• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA TUNADAKSA MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN 3D PAPERCRAFT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA TUNADAKSA MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN 3D PAPERCRAFT."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA

TUNADAKSA MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

3D PAPERCRAFT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

\

Oleh:

LYNA MARLYANA

0806920

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA

TUNADAKSA MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

3D PAPERCRAFT

Oleh Lyna Marlyana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Lyna Marlyana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

LYNA MARLYANA

NIM. 0806920

PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA TUNADAKSA

MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN 3D PAPERCRAFT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I,

Dra. Hj. Mimin Tjasmini, M. Pd.

NIP. 195403101988032001

Pembimbing II,

Dr. Hj. Ehan, M. Pd.

NIP. 195707121984032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA TUNADAKSA MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

3D PAPERCRAFT

Oleh: Lyna Marlyana

Manusia dianugrahi kemampuan persepsi untuk merespon stimulus yang ada disekitarnya. Kemampuan persepsi tersebut meliputi visual, auditif, taktil, serta kinestetik. Seperti yang sering dijelaskan oleh para ahli, bahwa ternyata ada hubungan antara persepsi-persepsi yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah kemampuan koordinasi visual motorik dimana persepsi visual dan gerak motorik seseorang saling mempengaruhi satu sama lainnya saat melakukan suatu aktivitas bermakna. Tidak menutup kemungkinan setiap manusia memiliki hambatan pada komponen-komponen yang disebutkan tadi, termasuk siswa yang mengalami hambatan pada fisik dan motoriknya atau tunadaksa. Perlu diketahui bahwa untuk mencapai atau memiliki keterampilan tertentu, seseorang perlu berusaha untuk mendapatkannya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kegiatan secara rutin atau latihan. Fokus subjek penelitian yang diambil peneliti adalah siswa tunadaksa yang bersekolah di SDLB dengan hambatan skoliosis yang mengalami distropi otot pada keempat organ geraknya dan kontraktur dikedua kaki serta siswa di SD umum yang mengalami amputee pada jari tangannya. Guna memperbaiki kemampuan koordinasi visual motorik anggota gerak atas kedua subjek tersebut peneliti mengambil keputusan untuk memberikan latihan rutin melalui pembelajaran keterampilan 3D papercraft. Dimana melalui kegiatan tersebut subjek akan senantiasa dilatih menggunting, melipat dan menempel desain 3D papercraft secara kontinu. Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Reaserch dengan desain A-B-A’. Data hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk grafik dan diolah sedemikian rupa menggunakan prosedur analisis dalam kondisi dan antar kondisi hingga akhirnya dapat menunjukkan perubahan perilaku pada subjek selama penelitian berlangsung.

(5)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puja dan puji hanya milik Allah. Kita ekspresikan rasa syukur sedalam-dalamnya kepada Allah SWT atas berbagai nikmat tak terhingga yang kita terima dari-Nya, terutama kita syukuri nikmat iman dan Islam yang telah membuat hidup kita menjadi bermakna. Semoga Allah memelihara keimanan dan keislaman kita hingga kita meninggalkan dunia fana ini. Shalawat, salam sejahtera semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, yang setia sampai hari Akhir. Semoga kita dinilai Allah menjadi bagian dari kafilah yang panjang penuh berkah tersebut. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang dicintai oleh Rasulullah SAW dan diletakkan pada majelis terdekatnya di hari Kiamat...Aamiin.

Kita semua tidak pernah tahu kapan dan akan berbuat apa saat bertemu dengan anak dengan hambatan khusus. Apakah kita akan hanya terdiam dan kebingungan terhadap apa yang harus kita lakukan? Tentunya TIDAK... kita sebagai calon guru, dituntut mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi peserta didik kita. Penulis mencoba menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dengan judul ”Peningkatan Koordinasi Visual Motorik Siswa Tunadaksa Melalui Pembelajaran Keterampilan 3D Papercraft. Sebagai bentuk sumbangsih kecil untuk pendidikan khusus saat ini.

Banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, namun semoga sedikit hal yang disampaikan dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran yang dapat membangun kreativitas penulis sangat harapkan demi meningkatnya kualitas tulisan yang dihasilkan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

(6)

ii

ABSTRAK

PENINGKATAN KOORDINASI VISUAL MOTORIK SISWA TUNADAKSA MELALUI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN

3D PAPERCRAFT

Oleh: Lyna Marlyana

Manusia dianugrahi kemampuan persepsi untuk merespon stimulus yang ada disekitarnya. Kemampuan persepsi tersebut meliputi visual, auditif, taktil, serta kinestetik. Seperti yang sering dijelaskan oleh para ahli, bahwa ternyata ada hubungan antara persepsi-persepsi yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah kemampuan koordinasi visual motorik dimana persepsi visual dan gerak motorik seseorang saling mempengaruhi satu sama lainnya saat melakukan suatu aktivitas bermakna. Tidak menutup kemungkinan setiap manusia memiliki hambatan pada komponen-komponen yang disebutkan tadi, termasuk siswa yang mengalami hambatan pada fisik dan motoriknya atau tunadaksa. Perlu diketahui bahwa untuk mencapai atau memiliki keterampilan tertentu, seseorang perlu berusaha untuk mendapatkannya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kegiatan secara rutin atau latihan. Fokus subjek penelitian yang diambil peneliti adalah siswa tunadaksa yang bersekolah di SDLB dengan hambatan skoliosis yang mengalami distropi otot pada keempat organ geraknya dan kontraktur dikedua kaki serta siswa di SD umum yang mengalami amputee pada jari tangannya. Guna memperbaiki kemampuan koordinasi visual motorik anggota gerak atas kedua subjek tersebut peneliti mengambil keputusan untuk memberikan latihan rutin melalui pembelajaran keterampilan 3D papercraft. Dimana melalui kegiatan tersebut subjek akan senantiasa dilatih menggunting, melipat dan menempel desain 3D papercraft secara kontinu. Metode penelitian yang digunakan adalah Single Subject Reaserch dengan desain A-B-A’. Data hasil penelitian ini ditampilkan dalam bentuk grafik dan diolah sedemikian rupa menggunakan prosedur analisis dalam kondisi dan antar kondisi hingga akhirnya dapat menunjukkan perubahan perilaku pada subjek selama penelitian berlangsung.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Pertanyaan Penelitian ... 5

F.Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Tunadaksa ... 8

1. Definisi Tunadaksa ... 8

2. Penyebab Tunadaksa ... 8

3. Permasalahan Anak Tunadaksa ... 9

4. Klasifikasi Tunadaksa ... 10

B. Skoliosis ... 11

1. Definisi Skoliosis ... 11

2. Penyebab Skoliosis ... 12

3. Gejala Klinis ... 13

(8)

iv

5. Penatalaksanaan ... 15

C. Kelainan Anggota Gerak pada Anak Tunadaksa Akibat Penyakit Bawaan dan yang Diperoleh ... 16

1. Definisi ... 16

2. Sebab-sebab ... 17

3. Gejala-gejala ... 17

4. Kelainan Fungsi ... 18

D. Koordinasi Visual Motorik ... 18

1. Definisi Koordinasi Visual Motorik ... 19

2. Ketepatan... 21

E. 3D PAPERCRAFT ... 21

1. Definisi 3D Papercraft ... 22

2. Sejarah Perkembangan 3DPapercraft ... 24

3. Bahan dan Alat Membuat 3D Papercraft ... 25

4. Langkah-langkah Membuat 3D Papercraft ... 27

5. Manfaat 3D Papercraft ... 30

6. Tips Saat Mengajarkan Anak Membuat Karya 3D Papercraft ... 32

F. Kerangka Pemikiran ... 33

G. Penelitian yang Relevan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Variabel Penelitian ... 37

1. Variabel Bebas (X) ... 37

2. Variabel Terikat (Y) ... 38

B. Metode Penelitian ... 40

1. Desain Penelitian ... 40

2. Prosedur Penelitian ... 40

(9)

