kedua orang tuanya. Dilihat dari kenyataan di atas serta

didukung dengan berbagai landasan maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

berbakti kepada orang tua adalah suatu kewajiban utama seperti berhubungan baik

dengan Allah swt dan berbuat durhaka kepada keduanya merupakan suatu dosa besar.

Islam mengibaratkan hubungan keluarga sebagai benih yang mampu

menumbuhkan hubungan interaksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Oleh

karena itu, keluarga merupakan unit terkecil dari sekelompok masyarakat dan itu

merupakan benih utama untuk terwujudnya kehidupan sosial yang baik. Apabila

keadaan keluarga baik maka besar kemungkinan akan baik pula dalam hubungan

lingkungan masyarakat yang dibentuknya dan yang tidak kalah pentingnya lagi dalam

hubungan suami istri yang sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan anak yang

akan dididiknya demi masa depan dan kelangsungan peradaban umat manusia yang

akan datang (Al-Munajjid, 1994: 29).

Orang tua memiliki kedudukan yang tinggi dalam Islam. Setiap anak memiliki

kewajiban untuk berbuat baik terhadap kedua orang tuanya. Kasih sayang yang tulus

yang diberikan orang tua tidak akan mampu dibayar dengan materi sebanyak apapun

oleh seorang anak. Oleh karena itu, kasih sayang, perhatian dan pengorbanan orang tua

harus di balas dengan suatu kebaikan, kasih sayang dan pengorbanan serupa meski

sampai kapanpun tak akan sebanding. Islam mengenal dua macam orang tua yang harus

dihormati yakni orang tua biologis yang telah melahirkan kita dan orang tua yang telah

mengantarkan kita menuju pengenalan terhadap Allah swt.

Berdasarkan pemberitaan yang banyak beredar di media dan surat kabar,

fenomena yang terjadi sekarang yaitu banyak anak yang berbuat jahat kepada orang

tuanya bahkan ada yang tega sampai hati untuk membunuh orang tuanya sendiri karena

hal-hal yang sepele. Padahal, kejahatan terhadap mereka merupakan dosa besar yang

(14)

yang berat baik di dunia maupun di akhirat. Kita harus menghindari paham-paham

yang dapat merusak pola kekerabatan keluarga yang menyerang generasi kita saat ini.

Melalui tayangan film, iklan, media masa, internet dan lain sebagainya untuk

memungkinkan generasi kita tercemari oleh gaya hidup yang tidak menghargai

tingginya kedudukan orang tua di hadapan anaknya. Melalui pergaulan dan pola gaya

hidup kebarat-baratan tersebut seringkali seorang anak terpengaruhi dengan mudah

sehingga menjadikan mereka membangkang perintah orang tua, tidak sopan dan

berlaku tidak senonoh. Miskinnya perhatian yang orang tua berikan terhadap masalah

ini akan semakin mempermudah sang anak merusak tata nilai keluarga Islam.

Islam menempatkan kedudukan orang tua pada tempat yang terhormat di dalam

Al-Qur'ān. Kedua orang tua menempati posisi penting dalam hidup ini setelah Allah

swt dan Rasūl-Nya. Perlakuan dan ucapan terhadap orang tua merupakan pintu keberkahan maupun kesulitan bagi seorang anaknya. Jika anak berbakti dan

memperlakukan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang Allah swt perintahkan,

maka Allah swt akan memberikan keberkahan hidup pada anak tersebut. Berlaku juga

sebaliknya, jika seorang anak durhaka terhadap ibu bapaknya maka Allah swt tidak

segan-segan menyulitkan jalan hidupnya.

Alkisah pada massa Rasūlullāh saw pun diceritakan ada seorang pemuda yang

bernama Alqāmah. Ia merupakan seorang yang giat dalam menunaikan ṣalat, puasa, sedekah dan ibadah-ibadah lainnya. Akan tetapi, karena sikapnya yang terlalu

mengutamakan istrinya sehingga melukai hati ibunya membuat Alqāmah kesulitan ketika menghadapi sakāratul mautnya. Namun ketika ibunya telah memaafkan

kesalahannya Ia pun bisa mengucapkan kalimat tau īd dengan mudah.

Kisah tersebut menunjukkan pentingnya berbakti kepada orang tua. Hanya

dengan riḍa orang tua, seorang anak dapat menjalani hidupnya dengan damai dan

selamat di dunia maupun di akhirat. Rasūlullāh saw juga mengingatkan bahwa,

keriḍaan Allah swt terletak pada keriḍaan orang tua dan kemarahan Allah swt terletak

pada kemarahan orang tua. Oleh karena itu, kewajiban kita selaku anak untuk berbuat

sebaik-baiknya terhadap kedua orang tua (Shihab, 2007: 108-112).

Di dalam Al-Qur'ān juga Allah memberikan penjelasan mengenai akhlāq

(15)

































































































Artinya:

Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan. (Q.S.

Luqmān [31]: 14-15)

Melalui ayat di atas, Allah memerintahkan kepada umat manusia agar

senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua. Mereka berdua telah banyak berjasa

kepada kita sebelum lahir hingga seorang anak tumbuh menjadi dewasa, tak pernah

sedetikpun kasih sayang mereka terlewatkan.

