• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

diajukanuntukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperolehgelarMagister PendidikanDasar

Oleh

Mariah Ulfah NIM. 1302947

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCASARJANA

(2)
(3)

Sayamenyatakanbahwatesis yang berjudul

PeningkatanKemampuanPemahamanMatematisdanSelf-ConfidencemelaluiPenerapan Model Problem-Based

LearningdenganMetodeHeuristik

inisepenuhnyakaryasayasendiri.Tidakadabagian di dalamnya yang

merupakanplagiatdarikarya orang

laindansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang

tidaksesuaidenganetikakeilmuan yang berlakudalammasyarakatkeilmuan.

Ataspernyataanini, sayasiapmenanggungresiko/ sanksi yang

dijatuhkankepadasayaapabilakemudianditemukanadanyapelanggaranterhadapetika

keilmuandalamkaryasayaini, atauadaklaimdaripihak lain

terhadapkeasliankaryasayaini.

Bandung, Juni 2015

Yang membuatpernyataan

Mariah Ulfah

(4)
(5)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Mariah Ulfah (2015). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Self-Confidence melalui Penerapan Model Problem-Based Learning dengan Metode Heuristik.

Penelitian ini didasarkan pada temuan penelitian yang dilakukan oleh Sidik pada tahun 2014 mengenai analisis proses berpikir dalam pemahaman matematis siswa SD di salah satu sekolah yang menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis subjek umumnya masih lemah. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan apakah data peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik (PBLmH) lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Direct Instruction(DI). Metode penelitian yang digunakan yaitu

quasi-experimentspre- and posttest design. Subjek penelitian (sampel) adalah siswa kels

V di salah satu SD N di kecamatan Ciasem. Data penelitian kemampuan pemahaman matematis dikumpulkan menggunakan instrumen tes, sedangkan dataself-confidence menggunakan skala sikap. Analisis data menggunakan statistik non-parametrik dengan uji-U Mann Withney. Hal ini dikarenakan data tidak berdistribusi normal. Hasil dari penelitian ini yaitu: Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan menerapkan model PBLmH lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model DI. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis dengan menerapkan model PBLmH berada pada kriteria sedang; dan peningkatan self-confidence siswa yang mendapat pembelajaran dengan menerapkan model PBLmH sama dengan siswa yang yang mendapat pembelajaran dengan menerapkan model DI. Peningkatan self-confidence dengan menerapkan modelPBLmHdan DI berada pada kriteria rendah.

(6)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Mariah Ulfah (2015). Increasing the Ability Mathematical Understanding and Self-Confidence through Application of Problem-Based Learning Model with Heuristic Method.

The study was based on the findings of research conducted by Sidik in 2014 on the analysis of mathematical thought process in the understanding of elementary school students in one of the schools that showed that the ability of understanding mathematical subjects generally still weak. The purpose of this study is to describe whether the data increase understanding of mathematical ability and self-confidence of students who get learning by applying the model of Problem-Based Learning by Heuristic method (PBLmH) better than the students who had learning by applying the model of Direct Instruction (DI ). The method used is quasi-experiments pre- and posttest. Subject of the study (sample) is kels V students in one elementary school in the district N Ciasem. The research data were collected using a mathematical understanding of the ability of test instruments, and self-confidence while using attitude scale. Statistical data analysis using non-parametric Mann Whitney U test. This is because the data is not normally distributed. Results from this study are: Improved understanding of mathematical ability of students who receive learning by applying the model PBLmH better than the students who get learning by applying DI models. Increased ability to apply mathematical understanding PBLmH models currently on the criteria being; and increased self-confidence of students who received a model of learning by applying the same PBLmH with students who are learning to apply the model gets DI. Increased self-confidence by applying the model PBLmH and DI are at low criteria.

(7)

Mariah Ulfah,2015

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Konsep Pemahaman Matematis ... 11

B. Kajian Konsep Self-Confidence ... 14

C. Kajian Konsep Model Problem-Based Learning (PBL) dengan Metode Heuristik ... 19

D. Kajian Konsep Model Direct Instruction ... 32

E. Hubungan Problem-Based Learning Metode Haeuristik dengan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Self-Confidence ... 34

F. Penelitian yang Relevan ... 37

G. Hipotesis Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 45

(8)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

C. Populasi dan Sampel ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 46

E. Prosedur Penelitian ... 55

F. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan ... 67

B. Peningkatan Self-Confidence ... 91

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 103

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 103

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman matematis merupakan salah satu dari lima kemampuan yang

esensial dalam pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada hasil studi

National Research Council tahun 2001 (Walle, Karp, & Bay-Williams, 2010, hlm.

24), yang menyatakan bahwa terdapat lima kemampuan yang saling berkaitan

dalam matematika yaitu pemahaman konseptual (conceptual understanding),

kelancaran prosedural (procedural fluency), kompetensi strategis (strategic

competence), penalaran adaptif (adaptive reasoning), dan disposisi produktif

(productive disposition).

Pemahaman konseptual merupakan suatu kemampuan mengenai pemberian

makna terhadap ide matematis yang diperolehnya melalui pengalaman dan

hubungan ide-ide tersebut. Tingkat pemahaman seseorang ditentukan oleh

banyaknya ide-ide yang mampu dia hubungkan serta diaplikasikan dalam

kehidupan nyata.

Penelitian matematika menetapkan bahwa pemahaman konseptual

merupakan komponen penting dari kemampuan prosedural (Bransford, Brown,&

Cocking, 2000; NCTM, 2000; National Mathematics Advisory Panel, 2008,

dalam Walle, Karp, & Bay-Williams, 2010, hlm. 24).Kemampuan pemahaman

matematis penting dikembangkan agar siswa dapat memecahkan masalah dalam

kehidupan nyata dengan mengaplikasikan ilmu matematika yang dipahaminya.

Dengan demikian, siswa akan tanggap menghadapi setiap perubahan dalam

kehidupannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Schunk (2012, hlm. 418)

mengungkapkan bahwa, “Pemecahan masalah diperkirakan melibatkan

pemahaman atau penyadaran tiba-tiba untuk solusi”.Selain itu, kemampuan

pemahaman yang tinggi merupakan kompetensi utama yang harus dikembangkan

dan menjadi orientasi dalam pembelajaran abad-21. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Morocco, et al (Abidin, 2014, hlm. 8), yaitu „pada abad kedua

(10)

kemampuan pemahaman yang tinggi, kemampuan berpikir kritis, kemampuan

berkolaborasi dan berkomunikasi, serta kemampuan berpikir kreatif.

Namun, temuan penelitian yang dilakukan oleh Sidik pada tahun 2014

mengenai analisis proses berpikir dalam pemahaman matematis siswa SD di salah

satu sekolah menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa kesulitan yang

dihadapi siswa untuk memperoleh pemahaman matematis.Pada umumnya subjek

kesulitan dalam tahap pemahaman soal. Hal ini ditunjukkan oleh kesalahan dalam

menerjemahkan soal ke dalam model matematika dan subjek kesulitan dalam

tahap melakukan perhitungan. Temuan lainnya yaituterdapat empat tahapan

proses berpikir dalam pemahaman matematis yaitu tahapan pemahaman soal,

mengubah soal ke dalam model matematika, melakukan operasi hitung dan

menarik kesimpulan. Tahapan memahami soal dan mengubah soal ke dalam

model matematika digolongkan ke dalam jenis pemahaman relasional sedangkan

tahapan melakukan operasi hitung dan menarik kesimpulan digolongkan ke dalam

jenis pemahaman instrumental.