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Instrumen Penelitian ... 42

2. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3. Uji Coba Instrumen ... 44

a) Uji Validitas ... 45

b) Uji Reliabilitas ... 45

c) Hasil Uji Coba Instrumen ... 47

1) Uji Validitas ... 47

2) Uji Reliabilitas ... 48

E. Teknik Pengolahan Data ... 51

1. Analisis dalam Kondisi ... 51

2. Analisis antar Kondisi ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian ... 54

1. Subjek ASY ... 54

a. Jadwal Penelitian dan Hasil Perolehan Skor ... 54

1) Kemampuan Menggunting ... 56

2) Kemampuan Menempel ... 58

b. Analisis Data ... 60

1) Analisis dalam Kondisi Kemampuan Menggunting ... 60

2) Analisis antar Kondisi Kemampuan Menggunting ... 68

3) Analisis dalam Kondisi Kemampuan Menempel ... 72

4) Analisis antar Kondisi Kemampuan Menempel ... 79

2. Subjek SAI ... 83

(10)

vi

1) Kemampuan Menggunting ... 85

2) Kemampuan Menempel ... 87

b. Analisis Data ... 89

1) Analisis dalam Kondisi Kemampuan Menggunting ... 89

2) Analisis antar Kondisi Kemampuan Menggunting ... 97

3) Analisis dalam Kondisi Kemampuan Menempel ... 101

4) Analisis antar Kondisi Kemampuan Menempel ... 109

B. Pembahasan ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Rekomendasi ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes ... 46

Tabel 3.2 Hasil Rekapitulasi Expert-Judgement ... 47

Tabel 3.3 Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen ... 48

Tabel 3.4 Data Penghitungan Reliabilitas ... 48

Tabel 3.5 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Hasil Uji Instrumen ... 50

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian Subjek ASY ... 54

Tabel 4.2 Perolehan Skor Tes Menggunting Subjek ASY ... 56

Tabel 4.3 Perolehan Skor Tes Menempel Subjek ASY ... 58

Tabel 4.4 Panjang Kondisi Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 60

Tabel 4.5 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 61

Tabel 4.6 Kecenderungan Stabilitas Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 65

Tabel 4.7 Kecenderungan Jejak Data Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 66

Tabel 4.8 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 66

Tabel 4.9 Perubahan Level Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 67

(12)

viii

Menggunting Subjek ASY ... 68

Tabel 4.12 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 68 Tabel 4.13 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 69 Tabel 4.14 Perubahan Level Data untuk Peningkatan Kemampuan

Menggunting Subjek ASY ... 70 Tabel 4.15 Data Persentase Overlap untuk Kemampuan Menggunting

Subjek ASY ... 71 Tabel 4.16 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Menggunting

Subjek ASY ... 71 Tabel 4.17 Panjang Kondisi Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek ASY ... 72 Tabel 4.18 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek ASY ... 73 Tabel 4.19 Kecenderungan Stabilitas Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek ASY ... 77 Tabel 4.20 Kecenderungan Jejak Data Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek ASY ... 77 Tabel 4.21 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Menempel

Subjek ASY ... 78 Tabel 4.22 Perubahan Level Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek ASY ... 78 Tabel 4.23 Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi Peningkatan

Kemampuan Menempel Subjek ASY ... 79 Tabel 4.24 Data Variabel yang Diubah untuk Peningkatan Kemampuan

(13)

Tabel 4.25 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek ASY ... 80

Tabel 4.26 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya untuk Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek ASY ... 80

Tabel 4.27 Perubahan Level Data untuk Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek ASY... 81

Tabel 4.28 Data Persentase Overlap untuk Kemampuan Menempel Subjek ASY ... 82

Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Menempel Subjek ASY ... 83

Tabel 4.30 Jadwal Penelitian Subjek SAI ... 84

Tabel 4.31 Perolehan Skor Tes Menggunting Subjek SAI ... 85

Tabel 4.32 Perolehan Skor Tes Menempel Subjek SAI ... 87

Tabel 4.33 Panjang Kondisi Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 89

Tabel 4.34 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 90

Tabel 4.35 Kecenderungan Stabilitas Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 94

Tabel 4.36 Kecenderungan Jejak Data Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 95

Tabel 4.37 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 96

(14)

x

Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 96 Tabel 4.40 Data Variabel yang Diubah untuk Peningkatan Kemampuan

Menggunting Subjek SAI ... 97

Tabel 4.41 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 98 Tabel 4.42 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 98 Tabel 4.43 Perubahan Level Data untuk Peningkatan Kemampuan

Menggunting Subjek SAI ... 99 Tabel 4.44 Data Persentase Overlap untuk Kemampuan Menggunting

Subjek SAI ... 100 Tabel 4.45 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Menggunting

Subjek SAI ... 101 Tabel 4.46 Panjang Kondisi Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 101 Tabel 4.47 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 102 Tabel 4.48 Kecenderungan Stabilitas Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 106 Tabel 4.49 Kecenderungan Jejak Data Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 107 Tabel 4.50 Level Stabilitas dan Rentang Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 107 Tabel 4.51 Perubahan Level Peningkatan Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 108 Tabel 4.52 Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi Peningkatan

(15)

Tabel 4.53 Data Variabel yang Diubah untuk Peningkatan Kemampuan

Menempel Subjek SAI ... 109 Tabel 4.54 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek SAI ... 110

Tabel 4.55 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya untuk

Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek SAI ... 110 Tabel 4.56 Perubahan Level Data untuk Peningkatan Kemampuan

Menempel Subjek SAI ... 111 Tabel 4.57 Data Persentase Overlap untuk Kemampuan Menempel

Subjek SAI ... 112 Tabel 4.58 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Menempel

(16)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Batang Perolehan Skor Tes Menggunting Subjek ASY... 57

Grafik 4.2 Grafik Garis Perolehan Skor Tes Menggunting Subjek ASY ... 57

Grafik 4.3 Rata-rata Skor Tes Menggunting Subjek ASY ... 57

Grafik 4.4 Grafik Batang Perolehan Skor Tes Menempel Subjek ASY ... 59

Grafik 4.5 Grafik Garis Perolehan Skor Tes Menempel Subjek ASY ... 59

Grafik 4.6 Rata-rata Skor Tes Menempel Subjek ASY ... 59

Grafik 4.7 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek ASY ... 61

Grafik 4.8 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menggunting Fase Baseline 1 (A) Subjek ASY ... 63

