• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS BERPIKIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BILAH BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS BERPIKIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BILAH BARAT."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KREATIVITAS BERPIKIR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN

KONSEP PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BILAH BARAT

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

SINTONG NAINGGOLAN

NIM 081188730049

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

SINTONG NAINGGOLAN. NIM. 081188730049. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika. Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2013

(6)

ABSTRACT

Sintong Nainggolan. NIM. 081188730049. Endeavour to Improve Understanding Concepts And Creative Thinking Through Learning Model Concept Achievement In Seventh Grade Students of SMP Negeri 1 Bilah Barat. Thesis Mathematics Education Program. Graduate University of Medan. 2013

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Mahaesa yang telah memberikan kesehatan, kesempatan, dan kekuatan bagi saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul Upaya Meningkatkan Pemahaman

Konsep Dan Kreativitas Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat, disusun untuk

melengkapi tugas untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Proggram Pasca Sarjana, Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang tulus dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu peneliti hingga selesainya tesis ini. Semoga Tuhan Yang Mahaesa memberkati

mereka, amin. Terimakasih dan penghargaan khusus peneliti sampaikan kepada : 1. Istri saya tercinta Duma Veronika Manik, anak-anakku tersayang Josua

Gaolus Nainggolan, Walter Felix Nainggolan, Sintia Geni Audi Nainggolan

yang senantiasa mendoakan, memberi dukungan moril dan materil dengan penuh kesabaran pada peneliti hingga selesainya studi dan tesis ini.

2. Ayahanda St. Guntur Nainggolan (ϯ) dan Ibunda Radoim Manik (ϯ) yang

tercinta yang senantiasa mendoakan dan memberi dukungan bagi peneliti ketika dimasa hidupnya.

3. Bapak Mertua Djahirim Manik (ϯ) dan ibu mertua Roslina Simarmata yang

(8)

4. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku dosem pembimbing I yang telah membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd selaku dosem pembimbing II yang telah

membimbing peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan arahan bagi peneliti hinga selesainya tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi

Pendidikan Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan arahan bagi peneliti hinga selesainya tesis ini

8. Bapak Dapot Tua Manullang, SE. M,.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarnaja UNIMED yang telah memberikan semangat dan bantuan administrasi bagi peneliti hinga selesainya tesis ini.

9. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bilah Barat: Drs. Mahmudin Siregar, M.Pd., Ibu Tuty Dariani, M.Pd., Bapak Amri, S.Pd., Bapak Drs. Jonny Nababan yang telah memberikan bantuan dan dukungan bagi peneliti dalam

melanjutkan studi ke tingkat pasca sarjana (S-2).

10.Teman satu angkatan (angkatan ke IV Prodi Pendidikan Matematika)

khususnya Adi Suarman Situmorang, M.Pd., Adrianto Beni Pasaribu yang telah memberikan dukungan bagi peneliti hingga selesainya teisis ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan

dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan yang Mahaesa Sang Maha Pencipta dan Maha Pemurah

(9)

Ibu sekalian. Dengan segenap keamampuan yang dimiliki, peneliti telah berupaya menyelesaikan tesis ini, namun peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini, kiranya isi tesis ini bermanfaat dalam ilmu pendidikan.

Medan, November 2013 Peneliti

(10)

DAFTAR ISI

1.2. Identifikasi Masalah 12

1.3. Batasan Masalah 13

1.4. Rumusan Masalah 13

1.5. Tujuan Penelitian 13

1.6. Manfaat Penelitian 14

1.7. Definisi Operasional 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Belajar 17

2.2. Belajar Matematika 18

2.3. Pemahaman Konsep 21

2.3.1. Pencapaian Konsep 27

2.4. Kreativitas 29

2.4.1. Pengukuran Kreativitas 31

2.5. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dan

Penerapannya 33

2.5.1. Pengertian Model Pembelajaran Pencapaian Konsep 33 2.5.2. Tujuan Penggunaan Model Pencapaian Konsep 35 2.5.3. Merencanakan Pelajaran Model Pencapaian Konsep 35 2.5.4. Penerapan model Pencapaian Konsep 37 2.5.5. Strategi-Strategi Penemuan Konsep 39 2.6. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep 41

2.7. Tingkat-Tingkat Pencapaian Konsep 45

2.8. Teori Belajar Pendukung 46

2.9. Penelitian Tindakan Kelas 48

2.9.1. Kelebihan dan Kekurangan PTK 50

2.9.2. Proses Penelitian Tindakan Kelas 51

2.10. Obsevasi Kegiatan Tindakan 54

2.11. Materi Bangun Datar Segi Empat di SMP 55

2.12. Penelitian Yang Relevan 57

2.13. Kerangka Berpikir 59

2.14. Hipotesis Tindakan 63

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 65

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 65

3.3. Variabel Penelitian 66

3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian 66

3.5. Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data 77

(11)

