• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HASIL BELAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN PEMBELAJARAN TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP DI SMP SWASTA GKPI PADANG BULAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN HASIL BELAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN PEMBELAJARAN TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP DI SMP SWASTA GKPI PADANG BULAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR ISI

2.1.3 Strategi Belajar Mengajar 9

2.1.4 Hasil Belajar 10

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar 10

2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 11

2.1.4.3 Aktivasi dalam Belajar 11

2.1.5 Pembelajaran Quantum Teaching 11

2.1.5.1 Pengertian Quantum Teaching 11

2.1.5.2 Asas Utama Quantum Teaching 11

2.1.5.3 Prinsip – Prinsip Quantum Teaching 13

2.1.5.4 Pembelajaran Quantum Teaching dan Proses Belajar Mengajar 13

2.1.5.5 Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching 16

2.1.6 Petunjuk Pelaksanaan Quantum Teaching 18

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 33

3.2.1 Populasi Penelitian 33

3.2.2 Sampel Penelitian 33

3.3 Variabel Penelitian 34

(5)

3.5 Instrumen Penelitian 34

3.6 Teknik Analisisa Data 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 38

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 38

4.1.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 38

4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II 39

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 39

4.2.1 Uji Normalitas 39

4.2.2 Uji Homogenitas 40

4.2.3 Pengujian Hipotesis 41

4.2.3.1Hasil Belajar 41

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 45

5.1. Kesimpulan 45

5.2. Saran 45

(6)

DAFTAR GAMBAR

... ... Halaman

Gambar 2.1 24

Gambar 2.2 26

Gambar 2.3 27

Gambar 2.4 28

Gambar 2.5 28

Gambar 2.6 29

Gambar 2.7 29

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

... Halaman

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 48

Lampiran 2 Tes Kemampuan Awal (pre Test) Siswa 64

Lampiran 3 Lembar Aktivitas Siswa 68

Lampiran 4 Kisi-kisi Post Tes 77

Lampiran 5 Soal Post Tes 78

Lampiran 6 Lembar Jawaban Aktivitas Siswa 82

Lampiran 10 Lembar Validasi soal 87

Lampiran 11 Tabulasi Data Perhitungan Validitas Soal 88

Lampiran 12 Perhitungan Validitas Soal 90

Lampiran 13 Tabulasi Data Perhitungan Reliabilitas Soal 93

Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Soal 95

Lampiran 15 Prosedur Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal 97

Lampiran 16 Kelompok Atas dan Kelompok Bawah 99

Lampiran 17 Perhitungan Daya Pembeda Soal 101

Lampiran 18 Rangkuman Analisis Butir 103

Lampiran 19 Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II 105

Lampiran 20 Tabulasi Data Postes Kelas Eksperimen I dan Kelas

Eksperimen II 107

Lampiran 21 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas

(8)

Lampiran 22 Perhitungan Rata-Rata, Varians, Dan Simpangan Baku Hasil

Belajar Siswa Kelas Eksperimen I Dan Eksperimen II 114

Lampiran 23 Perhitungan Uji Normalitas Data Hasil Belajar 117

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi ( IPTEK ), khususnya

teknologi sekarang ini telah memberikan dampa positif dalam aspek kehidupan

manusia termasuk dengan aspek pendidikan. Hal ini menempatkan matapelajaran

matematika sebagai pelajaran yanag penting untuk dipelajari, sebab matematika

merupakan salah satu dasar untuk memahami dan mengembangkan teknologi.

Randahnya tingkat hasil belajar matematika siswa sudah menjadi permasalahan

umum dalam dunia pendidikan terutama dalam pendidikan matematika. “Hal ini

terlihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.

Semoel (2011) (http://wordpress.com) mengungkapkan :

”Rata-rata nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia paling rendah, yaitu 7,49 dengan nilai tertinggi mencapai 9,90 dan yang terendah 0,80. Angka ini tak jauh

berbeda dengan rata-rata nilai mata pelajaran Matematika, yaitu 7,50, dengan nilai

tertinggi 10,00 dan terendah 0,80. Adapun mata pelajaran IPA, rata-rata nilainya

7,60 dengan nilai tertinggi 10,00 dan terendah 1,00. Sementara itu rata-rata nilai

Bahasa Inggris paling tinggi. Rata-ratanya mencapai 7,65 dengan nilai tertinggi

10,00 dan terendah 0,90.”

Sementara dari (http://waspada.co.id) mengungkapkan bahwa :

“Sebanyak 6.858 siswa SMP/SMPT/SMPBL/MTs di Provinsi Sumatera

Utara dinyatakan belum lulus dan harus mengikuti ujian ulangan. Sementara untuk Medan sendiri siswa yang tidak lulus mencapai 2.155

orang atau 5,23 persen dari 41.173 peserta ujian”

Penyebab rendahnya mutu pelajaran matematika adalah disebabkan oleh beberapa

faktor . Menurut Tjahjono(2000:47) Hal ini disebabkan oleh:

1.siswa masih belum menyadari manfaat matematika dalam kehidupannya.

2.Banyak siswa bahwa matematika itu adalah pelajaran yang membosankan.