Grafik 4.9 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menggunting Fase Intervensi (B) Subjek ASY ... 64

Grafik 4.10 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menggunting Fase Baseline 2 (A’) Subjek ASY ... 65

Grafik 4.11 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek ASY ... 72

Grafik 4.12 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menempel Fase Baseline 1 (A) Subjek ASY ... 74

(17)

Grafik 4.14 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menempel

Fase Baseline 2 (A’) Subjek ASY ... 76

Grafik 4.15 Grafik Batang Perolehan Skor Tes Menggunting Subjek SAI ... 86

Grafik 4.16 Grafik Garis Perolehan Skor Tes Menggunting Subjek SAI ... 86

Grafik 4.17 Rata-rata Skor Tes Menggunting Subjek SAI ... 86

Grafik 4.18 Grafik Batang Perolehan Skor Tes Menempel Subjek SAI... 88

Grafik 4.19 Grafik Garis Perolehan Skor Tes Menempel Subjek SAI ... 88

Grafik 4.20 Rata-rata Skor Tes Menempel Subjek SAI ... 88

Grafik 4.21 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menggunting Subjek SAI ... 90

Grafik 4.22 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menggunting Fase Baseline 1 (A) Subjek SAI... 92

Grafik 4.23 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menggunting Fase Intervensi (B) Subjek SAI ... 93

Grafik 4.24 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menggunting Fase Baseline 2 (A’) Subjek SAI ... 94

Grafik 4.25 Kecenderungan Arah Peningkatan Kemampuan Menempel Subjek SAI ... 102

Grafik 4.26 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menempel Fase Baseline 1 (A) Subjek SAI... 104

Grafik 4.27 Kecenderungan Stabilitas Kemampuan Menempel Fase Intervensi (B) Subjek SAI ... 105

(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbedaan Tulang Belakang Skoliosis dan Normal ... 13

Gambar 2.2 3D Papercraft Desain Tsukina ... 23

Gambar 2.3 3D Papercraft Desain Happy Play Salazad ... 24

Gambar 2.4 Contoh Desain 3D Papercraft yang Siap Dicetak ... 28

Gambar 2.5 3D Papercraft Desain Binatang yang Sudah Dirangkai ... 29

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia memiliki persepsi terhadap stimulus-stimulus yang ada di sekitarnya. Persepsi tersebut terdiri dari persepsi visual, persepsi auditif, persepsi taktil, serta persepsi kinestetik. Seperti yang sering dijelaskan oleh para ahli, bahwa ternyata ada hubungan antara persepsi-persepsi yang dimiliki oleh manusia, diantaranya adalah kemampuan koordinasi visual motorik dimana persepsi visual dan gerak motorik seseorang saling mempengaruhi satu sama lainnya saat melakukan suatu aktivitas bermakna.

Tidak menutup kemungkinan setiap manusia memiliki hambatan pada komponen-komponen yang disebutkan tadi, termasuk siswa yang mengalami hambatan pada fisik dan motoriknya atau tunadaksa. Saat siswa tunadaksa mempersepsikan apa yang dilihat oleh matanya dan ingin merespon dengan menggerakan anggota tubuhnya tidak sedikit gerakan yang muncul akhinya kurang sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal ini diakibatkan oleh kondisi fisik dan kemampuan bergerak dari siswa tunadaksa itu sendiri. Perlu kita ketahui bahwa ketika seseorang ingin mencapai atau memiliki suatu hal termasuk keterampilan tertentu, maka hal tersebut tidak akan muncul begitu saja, perlu usaha untuk mendapatkannya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan kegiatan secara rutin atau latihan. Bagi siswa tunadaksa pada koordinasi visual motorik dapat ditingkatkan dengan cara memberikan pembelajaran secara rutin.

(20)

2

memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas, menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang, kontekstual, menyediakan pengalaman belajar yang beragam, dan belajar melalui berbuat.

Perlu kita sadari yang diharapkan pada bentuk kegiatan belajar mengajar yang disebutkan tadi tidaklah mudah, perlu berbagai kiat khusus yang menuntut kreativitas guru untuk mencari dan mencoba berbagai strategi yang tepat. Tentu berbagai kendala yang muncul baik dari pribadi siswa, guru, atau lingkungan sekitar pun sangat mempengaruhi semua itu.

Perhatian khusus peneliti pada salah satu kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan yang disingkat SBK bagi siswa Tunadaksa. Sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SDLB-D Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan, disebutkan bahwa salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa pada pelajaran SBK adalah mengetahui seni pakai/hias dimana salah satu kompetensi dasarnya adalah membuat benda seni pakai/hias dari kertas. Pada beberapa sekolah, untuk memenuhi standar kompetensi ini para guru lebih sering memberikan pembelajaran mengenai origami (seni melipat), kolase (seni menempel) dan menggunting secara terpisah. Alasannya karena pengajar memiliki sedikit informasi mengenai jenis keterampilan dari kertas dan cenderung mengambil cara yang lebih mudah saat mengajar. Berangkat darisanalah peneliti ingin mengenalkan dan memberikan pembelajaran baru yang memanfaatkan tiga kegiatan yang sering diajarkan tadi, yaitu dengan memberikan pembelajaran keterampilan 3D papercraft pada siswa.

(21)

3

Dapat peneliti ambil kesimpulan bahwa kedua siswa tadi membutuhkan latihan koordinasi visual motorik yang lebih untuk memperbaiki kekurangannya. Pembelajaran keterampilan 3D papercraft menjadi salah satu strategi untuk memanfaatkan kegiatan menggunting, melipat dan menempel serta memberikan pengalaman baru kepada siswa dalam membuat sebuah produk atau hasil karya tiga dimensi. Paling utama melalui tahapan-tahapan yang akan dilalui oleh siswa saat membuat karya 3D papercraft inilah diharapkan koordinasi antara visual dengan motorik anggota gerak atas siswa meningkat. Setiap rangkaian kegiatan saat membuat karya 3D papercraft, siswa harus menggerakan setiap komponen anggota gerak atas secara aktif mulai dari memfungsikan tulang, otot, dan sendi dari ujung lengan sampai ujung jari serta memanfaatkan potensi visual mereka untuk menghasilkan pola gerakan yang lebih baik saat menggunting, melipat dan menempel desain. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa peneliti memilih karya

3D papercraft untuk meningkatkan koordinasi visual motorik siswa.

(22)

4

B. Indentifikasi Masalah

Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dengan variabel yang akan diteliti yaitu variabel terikat.

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Koordinasi visual motorik seseorang dipengaruhi oleh kondisi otak,

penglihatan serta organ motoriknya. Koordinasi visual motorik seseorang akan terganggu apabila secara jelas orang tersebut mengalami hambatan pada fisiknya. Hal ini dikarenakan ketika fisik tidak sempurna maka secara otomatis anggota tubuh tersebut tidak berfungsi sebagaimanamestinya.