3.5.2. Lembar Observasi 81

3.5.3. Uji Coba Instrumen 84

3.6. Teknik analisis Data 88

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I 97

4.1.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep 96

4.1.2 Hasil Tes Kreativitas berpikir 99

4.1.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa 103

4.1.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengkelola

Pembelajaran 107

4.2 Hasil Refleksi Siklus I 110

4.2.1 Proses Penyelesaian Masalah 111

4.2.1.1 Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep 113 4.2.1.2 Analisis Kemampuan Kreativitas Berpikir 121

4.2.2 Revisi RPP 132

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II 140

4.3.1 Hasil Tes Pemahaman Konsep 140

4.3.2 Hasil Tes Kreativitas berpikir 143

4.3.3 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siswa Siklus II 148 4.3.4 Hasil Observasi Kemampuan Guru Mengkelola

Pembelajaran Sklus II 152

4.4 Hasil Refleksi Siklus II 153

4.4.1 Proses Penyelesaian Masalah 153

4.4.1.1 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Pemahaman

Konsep 155

4.4.1.2 Analisis Proses Penyelesaian Masalah Kreativitas berpikir 162

4.4.2 Aktivitas siswa 170

4.4.3 Kemampuan Guru dalam Mengkelola Pembelajaran 170

4.5 Temuan Penelitian 171

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian 173

4.6.1 Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa 173 4.6.2 Peningkatan Kreativitas berpikir 174

4.6.3 Aktivitas Aktif Siswa 175

4.6.4 Kemampuan Guru dalam Mengkelola Pembelajaran 176

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 178

5.2 Saran 170

DAFTAR PUSTAKA 180

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data perolehan nilai Ujian Nasional Matemtaika di SMP

Negeri 1 Bilah Barat 4

Tabel 2.1. Struktur Pengajaran Model Pencapaian Konsep 42

Tabel 3.1 Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran 72

Tabel 3.2. Kisi-kisi Tes Pemahaman Konsep 79

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kreativitas Berpikir 80 Tabel 3.4. Validitas Butir Soal Pemahaman Konsep Matematika 86

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal 87

Tabel 3.6 Daya Pembeda untuk butir soal 88

Tabel 3.7 Persentase Waktu Ideal (PWI) Aktivitas Siswa 94 Tabel 4.1 Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK 1)

Siklus I 99

Tabel 4.2. Skor Tes Kreativitas berpikir Siswa (SKKB 1) Siklus 1 103

Tabel 4.3 Kadar Aktivitas Siswa Siklus I 104

Tabel 4.4 Kemampuan Guru Mengkelola Pembelajaran Siklus I 109

Tabel 4.5 Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep 112

Tabel 4.6 Tingkat Kreativitas Berpikir Siswa 113

Tabel 4.7 Revisi Perangkat Pembelajaran Siklus II Berdasarkan Hasil

Refleksi Siklus 133

Tabel 4.8 Skor Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa (SKPK) Siklus II 143

Tabel 4.9 Skor Kemampuan Kreativitas Berpikir Siswa (SKKB) Siklus II 147

Tabel 4.10 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II 149

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sampel Jawaban siswa pada tes pemahaman konsep 5 Gambar 1.2. Sampel Jawaban siswa pada tes kreativitas 7 Gambar 2.1. Alur Dalam Penelitian Tindakan Kelas 53

Gambar 2.2 Model bangun datar jajargenjang 55

Gambar 2.3 Model bangun datar persegipanjang 56

Gambar 2.4 Model bangun datar persegi 56

Gambar 2.5 Model bangun datar layang-layang 56

Gambar 2.6 Model bangun datar belah ketupat 57

Gambar 2.7 Model bangun datar trapesium 57

Gambar 4.1 Grafik persentase kemampuan pemahaman konsep pada

siklus I 97

Gambar 4.2 Tingkat Pemahaman Konsep Siklus I 100

Gambar 4.3 Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 1 siklus I 100

Gambar 4.4 Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 2 siklus I 101

Gambar 4.5 Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir no. 3 siklus I 101

Gambar 4.6 Grafik persentase rata-rata kemampuan kreativitas berpikir siklus 102

Gambar 4.7 Tingkat kreativitas berpikir Siswa Siklus I 103 Gambar 4.8 Grafik Kadar Aktivitas Siswa Siklus I 108 Gambar 4.9 Tingkat Kemampuan Guru Mengkelola Pembelajaran Siklus I 110

Gambar 4.40 Grafik persentase kemampuan pemahaman konsep siklus I 142 Gambar 4.41 Tingkat Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus II 144 Gambar 4.43 Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 1 siklus II 145