Tujuan pembelajaran matematika yang tertuang dalam Standar Isi (BSNP,

2006), yaitu:

1. Memahami konsepmatematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi

yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

(11)

Berdasarkan dokumen BSNP (2006), kompetensi yang harus dikembangkan

dan menjadi tujuan pembelajaran matematika bukan hanya kompetensi kognitif,

melainkan juga kompetensi afektif.Salah satunya yaitu percaya diri

(self-confidence).Menurut Yates (Martyanti, 2013, hlm. 16), „self-confidence sangat

penting bagi siswa agar berhasil dalam belajar matematika‟.Hal ini didukung oleh

beberapa penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa terdapat asosiasi

positif antara self-confidence dalam belajar matematika dengan hasil belajar

matematika (Hannula, et al, 2004, hlm. 17; Suhendri, 2012, hlm. 397; TIMSS,

2012, hlm. 326 dalam Martyanti, 2013, hlm. 16).Sebagaimana yang dikemukakan

Hannula, Maijala, & Pehkonen (2004, hlm. 17) yaitu bahwa keyakinan (belief)

terhadap diri sendiri memiliki hubungan yang luar biasa dengan kesuksesan siswa

dalam belajar matematika. Oleh karena itu, self-confidence perlu

ditumbuhkembangkan pada diri siswa. Selain itu,diperlukan pula upaya perbaikan

proses belajar agar kemampuan matematis baik kemampuan pemahaman maupun

self-confidence dapat berkembang dan menjadi kompetensi pada diri siswa.

Perkembangan kemampuan matematis yang dimiliki oleh siswa berkaitan

erat dengan pengalaman belajar yang dialaminya.Sejalan dengan Vygotsky

(Suryadi, 2010, hlm. 2) yang menyatakan bahwa „proses peningkatann

pemahaman pada diri siswa terjadi sebagai akibat adanya pembelajaran‟.

Pembelajaran yang dialami siswa harus dapat menstimulus siswa untuk

membangun sendiri pengetahuan yang telah ditemukannya melalui penemuan

kembali sebuah konsep. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bruner, “Dalam

pembelajaran matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan

yang diperlukannya” (Ruseffendi dalam Heruman, 2010, hlm. 4).Materi

pembelajaran yang diberikan yaitu materi yang tidak langsung pada konsep siap

pakai melainkan siswa menemukan konsep dari permasalahan yang

diselesaikannya sendiri. Dengan pengalaman belajar yang demikian, siswa secara

aktif membangun dan mengembangkan sendiri pengetahuan atau konsep

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada.

Namun, sejumlah hasil studi (misalnya Henningsen & Stein, 1997; Peterson

1988; Mullis, dkk, 2000 dalam Suryadi & Herman, 2005, hlm. 2) menunjukkan

(12)

pengembangan kemampuan berpikir tahap rendah yang bersifat prosedural.

Sejalan dengan hal itu,Mullis, dkk, (2000) memaparkan laporan hasil studi

TIMSS (1999) yang dilakukan di 38 negara (termasuk Indonesia), antara lain

menjelaskan bahwa secara umum, pembelajaran matematika masih terdiri atas

rangkaian kegiatan berikut: awal pembelajaran dimulai dengan sajian masalah

oleh guru, selanjutnya dilakukan demonstrasi penyelesaian masalah tersebut, dan

terakhir guru meminta siswa untuk melakukan latihan penyelesaian soal (Suryadi

& Herman, 2005, hlm. 2).

Peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence tidak

dapat dicapai apabila pembelajaran yang dialami siswa hanya berorientasi pada

hafalan konsep dan prosedur yang sudah disajikan oleh guru yang diaplikasikan

untuk menyelesaikan soal-soal rutin.Salah satu strategi yang dapat dilakukan

untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan mengembangkan pembelajaran

yang menstimulus perkembangan kemampuan berpikir matematis.Selain itu,

menurut petunjuk pelaksana kegiatan belajar mengajar di sekolah yang ditulis

oleh Suherman, dkk.(2003, hlm. 63) menjelaskan bahwa, “Penerapan strategi

yang dipilih dalam pembelajaran matematika haruslah bertumpu pada dua hal,

yaitu optimalisasi interaksi semua unsur pembelajaran serta optimalisasi

keterlibatan indera siswa”. Seorang guru hendaknya memilih dan menerapkan

strategi, pendekatan, dan model pembelajaran yang membuat siswa untuk terlibat

aktif dalam pembelajaran, baik secara mental, fisik maupun sosial sehingga siswa

memiliki kemampuan-kemampuan yang tertuang dalam kurikulum dan tujuan

pembelajaran matematika dapat tercapai, dan menjadi kompetensi pada diri siswa.

Salah satu strategi alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan

model Problem-Based Learning (PBL). Penerapan model ini berlandaskan pada

prinsip dan standar proses pembelajaran matematika yang dikemukakan oleh

NCTM, yaitu para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara

aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan

sebelumnya dan siswa dalam membangun pengetahuan baru mengenai

matematika dilakukan melalui pemecahan masalah (Walle, 2006, hlm. 3).

Selanjutnya Reys, dkk (Suryadi, 2010, hlm. 1) menambahkan bahwa matematika

(13)

pemecahan masalah yang bervariasi. Dalam implementasi model PBL, masalah

yang harus dipecahkan siswa akan menjadi konteks pembelajaran sehingga fokus

kegiatan belajar sepenuhnya berada pada siswa. Sejalan dengan Tan (2003, hlm.

30) yang menyatakan bahwa model PBL merupakan suatupembelajaran aktif yang

berpusat padasiswa, yang menggunakan masalah-masalahyang tidak terstruktur

dengan konteks dunia nyata sebagai titik awal untuk proses belajar siswa, serta

memungkinkan siswa untuk bekerja sama dan membuat pilihan dalam belajar.

Proses belajar yang dialami siswa dalam model PBLyaitu memecahkan

masalah matematis bersama kelompoknya dan kemudian melaporkan pemecahan

masalah yang dilakukannya. Siswa berdiskusi bersama dengan kolompoknya

saling berbagi informasi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Proses

demikian menggambarkan adanya interaksi sosial diantara siswa. Interaksi dengan

orang lain yang lebih mampu menstimulus siswa untuk mengkonstruksi

pengetahuan baru dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mampu

mencapai perkembangan potensialnya. Sebagaimana konsep Zone of Proximal

Development (ZPD) Vygotsky yang menyatakan seseorang mampu mencapai

tingkat perkembangan potensial dengan bantuan orang lain yang lebih mampu

(Arends, 2007, hlm. 47). Selanjutnya Vygotsky menjelaskan bahwa proses belajar

terjadi pada dua tahap, yaitu yang pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan

orang lain dan kedua terjadi pada saat siswa menginternalisasi pengetahuan baru

yang dilakukan secara individual (Suryadi, 2010, hlm. 2).

Masalah merupakan dasar bagi kelompok untuk mengorganisasi tugas.

Siswa akan terstimulus untuk menggunakan kemampuan berpikirnya ketika

dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan.Siswa akan memanggil kembali

pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah tersebut. Dan ketika

pengetahuan yang dimiliki tidak dapat digunakan untuk memecahkan masalah

secara langsung, siswa akan berusaha menyelesaikan ketidaksesuaian konsep yang

dimilikinya dengan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini terjadi perubahan

struktur kognitif dari skema ide matematis yang telah ada menjadi skema ide

matematis baru. Dengan demikian, siswa aktif membangun pengetahuannya

secara mandiri. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herman

(14)

berlandaskan pada proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa. Selain itu,

dalam sintaks PBL terdapat fase menganalisis dan mengevaluasi pemecahan

masalah yang telah dilakukan. Pada fase ini siswa merefleksi efektivitas strategi

yang digunakan untuk memecahkan masalah. Hal ini akan memperkuat kesadaran

siswa terhadap konsep matematis.