2. Koordinasi visual motorik seseorang erat kaitannya dengan kematangan pada proses perkembangan fungsi visual dan anggota gerak atas maupun bawah. Jika salah satu komponen pembentuk koordinasi visual motorik ini mengalami keterlambatan dalam kematangannya, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada komponen lainnya yang terkait. Keterlambatan ini akan menyebabkan seseorang tidak cukup baik melakukan rangkaian gerakan yang diharapkan. Misalnya terlambatnya kemampuan motorik seseorang dalam memegang kunci, untuk memegangnya saja sulit apalagi ketika ingin memanfaatkan kunci tersebut untuk membuka pintu (memasukan kelubang kunci dan menggerakannya). Keterkaitan antar komponen ini tidak bisa diabaikan begitu saja, karena beberapa kemampuan yang sering dianggap remeh ternyata merupakan modal dasar untuk melakukan rangkaian kegiatan rumit selanjutnya.

(23)

5

4. Koordinasi visual motorik seseorang akan lebih baik kualitasnya jika sering dilatih dengan mengerjakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan pergerakan anggota tubuh dan konsentrasi pada penglihatan.

5. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung adanya aktivitas yang memerlukan koordinasi visual motorik akan mempengaruhi kualitas kemampuan koordinasi visual motorik seseorang itu sendiri.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak melenceng, maka peneliti terfokus kepada permasalahan mengenai koordinasi visual motorik anggota gerak atas siswa yang tidak matang sesuai perkembangannya dikarenakan kondisi lingkungan yang kurang mendukung adanya aktivitas latihan yang memanfaatkan koordinasi visual motorik secara khusus. Maka dari itu peneliti akan munculkan kondisi pembelajaran bagi siswa yang didalamnya memuat latihan koordinasi visual motorik, yakni keterampilan 3D papercraft. Diharapkan pengkondisian pembelajaran ini mampu melatih kordinasi visual motorik siswa ke arah yang lebih baik. Aspek koordinasi visual motorik yang ditekankan pada penelitian ini adalah peningkatan aspek ketepatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan pada bagian sebelumnya, maka penulis mencoba merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

“ Adakah peningkatan koordinasi visual motorik siswa tunadaksa setelah diberikan pembelajaran keterampilan 3D papercraft?”

E. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, maka penulis mencoba memaparkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

(24)

6

dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa?

2. Adakah pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap kemampuan menempel secara tepat 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa?

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Suatu kegiatan yang didasari dan direncanakan mempunyai tujuan-tujuan yang ingin diraih serta nilai kegunaan yang dipetik. Adapun tujuan dan kegunaan penulisan yang dimaksud dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan

a.Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap peningkatan koordinasi visual motorik siswa tunadaksa.

b. Khusus

Peneliti beranggapan bahwa peningkatan koordinasi visual motorik siswa dapat dilihat dari perubahan kualitas ketepatan penyelesaian tugas menggunting dan menempel lingkaran yang ada pada instrumen penelitian ini, maka secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengetahui pengaruh pembelajaran keterampilan 3D papercraft terhadap kemampuan menggunting 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda dalam waktu 30 menit bagi siswa tunadaksa.

(25)

7

2. Kegunaan Penelitian

Sebuah penelitian dikatakan baik ketika dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, dan peneliti berharap besar bahwa hasil dari penelitian ini dapat berguna pada ranah:

a. Pendidikan Luar Biasa: Secara teoritis penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan bagi perkembangan Ilmu Pendidikan Luar Biasa, khususnya dalam meningkatkan kualitas koordinasi visual motorik siswa.

b. Sekolah Luar Biasa, Klinik, Yayasan, dan berbagai instansi yang terkait: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebgai masukan bagi para guru, terapis, dan berbagai disiplin profesi yang terlibat didalamnya guna mengupayakan pelayanan secara maksimal terhadap anak berkebutuhan khusus. Setiap hasil karya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dan latihan.

c. Orang tua, keluarga, kerabat, dan lingkungan sekitar anak berkebutuhan khusus: sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang berada disekitar kehidupan anak berkebutuhan khusus agar dapat membantu anak dalam mengembangkan kreativitas, imajinasi, berbagai keterampilan dan kemampuan akademik secara maksimal. Memberikan kesempatan seluas mungkin agar anak mampu menambah pengalaman-pengalaman yang bermanfaat dalam kehidupannya.

d. Bagi para siswa: hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pemacu semangat untuk membuat sebuah karya nyata yang bisa mengekspresikan imajinasi dan daya kreativitas yang ada pada diri siswa. Tidak ada halangan saat seseorang mau berusaha dengan keras mencoba hal-hal baru walaupun dirinya penuh dengan kekurangan dan berbagai hambatan.

(26)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Sebuah penelitian muncul berdasarkan masalah-masalah yang muncul. Masalah tersebut diamati, dikaji dan dicari solusi untuk memecahkannya dengan melalui proses penelitian. Masalah tersebut biasanya disebut sebagai variabel penelitian “…variabel merupakan suatu atribut atau ciri-ciri mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian”(Sunanto, 2005:12).

1. Variabel Bebas (X)

Variabel Bebas (X), yaitu pembelajaran keterampilan 3D papercraft. 3D papercraft adalah seni merakit kertas dari beberapa lembar kertas menggunakan beberapa teknik seperti menggunting, melipat, mengelem, dan membentuk kertas menjadi bentuk tiga dimensi yang diinginkan.

Pada penelitian ini, pembelajaran keterampilan 3D papercraft lebih ditekankan pada kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai intervensi terhadap target behavior. Keterampilan 3D papercraft disini lebih mengarah kepada latihan membuat suatu karya 3D papercraft bertema binatang dan manusia yang pada pelaksanaannya siswa diharapkan mengikuti arahan dari peneliti.

(27)

38

Sendi pada lengan termasuk dalam tipe sendi diartosis yakni sendi yang memungkinkan terjadinya suatu gerakan. Adapun bagian yang terlibat diantaranya sendi peluru pada tulang lengan atas dengan tulang belikat, sendi pelana pada tulungan telapak tangan dan jari tangan, sendi engsel pada siku antara tulang lengan dan hasta. pada bahu, sendi pada siku, sendi pada pergelangan tangan dan sendi pada jari-jari tangan.

Otot yang terlibat aktif yaitu otot lurik yang ada di sepanjang lengan hingga ujung jari yakni otot-otot biceps (brachialis, biceps brachii long head, biceps brachii short head) , triceps (triceps brachii lateral head, triceps brachii long head, triceps brachii medial head) dan forearms (extensor carpi ulnaris, abductor policis longus, pronators teres, Palmaris longus, extensor pollicis brevis, extensor pollicis longus,

flexor carpi radialis, brachioradialis, flexor carpi urnalis) .

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel Terikat (Y) atau pada skripsi ini disebut juga sebagai target behavior adalah peningkatan koordinasi visual motorik. Khususnya adalah koordinasi antara mata dengan tangan (anggota gerak atas).

Berdasarkan beberapa sumber yang didapatkan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa koordinasi visual motorik merupakan kemampuan seseorang mengintegrasikan antara visual dalam hal ini meliputi sistem pada mata, beberapa bagian di otak dan yang menghubungkannya dengan kemampuan motorik yang meliputi rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu secara terpadu sehingga memungkinkan seseorang menghasilkan pola gerakan yang lebih mulus, tepat, dan efisien.