Bila kita renungkan bagaimana seorang ibu menanggung kepayahan, kesakitan

dan keletihan saat mengandung anaknya. Derita yang ia alami luar biasa beratnya,

berjalan tidak enak, tidurpun tidak nyenyak dan makan pun tidak nikmat. Sehingga

melakukan hal apapun tidak nyaman. Penderitaan itu dijalaninya dalam waktu yang

tidak sebentar yaitu sembilan bulan lamanya. Kesengsaraan demi kesengsaraan

dihadapinya dengan tabah dan ikhlas. Tidak sedikitpun seorang ibu merasa terbebani

dengan kondisi pahit itu.

Begitu tulus kasih sayang seorang ibu. Tidak pernah terbesit sedikit pun di

hatinya untuk meminta balasan dari anaknya. Seorang ibu hanya berharap semoga

(16)

Kondisi melelahkan itu tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi juga oleh seorang ayah.

Dengan kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarganya berarti beban hidup

semakin bertambah. Artinya, ia harus lebih gigih lagi dalam mencari nafkah untuk

memenuhi kebutuhan keluarganya.

Demi memenuhi kebutuhannya itu seorang ayah rela memeras keringat dan

membanting tulang. Ibarat, kaki dijadikan kepala dan kepala dijadikan kaki. Semua itu

tidak menjadi masalah baginya karena demi melihat sang anak bisa hidup sehat dan

tidak mengalami kekurangan apapun, kelelahan bekerja pun tak dirasakan olehnya.

Oleh karena itu, seorang anak diperintahkan untuk berbakti kepada orang

tuanya, terutama kepada sang ibu. Dalam adīṡ disebutkan bahwa nama ibu disebut

oleh Rasūlullāh saw sampai tiga kali sebagai pihak yang wajib ditaati baru kemudian

ayah.

Dari uraian di atas, sudah sepatutnya seorang anak membalas budi baik orang

tuanya meskipun hal itu mustahil dilakukan. Tepat sekali rasanya pepatah yang

mengatakan bahwa kasih sayang orang tua sepanjang jalan sedangkan kasih sayang

anak sepanjang galah. Semua itu jelas karena tidak akan seimbang apabila diukur kasih

sayang anak kepada orang tuanya dengan kasih sayang orang tua kepada anaknya.

Islam merupakan suatu ajaran yang salah satu aspeknya berhubungan antara

manusia dengan manusia ( ablunminannās). Oleh karena itu, Islam sangat

memperhatikan tata cara pergaulan untuk membentuk suatu sikap yang baik yakni

al-akhlāq al-karīmah. Di samping itu pula, ditetapkan prinsip persamaan derajat dan

persaudaraan serta menghormati hak orang lain termasuk sikap dan kewajiban orang

tua terhadap anak mapun anak terhadap orang tua di dalam lingkungannya.

Hak dan kewajiban pergaulan anak dengan orang tua harus didasari rasa kasih

sayang dan tanggung jawab yang besar yang didasari oleh nilai-nilai keagamaan

terutama dalam berbuat baik terhadap orang tua. Allah swt berfirman dalam surat

Al-Isrā' ayat 23-25:

(17)















































Artinya:

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu; jika kamu orang-orang yang baik, Maka Sesungguhnya dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertaubat. (Q.S.

Al-Isrā' [17]: 23-25)

Menurut Al-Maraghi (1998: 17) bahwasanya tidak ada karunia yang sampai

kepada manusia yang lebih banyak di banding karunia Allah yang diberikan kepadanya,

kemudian karunia kedua orang tua. Apabila kedua orang tua atau salah seorang di

antaranya berada di sisimu hingga mencapai keadaan lemah tidak berdaya dan tetap

berada di sisimu pada akhir umurnya sebagaimana kamu berada di sisi mereka berdua

pada awal umurmu maka kamu wajib belas kasih dan sayang terhadap keduanya dan itu

merupakan amal yang paling di cintai oleh Allah dan Rasūlullāh saw.

Uraian di atas membuat kita semakin jelas bahwasannya sebagai seorang

muslim dan hamba-Nya yang paling mulia hendaknya menjalankan segala apa yang

diperintahkan-Nya, terutama perintah tentang adab seorang anak terhadap orang tua.

Allah telah menjelaskan dan mengajarkan kita melalui Rasūl-Nya tentang berbuat baik

terhadap orang tua. Langkah paling awal yang membuktikan sikap anak terhadap orang

tua adalah tutur katanya dengan bahasa yang baik dan halus. Bahasa yang halus dan

baik itu sesuai dengan lingkungan masyarakat dimana anak-anak itu tinggal dengan

orang tuanya. Secara syar’i ibu bapak mempunyai hak untuk memperoleh penuturan

kata yang baik, halus dan penuh kesopanan dari anak-anaknya. Jika ternyata anak

menggunakan tutur kata yang kasar dan ucapan-ucapan yang merendahkan berarti ia

(18)

Bertitik tolak dari uraian di atas, bahwasannya hak dan kewajiban seorang

muslīm terhadap orang tua sebaiknya harus didasari oleh sikap pergaulan yang Islami, kasih sayang dan saling menghormati. Namun, dalam kenyataan hak dan kewajiban itu

seringkali terlupakan dan terabaikan dalam pelaksanannya. Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25

apabila di telaah mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat dalam sekali. Oleh

karena itu, penelitian ini akan mengangkat judul: “Nilai-Nilai Pendidikan Yang

Terkandung Dalam Q.S. Al-Isrā' Ayat 23-25 Tentang Berbuat Baik Terhadap Orang

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana pendapat para mufassīr tentang tafsīran Q.S. Al-Isra' ayat 23-25?

2. Apa pendapat para mufassīr mengenai tindakan-tindakan yang termasuk dalam

berbuat baik terhadap orang tua yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25?