Penerapan model PBL memungkinkan siswa untuk mendapatkan

pemahaman baru mengenai konsep matematika. Hal ini didukung oleh

pernyataan yang tertuang dalam dokumen National Research Council (Suryadi &

Herman, 2005, hlm. 70) yang menyatakan bahwa

pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui proses pemecahan masalah matematis memungkinkan berkembangnya kekuatan matematis yang antara lain meliputi kemampuan membaca dan menganalisis situasi secara kritis, mengidentifikasi kekurangan yang ada, mendeteksi kemungkinan terjadinya bias, menguji dampak dari langkah yang akan dipilih, serta mengajukan alternatif solusi kreatif atas permasalahanyang dihadapi.

Hasil penelitian mengenai analisis kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah, menunjukan adanya kemungkinan siswa menghadapi kendala ketika

melakukan pemecahan masalah. Menurut Fachrurazi (2011), guru perlu

mengantisipasi hal tersebut. Diharapkan guru dapat memberi bantuan kepada

siswa untuk dapat menyelesaikan masalah.Bantuan yang diberikan berupa tidak

langsung, tetapi dengan pengajuan petunjuk-petunjuk yang menghubungkan

pengetahuan awal siswa dengan masalah yang dihadapi sehingga mereka dapat

menemukan penyelesaiannya.Berdasarkan hal tersebut, strategi alternatif yang

digunakan peneliti untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan

self-confidence yaitu melalui penerapan model Problem-Based Learning dengan

metode Heuristik. Poyla (1973, hlm. 113) mengemukakan bahwa, “Heuristik

dapat diartikan sebagai cara yang membantu untuk menemukan jalan

pemecahan”. Cara yang dapat dilakukan untuk membantu menemukan jalan

pemecahan yaitu memberikan suatu pentunjuk dalam bentuk pertanyaan atau

perintah pada setiap langkah-langkah pemecahan masalah yang berfungsi

mengarahkan pemecah masalah dalam menyelesaikan dan menemukan jawaban

dari masalah yang diberikan.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan data apakah dengan

(15)

pembelajaran matematika di kelas V dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman matematis dan self-confidence.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan paparan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based

Learning dengan metode Heuristik lebih baik dari pada siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menerapkanmodel Direct Instruction?

2. Apakah peningkatan kemampuan self-confidence siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning dengan

metode Heuristik lebih baik dari siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan menerapkanmodel Direct Instruction?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji dampak penerapan

model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence siswa kelas V di salah

satu SD kecamatan Ciasem. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan data apakah peningkatan kemampuan pemahaman

matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model

Problem-Based Learning dengan metode Heuristik lebih baik dari pada siswa

yang mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan modelDirect

Instruction.

2. Mendeskripsikan data apakah peningkatan self-confidence siswa yang

mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan model Problem-Based

Learning dengan metode Heuristik lebih baik dari siswa yang mendapatkan

pembelajaran dengan menerapkan modelDirect Instruction.

(16)

Penelitian inidiharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang

terlibat dalam pendidikan. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai

berikut.

1. Penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan pada akademisi dan/ atau

praktisi mengenai penerapan model Problem-Based Learning dengan metode

Heuristik.

2. Penelitian ini memberikan sumbangan alternatif strategi pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence.

3. Penerapan model Problem Based Learning dengan metode Heuristik

menstimulus siswa untuk terlibat aktif dalam membangun pengetahuannya

sendiri, serta memecahkan masalah yang dihadapinya. Disamping itu,

self-confidence siswa pun akan tumbuh dan berkembang.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan laporan penelitian ini diklasifikasikan ke dalam lima bab yaitu:

1. Pendahuluan, terdiri dari:

a. Latar belakang, yaitu penjelasan mengenai alasan peneliti melakukan

penelitian.

b. Rumusan masalah, yaitu berisi pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan

data-data yang akan dikumpulkan selama melakukan penelitian.

c. Tujuan penelitian, yaitu tujuan peneliti melakukan penelitian.

d. Manfaat penelitian, yaitu berisi manfaat dari hasil penelitian yang telah

dilakukan baik untuk para praktisi pendidikan maupun para akademisi dan

juga siswa.

e. Struktur organisasi tesis, yaitu berisi sistematika penulisan tesis.

2. Kajian pustaka, berisi kajian teori yang dijadikan sebagai landasan peneliti

dalam melakukan penelitian. Dalam penulisannya, peneliti membagi ke

dalam enam sub bab, yaitu:

a. Kajian konsep pemahaman matematis.

b. Kajian konsep self-confidence.

c. Kajian konsep model Problem Based Learning dengan metode Heuristik.

(17)

e. Penelitian yang relevan.

f. Hipotesis penelitian.

3. Metode penelitian, berisi rancangan alur penelitian yang dibagi ke dalam

enam sub bab, yaitu:

a. Desain penelitian, yaitu penjelasan mengenai jenis serta desain penelitian

yang digunakan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

quasi-experimentspre- and posttest design.

b. Partisipan, yaitu penjelasan mengenai partisipan yang terlibat dalam

penelitian. Partisipan dalam penelitian ini yaitu salah satu SD Negeri di

kecamatan Ciasem dengan jumlah partisipan yaitu 65 siswa yang terbagi ke

dalam dua kelas.

c. Populasi dan sampel, yaitu penjelasan mengenai cara penentuan partisipan

yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Penentuan partisipan

dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive.

d. Instrumen penelitian, yaitu penjelasan mengenai alat ukur yang digunakan

serta pengembangannya. Instrumen yang digunakan yaitu soal tes dan skala

sikap.

e. Prosedur penelitian, yaitu penjelasan setiap langkah yang dilakukan oleh

peneliti selama penelitian. Prosedur penelitian yang dilakukan terbagi ke

dalam empat tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan

penelitian, tahap pengolahan dan analisis data penelitian, dan tahap

penyusunan laporan hasil penelitian.

f. Analisis data, yaitu berisi penjelasan mengenai pengolahan data dan teknik

analisisnya, serta jenis software yang digunakan untuk pengolahan data.

Pengolahan data penelitian menggunakan statistik inferensial. Software yang

digunakan yaitu SPSS Statistic 21 dan Microsoft Exel 2010. Pada bagian ini

dijelaskan juga mengenai hasil pengujian normalitas kedua kelompok sampel

dan homogenitas varians kelompok.

4. Temuan dan pembahasan, berisi penjelasan mengenai hasil dari pengolahan

dan analisis data serta pembahasannya. Peneliti menggunakan pola

pemaparan non-tematik dalam menjelaskan temuan hasil pengolahan dan

(18)

5. Simpulan, implikasi dan rekomendasi, berisi penjelasan makna hasil

(19)

Mariah Ulfah,2015

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan metode

penelitian yang digunakan yaitu quasi-experimentspre- and posttest design.

Pemilihan metode ini didasarkan pada tujuan peneliti yang ingin menguji dampak

penerapan model Problem Based Learning dengan metode Heuristik terhadap

peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence.