(28)

39

Cara untuk mengetahui komponen koordinasi visual motorik subjek, peneliti disini lebih menekankan pada pengamatan dan penilaian dari penyelesaian instrumen yang disediakan oleh peneliti, indikator yang digunakan antara lain sebagai berikut:

 Ketepatan hasil menggunting 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda (4cm, 3 cm, 2 ½ cm) dalam waktu 30 menit.

 Ketepatan hasil menempel 10 kelompok lingkaran yang terdiri dari 3 lingkaran dengan ukuran diameter yang berbeda (4cm, 3 cm, 2 ½ cm) dalam waktu 30 menit

Proses penilaian dari kegiatan ini lebih mengarah pada hasil trial siswa dimana peneliti akan menilai jumlah hasil menggunting dan menempel lingkaran secara tepat disetiap sesi kemudian membandingkan hasil yang dicapai dengan sesi-sesi berikutnya. Sunanto (2005:17) menjelaskan bahwa:

…Trial merupakan ukuran variabel terikat yang menunjukkan banyaknya kegiatan (trial) untuk mencapai suatu kriteria yang telah ditentukan. Jenis ukuran ini cocok untuk digunakan pada penelitian yang intervensinya merupakan pengajaran praktek atau mengikuti suatu kriteria tertentu.

Kriteria yang digunakan mengacu pada salah satu tes psikologi untuk menilai kemampuan visual motorik anak usia 5 – 10 tahun yakni Tes Bender Gestalt. Disalah satu item tugas pada tes ini anak diminta untuk menyalin 30 gambar lingkaran pada sehelai kertas kosong. Angka 30 ini dijadikan dasar pada instrumen penelitian yang dibuat, sehingga pada penelitian ini siswa diminta untuk menggunting dan menempel lingkaran hingga batas maksimal 30 lingkaran dan dalam waktu 30 menit.

Kriteria ketepatan dari hasil menggunting dan menempel lingkaran yang disediakan adalah:

 Hasil menggunting dianggap tepat jika hasil guntingan pola berkisar antara 0 – 2 mm dari garis tepi pola lingkaran (pola lingkaran dicetak pada kertas berwarna).

(29)

40

B. Metode Penelitian

Pemecahkan masalah dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan kuantitatif, menggunakan metode eksperimen dengan subjek tunggal atau Single Subject Research (SSR).

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain A-B-A’. Desain ini terdiri dari 3 kondisi yang akan diamati, yakni kondisi baseline-1 (A) dimana pada beberapa sesi peneliti akan mengamati dan mengukur kemampuan awal siswa tanpa perlakuan apapun. Kedua adalah kondisi intervensi (B) dimana selama beberapa sesi peneliti memberikan perlakuan kepada subjek, mengamati, dan mengukurnya. Ketiga adalah kondisi baseline-2 (A’) dimana peneliti akan mengamati dan mengukur kemampuan akhir siswa di beberapa sesi saat kembali tidak diberikan perlakuan apapun.

Setiap data yang sudah didapatkan di setiap sesi yang dilalui akan dicatat dan diolah sedemikian rupa sesuai dengan tahapan analisis data sampai pada akhirnya data disajikan menggunakan grafik.

2. Prosedur Penelitian

a. Kondisi baseline-1 (A). Direncanakan bahwa pada kondisi ini pada pelaksanaannya akan fokus pada kemampuan koordiansi visual motorik khususnya anggota gerak atas siswa sebelum pembelajaran keterampilan 3D papercraft

dimulai. Kemampuan awal ini diukur menggunakan instrumen yang telah disediakan oleh peneliti. Nilai atau skor yang didapatkan oleh subjek penelitian merupakan hasil dari pengolahan instrumen yang diberikan. Jumlah sesi dari kondisi baseline ini disesuaikan sampai data yang didapat stabil.

(30)

41

penelitian ini. Peneliti memberikan intervensi melalui pembelajaran keterampilan

3D papercraft untuk meningkatkan koordinasi visual motorik subjek. Jumlah sesi pada fase intervensi ini disesuaikan sampai data yang didapat dirasakan cukup untuk mewakili hasil penelitian.

c. Kondisi baseline-2 (A’). Direncanakan bahwa pada kondisi ini pada pelaksanaannya akan fokus pada kemampuan koordinasi visual motorik siswa setelah pembelajaran keterampilan 3D papercraft selesai. Untuk jumlah sesi dari kondisi baseline ini disesuaikan sampai data yang didapat stabil.

C. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini yaitu siswa usia sekolah dasar yang mengalami hambatan fisik dan motorik atau tunadaksa. Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik pengambilan sampel bukan acak, dimana sampel yang dipilih adalah sampel yang sesuai untuk tujuan penelitian itu sendiri. Sampel yang diambil pada penelitian ini yaitu dua orang anak tunadaksa yang masing-masing memiliki hambatan fisik yang berbeda. Pertama adalah anak yang mengalami skoliosis dan distropi otot pada kedua anggota geraknya dan bersekolah di SDLB kelas 2. Kedua adalah anak yang mengalami amputee pada jari-jari tangannya sejak lahir dan bersekolah di SD umum kelas 1.

1. Identitas subjek I

Inisial anak : ASY Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 12 September 2004

Agama : Islam

Inisial Ayah : SR

(31)

42

2. Identitas subjek II Inisial anak : SAI

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 7 Oktober 2005

Agama : Islam

Inisial Ayah : AR

Inisial Ibu : NL

Penelitian ini berlokasi di SLB ABCD YPLAB yang beralamat di jalan Barulaksana No. 183 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dan pada beberapa sesi berlangsung di kediaman kedua subjek.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Penyusunan dan pengembangan alat pengumpul data dilakukan untuk memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun pengembangan alat yang dijadikan bahan penelitian berkenaan dengan koordinasi visual motorik.

Sebelum menyusun instrumen penelitian ini, maka peneliti harus memahami dengan baik kemampuan koordiansi visual motorik seperti apa yang seharusnya dikuasai oleh siswa sesuai dengan usianya serta dengan cara apa koordinasi visual motorik subjek khususnya koordinasi mata dan tangan dapat dilihat peningkatannya. Selanjutnya peneliti menyusun sebuah instrumen penilaian yang didalamnya peneliti dapat mencatatkan berbagai data yang mungkin didapatkan selama penelitian berlangsung. Misalnya hasil dari telaah peneliti terhadap kemampuan koordinasi visual motorik dan analisis tugas pembuatan karya 3D papercraft ini dikembangkan menjadi:

(32)

hal-43

 Identitas subjek

 Kondisi gerakan tangan subjek

 Kemampuan akademik subjek yang berhubungan dengan koordinasi visual motorik seperti menulis.