Gambar 4.44 Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 2 siklus II 145

Gambar 4.45 Grafik kemampuan kreativitas berpikir no. 3 siklus II 146

Gambar 4.46 Grafik persentase kemampuan kreativitas berpikir siklus II 147

Gambar 4.47 Tingkat Kemampuan Kreativitas Berpikir Siklus II 148

Gambar 4.48 Kadar Aktivitas Siswa Siklus II 150

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep 181

Lampiran A2 Hasil Uji Coba Instrumen Tes 183

Lampiran A3 Pedoman Penilaian Proses Jawaban Kemampuan Pemahaman

Konsep 193

Lampiran A4 Pedoman Penilaian Proses Jawaban Kreativitas Berpikir Siswa 195

Lampiran A5 Tes Pemahaman Konsep 196

Lampiran A6 Tes Pemahaman Konsep 198

Lampiran B1 RPP Siklus I 200

Lampiran B2 RPP Siklus II 221

Lampiran C1 Buku Guru Siklus I 249

Lampiran C2 Buku Guru Siklus II 268

Lampiran C3 Buku Siswa Siklus I 283

Lampiran C4 Buku Siswa Siklus II 292

Lampiran D1 LKS Siklus I 301

Lampiran D2 LKS Siklus II 319

Lampiran E1 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kemampuan Pemahaman

Konsep Siklus I 333

Lampiran E2 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kreativitas Berpikir Siklus I 334 Lampiran E3 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Pemahaman Konsep Siklus II 335 Lampiran E4 Skor Perolehan Siswa Pada Tes Kreativitas Berpikir Siklus II 336

Lampiran F1 Skor Aktivitas Siswa Siklus I 337

Lampiran F2 Skor Aktivitas Siswa Siklus II 339

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Menghadapi tantangan atau permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan juga makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan unsur yang paling penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia akan dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

meningkatkan sumber daya manusia, dan dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang

sistem pendidikan nasional bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencedaskan kehidupan bangsa (UU No. 20 Tahun

2003)

Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Trianto (2010: 1) mengatakan bahwa “Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan

pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan”. Trianto (2010: 5) menyebutkan “Pendidikan hendaknya

melihat jauh ke depan dan memikirkan apa yang akan dihadapi peserta didik di

(16)

2

bahwa menyatakan “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari”.

Hal ini berarti bahwa pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. Oleh

karena itu pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kecakapan hidup manusia.

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang turut

dalam memajukan pendidikan, oleh karena itu mempelajari matematika sangat penting. Sejalan dengan ini NRC (National Research Council) dari Amerika

Serikat yang dikutip Fadjar Shadiq (2010) telah menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan sebagai berikut Mathematics is the key to opportunity. Matematika adalah kunci ke arah peluang-peluang. Masih menurut

NRC, bagi seorang siswa keberhasilan mempelajarinya akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi para warganegara, matematika akan menunjang pengambilan keputusan yang tepat. Bagi suatu negara, matematika akan

menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan teknologi.

Sedemikian pentingnya mempelajari matematika sehingga matematika dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Shadiq yaitu “Jika seorang siswa berhasil mempelajari matematika

dengan baik maka ia diprediksi akan berhasil juga mempelajari mata pelajaran lain. Begitu juga sebaliknya, seorang anak yang kesulitan mempelajari

(17)

3

matematika diakui Cockcroft (dalam Shadiq: 2010) yang menulis It would be very difficult – perhaps impossible – to live a normal life in very many parts of the

world in the twentieth century without making use of mathematics of some kind

yang berarti Akan sangat sulit atau tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup di bagian bumi ini pada abad ke-20 ini tanpa sedikitpun memanfaatkan

matematika.

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa matematika menyatu dengan pola kehidupan manusia atau matematika adalah bagian dari hidup manusia,

sehingga matematika sangat dibutuhkan dalam setiap kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu sudah menjadi keharusan kalau pengetahuan tentang matematika harus

ditingkatkan bagi setiap individu khususnya para pembelajar, karena dengan penguasaan terhadap matematika akan sangat menunjang dalam meraih tujuan hidupnya termasuk pekerjaan yang layak. Sejalan dengan pernyataan NRC dalam

Shadiq (2010) yaitu: “Communication has created a world economy in which

working smarter is more important …. Jobs that contribute to this world economy

require workers who are mentally fit—workers who are prepared to absorb new

ideas, to adapt to change, to cope with ambiguity, to perceive patterns, and to

solve unconventional problems”, yang berarti di masa kini dan masa yang akan

datang, di era komunikasi dan teknologi canggih, dibutuhkan para pekerja cerdas (smarter) daripada pekerja keras (harder). Dibutuhkkan para pekerja yang telah disiapkan untuk mampu mencerna ide-ide baru (absorb new ideas), mampu

(18)

4

patterns), dan mampu memecahkan masalah yang tidak lazim (solve

unconventional problems).