3. Apa nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25 tentang

berbuat baik terhadap orang tua?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Q.S. Al-Isrā’ ayat 23-25 Tentang Berbuat Baik Terhadap Orang Tua memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendapat para mufassīr tentang Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25.

2. Untuk mengetahui pendapat para mufassīr mengenai tindakan-tindakan yang

termasuk dalam berbuat baik terhadap orang tua yang terkandung dalam Al-Qur’ān

Surat Al-Isrā' ayat 23-25.

3. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā' ayat

(20)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat di ambil dari penelitian ini, yaitu:

1. Bagi penulis

Dengan penelitian ini akan menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman

penulis khususnya yang berkenaan dengan berbuat baik terhadap orang tua.

2. Bagi Prodi IPAI UPI

Penelitian ini di samping sebagai sumbangan perpustakaan untuk bahan bacaan

mahasiswa juga diharapkan menjadi bahan yang berkaitan dengan masalah nilai-nilai

pendidikan dan etika berbuat baik terhadap orang tua sehingga membawa keberhasilan

yang optimal dalam meningkatkan nilai-nilai pendidikan dan perilaku berbuat baik

mahasiswa terhadap orang tua menjadi lebih baik lagi.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini akan turut memperkaya khasanah ilmu pengetahuan pada

umumnya dan pendidikan agama Islam pada khususnya.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penulisan karya ilmiah ini, urutan

penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN berisi tentang uraian penelitian yang terdiri dari latar

belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA terdiri dari beberapa sub pembahasan yaitu

Pertama, nilai pendidikan Islam yang meliputi: pengertian nilai, sumber nilai,

pengertian pendidikan Islam, landasan nilai-nilai pendidikan Islam, tujuan nilai-nilai

pendidikan Islam dan jenis-jenis nilai pendidikan Islam. Kedua, membahas mengenai

akhlāq yang meliputi: pengertian akhlāq, ruang lingkup dan sasaran akhlāq,

prinsip-prinsip akhlāq, faktor-faktor yang mempengaruhi akhlāq dan macam-macam akhlāq.

Ketiga, membahas mengenai berbakti kepada orang tua menurut Al-Qur'ān yang

meliputi: pengertian berbakti kepada orang tua, macam-macam bentuk berbakti kepada

orang tua, keutamaan berbakti kepada orang tua, bahaya durhaka kepada orang tua dan

(21)

BAB III METODE PENELITIAN berisi penjabaran yang rinci mengenai

metode penelitian yang terdiri dari pendekatan penelitian, metode penelitian, definisi

operasional, kerangka pemikiran, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terdiri dari hasil

penelitian yang meliputi asbāb an-nuzūl, pendapat para mufassīr tentang Q.S. Al-Isrā''

ayat 23-25, tindakan-tindakan yang termasuk dalam berbuat baik terhadap orang tua

yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25 dan pembahasan dari Q.S. Al-Isrā''

ayat 23-25 yang meliputi analisis ayat dan nilai-nilai pendidikan yang terkandung

dalam Q.S. Al-Isrā' Ayat 23-25.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN pada bab terakhir ini merupakan

penutup yang berisi kesimpulan dari hasil jawaban terhadap pokok masalah. Dari

keseluruhan upaya yang telah dilakukan dalam penelitian. Di samping itu penulis juga

memberikan saran-saran sebagai tindak lanjut untuk masa yang akan datang.

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Ada banyak definisi mengenai penelitian yang telah dipaparkan oleh para ahli

dalam bidang metodologi, yaitu sebagai berikut:

1. Menurut Sukmadinata (2010: 5) penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

2. Menurut Saebani (2008: 39) penelitian merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui seluk-beluk sesuatu.

3. Menurut Soetrisno Hadi yang dikutip oleh Waluya (2006: 61) penelitian adalah sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode.

4. Menurut Subagyo (1991: 2) penelitian adalah usaha atau pekerjaan untuk mencari kembali yang dilakukan dengan suatu metode tertentu dengan hati-hati, sistematis serta sempurna terhadap permasalahan atau menjawab problem. 5. Satori dan Komariah (2012: 20) penelitian adalah kegiatan menelusuri

data/fakta sebenarnya untuk memenuhi keingintahuan manusia tentang sesuatu yang dilihat atau didengar dengan menggunakan ukuran kebenaran yang dianutnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penelitian yaitu suatu usaha untuk menemukan

suatu kebenaran atas suatu masalah yang didasarkan atas data yang terpercaya.

Menurut Saebani (2008: 129) ada tiga persyaratan penting dalam mengadakan

penelitian, yaitu:

a. Sistematis, artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

b. Berencana, artinya dilaksanakan dan dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. c. Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian

mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

Penelitian yang dilakukan secara ilmiah merupakan suatu cara kerja atau

metode kerja yang sistematis dan memenuhi karakteristik tertentu. Adapun karakteristik

yang harus dimiliki pada saat penelitian, yaitu: 1) objektivitas; 2) akurat; 3) verifikasi;

4) penjelasan yang hemat/singkat; 5) empirisme; 6) penalaran logis; dan 6) kesimpulan

(23)

82

Darmadi (2011: 10) menuliskan dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan,

bahwa pada dasarnya ada tiga fungsi dan peran penelitian, yaitu: a) Membantu manusia

memperoleh pengetahuan; b) Memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan; atau c)

Memberi pemecahan atas suatu masalah.