 Kemampuan subjek pada aktivitas sehari-hari yang melibatkan koordinasi visual motorik.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (yang didalamnya berisikan rencana pembelajaran mata pelajaran SBK mengenai pembuatan karya berbahan kertas) c. Kisi-kisi instrumen peningkatan koordinasi visual motorik (yang berisikan

gambaran dari instrumen yang dibuat)

d. Lembar instrumen (yang didalamnya berisikan konten tugas untuk melihat sejauh mana kemampuan koordinasi visual motorik yang dimiliki sampel)

e. Lembar pencatatan data (yang didalamnya berisikan tabel-tabel pencatatan hasil akhir dari setiap sesi kegiatan yang dilaksanakan dalam penelitian baik untuk performance tes maupun tes prestasi)

f. Tidak lupa peneliti pun harus menyediakan berbagai bahan untuk pembelajaran keterampilan 3D papercraft. Dari mulai lembar kerja (sebagai petunjuk langkah-langkah kegiatan keterampilan 3D papercraft bagi sampel), alat dan bahan yang digunakan untuk pembelajaran keterampilan 3D papercraft.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: a. Teknik wawancara: Syaodih (2009:216) menyatakan bahwa “ wawancara

dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual”.

(33)

44

c. Teknik pengukuran tes: Syaodih (2009:223) menyatakan bahwa “instrumen tes bersidaft mengukur, ada hasil pengukuran berbentuk data angka ordinal, interval, atau rasio…”.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Mengamati karakteristik siswa yang akan dijadikan sebagai subjek penelitian. b. Wawancara kepada guru terkait perilaku belajar sampel siswa yang dipilih. c. Melaksanakan pretes kepada sampel terkait kualitas koordinasi visual motorik

siswa dengan memberikan beberapa tugas. Mencatatkan setiap hasil tes pada lembar pencatatan data yang sudah dibuat. Data ini merupakan data subjek pada konsisi baseline-1 (A).

d. Mengamati setiap perilaku yang muncul pada siswa dan melakukan pencatatan. e. Melaksanakan intervensi terhadap koordinasi visual motorik siswa dengan

memberikan pembelajaran keterampilan 3D papercraft sampai data yang didapatkan dianggap cukup.

f. Melaksanakan tes perbuatan, dengan mengamati setiap perilaku yang ditampakkan siswa saat melaksanakan kegiatan intervensi. Data ini merupakan data subjek pada kondisi intervensi (B).

g. Melakukan tes akhir pada beberapa sesi setelah kondisi intervensi. Melaksanakan pencatatan disetiap akhir kegiatan dimana hasil pencatatan tersebut merupakan data dari kondisi baseline-2 (A‟).

h. Melakukan wawancara kepada siswa terkait apa yang dirasakan selama kegiatan berlangsung.

i. Mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilaksanakan baik dalam bentuk foto maupun video.

3. Uji Coba Instrumen

(34)

45

dipenuhi oleh seorang peneliti ketika membuat instrumen yakni uji validitas dan realibilitas instrumen yang akan digunakan saat penelitian berlangsung.

a. Uji Validitas

Validitas suatu instrumen menunjukkan bahwa hasil dari pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang akan diukur. Pengujian validitas untuk sebuah instrumen dapat menggunakan berbagai cara mulai dari penilaian para ahli sampai penghitungan pengujian instrumen ke lapangan. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan cara judgement expert dimana peneliti meminta penilaian beberapa para ahli yang memahami masalah yang akan diteliti. Peneliti memberikan contoh instrumen kepada para ahli dan menjelaskan sejauh mana instrumen yang dibuat mampu mengukur aspek koordinasi visual motorik dari subjek. Selanjutnya, para ahli tersebut memberikan penilaian apakah instrumen yang dibuat cocok ataukah tidak. Jika tidak cocok, maka peneliti akan merevisi pada beberapa bagian hingga intrumen benar-benar dapat digunakan untuk penelitian. Hasil dari penilaian para ahli tersebut dimasukan ke dalam rumus:

Dimana P : skor

n : jumlah penilaian cocok

N : jumlah ahli yang dimintai pendapat

(Susetyo, 2010)

b. Uji Reliabilitas

Syarat yang tidak kalah penting untuk dipenuhi saat membuat instrumen penelitian adalah pengujian reliabilitas. Berdasarkan paparan dari Nana Syaodih (2009: 229) bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran”.

(35)

46

dihitung menggunakan rumus uji korelasi. Rumus uji korelasi yang dipakai pada penelitian ini adalah rumus korelasi Product Moment dari Pearson, sebagai berikut:

(N∑XY) – (∑X) (∑Y) {(N∑X2 - (∑X)2) (∑Y2 – (∑Y)2 ))} Keterangan :

Г

XY = indeks korelasi

N = jumlah sampel

X = skor yang didapat dari uji coba ke -1 Y = skor yang didapat dari uji coba ke-2

Hasil dari penghitungan

Г

XY selanjutnya diolah kembali menggunakan rumus

realibilitas Spaerman-Brown dan diinterpretasikan termasuk kedalam klasifikasi analisis realibitas mana angka yang didapat. Rumus realibilitas sebagai berikut:

2 x

Г

XY

(1+

Г

XY )

Keterangan rii = reliabilitas

[image:35.612.113.536.172.616.2]

Г

XY = indeks korelasi

Tabel 3.1

Klasifikasi Analisis Realibilitas Tes

Nilai r Interpretasi

0,000 – 0,199 Sangat rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Cukup

0,600 – 0,799 Tinggi

0,800 – 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2002) Г XY =

(36)

47

c. Hasil Uji Coba Instrumen

1. Uji Validitas

[image:36.612.112.531.227.693.2]

Expert-judgment untuk uji validitas peneliti laksanakan dengan meminta pendapat kepada dua orang dosen dan satu guru kelas di sekolah. Peneliti memberikan instrumen penelitian untuk ditelaah dan dikoreksi oleh para ahli tersebut, sehingga pada akhirnya instrumen penelitian yang dibuat semakin baik. Adapun hasil dari keputusan para ahli yang didapatkan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Hasil Rekapitulasi Expert-Judgement

No. Nama Ahli Keputusan

Tanggal

Penandatanganan

Pernyataan Expert

Judgement

Poin

1. M. Sugiarmin layak digunakan dengan revisi pencarian dasar “tes psikologi bender/gestalt”

28 Maret 2013 1

2. Oom Komariah, S.Pd.

Layak digunakan dengan revisi penebalan gambar lingkaran dan penggunaan gunting yang ringan

28 Maret 2013 1

3. Sri Widati Layak digunakan dengan revisi penambahan kalimat perintah pada lembar kerja (instrumen)

2 April 2013 1

Hasil Penghitungan P = n/N x 100% = 3/3 x 100% = 100%

(37)

48

Berdasarkan hasil pengujian validitas dengan cara expert-judgement di atas maka didapat hasil 100%, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian untuk mengukur peningkatan koordinasi visual motorik yang disusun oleh peneliti dengan berbagai revisi yang sudah dilakukan layak digunakan untuk penelitian ini.