Tahapan dari penerapan metode quasi-experimentspre- and posttest design

yaitu setelah selesai memilih kelas yang akan dijadikan sebagai kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol, peneliti melakukan pretes kemampuan

pemahaman matematis dan self-confidence. Setelah tindakan selesai diberikan

dalam jangka waktu tertentu, peneliti melakukan postes terhadap kemampuan

pemahaman matematis dan self-confidence. Deskripsi mengenai desain penelitian

inidapat dilihat pada gambar 3.1. berikut.

Time

Select Control

Grup

Pretest No Treatment Posttest

Select Experimen

Gup

Pretest Experimental

Treatment

Posttest

Gambar3.1.

Quasi-Experiment Pre- and Posttest Design (Creswell, 2008, hlm.314)

Keterangan:

Experimental Treatment yaitudengan menerapkan model Problem Based

(20)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI B. Partisipan

Partisipan penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V salah satu SD Negeri di

kecamatan Ciasem. Jumlah partisipan yaitu 65 siswa yang terbagi ke dalam dua

kelas. Kelas A berjumlah 33 siswa dan kelas B berjumlah 32 siswa. Ditinjau dari

letak geografis, partisipan berada pada dataran rendah yang dikelilingi oleh

wilayah pesawahan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas V salah satu SD Negeri di

kecamatan Ciasem. Sampel penelitian merupakan seluruh siswa kelas V yang

berjumlah 65 siswa. Peneliti mengelompokan sampel penelitian ke dalam dua

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun pemilihan

kelompok sampel penelitian dilakukan secara purposive.

D. Istrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu soal tes dan skala

sikap. Adapun penjelasan dari kedua instrumen yang digunakan yaitu sebagai

berikut:

1. Soal Tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan

pemahaman matematis siswa. Soal tes berbentuk uraian yang disusun oleh

peneliti. Indikator yang digunakan yaitu:

a. Membangun bangun ruang dari representasi (gambar) jaring-jaringnya.

b. Menggambar jaring-jaring bangun ruang.

c. Menggunakan konsep jaring-jaring untuk memecahkan masalah.

[

2. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat

self-confidence siswa. Skala yang digunakan yaitu skala likert yang terdiri dari empat

pilihan jawaban, yaitu: selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Skala ini

(21)

Mariah Ulfah,2015

negatif berkenaan dengan confidence siswa terhadap matematika. Sikap

self-confidence yang akan diukur dalam penelitian ini meliputi aspek-aspek:

a. Kepercayaan terhadap kecakapan diri.

b. Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai

dalam menyusun rencana aksi sebagai usaha meraih sasaran.

c. Kemampuan berkomunikasi.

Pemetaan nilai positif dan negatif pada skala sikap dapat dilihat

dalamkisi-kisi skala sikap yang disajikan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1.

Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap Self-confidence Aspek

Self-confidence

Indikator No Butir

Pernyatan

Nilai Pernyataan Positif Negatif

Kepercayaan terhadap kecakapan diri

Optimis terhadap

pembelajaran matematika

1, 24 √

13 √

Tenang menghadapi kesulitan dalam

pembelajaran matematika

14 √

2,25 √

Berani mengkomunikasi-kan ide matematis

3,26 √

35 √

Mandiri dalam belajar matematika

4,27 √

15 √

Senang menghadapi tantangan belajar matematika

16,28 √

5 √

Kemampuan untuk menentukan secara realistik sasaran yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha meraih sasaran Berinisiatif untuk memperoleh pengetahuan matematis baru dengan berbagai cara

17,29 √

6 √

Rasional dan realistis memandang sesuatu

7,18,30 √

8 √

Bertanggung jawab terhadap kewajiban sebagai pembelajar matematika

36,19 √

34 √

Kemampuan berkomunikasi

Berbicara di dalam kelompok

9,33 √

20 √

Membagi informasi pada orang lain

21, √

10 √

Mendengarkan tanpa menyela ketika orang lain berbicara

32 √

11,22 √

(22)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

pembelajaran matematika 31 √

Penyusunan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan

melalui beberapa tahap, yaitu:

1. Penyusunan kisi-kisi beserta kunci jawaban.

2. Penyusunan rubrik penskoran butir soal.

Penyusunan rubrik penskoran dimaksudkan agar penilaian dilakukan secara

objektif. Rubrik penskoran instrumen soal tes pemahaman matematis dapat

dilihat pada tabel 3.2., sedangkan untuk instrumen skala sikap pada tabel 3.3.

Tabel 3.2.

Rubrik Penskoran Kemampuan Pemahaman Matematis

Kriteria jawaban Skor

Tidak ada jawaban 0

Jawaban sebagian besar mengandung kesalahan. 1

Susunan rangkaian bidang datar benar namun mengandung kesalahan dalam ukuran sisi bidang datar (yang akan saling menempel menjadi sebuah rusuk).

2

Gambarbangun ruang benar namun ukuran sisi bangun ruang tidak sesuai dengan data yang terdapat pada soal.

Jawaban hampir lengkap dan perhitungan mengandung kesalahan Susunan rangkaian bidang datar benar dan ukuran sisi bidang datar (yang akan saling menempel menjadi sebuah rusuk) benar.

3

Gambar bangun ruang benar dan memberikan keterangan mengenai ukuran sisi bangun ruang yang sesuai dengan data pada soal.

Jawaban lengkap dan melakukan perhitungan dengan benar

Tabel 3.3.

Rubrik Penskoran Skala Sikap Self-Confidence

Pilihan jawaban Jenis Pernyataan

Positif Negatif

Selalu 4 1

Sering 3 2

Kadang-kadang 2 3

Tidak Pernah 1 4

3. Pengujian validitas.

(23)

Mariah Ulfah,2015

mengukur kemampuan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menguji

validitas instrumen yaitu sebagai berikut:

a. Meminta penilaian pakar mengenai kesesuaian butir item dengan kemampuan

yang akan dibangun dan ditingkatkan, kesesuaian butir item dengan isi

materi, dan keefektifan bahasa yang digunakan.

b. Melakukan uji keterbacaan pada sekelompok siswa.

Uji keterbacaan dilakukan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat

memahami instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Butir item yang

tidak dipahami oleh siswa saat uji keterbacaan direvisi sehingga dapat

dipahami.

c. Melakukan tes uji coba instrumen.

Sebelum tes dilakukan pada partisipan, peneliti terlebih dahulu menguji

cobakan pada siswa di sekolah lain yang memiliki akreditasi sama dengan

sekolah yang dijadikan sebagai tempat penelitian. Hal ini dilakukan agar

instrumen yang akan digunakan berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang

telah terbukti.

d. Menskor hasil tes uji coba instrumen(hasil dapat dilihat pada lampiran).

Penskoran hasil uji coba didasarkan pada rubrik penilaian yang telah

disusun.Dikarenakan skor pada skala sikap merupakan skala ordinal sehingga

hasil uji coba skala sikap harus ditransformasi ke dalam bentuk skala interval

agar memenuhi asumsi perhitungan statistik.Proses transformasi skala dalam

penelitian ini menggunakan succesive interval methode dengan bantuan

program microsoft exel 2010. Setelah data ditarnasformasi dilakukan uji

ketepatan skala.Berdasarkan hasil uji keteparan skala, butir item 11 tidak

akan digunakan. Hal ini dikarenakan butir item 11 hanya memuat kategori 2,

3, dan 4 sedangkan kategori 1 tidak terwakili. Dalam hal ini butir item

tersebut tidak mampu mengungkap realitas empiris.

e. Menghitung korelasi skor butir item soal dengan jumlah skor jawaban siswa

yaitu dengan menggunakan rumus Product Moment Pearsonsebagai berikut:

(24)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara skor X dan skor Y

n = banyak subjek

X = skor butir item tes

Y = skor siswa

Adapun untuk pengolahannya, peneliti menggunakan bantuan program SPSS

Statistic 21. Hasil pengolahan validitas instrumen soal tes kemampuan

pemahaman matematis disajikan pada tabel 3.4., dan hasil pengolahan

validitas skala sikap self-confidence disajikan pada tabel 3.5.