Kenyataan adalah suatu hal yang mengecewakan di mana prestasi belajar

matematika tidak seperti yang diharapkan, mutu pendidikan Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah. Hal ini didukung oleh: Data

UNESCO yang menunjukkan bahwa peringkat matematika Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Hal ini juga dapat dilihat dari hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) yang menyatakan

Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literatur matematika. Selanjutnya hasil penelitian Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) yang menyatakan bahwa matematika Indonesia berada di

peringkat ke-34 dari 38 negara (data UNESCO).

Secara lokal hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga relatif

sangat rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai perolehan siswa pada ujian nasional di SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu dari tahun 2005 sampai tahun 2009, seperti pada tabel 1.1. berikut :

Tabel 1.1. Data perolehan nilai ujian nasional matematika di SMP Negeri 1 Bilah Barat.

Selain dari data hasil ujian nasional di atas, data skor perolehan siswa pada

tes try out yang dilaksanakan menjelang Ujian Nasional bagi siswa kelas IX di SMP Negeri 1 Bilah Barat Kabupaten Labuhanbatu pada tahun 2008 sampai tahun 2010, masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika siswa disebabkan

(19)

5

ini terlihat dari fakta yang menunjukkan jika siswa diminta untuk menggambar model persegi ternyata yang tergambar adalah persegi panjang atau jajargenjang, dengan kata lain tidak memenuhi sisfat-sifat atau ciri-ciri persegi. Demikian juga

sebaliknya jika siswa diminta untuk menggambar model persegi panjang, ternyata yang tergambar bukan persegi panjang, melainkan persegi atau jajargenjang, atau

trapesium. Untuk mendukung tentang rendahnya kemampuan dan pemahaman siswa pada mata pelajaran matematika, telah dilakukan tes pendahuluan terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat. Tes yang diberikan adalah untuk

mengetahui tingkat pemahaman konsep dan krativitas berpikir siswa. Materi tes adalah penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat, dimana materi ini telah

dipelajari siswa ketika siswa duduk di tingkat SD. Hasil tes menunjukkan siswa tidak paham tentang konsep matematika, dan tingkat kreativitas berpikirnya masih rendah. Dari 30 orang siswa hanya 4 orang yang menjawab benar, selainnya siwa

menjawab salah atau tidak menjawab. Berikut ini diberikan sampel jawaban siswa:

Berdasarkan jawaban siswa di atas diketahui bahwa pemahaman siswa terhadap konsep matematika masih rendahnya:

(20)

6

Jawaban siswa untuk soal No 1:

Siswa tidak mampu mengurutkan bilangan dengan benar. Ini berarti bahwa siswa tidak dapat menggolongkan objek (bilangan bulat) menurut

sifat-sifatnya dengan benar. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 22 orang. Jawaban siswa untuk soal No 2:

Siswa tidak mampu menghitung selisih antara suhu pada lemari es pertama dan suhu pada lemari es kedua, yang dikerjakan siswa tidak ada kaitannya dengan selisih kedua suhu lemari es. Ini berarti bahwa siswa tidak mampu

mengaplikasikan konsep selisih dalam meyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 20 orang dan

terdapat 8 orang tidak menjawab. Jawaban siswa untuk soal No. 3:

Siswa tidak mampu menghitung skor total perolehan siswa dalam tes. Ini

berarti bahwa siswa tidak mampu mengaplikasikan konsep penjumlahan, pengurangan dan perkalian dalam meyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 12 orang dan terdapat 13

orang tidak menjawab.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa siswa kurang menguasai konsep

dalam mata pelajaran matematika.

Dari hasil tes pendahuluan juga diketaui bahwa kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah matematika juga masih rendah. Berikut ini adalah

(21)

7

Untuk soal No. 4:

Pada soal ini diharapkan siswa memberikan ide atau gagasan atau argumentasi

dalam menentukan posisi Ani pada anak tangga, misalnya dengan mengambarkan sketsa tangga dan posisi Ani mula-mula, kemudian naik tiga

anak tangga dan tiga anak tangga yang keduakalinya. Jawaban siswa salah, siswa hanya memberikan penyelesaian akhir dengan alasan yang salah. Jawaban siswa tidak menunjukkan kelancaran, fleksibelitas, dan keaslian.

Kesalahan jenis ini dilakukan oleh 18 orang dan 9 orang tidak memberikan jawaban.