Suatu penelitian memiliki prosedur sistematis yang memenuhi kriteria sebagai

suatu penelitian ilmiah. Secara umum penelitian ilmiah juga harus memenuhi

langkah-langkah berikut, yaitu: a) masalah atau penelitian masalah; 2) telaah teoritis; 3)

pengujian fakta; dan 4) kesimpulan. (Satori dan Komariah, 2012: 37)

Subagyo (1991: 9) menuturkan bahwa penelitian itu dibedakan menjadi dua

bagian, yaitu:

1) Penelitian dasar (basic research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah atau dimaksudkan untuk menemukan bidang pengetahuan baru dan digunakan bukan untuk tujuan praktis tertentu.

2) Penelitian terapan (applied research), yaitu penelitian yang dilakukan untuk maksud meningkatkan ilmu pengetahuan ilmiah dan memperhatikan bahwa penelitian dilakukan untuk tujuan praktis.

Moleong (2010: 49) berpendapat bahwa penelitian pada hakikatnya merupakan

suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.

Adapun ciri-ciri dari penelitian ilmiah menurut Subagyo (1991: 10), yaitu:

1) Terhindar dari pengaruh-pengaruh yang membawa pemikiran subyektif.

2) Data yang diperoleh merupakan fakta yang ada di lokasi penelitian, bukan perkiraan atau dibuat sendiri (fiktif) atau berdasarkan angan-angan.

3) Jujur tidak memutar balikan fakta, melihat segala yang ada secara faktual tanpa menutupi apa yang ada.

4) Berpijak dari objektifitas, tidak mencari yang baik dengan meninggalkan hal-hal yang kurang baik namun relevan.

5) Pelaksanaan berpedoman pada langkah-langkah tertentu secara sistematik dan analisis.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian

kualitatif, karena kajian yang akan dibahas mengenai nilai-nilai pendidikan berbuat

baik terhadap orang tua dalam Al-Qur'ān yang merupakan bagian dari interaksi

manusia dengan manusia (ḥablumminannās) khususnya hubungan anak terhadap orang

tua agar mendapatkan pemahaman yang lebih baik untuk diaplikasikan dalam

(24)

83

Sarwono (2006: 193) mengutip pendapat Catherine Marshal yang

mengemukakan bahwa kualitatif riset didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba

untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada

dalam interaksi manusia.

Adapun menurut Moleong yang diikuti Zuhriah (2006: 92) yang dimaksud

dengan penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat

diamati. Sugiyono (2013: 1) menjelaskan bahwa:

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting, sehingga penelitian ini sering disebut naturalistik.

Kemudian Satori dan Komariah (2012: 22) mengemukakan bahwa:

(25)

84

Adapun tahap-tahap penelitian kualitatif menurut Satori dan Komariah (2012:

[image:25.595.81.518.202.620.2]

82) itu meliputi langkah-langkah sebagai berikut, yaitu:

Table 3.1

Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif Satori dan Komariah (2012: 82)

Memilih Topik Kajian Menentukan topik dengan mengkaji paradigma dan fenomena empiric

Menetapkan fokus inquiri

Menentukan unit analisis/kategori, sub unit analisis/sub-kategori

Mengembangkan pertanyaan inquiri

Instrumensi Menentukan teknik pengumpulan data Memilih informan dari tiap unit analisis Menyiapkan instrument pedoman onservasi/partisipasi/wawancara/studi dokumentasi

Pelaksanaan Penelitian Pengurusan izin Menemui gate keeper

Observasi partisipasi, wawancara, studi dokumen, triangulasi

Mempersiapkan catatan lapangan, FGD Pengolahan Data Reduksi data

Display

Analisis

(26)

85

Selain daripada tahap-tahap penelitian kualitatif, Sugiyono (2013: 11-12)

[image:26.595.83.518.157.728.2]

memaparkan mengenai karakteristik penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:

Table 3.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif Sugiyono (2013: 11-12)

Desain a. Umum

b. Fleksibel

c. Berkembang dan muncul dalam proses penelitian

Tujuan

a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif

b. Menggambarkan realitas yang kompleks

c. Memperoleh pemahaman makna d. Menemukan teori

Teknik Penelitian

a. Participant observation b. In depth interview

c. Dokumentasi d. Tringulasi

Instrument Penelitian

a. Peneliti sebagai instrument (human instrument)

b. Buku catatan, tape recorder, camera,

handycam dan lain-lain

Data a. Deskriptif

b. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lain-lain

Sampel/Sumber Data a. Kecil

b. Tidak representatif

c. Purposive, snowball

d. Berkembang selama proses penelitian Analisis

a. Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian

b. Induktif

c. Mencari pola, model, thema, teori

Hubungan dengan Responden a. Empati, akrab

b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan

c. Jangka lama Usulan Desain

a. Singkat

b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama

c. Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan tour/piknik

d. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan e. Tidak dirumuskan hipotesis, karena

justru akan menemukan hipotesis f. Fokus penelitian ditetapkan setelah

diperoleh data awal lapangan

Kapan penelitian dianggap selesai? Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh

(27)

86

proses dan hasil penelitian.

Menurut Satori dan Komariah (2012: 25-26) bahwa penelitian kualitatif

memiliki karakteristik dengan mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya tetapi

laporannya bukan sekedar bentuk laporan suatu kejadian tanpa suatu interpretasi

[image:27.595.81.511.204.726.2]

ilmiah.

Tabel 3.3

Karakteristik Penelitian Kualitatif Satori dan Komariah (2012: 33)

Desain penelitian Emergent, berkembang saat penelitian berlangsung

sehingga desain awal bisa direvisi, dilengkapi dan dikembangkan lagi.