Tabel 3.4.

Valitidas Butir Item Instrumen Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

No. Butir Soal Nilai rxy Sig. (1-tailed) Kesimpulan

1a 0,299 0,054 Tidak valid

1b 0,754 0,000 Valid

1c 0,717 0,000 Valid

2 0,539 0,001 Valid

3 0,608 0,000 Valid

4 0,723 0,000 Valid

5 0,417 0,011 Valid

6 0,074 0,348 Tidak valid

7 0,569 0,001 Valid

8 0,580 0,000 Valid

9 0,753 0,000 Valid

10 0,820 0,000 Valid

11 0,536 0,001 Valid

12 0,489 0,003 Valid

Berdasarkan kriteria pengujian dengan taraf signifikansi 5% yakni jika nilai

Sig. (1-tailed) < taraf signifikan = 0,05 maka butir item dinyatakan valid.

Hasil pengolahan data validitas instrumen soal tes menunjukan terdapat dua

butir item yang tidak valid, yaitu 1a dan 6. Nilai Sig. (1-tailed) 1a = 0,054 >

0,05 dan Sig. (1-tailed) 6 = 0,348 > 0,05. Sehingga diputuskan butir item

tersebut tidak digunakan.

Tabel 3.5.

Valitidas Butir Item Instrumen Skala Sikap Self-Confidence No. Butir Soal Nilai rxy Sig. (1-tailed) Kesimpulan

1 0,692 0,000 Valid

(25)

Mariah Ulfah,2015

3 0,490 0,003 Valid

4 0,509 0,002 Valid

5 0,493 0,003 Valid

6 0,441 0,007 Valid

7 0,563 0,001 Valid

No. Butir Soal Nilai rxy Sig. (1-tailed) Kesimpulan

8 0,348 0,030 Valid

9 0,462 0,005 Valid

10 0,463 0,005 Valid

11 0,365 0,024 Valid

12 0,730 0,000 Valid

13 0,354 0,028 Valid

14 0,548 0,001 Valid

15 0,481 0,004 Valid

16 0,512 0,002 Valid

17 0,413 0,012 Valid

18 0,088 0,321 Tidak valid

19 0,385 0,018 Valid

20 0,353 0,028 Valid

21 0,476 0,004 Valid

22 0,670 0,000 Valid

23 0,457 0,006 Valid

24 0,552 0,001 Valid

25 0,448 0,006 Valid

26 0,522 0,002 Valid

27 0,457 0,006 Valid

28 0,533 0,001 Valid

29 0,467 0,005 Valid

30 0,684 0,000 Valid

31 -0,201 0,143 Tidak valid

32 0,440 0,007 Valid

33 0,358 0,026 Valid

34 0,461 0,005 Valid

35 0,445 0,007 Valid

36 0,494 0,003 Valid

Berdasarkan kriteria pengujian dengan taraf signifikansi 5% yakni jika nilai

Sig. (1-tailed) < nilai taraf signifikan = 0,05 maka butir item dinyatakan valid.

Hasil pengolahan data validitas instrumen soal tes menunjukan terdapat dua

butir item yang tidak valid, yaitu 18 dan 31. Nilai Sig. (1-tailed) 18 = 0,321 >

0,05 dan Sig. (1-tailed) 31 = 0,143 > 0,05 sehingga butir item tersebut tidak

digunakan.

(26)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

Perhitungan daya pembeda dilakukan terhadap skor jawaban siswa dari

kelompok jawaban tinggi dan kelompok jawaban rendah. Langkah-langkah

yang dilakukan untuk menghitung daya pembeda yaitu:

1) Mengelompokan skor ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok skor tinggi

dan kelompok skor rendah. Jumlah kelompok tinggi yaitu 27% dari sampel

uji coba, begitu pun jumlah kelompok rendah yaitu 27% dari jumlah sampel

uji coba (Sugiyono, 2013, hlm. 180).

2) Melakukan pengujian terhadap kelompok skor tinggi dan kelompok skor

rendah. Pengujian daya pembeda secara signifikan menggunakan uji t-test

Compare Mean Independent Sample Test dengan taraf signifikansi (α) 0,05.

(Sugiyono, 2013, hlm. 181) dengan rumus sebagai berikut:

t= �1−�2

�� 11+

1

�2

Hipotesis statistik yang diajukan yaitu:

H0: μ1= μ2

H1: μ1≠μ2

Keterangan:

μ1 = skor kelompok atas

μ2 = skor kelompok bawah

Kriteria pengujian signifikansi daya pembeda yang dinyatakan oleh Sugiyono

(2013, hlm. 182) yaitujika thitung≤ ttabel maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kelompok tinggi dan

kelompok rendah. Sedangkan jika thitung> ttabel maka H0 ditolak. Hal ini berarti

terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kelompok tinggi dan

kelompok rendah. Hasil dari pengujian daya pembeda instrumen soal tes

kemampuan pemahamamn matematis dapat dilihat pada tabel 3.6. dan hasil

pengujian daya pembeda instrumen skala sikap self-confidence pada tabel

(27)

Mariah Ulfah,2015

Tabel 3.6.

Independent Samples TestInstrumen Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

Skor Uji Coba Instrumen Equal variances assumed

0,004 0,950 17,209 14

Equal

variances not assumed

17,209 11,986

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan taraf signifikan 5%, ditemukan

nilai thitung = 17,209 lebih besar dari ttabel = 1,761. Sehingga, dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kelompok tinggi

dankelompok rendah.

Tabel 3.7.

Independent Samples TestInstrumen Skala Sikap Self-Confidence

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Skor Uji Coba Instrumen Equal variances assumed

0,013 0,912 15,720 14

Equal

variances not assumed

15,720 13,922

[

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan taraf signifikan 5%, ditemukan

nilai thitung = 15,720 lebih besar dari ttabel = 1,76. Sehingga, dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kelompok tinggi

(28)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

g. Menghitung tingkat kesukaran

Tingkat kesukaran butir item diolah dengan menggunakan bantuan program

microsoft exel 2010. Hasil dari pengolahan tingkat kesukaran disajikan pada

tabel 3.8.

Tabel 3.8.

Tingkat Kesukaran Butir Item

No. Butir Soal IK Keterangan

1a 0,99 Mudah

1b 0,86 Mudah

1c 0,58 Sedang

2 0,31 Sedang

3 0,71 Mudah

4 0,71 Mudah

5 0,63 Sedang

6 0,28 Sukar

7 0,79 Mudah

8 0,54 Sedang

9 0,52 Sedang

10 0,49 Sukar

11 0,27 Sukar

12 0,30 Sukar

4. Pengujian realibilitas

Pengujian realibilitas dilakukan untuk melihat konsistensi instrumen.

Pengujian koefisien realibilitas instumen menggunakan rumus Alpha (Arikunto,

2012: 122), yaitu:

r11 = ] [1-

Keterangan:

r11 = realibilitas yang dicari

Ʃ = jumlah varians skor tiap-tiap item

= variansi total

Suatu instrumen dapat dikatakan realibel tinggi jika koefisien Cronbach’s

Alpha di atas 0,6 (Pramesti, 2014, hlm. 44). Hasil dari pengujian koefisien

realibilitas instrumen syang dilakukan dengan bantuan program SPSS Statistic 21

dapat dilihat pada tabel 3.9. untuk instrumen soal tes kemampuan pemahaman

(29)

Mariah Ulfah,2015

Tabel 3.9.