Rendahnya minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika

(10)

2

berdampak pada sikap siswa terhadap guru yang bersangkutan.. tidak sedikit guru

matematika yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena

ketidakberhasilan siswa dalam belajar matematika. Nilai yang buruk dalam tes

formatif dan sumatif matematika, hal ini cenderung menempatkan guru sebagai

penyebab kegagalan dimata orang tua dan siswa itu sendiri. Sikap siswa akan

sangat berbeda terhadap guru lain misalnya guru kesenian , guru olahraga, dll.

Dimana pelajaran tersebut merupakan pelajaran favorit bagi kebanyakan siswa.

Rendahnya motivasi belajar matematika siswa ini jelas menyebabkan kurang

optimalnya proses pembelajaran selama di kelas. Prestasi matematika siswa pada

umumnya lebih rendah dibandingkan pelajaran lain.” Walaupun ada siswa

Indonesia yang menjuarai olimpiade matematika, tetapi kondisi umum motivasi

dan prestasi siswa pada pelajaran matematika di Indonesiamasih tergolong

rendah”. (http://www. Kabarindonesia.com)

Rendahnya motivasi belajar matematika siswa disebabkan beberapa hal,

diantaranya karena pembelajaran yang pada umumnya dilakukan secara teacher

centered dan kuranganya inovasi dalam pembelajaran membuat siswa kurang

senang belajar matematika dan siswa kurang dilibatkan secara aktif. Berdasarkan

observasi di SMP Swasta GKPI Padang Bulan dan hasil Program Pengalaman

Lapangan (PPL) di SMAN 1 Balige, kelemahan belajar matematika di antaranya

adalah (1) siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit

dan kurang menarik, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru,

(3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya

tentang materi yang belum dimengerti, (5) siswa kurang menyukai metode

mengajar yang digunakan guru.

Dalam proses belajar mengajar setiap guru harus mampu memilih dan

menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan

kebutuhan belajar siswa yang pada akhirnya tercapai tujuan pembelajaran yang

diharapkan.

Trianto(2007:3)..” Guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model

yang sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang

(11)

3

Seperti yang dikemukakan oleh Abbas (http://www.depdiknas.go.id)

bahwa :

“Faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa. Salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru didalam kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini model pembelajaran yang

bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.”

Kutipan-kutipan di atas juga hampir sesuai dengan hasil wawancara

peneliti dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta GKPI Padang Bulan.

Ketika ditanya bagaimana guru mengajar, Bapak Elia Roma Sinaga, S.Si

mengatakan: ”Saya terangkan dulu materinya dan saya kasih contoh soal

kemudian siswa saya suruh mengerjakan latihan”. Kemudian apakah Lingkaran

materi yang sulit dipahami siswa?, Bapak Elia Roma Sinaga, S.Si

menjawab:”Materi Lingkaran termasuk materi yang sulit dipahami siswa dan siswa yang cenderung menghafal saja. Sehingga siswa cepat bosan dan mudah

lupa akibatnya ketika ujian nilai matematikanya rendah”

Dari uraian diatas jelas bahwa metode/ model mengajar itu sangat

mempengaruhi kemaksimalan dalam pembelajaran. Apabila guru mengajar

dengan metode yang kurang baik maka akan mempengaruhi belajar siswa yang

tidak baik pula. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja,

cenderung menciptakan suasana belajar yang membosankan, sehingga minat

belajar siswa menjadi lemah. Oleh arena itu, guru dituntut menggunakan metode

lain atau metode – metode yang baru yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi

belajar , agar motivasi dan minat belajar siswa dapat tumbuh, atau denga kata lain

siswa akan belajar dengan semangat dan motivasi tinggi dan pada akhirnya tujuan

belajar yang efektif dan efisien dapat tercapai.

Sejalan dengan persoalan diatas dalam proses belajar mengajar

matematika pun diperlukan metode – metode yang baru dan inovatif yang dapat

membawa siswa kearah belajar yang lebih baik dan semangat tinggi. Salah satu

solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Untuk

membangun sikap terhadap matematika (Suherman, 2003:259) menyatakan

(12)

4

sikap positif siswa terhadap matematika Slavin (dalam Isjoni, 2009:23)

mengatakan :

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah

dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang

lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.

Selanjutnya Usman H.B (dalam Batubara, 2008:2) juga mengungkapkan

bahwa: ” Model pembelajaran yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktifitas matematika adalah model pembelajaran kooperatif.”

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah Pembelajaran

Quantum Teaching model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) ..

Devorter (2003:3) mengatakan Bahwa:

..” Model pengajaran Quantum terfokus pada hubungan dinamis dalam

lingkungan kelas sehingga interaksi yang terjadi dapat mendirikan landasan dan

kerangka untuk landasan..”

Quantum Teaching adalah suatu metode pembelajaran yang

menyenangkan dengan interaksi antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik.

Metode Quantum Teaching membantu dalam menciptakan lingkungan belajar

yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa,

misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi-

interaksi yang terjadi di dalam kelas. Metode ini mempunyai model pembelajaran

berupa TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan

). Ada beberapa alasan mengapa di dalam penelitian ini menerapkan model

pembelajaran Quantum Teaching, antara lain:

1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan

termotivasi untuk belajar.