Untuk soal No. 5:

Pada soal ini diharapkan siswa memberikan ide atau gagasan atau argumentasi posisi kota A, B, dan C, misalnya dengan mengambarkan sketsa, kemudian

mengitung jarak antara kota A dan C. Jawaban siswa benar, namun tidak menunjukkan fleksibelitas dan keaslian. Bentuk jawaban jenis ini dilakukan

oleh 15 orang dan 15 orang lainnya tidak memberikan jawaban.

Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya tingkat pemahaman dan kreativitas berpikir siswa antara lain, pembelajaran yang terlaksana cenderung

(22)

8

penyelesaian. Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan rumus yang ada dan berdasarkan contoh yang pernah diberikan oleh guru tanpa mengetahui dari mana datangnya rumus, siswa tidak dilibatkan dalam proses

pemahaman konsep dan penemuan rumus, melainkan langsung diberikan oleh guru. Siswa tidak diberi kesempatan untuk berkreasi dan mengemukankan

ide-idenya. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru pemahaman terhadap konsep matematika tidak berkembang, siswa tidak kreatif dalam memecahkan masalah, dan siswa menggolongkan matematika sebagai pelajaran yang tidak

menyenangkan.

Pembelajaran yang diterapkan guru di kelas dalam menyampaikan materi

pelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang terlaksana adalah pembelajaran yang berpusat pada guru, guru mendominasi pembelajaran sehingga keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih sangat kurang.

Sejalan dengan itu Abdurrahman (2003:38) mengemukakan bahwa : Yang menjadi faktor penyebab rendahnya atau kurangnya pemahaman peserta didik terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh pengajar. Misalnya, dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar”.

Dari kutipan di atas diketahui bahwa proses pembelajaran yang terlaksana di kelas berpusat pada guru. Oleh karena itu siswa tidak memahami apa yang diajarkan

oleh guru karena siswa hanya sebatas menerima apa yang disampaikan oleh guru saja.

(23)

9

penjelasan guru. Siswa bukan lagi sebagai subyek pembelajaran melainkan obyek pembelajaran. Siswa diajari dan bukan dibelajarkan, siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru. Keadaan seperti ini sangat mempengaruhi

perkembangan kreativitas berpikir siswa .

Pemahaman konsep yang baik akan turut mempengaruhi daya kreativitas

berpikir siswa terhadap pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu jika siswa tidak memahami konsep matematika dengan baik, maka siswa tidak dapat menganalisa permasalahan, sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan

masalahnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Chen & Dachler, Lesgold, (dalam Slavin: 2009) bahwa ”Salah satu metode penyelesaian soal kreatif yang

sering diusulkan ialah menganalisa dan menjajarkan ciri-ciri utama dan unsur-unsur khusus suatu soal”. Sementara itu pemahaman konsep diperlukan untuk melahirkan ide-ide ataupun gagasan baru maupun karya nyata. Untuk

menumbuhkan kreatifitas siswa, sajian materi perlu memuat beragam strategi, pemberian soal-soal yang tidak rutin atau latihan pemecahan masalah. Soal yang tidak rutin adalah soal yang tipenya berbeda dengan contoh atau soal latihan yang

telah disajikan. Dalam pemecahan masalah (problem solving) yang meliputi memahami masalah, merancang model, memecahkan model, memeriksa hasil

(mencari solusi yang layak) dan menafsirkan solusi yang diperoleh juga diperlukan pemahaman konsep yan baik.

Joyce (2009; 131) menyatakan “Jika siswa sudah mengetahui suatu konsep tertentu, mereka dapat dengan mudah belajar menamakannya”. Dari

pendapat tersebut dapat dipahami bahwa siswa yang telah memahami suatu

(24)

10

sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial, mampu membuat/ menunjukkan contoh dan yang bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan pemikirannya dalam menyelesaikan masalah. Sejalan dengan itu Depdiknas (2003) memberikan

pedoman mengenai beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan penilaian, yaitu: (1) pemahaman konsep: siswa mampu

mendefinisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut; (2) prosedur: siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar; (3) komunikasi: siswa mampu

menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan; (4) penalaran: siswa mampu memberikan alasan induktif dan

deduktif sederhana; (5) pemecahan masalah: Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah.

Arends (2008: 328) menyatakan bahwa ”Pengajaran konsep adalah salah

satu cara untuk memberikan ide-ide baru dan memperluas serta mengubah skemata yang sudah ada”. Pencapaian konsep merupakan proses mencari dan

mendaftar sifat-sifat yang dapat digunakan untuk membedakan contoh-contoh

yang tepat dengan contoh-contoh yang tidak tepat dari berbagai katergori”

Dalam model pencapaian konsep ini guru sangat berperan penting dan

diantaranya yang harus diperhatikan yaitu; menciptakan suatu lingkungan sedemikian sehingga siswa merasa bebas untuk berpikir dan menduga tanpa rasa takut dari kritikan dan ejekan. Pencapaian konsep itu juga harus dijelaskan dan

diilustrasikan bagaimana model pencapaian konsep itu berlangsung. Siswa dibimbing dalam proses itu serta mengartikan pemikiran-pemikiran mereka.