Permasalahan Dibatasi oleh fokus studi yang dikembangkan lagi menjadi kategori, sub kategori.

Teori yang digunakan Referensi untuk rujukan teori tidak mutlak harus teori, tetapi bisa berupa paradigma. Tujuannya tidak menguji teori / membuktikan kebenaran suatu teori.

Data yang dikumpulkan Pernyataan-pernyataan, tulisan, angka-angka yang dideskripsikan dan dimaknai, gambar, simbol-simbol, gaya/gerak/sikap/perilaku.

Sumber data Natural setting/situasi ilmiah, wajar tanpa direkayasa.

Peneliti mencari informasi dari orang-orang/dokumen yang tepat yang berada dalam lingkup situasi alamiah tersebut. Populasi dan sampel Populasinya adalah siatuasi sosial berdasarkan fokus studi.

Sampel adalah kasus yang kaya informasi untuk diteliti secara mendalam yang objeknya berupa narasumber/informan yang diperoleh secara purposive dan

snowball sampling.

Instrumen penelitian Human instrument. Peneliti sebagai key instrument

(instrument kunci) yang kapabel melakukan penelitian kualitatif dengan alat bantu buku catatan, tape recorder, handycam untuk menangkap situasi sosial dari orang-orang yang menjadi informan yang bisa berkedudukan sebagai guru bagi peneliti yang mampu mendeskripsikan fokus studi.

Teknik Pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan melakukan observasi partisipasi, studi dokumen, wawancara mendalam dan melakukan triangulasi.

(28)

87

yang dicatat. Analisis bersifat terbuka (open ended) artinya adaptif terhadap perubahan, perbaikan, penyempurnaan berdasarkan data baru yang masuk.

Tingkat kepercayaan penelitian

Tergantung pada kredibilitas peneliti dan rekam jejak proses penelitiaanya (credibility, dependability dan

confirmability). Keterpakaian hasil penelitian untuk praktik

terbaik (transferability).

B. Metode Penelitian

Muḥammad Athiyah Al-Abrasyi (Mujib dan Mudzakkir, 2010: 166-167)

menyatakan bahwa metode merupakan jalan yang dilalui untuk memperoleh

pemahaman. Metode juga dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Zuhriah pun (2006: 227) memaparkan bahwa metode penelitian dapat

didefinisikan sebagai urutan langkah-langkah untuk melaksanakan penelitian, berikut

penjelasan tentang alat-alat yang dipergunakan untuk melaksanakan langkah-langkah

tersebut. Kajian penelitian dalam skripsi ini adalah mengenai kajian nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā’ ayat 23-25 tentang berbuat baik

terhadap orang tua.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode tafsīr mauḍū’i. metode

tafsīr mauḍū’i (tematik) sebagaimana diutarakan Syekh Syaltut merupakan sebuah

metode yang dapat mengantarkan manusia pada macam-macam petunjuk Al-Qur'ān.

Harus diketahui oleh siapa saja bahwa tema-tema Al-Qur'ān bukanlah teori semata

-mata yang tidak menyentuh persoalan-persoalan manusia. (Anwar, 2000: 161)

Kemudian menurut Shihab (2007: 69) metode tafsīr mauḍū’i yaitu metode yang

ditempuh oleh seorang mufassīr dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat Al-Qur'ān yang berbicara tentang suatu tema serta mengarahkan kepada satu pengertian dan satu

tujuan, sekalipun ayat itu turun secara berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam Al-Qur'ān dan berbeda waktu dan tempat turunnya. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada QS. Al-Isrā’ ayat 23-25.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam metode tafsīr mauḍū’i, yaitu

sebagai berikut:

1. Menetapkan masalah yang akan dibahas (topik).

(29)

88

3. Menyusun runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang asbāb an-nuzūl.

4. Memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing-masing. 5. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna.

6. Melengkapi pembahasan dengan ḥadīś-ḥadīś yang relevan dengan pokok bahasan.

7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai persamaan sama atau mengkompromikan antara ayat yang ‘ām (umum) dan yang khaṣ (khusus), mutlaq dan muqayyad (terkait) atau yang pada lahirnya bertentangan sehingga kesemuanya bertemu dalam satu muara tanpa perbedaan dan pemaksaan.

Kemudian untuk menunjang dan memperkaya pembahasan, penulis juga

menggunakan metode tafsīr muqarān yakni membandingkan tafsīr yang satu dengan

yang lainnya. Menurut Anwar (2000: 160) muqarān (perbandingan atau komparasi)

menjelaskan ayat-ayat Al-Qur'ān dengan merujuk kepada penjelasan-penjelasan para mufassīr. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan sejumlah ayat Al-Qur'ān

2. Mengemukakan penjelasan para mufassīr baik dari kalangan salaf atau kalangan khalaf, baik tafsīrnya bercorak bī al-ma'śur atau bī ar-rā'yi mengenainya atau

membandingkan kecenderungan tafsīr mereka masing-masing.

3. Menjelaskan siapa di antara mereka yang penafsīrannya dipengaruhi secara subjektif oleh mażhab tertentu, siapa di antara mereka yang penafsīrannya ditujukkan untuk melegitimasi golongan tertentu atau mażhab tertentu. Siapa di

antara mereka yang penafsīrannya sangat diwarnai oleh latar belakang disiplin ilmu yang dimilikinya seperti bahasa, fiqih atau yang lainnya. Siapa di antara mereka yang penafsīrannya didominasi oleh uraian-uraian yang sebenarnya tidak perlu seperti kisah-kisah yang tidak rasional yang tidak didukung oleh argumentasi naqliah, siapa di antara mereka yang penafsīrannya dipengaruhi paham-paham Asya’riyyah, Mu’tazillāh atau paham-paham tasawuf, teori-teori

filsafat atau teori-teori ilmiah.