2. Uji Reliabilitas

[image:37.612.117.537.201.697.2]

Uji coba instrumen pada penelitian ini dilaksanakan pada dua orang siswa di sekolah dasar umum yang usianya setara dan satu tahun diatas subjek penelitian. Adapun hasil data yang didapat setelah dua kali uji instrumen peningkatan koordinasi visual motorik disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen

No. Tanggal uji coba Inisial Skor 1 Skor 2

1. Senin, 1 April 2013

Rabu, 3 April 2013 ST 35 36

2. Senin, 1 April 2013

Kamis, 4 April 2013 IR 49 46

Uji reliabilitas memerlukan beberapa data yang disusun pada tabel untuk memudahkan pengolahan pada rumus yang ada. Tabel hasil penyusunan data untuk tujuan pengolahan uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Data Penghitungan Reliabilitas

No. Inisial X Y X2 Y2 XY

1. ST 35 36 1225 1296 1260

2. IR 49 46 2401 2116 2254

(38)

49

Uji korelasi percobaan instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

∑X = 84 ∑Y = 82

∑X2 = 3626 ∑Y2 = 3412

(∑X)2 = (84)2 =7056 (∑Y)2 = (82) 2 = 6724

∑XY = 3514 N = 2

Rumus yang digunakan adalah Korelasi Product Moment (Suharsimin Arikunto 1998: 160)

(N

XY)

(

X) (

Y)

{(N

X

2

- (

X)

2

) (N

Y

2

(

Y)

2

))}

(2 x 3514 )

(84) (82)

{(2 x 3626 - (7056)) (2 x 3412)

(6724))}

7028

6888

{( 7252 -7056) (6824

6724)}

140

{(196) (100))}

140

19600

140

140

1

Г

XY =

Г

XY =

Г

XY =

Г

XY =

Г

XY =

Г

XY =
(39)

50

Reliabilitas Instrumen Penelitian adalah sebagai berikut: Diketahui:

Rumus yang digunakan untuk menguji realibilitas adalah dari Spaerman-Brown (Suharsimin Arikunto 1998: 173)

2 x r

XY

(1 +

r

XY

)

2 x 1

(1 + 1

)

2

2

1

[image:39.612.117.526.176.685.2]

Untuk menafsirkan nilai

rii

digunakan pedoman sebagai berikut: Tabel 3.5

Klasifikasi Analisis Reliabilitas Hasil Uji Instrumen

Nilai r Interpretasi

0,000 – 0,199 Sangat rendah

0,200 – 0,399 Rendah

0,400 – 0,599 Cukup

0,600 – 0,799 Tinggi

0,800 – 1,00 Sangat tinggi

rii

=

rii

=

r

ii

=

r

ii

=

(40)

51

Hasil penghitungan dari uji reliabilitas instrumen penelitian ini menunjukan bahwa angka 1(satu) termasuk pada klasifikasi interpretasi reliabilitas sangat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini keajegannya sangat tinggi dan segera dapat digunakan dalam penelitian.

E. Teknik Pengolahan Data

Analisis data yang coba digunakan oleh peneliti adalah analisis statistik deskriptif dan setelah itu hasil dari data yang didapat dituangkan dalam berbagai bentuk grafik.

Berdasarkan buku sumber yang dipakai peneliti (Sunanto, 2006), terdapat dua jenis langkah-langkah yang harus dipenuhi oleh seorang peneliti dalam analisis statistik deskriptif ini, dan langkah-langkah tersebut adalah:

1. Analisis dalam Kondisi, meliputi:

a. Panjang kondisi, merupakan interval atau sesi dalam setiap kondisi

b. Kecenderungan Arah, peneliti rencananya menggunakan metode Split midlle. Langkah yang harus dipenuhi adalah:

1) Membagi data pada kondisi baseline atau kondisi intervensi menjadi 2 bagian 2) Bagian kanan dan kiri masing-masing dibagi menjadi 2 bagian

[image:40.612.113.528.202.630.2]

3) Menentukan titik untuk menarik garis kecenderungan arah, dengan cara menjumlahkan data terbesar dan data terkecil dari data yang ada pada kondisi baseline atau kondisi intervensi yang telah menjadi 2 bagian, lalu dibagi 2 kembali 4) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara garis

grafik dengan garis belahan kanan kiri.

c. Kecenderungan Stabilitas (trand stability), caranya:

(41)

52

Langkah yang harus dilakukan adalah menghitung rentang stabilitas dengan cara mengalikan skor tertinggi dengan kriteria stabilitas, menghitung mean level, menentukan batas atas dan batas bawah dan terakhir menentukan kecenderungan stabilitas.

d. Kecenderungan Jejak Data (data path), merupakan perubahan dari satu data ke data lain dalam suatu kondisi.

e. Level Stabilitas dan rentang, merupakan jarak antara data ke-1 dengan data terakhir. Caranya dengan memasukan angka terkecil dan angka terbesar dari masing-masing kondisi serta derajat variasinya.

f. Perubahan level (level change), merupakan selisih dari data terakhir dengan data ke-1 dengan kriteria skor: (+) maka membaik, (-) maka memburuk, dan (=) maka tidak ada perubahan.

2. Analisis Antar kondisi

a. Jumlah variabel yang diubah, merupakan jumlah dari variabel yang diubah pada target behavior penelitian ini. Penulis menyatakan bahwa variabel yang diubah pada penelitian ini ada satu yaitu koordinasi visual motorik subjek yang ditekankan pada ketepan menggunting dan menempel lingkaran pada instrumen yang telah disediakan.

b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya, caranya dengan membandingkan kecenderungan arah pada kondisi intervensi dengan kondisi baseline.

c. Perubahan kecenderungan stabilitas dan efeknya, menunjukan perilaku subjek dalam masing-masing kondisi yang dilihat dari tingkat stabilitas perubahan dari data yang ada.

d. Perubahan level data, caranya: tentukan data point pada fase baseline sesi terakhir dikurangi data point sesi pertama pada fase intervensi.

(42)

53

1) Melihat kembali batas bawah dan batas atas pada kondisi baseline

2) Menghitung berapa data point yang ada pada kondisi intervensi (B) yang berada pada rentang kondisi baseline (A)

(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis keseluruhan dari data yang didapatkan selama penelitian ini berlangsung, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran keterampilan 3D papercraft ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan koordinasi visual motorik pada siswa tunadaksa.

Perubahan ditunjukkan pada proses analisis data yakni melihat peningkatan mean level setiap subjek mulai dari kondisi baseline 1 (A), intervensi (B), hingga

baseline 2 (A’) pada kemampuan ketepatan menggunting dan kemampuan ketepatan

menempel lingkaran yang diberikan selama penelitian berlangsung serta melihat perbandingan persentase overlap antar kondisi pada ketiga fase yang ada dalam penelitian. Perubahan mean level kemampuan ketepatan menggunting subjek ASY (subjek yang mengalami hambatan skoliosis, distropi otot pada anggota gerak atas dan kontaktur pada anggota gerak bawah) pada kondisi baseline mencapai angka 15,33 sedangkan pada tahap intervensi mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dan mencapai angka 24,83. Hingga akhirnya sampai di angka 29,5 pada fase baseline

2 (A’). Perubahan mean level kemampuan ketepatan menempel subjek ASY pada

(44)

122

Perubahan mean level subjek ke dua yakni SAI (subjek yang mengalami hambatan amputee pada jari-jari tangan) adalah 15 untuk fase baseline 2 (A’), mencapai angka 20,16 untuk fase intervensi dan kembali meningkat hingga mencapai 26 pada fase baseline 2 (A’) dalam tes kemampuan ketepatan menggunting lingkaran yang diberikan. Mean level dalam tes kemampuan ketepatan menempel lingkaran subjek SAI mencapai angka 15 sedangkan pada tahap intervensi mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dan mencapai angka 19,66. Hingga akhirnya sampai di angka 25,66 pada fase baseline 2 (A’). Hal ini pun menunjukkan bahwa terdapat perubahan koordinasi visual motorik khususnya dalam aspek ketepatan subjek ke arah yang lebih baik setelah diberikan perlakuan yakni pembelajaran keterampilan 3D papercraft. Peningkatan koordinasi visual motorik kedua subjek khususnya dalam aspek ketepatan pun diperkuat oleh hasil analisis data untuk persentase overlap ternyata kedua data subjek yang diteliti menunjukkan persentase 0% dan 33,33% yang artinya pengaruh intervensi terhadap target behavior itu sangat baik.