(25)

11

siswa yaitu memahami hakikat konsep dan strategi pembentukan konsep yang akan bermuara pada analisis strategi berpikir melalui penalaran induktif, sehingga diidentifikasikan bahwa penerapan model pembelajaran pencapaian konsep dan

penalaran induktif siswa yang akan meningkatkan kreatifitas siswa.

Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran pencapaian konsep memiliki

keunggulan dari model pembelajaran lainnya yaitu dapat mendukung peningkatan kreativitas berpikir siswa dan meningkatkan kemampuan untuk belajar dengan cara lebih mudah dan lebih efektif dalam memahamkan dan pembentukan konsep

pada siswa. Untuk mencapai pemahaman terhadap suatu konsep matematika perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang menekankan pada pencapaian konsep.

Siswa diarahkan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tentang suatu konsep tertentu dengan menyebutkan contoh dan yang bukan contoh dari suatu konsep yang dipelajari, menemukan dan mengembangkan kemampuannya serta

dapat mengungkapkan dalam bahasa sendiri tentang apa yang diterima dan diolah selama pembelajaran berlangsung.

Sehubungan dengan uraian di atas tentang rendahnya pemahaman konsep

dan kreativitas berpikir siswa pada mata pelajaran matematika perlu adanya suatu model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan pemahaman konsep dan

kreativitas berpikir pada mata pelajaran matematika. Model pembelajaran pencapaian konsep merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kreatifitas siswa. Berdasarkan uraian di atas, perlu

(26)

12

Berpikir Melalui Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat”.

1.2. Identifikasi Masalah

Untuk memberikan arahan terhadap penelitian ini maka perlu dilakukan

identifikasi permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika masih rendah.

2. Nilai perolehan siswa dalam ujian nasional di SMP Negeri 1 Bilah Barat untuk mata pelajaran matematika masih tergolong rendah

3. Tingkat pemahaman konsep matematika siswa masih rendah.

4. Kemampuan siswa kelas VII menyebutkan definisi dengan kata-kata sendiri, menyebutkan contoh dan yang bukan contoh, dan kemampuan siswa untuk

menyelesaikan masalah matematika berkaitan dengan pemahaman konsep sangat rendah.

5. Aktivitas siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru

untuk dikerjakan.

6. Siswa tidak mampu menggambar model persegi atau persegi panjang dengan

tepat.

7. Kemampuan berpikir kreatif siswa sangat rendah.

8. Pembelajaran yang terlaksana cenderung berpusat pada guru.

9. Kegiatan siswa hanya diseputar mengerjakan soal berdasarkan rumus

10. Pemahaman dan kreativitas siswa tidak berkembang dan menggolongkan

(27)

13

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah dilakukan berkaitan dengan terbatasnya kemampuan yang dimiliki. Dengan demikian dapat dibatasi masalah yaitu:

1. Pemahaman konsep matematika siswa rendah 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa rendah

3. Aktivitas siswa cenderung pasif dan hanya menunggu perintah oleh guru

1.4. Rumusan Masalah

Untuk memberikan arahan penelitian ini lebih spesifik maka dibuat

rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep matematika siswa SMP Negeri 1 Bilah Barat setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP Negeri 1 Bilah Barat setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ? 3. Bagaimana penerapan pembelajaran model pencapaian konsep selama

proses pembelajaran berlangsung ?

4. Bagaimana aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan

pembelajaran model pencapaian konsep berlangsung ?

5. Bagaimana proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan kreativitas berpikir setelah penerapan pembelajaran model pencapaian konsep ?

1.5. Tujuan Penelitian

(28)

14

1. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat.

2. Untuk meningkatkan kreativitas berpikir siswa pada mata pelajaran matematika

melalui penerapan model pencapaian konsep pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bilah Barat.

3. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran pencapaian konsep berlangsung.

4. Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah pemahaman konsep dan

kreativitas berpikir setelah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep.

1.6. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pendidik, pengembang pendidikan yang bersifat teoritis dan praktis:

1. Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan

pemikiran bagi guru-guru, pengelola, pengembang, dan lembaga-lembaga pendidikan dalam dinamika pelaksanaan pembelajaran matematika, bahan

perbandingan bagi peneliti yang lain yang membahas dan meneliti permasalahan yang sama.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermafaat untuk memperluas

wawasan guru dan pengembang pendidikan khususnya guru-guru matematika agar dapat lebih mengembangkan model pembelajaran dengan baik. Bagi

(29)

15

1.7. Definisi Operasional

1. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umunya dinyatakan dengan suatu

istilah atau rangkaian kata. menjelaskan sebuah definisi dengan kata-kata sendiri

2. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk menyebutkan sebuah definisi berdasarkan ciri-ciri serta memberikan contoh dan yang bukan contoh yang jelas dari konsep itu.