Dalam memahami makna dan korelasi ayat Al-Qur'ān, penulis juga menganalisis penafsiran para mufassīr, antara lain yaitu: Tafsīr Al-Miṣbāḥ, Tafsīr Al

-Qur'ānul Majīd An-Nūr, Tafsīr Fī ilālil Qur'ān, Tafsīr Al-Azhār dan Tafsīr Al-Aisar.

Hal ini digunakan untuk menunjang dan memperkaya pembahasan.

Penelitian metode tafsīr mauḍū’i di atas, termasuk ke dalam metode penelitian

deskriptif karena di dalamnya terdapat mengenai studi analisis isi kandungan Al-Qur'ān. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2009: 64-65) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kejadian yang terjadi pada saat

(30)

89

menjadi pusat perhatiannya untuk kemudian digambarkan atau dilukiskan sebagaimana

adanya.

Menurut Best (Sukardi, 2010: 157) mengatakan bahwa penelitian deskriptif

merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan mengiterpretasikan

objek sesuai dengan apa adanya. Adapun tujuan utama dari penelitian deskriptif ini

adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau

subjek yang diteliti secara tepat. Adapun ciri-cirinya yang dikemukakan oleh Arifin

(2010: 69), yaitu:

a. Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang bisa mengajukan hipotesis atau tidak

b. Merancang cara pendekatannya, hal ini meliputi macam-macam datanya, penentuan sampelnya, penentuan metode pengumpulan datanya, melatih para tenaga lapangan dan sebagainya

c. Mengumpulkan data d. Menyusun laporan

Masih menurut Sukardi (2010: 157) memaparkan bahwa ada dua alasan

mengapa metode deskriptif banyak digunakan oleh para peneliti, yaitu: pertama, dari

pengamatan empiris di dapat bahwa sebagian besar laporan penelitian dilakukan dalam

bentuk deskriptif. Kedua, metode deskriptif sangat berguna untuk mendapatkan variasi

permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.

Oleh karena itu, peneliti memilih metode deskriptif dalam penelitian ini karena kajian

dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan pendidikan maupun tingkah laku

manusia.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan salah penafsiran antara peneliti dan pembaca

terhadap istilah dalam penelitian ini, maka akan dikemukakan penjelasan

istilah-istilah yang berkaitan yaitu sebagai berikut:

1. Nilai

Menurut Depdikbud (1999: 690) nilai berarti harga. Nilai yang dimaksud disini

lebih cenderung kepada nilai keagamaan yang mana merupakan suatu konsep mengenai

(31)

90

pokok di kehidupan keagamaan yang bersifat suci sehingga dijadikan pedoman bagi

tingkah laku keagamaan warga masyarakat yang bersangkutan.

2. Pendidikan

a. Pendidikan Secara Umum

Terdapat beberapa pandangan mengenai pengertian pendidikan seperti yang

lazim digunakan dalam praktik pendidikan. Hubungan dalam hal ini dijumpai berbagai

rumusan yang berbeda-beda. Pendapat Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh

Sabiq (2004: 8) mengemukakan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohaninya.”

Sementara itu, Ramayulis (2011: 17) memberikan pengertian pendidikan dalam

arti luas yaitu sebagai berikut:

“Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Sementara pendidikan dalam batasan yang sempit adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di lembaga pendidikan formal (madrasah/sekolah)”

b. Pendidikan Menurut Islam

Kata pendidikan semakna dengan kata tarbiyah, kata tarbiyah berasal dari

bahasa Arab yang berarti pendidikan sedangkan orang yang mendidik dinamakan

murabbi. Untuk menunjukkan istilah pendidikan, manusia mempergunakan term istilah

tertentu. Dalam bahasa Arab pengertian kata pendidikan sering digunakan pada

beberapa istilah, antara lain ta’līm, tarbiyah dan ta’dĩb.

(32)

91

3. Al-Qur'ān

Menurut sebagian besar ulama, “kata Al-Qur'ān berdasarkan segi bahasa merupakan bentuk masdar dari kata qarā’a yang bisa dimasukkan pada wajan fu’lān yang berarti bacaan atau apa yang tertulis padanya. (Syafe‟i, 2007: 17)

Al-Qur'ān merupakan sumber hukum yang utama yang berisi petunjuk bagi manusia. “Al-Qur'ān adalah kitab hidāyah yang memberikan petunjuk kepada manusia seluruhnya dalam persoalan-persoalan ‘aqīdah, tasyrī dan akhlāq demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat” (Shihab, 2007: 59)

Al-Qur'ān adalah kitab Allah yang memiliki keistimewaan, “Karakteristik atau

keisitimewaan Al-Qur'ān adalah kitab Allah swt yang mengandung firman-firmannya yang diberikan kepada penutup para Rasūl dan Nabi-Nya, yaitu Muḥammad saw”

(Qardhawi: 1999: 25)