2. Quantum Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang

menguaraikan tentang cara-cara baru yang mempermudah proses

(13)

5

menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan kemauan

untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (Bobbi Deporter, 2000:15).

Model kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif

yang berpasangan dan memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab,

dan saling membantu satu sama lainnya.

Model pembelajaran Quantum Teaching dan TPS merupakan dua model

pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa

pada materi matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi,

mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari penjelasan di atas kedua model hampir sama menyebabkan peneliti

melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari kedua model yaitu model

pembelajaran Quantum Teaching dan TPS pada materi Lingkaran. Selain dari

alasan itu peneliti tertarik meneliti kedua metode karena peneliti ingin melihat

tipe mana yang lebih efektif diajarkan pada materi Lingkaran

Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching

pernah dilakukan dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Bonggal,(2009)

menyimpulkan “ yaitu sebesar 14,8 % setelah diterapkan model pembelajaran

Quantum Teaching. Hal ini bahwa pembelajaran Quantum Teaching dapat

dipergunakan untuk proses pembelajaran. Dan begitu juga menurut Adri Suhada,

(2011) menyimpulkan ada peningkatan pada hasil belajar pembelajaran siswa

menggunakan model TPS. Olehkarena itu, untuk lebih mengetahui keefektifan

kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMP

Swasta GKPI Padang Bulan. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang

diperoleh peneliti bahwa di sekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang

menerapkan model yang diteliti oleh peneliti.

Kenyataan – kenyataan seperti diatas itulah yang mendorong penulis untuk

mengadakan penelitian yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk skripsi

dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran

(14)

6

Lingkaran Siswa Kelas VIII Semester Genap di SMP Tahun Pelajaran

2010/2011 ”

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka diperoleh

bahwa:

1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

2. Banyaknya siswa yang kurang tertarik pada mata pelajaran matematika

3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep

matematika dengan benar khususnya dalam menghadapi soal

4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih

bersifat terpusat pada guru.

1.3Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan kemampuan,

waktu, maka peneliti perlu membuat batasan masalah penelitian ini. Adapun

batasannya yaitu: pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar

adalah pembelajaran Quantum Teaching dan Think Pair Share dengan materi

Lingkaran.

1.4Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelititan ini adalah

Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan menggunakan

model pembelajaran Quantum Teaching dan TPS?.

1.5Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah Untuk melihat

apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan

(15)

7

1.6Maanfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai informasi mengenai pengaruh Quantum Teaching dalam mata

pelajaran matematika siswa pada materi Lingkaran.

2. Bagi peneliti, dapat lebih memperdalam pengetahuan mengenai

pembelajaran Quantum Teaching untuk dapat diterapkan dimasa

mendatang.

3. Membantu guru matematika dalam usaha mencari bentuk pembelajaran.

4. Membantu meningkatkan konsentrasi belajar tanpa menegangkan.

5. Menumbuhkan rasa senang terhadap bidang studi matematika.

6. Siswa yang motivasinya belajarnya rendah, dengan diterapkannya model

pembelajaran Quantum Teaching diharapkan motivasi belajarnya tinggi

(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis data diperoleh

beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa hasil belajar

siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Quantum Teaching berbeda dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pokok bahasan

lingkaran di kelas SMP Swasta GKPI Padang Bulan Medan T.A. 2011/

2012,dimana hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran

Quantum Teaching lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan

pembelajaran tipe TPS, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis

dimana thitung > ttabel yaitu 1,724 > 1,667.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah :

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif

tipe Quantum Teaching ataupun TPS sebagai salah satu alternatif dalam

memilih model pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

2. Kepada guru matematika dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Quantum Teaching ataupun TPS sebagai model pembelajaran yang

diharapkan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti

pelajaran.

3. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran

kooperatif sebaiknya dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik – baiknya

(17)

4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama

dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil

penelitian dapat berguna bagi kemajuan pendidikan khususnya pendidikan

(18)
(19)

Gambar

Gambar 2.1  Gambar 2.2

Referensi

Dokumen terkait

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik ( LPSE ) dan memenuhi persyaratan Surat Ijin Usaha Jasa

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

kumpulan gambar dan suara yang telah selesai dilakukan dalam kegiatan produksi,. sehingga menjadi sebuah tayangan yang utuh dan bermakna sesuai dengan

Di dalam form menu utama terdapat menu kelola arsip yang berfungsi untuk mengelola data pegawai dan data surat, pencarian berfungsi dalam pencarian arsip, dan

servis atas dan hasil ketuntasan belajar siswa yang signifikan, dari kondisi awal,.. siklus I hingga

Hal ini dapat disebabkan karena lapisan PANI telah mencapai keadaan jenuh, sehingga daerah kerja yang dapat diambil pada sensor ini berada antara 0 - 0,6%.. Arus

Pengolahan data menggunakan program Statistical Product and Service Solition versi 20.0 pada taraf signifikan α = 0.05 dengan Uji Kolmogrov Smirnov, Uji Levane