3. Kreativitas adalah kemampuan siswa memberikan hasil penyelesaian masalah dengan ukuran lancar, fleksibel, dan, keaslian. Kemampuan pemecahan

masalah didasari pemahaman konsep oleh siswa.

4. Model pembelajaran pencapaian konsep adalah suatu proses pembelajaran yang menekankan pada pemahaman konsep, proses pembelajaran yang

diawali dengan menyajikan data atau contoh dan yang bukan contoh, kemudian mengidentifikasi ciri-ciri/ karakteristik dari contoh yang diberikan dan selanjutnya menyebutkan definisi berdasarkan ciri-ciri/ karakteristik yang

ditemukan.

5. Aktivitas siswa adalah segala kegiatan siswa dalam proses pembelajaran

model pencapaian konsep meliputi diskusi kelompok, mengidentifikasi karakteristik dari contoh dan noncontoh yang diberikan guru, menyelesaikan masalah, mempresentasikan hasil diskusi, memberi tanggapan, membuat

(30)

16

6. Peningkatan pemahaman konsep adalah perubahan kemampan atau prestasi pemahaman konsep yang dicapai siswa dari skor kurang baik menjadi minimal cukup baik.

7. Peningkatan kreativitas berpikir adalah perubahan kemampan siswa dalam menyelesaikan masalah yang menunjukkan kelancaran, keluwesan, dan

kebaruan dari skor kurang baik menjadi minimal cukup baik.

8. Kemampuan guru melaksanakan pembelajaran model pencapaian konsep adalah kesanggupan guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai

(31)

179 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan temuan dan hasil analisis data penelitian, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1) Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep memberikan peningkatan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat sebesar 21,8%. Pada siklus I rata-rata kemampuan pemahaman konsep

sebesar 65,89 dan pada siklus II rata-rata kemampuan pemahaman konsep sebesar 88,54. Persentase peningkatan kemampuan pemahaman konsep

dengan kategori minimal cukup adalah dari 75% pada siklus I menjadi 96,8% pada siklus II. Peningkatan yang paling besar pada aspek “Menjelaskan ulang sebuah definisi menurut sifat-sifat/ ciri-ciri yang esensial” dan peningkatan yang paling rendah adalah aspek “Mengaplikasikan konsep atau alogaritma

dalam penyelesaian masalah”.

2) Penerapan pembelajaran model pencapaian konsep memberikan peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat sebesar 28,1%. Pada siklus I rata-rata kemampuan kreativitas berpikir sebesar

61,00 dan pada siklus II rata-rata kemampuan kreativitas berpikir sebesar 78,82. Persentase peningkatan kemampuan kreativitas berpikir dengan

kategori minimal cukup adalah dari 62,5% pada siklus I menjadi 90,6% pada siklus II. Dari tiga aspek kreativitas berpikir (fluency, flexibility, dan

(32)

180

kelancaran” dan peningkatan yang paling rendah adalah aspek “originality

atau kebaruan”.

3) Selama proses pembelajaran berlangsung tahapan pembelajaran sebagai

berikut:

a) Guru menyajikan contoh, baik contoh positif maupun contoh negatif.

b) Siswa membandingkan ciri-ciri pada contoh positif dan contoh negatif c) Siswa menyebutkan definisi tentang konsep atas ciri-ciri (atribut) utama/

esensial

d) Siswa mengidentifikasi contoh tambahan yang tidak diberi label dengan menyatakan “ya” atau “bukan”

e) Siswa mengungkapkan pikirannya

f) Guru menegaskan hipotesis, nama konsep dan menyatakan kembali

definisi konsep sesuai dengan ciri-ciri yang esensial.

4) Aktivitas aktif siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Bilah Barat melalui Penerapan model pencapaian konsep adalah baik sesuai dengan kriteria

pembelajaran model pencapaian konsep. Hal ini diketahui dari hasil observasi aktivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat 2 (dua) dari 6 (enam) kriteria pengamatan aktivitas siswa berada pada batas toleransi sementara pada siklus

II terdapat 6 (enam) atau semua kategori pengamatan aktivitas aktif siswa telah berada pada batas toleransi.