Koefisien Realibilitas Instrumen Soal Tes Kemampuan Pemahaman Matematis

Cronbach's Alpha N of Items

0,879 14

Nilai koefisien realibilitas instrumen yaitu 0,879. Nilai ini berada di atas 0,6

sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen realibel.

Tabel 3.10.

Koefisien Realibilitas Instrumen Skala Sikap Self-Confidence

Cronbach's Alpha N of Items

0,892 36

Nilai koefisien realibilitas instrumen yaitu 0,892. Nilai ini berada di atas 0,6

sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen realibel.

E. Prosedur Penelitian

Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini terbagi ke dalam empat

tahapan, yaitu tahap persiapan, tahan pelaksanaan dan tahap pengolahan data

penelitian.

1. Tahap persiapan penelitian.

a. Melakukan literaturereview,mengidentifikasi masalah penelitian, dan

membuat hipotesis penelitian.

b. Menentukan desain penelitian, memilih subjek penelitian.

c. Menyusun instrumen penelitian dan instrumen pembelajaran.

d. Mengujicobakan instrumen pada partisipan di luar subjek penelitian dan

melakukan analisis validitas, realibilitas, dan tingkat kesukaran.

2. Tahap pelaksanaan penelitian.

a. Menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan

carapurposive.

b. Melakukan pretespada kedua kelompok mengenai kemampuan pemahaman

matematis dan self-confidence.

c. Memberikan treatment, yaitu menerapkan model Problem-Based Learning

dengan metode Heuristik sebanyak enam kali pada kelompok eksperimen dan

(30)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

d. Melakukan postes pada kedua kelompok mengenai kemampuan pemahaman

matematis dan kemampuan pemecahan masalah.

3. Tahap pengolahan dan analisisdata penelitian.

Melakukan pengolahan data pretes dan postesdengan menggunakan

statistik. Setalah itu, dilakukan pengkajian dan analisis terhadap temuan-temuan

penelitian.

4. Tahap penyusunan laporan hasil penelitian.

Alur pelaksanaan penelitian berdasarkan prosedur di atas dapat dilihat pada

diagram yang terdapat pada gambar 3.2.

Meriview literatur Mengidentifikasi

masalah penelitian

Membuat hipotesis penelitian

Menentukan desain dan subjek penelitian

Menyusun instrumen

Mengujicobakan instrumen

Analisis hasil uji coba instrumen

Menentukan sampel penelitian

Menentukan sampel penelitian

Melakukan pretes

Memberikan tindakan pada kelompok kontrol

Memberikan tindakan pada kelompok eksperimen

(31)

Mariah Ulfah,2015

Gambar 3.2. Alur Prosedur Penelitian F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui dampak dari penerapan model

Problem Based Learning dengan metode Heuristik terhadap peningkatan

kemampuan pemahaman matematis dan self-confidencesiswa kelas V di salah satu

SD Negeri kecamatan Ciasem. Teknik analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Menskor jawaban siswa dan mengubah skor skala sikap self-confidence ke

dalam jenis skala interval dengan menggunakan succesive interval methode.

2. Mengelompokan skorhasil tes siswa ke dalam kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol pada sebuah tabel.

3. Menghitung peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

self-confidence

Peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

self-confidencesebelum dan sesudah penelitian yang dilihat dari hasil skor

N-gaindengan rumus sebagai berikut.

<g> =

Keterangan

<g> : skor gain ternormalisasi

<Sf> : Skor rata-rata post test

<Si> : Skor rata-rata pre test

<Sm> : Skor maksimum

Tingkat perolehan skor gain ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga

kategori yang ditunjukkan oleh tabel 3.11.berikut.

(32)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi

Skor Gain Ternormalisasi Interpretasi

(<g>) > 0, 7 Tinggi

0, 3 ≤ (<g>) ≤ 0,7 Sedang

(<g>) < 0, 3 Rendah

(Sumber: Hake, 1999, tersedia di:

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0251_0706549_chapter3.pdf)

4. Menguji perbedaan dua rata-rata

Data yang akan diuji yaitu data pretes, postes dan indeks N-gain

kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence. Pengujian data skor

pretes dilakukan untuk mengetahui keseimbangan kemampuan pemahaman

matematis dan self-confidence kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol

sebelum diberikan tindakan. Pengujian data skor postes dilakukan untuk

mengetahui pencapaian kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence

siswa yang dialami siswa setelah diberikan tindakan. Sedangkan pegujian indeks

N-gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan yang terjadi setelah diberikan

tindakan,apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis dan

self-confidence kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol.

Pengujian dua buah rata-rata dalam penelitian ini menggunakan

uji-tCompare Means (Independent-Sample T-Test). Untuk memperoleh peluang yang

sahih atas munculnya nilai t maka asumsi-asumsi terkait data yang akan diuji

harus dipenuhi terlebih dahulu. Asumsi tersebut yaitu skor masing-masing

kelompok harus berdistribusi normal dan variansi kedua kelompok homogen. Jika

data tidak berdistribusi normal maka pengujian langsung dilanjutkan pada uji-u

Mann-Withney. Sedangkan jika data berdistribusi normal dan variansi kelompok

tidak homogen maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-t′. Oleh

karena itu, sebelum melakukan uji perbedaan dua rata-rata, terlebih dahulu

dilakukan uji terhadap asumsi yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

a. Menguji asumsi data kemampuan pemahaman matematis

(33)

Mariah Ulfah,2015

Uji normalitas skor pretes kedua kelompok sampel menggunakan uji

statistika Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis statistik

yang diujikan yaitu:

H0 : Skor pretes kemampuan pemahaman matematis berdistribusi normal

H1 : Skor pretes kemampuanpemahaman matematis tidak berdistribusi

normal

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi (α)

= 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi

normal. Sedangkan jika nilai Sig. < taraf signifikansi (α) = 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas skor pretesdapat dilihatpada lampiran. Sedangkan

secara ringkas disajikan pada tabel 3.12. di bawah ini.

Tabel 3.12.

Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis Aspek

Kemampuan Kelompok Sig. α Kesimpulan

Pemahaman Matematis

Eksperimen 0,127 0,05 H0 diterima

Kontrol 0,094 0,05 H0 diterima

Berdasarkan data hasil pretes kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi data normal. Hal ini

ditunjukkan oleh nilai Sig. kelompok eksperimen = 0,127 lebih besar dari

pada taraf signifikansi(α) = 0,05. Nilai Sig. kelompok kontrol = 0,094 lebih

besar dari pada taraf signifikansi(α) = 0,05.

Setelah ditemukan bahwa data pretes kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi. Uji

homogenitas variansi data hasil pretes kedua kelompok sampel menggunakan

uji statistik Levene dengan taraf signifikansi (α) = 0,05. Uji homogenitas

varians dilakukan untuk mengetahui homogenitas varians data skor pretes

dari kedua sampel. Hipotesis statistik yang diajukan yaitu:

H0: σ12 = σ22 : variansi skor kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol homogen.

H1 : σ12 ≠ σ22 : variansi skor kelompok eksperimen dan kelompok

[image:33.595.133.509.347.421.2]
(34)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

Keterangan:

σ12 = variansi skor pretes kelompok eksperimen

σ22 = variansi skor pretes kelompok kontrol

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi (α)

= 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa variansi kedua

kelompok sampel homogen. Sedangkan jika Sig. < taraf signifikansi (α) =

0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variansi kedua

kelompok sampel tidak homogen.