Al-Qur'ān merupakan firman Allah yang lafal maupun maknanya dari Allah. “Al-Qur'ān seratus persen berasal dari Allah swt baik secara lafal maupun makna. Diwahyukan oleh Allah swt kepada Rasūl dan Nabi-Nya Muḥammad

saw melalui wahyu al-jally „wahyu yang jelas‟. Yaitu dengan turunnya malāikat utusan Allah swt (Jibrīl) untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada Rasūlullāh saw (yang manusia) bukan melalui jalan wahyu yang lain seperti ilḥam, pemberian inspirasi dalam jiwa, melalui mimpi yang benar atau cara lainnya.” (Qardhawi, 1999: 25)

Al-Qur'ān didalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan

untuk keperluan seluruh aspek kehidupan. Al-Qur'ān sebagai wahyu dan firman Allah

swt yang diturunkan kepada Nabi Muḥammad saw selalu menjadi pusat sorotan karena

daya pikatnya yang luar biasa. Keistimewaan Al-Qur'ān terletak pada aspek-aspeknya

antara lain bahasa dan gaya bahasanya, substansinya, keterjaminannya dari

percampuran dengan manusia, jangkauannya yang tiada terbatas dan multi fungsinya

bagi umat manusia.

4. Surat Al-Isrā’ ayat 23-25

Surat Al-Isrā’ adalah surat ke-17 dalam Al-Qur'ān. Surat ini terdiri atas 111 ayat

(33)

92

saw di Mesjidil Harām di Mekah ke Mesjidil Aqṣa di Baitul Maqdīs yang dicantumkan pada ayat pertama dalam surat ini. Penuturan cerita Isrā' pada permulaan surat ini mengandung isyarat bahwa Nabi Muḥammad saw beserta umatnya kemudian hari akan

mencapai martabat yang tinggi dan akan menjadi umat yang besar.

Surat ini dinamakan pula dengan „Banī Isrāil‟ artinya keturunan Isrāil berhubungan dengan permulaan surat ini yakni pada ayat kedua sampai dengan ayat

kedelapan dan kemudian dekat akhir surat yakni pada ayat 101 sampai dengan ayat

104, Allah menyebutkan tentang Banī Isrāil yang setelah menjadi bangsa yang kuat

lagi besar lalu menjadi bangsa yang terhina karena menyimpang dari ajaran Allah swt. Dihubungkannya kisah Isrā' dengan riwayat “Banī Isrāil” pada surat ini, memberikan peringatan bahwa umat Islam akan mengalami keruntuhan sebagaimana halnya Banī Isrāil, apabila mereka juga meninggalkan ajaran-ajaran agamanya.

Pokok-pokok isinya terutama mengenai hukum-hukum, yaitu sebagai berikut:

larangan-larangan Allah tentang: menghilangkan jiwa manusia; berzina;

mempergunakan harta anak yatim kecuali dengan cara yang dibenarkan agama;

ikut-ikutan baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan dan durhaka kepada ibu-bapak.

Perintah Allah tentang: memenuhi janji dan menyempurnakan timbangan dan takaran,

melakukan shalat lima waktu. (Departemen Agama RI, 1993: 423)

D. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasarkan kepada kerangka pemikiran bahwa pentingnya

pemahaman mengenai perilaku anak berbuat baik terhadap orang tua yang kurang

diperhatikan seiring zaman yang semakin modern saat ini.

Islam memerintahkan kepada manusia selaku umat-Nya untuk berhubungan

baik tidak hanya dengan sang Khalīq-Nya yaitu Allah swt tetapi juga dengan sesama

makhluk-Nya terutama antara sesama manusia termasuk memelihara hubungan baik

antara anak dan orang tua karena manusia pada umumnya beriman bahkan mereka

semuanya dalam keadaan fitrah. Meskipun manusia diberkati fitrah yang baik namun

dalam perkembangan dengan kehidupannya manusia saling melakukan penyimpangan

(34)

93

Langkah pertama dalam penafsīran ini adalah menafsīrkan terlebih dahulu

ayat-ayat tersebut dengan ayat-ayat-ayat-ayat yang lain karena pada dasarnya ayat-ayat Al-Qur'an

menafsīkan sebagian ayat yang lain dan selanjutnya penafsīran juga bisa dilakukan

dengan mengacu pada ḥadīś dan riwayat yang memberikan penjelasan tentang ayat

tersebut dan menerangkan maksudnya. Jika tidak ditemukan mengenai penafsīrannya

terhadap ayat tersebut maka digunakan pendapat para sahabat dan jika tidak ditemukan

dari tiga sumber maka dicari penafsīran tabī‟in karena mereka banyak mendapatkan

penafsīran para sahabat. Jika tidak ditemukan dari empat hal tersebut maka barulah ayat

tersebut ditafsīrkan menurut kaidah bahasa Arab. Dikarenakan Al-Qur'an diturunkan

dengan bahasa Arab dan penafsīran ini juga dilakukan dengan cara mengikuti tuntunan

ilmu pengetahuan lain yaitu dengan jalan istinbat dan ijtihād.