5) Setelah penerapan model pembelajaran pencapaian konsep proses penyelesaian masalah masalah untuk pemahaman konsep dikategorikan sangat baik dan proses penyelesaian masalah untuk kreativitas berpikir

(33)

181

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan beberapa saran sebagai berikut:

1) Dalam penelitian ini yang diteliti adalah kemampuan pemahaman konsep dan

kreativitas berpikir. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk meneliti kemampuan lain yang belum terjangkau peneliti, seperti kemampuan

penalaran dan kemampuan berfikir kritis melalui penerapan model pencapaian konsep.

2) Dalam penelitian ini perkerjaan siswa melalaui hasil tes pemahaman konsep

dan tes kreativitas berpikir dalam bentuk kertas dan pensil. Bagi penelitian berikutnya disarankan menggunakan penilaian Portofolio baik secara

kelompok maupun individu.

3) Dalam penelitian ini subjek yang penulis teliti adalah siswa SMP kelas VIII. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti subjek pada tingkat yang

lain dan tentang tingkat kemampuan pada aspek fluency dengan aspek originality.

4) Bagi guru matematika model pencapaian konsep dapat menjadi salah satu alternatif dikelas yang dinilai dapat meningkatkan pemahaman konsep dan

(34)

179

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akbar, R., (2001), Kreativitas, Jakarta. Grasindo.

Ansari, Bansul, (http://wangmuba.com/2009/04/19/Pemahaman-konsep)

Arends, Richard. I., (2008), Learning To Teach, Yokyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S., (1999), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, RW., (1988), Teori-Teori Belajar, Jakarta: P2LPTK

Evans, James R,. (1991). Creative thinking in the decision and management sciences. United States of America. Collage Devision South-Western Publising Co.

Hudoyo, H., (1998), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

Joyce, Bruce. (2009), Models Of Teaching, Yokyakarta: Pustaka Pelajar Nuharini, D., Wahyuni, T., (2008), Matematika Konsep dan Aplikasinya Untuk

SMP Kelas VIII, Jakarta: Usaha Makmur.

Nurkancana, Wayan dkk. (1986). Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional

Russefendi. E.T. (1979). Dasar-dasar Matematika Modern, Bandung: Tarsito.

Shadiq, F., (2010), Pentingnya Matematika, www.fadjarp3g.wordpresss.com. Situmorang, M., (2010), Penelitian Tindakan Kelas PTK Untuk Mata Pelajaran

Kimia, Medan: FMIPA Unimed.

Slameto., (1980), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Cetakan ke dua, Jakarta: Rineka Cipta.

Slavin, Robert. E., (2009), Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik, Jakarta. Indeks.

Soedjadi, R., (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Depdikbud.

(35)

180

Sumarmo,U. (2002). Pengukuran dan Evaluasi dalam Pendidikan. Makalah. Bandung : PPS UPI

Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta.

Suyitno, (2004), Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang Syah, Muhibbin. (2010), Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru,

Bandung. Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus., (1995), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Tim PLPG, (2009), Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru(PLPG) bidang diklat matematika SMP ed. Revisi, UNIMED, Medan.

TIMMS., (2011), Mutu Pendidikan, http://zainurie.wordpress.com.

Trianto., (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Prograsif , Jakarta: Kencana.

Thoha, C.M. (2003). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Torrance, E. Paul., (1963). Education And The Creative Potential, United States

Of America. The University of Minnesota Press.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara.

Gambar

Tabel 1.1.  Data perolehan nilai ujian nasional matematika di SMP Negeri 1 Bilah Barat
Gambar 1.1: Sampel Jawaban siswa pada tes pemahaman konsep
Gambar 1.2. : Sampel Jawaban siswa pada tes kreativitas

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap robot yang dibangun dalam. melakukan gerakan untuk

En effet, un nombre important des erreurs de traductions commises par les étudiants en classe de LE ne sont pas imputables uniquement à la maitrise insuffisante

ASPEK WISATA -AKTIVITAS WISATA -KARAKTER PENGUNJUNG -SIRKULASI PENGUNJUNG -FASILITAS WISATA -PENGELOLAAN KAWASAN -PERSEPSI MASYARAKAT PADA KAWASAN

Penelitian ini bertujuan melihat konsumtivisme wanita dewasa awal pada tiga wilayah konsumsi, yaitu konsumsi primer (makanan, minuman, minuman beralkohol, kopi,

Dan dalam penelitian ini mekaji apa yang Menjadi Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Indramayu terhadap Tindak Pidana Perdagangan anak dalam Putusan Nomor

The results of this research can enrich creativity literature in education and help primary English teachers to be knowledgeable, discover, and develop their

Fakta yang menjadi ciri model pembelajaran Problem Based Learning sesuai dengan pembelajaran ini, karena pada pembelajaran satu ini guru meminta siswa

Penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, karena atas kehadirat dan segala nikmatNya penulis dapat menyelesaikan