Hasil uji homogenitas varians skor pretes kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 3.13., dan untuk hasil pengolahan

lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 3.13.

Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pretes Kemampuan Pemahaman Matematis

Aspek Kemampuan Sig. Α Kesimpulan

Pemahaman Matematis 0,496 0,05 H0 diterima

Data hasil uji homogenitas variansi menunjukkan bahwa skor pretes

kemampuan pemahaman matematis kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol homogen. Hal ini didasarkan oleh nilai Sig. skor pretes

kemampuan pemahaman matematis kedua kelompok sampel penelitian =

0,466 lebih besar dari pada taraf signifikansi (α) = 0,05.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas variansi kelompok sampel

yang menunjukkan data pretes berdistribusi normal dan homogen, maka

untuk menguji perbedaan rata-rata dua sampel menggunakan uji statistik

Compare Mean Independent Sample Test dua arah.

2) Menguji asumsi data postes kemampuan pemahaman matematis

Uji normalitas skor posteskemampuan pemahaman matematis kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji statistika Shapiro Wilk

dengan taraf signifikansi (α) 0,05. Hipotesis statistik yang diujikan yaitu: H0 : Skor postes kemampuan pemahaman matematis berdistribusi normal

H1 : Skor postes kemampuanpemahaman matematis tidak

[image:34.595.141.509.358.395.2]
(35)

Mariah Ulfah,2015

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi (α)

= 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi

normal. Sedangkan jika nilai Sig. < taraf signifikansi (α) = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas skor postesdapat dilihatpada lampiran. Sedangkan

secara ringkas disajikan pada tabel 3.14. di bawah ini.

Tabel 3.14.

Hasil Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Pemahaman Matematis Aspek

Kemampuan

Kelompok Sig. α Kesimpulan

Pemahaman Matematis

Eksperimen 0,016 0,05 H0 ditolak

Kontrol 0,000 0,05 H0 ditolak

Data hasil postes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa

kedua kelompok tidak berdistribusi data normal. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai Sig. kelompok eksperimen= 0,016 lebih kecil dari pada taraf signifikansi

= 0,05, nilai Sig. kelompok kontrol = 0,000 lebih kecil dari padataraf

signifikansi= 0,05.

Dengan demikian, asumsi pengujian perbedaan dua rata-rata tidak terpenuhi

sehingga pengujian yang dilakukan bukanlah terhadap rata-rata kelompok

eksperimen dan kelompok sampel, melainkan terhadap distribusi data kedua

kelompok tersebut. Pengujian menggunakan statistik non parametrik dengan

uji-u Mann Withney.

3) Menguji asumsi data indeks N-gain kemampuan pemahaman matematis

Uji normalitas data skor indeks N-gain kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol menggunakan uji statistika Shapiro Wilk dengan taraf signifikansi (α)

= 0,05. Hipotesis statistik yang diujikan yaitu:

H0 : Skor N-gain kemampuan pemahaman matematis berdistribusi normal

H1:Skor N-gainkemampuan pemahaman matematis tidak berdistribusi

normal

[image:35.595.134.509.249.324.2]
(36)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI

normal. Sedangkan jika nilai Sig. < taraf signifikansi(α) = 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas skor N-gain dapat dilihatpada lampiranSedangkan

ringkasannya disajikan pada tabel 3.15. di bawah ini.

Tabel 3.15.

Hasil Uji Normalitas Skor N-gain Kemampuan Pemahaman Matematis Aspek

Kemampuan

Kelompok Sig. α Kesimpulan

Pemahaman Matematis

Eksperimen 0,006 0,05 H0 ditolak

Kontrol 0,001 0,05 H0 ditolak

Berdasakan hasil pengolahan data yang dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa H0 ditolak. Data N-gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak berdistribusi data normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Sig. kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol berturut-turut 0,006 dan 0,001 yang lebih

kecil dari pada taraf signifikansi (α) = 0,05.

Dengan demikian, asumsi pengujian perbedaan dua rata-rata tidak terpenuhi

sehingga pengujian yang dilakukan bukanlah terhadap rata-rata kelompok

eksperimen dan kelompok sampel, melainkan terhadap distribusi data kedua

kelompok tersebut. Pengujian menggunakan statistik non parametrik dengan

uji-u Mann Withney.

b. Menguji asumsi data self-confidence

1) Menguji asumsi data pretes skala sikap self-confidence

Uji normalitas data pretes skala sikap self-confidence kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol menggunakan uji statistika Shapiro Wilk dengan taraf

signifikansi (α) 0,05. Hipotesis statistik yang diujikan yaitu:

H0 : Skor pretes skala sikap self-confidence berdistribusi normal

H1 : Skor pretes skala sikap self-confidence tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi(α) = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi

normal. Sedangkan jika nilai Sig. < taraf signifikansi(α) = 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas skor pretesdapat dilihatpada lampiran. Sedangkan

(37)

Mariah Ulfah,2015

Tabel 3.16.

Hasil Uji Normalitas Skor Pretes Skala Sikap Self-Confidence

Aspek Kelompok Sig. α Kesimpulan

Self-confidence Eksperimen 0,481 0,05 H0 diterima

Kontrol 0,605 0,05 H0 diterima

Berdasarkan data hasil pretes skala sikap kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol menunjukkan bahwa kedua kelompok berdistribusi data

normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Sig. kelompok eksperimen = 0,481

lebih besar dari pada taraf signifikansi (α) = 0,05. Nilai Sig. kelompok kontrol

= 0,605 lebih besar dari pada taraf signifikansi (α) = 0,05.

Setelah ditemukan bahwa data pretes kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol berdistribusi normal dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi. Uji

homogenitas variansi data hasil pretes kedua kelompok sampel menggunakan

uji statistik Levene dengan taraf signifikansi (α) = 0,05. Uji homogenitas

varians dilakukan untuk mengetahui homogenitas kedua kelompok sampel.

Hipotesis statistik yang diajukan yaitu:

H0: σ12= σ22

H1: σ12≠ σ22

Keterangan:

σ12 = variansi skor pretes skala sikap self-confidence kelompok eksperimen

σ22 = variansi skor pretes skala sikap self-confidence kelompok kontrol

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi(α) = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa variansi kedua

kelompok sampel homogen. Sedangkan jika Sig. < taraf signifikansi(α) =

0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa variansi kedua

kelompok sampel tidak homogen.

Hasil uji homogenitas varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dapat dilihat pada tabel 3.17., dan untuk hasil pengolahan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran.

Tabel 3.17.

Hasil Uji Homogenitas Variansi Skor Pretes Skala Sikap Self-Confidence

(38)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI Self-Confidence 0,642 0,05 H0 diterima

Data hasil uji homogenitas variansi menunjukkan bahwa skor pretes skala

sikap self-confidence kelompok eksperimen dan kelompok kontrol variansi

datanya homogen. Nilai Sig. skor pretes skala sikap self-confidence kedua

kelompok sampel penelitian = 0,642 lebih besar dari pada taraf signifikansi

(α) = 0,05.

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas variansi yang menunjukkan

data pretes skala sikap self-confidence berdistribusi normal dan homogen,

maka untuk menguji perbedaan rata-rata dua sampel menggunakan uji

statistik Compare Mean Independent Sample Test dua arah.