(45)

123

B. Rekomendasi

Berdasarkan pengalaman dan temuan hasil data selama penelitian ini berlangsung, maka penulis merangkum rekomendasi-rekomendasi yang dipaparkan sebagai berikut:

1. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan 3D papercraft

mempunyai kontribusi baik untuk meningkatkan koordinasi visual motorik siswa tunadaksa, untuk itu penulis merekomendasikan kepada pihak sekolah agar dapat memberikan kesempatan dan memfasilitasi proses pembelajaran 3D papercraft

selanjutnya di sekolah.

2. Penerapan pembelajaran ketrampilan 3D papercraft memberikan pengaruh yang sangat baik guna meningkatkan kemampuan koordinasi visual motorik siswa, seyogyanya pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan oleh guru di sekolah.

3. Melalui ini penulis pun memberikan rekomendasi kepada pihak keluarga khususnya orang tua siswa agar mendukung kegiatan anaknya dalam meningkatkan kemampuan koordinasi visual motoriknya misalnya dengan menjadi fasilitator ataupun pembimbing saat merangkai karya 3D papercraft di rumah.

4. Penulis rekomendasikan kepada subjek dalam penelitian ini di sela-sela waktu senggangnya untuk tetap semangat melatih kemampuan koordinasi visual motoriknya secara mandiri dan dengan bantuan pihak disekitarnya dengan terus membuat karya 3D papercraft dengan berbagai desain mengingat bahan, alat, proses, dan cara membuat karya 3D papercraft ini sagatlah mudah.

(46)

124

pembelajaran keterampilan 3D papercraft ini dapat memberikan pengaruh yang baik.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Amaria, H. et al. (2008). Pengaruh Musik Ska terhadap Kemampuan Koordinasi Visual Motorik pada Eksperimen Steadiness Tester. [online] Tersedia: http://jurnalpsiuin.blogspot.com/2008/06/journal-psikologi-eksperimen.html [19 Oktober 2012]

Azad, F. (2011). Ayo, Membuat Papertoy Cerita Rakyat!. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Bismi Design Consultant. (2000). Structural Package Designs. Singapura: Pepin Press

Febbi Tirta , Saputra. (2012). Sumbangan Koordinasi Mata-Tangan, Fleksibilitas Pergelangan Tangan, Kekuatan Otot Lengan Triceps Dan Power Tungkai

Terhadap Tembakan Jump Shoot Pada Pemain Ukm Bola Basket Uny. [online] Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/8806/ [15 Januari 2012]

Gopar, A. (2009). Skoliosis. [Online]. Tersedia:

adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/skoliosis.pdf [26 Oktober 2012]

Lidwina. (2012). Jenis Kertas yang Biasa Digunakan dalam Pembuatan Papermodel.

[Online] Tersedia: http://perikertas.com/index.php/artikel-a-tutorial/4-rakit/123-jenis-kertas [19 Oktober 2012]

Lutan, R, dkk. (1991). Manusia dan Olahraga. Bandung: Diterbitkan atas kerjasama ITB dan FPOK IKIP Bandung

Magill, Richard A. (2011). Motor Learning and Control. United States: The McGraw-Hill Companies

Mahendra, A. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung: IKIP Bandung Press.

(48)

126

http://bermainkertas.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjourna l [22 Oktober 2012]

Musbikin, I. (2006). Mendidik Anak Kreatif Ala Einstein. Yogyakarta: Mitra Pustaka Muslim, A.T. dan Sugiarmin, M. (1996). Ortopedi dalam Pendidikan Anak

Tunadaksa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Pabichara, K. (2007). 12 Rahasia Pembelajaran Cemerlang. Bandung: Kolbu

Soemarjadi, et al.(1991). Pendidikan Keterampilan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Sunanto, D., Takeuchi, K., Nakata, Hideo. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal.Bandung: UPI Press.

Sundaryati, W. Dan Muharam, E. (1991). Pendidikan kesenian II Seni Rupa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Susetyo, B. (2011). Statistika untuk Analisa Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama

Syamsuddin, A. (1999). Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Syaodih, N. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Winkel. (1999). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia

Yulaikah, N. (2011). Peningkatan Melalui Pembuatan mainan dengan Teknik 3D papercraft untuk Meningkatkan Kemampuan Seni Anak kelompok B di TK

Dharmawanita Persatuan Sengkaling Malang. [Online] Tersedia:

Gambar

Tabel 4.55 Perubahan Kecenderungan Stabilitas dan Efeknya untuk
Gambar 2.1 Perbedaan Tulang Belakang Skoliosis dan Normal .............................
Tabel 3.1 Klasifikasi Analisis Realibilitas Tes
Tabel 3.2 Expert-Judgement
+4

Referensi

Dokumen terkait

Meningkatkan ketersediaan data dan informasi statistik yang berkualitas 1 Persentase konsumen yang merasa puas dengan kualitas data BPS Seksi Integrasi Pengolahan dan

Kawasan NKT yang diidentifikasi dan dipetakan dalam kajian ini akan membantu lebih lanjut memberikan informasi berbasis kajian ilmiah untuk berbagai strategi pengelolaan lahan

(2) Atasan Ankum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b, berwenang memeriksa pelanggaran disiplin yang tidak terselesaikan oleh Ankum dan

Dalam tugas akhir ini dilakukan studi perencanaan jembatan kali Surabaya pada akses tol Surabaya-Mojokerto di Kabupaten Mojokerto dengan balok beton pratekan tipe I

Menurut Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait dalam konferensi pers Catatan Akhir Tahun 2014 Komnas Anak (30 Desember 2014), kasus anak yang berhadapan dengan hukum naik, 10%

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran saudara/I atas paket pekerjaan : Penambahan Ruangan Promkes Puskesmas Wae Mbeleng maka dengan ini kami mengundang saudara/I untuk

KONSTRUKSI PEMBERITAAN VONIS KASUS PENISTAAN AGAMA OLEH BASUKI TJAHAJA PURNAMA DI MAJALAH TEMPO DAN SINDO WEEKLY ABSTRAK Oleh: Fajar Muhammad Jufri Masalah berpusat pada vonis

Oleh karena itu, dari penyebab-penyebab tersebut akan dapat diatasi melalui pemberdayaan zakat, karena zakat dalam pengelolaan bukan hanya pemberian berupa materi yang akan