Hal-hal tersebut menjadi alur pemikiran untuk memunculkan suatu konsep

nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S. Al-Isrā’ ayat 23-25 tentang berbuat

baik terhadap orang tua. Untuk memperjelas dan lebih memahami kerangka pemikiran

dalam penelitian ini maka peneliti menggambarkannya dalam bentuk skema sebagai

(35)
[image:35.595.82.532.51.775.2]

94 Tabel 3.4 Kerangka Pemikiran                                                       

Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil". Tuhanmu lebih mengetahui apa yang ada dalam

Penafsiran Para Mufassīr Terhadap Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25

Nilai-Nilai Pendidikan Yang Terkandung Dalam Q.S. Al-Isrā' Ayat 23-25

Membentuk Manusia Agar Mempunyai Akhlāqul Karīmah

Analisis Ilmu Pendidikan Agama Islam Terhadap Q.S. Al-Isrā' ayat 23-25 Tentang

(36)

95

E. Teknik Pengumpulan Data

Arikunto (2006: 104) menjelaskan bahwa data merupakan segala keterangan

(informasi) mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Dalam

penelitian kualitatif, data yang muncul lebih banyak berwujud kata-kata, bukan

rangkaian angka. Data kualitatif dikumpulkan dalam berbagai cara misalnya: observasi,

wawancara, intisari dokumen, rekaman kemudian diproses melalui pencatatan,

pengetikan dan penyuntingan selanjutnya dianalisis secara kualitatif. (Satori dan

Komariah, 2012: 201)

Adapun data-data yang disiapkan dalam penelitian ini adalah data yang

bersumber dari literatur yaitu dengan mengadakan riset pustaka (library research) yang

bertujuan untuk mengumpulkan data informasi dengan bantuan bermacam-macam

material yang terdapat di ruang perpustakaan. Riset pustaka adalah suatu penelitian

yang dilakukan di ruang perpustakaan untuk menghimpun dan menganalisis data yang

bersumber dari perpustakaan. Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini

seperti data primer dan data sekunder, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara). Sumber data primer dalam penulisan skripsi ini adalah

tafsīr Q.S. Al-Isrā’ ayat 23-25: Tafsīr Al-Miṣbāḥ, Tafsīr Al-Qur'ānul Majīd An-Nūr,

Tafsīr Fī ilālilQur'ān, Tafsīr Al-Azhār dan Tafsīr Al-Aisar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara

tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data

sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis yang telah tersusun

dalam arsip (data dokumenter) yang dipubliskan dan tidak dipubliskan. Adapun data

sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah semua buku pendidikan dan

buku-buku akhlak yang relevan sesuai dengan pembahasan skripsi.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

(37)

96

mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. (Sugiono, 2013: 62)

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan dan studi dokumentasi dengan cara mencari data yang

berkaitan dengan pembahasan. Dalam penelitian kepustakaan ini peneliti berhadapan

langsung dengan teks atau data angka dan bukan dengan pengetahuan langsung dari

lapangan atau saksi-saksi mata berupa kejadian, orang atau benda-benda lainnya dan

data pustaka bersifat siap pakai. Artinya peneliti tidak pergi kemana-mana kecuali

hanya berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di perpustakaan

(Zed, 2008: 4)

Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan menggunakan studi kepustakaan

ini yaitu pertama, penulis mengumpulkan data-data primer terlebih dahulu yang

bersumber pada perpustakaan seperti Tafsīr Al-Miṣbāḥ, Tafsīr Al-Qur'ānul Majīd An

-Nūr, Tafsīr Fī ilālil Qur'ān, Tafsīr Al-Azhār dan Tafsīr Al-Aisar kemudian kedua,

penulis menganalisis tafsīr-tafsīr tersebut sesuai dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini guna memecahkan rumusan masalah yang telah dikemukakan pada bab

pendahuluan.

Subagyo (1991: 112) mengungkapkan bahwa tujuan dari penelaahan

kepustakaan, yaitu sebagai berikut:

1) Untuk menambah dan memperluas wawasan 2) Mencetuskan suatu gambaran berbagai bentuk ide

3) Mendapatkan informasi lebih jauh dan yang telah berkembang 4) Metode penelitian yang tepat guna keperluan operasional 5) Mengimbangi gerak majunya ilmu pengetahuan

6) Bahan dalam membuat kesimpulan penulisan akhir 7) Supaya berfikir kritis

8) Tidak mengurangi nilai keilmiahan dari hasil penelitian

F. Analisis Data

Satori dan Komariah (2012:

Gambar

Table 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif
Table 3.2 Karakteristik Penelitian Kualitatif Sugiyono (2013: 11-12)
Tabel 3.3 Karakteristik Penelitian Kualitatif Satori dan Komariah (2012: 33)
Tabel 3.4 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang diatas, studi ini akan meneliti: Berapa besar komposisi penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah di Indonesia, berapa besar pengaruh komposisi

Menurut Oemi Abdurrachman (1993), di dalam penyampaian sesuatu pesan seringkali timbul salah pengertian, sehingga dengan demikian terjadi hal-hal yang tidak

Masyarakat yang akan membuat KTP, KK atau yang lainnya harus membawa belangko yang sudah ditandatangani oleh Kepala desa atau sekdes serta dari pihak kecamatan kalau tidak

Dari hasil perencanaan RTH (Ruang Terbuka Hijau) Perumahan Galmas Residence yang telah diuraikan pada bab – bab tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut : (1) RTH I, dengan

This research aims at describing the strategies for developing reading skills applied by the English teacher at the second year of Islamic School MTs

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bahan antibakteri dari cac- ing tanah Al/olobophora rosea dan antibakteri yang dihasilkan oleh rnikroba dalam tubuh cacing tersebut

Penelitian ini menguji ekstrak etanol 96% daun tapak dara sebagai peluruh batu ginjal secara in vitro pada kristal kalsium oksalat dan in vivo pada tikus Sprague dawley

Dari hasil penelitian diketahui bahwa: 1) Modul pembelajaran interaktif Gambar Teknik telah dihasilkan untuk kelas X Jurusan Teknik Pemesinan di SMK Negeri 2 Depok