2) Menguji asumsi data postes skala sikap self-confidence

Uji normalitas skor postesskala sikap self-confidence kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol menggunakan uji statistika Shapiro Wilk dengan taraf

signifikansi (α) 0,05. Hipotesis statistik yang diujikan yaitu: H0 : Skor postes skala sikap self-confidenceberdistribusi normal

H1 : Skor postes skala sikap self-confidencetidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi (α)

= 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi

normal. Sedangkan jika nilai Sig. < taraf signifikansi (α) = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas skor postesdapat dilihatpada lampiran. Sedangkan

secara ringkas disajikan pada tabel 3.18. di bawah ini.

Tabel 3.18.

Hasil Uji Normalitas Skor Postes Self-Confidence

Aspek Kelompok Sig. α Kesimpulan

Self-confidence Eksperimen 0,039 0,05 H0 ditolak

Kontrol 0,196 0,05 H0 diterima

Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa data hasil postes

skala sikap self-confidence kelompok eksperimen tidak berdistribusi data

normal. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Sig. kelompok eksperimen = 0,039

lebih kecil dari pada taraf signifikansi = 0,05. Sedangkankelompok kontrol

[image:38.595.135.511.559.626.2]
(39)

Mariah Ulfah,2015

ditunjukkan oleh nilai Sig. kelompok kontrol = 0,196 lebih besar dari

padataraf signifikansi= 0,05.

Walaupun demikian, asumsi pengujian perbedaan dua rata-rata tidak

terpenuhi karena salah satu dari kelompok sampel tidak berdistribusi

normal.Sehingga pengujian yang dilakukan bukanlah terhadap rata-rata

kelompok eksperimen dan kelompok sampel, melainkan terhadap distribusi

data kedua kelompok tersebut. Pengujian menggunakan statistik non

parametrik dengan uji-u Mann Withney.

3) Menguji asumsi data indeks N-gain skala sikap self-confidence

Uji normalitas data indeks N-gain skala sikap self-confidence kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan uji statistika Shapiro Wilk

dengan taraf signifikansi α 0,05. Hipotesis statistik yang diujikan yaitu:

H0 : Skor N-gain skala sikap self-confidence berdistribusi normal

H1 : Skor N-gain skala sikap self-confidence tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian yang digunakan yaitu jika nilai Sig. ≥ taraf signifikansi (α)

= 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa data berdistribusi

normal. Sedangkan jika nilai Sig. < taraf signifikansi (α) = 0,05 maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa data tidak berdistribusi normal.

Hasil pengujian normalitas skor N-gain skala sikap self-confidence dapat

dilihatpada lampiran. Sedangkan ringkasannya disajikan pada tabel 3.19. di

bawah ini.

Tabel 3.19.

Hasil Uji Normalitas Skor N-gain Skala Sikap Self-Confidence

Aspek Kelompok Sig. α Kesimpulan

Self-confidence Eksperimen 0,000 0,05 H0 ditolak

Kontrol 0,031 0,05 H0 ditolak

Berdasakan hasil pengolahan data yang dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa H0 ditolak untuk kedua kelompok sampel. Hal ini berarti bahwa data

N-gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak berdistribusi data

normal. Penolakan H0 didasarkan pada nilai Sig. kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol berturut-turut 0,000 dan 0,031 yang lebih kecil dari pada

(40)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM-BASED LEARNING DENGAN METODE HEURISTIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian, asumsi pengujian perbedaan dua rata-rata tidak terpenuhi

sehingga pengujian yang dilakukan bukanlah terhadap rata-rata kelompok

eksperimen dan kelompok sampel, melainkan terhadap distribusi data kedua

kelompok tersebut. Pengujian menggunakan statistik non parametrik dengan

uji-u Mann Withney.

Alur analisis data penelitian di atas dapat dilihat pada diagram yang terdapat

pada gambar 3.3.

Menskor jawaban siswa

Transformasi skla sikap dengan MSI

Mengelompokkan skor hasil tes dan

Menghitung indeks N-gain

Menguji normalitas data pretes dan indeks N-gain

Kelompok eksperimen Kelompok kontrol

Tidak berdistribusi data normal

Berdistribusi data normal

Menguji homogenistas Menguji perbedaan

(41)

Mariah Ulfah,2015

Gambar 3.3.

(42)

Mariah Ulfah,2015

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE MELALUI BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peningkatan

kemampuan pemahaman matematis dan self-confidence siswa yang mendapat

pembelajaran dengan menerapkan model Problem-Based Learning dengan

metode Heuristik yang dilakukandi kelas V di salah satu SD Negeri kecamatan

Ciasem selama enam pertemuan yaitu:

1. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang mendapat

pembelajaran dengan menerapkan model Problem-Based Learning dengan

metode Heuristik lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran

dengan menerapkan model Direct Instruction. Peningkatan kemampuan

pemahaman matematis dengan menerapkan model Problem-Based Learning

dengan metode Heuristik berada pada kriteria sedang.

2. Peningkatan self-confidence siswa yang mendapat pembelajaran dengan

menerapkan model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik sama

dengan siswa yang yang mendapat pembelajaran dengan menerapkan model

Direct Instruction. Peningkatan self-confidence dengan menerapkan metode

Problem-Based Learning dengan metode Heuristik berada pada kriteria

rendah.

B. Implikasi dan Saran

Implikasi dan saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu:

1. Penerapan model Problem-Based Learning dengan metode Heuristik

menstimulus siswa untuk terlibat aktif selama pembelajaran dan memikirkan

mengenai cara pemecahan masalah. Namun demikian, siswa yang

mempunyai ide mengenai cara penyelesaian masalah hanya tiga siswa dan

yang siswa lain mengikuti cara yang dilakukan salah satu dari mereka.

(43)

Mariah Ulfah,2015

setiap siswa memiliki ide strategi yang digunakan untuk memecahkan

masalah.

2. Pemberian apresiasi untuk merayakan keberhasilan siswa dalam memecahkan

masalah dengan memberikan tepuk tangan untuk siswa-siswa yang berhasil

dan memberikan bintang mampu memunculkan motivasi belajar pada diri

siswa. Selain itu, pemberian rew

Gambar

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Instrumen Skala Sikap
Gambarbangun ruang benar namun ukuran sisi bangun ruang tidak sesuai dengan data yang terdapat pada soal
Tabel 3.5. Valitidas Butir Item Instrumen Skala Sikap
Tabel 3.7. Instrumen Skala Sikap
+6

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan/menyampaikan pertimbangan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional mengenai permasalahan-permasalahan Hak Guna Usaha atas tanah perkebunan besar, baik yang

Manajemen Pemerintahan Dalam Perspektif pelayanan publik edisi 2.Jakarta : Mitra Wacana Media.. Pelayanan Yang Akuntanbel Dan Bebas Dari

Modal sosial yang dimiliki setiap individu seperti adanya nilai kepercayaan, jaringan sosial, dan norma sosial membantu terciptanya kerjasama yang efektif

Data ini juga didukung oleh penelitian pada tahun 2009 di Genewa University Hospital yang mendapatkan bahwa morbiditas dan mortalitas bayi dengan kelahiran prematur

Mustika Ratu, yaitu dengan melihat nilai r adalah 0,982 dan dari persamaan y =2023,32 + 25,51x artinya besar kecilnya biaya distribusi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi

Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kecemasan matematika memiliki keterkaitan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa. Penelitian lain mengenai

Kepuasan pelanggan dapat tercermin dari mutu pelayanan yang diberikan oleh wisma gardenia kepada penghuni, sebagai upaya untuk mempertahakan penghuni kost yang sudah ada

Sehingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di dalam Microsoft Visual Basic 6.0 maka, dapat dibuat sebuah program sederhana yang